Pengaruh zinc pada kadar netrofil sputum dan rawat inap penderita penyakit paru obstruktif kronik eksaserbasi JURNAL. JURNAL

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

PENGARUH ZINC PADA KADAR NETROFIL SPUTUM DAN
LAMA RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT
PARU OBSTRUKTIF KRONIK EKSASERBASI
Mujang Giri Rahadar, dr, Prof. Dr. Suradi, dr. SpP(K).MARS, Dr. Budiyanti W, dr., Sp.GK, M.Kes
Magister kedokteran Keluarga Program Pasca Sarjana UNS
Email : dr.emgeer@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Eksaserbasi pada PPOK merupakan suatu keadaan dimana inflamasi kronis yang terjadi menjadi
lebih berat dibanding kondisi pada PPOK stabil. Eksaserbasi pada PPOK ditandai dengan ditemukannya
peningkatan sel inflamasi netrofil pada sputum. Netrofil sputum pada PPOK bisa menjadi marker dan pemikiran
untuk ditemukannya target baru pada penatalaksanaan PPOK, yaitu dengan cara menurunkan netrofil sputum
sehingga elastase dapat dikurangi dan diharapkan akan mengurangi progresifitas pada PPOK.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pemberian zinc sebagai antiinflamasi,
pengaruh pemberian zinc pada kadar netrofil sputum dan menganalisis peran pemberian zinc pada lama rawat
inap penderita PPOK eksaserbasi..
Metode: Penelitian ini merupakan uji klinis dengan desain quasi experimental studies. Subjek penelitian adalah

pasien PPOK eksaserbasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan Rumah sakit paru Ariowirawan Salatiga.
Subjek dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok pertama adalah kelompok perlakuan/zinc (n=15) yang
mendapatkan zinc 1x20mg perhari selama rawat inap sebagai tambahan terapi standar dan kelompok kedua
adalah kelompok kontrol (n=15) yang hanya mendapatkan terapi standar. Pemeriksaan kadar netrofil sputum
dilakukan saat pertama didiagnosis dengan PPOK eksaserbasi dan setelah kriteria pemulangan pasien terpenuhi.
Lama rawat inap dihitung dari awal terdiagnosis PPOK eksaserbasi sampai kriteria pulang terpenuhi.
Hasil: Penurunan kadar netrofil sputum (p=0,000*) kelompok perlakuan didapatkan hasil yang signifikan.
Penurunan kadar netrofil sputum (p=0,002*) kelompok kontrol didapatkan hasil yang signifikan. Penurunan
kadar netrofil sputum (p=0,101 dan lama rawat inap (0,607) kelompok perlakuan terhadap kelompok kontrol
didapatkan hasil yang tidak signifikan.
Kesimpulan: Zinc berpengaruh menurunkan kadar netrofil sputum dan menurunkan lama rawat inap penderita
penderita PPOK eksaserbasi.

Kata kunci: Zinc, netrofil sputum, lama rawat inap, PPOK eksaserbasi.

commit to user

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

bertugas menarik netrofil dari pembuluh darah ke

PENDAHULUAN
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)

saluran napas (White AJ et al 2003, Stockley RA

menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia. Data

2002). Penghitungan netrofil sputum bisa menjadi

epidemiologi pada tiap negara memperlihatkan

marker untuk menilai beratnya PPOK (Chung KF

angka yang berbeda-beda (Maranatha D 2010).

et al 2008). Enzim protease yang dihasilkan oleh

Data epidemiologi PPOK di Indonesia tidak


netrofil akan menyebabkan destruksi dinding alveol

terdokumentasi dengan baik. Angka mortalitas

(emfisema) dan hipersekresi mukus (bronkitis

PPOK pada tahun 2010 menurut World Health

kronik) (Barnes PJ 2008, Shapiro et al 2010).

Organization

(WHO)

diperkirakan

ada

pada


Eksaserbasi

pada

PPOK

merupakan

peringkat empat dan diperkirakan pada dekade

keadaan perburukan gejala respirasi dari kondisi

kedepan

akan

sehari-hari.

Kejadian


ini

menduduki

peringkat

memperlihatkan

bahwa

ketiga.

Eksaserbasi

dapat

menyebabkan

angka


penurunan fungsi paru dan menurunkan kualitas

mortalitas pasien PPOK menunjukkan adanya

hidup. Kejadian ini akan menyebabkan peningkatan

peningkatan (Suradi 2007).

morbiditas dan mortalitas sehingga memerlukan

Penyakit paru obstruktif kronik memiliki

perubahan pengobatan (GOLD 2014). Pengobatan

karakteristik terjadinya obstruksi pada saluran

dapat melibatkan pemberian mineral dikarenakan

napas kecil yang bersifat tidak sepenuhnya


ditemukannya defisiensi zinc pada PPOK (Herzog

reversible dan remodelling struktur paru (Chung et

et

al 2008). Inflamasi yang bersifat kronis terjadi pada

antiinflamasi dengan cara menghambat aktivasi

penyakit ini. Eksaserbasi pada PPOK merupakan

NF-kβ. Inflamasi yang lebih berat pada PPOK

suatu keadaan dimana inflamasi kronis yang terjadi

eksaserbasi akan menyebabkan kerusakan pada

menjadi lebih berat dibanding kondisi pada PPOK


epitel saluran pernapasan, sehingga zinc yang

stabil. Eksaserbasi pada PPOK ditandai dengan

terdapat pada epitel saluran napas akan berkurang.

ditemukannya peningkatan sel inflamasi netrofil

Keadaan eksaserbasi akan menurunkan nafsu

pada sputum (PDPI 2011). Netrofil sputum pada

makan dan asupan makanan sehingga akan

PPOK bisa menjadi marker dan pemikiran untuk

memperberat defisiensi zinc yang terjadi pada

ditemukannya target baru pada penatalaksanaan


PPOK.

