Upaya Guru Dalam Membina Kemandirian Siswa Di SMA Mulia Buana Parung Panjang

(1)

UPAYA GURU DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN SISWA DI SMA MULIA BUANA PARUNG PANJANG BOGOR JAWA BARAT

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd)

Oleh: Ita Farijah 1111018200026

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

i

Kemandirian Siswa Di SMA Mulia Buana Parung Panjang Bogor Jawa Barat, Skripsi Program Strata Satu ( S-1) Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya guru dalam membina kemandirian siswa yaitu Untuk mengetahui upaya yang di lakukan gu r u d a l a m m e m a h a m i kemandirian siswa, Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi gu r u d a l a m m e m b i n a kemandirian siswadi SMA Mulia Buana Parung Panjang.

Penelitian ini pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Deskriptif karena penelitian ini bertujuan mendesktipsikan atau menggambarkan, memaparkan, dan mengungkapkan hasil penelitian mengenai upaya guru dalam membina kemandirian siswa di SMA Mulia Buana Parung Panjang. Penelitian deskriptif biasanya tidak diarahkan untuk mencari informasi untuk mengambil keputusan atau kesimpulan. Untuk pengumpulan data menggunakan metode wawancara dengan mewawancarai kepala sekolah Wakasek Bid Kesiswaan, Wakasek Bid Kurikulum, dan Guru.

Hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pembahasan tentang Upaya Guru dalam pembinaan kemandirian di SMA Mulia Buana Parung panjang yaitu meliputi mengadakan tambahan belajar, membuat dan membentuk kelompok belajar, memberikan tugas belajar, dan mengadakan praktek telah dilaksanakan secara baik.


(8)

ii

Ita Farijah, NIM (1111018200026) Efforts Teacher In Fostering Independence High School Students In Buana Mulia Parung Panjang, Bogor, West Java, Thesis Tier One Program (S-1) Department of Education Management and Teacher Training Faculty Tarbiyah Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta in 2016.

This study aimed to describe the efforts of teachers in fostering student independence ie To know the efforts undertaken teachers to understand students' independence, to determine the constraints faced by teachers in fostering the independence of students in high school Buana Mulia Parung Panjang.

This study used a qualitative approach with descriptive methods. Descriptive because this research aims mendesktipsikan or describe, explain and disclose the results of the efforts of teachers in fostering the independence of students in high school Buana Mulia Parung Panjang. Descriptive research is usually not directed to get information to make a decision or conclusion. For collection using interviews with interviewing the principal deputy principal fields of Student, deputy principal areas of curriculum, and teacher.

Results of research has been done on the discussion about the efforts of Master in coaching at the high school independence Buana Mulia long Parung which includes additional holding learn, create and form study groups, learning projects, and held a practice has been implemented.


(9)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat, nikmat, dan hidayah yang diberikan sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan umatnya hingga akhir zaman.

Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Upaya Guru Dalam Membina Kemandirian Siswa Di SMA Mulia Buana Parung Panjang Bogor Jawa Barat ” penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kekurangan tersebut.

Tidak dipungkiri selama proses penyusunan penulis banyak menerima bantuan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang telah membantu. Semoga atas bantuan yang diberikan senantiasa mendapatkan pahala dan keridhoan Allah SWT. Khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M.Pd, Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Takidin, M.Pd, Sekretaris Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Dr. Fauzan, MA, dosen penasehat Jurusan Manajemen Pendidikan Tahun Ajaran 2011/2012 yang sudah meluangkan waktunya kepada mahasiswa untuk berkonsultasi masalah pembelajaran di kelas.

5. Dr. H. Salman Tumanggor, M.Pd Dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk membimbing. Yang selalu memberikan arahan,


(10)

iv

nasihat, dan motivasi kepada penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, khususnya dosen-dosen di Jurusan Manajemen Pendidikan yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan. Semoga amal baik mereka mendapatkan ridho Allah SWT.

7. Segenap pengelola Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Perpustakaan yang telah menyediakan data-data pustaka yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini.

8. Dr.Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D & Dr. Ahmad Rifa’i Hasan yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini

9. Suhrowardi S. Ag selaku Kepala Sekolah SMA Mulia Buana, yang dengan ramah menerima dan mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di SMA Mulia Buana

10.Bapak dan ibu guru SMA Mulia Buana, yang sangat ramah dalam memberikan informasi yang penulis butuhkan dalam skripsi ini.

11.Bapak Abrurrohman dan Mama Atikah Irsadizah tercinta yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang, memberikan motivasi kepada penulis dalam menjalani hidup dan segala pengorbanan yang tidak dapat dinilai harganya.

12.Kepada seluruh keluarga, kakak Aidah Nurhayati S.SI dan adik Khoerunnisa dan Ayu Alfiah yang selalu memberikan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan Skripsi ini.

13.Kepada orang yang special Ujang Fahruroji, S.Pd yang telah mendampingi dan membantu menyusun skripsi ini.

14.Sahabat-sahabatku tercinta yang selalu menemani dan selalu menghibur dalam kepenatan, Uswatun Khasanah, Siti Nurhasanah. Saya ucapkan banyak terimakasih atas dukungan yang kalian berikan selama ini .

15.Kepada teman-teman seperjuangan Jurusan Manajemen Pendidikan angkatan 2011/2012 semoga Allah memberikan kemudahan dan kesempatan untuk bisa meraih cita-cita yang kita inginkan. Serta kepada


(11)

v

pihak-pihak yang selalu membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, namun tidak mengurangi rasa hormat.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan Skripsi ini, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran bagi para pembaca dengan senang hati dan hati lapang.

Jakarta, Agustus 2016


(12)

vi

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Guru ... 7

1. Pengertian Guru ... 7

2. Kompetensi Guru ... 12

3. Jenis- Jenis Kompetensi Guru ... 15

4. Kedudukan Guru dalam Pendidikan ... 25

B. Kemandirian 1. Pengertian Kemandirian ... 34

2. Ciri- Ciri Kemandirian ... 35

3. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian ... 36

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 41

D. Kerangka Berfikir ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46


(13)

vii

E. Kisi- Kisi Instrumen Wawancara ... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 51

1. Sejaran Singkat SMA Mulia Buana Parung Panjang ... 51

2. Identitas Sekolah ... 52

3. Visi, Misi dan Tujuan SMA Mulia Buana Parung Panjang ... 53

4. Keadaan Guru dan Siswa SMA Mulia Buana Parung Panjang ... 55

5. Sarana dan Prasarana ... 58

6. Kurikulum ... 61

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

1. Guru SMA Mulia Buana Parung Panjang ... 61

2. Bentuk-Bentuk Upaya Kemandirian Siswa... 63

3. Kendala dan Solusi ... 70

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN


(14)

viii

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 44

Tabel 3.2 Kisi- Kisi Pedoman Wawancara ... 48

Tabel 4.1 Data Guru SMA Mulia Buana Parung Panjang ... 53

Tabel 4.2 Data Siswa SMA Mulia Buana Parung Panjang ... 55

Tabel 4.3 Data Ruang Kelas ... 56

Tabel 4.4 Data Ruang Lain ... 56

Tabel 4.5 Sarana/ Fasilitas Sekolah ...57


(15)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Hasil Wawancara

Lampiran 2 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 3 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Lampiran 5 Surat Keterangan Lulus Piqi

Lampiran 6 Hasil Ujian Konprehensif

Lampiran 7 Sertifikat Pusat Pengembangan Bahasa Lampiran 8 Sertifikat PPKT

Lampiran 9 Sertifikat Praktikum Komputer

Lampiran 10 Sertifikat Orientasi Akademik Dan Kebangsaan Lampiran 11 Lembar Uji Referensi


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan arus perkembangan yang terjadi pada masa sekarang ini, baik perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sains sangat berpengaruh terhadap pola berfikir manusia saat ini. Media massa yang semakin kental dalam kehidupan manusia memberikan kontribusi besar bagi manusia khususnya bagi anak-anak yang mudah terpengaruh sehingga menjadikan gaya dan pola berfikir mereka.

Pendidikan merupakan usaha pembinaan kepribadian dan kemajuan manusia baik jasmani maupun rohani. Pendidikan merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Hasil pendidikan dianggap tinggi mutunya apabila kemampuannya baik dalam lembaga pendidikan yang lebih tinggi maupun dalam masyarakat. Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan mengenai fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional sebagai berikut.

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa pada pasal 6 , bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Adanya pendidikan sangatlah di butuhkan bagi anak-anak. Pendidikan ini berfungsi sebagai filterisasi yang bisa memilah dan memilih kebaikan dan keburukan dalam kehidupan, terlebih anak sebagai generasi penerus bangsa

1

Rozak,Abd,Kompilasi Undang-Undang &Peraturan Pendidikan (Jakarta : FITK Press, 2010)hal. 49


(17)

yang akan menentukan seperti apa dan gimana bangsa nantinya. Hanya dengan pendidikan yang terbaiklah manusia dapat meraih sukses di ke hidupannya nanti.

Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Interaksi itu di sebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang bernilai edukatif demi kepentingan anak didik dalambelajar. Guru ingin memberikan layanan yang terbaik bagi anak didiknya, dengan menyediakan lingkungan yang menyenangkan dan menggairahkan dalan proses belajar. Guru beruasaha menjadi pembimbing yang baik dengan peranan yang arif dan bijaksana, sehingga tercipta hubungan dua arah yang harmonis antara guru dan anak didik.

Begitu juga halnya dengan kita selaku guru atau pendidik ketika kegiatan belajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan memberikan penjelasan, serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya.Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun yang bersumber dari luar anakdidik, harus guru hilangkan, dan bukan membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar didukung atau di tentukan oleh ketrampilan guru dalam mengelola kelas.

Oleh karenanya, dalam mengajar, guru harus pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bias merugikan anak didik. Pandangan guru terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam menilai anak didik. Hal ini akan mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran.

