UPAYA KARYAWAN PABRIK MEMBINA KEMANDIRIAN ANAKNYA DALAM KELUARGA : Suatu Studi Terhadap Upaya Pendidikan dalam Keluarga Karyawan Pabrik di Desa Jati Endah Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.

UPAYA KARYAWAN PABRIK MEMBINA KEMANDIRIAN
ANAKNYA DALAM KELUARGA

(Suatu Studi Terhadap Upaya Pendidikan dalam Keluarga
Karyawan Pabrik di Desa Jati Endah Kecamatan

Cilengkrang Kabupaten Bandung)

TESIS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tesis IKBP Bandung
Untuk memenuhi sebagaian persyaratan
Studi Program Pascasarjana
Pendidikan Umum

Oleh:

Agus Winarti
9132394

PROGRAM PASCASARJANA


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANDUNG
1994

Allah menganugerahkan al hikmah

kepada siapa yang Dia kehendaki,
Dan barangsiapa yang
dianugerahi al hikmah itu,

ia benar-benar telah dianugerahi
karuniayang banyak.
Dan hanya orang-orang yang berakallah
yang dapat mengambil pelajaran.
(Q.S.Al-Baqarah: 269)

Disetujui untuk mengikuti Ujian tahap II oleh

(jawad Dahlan


Pembimbing

Dr. H. Moehammad Isa Soelaeman

Pembimbing

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
1994

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

v

UCAPAN TERIMAKASIH


vii

DAFTAR ISI

ix

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
D. Definisi Operasional
E. Asumsi-asumsi

!
j
5
7
g
10


BAB II Pendidikan Dalam Keluarga

12

A. Pendidikan Dalam Keluarga dalam Kerangka Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional No 2 th 1989
1. Pendidikan Umum dalam Keluarga

2. Pendidikan Dalam Keluarga
B. Keluarga sebagai lingkungan Pendidikan Informal
1. Konsep Keluarga
2. Fungsi Keluarga
3. Keluarga sebagai salah satu pusat pendidikan
a. Konsep dan pendekatan dalam pendidikan
b. Arah Pendidikan
c. Tugas dan Tanggungjawab Orang tua dalam Pendidikan....

C. Kemandirian Anak dalam Keluarga
1. Makna kemandirian

2. Perkembangan Kemandirian
3. Kedudukan Anak dalam Keluarga

ix

12
14

19
23
23
27
29
29
35
37

40
40
47

49

D. Sosialisasi Dalam Keluarga
1. Konsep Sosialisasi
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Sosialisasi
3. Keluarga Sebagai Sarana Sosialisasi
4. Peristiwa Sosialisasi Dalam Keluarga

BAB III METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
B. Subyek Yang Diteliti
C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
1. Teknik Pengumpulan Data
2. Teknik Analisis Data
D. Pelaksanaan Penelitian
1. Tahap Orientasi
2. Tahap Eksplorasi
3. Tahap Member Check

4. Tahap Triangulasi

5. Tahap Audit Trial

BAB IV-ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Data Penelitian
B. Penyajian,Analisis dan Penelusuran Makna Data

50
50
52
53
55

,

67
57
70
72
72
75

77
77
70
79

79
g0

81
gl
g7

C. Reduksi Data
D. Penayangan Data

10j
108

E. Pembahasan Hasil Penelitian


H9

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

128

A. Kesimpulan
B. Rekomendasi

12g
j31

DAFTAR PUSTAKA

m

LAMPIRAN-LAMPIRAN

138


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah:

Upaya membangun dan mempersiapkan bangsa untuk memasuki masa depan
adalah upaya yang berkenaan dengan pengembangan kualitas hidup manusia. Persoalan kualitas hidup manusia Indonesia menjadi isyu cukup mendasar, karena masa

depan yang akan dihadapi bangsa adalah sesuatu yang belum diketahui dan dialami,
akan tetapi diharapkan kondisi masa lalu berbeda dengan masa kini atau masa mendatang.

Masa mendatang tidak akan dapat berubah tanpa adaya upaya manusia itu

sendiri; masa depan dengan berbagai teknologi canggih, arus globalisasi, dan banyak
pilihan lain, yang menuntut manusia lebih bersikap terbuka namun tidak melupakan
makna hidup yang hakiki, yang bersumber dari Allah swt.

Adanya perubahan situasi yang memang kompleks ini menuntut manusia berfi-


kir dan bertindak secara mandiri dengan dilandasi iman kepada Allah swt.
Kemandirian diharapkan menjadi arah utama dalam meningkatkan kualitas

kerja orang tua sebagai karyawan pabrik. Dengan kemandirian, seseorang akan
mampu menegakkan disiplin karena dia mempunyai etos kerja dan etos hidup yang
mapan; dia bertindak agar dapat memperbaiki cara hidup yang diharapkan dan wajar.
Masalah kemandirian bukanlah hanya merupakan masalah dalam satu generasi, tetapi juga merupakan masalah antar generasi. Perubahan yang terjadi di dalam
dan antar generasi akan tetap menjadikan kemandirian sebagai isyu yang aktual di
dalam perkembangan manusia.

Perkembangan kemandirian adalah peristiwa yang menyangkut unsur-unsur
normatif. Hal ini berarti perkembangan kemandirian adalah suatu proses yang terarah,

dan karena perkembangan kemandirian adalah perkembangan yang sejalan dengan
hakekat eksistensial manusia, maka arah perkembangan tersebut mesti sejalan dengan
dan bertolak dari tujuan hidup manusia. Tujuan pendidikan nasional tidak terlepas dari
tujuan hidup. Pembinaan perkembangan kemandirian anak mengarah agar anak dapat
mandiri, hal tersebut secara tegas dan jelas tercantum dalam Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional no. 2 tahun 1989, pasal 4sebagai berikut:

...mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya yaitu manusia yang beriman bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, sehat jasmani dan

dantbkngsatn.1 """*>' *** ^^ *** ^ ***»* >™*b kemSySaS
Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional di atas, dengan tegas tersurat
bahwa pendidikan nasional bertujuan mencapai pengembangan manusia Indonesia
seutuhnya.

Tujuan pendidikan tersebut harus dicapai oleh pendidikan melalui suatu tindakan

komunikasi, sesuai dengan yang diamanatkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasio
nal yang tercantum dalan Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1993, yaitu untuk
mencapai predikat manusia Indonesia yang ber-Pancasila,"

SMSVES.*!*- P^OfeSi0na,• ^Bunfjawab^prKf
Dalam alenia keempat dari pembukaan Undang Undang Dasar 1945 "... untuk

membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indo
nesia dan seluruh Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan

kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia...". Tujuan pendidikan
bukan saja tujuan instruksional namun sampai tingkat nasional bahkan internasional.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa inti pokok upaya pendidikan nasional

adalah pengembangan kepribadian, yakni membawa manusia mencapai perkembangan

yang lebih sempurna dalam semua aspek kepribadiannya, yaitu beriman dan bertaqwa,
berbudi pekerti luhur, berpengetahuan dan memiliki ketrampilan, sehat jasmani dan

rohani, pribadi mantap, dan mandiri, serta rasa tanggung jawab terhadap masyarakat
dan negara. Dan pernyataan tersebut secara tersirat menunjukkan bahwa ciri-ciri

kepribadian manusia itu dicapai melalui pendidikan. Pada hakekatnya pendidikan itu
bukan hanya peristiwa individuasi, tetapi juga moralisasi dan sosialisasi. Esensi dari

proses tersebut terletak dalam pengembangan kemampuan mengambil keputusan dan
bertidak serta keberanian menerima tanggung jawab.

