KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU DENGAN PG. DJOMBANG BARU DI KABUPATEN JOMBANG.

KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU
DENGAN PG. DJ OMBANG BARU
DI KABUPATEN J OMBANG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Program Studi Agribisnis

OLEH :

RONGGOJ ATI PUTUNINGRAT
0824010028

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU
DENGAN PG. DJ OMBANG BARU
DI KABUPATEN J OMBANG

SKRIPSI

OLEH :

RONGGOJ ATI PUTUNINGRAT
0824010028

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2012
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.


KEMITRAAN ANTARA PETANI TEBU
DENGAN PG. DJ OMBANG BARU
DI KABUPATEN J OMBANG
Disusun Oleh

RONGGOJ ATI PUTUNINGRAT
NPM : 0824010028
Telah dipertahankan di hadapan dan diterima Oleh Tim Penguji Skripsi
Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awa Timur
Pada tanggal : 07 Desember 2012
Pembimbing :
1. Pembimbing Utama

Tim Penguji :
1. Ketua

Dr. Ir. Zainal Abidin, MS.

Dr. Ir. Zainal Abidin, MS.


2. Pendamping Pendamping

2. Sekretaris

Dr. Ir. A. Rachman Waliulu, SU.

Ir. Nuriah Yuliati, MP.
3. Anggota

Ir. Sigit Dwi Nugroho, MSi.

Mengetahui :
Dekan Fakultas Pertanian

Ketua Program Studi
Agribisnis

Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS.


Dr.Ir. Eko Nurhadi, MS.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Telah Direvisi
Tanggal : ……………….

Pembimbing Utama:

Dr. Ir. Zainal Abidin, MS.

Pembimbing Pendamping :

Dr. Ir. A. Rachman Waliulu, SU.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR


Assalamualaikum, Wr. Wb.
Puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas ridha dan karunia-Nya.
Penulis

dapat

ANTARA

menyelesaikan

PETANI

TEBU

skripsi
DENGAN

dengan
PG.


judul

KEMITRAAN

DJ OMBANG

BARU

DI KABUPATEN J OMBANG. Tidak lupa pula penulis haturkan shalawat dan
salam kepada Nabi Muhammad SAW, yang dengan segala kerendahan hati dan
kesucian iman, serta kebersihan budi, akhlak dan perilakunya, telah menjadi panutan
bagi

seluruh

umat

muslim


di

dunia.

Terimakasih

kepada

bapak

Dr . Ir. Zainal Abidin, MS dan bapak Dr . Ir . A. Rachman Waliulu, SU yang telah
meluangkan waktunya untuk menjadi pembimbing skripsi ini. Banyak sekali bantuan,
motifasi, dan bimbingan yang sangat berharga, yang diberikan kepada penulis, untuk
itu pada kesempatan ini penulis menghaturkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Ir. Ramdan Hidayat, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
2. Dr. Ir. H. Eko Nurhadi, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jawa Timur.
3. Ayah dan Bunda tercinta terimakasih atas do’a, cinta dan kasih sayangnya.

4. Kakak-kakak, adik-adik, dan seluruh keluarga besar Ranti’s Club.

i
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5. Gendon, Min, Ingwang Mita, Black, Ibnu, Pak Yanto, Oni, Fitri dan semua
teman-teman satu angkatan yang tidak dapat disebutkan namanya satu
persatu. ”I can’t be like what I’am now without you, Guys!!”.
6. Seluruh karyawan bagian akademik, keuangan, dan kemahasiswaan Fakultas
Pertanian UPN“Veteran” Jatim yang membantu proses perkuliahan.
7. Seluruh dosen Fakultas Pertanian UPN “Veteran” Jatim yang bersedia
memberikan ilmunya kepada Penulis.
8. Buat my Friska, terimakasih atas dukungannya“You are the best!!”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan
skripsi ini, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Semoga skipsi ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang berguna.

Wassamualaikum, Wr.Wb.

Surabaya, 07 Desember 2012
Penulis,

ii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. vii
I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................

1


1.2 Permasalahan ................................................................................... 5

II.

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................

8

1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................

8

1.5 Batasan Masalah.............................................................................

9

TINJ AUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................


10

2.2 Diskripsi Singkat Tanaman Tebu ....................................................

13

2.2.1. Rendemen Tebu ....................................................................

14

2.2.2. Penentuan Rendemen Gula Tebu........................................................

16

2.2.3. Sistem Bagi Hasil Dan Kebijakan Tebu Rakyat .................................

19

2.2.4. Peningkatan Produksifitas Gula Nasional ...........................................

22

2.3.Tinjauan Mengenai Kemitraan ........................................................

25

2.3.1. Syarat Kemitraan Usaha Pertanian .........................................

30

2.3.2. Model-model Kemitraan Usaha Bersama ...............................

31

2.3.3. Manfaat dan Kendala Kemitraan ..........................................................

38

iii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3.4. Indikator Evaliasi Kepuasan Petani Terhadap Kemitraan ....................

39

III. KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
3.1. Kerangka Pemikiran ......................................................................

42

3.2. Hipotesis .......................................................................................

45

IV. METODE PENELITIAN

V.

4.1. Penentuan Obyek Penelitian ...........................................................................

46

4.2. Penentuan Sampel...........................................................................................

46

4.3. Pengambilan Data ...........................................................................................

47

4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel .............................................

47

4.5. Analisis Data ...................................................................................................

48

KEADAAN UMUM WILAYAH
5.1. Keadaan Umum Perusahaan...........................................................................

53

5.1.1. Sejarah Pabrik Gula Djombang Baru ...................................................

53

5.1.2. Lokasi Pabrik Gula Djombang Baru ....................................................

56

5.1.3 Struktur Organisasi PG. Djombang Baru ..............................................

57

5.2. Keadaan Umum Kabupaten Jombang ...........................................................

59

5.2.1 Kondisi Geografis ..................................................................................

59

5.2.2. Kondisi Penduduk .................................................................................

60

5.2.3. Kondisi Perkebunan ..............................................................................

61

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1. Karakteristik Petani Mitra ...............................................................................