Guru yang memandang anak didik sebagai pribadi yang berbeda dengan anak didik lainnya akan berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk yang sama dan tidak ada perbedaan dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik.Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajaran.


(18)

Jika hal tersebut dapat dilaksanakan oleh guru sebagai pendidik, maka tujuan pembelajaran di kelas akan tercapai. Sehingga berimplikasi terhadap proses pembelajaran yang berkualitas. Kualitas pembelajaran ini di tentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya antara lain: tujuan, bahan ajar (materi), anakdidik, sarana, media, metode, partisipasi masyarakat, performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran performance sekolah, dan evaluasi pembelajaran. Mengoptimalisasi komponen ini, akan menentukan kualitas (proses danproduk) pembelajaran.

Namun dalam menciptakan pembelajaran yang berkualitas, memerlukan dukungan dari pihak orang tua. Diharapkan pembelajaran di kelas dapat diterapkan pula di dalam keseharian siswa di rumah. Maka selanjutnya kepada orang tua oleh para guru biasanya di kaitkan secara erat dengan kebutuhan-kebutuhan anak untuk berkembang. Memang setiap anak memiliki kebutuhan khusus dan memerlukan pendekatan khusus pula.Setiap anak pada usia tertentu menunjukkan kebutuhan perkembangan yang berbeda untuk dapat menyelesaikan tugas perkembangan (developmental task) masing-masing. Namun di lain pihak, semua anak menunjukkan kecenderungan adanya kebutuhan umum yang hamper sama, berdasarkan kebutuhan dasar yang hampir serupa.

Didikan orang tua kepada anak sejak kecil amat berpengaruh besar sekali. Seorang filsuf yang bernarna John Locke pernah mengemukakan teorinya yang di sebut tabularasa. Yaitu sebuah teori yang mengatakan bahwa segala pengalaman manusia itu sendiri setelah dewasa.

Anak merupakan kain putih bersih, yang akan di isi pengalaman pertama kali oleh orang tuanya sendiri. Dan berbagai pengalaman yang masuk pada anak itu senantiasa teringat. Seolah-oleh pengalaman masa kecil itu benar-benar terendap di dalam ingatannya. Sebagai catatan yang sulit luntur dan kelak setelah anak dewasa akan terekspresikan berbagai pengalaman masa kecilnya itu.2

Dalam konsep agama Islam, tugas manusia selaku hamba Allah SWT

2


(19)

di wujudkan dalam acara ritual ibadah, dan inti dari ibadah kepada Allah bagi ummat Islam adalah ibadah shalat. Karena pentingnya ibadah shalat bagi kehidupan umat manusia, maka di perlukan adanya pembinaan dan bimbingan sedini mungkin yakni sejak kecil hingga dewasa. Dalam hal ini lembaga pendidikan yang paling strategis adalah lingkungan keluarga, dan orang tua selaku kepala keluargalah yang paling tepat untuk menjadi Pembina utamanya. Adapun praktek dan bentuknya tentunya di sesuaikan dengan situasi dan kondisinya, ada kalanya di tangani secara langsung jika orang tua memiliki kemampuan atau secara tidak langsung dengan minta bantuan kepada orang dewasa lain yang profesional, dan orang tua secara bertanggung jawab memberimotivasi dalam bentuk keteladanan, pembiasaan, atau mengajak anggota keluarganya dalam aktivitas pendidikan dan sebagainya.

Orang tua member dukungan dan semangat.Anak manapun membutuhkan dukungan (support) atau semangat untuk dapat berkembang dengan baik .Dukungan dan semangat ini lebih di perlukan anak pada saat ia mengalami masa penyesuaian ketika baru masuk sekolah, atau ketika ia menghadapi ketegangan pada masa remaja. Dukungan dalam bentuk pengertian pun di perlukan anak pada waktu ia sedang mencoba Membuat keputusan, mengutarakan pendapat atau pertimbangan, mengambil sikap yang berbeda dari orang tuanya, mengambil inisiatif, berfikir atau bersikap kreatif dan lain-lain.

Mengingat kondisi sekolah SMA Mulia Buana Parung Panjang Bogor Jawa Barat belum seluruhnya mengetahui dan memehami tentang bagaimana membina kemandirian siswa, maka berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba untuk mencermati dan mengetahui bagaimana upaya guru dalam membina kemandirian siswa. Maka penulis akan mengadakan penelitian dan membahas skripsi yang berjudul : UPAYA GURU DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN SISWA DI SMA MULIA BUANA PARUNG PANJANG BOGOR JAWA BARAT”.

B. Identifikasi Masalah


(20)

maka penulis dapat mengidentifikasi masalah-masalah dalam penelitian ini, yaitu :

1. Masih kurangnya upaya guru dalam memahami kepribadian siswa.

2. Masih terdapatnya kendala-kendala yang dihadapi guru dalam membina kemandirian siswa.

3. Lingkungan sekolah kurang kondusif membuat minat belajar siswa kurang optimal.

4. Fungsi bimbingan dan konseling (BK) belum maksimal sehingga motivasi belajar siswa rendah.

5. Masih kurangnya upaya guru dalam membina kemandirian yang dilaksanakan oleh guru.

6. Masih kurangnya upaya guru dalam membina kemandirin siswa.

C. Pembatasan Masalah.

Dari hasil identifikasi masalah yang di uraikan di atas, terdapat sejumlah faktor yang dapat meningkatkan kemandirian siswa. Agar pembahasan skripsi ini tidak terlalu meluas dan agar lebih terarah, maka penulis membatasi penelitian ini dengan objek penelitian di SMA Mulia Buana Parung Panjang . Adapun dalam pokok penelitian membatasi hanya pada Upaya pembinaan kemandirian yang di laksanakan oleh guru di SMA Mulia Buana Parung Panjang Bogor Jawa Barat.

D. Perumusan Masalah

Dalam permasalahan tersebut dapat di rumuskan permasalahan penelitian yakni : “ Bagaimana upaya guru dalam membina kemandirian siswadi SMA Mulia Buana Parung Panjang Bogor Jawa Barat ? ”

E. Tujuan Penelitian

TujuanPenelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui upaya yang di lakukan gu r u d a l a m m e m a h a m i kemandirian siswa di SMA Mulia Buana Parung Panjang .


(21)

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang di hadapi gu r u d a l a m m e m b i n a kemandirian siswadi SMA Mulia Buana Parung Panjang.

F. Kegunaan Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat memberikan pengetahuan terutama berkaitan dengan membina sikap kemandirian di sekolah dan menjadi sumber informasi dan referensi bagi penyedia layanan pendidikan maupun penggunaan layanan pendidikan

2. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan informasi dan sarana kepada pihak sekolah. Dengan demikian dapat menjadi dasar pedoman untuk mengarahkan sekolah dan seluruh bagian yang ada didalamnya ke arah pemenuhan kebutuhan siswa sebagai pengguna layanan pendidikan.


(22)

7 BAB II KAJIAN TEORI A. Guru

1. Pengertian Guru

Dalam terminologi Islam,guru diistilahkan dengan Murabby, suatu akar kata dengan Rabb yang berarti Tuhan.jadi, fungsi dan peran guru dalam sistem pendidikan merupakan salah satu manifestasi dari sifat ke Tuhanan. Demikian mulianya posisi guru, sampai – sampai Tuhan, dengan pengertian sebagai Rabb mengindentifikasi dirinya sebagai rabbul’alamin“ Sang Maha Guru “, “Guru seluruh jagad raya”.1

Pekerjaan guru merupakan pekerjaan mulia, mulia dihadapan Tuhan dan dihadapan manusia.jadi kerjakanlah pekerjaan guru dengan penuh tanggung jawab dan jangan semata-mata mengejar materi (gaji), relakan hidup ini untuk mengabdi kepada Tuhan dan manusia.

Di hadapan peserta didiknya guru memiliki dua buah pilihan. Apakah ia akan menjadi insan yang membosankan atau menjadi insan yang selalu memberikan pengaruh positif dalam hidup peserta didiknya. Maka, jadilah insan yang selalu memberi pengaruh positif karena itu adalah jalan kemuliaan hidup yang hakiki.2

Pengertian guru dalam undang – undang No 14 Tahun 2005 pasal 1 guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.3

Pada dasarnya pilihan seseorang untuk menjadi guru adalah

1

Asrorun, Ni’am Sholeh, Membangun Profesional Guru (Jakarta : Paramuda,2006) h. 3 2

Barnawi & Mohammad Arifin, Etika & Profesi Kependidikan (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012) hal.103

3 Rozak,Abd,Kompilasi Undang-Undang &Peraturan Pendidikan (Jakarta : FITK Press, 2010) h. 47


(23)

“panggilan jiwa” untuk memberikan pengabdian pada sesama manusia

dengan mendidik,mengajar dan melatih yang mewujudkan melalui proses belajar mengajar serta pemberian bimbingan dan pengarahan peserta didik agar mencapai kedewasaan.

Dengan demikian guru adalah orang yang dalam tutur kata, gerak-gerik dan perbuatannya bisa dianut dan dicontoh oleh masyarakat umum.