Kemampuan dan keberanian

seperti itu merupakan manifestasi kemandirian. Mandiri merupakan keadaan dapat
berdiri sendiri; tidak tergantung pada orang lain, hal ini dapat dibina sejak kecil, maka
pembinaan untuk dapat mandiri dimulai dalam keluarga. Karena keluarga merupakan
pusat terjadinya penyemaian bagi perkembangan anak selanjutnya. Dalam hal ini Duval

(1964 : 29) menyebut "Families are the nurturing centers for human personality". Sikun
Pribadi (1981 : 62)

mengemukakan bahwa:

"Lingkungan keluarga sering disebut lingkungan pertama di dalam pendidikan
karena tugasnya meletakkan dasar-dasar pertama bagi perkembangan anak'

Pendidikan yang pertama di lingkungan keluarga ini merupakan fungsi baei

pertumbuhan kepribadian selanjutnya".

Perubahan dalam keluarga merupakan bagian dari rangkaian tindakan dari

yang sederhana sampai rumit seperti masyarakat yang berpencar menjadi subsistem
yang lebih khusus lagi. Hilangnya beberapa fungsi keluarga yang biasanya juga disebut
" Advanced Societies " tidak dapat dihindarkan. (Paulena Nickell, 1988:7).

Fungsi pendidikan suatu keluarga merujuk kepada fungsi keluarga sebagai
suatu badan yang bertanggung jawab terhadap upaya persiapan untuk melaksana-

kan pemeliharan dan pendidikan terhadap anak-anaknya. Keluarga mempunyai fungsi

ekonomi, perlindungan, keagamaan, rekreasi, pendidikan, pemberian status sosial,

pesonalitas maupun prokreasi. ."Fungsi yang paling menonjol dalam keluarga
adalah fungsi edukatif, akan tetapi fungsi edukatif tidak dapat terlepas dari fungsi-fungsi protektif, fungsi afeksional dan fungsi sosialisasi" (M.I.Soelaeman, 1986:51)
Sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana telah diuraikan di muka, maka
lingkungan keluarga sangat penting artinya dalam membina kemandirian anak-anak,
karena lingkungan keluargalah yang pertama-tama dikenal oleh anak dan keluargalah
yang pertama-tama memberikan pendidikan kepada anak-anak. Pendidikan tersebut

merupakan fundasi bagi perkembangan kemandirian anak selanjutnya.

Pembinaan kemandirian bukan saja ditentukan oleh faktor lingkungan keluarga
pada waktu masih kecil, tetapi lingkungan keluarga dapat berpengaruh juga kepada
mereka setelah dewasa. Suasana hubungan ayah dan ibu dalam keluarga yang merupa
kan salah satu bentuk pendidikan tidak langsung, besar artinya bagi pembinaan keman
dirian anak. Berdasarkan pengertian dan pemahaman mengenai kemandirian di atas,
untuk kepentingan penelitian ini adalah upaya orang tua dalam membina kemandirian

anak. Pembinaan diartikan bahwa anak mulai memperoleh bimbingan untuk dapat
mandiri, belajar bertanggung jawab , meskipun sebenarnya anak-anak belum memungkinkan untuk dapat bertanggung jawab penuh dan tanggung jawab itu masih sepenuhnya orang tua. Namun demikian dengan tanpa dimulainya belajar mandiri pada anak,

anak akan semakin bergantung pada orang lain, anak tidak mampu memecahkan permasalahannya sendiri sesuai dengan perkembangan pribadinya. Dengan demikian, sema
kin jelas bahwa pendidikan dalam keluarga memegang peranan penting dalam pembi
naan kemandirian anak, yang berarti pula penting bagi pembinaan dan perkembangan
kemandirian anak.

B. Identifikasi Masalah :

Berkaitan dengan upaya orang tua dalam membina kemandirian anak melalui

rangkaian perbuatan pendidikan dalam keluarga, Undang-undang tentang Sistem

Pendidikan Nasional menegaskan bahwa "Keluarga merupakan pendidikan yang
penting perannya dalam upaya pendidikan umumnya", (Penjelasan pasal 10 ayat 5).
Mendidik anak, bagi orang tua pada dasarnya merupakan salah satu tanggung
jawab kodrati. Orang tua yang bertanggung jawab, bagaimanapun sibuknya, berkewajiban meluangkan waktunya untuk mendidik. Seorang anak baru bisa berkembang
sebagai manusia yang wajar, bila ia hidup dengan manusia lain. la mendapat bantuan
dan pertolongan dari manusia lain di luar dirinya, baik dalam arti materi maupun
rokhani. Saat dilahirkan, seorang bayi tidak berdaya melainkan harus mendapat perto

longan pembimbingnya atau pengasuhnya, dalam hal ini orang tuanya (ibu dan bapaknya), serta anggota keluarga lainnya.

Kehidupan dalam lingkungan keluarga merupakan kehidupan yang paling lama

dialami oleh setiap orang. Karena itu pribadinya banyak diwarnai oleh lingkungan
keluarganya. Di dalam keluarga terjadi pendidikan timbal balik, di mana orang tua
mendidik anak-anaknya, sebaliknya orang tua pun mengembangkan pribadinya dengan
adanya anak-anak.

Melalui upaya orang tua menyampaikan pendidikan pada anak-anaknya agar

kelak dapat membantu dirinya sendiri, memecahkan permasalahan yang dihadapinya
untuk selanjutnya tidak lagi sepenuhnya bergantung pada orang tua.

Untuk sampai pada tujuan orang tua diperlukan bimbingan dan bantuan yang
memang menjadi tanggung jawabnya. Istilah kemandirian (independence) sering dianggap sama dengan otonomi (autonomy). Misalnya Watson dan Lindgren (1956:331)
mengatakan bahwa "... another word for independence is autonomy ...". Munculnya

anggapan seperti itu, kemungkinan besar dilandasi oleh pandangan bahwa individu
yang otonom adalah individu yang mandiri, yang tidak mengandalkan bantuan atau
dukungan sepenuhnya dari orang lain.

Akan tetapi kedua istilah

tersebut sebetulnya dapat dibedakan: otonomi

merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana

individu itu berada, sedangkan kemandirian menunjukkan adanya kepercayaan akan
kemampuan diri untuk menyelesaikan persoalan-persoalan dengan pengalaman yang
diperoleh sebelumnya. (Angyal dalam Hana Widjaya, 1986 : 52). Pandangan di atas
menekankan kemandirian dalam pengertian bahwa individu sanggup melakukan sendiri

kegiatan- kegiatannya dan mampu menyelesaikan sendiri masalah- masalah yang dihadapinya dengan penuh keyakinan. Oleh karena itu Sunaryo Kartadinata (1988)
mengemukahan bahwa essensi kemandirian adalah keadaan individu yang dapat
berdiri sendiri, dapat menyelesaikan sendiri masalah - masalah yang dihadapinya,
mampu mengambil keputusan secara benar, kehendak untuk melaksanakan keputusan itu, dan keberanian menerima tanggungjawab.