63

6.1.1. Usia Petani Mitra...................................................................................

64

6.1.2. Pendidikan Petani Mitra ........................................................................

64

6.1.3. Luas Kepemilikan Lahan Petani Mitra .................................................

66

iv

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6.1.4. Lama Berusahatani Tebu ......................................................................

67

6.2. Masalah-masalah yang Dihadapi Petani Mitra Dalam Usahatani Tebu ........

68

6.2.1. Persiapan Lahan ....................................................................................

68

6.2.2. Penanaman ............................................................................................

70

6.2.3. Pemeliharaan .........................................................................................

71

6.2.4. Rendemen Tebu ....................................................................................

75

6.2.5. Tebu Keprasan.......................................................................................

76

6.2.6. Panen .....................................................................................................

76

6.3. Mekanisme Kemitraan antara PG. Djombang Baru dengan Petani Tebu Mitra
di Kabupaten Jombang.................................................................................... 77
6.3.1. Mekanisme Pembinaan Kemitraan.......................................................

78

6.4. Tanggapan Petani Mitra terhadap Kemitraan...............................................

89

6.4.1 Atribut Evaluasi Kemitraan .................................................................

89

6.4.2. Analisis Tingkat Kepuasan Petani Mitra ............................................

92

6.4.2.1. Tingkat Kesesuaian Atribut .......................................................

93

6.4.2.2. Matriks Kepentingan-Kepuasan Petani Mitra...........................

95

VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ..................................................................................................... 104
7.2. Saran................................................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 107
LAMPIRAN ................................................................................................................... 109

v

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Ronggojati Putuningr at. Kemitraan Antar a Petani Tebu Rakyat Dengan PG.
Djombang Bar u Di Kabupaten J ombang. Dosen Pembimbing Utama : Dr . Ir .
Zainal Abidin, MS. Dosen Pembimbing Pendamping : Dr. Ir. A. Rachman
Waliulu, SU.
RANGKUMAN
PG. Djombang Baru dalam memproduksi gula masih memiliki kendala, yaitu
belum adanya lahan tanam tebu sendiri untuk menanam tebu maka untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku tebu tersebut pabrik gula disamping menyewa lahan milik
masyarakat juga menjalin kerjasama dengan petani tebu rakyat di sekitar pabrik.
Hubungan kerjasama antara pabrik gula dengan petani sebagai pemasok tebu tersebut
dalam bentuk hubungan kemitraan. Hubungan antara petani tebu rakyat dengan PG.
Djombang Baru yang dijalin dengan dasar kerjasama terkadang berjalan kurang
harmonis dan tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, hal ini akibat dari
masing-masing pihak yang masih cenderung untuk tidak mematuhi kesepakatan yang
telah diputuskan bersama. Fenomena yang menarik tersebut menstimulus peneliti
untuk mengadakan penelitian tentang kemitraan yang sudah dilaksanakan dengan
berbagai permasalahan yang dihadapinya.
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengidentifikasi masalah penyediaan bahan
baku tebu yang dihadapi oleh petani mitra selama bermitra dengan PG. Djombang
Baru di Kabupaten Jombang.(2) Mengidentifikasi mekanisme pembinaan PG.
Djombang Baru yang diinginkan oleh petani mitra dalam kemitraan antara petani tebu
dengan PG. Djombang Baru di Kabupaten Jombang.(3) Menganalisis tanggapan
petani mitra terhadap bentuk kemitraan yang dibuat oleh PG. Djombang Baru.
Pengambilan data menggunakan Data Primer dan Data Sekunder. Data Primer
yaitu Interview (Data yang didapat saat melakukan penelitian), dan metode kuisioner
(Data yang didapat adalah daftar pertanyaan yang telah diisi oleh responden). Data
Sekunder adalah keadaaan umum perusahaan, sejarah PG. Djombang Baru, Lokasi
PG. Djombang Baru, dan Struktur organisasi PG. Djombang Baru.
Berdasarkan tujuan penelitian dan dari hasil analisis maka dapat disimpulkan
sebagai berikut: 1. Masalah-masalah dalam budidaya tebu yang dihadapi oleh petani
mitra di Kabupaten Jombang adalah sebagai berikut: Persiapan lahan tebu
disebabkan kurangnya tenaga kerja diawal pengolahan lahan, Proses penanaman tebu
disebabkan karena adanya bibit yang digunakan merupakan varietas yang kurang
unggul, Proses pemanenan yaitu dikarenakan keterlambatan pengangkutan, dimana
sarana trasportasi dan jalan kurang mendukung. 2. Mekanisme pembinaan yang di
inginkan dalam kemitraan yang dibuat oleh PG. Djombang Baru, antara lain: Syarat
kemitraan (hak dan kewajiban), Penetapan peserta mitra, Kegiatan pembinaan,
Evaluasi. 3. Petani menilai yang menjadi prioritas utama dalam tingkat kepentingan
kemitraan adalah atribut ketepatan waktu memberikan biaya garap, dan respon
terhadap segala keluhan. Sedangkan tingkat kepuasan yang dirasakan oleh petani
mitra lebih pada atribut kontinuitas suplai komoditas dari petani ke perusahaan dan
pengakutan hasil panen.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

I. PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Keberadaan industri gula memegang peranan penting bagi masyarakat

