NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kodisi Cervical Syndrome Di Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta.

(1)

NASKAH PUBLIKASI

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL

SYNDROME DI RSUP. DR. SARDJITO-YOGYAKARTA

Disusun oleh: DEWI FITRIANI

J 100 090 060

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL SYDROME DI

RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Dipertahankan di depan dewan penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Progam Studi Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta dan diterima untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan progam pendidikan Diploma III Fisioterapi.

Hari : Sabtu


(3)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA CERVICAL SYNDROME DI RSUP. DR. SARDJITO-YOGYAKARTA

(Dewi Fitriani,2012,83 halaman) ABSTRAK

Cervical syndrome adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh adanya rasa nyeri pada sepanjang ruas-ruas tulang belakang pada leher (tengkuk) yang disebabkan oleh berbagai gangguan maupun trauma sehingga menyebabkan rasa sakit dan dapat membatasi pergerakan pada leher karena adanya spasme (ketegangan) otot sekitar leher. Gejala tersebut berupa nyeri, terjadi spasme pada otot,gangguan sensibilitas pada segmen dermatom, gangguan postural yang terrjadi akibat menghindari posisi yang nyeri dan pada kondisi kronis timbul

kontraktur otot pada regio cervical.Untuk mengetahui seberapa besar

permasalahan yang timbul perlu dilakukan pemeriksaan misalnya untuk nyeri

dengan VAS, penurunan lingkup gerak sendi dengan goneometer. Dalam

mengatasi permasalahan tersebut modalitas terapi latihan dapat diperoleh adanya penurunan nyeri, peningkatan lingkup gerak sendi dan peningkatan kemampuan fungsional.

Penelitian karya tulis ini menggunakan metode studi kasus dengan pelaksanaan terapi sebanyak enam kali. Adapun hasil setelah dilaksanakan terapi selama enam kali adalah sebagai berikut : nyeri dengan VAS : nyeri gerak Tl=80 menjadi T6=70, nyeri tekan T1=60 menjadi T6=50, lingkup gerak sendi dengan goneometer gerakan fleksi-ekstensi T1 = S=300 - 0 - 400 menjadi T6 =S=400-0-450,

laterofleksi dextra-sinistra T1=F=350-0-400 menjadi T6 = F=450-0-450, siderotasi dextra-sinistra T1 = R=350-0- 400menjadi T6= R=500-0-500..

Kesimpulan manfaat yang didapat dari modalitas SWD, tens dan terapi latihan pada Cervical Syndrome yaitu bahwa gangguan aktivitas fungsional dapat di tangani. Saran pada kasus ini sebaiknya pengobatan untuk memperoleh hasil yang sempurna, fisioterapi hendaknya dapat membina kerjasama yang baik dengan pasien dan pihak medis serta perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui modalitas apa yang paling berpengaruh diantara modalitas yang telah diterapkan tersebut dibawah pada kondisi Cervical Syndrome.


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Peran fisioterapi memberikan layanan kepada individu atau kelompok individu untuk memperbaiki, mengembangkan, dan memelihara gerak dan kemampuan fungsi yang maksimal selama perjalanan kehidupan individu atau kelompok tersebut. Layanan fisioterapi diberikan dimana individu atau kelompok individu mengalami gangguan gerak dan fungsi pada proses pertambahan usia dan atau mengalami gangguan akibat dari injuri atau sakit. Gerak dan fungsi yang sehat dan maksimal adalah inti dari hidup sehat (Hargiani, 2001).

Cervical syndrome merupakan penyakit yang sering terjadi di masyarakat setelah nyeri pinggang sehingga dalam penanganannya dibutuhkan kerjasama yang baik antar tenaga kesehatan agar dapat menegakkan diagnosis yang tepat. Penegakan diagnosis yang tepat akan mendukung dalam pemberian pengobatan. Oleh karena itu, dalam menangani kasus cervical syndrome perlu kerjasama antar tenaga kesehatan seperti dokter, radiologi, fisioterapi, dan orthotik-prostetik.