Di lain pihak sebagai orang tua yang waktu bekerja di pabrik mendapat giliran siang - malam (pukul 14.00 - 22.00) akan semakin sulit untuk dapat berkomunikasi dalam keluarga. Anak usia prasekolah masih amat memerlukan bantuan dan
bimbingan dari orang tuanya yang memerlukan waktu panjang. Dengan situasi dan

kondisi kerja orang tua yang demikian, kemandirian anak ikut membantu ketenangan
kerja orangtua yang bekerja sebagai karyawan pabrik.

Untuk itu apa yang dapat dilakukan orang tua agar anak dapat mengarah pada
kemandirian yang mencerminkan nilai-nilai dasar dalam keluarga, berkaitan dengan hal
tersebut dapat dikemukakan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apa pentingnya pembinaan kemandirian pada anak bagi orang tua?

7

2. Kapan aktivitas-aktivitas pembinaan kemandirian anak itu dapat dilakukan orang
tua yang karyawan pabrik?

.

3. Dalam situasi dan kondisi seperti apa orang tua membina anak agar mandiri?
4. Apa konsep kemandirian menurut orang tua, dan apa tujuannya dalam melakukan
pembinaan kemandirian ?

5. Apa yang ingin dicapai dalam pendidikan yang dilakukan orang tua?
C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian:

1. Tujuan penelitian

Tujuan pokok dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menyingkap
upaya orang tua mendidik anak-anaknya dari tidak berdaya untuk dibina menjadi

pribadi utuh sehingga dapat mandiri dan keterlaksanaannya dalam keluarga. Secara
lebih operasional tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya karyawan pabrik
terhadap anak-anaknya dalam mengembangkan potensi yang telah ada menjadi manusia
seutuhnya dan mampu mandiri serta mengetahui pelaksanaan pendidikan dalam keluar

ga dalam hal aktivitasnya, situasi dan kondisi, keterlaksanaan dalam keluarga serta hasil

pembinaan kemandirian pada anak-anak karyawan pabrik dengan memperoleh perlakuan sistem gilir (shift).

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi penelitian lanjutan dalam

berbagai jenis dan bentuk kegiatan belajar dalam lingkup pendidikan keluarga yang
berorientasi pada pembinaan kemandirian untuk mencapai pengembangan manusia
seutuhnya.

Hal tersebut merupakan sasaran dari pendidikan umum sehingga dapat dijadikan

8

Hal tersebut merupakan sasaran dari pendidikan umum sehingga dapat dijadikan
masukan bagi pendidikan umum dalam menyusun berbagai jenis, bentuk kegiatan
pendidikan dalam keluarga khususnya dalam mengembangkan potensi yang telah dimi-

liki oleh anak sehingga mampu mandiri, serta melibatkan karyawan pabrik dalam
membina kemandirian agar lebih baik dari sebelumnya.

D. Definisi Operasional Judul:

1. Upaya orang tua membina kemandirian anak adalah keterlaksanaan pendidikan
dalam mengembangkan potensi anak menyelenggarakan dan menenrukan kualitas

kapan aktivitas-aktivitas itu dilakukan. Sedangkan upaya orang tua dimaksudkan

wujud nyata yang dilakukan orang tua sebagai pendidik dalam rangka mengembang
kan potensi anak yang sebelumnya tidak berdaya menjadi berdaya dan mandiri.

2. Mandiri adalah sikap hidup ditengah-tengah keluarga dengan bekerja sama dengan
kedua orang tuanya sehingga pada akhirnya anak memiliki tanggung jawab dalam

arti personal, moral dan sosial untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya secara
wajar. Karena itu mandiri mempunyai makna tanggung jawab, tidak menyita hak-hak
orang lain, mampu memenuhi kebutuhan langsung dirasakan anak dalam batas-batas
tertentu.

3. Membina kemandirian anak, dalam tesis ini, yaitu diartikan sebagai upaya orang tua
dalam membantu anak agar dapat melaksanakan tugas yang langsung diperlukan
anak dalam rangka memenuhi kebutuhannya sehari-hari dalam batas-batas tertentu;

upaya mendidik

anak sekaitan tugas sehari-hari tersebut diatas, selaras dengan

tahapan perkembangan anak. Agar mampu mengambil keputusan secara benar, apa
yang diputuskan dan melaksanakan keputusannya.

Perilaku anak dalam mengambil keputusan dan melaksanakan keputusan yang telah
diambil terkadang memberontak dan bertentangan dengan orang tua. Dalam hal ini
Singgih D. Gunarso (1991 : 9) mengungkapkan :

Pada masa

anak kelihatan

berperilaku

agresip memberontak

menentang keinginan orang lain, khususnya orang tua. Pada usia ini sikap
menentang dan agresip sering dikaitkan dengan masa tumbuhnya kemandiri
an. Setiap kepala batu dalam menentang bisa berubah kembali bila orang
tua, pendidik menunjukkan sikap konsisten dalam memperlihatkan kewiba-

waan dan peraturan yang telah ditetapkan.

Masa anak-anak di sini adalah masa anak usia wajib belajar yang masih bergantung sepenuhnya pada orang lain khususnya orang tuanya, oleh karena waktunya
akan lebih banyak tinggal di rumah maka orang tua berkewajiban menolong dan
dibina untuk dapat sedikit demi sedikit belajar mandiri.

Anak dapat dikatakan mandiri, apabila anak dapat menolong, melayani diri sesuai

dengan perkembangan pribadi anak, dapat mengerjakan apa yang menjadi tugasnya.
Rasa bertanggung jawab secara perlahan-lahan selama bertahun - tahun diperlukan
suatu latihan dari hari kehari dalam hidup dan kehidupannya.

Tanggung jawab dalam arti yang memiliki minimal tiga dimensi
yaitu (a) dimensi personal, yaitu bahwa hidup bertanggung jawab itu menyiratkan kepribadian yang mantap; (b) dimensi moral , yaitu bahwa hidup bertanggungjawab itu menyiratkan keterpautan serta perealisasian norma dan (c) dimen
si sosial yaitu bahwa hidup bertanggungjawab itu menyiratkan kepedulian

sosial. (M.I.Soelaeman, 1991 : 6).

Ada beberapa anggapan orang tua membina rasa tanggung jawabnya segi-segi
yang konkrit. Ini bukanlah sesuatu yang sudah terpasang dalam diri anak waktu

lahir, melainkan perlu adanya pembinaan dari orang tuanya. Misalnya : Anak dapat
menyelesaikan soal-soal pelajarannya dan membereskanya dengan rapi, pekerjaan
belajar ini merupakan tanggung jawab anak dan dapat diselesaikan dengan baik
maka inilah salah satu kemandirian itu.