PPOK, yaitu dengan cara menurunkan netrofil

membuktikan peran pemberian terapi tambahan

sputum sehingga elastase dapat dikurangi dan

zinc pada PPOK eksaserbasi sebagai antiinflamasi

diharapkan akan mengurangi progresifitas pada

melalui penilaian kadar netrofil sputum dan lama

PPOK (Chung KF et al 2008, Larsson K 2007).

rawat inap.

al


2011).

Zinc

Penelitian

memiliki

ini

peran

dilakukan

sebagai

untuk

Netrofil merupakan 70% dari jumlah

lekosit dalam sirkulasi yang akan bertahan selama

METODE PENELITIAN

10 jam dalam darah. Netrofil banyak ditemukan di

Penelitian ini merupakan uji klinis dengan

sputum atau melalui broncho alveolar lavage

desain

(BAL) penderita PPOK dan akan menempati

pendekatan pre test dan post test pada kelompok

jaringan selama 1-2 hari. (Baratawidjaja KG 2006)

intervensi dan kontrol. Penelitian dilakukan di

Makrofag yang teraktivasi akibat paparan asap

RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan Rumah sakit

rokok

akan

menghasilkan

quasi

experimental

studies

dengan

neutrophiliccommit to
paru
Ariowirawan Salatiga pada bulan September
user

chemoattractants. Mediator-mediator inilah yang

2015 sampai dengan jumlah sampel terpenuhi.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Populasi target penelitian adalah pasien

zinc dengan dosis 1x20 mg diberikan selama rawat

PPOK eksaserbasi. Populasi terjangkau adalah

inap sampai kriteria pulang (discharge criteria)

pasien

terpenuhi.

PPOK

eksaserbasi

yang

menjalani

perawatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan
Rumah sakit paru Ariowirawan Salatiga.

Zinc merupakan salah satu mikronutrien

yang berperan dalam metabolisme manusia. Zinc

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara

mempunyai efek antiinflamasi. Suplementasi zinc

yaitu memilih subjek

dengan memberikan tablet zinc dosis 1x20 mg/ hari

penelitian yang datang dan memenuhi kriteria

selama hari perawatan. Tablet zinc adalah tablet

pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai

dispersibel yang berisi mineral zinc sulfate 54,9 mg

jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Besar

setara dengan zinc 20 mg.

cousecutive sampling

sampel ditentukan berdasarkan jenis penelitian

Netrofil sputum merupakan salah satu sel

eksperimental dan didapatkan jumlah sampel 30

inflamasi yang terlibat pada PPOK. Netrofil banyak

terdiri dari 15 subjek untuk kelompok perlakuan

ditemukan di sputum penderita PPOK. Netrofil

(zinc) dan 15 subjek kelompok kontrol.

akan

Kriteria
terdiagnosis

inklusi

PPOK

adalah

eksaserbasi

penderita

secara

menghasilkan

menyebabkan

mediator

destruksi

yang

jaringan

akan
paru.

klinis

Penghitungan netrofil sputum bisa menjadi marker

dengan umur lebih dari 30 tahun, bersedia ikut

PPOK. Pemeriksaan netrofil menggunakan metode

dalam penelitian dan menandatangani lembar

Romanowsky. Skala pengukuran menggunakan

persetujuan. Diagnosis berdasarkan anamnesis,

skala numerik (rasio).

pemeriksaan fisik dan radiologis. Gejala klinis

Lama rawat inap merupakan lama hari

penderita PPOK eksaserbasi: Perburukan gejala

perawatan penderita PPOK eksaserbasi. Jumlah

respiratorik

peningkatan

hari dihitung sejak penderita terdiagnosis PPOK

produksi sputum, purulensi dahak) dibandingkan

eksaserbasi sampai diperbolehkan pulang. Kriteria

dengan

pulang

(peningkatan

kondisi

sehari-hari.

memperlihatkan
bronkovaskuler

sesak,

paru

Ronsen

hiperinflasi,

meningkat.

Tipe

toraks
corakan

eksaserbasi

menurut GOLD

2014 yaitu

mampu

menggunakan bronkodilator kerja panjang dengan
atau

tanpa

steroid

inhalasi,

membutuhkan

menurut kriteria Winnipeg yaitu bila terdapat tiga

bronkodilator jangka pendek lebih dari tiap 4 jam,

gejala meliputi peningkatan sesak, peningkatan

mampu bergerak sekitar ruangan, mampu makan

volume dahak dan purulensi dahak. Kriteria ekslusi

dan minum tanpa sesak, pasien stabil secara klinis

adalah

memerlukan

12-24 jam, analisis gas darah stabil 12-24 jam dan

perawatan di ICU dan menggunakan ventilasi

pasien mampu menggunakan pengobatan di rumah.

mekanis,

Lama rawat inap dihitung dalam hari. Skala

penderita

PPOK

mempunyai

yang

penyakit

kanker

paru,

diabetes mellitus, gagal ginjal kronik dan sirosis

pengukuran menggunakan skala numerik (rasio).

hepatis. Kriteria diskontinyu adalah penderita

Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

meninggal selama follow up, mengundurkan diri,

kelompok pertama mendapat zinc dosis 1x20mg

dan muncul efek samping terhadap zinc selama

dan terapi sesuai standar selama rawat inap, grup

penelitian berlangsung.