Indonesia dan sektor industri lainnya karena gula merupakan salah satu komponen
yang diperlukan untuk konsumsi masyarakat dan juga diperlukan sebagai bahan
baku semisal untuk industri olahan pangan. Hal ini merupakan implikasi dari
perkembangan jumlah penduduk yang dapat dipastikan terus meningkat setiap
tahunnya bahkan pada tahun 2011 tercatat sebanyak 236 juta jiwa. Informasi data
Kementerian BUMN pada tahun yang sama mendeskripsikan Indonesia
membutuhkan 5 juta ton gula yang terdiri dari 2,75 juta ton untuk konsumsi
langsung masyarakat dan 2,25 juta ton untuk keperluan industri produksi gula
Nasional baru bisa memenuhi 53 % dari kebutuhan total, sisanya 47% dari
kebutuhan tersebut dipenuhi melalui impor (Kementerian BUMN, 2011).
Bakrie dan Susmiadi (1999) menyatakan, membiarkan impor meningkat
berarti membiarkan industri gula terus mengalami kemunduran yang akan
menimbulkan masalah bagi Indonesia. Pertama, industri gula melibatkan sekitar
1.4 juta petani dan tenaga kerja. Kedua, kebangkrutan industri gula juga berkaitan
dengan aset yang sangat besar dengan nilai sekitar Rp 50 triliun. Ketiga, gula
merupakan kebutuhan pokok yang mempunyai pengaruh langsung terhadap
inflasi, sesuatu yang mengkhawatirkan pelaku bisnis, masyarakat umum, dan
pemerintah. Lebih jauh, membiarkan ketergantungan kebutuhan pokok yang
harganya sangat fluktuatif dengan koefisien keragaman harga tahunan sekitar 48%

1

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2
akan berpengaruh negatif terhadap upaya pencapaian ketahanan pangan.
(Pakpahan, 2000)
Mengamati lebih dalam terjadi penurunan produksi guia nasionai antara
lain disebabkan oleh dua hal, yaitu: (1) penurunan produktivitas gula per hektar
(terutama di Pulau Jawa). Penurunan ini disebabkan oleh pergeseran areal tebu
dari lahan sawah ke lahan kering, tidak ada inovasi dan adaptasi teknologi
budidaya tebu lahan kering secara memadai dan meningkatnya biaya produksi, (2)
penurunan rendemen karena faktor budidaya maupun pabrik yang disebabkan
semakin panjangnya hari giling pabrik gula sehingga masa giling semakin jauh
dari periode kemasakan tebu yang optumal, kurangnya pasokan tebu, dan
meningkatnya

jumlah

gula

yang

hilang

per

ton

yang

digiling.

(Djojosubroto, 1995).
Soekartawi, (2002) menyatakan bahwa efektifitas suatu kegiatan usahatani
dapat tercapai bila petani dapat mengalokasikan sumberdaya yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya, sedangkan efisiensi akan tercapai bila pemanfaatan
sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan
(input). Oleh karenanya pemerintah melalui perusahaan gula milik BUMN masih
perlu ditingkatkan kinerjanya agar mampu memberikan kontribusi besar dalam
upaya pemenuhan kebutuhan gula Nasional. Saat ini di Indonesia terdapat 61
pabrik Gula (PG ), 51 Pabrik Gula milik BUMN dan sisanya 9 Pabrik Gula milik
swasta, yang terbesar di Pulau Jawa dan di luar Jawa meliputi propinsi Sumatra
utara, Sumatra Selatan, Lampung, Sulawasi Selatan dan Gorontalo.
PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) disingkat PTPN X sebagai salah satu
BUMN yang memiliki core bisnis perkebunan tebu menaungi beberapa pabrik

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3
gula (PG) yang tersebar di berbagai daerah terutama Jawa Timur dan Jawa
Tengah. Diantara kedua belas Pabrik Gula

yang ada salah satunya adalah

PG. Djombang Baru. PG. Djombang Baru yang terletak di Kabupaten Jombang
merupakan Unit Usaha Strategis (UUS) di bawah naungan PT. Perkebunan
Nusantara X yang memiliki kapasitas giling terpasang 2.650 ton per hari,
mempunyai peranan yang cukup besar sebagai penyedia gula bagi masyarakat
khususnya di wilayah Jawa Timur, walaupun dalam 5 tahun terakhir produksinya
menunjukkan angka-angka yang fluktuatif dan cenderung menurun.
Sebagaimana perusahaan BUMN pada umumnya menghadapi permasalahan
baik di sektor on farm maupun off farm. Permasalahan di sektor on farm yang
cukup menonjol diantaranya yaitu kesulitan pengembangan area tebu akibat
persaingan penggunaan lahan yang ketat dengan komoditi lain dan terjadinya alih
fumgsi lahan pertanian ke non pertanian, terutama yang terjadi di Pulau Jawa.
Sedangkan permasalahan di sektor off farm terkait dengan usia pabrik yang relatif
lama dengan teknologi pengolahan yang relatif konvensional, sehingga kapasitas
giling sangat terbatas dan kualitas gula relatif kurang baik.
Sehubungan permasalahan yang ada dengan memegang konsep revitalisasi
industri gula nasional yang secara konkret membahas tentang pencapaian
kesinambungan antara produksi dan konsumsi, baik konsumsi langsung maupun
konsumsi industri serta terpenting adalah mencakup upaya-upaya terwujudnya
masyarakat (petani) yang sejahtera melalui perkebunan yang berdaya saing dan
berkeadilan maka konsep kemitraan sebagai langkah tepat untuk memenuhi
tantangan tersebut. Kemitraan merupakan pilihan yang tepat karena petani
membutuhkan pihak yang dapat menyediakan input, membeli dan menjual produk

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4
yang dihasilkan oleh petani, dapat membimbing dan membina petani melalui
kerjasama yang saling menguntungkan (win-win solution). Kemitraan menjadi
bagian terpenting dari industri gula dimana kemitraan merupakan bentuk riil
kerjasama usaha antara petani tebu dengan pabrik gula, dimana pabrik gula
memberikan pinjaman biaya garap, bibit, pupuk, herbisida, dan alat-alat, selain itu
petani di berikan bimbingan teknis dan penyuluhan serta jaminan pengelolahan
seluruh hasil panen oleh pabrik gula (Nuhung, 2006).
PG. Djombang Baru dalam memproduksi gula masih memiliki kendala,
yaitu belum adanya lahan tanam sendiri untuk menanam tebu maka untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku tebu tersebut pabrik gula disamping menyewa
lahan milik masyarakat juga menjalin kerjasama dengan petani tebu rakyat di
sekitar pabrik. Hubungan kerjasama yang dijalin antara pabrik gula dengan petani
sebagai pemasok tebu tersebut dalam bentuk hubungan kemitraan. Meskipun
demikian,