Guru adalah semua petugas yang langsung terlibat dalam tugas-tugas kependidikan". Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 pasal 8 Syarat utama menjadi guru, selain ijazah guru wajib memiliki kualifikasi akademik,kompetensi, sertifikasi pendidkan,sehat jasmani dan rohani,serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidkan nasional. 4

Dalam pandangan masyarakat jawa, guru memilliki posisi yang sangat terhormat. Masyarakat jawa menyebut istilah guru merupakan perpaduan dari kata digugu dan ditiru. Kata diguru mengandung maksud sebagai manusia yang dapat dipercaya. Guru mempunyai seperangka ilmu pengetahuan yang memadai untuk menjalani kehidupan.dibandingkan dengan masyarakat biasa, guru memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup luas mengenai alam semesta dan kehidupannya. Sementara itu kata

ditiru menyimpan makna bahwa guru adalah sosok manusia yang harus

diikuti. Harus diikuti karena guru memiliki kepribadian yang utuh,sehingga tindak tanduknya patut dijadikan panutan oleh peserta didik dan masyarakat.5

Untuk itu menjadi seorang guru harus memiliki beberapa syarat-syarat khusus dan harus mengetahui seluk beluk teori pendidikan. Supaya tercapai pendidikan,seorang guru haru memiliki syarat –syarat pokok.syarat pokok yang dimaksud menurut sulani (1981:64) adalah :6

a. Syarat syahsiyah (memiliki kepribadian yang diandalkan) b. Syarat ilmiah ( memiliki ilmu pengetahuan yang mempuni)

4

Rozak,Abd,Kompilasi Undang-Undang &Peraturan Pendidikan (Jakarta : FITK Press, 2010)hal. 50

5

Op.cit , Barnawi & Mohammad Arifin hal. 156 6

Muhamad, Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional ( Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2004) hal.158


(24)

c. Syarat idhofiyah ( mengetahui, menghayati dan menyelami manusia yang dihadapinya, sehingga dapat menyatukan dirinya untuk membawa anak didik menuju tujuan yang ditetapkan ) Selain itu untuk menjadi seorang guru ada beberapa persyaratan-persyaratan tersebut banyak dikemukakan oleh para ahli, antara lain :Zakiyah Daradjat, Hasan Ibrahim, hamalik. mengemukakan syarat

menjadi guru yakni: “sehat jasmani dan ruhani (fisik), bertakwa,dan

berilmu pengetahuan luas.7

Persyaratan sehat jasmani dan ruhani :kesehatan jasmani kerap menjadi syarat bagi mereka yang akan melamar menjadi guru. jika guru mengidap penyakit menular umpamanya, maka akan sangat membahayakan kesehatan anak didinya.disamping itu, tentu saja guru yang berpenyakit tidak akan bergairah dalam mengajar. Dengan demikian, kesehatan badan setidaknya akan sangat mempengaruhi semangat dalam berkerja (mengajar).

Persyaratan bertakwa : Menurut Zakiyah Daradjat, guru,sesuai dengan ilmu pendidikan islam, tidak mungkin mendidik anak agar bertakwa kepada Allah, jika ia sendiri tidak bertakwa kepadanya. Ia adalah teladan bagi muridnya sebagian juga Muhammad Saw. Menjadi teladan bagi umatnya. Sejauh seorang guru mampu memberikan teladan yang baik kepada anak didiknya, sejauh itu pula ia akan berhasil mendidik mereka menjadi generasi penerus dan mulia.

Persyaratan berilmu pengetahuan luas : Menurut Zakiyah Daradjat, ijazah sarjana bukan semata –mata selembar kertas, akan tetapi merupakan bukkti bahwa dirinya telah menyelesaikan pendidikan tinggkat tinggi.itu dapat diperoleh dengan belajar.islam mewajibkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu,sebagai dikatakan dalam hadist Nabi Muhammad Saw:

menuntut ilmu wajib bagi tiap-tiap muslim” (HR.Baihaqi)

Dari keterangan diatas,dijeleskan bahwa islam menghendaki agar

umatnya mempunyai banyak ilmu. Artinya seorang guru “ wajib”

mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kewajiban ini

7


(25)

mutlak bagi setiap guru, mengingat setiap hari persoalan kehidupan kian bertambah.

Adapun rumusan kode etik guru yang merupakan kerangka pedoman dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya terhadap dalam kongres PGRI ke 13 Tahun 1973, yaitu ada 9 (sembilan) sebagai berikut :

1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia pembangunan yang berpancasila.

2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan kebutuhan anak didik masing-masing.

3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala bentuk penyalahgunaan.

4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan dengan orang tua murid sebaik-baiknya bagi kepentingan anak didik.

5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolahnya maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.

6. Guru secara sendiri atau bersama-sama berusaha mengembangkan dan meningkatkan mutu profesinya.

7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antar guru, baik berdasarkan lingkungan kerja maupun dalam hubungan keseluruhan. 8. Guru secara bersama-sama memelihara, membina dan meningkatkan

organisasi profesional guru sebagai sarana pengabdiannya.

9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan. 8

Apabila diperhatikan kesembilan kode etik guru tersebut maka akan didapat semacam aturan bagaimana seorang guru memperlakukan

8

Herabudin, Administrasi Dan Supervisi Pendidikan ( Bandung : Pustaka Setia, 2009) h. 264


(26)

anak didik, pergaulan disekolah antar guru maupun murid, bagaimana menyampaikan materi pelajaran agar sesuai dengan kurikulum namun tetap memperhatikan kemampuan murid, menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat dan orang tua murid dalam rangka mengemban tugas pendidikan.

Adapun hubungan guru dengan peserta didik diantaranya :

1) Guru berperilaku secara profesional dalam melaksanakan tugas mendidik,mengajar,membimbing,mengarahkan,melatih

,menilai dan mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. 2) Guru membimbing peserta didik untuk memehami, menghayati

dan mengamalkan hak-hak dan kewajiban sebagai individu,warga sekolah,dan anggota masyarakat.

3) Guru mengetahui bahwa setiap peserta didik memiliki karakteristik secara individu dan masing-masing berhak atas layanan pembelajaran.

4) Guru menghimpun informasi tentang peserta didik dan menggunakaknya untuk kepentingan proses kependidikan. 5) Guru secara perseorangan atau bersama-sama secara terus-

menerus berusaha menciptakan, memelihara, dan mengembangkan suasan sekolah yang menyenangkan sebagai lingkungan belajar yang efektif dan efisien bagi peserta didik 6) Guru menjalin hubungan dengan peserta didik yang dilandasi

rasa kasih sayang dan menghindarkan diri dari tindakan kekerasan fisik yang luar batas kaidah pendidikan.

7) Guru berusaha secara manusiawi untuk mencegah setiap gangguan yang dapat mempengaruhi perkembangan negatif bagi peserta didik.

8) Guru secara langsung mencurahkan usaha-usaha profesionalnya untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan keseluruhan,termasuk kemampuan untuk berkarya.


(27)

sekali-kali merendahkan martabat peserta didik

10)Guru bertindak dan memandang semua tindakan peserta didiknya secara adil

11)Guru terpanggil hati nurani dan moralnya untuk secara tekun dan penuh perhatian bagi pertumbuhan dan perkembangan peserta didiknya9

Penulis sendiri berpendapat, bahwa guru adalah seseorang yang karena panggilan jiwanya, sebagian besar waktu, tenaga dan pikirannya digunakan untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan sikap kepada orang lain di sekolah atau lembaga pendidikan formal.

2. Kompetensi guru

Salah satu kompetensi yang harus dimiliki guru adalah kompetensi kepribadian. Kompetensi merupakan prasyarat mutlak seorang profesional. Tanpa didukung kompetensi dalam bidangnya,seseorang bukanlah profesional sejati, melainkan sebatas profesional dalam ranah administrasi.10

Istilah kompetensi dalam rumusan resmi dalam Undang –Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 pada Bab 1 pasal 1 ayat 10 kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,ketrampilan,dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.11

Dalam proses belajar mengajar akan terjadi interaksi antara guru dan siswa atau antara siswa dengan guru. Dalam interaksi tersebut guru tidak hanya berperan sebagai pengajar tetapi sekaligus sebagai pendidik, oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi.

Kompetensi dalam arti bahasa Indonesia merupakan serapan dari bahasa Inggris, comptence yang berarti kecakapan dan kemampuan . Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan

9

Barnawi & Mohammad Arifin, Etika & profesi kependidikan (jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012) hal.59

10

Barnawi & Mohammad Arifin, Etika & Profesi Kependidikan (jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012) hal.37

11Asrorun, Ni’am Sholeh, Membangun profesional guru


(28)

yang harus di,iliki guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan.kompetensi diperoleh melalui pendidikan pelatihan, dan belajar mandiri dengan memanfaatkan sumber belajar.

Pemaknaan kompetensi dari sudut istilah mencakup beragam aspek, tidak saja terkait dengan fisik dan mental, tetapi juga aspek spiritual. Menurut Mulyasa : “ Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara kafah membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik,pengembangan pribadi dan profesionalitas”.

Kompetensi terkait dengan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan kerja baru, dimana seseorang dapat menjalankan tugas dengan baik berdasarkan kemampuan yang dimilikinya. Debling menulis,

Competence is a broad concept which embodies the ability to transfer and knowledge to new situation within the occupational area ”12

Kepribadian adalah persyaratan yang harus dimiliki seorang guru yang ingin menjadi profesional dalam kaitannya dengan sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari- hari. Sebagaimana diungkapkan bahwa guru adalah seseorang yang harus digugu dan harus ditiru,khususnya oleh murid. Sebagai seseorang yang harus digugu dan ditiru,dengan sendirinya secara internal bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian dan perilaku yang baik.

Kompetensi kepribadian yang baik akan akan mempengaruhi kesuksesan dalam mendidik murid.guru harus memiliki sifat – sifat kepribadian pendidik yang mencerminkan insan mulia yang patut ditiru. Bagi guru maupun calon guru perlu mencontoh figur guru yang memiliki kepribadaian ideal yang sukses dalam mendidik. Tokoh Barat bernama Michael Hart Mengaggumi Nabi Muhammad dengan metetakan posisinya pada urutan pertama dalam bukunya yang berjudul Seratus Tokoh yang Pling

Berpengaruh dalam Sejarah. Meskipun sudah 13 abad beliau wafat, tetapi

pengaruhnya masih sangat kuat dan menadalam secara berakar dalam hati

12

Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik , (Jakarta : Kencana, 2011 ) hal.27


(29)

pengikutnya.