kedua yang hanya mendapatkan terapi standar

Variabel

penelitian

berupa

variabel

PPOK eksaserbasi selama rawat inap. Setelah

terdiagnosis
PPOK secara klinis, memenuhi kriteria
tergantung yaitu kadar netrofil sputum dan lamacommit to
user
rawat inap, serta variabel bebas berupa jenis terapi

inklusi dan ekslusi dan telah menandatangani

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

informed consent dilakukan pengambilan sputum

sebaran data tidak normal maka akan dilanjutkan

untuk pemeriksaan netrofil sputum awal. Pasien

dengan uji nonparametrik.

kemudian di follow-up sampai kriteria discharge

Tabel 1 Karakteristik dasar subjek penelitian.
Karakteristik

terpenuhi. Pasien diambil lagi sputum untuk
pemeriksaan netrofil sputum akhir. Respons terapi
setelah pemberian

zinc

diukur berdasarkan

penurunan kadar netrofil sputum dan lama rawat
inap.
Penulis mengajukan persetujuan penelitian
ke Panitia Kelaikan Etik Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta sebelum
dilakukan penelitian. Uji beda adalah hasil uji
untuk melihat perbedaan dua sampel. Penelitian ini
menggunakan sampel berpasangan dengan

uji

parameter paired t test. Uji t untuk sampel yang
tidak berpasangan. Perbedaan kadar netrofil sputum
sebelum dan sesudah pemberian zinc dianalisis
dengan uji t berpasangan. Lama rawat inap pada
penderita yang mendapat zinc dibanding kontrol
menggunakan uji t tidak berpasangan. Batas
kemaknaan nilai p>0,05=tidak bermakna, nilai
p≤0,05=bermakna (Dahlan, 2013).

HASIL PENELITIAN
Penelitian ini melibatkan 30 penderita

Umur (th)
IMT (kg/m2)
Kurang (25)
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Pekerjaan
Buruh
Petani
Penjahit
Pensiunan TNI
Kamtibmas
Ibu rumah tangga
Tukang mebel
Wiraswasta
Tukang becak
Kebiasaan merokok(IB)
Tidak merokok
Ringan
Sedang
Berat
Komorbid
Tanpa komorbid
Dengan komorbid:
Stroke iskemik
Bekas TB
Striktur esofagus
Hipokalemia
PJK
Depresi
Hipertensi
Massa glottis
Kardiomiopati
Gagal napas
Tanpa gagal napas
Tipe hipoksemia
Tipe hiperkapnia
Asupan zinc
Tidak memenuhi AKG
Memenuhi AKG

Kelompok
zinc
(n=15)
62,47±13.92

Kelompok
kontrol
(n=15)
59,60±8,92

P

5 (33,3%)
9(60,0%)
1(6,7%)

5 (33,3%)
9(60,0%)
1(6,7%)

1,000

3(20,0%)
9(60,0%)
1(6,7%)
2(13,3%)

3(20,0%)
8(53,3%)
4(26,7%)
0(0,0%)

0,277

1(6,7%)
10(66,7%)
1(6,7%)
1(6,7%)
1(6,7%)
1(6,7%)
0(0,0%)
0(0,0%)
0(0,0%)

2(13,3%)
6(40,0%)
0(0,0%)
0(0,0%)
0(0,0%)
3(20%)
1(6,7%)
2(13,3%)
1(6,7%)

0,315

2(13,3%)
1(6,7%)
9(60,0%)
320,0%)

6(40,0%)
2(13,3%)
5(33,3%)
2(13,3%)

0,299

8(53,3%)
7(46,6%)
1(6,7%)
3(20%)
1(6,7%)
1(6,7%)
1(6,7%)
0(0,0%)
0(0,0%)
0(0,0%)
0(0,0%)

6(40,0%)
9(60,0%)
1(6,7%)
1(6,7%)
0(0,0%)
0(0,0%)
1(6,7%)
1(6,7%)
3(20,0%)
1(6,7%)
1(6,7%)

0,411

9(60,0%)
4(26,7%)
2(13,3%)

6(40,0%)
4(26,7%)
5(33,3%)

0,390

14(100%)
0(0,0%)

13(100%)
0(0,0%)

0,666

0,508

PPOK eksaserbasi yang di rawat di RSUD
Dr.Moewardi Surakarta dan Rumah sakit paru
Ariowirawan Salatiga mulai 21 September 2015

Keterangan: IMT=Indeks Masa Tubuh, IB=Indeks
Brinkman,
PJK=Penyakit
jantung
coroner,
AKG=Angka kecukupan gizi.

sampai 29 Oktober 2015. Subjek dibagi menjadi
kelompok zinc dan kelompok kontrol. Karakteristik
dasar subjek penelitian (tabel 1).

Deskripsi hasil kadar netrofil sputum awal
dan akhir pada kelompok perlakuan (zinc) dan

Uji normalitas untuk mengetahui sebaran

kelompok kontrol (tabel 2).

data apakah normal atau tidak normal secara
analitik dan akan menentukan uji statistik yang
sesuai. Uji normalitas menggunakan uji ShapiroWilk dengan pertimbangan jumlah sampel relatif

Tabel 2. Deskripsi hasil kadar netrofil sputum awal
(sebelum) dan akhir (setelah) pada kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Kelompok zinc
p

sedikit yaitu kurang dari 50. Sebaran data normal
apabila

didapatkan

nilai

p>0,05

dan

akan

Kelompok kontrol

Variabel

Kadar
netrofil
sputum
(%)

dilanjutkan dengan uji t (parametrik). Apabilacommit to

Awal
Akhir

user

82,07±12,56
56,07±18,50

0,000*

p

Awal

71,47±17,19

Akhir

56,60±17,55

0,002*

perpustakaan.uns.ac.id
Pengujian

digilib.uns.ac.id

perbedaan

penurunan

Indeks

kadar

massa

tubuh

(IMT)

subjek

netrofil sputum dan lama rawat inap antara

penelitian sebagian besar memiliki nilai normal

kelompok

(IMT=18,5-25) yaitu 9 (60,0 %) baik pada

perlakuan

dan

kelompok

kontrol

kelompok zinc maupun kelompok kontrol. Indeks

digunakan independent samples t test (tabel 3).