hubungan

kemitraan

antara

petani

tebu

rakyat

dengan

PG. Djombang Baru yang dijalin dengan dasar saling menguntungkan terkadang
berjalan kurang harmonis dan tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, hal
ini akibat dari masing-masing pihak yang masih cenderung untuk tidak mematuhi
kesepakatan yang telah diputuskan bersama. Fenomena yang menarik tersebut
menstimulus peneliti untuk mengadakan penelitian tentang kemitraan yang sudah
dilaksanakan dengan berbagai permasalahan yang dihadapinya.
Berdasarkan atas uraian di atas maka perlu dilakukan kajian yang lebih
mendalam mengenai “Kemitraan Antara Petani Tebu dengan PG. Djombang Baru
Di kabupaten Jombang” didalamnya mempelajari tentang tanggapan petani
terhadap program kemitraan yang dilakukan oleh petani mitra dengan pabrik gula.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5
1.2. Per masalahan
Kesulitan penyediaan pasokan bahan baku dari petani merupakan
tugas berat yang harus dihadapi oleh PG. Djombang Baru. Padahal
ketersediaan bahan baku yang cukup dan kontinu bagi suatu usaha agroindustri
gula

amat

penting.

Hal ini

disebabkan oleh

hal-hal sebagai berikut

(Soekartawi, 2005) :
a.

Produk usaha pertanian adalah musiman sehingga diperlukan manajemen
stok yang baik.

b.

Produk usaha pertanian bersifat lokal dan spesifik dan oleh karenanya
diperlukan perencanaan pengadaan bahan baku secara baik.

c.

Harga produk pertanian umumnya berfluktuasi. Oleh karena itu diperlukan
stok yang cukup agar tidak terjadi pembelian bahan baku yang berulangulang pada harga yang tidak pasti.

d.

Mesin pengolahan akan berjalan efisien kalau digunakan terus sampai
diperoleh pemakaian yang efisien. Oleh karena itu, bahan baku harus
tersedia setiap saat manakala bahan baku tersebut diperlukan.
Pihak manajemen PG. Djombang Baru sadar akan tantangan tersebut, dan

dilain sisi petani di sekitar lokasi pabrik gula cenderung memiliki preferensi untuk
mengikuti

kemitraan

dikarenakan

selisih

harga

yang

ditawarkan

PG. Djombang Baru sebanding dengan tingkat rendemen yang dihasilkan oleh
petani. Para petani tersebut juga beranggapan bahwa permintaan tebu di pasar
bebas cukup tinggi apabila dikelola dengan baik oleh manajemen, meskipun
sebagaian lainnya menolak mengikuti yang telah dilaksanakan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6
Untuk mencapai suatu hubungan kemitraan yang harmonis dan saling
menguntungkan antara pihak Pabrik Gula dengan petani peserta kemitraan, maka
pihak pabrik gula juga perlu memperhatikan tanggapan-tanggapan dari petani
yang kadang kala belum mendapat perhatian penuh dari kemungkinan masalah
yang dihadapi semisal kurang cepat dalam menghadapi kerusakan panen,
turunnya rendemen, kesulitan tebang pengangkutan dan lain sebagainya, padahal
naik turunnya produksi tebu berpengaruh langsung pada besar kecilnya rendemen
yang dihasilkan, maka jelas ada kepentingan dari kedua belah pihak untuk saling
kerja sama yang baik dan harmonis agar produksi tebu maupun hasil gula dapat
meningkat. Selain itu, kemitraan yang telah dilaksanakan memberikan dampak
secara eksplisit dari segi ekonomi maupun sosial.
Salah satu tujuan dari pengenalan sistem kemitraan adalah peningkatan
pendapatan petani tebu. Pendapatan petani tebu merupakan fungsi dari produksi
tebu dan harga yang diperoleh untuk tebu dan gulanya, hal ini berarti walaupun
produksi gula perhektar relatif tinggi tetapi kalau harga gula yang diterima petani
menurun, boleh jadi pendapatan bersih petani tidak meningkat. Ditinjau dari segi
ekonomi akibat langsung dari sistem kemitraan adalah pertambahan yang sangat
besar dari penggunaan modal, biaya dan sebagainya yang kurang memenuhi,
selain itu dalam hal pembinaan waktu yang diberikan relatif sehingga dapat
mempengaruhi hasil produksi dan secara otomatis juga dapat mempengaruhi
pendapatan petani yang mengikuti kemitraan.
Sikap yang ditunjukkan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan
dengan PG. Djombang Baru dapat dijadikan indikasi adanya permasalahan dalam
hal kepuasan terhadap kinerja pelaksanaan kemitraan selama ini. Dengan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7
menggunakan pendekatan sikap pelanggan terhadap suatu produk, petani mitra
akan memberikan loyalitas kepada perusahaan jika harapan petani dalam bermitra
dapat dipenuhi oleh perusahaan. Petani mitra yang terpenuhi harapannya relatif
akan loyal dan melaksanakan kesepakatan kemitraan dengan sebaik-baiknya.
Loyalitas petani mitra ini pada gilirannya akan menjamin ketersediaan bahan
baku tebu bagi pabrik gula.
Penelitian ini menganalisis dan memberikan rekomendasi kebijakan yang
dapat diambil dari permasalahan yang dihadapi oleh PG. Djombang Baru terkait
dengan

kemitraan

yang

dijalin

perusahaan

dengan

petani

tebu

di Kabupaten Jombang. Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja permasalahan budidaya tebu yang dihadapi oleh petani mitra selama
bermitra dengan PG. Djombang Baru di Kabupaten Jombang?
2. Bagaimanakah mekanisme pembinaan PG. Djombang Baru yang diinginkan
oleh

petani

mitra

dalam

kemitraan

antara

petani

tebu

dengan

PG. Djombang Baru di Kabupaten Jombang?
3. Bagaimana tanggapan petani mitra terhadap aspek-aspek kebijakan kemitraan
yang dibuat oleh PG. Djombang Baru?

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8
1.3.
1.

Tujuan Penelitian
Mengidentifikasi permasalahan budidaya tebu yang dihadapi oleh petani
mitra selama bermitra dengan PG. Djombang Baru di Kabupaten Jombang.