Selain itu, Robert L. Gullick Jr. Dalam bukunya yang berjudul

Muhammad, the Educator ( Firmansyah, 2008) menguji Nabi Muhammad

sebagai guru besar sejati dengan menyatakan : “Muhammad merupakan seorang pendidik yang membimbing manusia menuju kemerdekaan dan kebahagiaan yang lebih besar. Tidak dapat dibantah lagi bahwa Muhammad sungguh telah melahirkan ketertiban dan stabilitas yang mendorong ketertiban Islam, suatu revolusi sejati yang memiliki tempo yang tidak

tertandingi dan gairah menyenangkan. Keluhuran dan budi dan sifat

keteladanan yang beliau miliki telah difirmankan secara jelas oleh Allah Swt dalam Al-Quran :

Sesungguhnya telah ada pada ( diri ) Rasulullah itu suri teladan

yang baik bagimu ( yaitu ) bagi orang yang mengharap ( rahmat ) Allah dan ( kedatangan ) hari kiamat dan Dia banyak menyebut nama Allah .” (QS Al

-Ahzab : 21). 13

Adapun kompetensi kepribadian guru berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 Pasal 3 sekurang –kurangnya mencakup : (1) beriman dan bertakwa (2) berakhlak mulia (3) arif dan bijaksana (4) demokratis (5) mantap (6) berwibawa (7) stabil (8) dewasa (9) jujur (10) sportif (11) menjadi teladan bagi peserta dididk dan masyarakat (12) secara objektif mengevaluasi kinerja sendiri (13) mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan. 14

Guru harus memiliki kepribadian yang demokratis,arif, dan bijaksana, serta berwibawa. Dalam menjalankan tugasnya, guru kerap kali dihadapkan pada situasi yang menuntut ia membuat keputusan. Keputusan itu seharusnya diselesaikan dengan arif, yaitu berdasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat,serta menunjukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak. Keterbukaan dalam berpikir dan bertidak ditunjukan dengan menampung setiap masukan yang muncul. Dengan kata lain, guru harus bertindak demokratis untuk menghasilkan keputusan yang bijaksana.

13

Barnawi & Mohammad Arifin, Etika & profesi kependidikan (jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012) hal.157

14


(30)

Keputusan yang bijaksana akan dapat menjaga, bahkan meningkatkan wibawa guru. Kepribadian guru yang berwibawa ditandai dengan perilaku yang berpengaruh positif pada peserta didik dan memiliki perilaku disegani.15

3. Jenis-Jenis Kompetensi Guru

Berbagai perkembangan kehidupan yang pesat dan tantangan yang semakin komplek telah menuntut agar guru selalu besifat profesional,guru harus memiliki kompetensi tertentu dengan kualifikasi akademik yang layak. Dalam hal ini, guru sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang diperjelas lagi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indosesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru sebagai ...pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, pendidikan menengah. (pasal 1 ayat 1, PP

No.74/2008).16

Dalam perspektif kebijakan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru, sebagaimana tercantum dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu : kompetensi pedagis, kepribadian, sosial dan profesional. Guru diharapakan dapat menjalankan tugasnya secara profesional dengan memiliki dan menguasai keempat kompetensi tersebut. Kompetensi yang harus dimiliki pendidik itu sungguh sangat ideal sebagaimana tergambar dalam peraturan pemerintah tersebut.

Berikut ini dijelaskan hal-hal yang terkait kompetensi guru itu. Penjelasan ini diharapkan dapat membantu guru untuk lebih memahami segala hal yang terkait dengan kompetensi yang harus sesegera mungkin dicapai agar ia benar- benar bisa disebut guru profesional.17

15

Ibid.hal.163 16

Suryono &Haryanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar (Bandung : PT Rosda, 2011)h. 185

17

Musfah, Jejen, Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar Teori dan Praktik , (Jakarta : Kencana, 2011 ) hal.30-32


(31)

a. Kompetensi Pedagogis

Tugas guru yang utama ialah mengajar dan mendidik murid dikelas dan diluar kelas. Guru selalu berhadapan dengan murid yang memerlukan pengetahuan, keterampilan, dan sikap utama untuk menghadapi hidupnya dimasa depan. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi pedagogis adalah :

Kemampuan dalam mengelola peserta didik yang meliputi : (a) pemahaman wawasan atau landasan pendidikan (b) pemahaman tentang peserta didik (c) pengembangan kurikulum/silabus (d) perancangan pembelajaran (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis (f) evaluasi hasil belajar dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang dimilikinya.

pemahaman wawasan atau landasan pendidikan. Seorang guru

harus memahami hakikat pendidikan konsep yang terkait dengannya. Diantaranya yaitu fungsi dan peran lembaga pendidikan, konsep pendidikan seumur hidup dan berbagai implikasinya, peranan keluarga dan masyarakat dalam pendidikan, pengaruh timbal balik antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, sistem pendidikan nasional dan inovasi pendidikan.

Pemahaman yang benar tentang konsep pendidikan tersebut akan membuat guru sadar posisi strategisnya di tengah masyarakat dan perannya yang sangat besar bagi upaya pencerdasan generasi bangsa. Joseph Fischer

menulis : “ pendidikan adalah penanaman pengetahuan, keterampilan, nilai, dan perilaku melalui prosedur yang standar.”

pemahaman tentang peserta didik. “ Guru harus mengenal dan

memehami siswa dengan baik, memahami tahapan perkembangan yang telah dicapainya, kemampuannya, keunggulan dan kekurangannya, hambatan yang dihadapi serta faktor dominan yang memengaruhinya.”. Pada dasarnya anak-anak itu ingin tahu, dan sebagian tugas ialah membantu perkembangan keingintahuan tersebut, dan membuat


(32)

merekalebih ingin tahu.

Horowitz, et al ( Darling- Hammond dan Bransford, 2005 : 88 )18 dalam Educating Teacher for Developmentally Appropriate Practice, menjelaskan tentang kriteria guru yang baik dan efektif berikut ini :

Guru yang baik memahami bahwa mengajar bukan sekedar berbicara, dan belajar bukan sekedar mendengarkan. Guru yang efektif mampu menunjukan bukan hanya apa yang ingin mereka ajarkan, namun juga bagaimana siswa dapat memahami dan menggunakan pengetahuan dan keterampialan baru. Selanjutnya mereka tahu apa yang dibutuhkan siswa, maka mereka memiliki tugas produktif, dan mereka menyusun tugas ini melalui cara menimbulkan pemahaman. Akhirnya, mereka memantau keterlibatan siswa disekolah, belajar produktif, dan tumbuh sebagai anggota masyarakat yang kooperatif dan bijaksana yang akan dapat berpartisipasi di masyarakat.

Guru harus memahami bahwa semua siswa dalam seluruh konteks pendidikan itu unik. Dasar pengetahuan tentang keragaman sangat penting, dan termasuk perbedaan dalam kecerdasan, emosional, bakat, dan bahasa. Demikian juga seorang guru harus meperlakukan siswa dengan respek, apakah ia dari keluarga miskin atau kaya. Guru harus mampu mengarahkan siswa untuk fokus pada kemampuannya dalam bidang tertentu dan menunjukan cara yang tepat untuk meraihnya.

Pengembangan kurikulum / silabus. Setiap guru menggunakan buku

sebagai bahan ajar. Buku pelajaran bnayak tersedia demikian buku penunjang. Guru dapat mengadaptasikan materi yang akan diajarkan dari buku- buku yang telah distandarisasi oleh Depdiknas, tepatnya Badan Standardisasi Nasional Pendidikan (BSNP ). Singkatnya guru tidak perlu repot menulis buku sesuai dengan bidangnya.

Meskipun demikian, guru harus memperhatikan proses pengembangan kurikulum, yang menurut Miller dan Saller mencakup tiga

18 Ibid


(33)

hal :

1. Menyusun tujuan umum dan tujuan khusus 2. Mengindentifikasi materi yang tepat 3. Memilih strategi belajar mengajar

Guru harus memehami hakikat kurikulum. Doll menyatakan “ definisi kurikulum yang telah di terima secara umum telah berubah dari materi dan daftar pelajaran menjadi seluruh pengalaman yang diberikan pada siswa dibawah bimbingan sekolah.sama dengan Doll, Eisner menjelaskan makna kurikulum yaitu “ seluruh pengalaman yang dialami

anak di bawah pengawasan sekolah”. Pengalaman ini sebagai besar telah didesain oleh sekolah sebelumnya. Ia juga menjelaskan bahwa “ kurikulum

sekolah atau pelatihan, atau kelas dapat dibuat sebagai seri pertunjukan yang dimaksudkan dapat mendidik satu atau lebih.

Perancangan pembelajaran. guru mengetahui apa yang akan

diajarkan pada siswa. Guru menyiapkan metode dan media pembelajaran setiap akan mengajar.perancangan pembelajaran menimbulkan dampak positif berikut ini. Pertama, siswa akan selalu mendapatkan pengetahuan baru dari guru. Kedua, menumbuhkan kepercayaan siswa pada guru, sehingga mereka akan senang dan giat belajar. Ketiga , belajar akan menjadi aktivitas yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu oleh dan bagi siswa, akrena mereka merasa tidak akan sia-sia datang belajar ke kelas.19

Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis. Pada anak-

anak dan remaja, inisiatif belajar harus muncul dari para guru, karena mereka pada umumnya belum memahami pentingnya belajar. Maka guru harus mampu menyiapkan pembelajaran yang menarik, menantang, dan tidak menoton, baik dari sisi kemasan maupun isi atau materinya.

Evaluasi hasil belajar. Kesuksesan seorang guru sebagai pendidik

profesional tergantung pada pemahaman terhadap penilaian pendidikan,

dan kemampuan berkerja efektif dalam penilaian. “Penilaian adalah proses

pengumpulan dan pengelolaan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik”. Penilaian hasil pembelajaran mencakup aspek

19


(34)

kognifif, psikomotorik, dan afektif sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya. Belajar merupakan proses di mana pengetahuan,

konsep, keterampilan dan perilaku diperoleh, dipahami, diterapkan dan dikembangkan. Anak- anak mengetahui perasaan mereka melalui rekannya belajar.