massa tubuh rendah meningkatkan risiko untuk
Tabel 3. Analisis uji beda perubahan pre-post kadar
netrofil sputum & lama rawat inap pada
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Perubahan pre-post
Variabel

Kadar netrofil
sputum (%)

p
Kelompok
zinc

Kelompok
Kontrol

26,00  15,98

15,87  16,72

terjadinya PPOK. Berdasarkan penelitian ini maka
subjek dengan IMT normal dan lebih harus
dipertahankan dengan cara pemberian asupan
makanan yang cukup untuk mencegah terjadinya
penurunan

0,101

IMT

3,80 ± 1,21

4,13 ± 2,17

akan

menyebabkan

perburukan PPOK.
Tingkat

Lama rawat
inap (hari)

yang

pendidikan

subjek

penelitian

terbanyak baik kelompok zinc maupun kontrol

0,607

Keterangan: * p < 0,05 = pengujian signifikan pada
taraf ketelitian 5%.

adalah

sekolah

dasar

(SD),

kelompok

zinc

sebanyak 9 orang (60%) dan kelompok kontrol 8

Faktor risiko pada PPOK merupakan

orang (53,3%). Sekolah menengah pertama (SMP)

faktor yang kompleks yang melibatkan genetik dan

kelompok zinc 1 orang (6,7%) dan kelompok

lingkungan. Faktor-faktor risiko pada PPOK antara

kontrol ada 4 orang (26,7%), sekolah menengah

lain umur, jenis kelamin, pertumbuhan dan

atas (SMA) hanya terdapat pada kelompok zinc 2

perkembangan paru, pajanan partikel (terutama

orang (13,3%). Tingkat pendidikan dan riwayat

asap

pekerjaan menggambarkan status sosioekonomi

rokok),

sosioekonomi,

hiperreaktivitas

pasien. Subjek penelitian ini sebagian besar

bronkus dan infeksi (GOLD 2014).
Subjek penelitian ini secara keseluruhan

berstatus

sosioekonomi rendah.

Sosioekonomi

terdiri dari 30 orang yang terbagi 15 orang

rendah merupakan salah satu faktor risiko PPOK

kelompok perlakuan dan 15 kelompok kontrol.

yang berhubungan terhadap kepatuhan pengobatan

Jenis kelamin pada penelitian ini sebagian besar

dan nutrisi (GOLD 2014).

laki-laki yaitu 13 orang pada kelompok perlakuan

Subjek

penelitian

terbanyak

dari

dan 10 orang kelompok kontrol dengan total subjek

kelompok zinc yaitu dengan IB sedang sebanyak 9

penelitian perempuan sebanyak 7 orang. Prevalensi

orang (60,0%). Subjek penelitian terbanyak dari

dan kematian karena PPOK berdasarkan survei

kelompok kontrol yaitu pada kelompok tidak

terbaru di negara berkembang hampir sama antara

merokok sebanyak 6 orang (40,0%). Rokok

laki-laki dan perempuan. (GOLD 2014).

meliliki keterkaitan dengan PPOK dalam hal

Rerata umur pada kelompok zinc adalah

hubungan dose response, yaitu makin banyak

62,47±13,92 tahun dan 59,60±8,92 tahun pada

rokok

kelompok kontrol. Umur merupakan salah satu

meningkatkan risiko terhadap PPOK. (GOLD

faktor risiko PPOK dengan mekanisme yang belum

2014). Hubungan antara kejadian PPOK pada

jelas dipahami, diperkirakan dengan pertambahan

subjek penelitian ini dengan riwayat merokok dapat

umur akan berkembang menjadi PPOK.(GOLD

juga dipengaruhi oleh genetik (defisiensi α1

2014).

yang

dihisap

dan

lebih

lama

akan

antitrypsin)
dimana subjek yang tidak merokok
commit to
user
juga dapat menderita PPOK.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Komorbid subjek penelitian ini antara lain

mampu melepaskan radikal bebas, elastase dan

stroke iskemik, hipokalemia, penyakit jantung

sitokin yang berperan pada patogenesis PPOK

koroner, depresi,

(Rennard SI et al 2002). Penghitungan netrofil

kardiomiopati dan lain-lain.

Faktor komorbid pada PPOK dapat mempengaruhi

sputum bisa menjadi marker

prognosis dari pasien PPOK dan komorbid juga

beratnya PPOK (Chung KF et al 2008).

merupakan

manifestasi

sistemik

dari

untuk menilai

Zinc memiliki peran sebagai antiinflamasi

PPOK

dan antioksidan. Zinc menurunkan pembentukan

(GOLD 2014).
Subjek penelitian pada kelompok zinc dan

sitokin inflamasi dengan menghambat aktivasi

kontrol sebagian besar tidak menderita gagal napas

makrofag yaitu melalui hambatan aktivasi NF-kβ.

yaitu masing-masing 9 orang (60%) dan 6 orang

Nuclear factor kβ merupakan faktor transkripsi

(40%).

yang

yang mengontrol gen respon inflamasi, namun

menggunakan ventilator dieksklusi dari penelitian

mekanisme yang ini terjadi saat ini tidak begitu

ini. Gagal napas dapat dipengaruhi oleh derajat

jelas. Zinc menghambat aktivasi NF-κβ

berat dari PPOK eksaserbasi.

menghalangi fosforilasi dan degradasi protein

Subjek

dengan

gagal

napas

dengan

Inflamasi pada PPOK akan menyebabkan

inhibitor kappa β (Iκβ) yang merupakan protein

kerusakan jaringan paru (Scanion PD 2004).

penting untuk aktivasi NF-κβ. Zinc mengakibatkan

Inflamasi ini bersifat kronis.