2.

Mengidentifikasi mekanisme pembinaan PG. Djombang Baru yang
diinginkan oleh petani mitra dalam kemitraan antara petani tebu dengan
PG. Djombang Baru di Kabupaten Jombang.

3.

Menganalisis tanggapan petani mitra terhadap aspek-aspek kebijakan
kemitraan yang dibuat oleh PG. Djombang Baru.

1.4.
1.

Manfaat Penelitian
Bagi Petani
Penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan lebih jelas tentang
manfaat yang bisa diperoleh jika petani melakukan kemitraan yang ideal
dengan pabrik gula dalam hal pengolahan tebu.

2.

Bagi Perusahaan
Penelitian ini dapat menjadi referensi yang menggambarkan alasan perilaku
petani mitra yang selama ini mengikuti kemitraan. Penelitian ini juga
dapat memberi rekomendasi kebijakan berkenaan dengan kemitraan yang
dapat diterapkan dalam membina hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan dengan petani mitra.

3.

Bagi Penulis
Penelitian ini merupakan wujud pengaplikasikan displin ilmu managemen
agribisnis yang telah diperoleh selama ini, sekaligus menambah wawasan
tentang industri gula khususnya pada bahasan kelembagaan kemitraan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9
1.5.

Batasan masalah

1.

Hasil produksi tebu dari petani mitra dengan 3 sampai dengan 5 kali keprasan.

2.

Penelitian ini dilakukan pada Masa Tanam 2011-2012.

3.

Responden yang diambil adalah petani tebu yang mengikuti kemitraan dengan
PG. Djombang Baru.

4.

Sampel

yang

diambil

adalah

petani

tebu

di Kabupaten Jombang.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

mitra

yang

berada

II. TIN J AUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1.

Novita W. (2006), melakukan penelitian tentang “Pola Kemitraan antara
Petani Tebu Dengan Pabrik Gula Asembagus ( Di Desa Trigonco Kecamatan
Asembagus Kabupaten Situbondo)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pola kemitraan antara petani tebu dengan PG. Asembagus dan
juga untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh petani tebu peserta
kemitraan. Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak berstrata
dengan dasar strata luas lahan serta menetapkan jumlah sampel yang diambil
sebesar 10% dari jumlah populasi sebanyak 300 orang yaitu 30 orang sampel.
Sedangkan untuk analisa data menggunakan analisa deskriptif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan PG. Asembagus mengadakan kerjasama yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani tebu dan menambah
pasokan bahan baku bagi PG. Asembagus. Bentuk atau pola kemitraan yang
dijalin oleh petani tebu dengan Pabrik Gula Asembagus adalah kontrak kerja
yang saling menguntungkan. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani
tebu dalam melakukan kemitraan adalah Rp.16.946.681 dan nilai B/C Ratio
pada usahatani tebu kemitraan adalah 1,42 sehingga nilai B/C Ratio >1 yang
artinya usahatani tebu pada petani tebu kemitraan layak diusahakan.

2.

Sr iati, J unaidi dan Gusnita (2006) meneliti “Pola Kemitraan antara Petani
Tebu Rakyat dengan PTPN VII Unit Usaha Bungamayang dalam Usahatani
Tebu: Kasus di Desa Karang Rejo Kecamatan Sungkai Selatan, Lampung
Utara”. Tujuan penelitian adalah (1) membandingkan pola kemitraan petani

10

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

anggota TRK dan petani anggota TRB dengan PTPN VII (persero) Unit Usaha
Bungamayang di Desa Karang Rejo, (2) menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan (modal, luas lahan, akses kelahan, dan pengalaman) dengan
keputusan petani menjadi anggota TRK di Desa Karang Rejo,dan (3)
membandingkan pendapatan usahatani tebu petani anggota TRK dan anggota
TRB di Desa Karang Rejo, Lampung Utara. Penelitian dilaksanakan pada bulan
April sampai Mei 2006, dengan metode survey, dan data dikumpulkan secara
acak berlapis tak berimbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan aktivitas hubungan kemitraan antara petani tebu anggota Tebu Rakyat
Kredit (TRK) dengan Tebut Rakyat Bebas (TRB) dengan PTPN VII Unit Usaha
Bungamayang , terlihat dalam hal hak dan kewajiban petani, hak dan kewajiban
PTPN VII Unit Usaha Bungamayang, kredit, pengolahan, dan bagi hasil. Faktor
yang berhubungan dengan keputusan petani menjadi anggota TRK adalah faktor
modal, akses ke lahan, dan pengalaman. Sedangkan faktor luas lahan tidak
berhubungan dengan keputusan petani menjadi anggota TRK. Pendapatan ratarata petani TRK lebih besar dari pendapatan rata-rata petani TRB yaitu
Rp 15.969.443,23 untuk petani TRK dan Rp 13.591.636,84 untuk petani TRB.

3.

Mukhlis (2009), meneliti tentang “Kemitraan Tebu Rakyat Intensifikasi
(Suatu Kajian Pamberdayaan Ekonomi Rakyat di PTPN VII Unit Usaha
Cinta Manis Sumatera Selatan)”. Penelitian ini bertujuan 1) Mendetkripsikan
dan menganalisis pelaksanaan kemitraan TR di PTPN VlI Unit Usaha Cima
Manii, 2) Menganalisis faktor yang mendorong dan menghambat perusahaan
dan petani dalam melaksanakan kemitraan.penelitian ini dilakukan dengan
metode study kasus dan pengambilan responden dengan proportionite Random
Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola kemitraan TR di PTPN