Pendidik harus memiliki kualifikasi dan kompetensi sebagai agen pembelajaran (learning agent ). yang dimaksud dengan pendidik sebagai

agent pembelajaran ialah “ peran pendidik antara lain sebagai fasilitator,

motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.

b. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian , yaitu “ kemampuan kepribadian yang (a) berakhlak mulia (b) mantap, stabil dan dewasa (c) arif dan bijaksana (d) menjadi teladan (e) mengevaluasi kinerja sendiri (f) mengembangan diri (g)

religius “. (BNSP, 2006 : 88)20

Berakhlak mulia. “ pendidikan nasional yang bermutu diarahkan

untuk pengembangan potensi peserta didik agar menjadi manusia tang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta tanggung jawab”.

Mantap, stabil, dan dewasa. Menurut Husain dan Ashraf “ jika

disepakati bahwa pendidikan bukan hanya melatih manusia untuk hidup,

maka karakter guru merupakan hal yang sangat penting.”itu sebabnya, menurut Husain dan Ashraf : “ Meskipun murid pulang kerumah meninggalkan sekolah atau kampus guru mereka, mereka tetap menyenangkan dalam hati dan pikiran mereka, kenangan tentang kepribadian yang agung di mana mereka pernah berinteraksi dalam masa tertentu dalam hidup mreka. Guru harus memiliki standar kulitas pribadi

20


(35)

tertentu yaitu mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin”. Tulis Mulyasa, minimal ada tiga ciri kedewasaan antara lain :

Pertama, orang yang telah dewasa memilki tujan dan

pedoman hidup, yaitu sekumpulan nilai yang ia yakini kebenarannya dan menjadi pegangan dan pedoman hidupnya.

Kedua, orang dewasa adalah orang yang mampu melihat segala

sesuatu secara objektif. Tidak hanya dipengaruhi oleh subjektivitas dirinya. Ketiga, orang yang telah bisa bertanggung jawab. Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki kemerdekaan, kebebasan, tetapi di sisi lain dari kebebasan adalah tanggung jawab.21

Arif dan bijaksana. “ guru bukan hanya menjadi seorang manusia

pembelajaran tetapi menjadi pribadi bijak, seorang saleh yang dapat

mempengaruhi pikiran generasi muda.” Husain dan Ashraf seorang guru

tidak boleh sombong dengan ilmunya, karena merasa paling mengetahui dan terampil dibandingkan guru yang lainnya, sehingga menganggap remeh dan rendah rekan sejawatnya.

Menjadi teladan. Mulyasa mengatakan, “ Pribadi guru sangat

berperan dalam membentuk pribadi peserta didik. Ini dapat dimaklumi karena manusia merupakn mahluk yang suka mencontoh, termasuk

mencontoh pribadi gurunya dalam membentuk pribadinya.” “secara

teoretis, menjadi teladan merupakan bagian integral dari seorang guru,

sehingga menjadi guru berati menerima tanggung jawab menjadi telatan”.

Mengevaluasi kinerja sendiri. Pengalaman adalah guru terbaik

(experience is the best teacher ) demikian pepatah Inggris. Pengalaman

mengajar merupakan modal besar guru untuk meningkatkan mengajar dikelas. pengalaman di kelas memberikan wawasan bagi guru untuk memahami karakter anak-anak, dan bagaimana cara terbaik untuk menghadapi keragaman tersebut. Guru jadi tahu metode apa yang terbaik bagi mata pelajaran apa, karena ia pernah mencoba berkali-kali.

Tujuan evaluasi kinerja diri adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran dimasa mendatang. Umar bin Utbah berkata kepada guru

21


(36)

anaknya : “ Hal pertama yang harus anda lakukan dalam mendidik anakku

adalah perbaiki dirimu sendiri, karena matanya melihatmu. Kebaikan baginya adalah apa yang kau lakukan, dan keburukan adalah apa yang kau tinggalkan”.22

Mengembangkan diri. Diantara sifat yang harus di miliki guru ialah

pembelajaran yang baik atau pembelajaran mandiri, yaitu semangat yang besar untuk menuntut ilmu. Sebagai contoh kecil yaitu kegemarannya membaca dan berlatih keterampilan yang dapat menunjang profesinya sebagai pendidik. Berkembang dan bertumbuh hanya dapat terjadi jika guru mampu konsisten sebagai membelajaran mandiri, yang cerdas manfaatkan fsilitas pendidikan yang ada di sekolah dan lingkingannya.

Husain dan Ashraf mengutip pendapat Hossein Nasr, Baloch, Aroosi, dan Badawi terkait dengan eksistensi dan peran guru :

Pertama, poros utama sistem pendidikan adalah guru. Kedua, guru tidak hanya menjadi manusia pembelajaran (man of learning ) namun juga harus menjadi manusia yang bermoral tinggi. Ketiga, dia harus menjadi manusia yang mampu menginspirasi orang lain untuk antusiasi apada moral dan etik yang dia katakan dan juga ia contohkan. Keempat, dia harus menjadi orang mengajarkan keyakinannya. Tidak boleh ada kontradiksi antara apa yang dia ajarkan dan keyakinan pribadinya.23

Religius. Ciri religiositas pada kompetensi kepribadian, karena ia

erat kaitannya dengan akhlak mulia dan kepribadian seorang muslim. Akhlak mulia timbul karena seseorang percaya pada Allah sebagai pencipta yang dimilki nama-nama baik ( asmaul husna) dan sifat yang terpuji. Budi pekerti yang baik tumbuh subur dalam pribadi yang khusyuk dalam menjalankan ibadah vertikal danharizontal. Pribadi yang selalu menghayati ritual ibadah dan mengingat Allah akan melahirkan sikap terpuji.

Aspek tertinggi dari keberagaman seseorang ialah saat seluruh

22

Ibid. hal 48 23


(37)

aktivitas kehidupannya baik duniawi maupun ukhrawi hanya didasari untuk meraih keridhaan Allah SWT maka, seorang guru yang religius pasti akan membimbing siswannya untuk memilki kepribadian yang luhur dan utama, terutama akhlak pada Tuhan lalu akhlak pada sesama makluk hidup di sekelilingnya. Ilmu akan hampa dan tidak manfaat bahkan cenderung menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan, jika tidak dimilki oleh pribadi

yang religius dan berakhlak. Menurut Muhammad Qutb, “ tujuan

pendidikan Islam adalah membimbing manusia sedemikian rupa, sehingga ia selalu tetap berada dalam hubungan dengan Allah SWT”

c. Kompetensi Sosial

Seorang guru sama seperti manusia lainnya adalah makhluk sosial, yang dalam hidupnya berdampingan dengan manusia lainnya. Guru diharapkan memberikan contoh baik terhadap lingkungannya dengan menjalankan hak dan kewajibannya sebagai bagian dari masyarakat sekitarnya. Guru harus berjiwa sosial tinggi, mudah bergaul dan suka menolong, bukan sebaliknya, yaitu individi yang tertutup dan tidak memedulikan orang –orang sekitar disekitarnya.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk (a) berkomunikasi lisan dan tulisan (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,orang tua/wali peserta didik dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Menurut Sukmadinata, “ diantara kemampuan sosial dan personal yang paling mendasar yang harus dikuasai guru adalah cita-cita semacam ini dapat diwujudkan guru melalui : pertama, kesungguhan mengajar dan mendidik para murid. Tidak peduli kondisi ekonomi, sosial,politik, dan medan yang dihadapinnya. Ia selalu semangat memberikan pengajaran bagi muridnya. Kedua, pembelajaran masyarakat melalui interaksi atau komunikasi langsung dengan mereka di beberapa tempat seperti masjid,


(38)

majelis taklim, balai desa dan pos yandu. Dalam kontek ini, guru bukan hanya guru bagi para muridnya, tetapi juga guru bagi masyarakat dan lingkungannya. Ketiga, guru menuangkan dan mengekspesikan pemikiran dan idenya melalui tulisan, baik dalam bentuk artikel,cerpen,novel,sajak, maupun artikel ilmiah.keterampilan dan kepercayaan diri guru dalam menulis perlu ditumbuhkan melalui pealtihan dan dorongan kepada sekolah.24

d. Kompetensi Profesional

Tugas guru ialah mengajarkan pengetahuan kepada muridnya.guru tidak sekedar mengetahui materi yang akan diajarkannya, tetapi memahaminya secara luas dan mendalam.oleh karena itu, murid harus selalu belajar untuk memperdalam pengetahuannya terkait mata pelajaran yang diampuninya. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan kompetensi profesional adalah :

Kemampuan menguasai materi pelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi : (a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/kohoren dengan materi ajar (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah (c) hubungan konsep antara mata pelajaran tekait (d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari dan (e) kometisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai budaya nasional.

Seorang guru harus menjadi orang yang special, namun lebih baik lagi jika ia menjadi spesial bagi semua siswanya.guru merupakan kumpulan orang-orang yang pintar di bidangnya masing-masing dan juga dewasa dalam bersikap. Namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana caranya guru tersebut dapat menularkan kepntarannya dan kedwsanaannya tersebut pada para siswanya di kelas. Sebab guru adalah jembatan bagi lahirnya anak-anak cerdas dan dewasa di masa menadatang.

24


(39)

Menjadi guru profesional bukan hal mudah. Sebelum mencapai tingakt expert (ahli), guru harus melalui beberapa tahapan seperti dijelaskan

Berliner, “ Guru berkembang menjadi ahli melalui beberapa tingkatan dari

pendatang baru (novice) ke pemula lanjut, kompeten, pandai (proficient), dan pada akhirnya ahli (expert)”.