Penyakit paru

penurunan infiltrasi neutrofil dari pembuluh darah

obstruktif kronik eksaserbasi merupakan kejadian

ke saluran napas karena aktivasi NF-κβ makrofag

akut

dihambat sehingga faktor kemotaktik untuk netrofil

ditandai

dibandingkan

perburukan
gejala

gejala

normal

respirasi

harian

dan

akan berkurang.

membutuhkan medikasi. Infeksi dan polutan dapat
menyebabkan inflamasi akut

paru dan saluran

Penyakit

paru

obstruktif

kronik

eksaserbasi sebelum mendapatkan terapi yang

napas sehingga inflamasi berkembang lebih berat

adekuat

dibanding kondisi stabil (PDPI 2011). Eksaserbasi

sputum. Pemberian zinc 1 x 20 mg secara

pada

ditemukannya

signifikan (p=0,000*) menurunkan kadar netrofil

peningkatan sel inflamasi netrofil pada sputum

sputum 26,00±15,98. Pemberian terapi standar

(PDPI 2011). Netrofil sputum pada PPOK bisa

tanpa zinc juga menurunkan secara signifikan

menjadi

untuk

(p=0,002*) kadar netrofil sputum 15,87±16,72.

ditemukannya target baru pada penatalaksanaan

Hasil ini menunjukkan pemberian zinc pada PPOK

PPOK, yaitu dengan cara menurunkan netrofil

eksaserbasi mempunyai efek antiinflamasi sehingga

sputum sehingga elastase dapat dikurangi dan

produksi dari faktor kemotaksis akan menurun

diharapkan akan mengurangi progresifitas pada

yang

PPOK (Chung KF et al 2008, Larsson K 2007).

netrofil sebagai salah satu sel inflamasi dari

PPOK

ditandai

marker

dan

dengan

pemikiran

Netrofil merupakan 70% dari jumlah
lekosit dalam sirkulasi yang akan bertahan selama

disertai

akan

dengan

peningkatan

menyebabkan

penurunan

netrofil

migrasi

pembuluh darah menuju paru.
Penurunan

kadar

netrofil

sputum

10 jam dalam darah. Netrofil memiliki peran untuk

kelompok perlakuan bila dibandingkan dengan

fagositosis. Netrofil banyak ditemukan di sputum

penurunan kadar netrofil kelompok kontrol tidak

atau melalui broncho alveolar lavage (BAL)

bermakna secara statistik (p=0,101). Kejadian ini

dapat
penderita PPOK dan akan menempati jaringancommit to
userdisebabkan kemungkinan karena subjek
selama 1-2 hari. (Baratawidjaja KG 2006) Netrofil

dengan derajat PPOK eksaserbasi yang berbeda-

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

beda sehingga dapat mempengaruhi kadar netrofil

kelompok kontrol didapatkan bahwa tidak ada

sputum,

subjek yang memenuhi kebutuhan zinc yang

di

awal

penelitian

tidak

dilakukan

pemeriksaan kadar zinc sehingga tiap subjek

direkomendarikan

kemungkinan memiliki kadar zinc yang berbeda,

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penurunan

penelitian ini tidak melakukan intervensi terhadap

kadar netrofil sputum disebabkan oleh asupan

jenis makanan yang mengandung zinc dikarenakan

tambahan zinc 1x20mg.

kedatangan pasien yang tidak pasti sehingga jenis

tersebut maka pada pasien PPOK eksaserbasi dapat

makanan yang dikonsumsi tiap subjek berbeda-

disarankan untuk memenuhi kebutuhan zinc/ hari

beda tiap harinya. Ini terbukti karena walaupun

dengan asupan makanan yang banyak mengandung

penurunan kadar netrofil sputum antara kelompok

zinc antara lain daging sapi, keju dan daging ayam.

perhari.

Berdasarkan

hasil

Berdasarkan temuan

perlakuan dan kelompok kontrol tidak bermakna

Penelitian tentang hubungan zinc dengan

tetapi bila dilihat dari tiap kelompok terlihat bahwa

lama rawat inap belum penulis temukan. Zinc

penurunan yang lebih besar terjadi pada kelompok

sebagai

perlakuan

dibandingkan

sehingga mempercepat pemulihan gejala PPOK

kelompok kontrol yang hanya sebesar 15,87±16,72

eksaserbasi (Tran AQ 2001). Pemberian zinc 1x20

(gambar 1).

mg selama perawatan PPOK eksaserbasi dapat

sebesar

26,00±15,98

antiinflamasi

mengurangi

inflamasi

menurunkan lama rawat inap 3,80±1,21 hari
dibandingkan dengan kontrol 4,13±2,17 hari.
Penurunan lama rawat inap ini tidak bermakna
secara

statistik

(p=0,607),

keadaan

ini

memungkinkan untuk dilakukan penelitian lebih
lanjut dengan jumlah subjek yang lebih banyak.

SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan
Gambar 1. Penurunan kadar netrofil sputum
kelompok perlakuan dan kontrol

bahwa zinc berpengaruh menurunkan kadar netrofil
sputum

Zinc

memiliki

mekanisme

kerja

menurunkan kadar netrofil sputum yaitu dengan

akan menurun (Barnes PJ 2008). Penurunan kadar
netrofil sputum setelah pemberian zinc 1x20 mg
pada

PPOK

eksaserbasi

diharapkan

dapat

menurunkan produksi elastase sehingga dapat
mencegah progresifitas penurunan fungsi paru serta
mencegah prognosis buruk dan peningkatan angka

perhitungan

jumlah

zinc

dari

Perlu

penelitian baik pada kelompok perlakuan maupun

dan

penelitian

lebih

lanjut

untuk

mengetahui peran zinc pada PPOK eksaserbasi
dengan

pemeriksaan

pengaturan

terhadap

dikonsumsi,

perlu

awal
jenis

kadar

zinc

makanan

dipertimbangkan

dan
yang

penelitian

dengan derajat PPOK eksaserbasi yang sama pada
setiap subjek dan zinc dapat diberikan sebagai
terapi suportif pada penderita PPOK eksaserbasi.

commit to user

makanan yang dimakan oleh subjek selama

eksaserbasi

PPOK eksaserbasi.

mortalitas.
Hasil

PPOK

menurunkan lama rawat inap penderita penderita

cara menghambat aktivasi NF-κβ pada makrofag
sehingga produksi faktor kemotaktik oleh makrofag

penderita

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id
lung cancer. Proc Am Thorac Soc.

DAFTAR PUSTAKA

3:535-8.
Agin KH, Namavary D, 2012. Inflammatory
biomarker

of

peripheral

CRP

Budiasih SK, 2011. Interferensi ion cd (II) dan hg

and

(II) terhadap biofungsi persenyawaan

analyzing serum trace elements like zinc,

seng

copper and Cu to Zn ratios in stable

Journal

Toxicology and

of

Forensic

Pendidikan

Medical

Fakultas

Medicine.

2:116-23.

Penerapan

MIPA,

Mipa,

Universitas

Negeri

Kedokteran

Universitas

that

influence

Physiol Rev. 83:309-36.
Cavalcante AG, Bruin PF, 2009. The role of

Barker BL, Brightling CE, 2013. Phenotyping the
heterogeneity of chronic obstructive
pulmonary disease. Clinical Science.

features

neutrophil emigration into the lung.

Indonesia. p. 34-45.

oxidative

stress

concepts

and

in

COPD

perspectives.

current
J

Bras

Pneumol. 35:1227-37.
Chung KF, Adcock IM, 2008. Multifaceted

124:371-87.

mechanism in COPD: Inflammation,

Barnes PJ, 2004. Mediators of chronic obstructive

immunity,

pulmonary disease. Pharmacol Rev.
56:515-48.

Cosio

MG,

Saetta

Immunologic

COPD. Chest. 134:1278-86.

tissue

repair

and

M,

Agusti

aspects

A,
of

2009.
chronic

obstructive pulmonary disease. The N

Barnes PJ, 2008b. Immunology of asthma and
chronic obstructive pulmonary disease.

England J Med. 360:2445-52.
Danusantoso H, 2000. Bronkitis kronis dan PPOM.

Nature Publishing Group. 8:183-92.
Inhaled

and

destruction. Eur Respir J. 31:1334-56.

Barnes PJ, 2008a. Emerging pharmacotherapies for

2010.

dan

structural

dasar. Edisi 7. Jakarta: Balai Penerbit

PJ,

manusia.

Burns AR, Smith CW, Walker DC, 2003. Unique

In: Baratawidjaja KG, editor. Imunologi

Barnes

tubuh

Yogyakarta.

Baratawidjaja KG, 2006. Sistem imun nonspesifik.

Fakultas

pada

Proceeding Seminar Nasional Penelitian,

chronic obstructive pulmonary disease.
International

(II)

In: Rachmah L, editor. Buku saku ilmu

corticosteroids.

penyakit paru. Cetakan 1. Jakarta:

Pharmaceuticals. 3:514-40.

Penerbit Hipokrates. p. 179-85.

Beeh KM, Kornmann O, Buhl R, 2003. Neutrophil

Demedts IK, Demoor T, Bracke KR, Joos GF,

chemotactic activity of sputum from

Brusselle GG, 2006. Role of apoptosis in

patients with COPD. Chest. 123:1240-7.

the

Bellini LM, 2008. Nutrition in acute respiratory

pulmonary

failure. In: Fishman AP, Elias AP,
Fishman JA, Grippi MA, Senior RM,
Pack AI, editors. Fishman’s pulmonary
disease and disorders. 4th ed. USA:
McGraw-Hill company Inc. p. 2691-99.

pathogenesis

of

COPD

emphysema.

and

Respiratory

Research. 7:1-10.
Depkes,

2013.

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 75 tahun
2013 tentang angka kecukupan gizi yang
dianjurkan bagi bangsa Indonesia. 1-6.

Brody JS, Spira A, 2006. Chronic obstructive

Drost
EM, Skwarski KM, Sauleda J, Soler N, Roca
commit to
user

pulmonary disease, inflammation, and

J,

Agustin

A,

McNee

W,

2005

perpustakaan.uns.ac.id
Oxidative

stress

digilib.uns.ac.id
and

airway

Hidayat A, 1999. Seng (Zinc): Esensial bagi

inflammation in severe exacerbation of

kesehatan. J Kedokteran Trisakti. 18:1-9.

COPD. Thorax. 60:293-300.

Hiemstra PS, 2002. The adaptive response of

Garina LA, 2009. Kadar seng plasma dan
interleukin-12 pada anak usia 6-14 tahun
di

daerah

endemis

Crit Care Med. 166:635-6.

Tesis.