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

VII dilaksanakan melalui dua pola yaitu pola TR APBN dan pola TR
Mandiri. terdapat perbedaan pokok anlara pola TR APRN dan TR Mandiri
yaitu pola TR APBN mendapatkan fasilitasi dari pemerintah dan PTPN
sedangkan TR Mandiri tidak mendapatkan fasilitasi dari pemerintah namun
mendapat fasilitasi dari PTPN. petani TR APBN mendapat fasilitasi berupa
bantuan sarana produksi, kredit modal, bimbingan dan arahan dari PTPN
dalam teknis budidaya tebu. Kemitraan belum sepenuhnya terlaksana namun
hubungan kemitraan telah memberikan pemberdayaan ekonomi rakyat dengan
pendapatan petani rata-rata Rp. 1,2 juta/Ha. faktor yang mendorong kemitraan
TR bagi petani APBN adalah adanya perangkat peraturan yang terkait,
mendapatkan fasilitasi dan akses lahan. Faktor yang mendorong petani
Mandiri adalah adanya perangkat peraturan yang terikat.akses lahan dan
pasar. Faktor yang mendorong PTPN adalah tersedianya SDM, teknologi
modern, peraturan pemerintah, bantuan dari pemerintah untuk petani, akses
pasar yang jelas.
Dari berbagai penelitian terdahulu diatas memiliki kesamaan dengan
obyek penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama mengkaji tentang
kemitraan tebu antara petani tebu dengan perusahaan BUMN (PTPN) maupun
pabrik gula. Namun, penelian yang akan dilakukan memiliki perbedaan terutama
pada penetapan lokasi yaitu di PG. Djombang Baru Kabupaten Jombang dan
bukan hanya mekanisme pembinaan kemitraan tetapi juga tingkat kepentingan
dan kepuasan oleh petani terhadap model kemitraan yang dilaksanakan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

13

2.2.

Deskripsi Singkat Tanaman Tebu
Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk

bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim
tropis.Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan.
Tanaman

Tebu

(Saccharum

Officanarum

L)

merupakan

tanaman

perkebunan semusim, yang mempunyai sifat tersendiri, sebab didalam batangnya
terdapat zat gula. Tebu termasuk keluarga rumput-rumputan (graminae) seperti
halnya padi, glagah, jagung, bambu dan lain-lain.
Klasifikasi Ilmiah Tanaman Tebu
Kerajaan

Plantae

Divisi

Magnoliophyta

Kelas

Liliopsida

Ordo

Poales

Famili

Poaceae

Genus

Saccharum Officanarum L

Sumber :www.wikipedia.com
Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih
1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.
Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin
pemeras (mesin press) di pabrik gula.Sesudah itu, nira atau air perasan tebu
tersebut disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita
kenal. Dari proses pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu
90% dan sisanya berupa tetes (molasse) dan air.
Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa
yang mempunyai nilai kalori cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

dadhok itu sebagai bahan bakar untuk memasak, selain menghemat minyak tanah
yang semakin mahal, bahan bakar ini juga cepat panas.
Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu
digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses
produksi dan pembangkit listrik. Di beberapa daerah air perasan tebu sering
dijadikan minuman segar pelepas lelah, air perasan tebu cukup baik bagi
kesehatan tubuh karena dapat menambah glukosa. salah satu tempat yang menjual
es tebu yaitu di daerah Jember dan sekitarnya.
2.2.1. Rendemen Tebu
Rendemen tebu adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang
dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %, artinya ialah
bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula
sebanyak 10 kg. Ada 3 macam rendemen, yaitu: rendemen contoh, rendemen
sementara, dan rendemen efektif.
1. Rendemen Contoh
Rendemen ini merupakan contah yang dipakai untuk mengetahui apakah
suatu kebun tebu sudah mencapai masak optimal atau belum. Dengan kata lain
rendemen contoh adalah untuk mengetahui gambaran suatu kebun tebu berapa
tingkat rendemen yang sudah ada sehingga dapat diketahui kapan kapan saat
tebang yang tepat dan kapan tanaman tebu mencapai tingkat rendemen yang
memadai.
Rumus : Rendemen = Nilai nira x Faktor rendemen

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

2. Rendemen Sementara
Perhitungan ini dilaksanakan untuk menentukan bagi hasil gula, namun
sifatnya

masih

sementara.

Hal

ini

untuk

memenuhi

ketentuan

yang

menginstruksikan agar penentuan bagi hasil gula dilakukan secepatnya setelah
tebu petani digiling sehingga petani tidak menunggu terlalu lama sampai selesai
giling

namun diberitahu

lewat

perhitungan rendemen sementara. Cara

mendapatkan rendemen sementara ini adalah dengan mengambil nira perahan
pertama tebu yang digiling untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui
berapa besar rendemen sementara tersebut.

Rumus : Rendemen Sementara = Faktor Rendemen x Nilai Nira.

3. Rendemen Efektif
Rendemen efektif disebut juga rendemen nyata atau rendemen terkoreksi.
Rendemen efektif adalah rendemen hasil perhitungan setelah tebu digiling habis
dalam jangka waktu tertentu.Perhitungan rendemen efektif ini dapat dilaksanakan
dalam jangka waktu 15 hari atau disebut 1 periode giling sehingga apabila pabrik
gula mempunyai hari giling 170 hari,maka jumlah periode giling adalah 170/15 =
12 periode. Hal ini berarti terdapat 12 kali rendemen nyata/efektif yang bisa
diperhitungkan dan diberitahukan kepada petani tebu.
Tebu yang digiling di suatu pabrik gula jelas hanya sebagian kecil saja yang
akan menjadi gula. Kalau 1 kuintal tebu mempunyai rendemen 10 % maka hanya
10 kg gula yang didapat dari 1 kuintal tebu tersebut.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