Uraian di atas menunjukkan bahwa dalam kemandirian justru terkandung aspek

10

keterkaitan, yakni pengakuan dan kesadaran akan ketergantungan dalam berbagai
faset kehidupan.

4. Pendidikan dalam Keluarga adalah kegiatan yang dilakukan oleh orang tua terha
dap anak-anak dalam lingkungan keluarga sendiri. Adapun tujuannya " Lebih ditu-

jukan ke arah pembinaan pribadi anak-anak agar kelak mampu melaksanakan hidup
dewasa, khususnya dalam meletakkan dasar-dasar pendidikan yang melandasi
pemekaran dan pengembangan selanjutnya". (M.I.Soelaeman 1978 : 126).

Pembinaan pribadi di sini adalah pribadi yang mandiri, yang diperlukan dalam
perkembangan anak selanjutnya.

5. Pendidikan umum adalah pendidikan berkenaan dengan pengembangan keseluruhan

kepribadian seseorang dengan lingkungan hidupnya.diberikan kepada siapa saja,
pada semua jenjang dan jenis pendidikan. Dengan demikian jelas bahwa pendidikan
umum jugadiberikan kepada anggota keluarga dalam lingkungan keluarga.
E.Asumsi-asumsi:

Penelitian ini mendasarkan pada asumsi sebagi berikut:

1. Orang tua memaikan suatu peran atau>batan tertentu dan lupa bahwa sesungguhnya
mereka adalah pribadi manusia dengan segala keterbatasan yang bersifat manusiawi.
Kebanyakan orang tua mempunyai keinginan kuat untuk "mewariskan" nilai-nilai

mereka yang dijunjung tinggi kepada turunannya. Orang tua tidak dapat menahan

diri untuk mengajarkan nilai pada anak-anaknya, dengan mengamati apa yang dilak
ukan ayah dan ibunya dan dengan mendengarkan apa yang dikatakan orang tuanya.
Namun apabila kedua orang tuanya bekerja dengan waktu lebih banyak, kesempatan
pengamatan anak oleh orang tua sedikit. Anak usia sekolah lebih banyak bergantung

11

pada orang tuanya, anak masih banyak memerluka orang tua. Perilaku seperti ini

akan mengarah pada perilaku-yang tidak konsisten sangat bergantung pada orang lain
tanpa bantuan orang lain tidak mampu berbuat banyak. Situasi seperti ini akan

menghambat pembentukan etos kehidupan dan etos kerja

yang mapan sebagai

salah satu ciri dari kualitas sumberdaya dan kemandirian manusia.

2. Pada umumnya orang tua yang bekerja lebih banyak dari biasanya (lembur) anak-

anak dituntut lebih cepat untuk mandiri dan lebih keras. Pendidikan adalah upaya
sadar, namun ada kalanya tidak disadari untuk mendewasakan anak agar dapat

hidup secara dewasa kelak dalam keluarga, masyarakat secara luas dengan bimbingan, arahan, contoh, suruhan agar anak dapat mandiri. Menurut Ngalim Purwanto :

Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa

kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya agar berguna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat perlu adanya upaya orang tua untuk mencapai tujuan.

3. Pada dasarnya secara kodrati manusia telah diberi hak dan tanggung jawab untuk
mendidik anak-anak dalam keluarga, seperti pandapat M.I. Soelaeman (1978 : 2)

bahwa "Pelaksanaan fungsi edukatif keluarga merupakan salah satu tanggung jawab
yang dipikul orang tua". Dengan demikian pada dasarnya orang tua memiliki peran
yang sangat penting sebagai pendidik dalam keluarga.

4. Dalam kaitannya dengan pendidikan umum, keluarga memiliki peranan yang
penting. Maka secara kodrati bila keluarga melaksanakan pendidikan bagi anakanaknya secara baik, pada dasarnya keluarga tersebut melaksanakan pendidikan
umum secara baik pula. Dan untuk hal tersebut diperlukan upaya orang tua dalam
mendidik anaknya dalam keluarga.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini bermaksud untuk memperoleh gambaran secara lebih mendalam

tentang "Upaya karyawan pabrik membina kemandirian anak dalam keluarga".Sesuai
dengan maksud tersebut maka pendekaten penelitian yang digunakan adalah pendekaten
kualitatif naturalistik.

Pendekaten kualitatif naturalistik didasarkan ates fenomenologi yang pada dasar
nya bertujuan untuk menangkap dan memaknai tenteng perilaku manusia ditinjau dari
aktor pelaku itu sendiri. Fenomenologi mempelajari pengalaman manusia dalam

kehidupan, yang mempercayai bahwa kebenaran akan terungkap melalui upaya
menyelami interaksi perilaku manusia, dan akhirnya memperoleh kesimpulan
tentang apa yang penting, dinamis dan berkembang. Dengan demikian pendekaten

kualitatif mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda dengan pendekaten
kuantitetif.

Bogdan dan Taylor (1992 : 22) mendifinisikan "metodologi kualitatif" sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskreptif berupa : kate-kate tertulis ateu
lisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri. Pendekaten
ini diarahkan pada later dan individu tersebut secara holistik (utuh).
Sejalan dengan pendekaten tersebut. S. Nasution (1992 : 5) mengemukakan:

"Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidup
nya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka
tentang dunia sekiternya". Dengan demikian penggunaan metode penelitian kualitatif

lebih mengutamakan kemampuan peneliti untuk mengakarabi fokus permasalahan yang
diteliti.

67

68

Berkaiten dengan penggunaan metode penelitian ini, Bogdan dan Biklen

(1982:27-29) menjelaskan bahwa ada lima karakteristik dalam pendekaten kualitetif,
yakni :

(1) Penelitian kualitetif hakekatnya mendapatkan date langsung dari sumbernya, dan
penelitian sebagai instrumen inti. Penelitian langsung mengikuti kehidupan : seko
lah, keluarga, ateu lokasi lain yang menyangkut pendidikan.

(2) Penelitian kualitetif adalah deskriptif. Date yang dikumpulkan meliputi transkrip
interview, cateten lapangan, observasi, vidio tape, dukumen dan cateten lainnya.
(3) Penelitian kualitetif lebih menekankan kepada peristiwa dari pada hasil ateu
produk.

(4) Penelitian kualitetif berkecenderungan menganalisis date secara induktif. Studi
kualitetif tidak membuat hipotesa. Teori dikembangkan dari bawah disebut
"grounded theory".

(5) "Meaning" adalah esensi penelitian kualitetif. Penelitian kualitatif disebut "partici
pant perspective" ateu ikut serta ambil bagian dalam kegiatan dan penelitian kualite
tif percaya bahwa yang didapat secara perspektif adalah akurat.

Sejalan dengan ciri-ciri tersebut, SNasution (1992) secara terinci menjabarkan karakteristik pendekaten kualitetif sebagai berikut : (l).Sumber date ialah situasi
yang wajar ateu "natural setting". (2). Peneliti sebagai instrumen penelitian. (3). Sangat
deskriptif. (4). Mementingkan proses maupun produk. (5). Mencari makna dibelakang
kelakuan atau perbuaten, sehingga dapat memahami masalah ateu situasi. (6). Mengu
tamakan date langsung ateu "first hand". (7). Triangulasi , yaitu memeriksa kebenaran

data dengan cara memperoleh date itu dari sumber lain. (8). Menonjolkan rincian

kontektual. (9). Subyek yang diteliti dipandang berkedudukan sama dengan peneliti.
(10). Mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan responden
tentang bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya. (11).