Problematik dari cervical syndrone adanya spasme, nyeri tekan dan nyeri gerak, dan juga adanya keterbatasan lingkup gerak sendi. Sehingga dapat mengalami hambatan atau gangguan dalam melakukan aktivitas duduk terlalu lama, menggajar murid, dan menulis. Dan juga bisa menghambat


(5)

untuk bersosialisasi di lingkungannya. Jadi modalitas yang bisa digunakan untuk permasalahan diatas diantaranya adalah IR, Tens, dan Terapi latihan.

Melihat dari permasalahan di atas, maka peranan fisioterapi adalah

heating (SWD, MWD, IR), electrical stimulation (TENS, arus interferensi), ultrasound, massage, parafin, dan terapi latihan. Pemberian Short Wave Diathermy (SWD) ditujukan untuk mengurangi spasme otot pada daerah leher dan sekitar pundak, sedangkan pemberian Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) dimaksudkan untuk mengurangi nyeri yang timbul di area leher. Pemberian terapi latihan ditujukan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi leher sehingga pada akhirnya pasien dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa adanya hambatan maupun kesulitan. Sehubungan dengan adanya keinginan penulis untuk memahami peranan fisioterapi pada kasus cervical syndrome dalam mengurangi nyeri, mengurangi spasme, dan meningkatkan lingkup gerak sendi leher, maka penulis memilih judul karya

tulis ilmiah: “ Penatalaksanaan Fisioterapi Pasien Cervical Syndrome Di

RSUP. Dr. Sardjito-Yogyakarta”.

B. Tujuan

1.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui adanya manfaat TENS, SWD dan Terapi Latihan

dalam mengurangi nyeri akibat Cervical Syndrome.

b. Untuk mengetahui adanya manfaat Terapi Latihan dalam

meningkatkan Lingkup Gerak Sendi (LGS) leher akibat Cervical Syndrome.


(6)

c. Untuk mengetahui adanya manfaat SWD dan Terapi Latihan dalam mengurangi spasme otot leher akibat Cervical Syndrome.

d. Untuk mengetahui adanya manfaat TENS, SWD dan Terapi Latihan


(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus

1. Definisi

Cervical syndrome adalah suatu keadaan yang ditimbulkan oleh adanya rasa nyeri pada sepanjang ruas-ruas tulang belakang pada leher (tengkuk) yang disebabkan oleh berbagai gangguan maupun trauma sehingga menyebabkan rasa sakit dan dapat membatasi pergerakan pada leher karena adanya spasme (ketegangan) otot sekitar leher (Turana, 2005)..

2. Etiologi

Etiologi adalah ilmu pengetahuan atau teori tentang faktor penyebab suatu penyakit atau asal mula penyakit (Dorland, 2002). Nyeri pada leher dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor musculoskeletal, faktor nervorum, faktor vascularisasi, dan faktor pada persendiannya (Hudaya, 2009).

3. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang muncul pada kasus cervical syndrome meliputi:

a. Adanya nyeri pada daerah leher yang bersifat terus-menerus. Nyeri tersebut berupa nyeri tekan pada otot-otot sekitar leher, scapula, dan pundak seperti m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m. extensor leher, m. upper trapezius, m. rhomboideus major, dan m. rhomboideus minor. Nyeri gerak pada gerakan leher yang meliputi gerak


(8)

flexi, ekstensi, rotasi kanan, rotasi kiri, lateral flexi kanan, dan lateral flexi kiri baik gerak pasif maupun aktif.

b. Adanya spasme otot-otot leher, scapula, dan pundak pada m.

sternocleidomastoideus, m. levator scapulae, m. extensor leher, m. upper trapezius, m. rhomboideus major, dan m. rhomboideus minor.

c. Adanya keterbatasan gerak pada leher yang meliputi gerak flexi, ekstensi, rotasi kanan, rotasi kiri, lateral flexi kanan, dan lateral flexi kiri baik gerak aktif maupun pasif.

d. Gangguan postural sebagai gerakan kompensasi untuk menghindari rasa nyeri, misalnya bahu menjadi asimetris atau tidak tegak.

B. Teknologi Intervensi Fisioterapi

Modalitas fisioterapi yang digunakan pada kasus cervical syndrome adalah Short Wave Diathermy (SWD), Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan terapi latihan.