Hammerness, et al. (Darling Hammonf dan Bransford,2005: 361) dalam How Teacher Learn and Develop menjelaskan tentang kemampuan

guru yang ahli, bahwa “ Guru yang ahli mampu melakukan beragam

aktivitas tanpa harus berhenti dan berpikir bagaimana melakukan hal itu”.25 Seorang guru akan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik apabila dia memiliki berbagai Kemampuan dasar atau kompetensi keguruan yang dimilikinya.kompetensi guru ada empat yaitu:

1. Mempumyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia. 2. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya. 3. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,sekolah,teman

sejawat dan bidang studi yang dibinanya 4. Mempunyai keterampilan teknik mengajar.

Penulis sendiri berpendapat Kompetensi guru dapat dipersempit menjadi kompetensi kepribadian, kompetensi atas penguasaan bahan pengajaran dan kompetensi dalam cara cara mengajar, menyangkut ketrampilan menyusun setiap program satuan pelajaran, demikian pula merencanakan atau menyusun kegiatan untuk siswa satuan waktu, mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan dan mempergunakan semua metode mengajar.

Dari penjelasan tersebut dapat bahwa kompetensi merupakan kemampuan seseorang yang meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diwujudkan dalam hasil kerja nyata yang bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Ketiga aspek kemampuan ini saling terkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Kondisi fisik dan mental serta spiritual

25


(40)

seseorang besar pengaruhnya terhadap produktivitas kerja seseorang, maka tiga aspek ini harus dijaga pula sesuai standar yang disepakati. Membagi

kompetensi guru dalam tiga bagian, yaitu “ bidang kgnitif,bidang sikap,

bidang perilaku ( performance ) . Ketiga kompetensi ini tidak berdiri

sendiri, tetapi saling berhubungan dan mempengaruhi satu sama lain ”. 26 Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kompetensi guru dapat dibagi menjadi 3 (tiga) bidang yaitu :

1) Kompetensi bidang kognitif

Kompetensi bidang kognitif artinya kemampuan intelektual, seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan mengenai belajar dan tingkah laku individual, pengetahuan tentang bimbingan penyuluhan, pengetahuan tentang administrasi kelas, pengetahuan tentang cara menilai hasil belajar siswa, pengetahuan tentang kemasyarakatan serta pengetahuan umum lainnya.

2) Kompetensi bidang sikap

Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya. Misalnya sikap menghargai pekerjaan, mencintai dan memiliki perasaan senang terhadap mata pelajaran yang dibinanya, sikap toleransi terhadap sesarria teman profesinya, memiliki kemauan yang keras untuk meningkatkan hasil pekerjaannya.

3) Kompetensi Perilaku/ Performance

Kompetensi perilaku/ performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai ketrampilan perilaku, seperti ketrampilan mengajar membimbing, menilai, menggunakan alat bantu pengajaran, bergaul atau berkomunikasi dengan siswa, ketrampilan menumbuhkan semangat belajar para siswa, ketrampilan menyusun persiapan/perencanaan mengajar, ketrampilan melaksanakan administrasi kelas dan lain-lain.

4. Kedudukan Guru dalam Pendidikan

26


(41)

Undang-Undang Guru Pasal 2 ayat (1) berbunyi, “ Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan perundang-undangan.”lebih lanjut dalam Pasal 4, Menjelaskan mengenai fungsi kedudukan guru yang berbunyi “ kedudukan guru sebagai tenaga

profesional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional.” Penjelasan Pasal 4 dalam Undang –Undang ini menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran (learning agent ) adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator,pemacu, perekayasa pembelajaran dan pemberi inspiransi belajar bagi peserta didik.

Pembelajaran yang berkualiatas adalah pembelajaran yang mampu meletakan posisi guru dengan tepat sehingga guru dapat memainkan perannya sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.

Sebagai fasilitator, guru tidaklah mengajar, tetapi melayani peserta didik untuk belajar.sebagai motivator,guru mendorong peserta didik untuk belajar. Sebagai pemacu, guru menyentuh faktor-faktor belajar agar kompetensi peserta didik meningkat. Sebagai perekayasa guru memanfaatkan segala media dan sumber belajar agar peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan. Sebagai pemberi inspiransi, guru mengubah pandangan dan kehidupan peserta didik menjadi lebih baik.27

a. Guru sebagai fasilitator

Dewasa ini teori belajar konstruktivisme telah populer dalam dunia pendidikan.konstruktivisme telah menetapkan teori-teori sebelumnya dan memberikan pemecahan terhadap konsep belajar. Teori ini telah mengubah paradigma belajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centred learning) kemudian beralih kearah

27

Barnawi & Mohammad Arifin, Etika & profesi kependidikan (jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012) hal 69-70


(42)

paradigma belajar yang berpusat pada peserta didik (student centred learning ). Pembelajaran memang harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik tidak akan belajar apabila dalam kondisi pasif. Peserta didik akan belajar apabila ia diberi kesempatan aktif berbuat dalam proses pembelajaran.

b. Guru sebagai motivator

Motivasi dapat diartikan daya pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kearah tujuan tertentu. Motivasi mengandung tiga komponen, yaitu menggerakkan, mengarahkan, dan memompang tingkah laku manusia.

1. Menggerakkan berarti menimbulkan kekuatan pada individu, memimpin seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.misalnya kekuatan dalam hal ingatan,respon-respon efektif dan cenderung mendapat kesenangan. 2. Motivasi juga mengarahkan atau menyalurkan tingkah

laku dengan demikian, ia menyediakan suatu orientasi tujuan, tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu. 3. Untuk menjaga dan menompang tingkah laku, lingkungan

sekitar harus menguatkan intensitas arah dorongan-dorongan,dan kekuatan individu.

c. Guru sebagai pemacu belajar

Belajar adalah kewajiban peserta didik.akan tetapi, tidak semua peserta didik mempunyai kesadaran yang sama untuk belajar. Terkadang ada yang bersikap santai dalam belajar dan ada pila yang belajar apabila memang ada tugas dari guru saja sehingga hasil belajarnya berada di bawah kemampuan yang sebenarnya ia miliki. Kondisi seperti ini tidak boleh di biarkan, peserta didik harus dipacu semangat belajarnya agar potensi yang dimiliki dapat tergali secara optimal.

Untuk memacu belajar, guru harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua


(43)

golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu.

Faktor intern terbagi menajdi 3 kelompok, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, faktor kelelahan.berikut uraiannya.

1. Faktor jasmaniah

Faktor jasmaniah mencakup kesehatan dan kondisi peserta didik yang cacat. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam belajar. Tidak mungkin peserta didik dapat belajar dengan baik apabila badannya tidak fit.

2. Faktor psikologis

Sekuarng kuarngnya ada tujuh faktor yang tergolong dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Pertama intelektual adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis, yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi, dan mempelajari denngan cepat. Kedua, perhatian .perhatian merupakan aktivitas mental pada suatu objek. Belajar akan berhasil apabila peserta didik memilki perhatian terhadap materi pembelajaran. ketiga, minat. Minat berbeda dengan perhatian. Perhatian bersifat sementara dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat cenderung permanen dan pasti diikuti perasaan senang.

Keempat, bakat. Bakat atau aptitude. Bakat adalah

kemampuan untuk belajar. Kelima, motif ialah segala sesuatu yang mendorong manusia untuk berfikir,merasa,dan bertindak sesuatu.

Keenam,kematangan. Seperti yang telah disinggung

sebelumnya bahwa kematangan berkaitan erat dengan umur. Implikasi terhadap pembelajaran ialah peserta didik


(44)

tidak boleh diberikan materi yang melampau batas kemampuannya, baik kemampuan secara fisik, psikis, maupun kongnitifnya. Ketujuh, kesiapan. Kesiapan merupakan kesediaan memberi respon atau bereaksi.kesiapan peserta didik erat kaitannya dengan kematangan.

3. Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan ruhani. Kelelahan jasmani dapat diketahui apabila kondisi tubuh seseorang lemah dan tidak berdaya. Kelelahan ruhani ditandai dengan menurunnya semangat hidup. Kelelahan ruhani dapat terjadi karena menghadapi masalah yang sangat berat, kebosanan pada rutinitas, keterpaksaan, dan kehilangan makna hidup.28

Selain faktor intern, faktor ekstern juga sangat mempengaruhi peserta didik untuk belajar. Faktor ekstern terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

1) Faktor keluarga

Faktor ekstern yang paling dekat dengan peserta didik ialah faktor keluarga. Peserta didik yang belajar akan memperoleh pengaruh dari keluarga yang berupa cara orang tua dalam mendidik, suasana rumah dan latar belakang budaya.

2) Faktor sekolah

Faktor sekolah adalah faktor luar yang memrngaruhi belajar peserta didik yang mencangkup guru, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum, hubungan antarwarga sekolah, dan tanggung jawab warga sekolah.

3) Faktor masyarakat

28


(45)

Faktor masyarakat adalah faktor ekstern yang ikut memengaruhi belajar peserta didik. Faktor masyarakat meliputi pergaulan peserta didik, aktivitas dalam masyarakat, media massa, dan kehidupan masyarakat sekitar.29

d. Guru sebagai prekayasa pembelajaran

Rekayasa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu tindakan untuk menerapakan kaidah-kaidah ilmu pembelajaran untuk mendorong peserta didik agar belajar. Penerapan mencakup tahapan perencanaan dan pelaksanaan pebelajaran. Jadi kompetensi yang harus dimilki seorang guru sebagai perekayasa ialah mampu menyusun desain pembelajaran dan mengaplikasikan dalam proses pembelajaran. desain pembelajaran disusun dengan memanfaatkan berbagai macam sumber dan media agar peserta didik mencapai kompetensi yang telah ditentukan.

e. Guru sebagai pemberi inspiransi

Insfiratif adalah upaya memberikan stimulus bagi peserta didik agar termotivasi dan menimbulkan kemauan yang baru. Guru yang mampu memengaruhi dan mengubah jalan hidup para peserta didiknya untuk menjadi lebih baik disebut sebagai guru insfiratif . Guru inspiratif ialah guru yang mampu memberikan stimulus kepada peserta didik untuk mengubah jalan hidupnya menjadi lebih baik.