69

Verifikasi, yaitu mencari kasus lain yang berbeda dengan apa yang telah ditemukan

untuk memperoleh hasil yang lebih dipercaya. (12). Sampling yang purposif, dipilih
menurut tujuan penelitian. (13). Menggunakan "audit trail", yaitu mengikuti jejak atau

melacak untuk mengetahui apakah laporan sesuai dengan yang dikumpulkan. (14).

Partisipasi tenpa mengganggu untuk memperoleh situasi yang "natural". (15). Mengadakan analisa sejak awal penelitian.

Adapun penggunaan pendekaten kualitatif naturalisti didasarkan pada pertimbangan yang menjadi objek penelitian ini tenteng perilaku manusia dalam situasi pendidi

kan, pembinaan kemandirian sehingga datenya bersifat lunak artinya penuh debgan
pencandraan. Date tesebut dalam kehidupan sehari-hari merupakan date situasi adegan
yang wajar, maka date tersebut diperoleh scara wajar, oleh Nasution disebut "Natural

setting". Dalam hal ini peneliti mengumpulkan date berdasarkan pengamaten langsung
terhadap situasi interaksi antara orang tua dengan anak sebagaimana adanya, di tempat
interaksi itu berlangsung tenpa rekayasa. Data berupa situasi wajar ini merupakan ciri
dari penelitian naturalistik, date tersebut termasuk date lunak. Sekaiten dengan date
lunak ini dijelaskan (S. H. Subroto; 1988:1): Date lunak kaya dengan pencandraan
mengenai subyek penelitian, tidak mudah, malah tidak dapat ditengani dengan prosedur
statistik. Pertanyaan-pertanyaan tidak dikerangkakan berdasarkan operasionalisasi
variabel-variabel, akan tetepi lebih dirumuskan berdasarkkan konteks kompleksitas
masalah.

Penerapan metode ini, memberikan kesempaten bagi peneliti untuk secara lang
sung memahami serte menyelami keberadaan subyek penelitian. Bagi peneliti, pema
haman dan penghayaten yang mendalam setiap situasi dan perilaku yang ditempilkan
oleh karyawan dalam membina kemandirian anak dalam kehidupan sehari - hari,
merupakan indikasi untuk mengungkap berbagai date berkaitan dengan upaya orang
tua yang bekerja sebagai karyawan pabrik dalam membina kemandirian anak.

70

B. Subyek Yang Diteliti.

Unit analisis ateu satuan kajian dalam penelitian ini adalah individu karyawan
pabrik yang dalam bekerjanya dengan sistem gilir (shift). Agar penelitian dapat di

lakukan secara mendalam maka subjek yang diteliti jumlahnya dibatasi sebanyak tiga
keluarga di mana suami istri bekerja sebagai karyawan pabrik.

Keluarga yang berdasarkan kriteria sebagai berikut: pertama responden beker

ja sebagai karyawan pabrik dengan memperoleh sistem gilir (shift), pagi, siang, dan
malam; kedua mereka mempunyai anak yang masih sekolah dan masih banyak
memerlukan bantuan, bimbingan dari orang tua ateu orang lain; ketiga berstatus seba

gai orang tua (ayah dan ibu) yang disamping bekerja, juga sebagai pendidik anakanaknya.

Hasil dari kegiaten pembinaan kemandirian yang mendasar melalui pendidikan

ini berupa keberhasilan anak-anaknya mandiri, untuk memberi bekal anak dimasa depan
terutama jika orang tua memperoleh shift malam dan keberhasilan anak- anaknya mulai
mandiri amat membantu anak.

Atas dasar alasan dan kriteria tersebut di atas penulis menetapkan tiga keluarga
yang kedua orang tuanya (ayah dan ibu) bakerja pada suatu pabrik yang keberadaannya
cukup beragam, sebagai berikut:

1. Bapak SB (34 tahun) bekerja di suatu pabrik tekstil yang memperoleh gilir malam.
Dan istrinya R(28 tahun) juga bekerja pada pabrik yang sama. Keluarga ini dikaruniai dua orang anak, anak pertama perempuan dan masih duduk di Sekolah Dasar
kelas lima. Sedangkan anak yang kedua baru berusia (3,5 tahun). Anak yang kedua
kadang dibawa ke rumah neneknya bila ayah dan ibunya bekerja malam.

71

2. Bapak AZ (32 tahun) bekerja di pabrik tektil yang pada waktu tertentu mempero
leh giliran malam hari. Istrinya SH (31 tahun) juga bekerja pada pabrik yang sama.
Keluarga ini dikaruniai tiga orang anak, ketiganya laki-laki. Anak pertema sekolah
kelas empat Sekolah Dasar, sedangkan anak yang kedua di teman kanak-kanak.
Dan yang paling kecil berusia dua tahun.

3. Ny. SK, seorang janda yang berusia 38 tahun, adalah karyawati sebuah pabrik
pemintelan benang yang dikaruniai empat orang anak dari hasil pernikahannya
dengan Bapak Sh, yang meninggal pada waktu anak keempat masih berusia dua
bulan.

Anak pertema lulusan STM yang masih mengikuti diklat. Anak kedua, perem
puan duduk di kelas tiga sebuah SMA. Ketiga, anak laki-laki duduk di kelas 6, dan
yang paling kecil perempuan masih di kelas tiga sekolah dasar.

Seluruh responden berdomisili di Desa Jati Endah Kecamaten Cilengkrang
DT II Bandung. Pemilihan subyek yang diteliti dilakukan berdasarkan tujuan yang
hendak dicapai dari penelitian ini, oleh karenanya sampel dipilih secara purposive. Hal
ini sejalan dengan karakteristik penelitian kualitetif, sebagaimana dikemukakan oleh

S.Nasution (1992 : 11), bahwa "metode naturalistik tidak menggunakan sampling
random ateu acakan dan tidak menggunakan populasi dan sampel yang banyak.
Sampel biasanya sedikit dan dipilih menurut tujuan (purpose) penelitian".
Untuk keperluan triangulasi dan sebagai pelengkap informasi, penulis akan
memanfaatkan beberapa informan yang dipandang dapat memberikan informasi

penting ateu informasi tembahan tentang renponden yang diteliti. Adapun para infor
man dimaksud antara lain : tetengga terdekat ateu orang yang paling tahu keadaan
keluarga-keluarga tersebut, suami ateu istri dan anak-anaknya.

72

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik pengumpulan data.

Teknik pengumpulan date yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah :
observasi, wawancara , studi dokumentasi dan studi kepustakaan.

Observasi, yang peneliti lakukan secara partisipasi yaitu ikut mengambil
bagian dalam kegiaten yang dilakukan oleh orang yang diobservasi. Pengamaten
dilakukan untuk mengetahui dari dekat kegiaten dan peristiwa tertentu yang dilakukan
oleh kasus sehingga dapat memberikan informasi yang berguna sesuai dengan fokus
penelitian.