1. Short Wave Diathermy

a. Definisi

Suatu alat terapi yang menggunakan energi gelombang elektromagnetik yang dihasilkan arus bolak balik (Alternating Current) dengan frekuensi tinggi yaitu 27,12 MHz dan panjang gelombang 11 meter. Di dalam tubuh, medan elektromagnetik ini akan menimbulkan panas pada jaringan yang akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah (Suajatno, 1993).


(9)

2. Transcutaneus Electrical Nerve Stimulation (TENS) a. Definisi

TENS merupakan suatu cara penggunaan energi listrik untuk merangsang sistem saraf melalui permukaan kulit dalam hubungannya dengan modulasi nyeri (Johnson, 2002 dikutip oleh Parjoto, 2006).

3. Hold Relax

Hold relax (HR) merupakan merupakan teknik dari Proprioceptive Neuromuscular Facilitation (PNF) yang menggunakan kontraksi isometrik secara optimal dari kelompok otot antagonis yang memendek diikuti dengan rileksasi otot tersebut sampai terjadi penambahan LGS dan penurunan nyeri.

Di dalam prosedur pelaksanaaan HR, pasien melakukan “end-range

isometric contraction” dari otot yang mengalami spasme sebelum

dilakukan penguluran (lengthening) secara pasif. Pada teknik ini, setelah terjadi prestretch pada otot yang mengalami spasme, maka otot tersebut akan mengalami relaksasi sebagai hasil dari terjadinya autogenic inhibition

dan oleh karena itu maka akan lebih mudah dilakukan penguluran. Tendon golgi akan menghibisi ketegangan otot sehingga akan memudahkan penguluran.


(10)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Sesuai dengan tindakan terapi yang dilakukan kepada pasien Ny. Y usia 47 tahun dengan diagnosa cervical syndrome di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang mulai mendapatkan penanganan fisioterapi selama enam kali terapi, mulai tanggal 03-20 Januari 2012, Setelah dilakukan penetalaksanaan fisioterapi pada pasien ini ternyata didapatkan hasil yang cukup baik dibandingkan dengan saat sebelum dilakukan tindakan fisioterapi.Hasil tersebut disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

1. Hasil evaluasi derajad nyeri.

No. Nyeri Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. Nyeri diam 5 5 5 5 5 4

2. Nyeri tekan 6 6 6 5 5 5

3. Nyeri gerak 8 8 7 7 7 7

2. Hasil evaluasi LGS pasif.

No. Gerak

Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. Flexi

-Ekstensi

S=350 - 0 - 450

S=350 -0-450

S=350 -0-450

S=350 -0-450

S=400 -0-500

S=400 -0-500 2. LateralFlexi F=350 - 0

- 400

F=350 -0-400

F=350 -0-400

F=400 -0-450

F=450 -0-450

F=450 -0-450 3. Siderotasi R=350 - 0

- 400

R=350 -0-400

R=350 -0-400

R=400 -0-450

R=400 -0-450

R=450 -0-500


(11)

3. Hasil evaluasi LGS aktif.

No. Gerak

Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. Flexi

-Ekstensi

S=300 - 0 - 400

S=350 -0-400

S=350 -0-400

S=400 -0-400

S=400 -0-400

S=400 -0-450 2. LateralFlexi F=350 - 0

- 400

F=350 -0-450

F=350 -0-450

F=400 -0-450

F=400 -0-450

F=450 -0-450 3. Sideotasi R=350 - 0

- 400

R=350 -0-400

R=400 -0-450

R=450 -0-450

R=450 -0-500

R=500 -0-500

4. Hasil evaluasi spasme otot.

No

Otot-otot

Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. m. sternocleidomastoideus, kiri. ++ ++ ++ + + +

2. m.infraspinatus kiri ++ ++ ++ ++ + +

3. m. supraspinatus,kiri ++ ++ ++ + + +

4. m. upper trapezius,kiri ++ ++ ++ + + +

5. m. subskapularis kiri ++ ++ ++ + + +

B. Pembahasan

Permasalahan-permasalahan yang timbul pada pasien bernama Ny. Y usia 47 tahun dengan kondisi cervical syndrome adalah adanya nyeri, adanya keterbatasan gerak leher, dan adanya spasme otot-otot area leher. Spasme otot dan nyeri tekan terjadi pada m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae,