Guru yang sedikit mengajar tetapi mampu menginspirasi peserta didiknya itu lebih baik dibandingkan dengan guru yang banyak berceramah tetapi tidak memberi makna apa-apa. William A Ward pernah mengatakan. “ the mediocre teacher tells. The good teacher explains. The superior teacher demonstrates. The great teacher inspires.” Artinya “ Guru yang biasa-biasa saja, memberi tahu. Guru yang baik, menjelaskan. Guru yang sangat baik, mendemonstrasikan. Guru yang luar biasa, ialah guru yang

29


(46)

memberi inspirasi.” Guru inspiratiflah guru yang terbaik.30

Guru sebagai social worker (pekerja sosial).sangat dibutuhkan oleh masyarakat.namun,kebutuhan masyarakat akan guru belum seimbang dengan sikap sosial masyarakat terhadap profesi guru.rendahnya pengakuan masyarakat terhadap guru menurut Nana Sudjana, disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :31

1. Adanya pandangan sebagai masyarakat bahwa siapa pun dapat menjadi guru, asalkan ia berpengetahuan,walaupun tidak mengerti didaktif metodik.

2. Kekurangan tenaga guru didaerah terpencil memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang tidak mempunyai kewenangan profesiona untuk menjadi guru.

3. Banyak tenaga guru sendiri yang belum menghargai profesinya sendiri, apalagi mengembangkan profesi tersebut.

Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan yang tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menetapkan kedudukan guru setingkat dibawah kedudukan Nabi dan Rosul. Karena guru adalah bapak ruhani (spiritual father) bagi anak didik yang memberi santapan jiwa dengan ilmu pengetahuan.

Guru adalah sumber ilmu. Mereka dengan ikhlas mengajar dan mendidik. Mereka adalah pahlawan tanpa jasa. Tanpa mereka, engkau tidak akan menjadi apa- apa. Jasa mereka sungguh tiada tara. 32 Menurut Al-Ghazali menukil beberapa hadist Nabi tentang keutamaan seorang guru. Ia berkesimpulan bahwa guru disebut sebagai orang yang besar aktivitasnya dan lebih baik . Guru merupakan pelita segala zaman. Orang yang hidup bersamanya akan memperoleh pancaran nur keilmiahan. Andaikata dunia tidak ada guru, niscaya manusia seperti binatang, sebab guru berupaya mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat insaniyah.

30

Ibid. hal 96-97 31

Op.cit . Muhamad, Nurdin , hal 192 32

Akbar, Zainudin, Ketika Sukses Berawal dari Pesantren ( Bekasi : MJWBook , 2014) h.35


(47)

Pendidikan merupakan bagian terpenting dari kehidupan yang sekaligus membedakan manusia dengan hewan. Hewan juga “belajar”, tetapi lebih ditentukan oleh instink. Sedangkan bagi manusia, belajar

berarti rangkaian kegiatan menuju “pendewasaan” guna menuju kehidupan

yang lebih berarti. 33

Kedudukan guru dalam Islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya. Mengamalkan ilmu dengan cara mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah suatu pengalaman yang paling dihargai dalam Islam.kedudukan guru dalam Islam memang berbeda dengan kedudukan guru di dunia barat.hubungan guru dengan anak didik juga berbeda.hubungannya hanya sebatas pemberi dan menerima saja.

proses pendidikan yang berjalan selama ini. pada umumnya pendidikan sekarang orang menganggap bahwa anak dalam konsep diri masih tergantung, sedang orang dewasa itu sudah memiliki otonomi. Asumsi semacam ini membawa akibat bahwa pendidikan menjadi lebih berpusat pada guru. Dan keadaan semacam ini belajar menjadi pasif. Anak hanya menjadi peniru, penghafal, dan tukang pengingat yang tidak menyentuh lubuk hatinya. pendidikan semacam ini sebagai pendidikan yang menekan martabat manusia, pendidikan yang memperkuat sistem penindasan.

Paulo Freire seorang tokoh pendidikan dari Brazil dalam bukunya yang termashur Peadagogy of the Opressed antara lain berpendapat bahwa hendaknya guru hanyalah membantu dalam anak menempuh proses belajar menemukan dirinya. Freire dengan keras mengkritik proses pendidikan yang berjalan selama ini. Menurutnya pada umumnya pendidikan sekarang orang menganggap bahwa anak dalam konsep diri mash tergantung, sedang orang dewasa itu sudah memiliki otonomi. Asumsi semacam ini membawa akibat bahwa pendidikan menjadi lebih berpusat pada guru. Dan keadaan semacam ini belajar menjadi pasif. Anak hanya menjadi peniru, penghafal, dan tukang pengingat yang tidak

33

Muslih,Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta ( Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya) h.27


(48)

menyentuh lubuk hatinya. Freire menganggap pendidikan semacam ini sebagai pendidikan yang menekan martabat manusia, pendidikan yang memperkuat sistem penindasan.

Digambarkan lebih jauh olehnya, bahwa pendidikan yang sekarang ini pada umumnya bersifat :

a) Guru mengajar murid belajar.

b) Guru mengetahui segala sesuatu, murid tidak mengetahui apa-apa. c) Guru berfikir, murid yang dipikirkan.

d) Guru berbicara, murid mendengarkan dengan tenang. e) Guru mengatur , murid diatur.

f) Guru memilih dan memaksakan pilihan, murid hanya menyetujui g) Guru berbuat, murid membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan

gurunya.

h) Guru memilih bahan dan isi pelajaran, murid menyesuaikan diri dengan pelajaran .

i) Gurumencampuradukan kewenangan ilmu dan jabatan untuk menghalangi kebebasan murid.

j) Guru adalah subyek dalam proses belajar, murid adalah hanya obyek.34 Dalam pengajaran atau proses belajar mengajar, guru memegang peranan sebagai sutradara sekaligus aktor artinya pada gurulah tugas dan tanggung jawab merencanakan dan melaksanakan pengajaran di sekolah.

Guru adalah sebagai pembimbing untuk membawa anak kearah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.

Disamping guru harus bisa ditiru, menjadi teladan bagi anak didiknya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Ahzab ayat 21 :

Artinya :

"Sesungguhnya telah ada pada diri Rosulullah SAW itu suri

34

Muslih,Usa, Pendidikan Islam Di Indonesia Antara Cita Dan Fakta ( Yogyakarta : PT Tiara Wacana Yogya) h.33


(49)

tauladan yang baik . ...(Q.S. Al Ahzab : 21) 35

Banyak ragam pendapat tentang posisi dan status guru dalam pendidikan. Bagi penulis sendiri, dari mana pun kita melihat, guru itu memang ada (eksis), dan sekali lagi apakah ia sentral atau tidak dalam pendidikan, yang jelas guru merupakan salah satu faktor pendidikan. Tentu saja kita tetap berangkat dan asumsi bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang apabila kehilangan salah satu unsurnya ia akan pincang dalam mekanisme proses sistemik tersebut.

B. Kemandirian

1. Pengertian Kemandirian

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebiasaan anak, karakter dan sifat-sifatnya bisa dibentuk oleh orang tuanya sendiri. Berbagai kebiasaan anak, karakter, sifat dan sebagainya tidak mutlak merupakan turunan dan orang tua. Meski pun ada pada sebagian anak lain.

Didikan orang tua kepada anak sejak kecil amat berpengaruh besar sekali. Seorang filsuf yang bernarna John Locke pemah mengemukakan teorinya yang disebut tabularasa. Yaitu sebuah teori yang mengatakan bahwa segala pengalaman manusia itu sendiri setelah dewasa.36 Anak merupakan kain putih bersih, yang akan diisi pengalaman pertama kali oleh orang tuanya sendiri. Dan berbagai pengalaman yang masuk pada anak itu senantiasa teringat. Seolah-oleh pengalaman masa kecil itu benar-benar terendap di dalam ingatannya. Sebagai catatan yang sulit luntur dan kelak setelah anak dewasa akan terekspresikan berbagai pengalaman masa kecilnya itu.

Menumbuhkan kemandirian pada individu sejak usia dini sangat penting karena dengan memilki kemanandirian sejak dini, anak akan terbiasa mengerjakan kebutuhan sendiri. Menurut Yusuf : secara naluriah, anak mempunyai dorongan untuk berkembang dari posisi dependent (ketergantungan ) keposisi independent (bersikat mandiri ). Anak yang

35

Departemen Agama RI Al – Hikmah Al-Qur’an dan Terjamah ( Bandung : Diponegoro, 2010 ) h. 420

36


(50)

mandiri akan bertindak dengan penuh rasa percaya diri dan tidak selalu mengandalkan bantuan orang dewasa dalam bertindak.

Kemandirian di artikan sebagai suatu sikap yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri dan terlepas dari ketergantungan, selanjutnya Benson dan Grove menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kemandirian adalah kemampuan individu untuk memutuskan sendiri dan tidak terus menerus berada dibawah kontrol orang lain.37

Kemandirian merupakan suatu sikap, dan sikap merupakan suatu yang dipelajari, sikap yang dalam bahasa Inggris disebut Attitude“Sebagai

sikap dan kesedian bereaksi terhadap suatu hal”.kepribadian yang dipakai untuk menandakan penampilan seseorang yang sikap dan perbuatannya penuh dengan kemandirian.38

Artinya bahwa kita tidak dilahirkan dengan dilengkapi sikap-sikap, tetapi sikap-sikap itu tumbuh bersama-sama dengan pengalaman yang kita peroleh. Jadi dapat disimpulkan bahwa kemandirian itu tidaklah terjadi dengan begitu saja, namun sikap ini tertanam pada seorang anak secara bertahap seirama dengan perkembangan dan lingkungannya.