Alasan metodologis penggunaan metode pengamaten ialah: (1) pengamaten
mengoptimalkan kemampuan' penelitian dari segi motif, kepercayaan, perhatian, dan
perilaku lainnya; (2) pengamaten memungkinkan pengamaten untuk melihat dunia

sebagai yang dilihat oleh subjek penelitian, menangkap arti fenomena dari segi penger
tian subjek, menangkap kehidupan budaya dari segi pandangan dan anutan para subjek
pada keadaan waktu itu; (3) pengamaten memungkinkan peneliti untuk merasakan apa
yang dirasakan dan dihayati oleh subjek; (4) pengamaten memungkinkan pembentukan
pengetehuan yang diketehui bersama baik dari pihaknya maupun dari pihak subjek
(Lexi J.Moleong, 1988:106).

Teknik observasi secara intensif digunakan untuk memperoleh. date tenteng
kegiaten yang dilakukan orangtua dalam membantu, membimbing, mendidik anak
untuk dapat mandiri. Situasi yang diciptekan orangtua, kondisi yang diatur bagi

kemudahan anak untuk dapat mandiri, dengan cara apa orangtua melakukan pembi
naan terhadap anak-anaknya.

Dengan observasi diharapkan peneliti dapat mengenai dunia mereka lebih
mendalam, karena peneliti berusaha lebih sering hadir dalam keseharian mereka

73

untuk melihat sendiri tenteng apa-apa yang mereka lakukan, juga mendengar sendiri
tentang apa yang mereka katakan. Selanjutnya agar bermakna, setiap informasi selalu
dikaitkan dengan konteksnya.

Peneliti sadar bahwa tidak semua data dapat diperoleh hanya dengan obser

vasi, karena observasi juga mengandung beberapa kelemahan. Untuk mengantisipasi
kelemahan tersebut dan sekaligus untuk memperkuat date yang telah diperoleh
melalui teknik observasi, maka juga digunakan teknik wawancara.

Wawancara dapat dipandang sebagai teknik pengumpulan date dengan cara
tanya jawab, yang dilakukan dengan sistimatik dan berlandaskan pada tujuan peneli

tian. S. Nasution (1992) mengemukakan dalam wawancara kite dihadapkan kepada
dua hal. Pertema, kite harus secara nyate mengadakan interaksi dengan responden.
Kedua, kite menghadapi kenyataan, adanya pandangan orang lain yang mungkin
berbeda dengan pandangan kite sendiri.

Apa yang dapat ditenyakan dalam wawancara, Patton (1984) mengelompok-

kan enam jenis pertenyaan dan setiap pertenyaan yang diajukan akan terkait dengan
salah satu pertenyaan lainnya. Ke enam jenis pertenyaan tersebut yaitu :
(1) Pertenyaan yang berkaiten dengan pengalaman ateu perilaku, interaksi, komunikasi
anak dengan orangtua.

(2) Pertenyaan yang berkaiten dengan pendapat ateu nilai
(3) Pertenyaan yang berkaiten dengan perasaan
(4) Pertenyaan tenteng pengetahuan

(5) Pertenyaan yang berkaiten dengan indra

(6) Pertenyaan yang berkaiten dengan later belakang atau demografi (Lexy J.
Moleong, 1988 : 119-120).

Dengan wawancara, peneliti menelusuri pikiran dan perasaan responden dengan
menginterpretasi apa yang dikatekan dengan apa yang telah diperbuat oleh mereka.

74

Menurut Nasution (1992 :73) "Dengan teknik ini terkandung maksud untuk mengeta
hui apa yang ada dalam pikiran dan hati responden".

Penggunaan teknik wawancara dan observasi terhadap orangtua dilakukan

bersifat terang-terangan, dengan alasan: (1) Antera peneliti dengan responden telah

terbina kepercayaan tenteng kerahasiaan informasi, disamping telah difahami fungsi
dan pentingnya date penelitian ini. (2) Karena pada akhirnya peneliti harus mengada-

kan cek ulang ini mempertenggung jawabkan secara moral terhadap mereka tenteng
kebenaran informasi, dan untuk melengkapi hal-hal yang kurang lengkap ateu tidak
sesuai.

Terhadap anak, observasi dan wawancara pada awalnya dilakukan secara
tersamar ateu tersembunyi. Hal ini untuk menghindari sikap anak yang dibuat-

buat. Selanjutnya untuk memperkuat ateu membuktikan sebagian hasil wawancara
digunakan teknik dokumentasi.

Stud, Dokwnentasi dilakukan untuk mengungkapkan data yang bersifat
administratifdan data kegiatan-kegiatan yang terdokumentasi. Menurut S.Nasution
(1992 : 85), dalam penelitian kualitatif, dokumen termasuk sumber non human re
sources yang dapat dimanfaatkan karena memberikan beberapa keuntunggan,
yaitu bahannya telah ada, telah tersedia, siap pakai dan menggunakan bahan ini
tidak meminte biaya.

Dalam penelitian inf digunakan beberapa dokumen berupa : date keadaan

penduduk desa tempat responden tinggal, jumlah penduduk, komposisinya, tingkat
sosial ekonomi, maupun tingkat pendidikan karyawan yang bekerja di pabrik dan
foto-foto yang menggambarkan kegiaten pembinaan kemandirian yang dilakukan
keluarga responden. Penggunaan dokumen ini sangat berguna untuk memberikan

later belakang yang lebih luas mengenai pokok penelitian, dan dapat dijadikan
bahan triangulasi untuk mengecek kesesuaian date.

75

Di samping dokumentesi, digunakan pula cataten-cataten lapangan atau fieldnotes yang sangat diperlukan dalam menjaring date kualitetif. Sekaiten dengan fieldnotes ini, Bogdan dan Biklen (1982) mengemukakan bahwa cateten lapangan meru

pakan cateten tertulis tenteng apa yang didengar, dilihat, dialami dan dipikirkan
dalam rangka pengumpulan date dan refleksi terhadap date kualitetif.

Studi Kepustakaan, dipergunakan untuk mendapatkan teori-teori, konsepkonsep sebagai bahan pembanding, penguat ateu penolakan terhadap temuan
hasil penelitian, dan untuk mengambil kesimpulan (Subino, 1982 : 28).
2. Teknik Analisis Data.

Menganalisis date merupakan suatu langkah yang sangat penting dalam pene
litian, karena memungkinkan peneliti memberikan makna terhadap date yang dikumpulkan.

Menurut Patton (1980), analisis date adalah proses mengatur date, mengorganisasinkannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Ia membe-

dakannya dengan penafsiran yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap anali
sis, menjelaskan pola uruten, dan mencari hubungan di antera dimensi-dimensi uraian.

Sedangkan Bogdan dan Taylor (1975), mendefinisikan analisis date sebagai proses
yangmerinci upaya secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis
(ide) sebagai yang disarankan oleh data dan sebagi usaha untuk memberikan bantuan
pada tema dan hipotesis itu.