(12)

m. extensor leher, m. upper trapezius, m. rhomboideus major, dan m. rhomboideus minor sedangkan nyeri gerak leher pada gerakan flexi, ekstensi, rotasi kiri, dan lateral flexi kiri baik gerak pasif, aktif maupun gerak aktif melawan tahanan serta terjadi sehingga terjadi keterbatasan lingkup gerak sendi leher pada gerakan flexi, ekstensi, rotasi kiri, dan lateral flexi kiri baik gerak pasif maupun aktif. Melihat dari permasalahan yang ada, maka peranan fisioterapi adalah mengatasi permasalahan tersebut di atas. Terapi dilakukan terhadap Ny. Y selama enam kali, yaitu pada tanggal 3-20 Januari 2012.


(13)

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

Pemberian tindakan terapi dengan menggunakan SWD, TENS, dan terapi latihan terhadap Ny. Y usia 47 tahun dengan kondisi cervical syndrome selama enam kali yatu pada tanggal 3-20 januari 2012 menunjukkan hasil bahwa

1. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas SWD, tens, dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri pada kondisi cervical syndrome.

2. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas terapi latihan terhadap

peningkatan LGS pada kondisi cervical syndrome.

3. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas SWD dan terapi latihan terhadap

penurunan spasme pada kondisi cervical syndrome.

4. Adanya manfaat penggunaan modalitas SWD, tens, dan terapi latihan terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada kondisi cervical syndrome

B.Saran

1. Kepada pasien

Pasien diharapkan mempunyai motivasi dan semangat yang tinggi untuk melakukan terapi sehingga tindakan terapi dapat dilakukan secara rutin dan teratur. Selain itu, pasien juga diminta untuk melakukan latihan-latihan yang sudah diajarkan oleh terapi pada pagi dan sore hari berupa: latihan kontraksi isometrik otot flexor leher, kontraksi isometrik otot ekstensor leher,


(14)

kontraksi isometrik otot lateral flexor leher, dan kontraksi isometrik otot rotator leher.

2. Kepada fisioterapis

Sebagai salah satu tenaga kesehatan, dalam memberikan pelayanan fisioterapi harus yang professional dimana harus melakukan pemeriksaan secara lengkap dan sistematis agar diagnosis fisoterapi dapat ditegakkan sehingga dalam tindakan terapi dapat diberikan secara tepat. Fisioterapi juga dapat menggunakan berbagai modalitas fisioterapi yang ada sesuai dengan permasalahan yang timbul pada kasus cervical syndrome.


(15)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Autogenic Inhibition. Diakses pada tanggal 4 Juli 2010 dari

http://www.answers.com/topic/autogenic-inhibition.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus kedokteran Dorland, Ed.29. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Dutton, Mark. 2004. Orthopaedic Examination, Evaluation, and Intervention. The Mc. Grow-Hill Companies: USA

Hertling, Darlene dan Randolph M. Kessler. 2006. Managements of Common Musculoskeletal Disorders: Physical Therapy Principles and Methods, 4th Edition. Lippincott Williams and Wilkins: USA.

Hudaya, Prasetya. 2009. Patofisiologi Nyeri Leher. Disampaikan dalam seminar Nasional Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri Leher dan Bahu.

Munir, Rijal. 2009. Perbandingan Hold Relax dengan Strain Counter Strain (SCS) Terhadap Penambahan Range Of Motion (ROM) dan Penurunan Nyeri Pada Gangguan Fungsi Cervikal. Diakses pada tanggal 15 Juni 2010 dari http://fisiocentre.com.

Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Ikatan Fisioterapi Indonesia: Semarang.