2.2.2. Penentuan Rendemen Gula Tebu
Tujuan utama penanaman tebu adalah untuk memperoleh hasil hablur yang
tinggi. Hablur adalah gula sukrosa yang dikristalkan. Dalam sistem produksi gula,
pembentukan gula terjadi di dalam proses metabolisme tanaman. Proses ini terjadi
di lapangan (on farm). Pabrik gula sebenarnya hanya berfungsi sebagai alat
ekstraksi untuk mengeluarkan nira dari batang tebu dan mengolahnya menjadi
gula kristal.
Hablur yang dihasilkan mencerminkan dengan rendemen tebu. Dalam
prosesnya ternyata rendemen yang dihasilkan oleh tanaman dipengaruhi oleh
keadaan tanaman dan proses penggilingan di pabrik. Untuk mendapatkan
rendemen yang tinggi, tanaman harus bermutu baik dan ditebang pada saat yang
tepat. Namun sebaik apapun mutu tebu, jika pabrik sebagai sarana pengolahan
tidak baik, hablur yang didapat akan berbeda dengan kandungan sukrosa yang ada
di batang. Oleh sebab itu sering terjadi permasalahan dengan cara penentuan
rendemen di pabrik. Berbagai kasus yang mencuat dan bahkan menyebabkan
konflik antara petani dan pabrik gula adalah karena ketidakjelasan penentuan
rendemen. Perhitungan rendemen memerlukan alat dan metode khusus yang
selama ini hanya dilakukan di pabrik. Meskipun demikian untuk keperluan
penelitian dan keperluan kemitraan petani dengan pabrik diperlukan pengukuran
rendemen dengan cara yang cepat dan sederhana. Salah satu alternatif metode
pengukuran rendemen secara cepat adalah dengan hand refractometer. Tentu saja
harus dengan suatu konversi dari hasil pengukuran dengan alat handrefractometer
dengan rendemen tebu.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

Kandungan gula total dalam batang tebu oleh kandungan gula total yang
dicerminkan oleh persen pol dalam nira tebu. Sementara itu rendemen yang
diperoleh sangat tergantung dari kandungan sukrosa yang merupakan bagian dari
gula total. Selain gula, dalam nira juga terkandung padatan lain. Besarnya nilai
padatan terlarut dicerminkan oleh nilai brix. Angka rendemen yang digunakan
untuk menghitung hasil di pabrik gula adalah ratio antara hasil gula kristal
(hablur) dengan bobot tebu yang digiling (tebu) yang disebut rendemen nyata.
Perhitungan rendemen nyata yang diperoleh dilakukan dengan rumus:

Dari perhitungan ini berarti gula yang diperoleh adalah hanya gula yang
dihasilkan dalam bentuk kristal selama satu periode proses. Kenyataannya selama
proses terjadi kehilangan gula dalam proses, sehingga angka rendemen nyata lebih
rendah dibandingkan kandungan sukrosa yang sesungguhnya. Kehilangan dalam
proses penggilingan sangat dipengaruhi oleh efisiensi pabrik gula. Kehilangan
gula selama proses kemungkinan terbawa dalam bagase (ampas), filtercake
(blotong) atau molases (tetes) (Lembaga Penelitian IPB, 2002). Penggilingan yang
kurang baik menyebabkan sebagian gula masih terbawa dalam bagase. Pada saat
proses pemurnian nira kotor menjadi nira jernih dapat terjadi kehilangan gula
bersama dengan filter cake (blotong). Kehilangan gula innya adalah pada saat
pemisahan antara kristal gula dengan tetes. Pada gambar 1 disajikan secara
ringkas alur pengolahan gula dan kemungkinan terjadinya kehilangan gula.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

Sumber : Analisis Usahatani
Gambar 1. Alur Pengolahan tebu menjadi gula kristal
Untuk mengetahui kandungan sukrosa total yang terdapat dalam batang
tebu, harus diukur dengan menggiling contoh tebu dan dianalisis kandungan brix
dan pol dengan alat polarimeter. Parhitungan ini di pabrik gula dilakukan dalam
analisis pendahuluan untuk mengetahui kamasakan tebu. Rendemen dalam
analisis ini dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Hasil perhitungan rendemen berdasarkan pol dan brix secara normal akan
lebih tinggi dibandingkan perhitungan rendemen nyata, sebab faktor kehilangan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

selama proses proses tidak diperhitungkan. Oleh sebab itu untuk menghitung
rendemen hasil sebaiknya digunakan perhitungan rendemen analisis. Masalahnya
sering sulit untuk melakukannya secara cepat dan mudah. Salah satu alternatif
pengukuran rendemen secara cepat diusulkan penggunaan alat yang sederhana
dan mudah diperoleh, yaitu hand refractometer. (Soekartawi, 2005)

2.2.3. Sistem Bagi Hasil dan kebijakan Tebu Rakyat
Menurut

Keputusan

Menteri

Kehutanan

dan

Perkebunan

No.1083/Menhutbun1X/1998 tentang kebijakan peningkatan produktifitas Industri
Gula antara lain:
Petani bebas memilih antara sistem pembelian tebu atau sistem bagi hasil
(SHB) melalui kesepakatan antara pabrik gula dengan petani yang dituangkan
dalam surat perjanjian kerjasama.
1. Berdasarkan hablur bagian petani dan pabrik gula dihitung berdasarkan
ketentuan sebagai berikut:
a.

Untuk rendemen tebu sampai dengan 8,90 % maka hablur bagian petani
adalah 65% (enam puluh lima perseratus) dari rendemen tebu yang dicapai
dan hablur bagian pabrik gula adalah 35% (tiga puluh lima perseratus) dari
rendemen tebu yang dicapai.

b. Pada rendemen tebu diatas 8,90% maka agar petani terangsang
meningkatkan efisiensinya, maka hablur bagian petani dihitung dengan
rumus :
T = 50,8 + 1,60 x R dan
P = 100 – T

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Dimana :
T = Hablur bagian petani dalam persen dari rendemen tebu.
P = Hablur bagian pabrik gula dalam persen dari rendemen tebu.
R = Rendemen tebu dari tebu rakyat yang diolah PG.
Bagi penyerahan tebu yang menggunakan sistem bagi hasil (SBH),
selain hasil gula yang menjadi hak petani maka petani juga memperoleh
tetes sebesar 2 Kg setiap kwintal tebu.
2. Berdasarkan SK. Gubernur tentang petunjuk pelaksaan pembinaan Kemitraan
Tebu Rakyat di Jawa Timur pada musim Giling Tahun 1998 :
a. Dengan memperlihatkan kondisi gula sebagai komoditas prioritas, maka
pencadangan areal untuk penanaman tebu dilahan sawah diatur secara
bergilir dengan komoditas lain.
b. Pembinaan Tebu Rakyat ditempuh melalui kemitraan antara petani atau
kelompok tani dengan pabrik gula yang disesuaikan dengan kondisi
masing-masing daerah, yang secara prioritas dapat berbentuk :
1. Tebu Rakyat (TR) Kredit yaitu tebu rakyat yang dikembangkan oleh
petani dengan memanfaatkan kredit koperasi primer untuk anggotanya
dengan bimbingan teknis dan pengolahan hasil oleh perusahaan mitra.
2. Tebu Rakyat (TR) Mandiri yaitu tebu rakyat yang dikembangkan oleh
petani dengan modal sendiri dengan bimbingan teknis dan pengolahan
hasilnya oleh perusahaan mitra.
3. Tebu Rakyat (TR) Kerjasama Usahatani (TR-KSU) yaitu tebu rakyat
yang dilakukan oleh petani pemilik lahan dengan menyerahkan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