Berdasarkan ke dua rumusan tersebut, Lexy J. Moleong (1989 : 88) menge
mukakan bahwa analisis date adalah proses mengorganisasian dan mengurutkan

data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sedemikian rupa sehingga
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja sebagai yang dirasakan
oleh date.

76

Dengan memperhatikan

rumusan

tersebut

penulis mencoba kemukakan

menurut pendapat dari S.Nasution (1988) bahwa ada bermacam-macam cara dapat

dilakukan untuk menganalisis date kualitetif, salah satu dianteranya mengikuti langkah-langkah : (1) reduksi date, (2) "display" date, (3) mengambil kesimpulan dan veri
fikasi.

Reduksi date dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang
penting ateu yang inti. Date yang direduksi akan memberikan gambaran yang lebih
tajam tenteng hasil pengamaten, dan juga mempermudah penelitian untuk mencari
kembali date yang diperoleh bila diperlukan.

Display date dilakukan untuk mempermudah melihat gambaran penelitian secara

menyeluruh ateu bagian-bagian tertentu dari hasil penelitian. Display date dapat
disajikan dalam berbagai macam matriks, grafik, networks, charts ateu dalam
bentuk gambar.

Kesimpulan dan verifikasi merupakan upaya untuk mencari makna dari data

yang dikumpulkan. Upaya ini sebagaimana dikemukakan oleh S.Nasution (1992:130),

dilakukan dengan cara mencari pola, tema, hubungan, persamaan, hal-hal yang sering
timbul, hipotesis, dan sebagainya. Kesimpulan ini mula-mula masih sangat tentatif
dan kabur. Agar diperoleh kesimpulan yang lebih mantap, kesimpulan harus senan
tiasa diverifikasi selama penelitian berlangsung.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik pengumpulan date dan anali

sis date sebagaimana menurut pendapat S.Nasution (1992 ). Date yang diperlukan
dikumpulkan melalui wawancara, observasi, studi dokumentesi dan studi kepustekaan.
Date yang diperlukan dari lapangan disusun dan dirangkum, kemudian dibuat

suatu gambaran keseluruhan sesuai dengan fokus penelitian. Langkah selanjutnya
membuat kesimpulan dan mengadakan verivikasi terhadap setiap kesimpulan yang

77

telah dibuat. Langkah tersebut dilakukan sejak awal penelitian, sehingga dapat dipero
leh temuan-temuan yang benar-benar dapat dipertenggung jawabkan.
D. Pelaksanaan Penelitian

Rangkaian keseluruhan penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahap kegia
tan, yakni tahap orientesi, tahap eksplorasi, tahap wawancara ulang (member
check),tahap triangulasi dan tahap audit Trail.
1. Tahap Orientasi

Orientesi pendahuluan penulis lakukan sejak awal bulan April 1993 sebelum

disain penelitian disusun. Pada tahap orientesi ini penulis menjajagi beberapa keluarga
yang bekerja sebagai karyawan pabrik dengan memperoleh gilir malam yang ada di
beberapa desa di kecamatan Cilengkrang. Melalui penjajagan ini penulis mendapatkan
berbagai informasi data tentang keadaan keluarga keluarga tersebut, keadaan ling
kungan rumah, situasi belajar anak, kegiaten orang tua membina, mendidik, memban
tu anaknya agar mampu melakukannya sendiri, untuk dirinya. Informasi date ini

diperoleh dari: keluarga itu sendiri baik, Ayah, ibu, ateu anak-anaknya; tetengga
terdekat, orang yang paling dekat dengan subjek ateu orang lain yang memang tahu
persis keadaan subjek.

Berdasarkan informasi tersebut penulis memperoleh gambaran tentang bebera
pa keluarga yang bekerja sebagai karyawan pabrik dan memperoleh giliran malam ateu
memperoleh giliran malam yang memungkinkan untuk dipilih sebagai subjek yang akan

diteliti. Dan setelah mendapat persetujuan tidak keberatan dari beberapa keluarga
untuk wawancara, penulis mulai menyusun desain penelitian.

Setelah desain penelitian disusun dan mendapat persetujuan pembimbing

78

untuk terjun ke lapangan, penulis mulai mempersiapkan diri, dengan bantuan informan

(tetengga terdekat) untuk menghilangkan kecurigaan ateupun mengurangi dan diharap
kan menghilangkan tingkah laku ke tidak wajaran pada subjek.

Kegiaten penelitian setelah disain penelitian mendapat persetujuan dan pengesahan dari pembimbing, kemudian diajukan permohonan ijin penelitian melalui Dekan

PPS IKIP Bandung. Seterusnya penulis melakukan pendekaten terhadap tiga keluarga
yang ditetepkan untuk diteliti.

Kegiaten pengumpulan date dilakukan melalui observasi partisipan, wawancara
secara mendalam dan studi dokumentasi. Dalam pengumpulan date ini, observasi

dilakukan dengan waktu yang bervariasi, untuk mengetahui kegiaten orang tua maupun
anak-anak mereka.

Mengamati keseharian mereka ternyate banyak kegiten yang menyenangkan
meskipun kadang-kadang membosankan dan dengan cara ini penulis dapat mengenai
kehidupan serte kebiasaan-kebiasaan mereka baik pada waktu bekerja dan diluar jam
kerja.

2. Tahap Eksplorasi

Pada tahap eksplorasi dilakukan penggalian informasi date secara mendalam.
Kegiaten ini meliputi :

a. Menyusun instrumen, pedoman wawancara yang berkembang pada waktu di
lapangan merupakan instrumen pembantu peneliti dan mengenai lebih dekat
dengan responden.

b. Memilih sumber date yang dapat dipercaya yaitu ayah, ibu, anak, tetengga terde
kat maupun orang lain yang berada dalam keluarga tersebut, kegiaten-kegiatan dan
interaksi antera orang tua dan anak, baik melalui kate-kate maupun perilaku.
c Mengadakan wawancara apabila dalam pengamaten belum dapat menyakinkan dan

79

mencatet ingaten dari lapangan.

d. Melakukan kegiatan penyusunan hasil laporan yang meliputi kegiatan mendeskripsikan, menganalisis, menafsirkan data hasil penelitian, secara terus menerus sampai
diperkirakan mencapai gejala ketuntesan (redundance).

3. Tahap Member Check

Pada tahap member check ini, kegiaten yang dilakukan meliputi:

a. Menyusun laporan penelitian yang diperoleh pada tahap eksplorasi, berupa
illustrasi yang terjadi dalam keluarga.

b. Menyampaikan laporan tersebut kepada masing-masing keluarga untuk dicek
kesesuaiannya dengan pendapat keluarga yang bersangkutan.

c. Para keluarga ini setelah menelaah laporan tersebut, memperbaiki hal-hal yang
belum sesuai dengan maksud keluarga tadi.

4. Tahap Triangulasi

Tahap ini menurut Moleong (1989 : 195) "Merupakan tahap pemeriksaan

keabsahan date yang diperoleh yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk keperluan pengecekan ateu sebagai pembanding terhadap date itu".