Pierre Rouzier, M.D, 2003. Muscles Spasms. Diakses pada tanggal 27 Juli 2012

darihttp://www.cumc.columbia.edu/student/health/pdf/M/Muscle%20Spasm

s.pdf

Santoso, J, 2009; Traksi Leher diakses tanggal 15 april 2011 dari http://fisioterapigpm.blogspot.com

Sidharta, Priguna. 1984. Sakit Neuromuscular dalam Praktek Umum. PT. Dian Rakyat: Jakarta.

Suharto. 2001. Penatalaksanaan Terapi Latihan Metode Mc. Kenzie pada Nyeri Tengkuk.

Widiastuti, M. I. 2005.Aspek Anatomi Terapan pada Pemahaman

Neuromuskuloskeletal Kepala dan Leher sebagai Landasan Penanganan Nyeri Kepala Tegang Primer. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012 dari


(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Sesuai dengan tindakan terapi yang dilakukan kepada pasien Ny. Y usia 47 tahun dengan diagnosa cervical syndrome di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang mulai mendapatkan penanganan fisioterapi selama enam kali terapi, mulai tanggal 03-20 Januari 2012, Setelah dilakukan penetalaksanaan fisioterapi pada pasien ini ternyata didapatkan hasil yang cukup baik dibandingkan dengan saat sebelum dilakukan tindakan fisioterapi.Hasil tersebut disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

1. Hasil evaluasi derajad nyeri.

No. Nyeri Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6 1. Nyeri diam 5 5 5 5 5 4 2. Nyeri tekan 6 6 6 5 5 5 3. Nyeri gerak 8 8 7 7 7 7

2. Hasil evaluasi LGS pasif.

No. Gerak

Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. Flexi -Ekstensi

S=350 - 0 - 450

S=350 -0-450

S=350 -0-450

S=350 -0-450

S=400 -0-500

S=400 -0-500 2. LateralFlexi F=350 - 0

- 400

F=350 -0-400

F=350 -0-400

F=400 -0-450

F=450 -0-450

F=450 -0-450 3. Siderotasi R=350 - 0

- 400

R=350 -0-400

R=350 -0-400

R=400 -0-450

R=400 -0-450

R=450 -0-500


(2)

3. Hasil evaluasi LGS aktif.

No. Gerak

Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. Flexi -Ekstensi

S=300 - 0 - 400

S=350 -0-400

S=350 -0-400

S=400 -0-400

S=400 -0-400

S=400 -0-450 2. LateralFlexi F=350 - 0

- 400

F=350 -0-450

F=350 -0-450

F=400 -0-450

F=400 -0-450

F=450 -0-450 3. Sideotasi R=350 - 0

- 400

R=350 -0-400

R=400 -0-450

R=450 -0-450

R=450 -0-500

R=500 -0-500

4. Hasil evaluasi spasme otot.

No

Otot-otot

Hasil Pengukuran

T1 T2 T3 T4 T5 T6

1. m. sternocleidomastoideus, kiri. ++ ++ ++ + + + 2. m.infraspinatus kiri ++ ++ ++ ++ + + 3. m. supraspinatus,kiri ++ ++ ++ + + + 4. m. upper trapezius,kiri ++ ++ ++ + + + 5. m. subskapularis kiri ++ ++ ++ + + +

B. Pembahasan

Permasalahan-permasalahan yang timbul pada pasien bernama Ny. Y usia 47 tahun dengan kondisi cervical syndrome adalah adanya nyeri, adanya keterbatasan gerak leher, dan adanya spasme otot-otot area leher. Spasme otot dan nyeri tekan terjadi pada m. sternocleidomastoideus, m. levator scapulae,


(3)

m. extensor leher, m. upper trapezius, m. rhomboideus major, dan m. rhomboideus minor sedangkan nyeri gerak leher pada gerakan flexi, ekstensi, rotasi kiri, dan lateral flexi kiri baik gerak pasif, aktif maupun gerak aktif melawan tahanan serta terjadi sehingga terjadi keterbatasan lingkup gerak sendi leher pada gerakan flexi, ekstensi, rotasi kiri, dan lateral flexi kiri baik gerak pasif maupun aktif. Melihat dari permasalahan yang ada, maka peranan fisioterapi adalah mengatasi permasalahan tersebut di atas. Terapi dilakukan terhadap Ny. Y selama enam kali, yaitu pada tanggal 3-20 Januari 2012.