pengolahannya kepada perusahaan mitra atas dasr kesepakatan
bersama.
4. Sewa lahan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.
c. Bentuk-bentuk pola kemitraan antara petani dengan pabrik gula tersebut di
atas, pelaksanaannya tergantung pada pilihan petani yang ditentukan pada
saat kegiatan pembinaan.
d. Untuk menunjang kelancaran kegiatan motivasi dan musyawarah dengan
petani perlu dibentuk tim pengawas lepangan.
Program tebu rakyat adalah salah satu program intensifikasi nasional
yang bertujuan meningkatkan produksi gula dan sekaligus meningkatkan
kesejahteraan petani tebu beserta keluarganya, melalui peningkatan pendapatan
dari lahan petani yang ditanami tebu oleh petani itu sendiri, selain itu kerjasama
kelompok tani pada satu hamparan usaha tani guna memanfaatkan potensi lahan,
dan dana secara optimal dengan menerapkan teknologi anjuran.
Teknologi anjuran (Hasta Usaha) adalah usaha dalam proses produksi
tebu dan gula yang terdiri dari : Penggarapan tanah yang baik, Penjadwalan pada
masa tanam, Penggunaan bibit tebu varietas unggul Penggunaan pupuk
berimbang, Pemeliharaan tanaman yang tepat, Pengendalian jasad pengganggu,
Penyediaan dan pengaturan air sesuai kebutuhan tanaman, Perlakuan panen dan
pasca panen secara efisien.
Hindia, Belanda, dan menyewa tanah dari petani. Setelah Indonesia
merdeka, keadaan serupa masih tetap berlangsung namun dalam perkembangan
kemudian menyewa tanah rakyat itu dipandang memiliki kelemahan-kelemahan.
Oleh karena itu terbitlah Instruksi Presiden atau Inpres No. 9 Tahun 1975.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

22

Dengan terbitnya Inpres tersebut maka sistem produksi gula di Indonesia
terutama pabrik-pabrik gula di Jawa yang tidak memiliki lahan Hak Guna Usaha
(HGU) yang cukup luas mengalami perubahan mendasar. Pengusaha tanaman
tebu untuk bahan baku produksi gula tidak lagi dilakukan di pabrik gula dengan
cara menyewa lahan petani, tetapi dilakukan petani diatas lahan miliknya sendiri
dengan dukungan bimbingan masal (BIMAS) yang terprogram.
Pokok-pokok Inpres tersebut adalah :
a. Mengalihkan perusahaan tanaman tebu dari sistem sewa tanah oleh
pabrik gula menjadi tebu rakyat yang diusahakan petani diatas lahan
milik sendiri.
b. Meningkatkan produksi gula dan pendapatan petani tebu dengan
melakukan Intensifikasi pada tebu rakyat (baik yang berasal dari
pengalihan sewa tanah maupun tebu rakyat yang sudah ada, dan
selanjutnya dikelola dalam wadah yang sama dengan Intensifikasi
tanaman pangan).
c. Menugaskan pabrik gula dalam fungsi dan peran sebagai pimpinan kerja
lapangan guna melaksanakan alih teknologi budidaya tebu kepada
petani, penyediaan bibit unggul, penyediaan dan pelayanan sarana
produksi dan pelayanan kredit.
2.2.4.

Peningkatan Produktivitas Gula Nasional
Dalam mencapai target revitalisasi industri gula nasional tahun 2010-2014

ditetapkan 2 strategi: jangka pendek dan jangka panjang, Strategi jangka pendek
diarahkan pada pembenahan on farm dan off farm, sementara strategi jangka
panjang dilakukan dengan membenahi berbagai factor pendukung peningkatan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

produksi gula nasional, selain itu jangka panjang antara lain mencakup:
pemberdayaan asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) dan Koperasi Petani Tebu
Rakyat (KPTR), pemberdayaan riset dan pengembangan PG, peningkatan kualitas
sumberdaya manusia (SDM), kerjasama antar perusahaan, dan integrasi produk
utama dan produk pendamping PG (Kementrian BUMN, 2011).
a. Strategi Jangka Pendek
1. Konsolidasi Area
Program akselerasi lebih diarahkan pada upaya perluasan area tebu di
lahan pengairan teknis potensial, yang secara histories menjadi basis
produksi tebu. Selain itu diarahkan pula pada pengembangan lahan-lahan
tegalan yang potensial. pengelolahan blok kebun yang cukup luas dapat
diperoleh dengan meningkatkan partisipasi dan profesionalisme KPTR dan
APTR.
2. Percepatan Rehabilitasi Tebu Keprasan
Salah satu penyebab rendahnya perolehan produktivitas tebu adalah
relative cukup tinggi katagori tanaman ratoon terhadap tanaman pertama
yang telah mengalami keprasan secara berulang-ulang lebih dari 4 kali,
tindakan pembongkaran ratoon pada kegiatan 2 tahun terakhir telah
mampu meningkatkan produktivitas gula secara signifikan.
3. Penyediaan Bibit Bermutu
Rehabilitasi tanaman ratoon secara simultan harus didampingi oleh
ketersediaan bibit dari sisi kualitas dan jumlah yang memadai, dan perlu
adanya dukungan teknologi budidaya dan standarisasi kebun bibit serta

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

kebijakan harga bibit yang memadai unt