Dalam tahap ini triangulasi dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut:
a. Membandingkan hasil observasi dengan hasil wawancara dengan orang tua.
b. Membandingkan informasi dari orang tua dengan informasi dari anak atas masalah
yang sama.

c. Membandingkan wawancara ketika responden sendirian dengan ketika ada orang
lain.

d. Membandingkan situasi dan kondisi subyek penelitian dengan situasi dan kondisi
orang luar lainnya.

80

e. Membandingkan data yang. diperoleh dari sumber dan pendekaten yang sama
dalam renteng waktu yang berbeda.

Dalam hal ini triangulasi dilakukan kepada keluarga-keluarga, Istri dan anak-

anak maupun orang lain yang berada dalam keluarga dari subjek yang diteliti.

Untuk menjaga agar date yang dikumpulkan tetep berfokus pada permasalahan yang
diteliti, maka penulis terlebih dahulu menyiapkan pokok-pokok pertenyaan sebagai
pedoman dalam mengumpulkan date.

5. Tahap Audit Trail

Tahap ini untuk membuktikan kebenaran date yang ditempilkan dalam

laporan ini. Jadi setiap date yang ditempilkan disertai dengan keterangan yang ada
menunjukkan sumbernya. sehingga mudah dalam menelusuri sumber dan kebenaran date yang ada.

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Memperhatikan hasil-hasil penelitian dan pembahasan yang telah di tuangkan dalam

Bab IV terdahulu, maka ada beberapa kesimpulan yang perlu dikembangkan dalam bab
penutup ini. Perlu pula dikemukakan bahwa penarikan kesimpulan ini tidak dimaksud

kan sebagai generalisasi, melainkan lebih merupakan upaya untuk merekapitulasi
makna-makna esensial dari hasil-hasil penelitian dan pembahasan.

Ada dua kategori kesimpulan yang akan dikemukakan di sini, yakitu: a) kesimpulan
yang bersifat umum, yakni kesimpulan yang diangkat dari analisis tenteng upaya
karyawan pabrik mendidik anak-anaknya dan b) kesimpulan yang bersifat khusus, yakni
kesimpulan yang langsung dipandu oleh pertenyaan-pertenyaan penelitian, yang berke
naan dengan upaya pembinaan kemandirian anak-anaknya.
a. Kesimpulan Bersifat Umum

1. Peristiwa kehidupan dalam keluarga mengandung makna mendasar tenteng pendidi
kan, dan pendidikan dalam keluarga merupakan sasaran pendidikan umum tempil
sebagai esensinya.

2. Situasi dalam keluarga mendiskripsikan suatu situasi edukatif yang sangat mendalam.
3. Situasi komunikasi pendidikan yang terjadi dalam keluarga merupakan suatu situasi

komunikasi edukatif yang utuh dan terus menerus, karena itu dalam keluarga
mempunyai berbagai komponen dan prinsip pendidikan secara utuh dan menyeluruh.
b. Kesimpulan Bersifat Khusus

Kesimpulan ini khusus berkaitan dengan upaya orang tua dalam membina

kemandirian anak-anaknya. Secara umum temuan-temuan tentang pendidikan dalam

keluarga mengandung makna mendasar tenteng pendidikan, situasi kominikatif sangat

128

129

mendalam, utuh dan berlangsung terus-menerus, upayanya menekankan pada pembi
naan kemandirian anak. Selanjutnya kesimpulan tersebut dijabarkan dengan berpedo-

man kepada pertenyaan-pertenyaan penelitian pada bab terdahulu.
1. Pada dasarnya orang tua yang karyawan pabrik mempunyai kepentingan yang

sangat besar dengan mandirinya anak dalam keluarga. Upaya yang dilakukan oleh
karyawan pabrik selain orang tua juga melibatkan adik suami ateu adik dari istri
bahkan menitipkan pada tetengga. Kepentingan orang tua merupakan pembekalan

percaya diri, mampu mengatasi kesuliten, mengambil keputusan, lepas dari ketergan
tungan sehingga diterima dalam kelompoknya.

2. Upaya membina kemandirian pada anak-anak karyawan pabrik, diwujudkan melalui
aktivitas-aktivitas orang tua yang dilakukan sejak anak berusia dibawah lima tahun,

bahkan sejak dini secara tegas anak-anak sudah dilibatkan dalam kehidupan seharihari. Hal ini terlaksana mengingat kemandirian adalah yang pertama dan utema

diselenggarakan dalam keluarga dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari yang
berbeda dengan keluarga pada umumnya, ada yang memanjakan anak-anaknya.
Peristiwa pembinaan pada anak-anak karyawan pabrik dilakukan secara bertehap
mengikuti perkembangan usia anak. Pada awalnya pembinaan dilakukan dengan
cara melibatkan anak dalam kehidupan sehari-hari, semua upaya/tindakan pendidikan

umum seperti memberi contoh, melakukan bersama dan lain sebagainya lebih dite-

kankan pada pembinaan dan pengembangan potensi yang telah ada sampai mampu
melakukan untuk dirinya, yang pada akhirnya dipahami pentingnya kemandirian.

3. Upaya pendidikan yang dilakukan oleh karyawan pabrik mempunyai latar belakang
mengutamakan pembinaan kemandirian. Later belakang tersebut antara lain: keterbatasan pendidikan orang tua,

sehingga diperoleh pekerjaan sebagai karyawan

pabrik. Dengan tidak menentunya keberadaan orang tua di rumah, maka pembinaanpun tidak menentu

dan

anak-anak telah dibiasakan pada kondisi ketidak

130

teraturan. Kegiaten pembiasaan dipengaruhi situasi dan kondisi orang tua situasi

tersebut menampilkan suasana pembinaan kemandirian yang berbeda, ada yang
menampilkan suasana komunikatif, kurang komunikatif dan bahkan ada yang tidak
komunikatif.

4. Pembinaan kemandirian yang terkait dengan kegiaten kerja orang tua dapat memban

tu meringankan beban khususnya pendidikan dalam keluarga dan sekolah pada
umumnya. Pendidikan dalam keluarga memberikan bekal masa depan anak, diperolehnya keyakinan beragama, nilai budaya yang mencakup nilai moral dan aturan-

aturan pergaulan ketrampilan maupun sikap hidup dan pada gilirannya mampu hidup

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pembinaan kemandirian merupakan suatu

hal yang penting anak dapat mengembangkan kepribadiannya secara utuh dengan
bantuan orang tua, sehingga anak berdiri sendiri dan melayani sendiri serte berteng
gung jawab atas

pengambilan keputusan adalah merupakan bekal anak dimasa

mendateng. Lebih jauh lagi pembinaan kemandirian ini merupakan suatu aktivitas

mendidik anak mengenai etos kerja, kebersamaan dan kesadaran untuk bertenggung
jawab dalam menyongsong masa depan mereka.

5. Tujuan dari pengembangan potensi menjadi pribadi utuh tidak lain untuk dapat
mandiri. Upaya karyawan pabrik yang merupakan bagian dari fungsi keluarga untuk
melaksanakan proses sosialisasi di mana anak dapat berkomunikasi, mempelajari
berbagai pengetahuan, kebiasaan sikap, pola-pola nilai, tingkah laku dan tuntutentuntuten yang dapat menyiapkan mereka untuk bermasyarakat. Kegia