Isik B, Isik RS, Ceylan A, Calik O, 2005. Trace

Program Pasca Sarjana Magister Ilmu

elements and oxidative stress in chronic

Biomedik

obstructive pulmonary disease. Saudi

dan

malaria.

smokers to oxidative stress. Am J Respir

Program

Pendidikan

Dokter Spesialis I Ilmu Kesehatan Anak
Universitas Diponegoro. Semarang.

Kasjono HS, Yasril, 2009. Teknik sampling untuk

Global Initiative for Chronic Obstructive Lung
Disease, 2014. Global strategy for the
diagnosis, management, and prevention
of

chronic

obstructive

Med J. 26:1882-5.

penelitian kesehatan. Yogyakarta: Graha
ilmu.
Kirkham P, Rahman I, 2006. Oxidative stress in

pulmonary

asthma and COPD antioxidants as a

disease. United State of America: Global

therapeutic strategy. Pharmacology &

Initiative for Chronic Obstructive Lung

Therapeutics. 111:476-94.

Disease Inc.

Kirkil G, Muz MH, Seckin D, Sahin K, Kucuk O,

Goshal AG, Dhar R, Kundu S, 2012. Treatment of
acute

exacerbation

of

COPD.

Supplement To Japi. 60:38-43.

2008.

Antioxidant

Huda SN, Mc Gregor SM, 2001.

of

zinc

picolinate in patients with chronic
obstructive

Hamadani JD, Fuchs GJ, Osendarp SJ, Khatun F,

effect

pulmonary

disease.

Respiratory Medicine. 102:840-4.
Kodgule R, Vaidya A, Salvi S, 2012. Newer

Randomized controlled trial of the effect

therapies

of zinc supplementation on the mental

pulmonary disease. Supplement To Japi.

development of Bangladeshi infants. The

60:8-13.

American Journal of Clinical Nutrition.

Hambidge M, 2000. Human zinc deficiency. J.
Nutr. 130:1344-9.

in

chronic

obstructive

pulmonary disease the role of regulatory

Herman S, 2009. Review on the problem of zinc
deficiency, program prevention and its
Peneliti

dan

Pengembang Kesehat. 19:S75-S83.

mechanism in COPD. Journal of Internal
Medicine. 262:311-40.
Macnee W, 2005a. Pathogenesis of chronic
obstructive pulmonary disease. Proc Am

Herzog R, Rundles SC. 2011. Immunologic impact
of nutrient depletion in stable chronic
obstructive pulmonary disease. Current
Drug Targets. 12:489-500.

119:75-86.
Larsson K, 2007. Aspect on pathophysiological

intake and status. J. Nutr. 133:948-55.

Media

obstructive

T cells and Th 17 cells. Clinical Science.

Hambidge M, 2003. Biomarkers of trace mineral

prospect.

chronic

Lane N, Robins RA, Corne J, Fairclough L, 2010.
Regulation

74:381-6.

for

Thorac Soc. 2:258-66.
Macnee W, 2005b. Treatment of stable COPD:
Antioxidants. Eur Respir Rev. 14:12-22.

Macnee
commit to
user W, 2006. ABC of chronic obstructive
pulmonary

disease

pathology,

perpustakaan.uns.ac.id
pathogenesis

digilib.uns.ac.id

and

pathophysiology.

Oschner

British Medical Journal. 332:1202-4.

YN,

Rabe

KF,

manifestations

Macnee W, Tuder RM, 2009. New paradigms in

of

2011.

Systemic

COPD.

Chest.

139:165-72.

the pathogenesis of chronic obstructive

Overbeck S, Rink L, Haase H, 2008. Modulating

pulmonary disease. Proc Am Thorac

the immune response by oral zinc

Soc. 6:527-31.

supplementation a single approach for

Maranatha D, 2010. Penyakit paru obstruktif kronik

multiple disease. Arch Immunol Ther.

(PPOK). In: Wibisono MJ, Winariani,
Hariadi S, editors. Buku ajar ilmu
penyakit

paru.

Edisi

1.

56:15-30.
Prasad AS, 2008. Zinc in human health effect of

Surabaya:

zinc on immune cells. Mol Med. 14:353-

Departemen ilmu penyakit paru FK
Unair-RSUD Dr. Soetomo. p. 37-54.

7.
Perhimpunan

McDonagh M, Bell EB, 1995. The survival and

Dokter

Penyakit

Paru

Paru

Indonesia,
Obstruktif

2011.
Kronik.

turnover of mature and immature CD8 T

Diagnosis dan Penatalaksanaan. Jakarta:

cells. Immunology. 84:514-20.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. p.

Morgan CI, Ledford JR, Zhou P,Page K, 2011.
Zinc

supplementation

inflammation

alters

and

hyperresponsiveness

to

a

1-88.

airway

Prasad AS, 2009. Zinc role in immunity, oxidative

airway

stress and chronic inflammation. Curr
Opin Clin Nutr Metab Care. 12:646-52.

common

allergen. Journal of inflammation. 8:1-

Rahman I, 2006. Antioxidant therapies in COPD.
International Journal of COPD. 1:15-29.

10.
Mroz RM, Noparlik J, Chyczewska E, Braszko JJ,

Rahman I, 2006a. Oxidative stress and redox

Holownia A, 2007. Molecular basis of

regulation of lung inflammation in

chronic inflammation in lung diseases

COPD. Eur Respir J. 28:219-42.

new therapeutic approach. Journal of

Reilly JJ, 2008. Chronic obstructive pulmonary

Physiology and Pharmacology. 58:453-

disease. In: Fauci AS, Longo DL, Kasper

60.

DL, Braunwald E, Hauser SL, Jameson

Murgia C, 2011. Apical localization of zinc

JL, et al, editors. Harrison’s principles of

transporter zn t4 in human airway

internal medicine. 17th ed. New York:

epithelial cells and its loss in a murine

McGraw-Hill Companies. p. 1347.

model of allergic airway inflammation.