(4)

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan

Pemberian tindakan terapi dengan menggunakan SWD, TENS, dan terapi latihan terhadap Ny. Y usia 47 tahun dengan kondisi cervical syndrome selama enam kali yatu pada tanggal 3-20 januari 2012 menunjukkan hasil bahwa

1. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas SWD, tens, dan terapi latihan terhadap penurunan nyeri pada kondisi cervical syndrome.

2. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas terapi latihan terhadap peningkatan LGS pada kondisi cervical syndrome.

3. Adanya manfaat dari penggunaan modalitas SWD dan terapi latihan terhadap penurunan spasme pada kondisi cervical syndrome.

4. Adanya manfaat penggunaan modalitas SWD, tens, dan terapi latihan terhadap peningkatan aktivitas fungsional pada kondisi cervical syndrome

B.Saran

1. Kepada pasien

Pasien diharapkan mempunyai motivasi dan semangat yang tinggi untuk melakukan terapi sehingga tindakan terapi dapat dilakukan secara rutin dan teratur. Selain itu, pasien juga diminta untuk melakukan latihan-latihan yang sudah diajarkan oleh terapi pada pagi dan sore hari berupa: latihan kontraksi isometrik otot flexor leher, kontraksi isometrik otot ekstensor leher,


(5)

kontraksi isometrik otot lateral flexor leher, dan kontraksi isometrik otot rotator leher.

2. Kepada fisioterapis

Sebagai salah satu tenaga kesehatan, dalam memberikan pelayanan fisioterapi harus yang professional dimana harus melakukan pemeriksaan secara lengkap dan sistematis agar diagnosis fisoterapi dapat ditegakkan sehingga dalam tindakan terapi dapat diberikan secara tepat. Fisioterapi juga dapat menggunakan berbagai modalitas fisioterapi yang ada sesuai dengan permasalahan yang timbul pada kasus cervical syndrome.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Autogenic Inhibition. Diakses pada tanggal 4 Juli 2010 dari http://www.answers.com/topic/autogenic-inhibition.

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus kedokteran Dorland, Ed.29. Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Dutton, Mark. 2004. Orthopaedic Examination, Evaluation, and Intervention. The Mc. Grow-Hill Companies: USA

Hertling, Darlene dan Randolph M. Kessler. 2006. Managements of Common Musculoskeletal Disorders: Physical Therapy Principles and Methods, 4th Edition. Lippincott Williams and Wilkins: USA.

Hudaya, Prasetya. 2009. Patofisiologi Nyeri Leher. Disampaikan dalam seminar Nasional Pendidikan Kesehatan Manajemen Nyeri Leher dan Bahu.

Munir, Rijal. 2009. Perbandingan Hold Relax dengan Strain Counter Strain (SCS) Terhadap Penambahan Range Of Motion (ROM) dan Penurunan

Nyeri Pada Gangguan Fungsi Cervikal. Diakses pada tanggal 15 Juni 2010

dari http://fisiocentre.com.

Parjoto, Slamet. 2006. Terapi Listrik untuk Modulasi Nyeri. Ikatan Fisioterapi Indonesia: Semarang.

Pierre Rouzier, M.D, 2003. Muscles Spasms. Diakses pada tanggal 27 Juli 2012

darihttp://www.cumc.columbia.edu/student/health/pdf/M/Muscle%20Spasm

s.pdf

Santoso, J, 2009; Traksi Leher diakses tanggal 15 april 2011 dari http://fisioterapigpm.blogspot.com

Sidharta, Priguna. 1984. Sakit Neuromuscular dalam Praktek Umum. PT. Dian Rakyat: Jakarta.

Suharto. 2001. Penatalaksanaan Terapi Latihan Metode Mc. Kenzie pada Nyeri Tengkuk.

Widiastuti, M. I. 2005.Aspek Anatomi Terapan pada Pemahaman Neuromuskuloskeletal Kepala dan Leher sebagai Landasan Penanganan Nyeri Kepala Tegang Primer. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012 dari http://en.forkus.com