Dari beberapa definisi diatas, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa anak yang kemandirian adalah anak yang mampu melakukan aktivitasnya sendiri tanpa banyak bergantung kepada orang lain.

2. Ciri-ciri Kemandirian

Seorang anak dikatakan mandiri bila ia memperlihatkan ciri –ciri, yaitu : (a) Percaya diri yang didasari oleh kepemilikan akan konsep diri yang positif.(b) Bertanggung jawab pada hal-hal yang dikerjakan dan hal ini dapat ditumbuhkan dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk memegang tanggung jawab. (c) Mampu menemukan pilihan dan mengambil keputusan sendiri yang mana hal ini diperoleh dari adanya peluang untuk mengerjakan sesuatu dan (d) Mampu mengendalikan

37

Astati, Bahan Ajar Kemandirian , www.file.upi.edu. 26 mei 2016, dikutip pukul 14.00 hal. 1

38

Holstein, Herman, Murid Belajar Mandiri Situasi Belajar Mandiri Plajaran Sekolah (Bandung : Remadja Karya) hal.xiv


(51)

emosi dengan adanya kesempatan untuk berbuat dengan tidak banyak mendapatkan larangan.39

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemandirian

Pada garis besarnya, faktor-faktor yang mempengaruhi kemadirian belajar dapat dikelompokkan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri anak, faktor ini meliputi :

1. Minat

Minat (interest) berati kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantunagannya yang banyak faktor-faktornya internal lainnya seperti : pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. 40

Hilgard memberikan rumusan tentang minat sebagaimana di kutip oleh Drs. Slamento “ interest is

persisting tendency to pay attention to and enjoy some activity or content “ ( Artinya : minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan menyenangi beberapa kegiatan atau isi kegiatan).”

Minat besar sekali pengaruhnya terhadap terciptanya kemandirian belajar anak. Kegiatan yang diminati seseorang akan diperhatikan terus yang disertai dengan rasa senang, sehingga dengan adanya minat yang besar ini akan menimbulkan dorongan untuk lebih

39

Op.cit.h. 1 40


(52)

mengenal dan mendalam tanpa harus diperintahkan oleh orang lain.

2. Motif

Motif ialah segala sesuatu yang mendorong manusia untuk berfikir,merasa,dan bertindak sesuatu.motivasi atau

“dorongan” pada umumnya mengarah pada suatu tingkah

laku yang berupa tujuan atau perangsangan. Perangsangan merupakan fakta yang menarik seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif berfungsi mendorong manusia untuk bertindak menentukan arah perbuatan, dan penyeleksi perbuatan.41

Menurut Sumadi Suryabrata, “Motif adalah keadaan

pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktifitas-aktifitas tertentu guna mencapai suatu tujuan”. Jadi dapat dikatakan bahwa motif merupakan dasar yang sangat esensial bagi seluruh tingkah laku manusia. Dalam hal ini

Dr. W.A Gerungan menegaskan “Tanpa motifasi orang

tidak berbuat apa-apa, tidak akan bergerak”.

Dengan demikian menjadi cukup jelas bahwa motifasi siswa dalam belajar mempuyai pengaruh yang besar terhadap kegiatan belajarnya. Siswa yang mempuyai motifasi kuat, dimungkinkan akan lebih tekun, rajin, dan mandiri dalam belajar.

3. Bakat

Menurut Hilgard, sebagaimana dikutip oleh Slameto, bakat atau aptitude adalah : “ The capacity to

learn “.Dengan kata lain Bakat adalah kemampuan untuk

belajar. Kemampuan itu baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar berlatih. Apabila bahan pelajaran yang dipelajari peserta didik sesuai bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang

41

Barnawi & Mohammad Arifin, Etika & profesi kependidikan (jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2012) hal.83


(53)

belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya itu.42

Bakat sangat mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat dalam belajarnya. Dan ini akan menjadikan anak lebih mandiri dalam belajar.

4. Kematangan

Kematangan. Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa kematangan berkaitan erat dengan umur. Kematangan adalah “suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah

siap untuk melaksanakan kecakapan baru”. Kematangan

belum berarti anak dapat melaksanakan secara terus menerus, untuk itu diperlukan latihan-latihan dan pelajaran. Dengan kata lain, anak yang sudah siap atau matang belum dapat melaksanakan kecakapanya sebelum belajar. Belajarnya akan lebih berhasil jika anak sudah matang atau siap.

5. Konsep diri

Konsep diri adalah persepsi keseluruhan yang dimiliki seseorang mengenahi diri sendiri . Menurut Burn, sebagaimana dikutip oleh Drs. Slameto menjelaskan bahwa “The self concept refers to conection of ettitudes and beliefs we hold abaut ourselves”.Artinya: Konsep diri adalah hubungan antara sikap dan keyakinan tentang diri kita sendiri ).

Definisi tersebut jika dihubungkan dengan masalah kemandirian belajar, memberikan pengertian suatu pengertian bahwa sikap dan pandangan positif individu terhadap kemampuan dirinya akan meningkatkan

42


(54)

kemandiriannya.

b. Faktor Eksternal

1. Faktor Keluarga

Faktor ekstern yang paling dekat dengan peserta didik ialah faktor keluarga. Peserta didik yang belajar akan memperoleh pengaruh dari keluarga yang berupa cara orang tua dalam mendidik, suasana rumah dan latar belakang budaya.43

Keluarga merupakan suatu unit sosial yang terdiri dari seorang suami dan seorang istri atau dengan kata lain

keluarga adalah “orang yang mempuyai kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat”. orang tua juga

berkewajiban untuk memberikan contoh yang baik dan tauladan yang saleh atas segala yang diajarkannya. Dengan demikian kelurga merupakan lingkungan pertama yang dijumpai seorang anak, serta suatu lembaga yang pertama membentuk sikap, watak, pikiran, dan prilaku anak. Dalam lingkungan kelurga ini anak-anak memperoleh didikan dan bimbingan serta contoh-contoh yang dapat membentuk keperibadiannya dikemudian hari.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latar belakang keluarga yang baik, tentunya akan dapat mengarahkan dan membina anak untuk dapat belajar dengan baik. Termasuk mengarahkan anak kepada sikap mandiri dalam belajar.

2. Faktor Sekolah

Faktor sekolah adalah faktor luar yang memrngaruhi belajar peserta didik yang mencangkup guru, proses pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum, hubungan antarwarga sekolah, dan tanggung jawab warga sekolah.

Setelah anak di didik di dalam lingkungan keluarga

43


(55)

oleh orang tuanya dan mungkin oleh anggota keluarga yang lain, maka seiring dengan usia yang makin bertambah selanjutnya anak akan memasuki Sekolah yang mempuyai pengertian sebagai bangunan atau lembaga untuk belajar

dan memberi pelajaran. Sekolah merupakan pendidikan

yang kedua dalam kehidupan seseorang setelah keluarga. Dengan demikian sekolah mempunyai pengaruh yang basar terhadap terbentuknya kemandirian siswa khususnya dalam belajar. .

Jadi jelas bahwa sekolah dan segala perlengkapannya berpengaruh dan berperan vital dalam menumbuh kembangkan keperibadian anak, termasuk terhadap terbentuknya sikap mandiri anak dalam belajar. 3. Faktor Masyarakat

Faktor masyarakat adalah faktor ekstern yang ikut memengaruhi belajar peserta didik. Faktor masyarakat meliputi pergaulan peserta didik, aktivitas dalam masyarakat, media massa, dan kehidupan masyarakat sekitar.

Masyarakat juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian belajar siswa, karena masyarakat adalah “pergaulan hidup manusia ( sehimpunan manusia yang hidup di suatu tempat dengan ikatan-ikatan

yang tertentu ) “. Pengaruh itu terjadi karena anak itu

berada dalam lingkungan masyarakat.

Dengan demikian pengaruh lingkungan masyarakat terhadap pembentukan pribadi individu termasuk di dalamnya pembentukan sikap mandiri pada diri seseorang. Jadi jelas bahwa lingkungan masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap mandiri pada diri seseorang khususnya anak didik.


(56)

C. Hasil Penelitian yang Relevan

Pada penelitian sebelumnya penulis memperoleh dua judul penelitian yang terkait dengan judul penulis. Adapun penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah:

1. Udi Nuri Astuti (06230017) Fakultas Dakwah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Mengenai “ Usaha Peningkatan

Kemandirian Anak Tunarungu Di Sekolah Luar Biasa Wijata Dharma 1 Tempel ”.

Penilitian tersebut bertujuan untuk mengetahui keterampilan-keterampilan yang diberikan Sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma1 Tempel dalam usaha meningkatkan kemandirian ekonomi siswa tuna rungu dan mengetahui keberhasilan usaha-usaha meningkatkan kemandirian ekonomi siswa tuna rungu di Sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma1 Tempel.

Hasil penelitiannya pendidikan keterampilan yang di ajarkan di sekolah Luar Biasa Wiyata Dharma 1 Tempel adalah keterampilan menjahit, boga, potong rambut, dan perkayuan. Namun keterampilan yang banyak diminati oleh siswa adalah keterampilan menjahitdan sebagian keterampilan memasak atau boga. Karena alat yang digunakan untuk pembelajaran sudah ada di SLB. Sedangkan peralatan lainnya tidak memadai.

Usaha untuk meningkatkan kemandirian siswa dilakukan SLB sudah maksimal karena selain memberikan keterampilan menjahit dan boga pada waktu siswa masih sekolah, SLB juga memberikan waktu magang selama 1 tahun kepada siswa. Siswa juga mendapatkan sertifikat sehingga setelah lulus mereka bisa membuka usaha dirumah atau berkerja ditempat lain sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

2. Musrifah ( 1022006 ) Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Klijaga Yogyakarta Mengenai


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)