Rennard SI, Barnes PJ, 2002. Pathogenesis of
COPD. In: Barnes PJ, Drazen JM,

Nutrients. 3:910-28.

Rennard S, Thomson NC, editors.

Ngom PT, Howie S, Ota MO, Prentice AM, 2011.
The

potential

immunological

role

and

mechanisms

possible

Asthma and COPD basic mechanism and

of

clinical management. 1st ed. London:

zinc

Elsevier Science Ltd. p. 361-79.

adjunctive therapy for severe pneumonia
in children. The Open Immunology

Repine JE, Bast A, Lankhorst I, 1997. Oxidative

Journal. 4:1-10.
Nriagu J, 2007. Zinc deficiency in human health.commit to
Dietary Supplement Journal. 1:1-8.

stress in chronic obstructive pulmonary

user disease. Am J Respir Crit Care Med.
156:341-57.

perpustakaan.uns.ac.id

digilib.uns.ac.id

Rink L, Gabriel P, 2000. Zinc and the immune

pengukuhan

system. Proceedings of the Nutrition
Society. 59:541-52.

guru

besar).

Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.
Tran AQ, Carter J, Ruffin R, Zalewski PD, 2001.

Scanion PD, 2004. The pathogenesis and pathology

New insight into the role of zinc in the

of COPD identifying risk factors and

respiratory epithelium. Immunology and

improving

Cell Biology. 79:170-7.

morbidity

and

mortality.

Advanced Studies in Medicine. 4:745-9.

Tubby C, Harrison T, Todd I, Fairclough L, 2011.
Immunological basis of reversible and

Senior RM, Atkinson JJ, 2008. Chronic obstructive
pulmonary

disease:

fixed airways disease. Clinical Science.

Epidemiology,

121:285-96.

pathophysiology and pathogenesis. In:
Fishman AP, Elias AP, Fishman JA,

Walsh CT, 1994. Zinc health effects and research

Grippi MA, Senior RM, Pack AI,

priorities for the 1990s. Enviromental

editors. Fishman’s pulmonary disease

Health Perspective. 102:5-46.

and disorders. 4th ed. USA: McGraw-

Walravens PA, 2009. Zinc metabolism and its
implications in clinical medicine. The

Hill company Inc. p. 707-27.

Western Journal of Medicine. 130:133-

Shankar AH, Prasad AS, 1998. Zinc and immune

42.

function: The biological basis of altered
resistance to infection. Am J Clin Nutr.

Wapnir RA, 2000. Zinc deficiency, malnutrition
and

68:447-63.

gastrointestinal

tract.

The

Journal of Nutrition. 130:1388-92.

Shapiro SD, Ingenito EP, 2005. The pathogenesis
pulmonary

White AJ, Gompertz S, Stockley RA, 2003.

disease. AM J Respir Cell Mol Biol.

Chronic obstructive pulmonary disease 6

32:367-72.

The

of

chronic

obstructive

aetiology

of

exacerbations

of

chronic obstructive pulmonary disease.

Shapiro SD, Reilly JJ, Rennard SI, 2010. Chronic

Thorax. 58:73-80.

bronchitis and emphysema. In: Mason
RJ, Murray JF, Broaddus VC, Nadel JA,

Wood AM, Stockley RA, 2006. The genetic of

editors. Murray and Nadel’s textbook of

chronic obstructive pulmonary disease.

respiratory

Respiratory Research. 7:1-14.

medicine.

5th

ed.

Woolhouse IS, Bayley DL, Stockley RA, 2002.

Philadelphia: Elseiver Inc. p. 919-55.

Sputum chemotactic activity in chronic

Stedeford T, Donohue J, 2005. Toxicological
review

of

zinc

Washington

DC:

compounds.

obstructive pulmonary disease effect of

Enviromental

α1 antitrypsin deficiency and the role of

and
US.

leukotriene

Protection Agency. p. 1-63.
Stockley

the

RA,

2002.

pathogenesis

Neutrophils
of

COPD.

and

cigarette

(PPOK).

8.

Rev. 87:1047-82.

Tinjauan

patogenesis, klinis dan sosial (pidatocommit to

smoke-induced

chronic

obstructive pulmonary disease. Physiol

Suradi, 2007. Pengaruh rokok pada penyakit paru
kronik

interleukin

Yoshida T, Tuder RM, 2007. Patobiology of

121:151S-155S.

obstruktif

and

Thorax. 57:709-14.

the

Chest.

B4

user

Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2 70 87

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan

4 95 88

Thalassemia Sebagai Penyakit Kronik Dilihat Dari Sudut Pandang Psikologis

0 80 21

Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010-2011

1 63 90

Profil Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil Berdasarkan Penilaian BODE Index di RSUP H.Adam Malik dan RS PTP II Tembakau Deli Medan

2 58 67

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

PENGARUH ZINC PADA KADAR NETROFIL SPUTUM, SKOR COPD ASSESSMENT TEST (CAT) DAN LAMA RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK EKSASERBASI.

0 4 4

PENGARUH ZINC PADA KADAR NETROFIL SPUTUM DAN LAMA RAWAT INAP PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK EKSASERBASI.

0 0 4

Pengaruh zinc pada kadar netrofil sputum dan rawat inap penderita penyakit paru obstruktif kronik eksaserbasi BAB 0

0 0 18

PENGARUH PEMBERIAN LYCOPENE TERHADAP KADAR INTERLEUKIN 8, MALONDIALDEHYDE PLASMA, DAN LAMA RAWAT INAP PADA PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK EKSASERBASI AKUT - UNS Institutional Repository

0 1 25