Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

(1)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGARUH OTONOMI DESA TERHADAP PARTISIPASI

MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

(Studi Pada Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar,

Provinsi Riau)

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:

0 3 0 9 0 3 1 0 5 GUSMAYANTO

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

MEMPEROLEH GELAR SARJANA SOSIAL (S-1)

PADA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Gusmayanto NIM : 030903105

Depatemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa (Studi pada Desa Pulau Jambu kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)

Pembimbing Ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara

Dra. Dahlia Hafni Lubis

NIP : 131 413 647 NIP : 131 568 391 Dr. Marlon Sihombing, MA

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Prof. Dr. Muhammad Arif Nasution, M.Si NIP : 131 757 010


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kemampuan dan kesabaran sehingga skripsi yang berjudul “Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa, Pada Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupatan Kampar, Provinsi Riau” dapat diselesaikan dengan baik. Syalawat beserta salam tercurah buat junjungan alam Rasulullah SAW yang telah mengorbankan jiwa raganya demi tegaknya kalimtul haq dijagat raya ini dan sebagai suri tauladan disetiap tarikan nafas kehidupan.

Sesungguhnya karya tulis ilmiah ini bukanlah semata-mata mutlak dari usaha penulis sendiri akan tetapi tak terlepas dari bantuan Orang Tua, Dosen Pembimbing, Kawan-kawan baik itu berupa do’a, saran maupun dukungan sehingga memberikan motivasi yang sangat besar bagi penulis dalam melaksanakan penyusunan skripsi ini hingga selesai. Akan tetapi penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahannya baik itu berupa tata penulisan maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu, masukan baik saran maupun kritikan sangat penulis harapkan demi kesempurnaan karya ilmiah ini.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung, dan memberikan motivasi baik bersifat material maupun spiritual terutama yakni kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA. Selaku Dekan dan Pembantu Dekan I, II,III, di FISIP USU.


(4)

2. Bapak Dr. Marlon Sihombing, MA. Selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. Dan Selaku Ketua pada pengujian skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu guna proses penilaian terhadap hasil penulisan skripsi yang penulis sampaikan.

3. Ibu Drs. Dahlia Hafni Lubis. Selaku Dosen Pembimbing yang tidak pernah bosan menerima penulis untuk berkonsultasi dan memberikan motivasi serta kemudahan dalam memperlancar penyelesaian karya ilmiah ini.

4. Ibu Dra. Nurlela Ketaren M.Sp. Selaku Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktu guna proses penilaian terhadap hasil penulisan skripsi yang penulis sampaikan.

5. Ibu Dra. Hj. Beti Nasution, M.Si. sebagai Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara yang membantu dalam memperlancar jalan menuju kesuksesan yang sangat bernilai ini.

6. Seluruh Dosen pengajar di lingkungan FISIP USU yang telah mencurahkan ilmu pengetahuan yang begitu banyak sehingga dapat bermanfaat bagi penulis.

7. Kak Emi dan Kak Mega yang selalu sabar melayani penulis dalam pengurusan administrasi sehingga memperlancar proses penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Ahmad Yani selaku Kepala Desa beserta para pegawainya yang senantiasa bersedia membantu dan memberikan kemudahan kepada penulis didalam memberikan data dan informasi dalam penelitian ilmiah ini.

9. Teristimewa dan sangat penulis cinta dan sayangi adalah Ayahanda (H. Abbas Bay B.A.) dan Ibunda (Hj. Sri Widjiati) yang merupakan kebanggaan tersendiri bagi penulis dilahirkan dan di didik dengan kasih sayang yang tiada berbatas, bisikan


(5)

pesan-pesan yang diberikan, selalu menjaga dan menerangi jalan kehidupanku. Keringat dan air mata yang engkau korbankan, yang sengaja disulap menjadi senyuman dihadapanku, dihadapan kami anakmu hingga kitapun tersenyum dan kitapun bahagia. Walau ananda tahu semua itu takkan pernah terbalas, namun yakinlah anakmu ini akan selalu berbakti kepadamu. Ayahanda dan Bunda…….... Ananda menyayangimu. Semoga cepat sembuh ya Pa…., Jadi bisa datang di wisuda ant besok Amin, Ya Robbal ‘Alamin….

10.Adinda ku seorang (Gusmayaelti) yang sangat kusayangi, terima kasih atas perhatian dan telah mengingatkan kakak dalam menyelesaikan skripsi ini. Dan ingat dik, belajar yang rajin dan tekun agar bisa meraih cita-cita yang diinginkan sehingga menjadi anak yang dibanggakan oleh orang tua dan dapat membahagiakan mereka. Jadilah anak Sholeha yang berbakti kepada kedua orang tua dan kakak do’akan agar menjadi orang yang sukses dalam segala hal yang sifatnya positif, Amin….

11.Special for some one “Jelek” yang telah meraih gelar sarjana, selamat berjuang

semoga sukses dan jangan pernah pesimis….! Hadapilah semua itu dengan selalu optimis serta berdo’a dan serahkan kepada Yang Maha Kuasa, mudah-mudahan ada hikmahnya, Amin….Dan terima kasih atas segala perhatian, dukungan, semangat dan kesetiaannya selama ini, sehingga abang bisa menjalani dan merasakan lika-liku kahidupan seperti ini, yaitu suka dan duka dihadapi dan dirasakan bersama. Dan maaf ya dek…, kalau selama ini abang udah bikin kesal dan nyusahin jeleknya. He….he…he..


(6)

12.Bapak Buyung Sulung Said. dan Ernawati terima kasih atas bantuan dan perhatiannya sama ant selama ini.

13.Adek (Nurmeysusanti) jangan biarkan hari-harimu berlalu tanpa arti, persiapkan diri untuk menyambut hari yang lebih ceria.

14.Teman-teman Alumni ANA 03 UIN RIAU, yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Terima kasih atas persahabatannya semoga menjadi kekal dan abadi, Amin…. 15.Teman-teman seperjuangan di AN 03 USU, Elis F. Ningsih S.Sos. terima kasih atas

persahabatannya selama ini dan maaf kalau ada salah ya lis (kurangi donk sifat pelupanya dan berusahalah untuk menghargai diri sendiri,He…he..he..), Bopi Eridon S.Sos. (Adonk eridon, he..he..) selamat berjuang ya, Herman (Pak Ngah Bedelau), Saidul Anam, S.Sos, Alfatisan, S.Sos. yang sabar ya&selamat berjuang (Mambang Laut, he…he..), dan 3 Boncel (Azwirman,S.Sos, Harpianto/Mondo, Dan Dasrianto S.Sos./Santo Al-falah, He…he..), Kiki, Yeti, Magda, Elfin, Tarida, Rita Aisal, Ika & Alin S.Sos. dan Teman-teman magang yang tidak bisa disebutkan satu persatu (terima kasih atas persahabatannya selama ini).

16.Seluruh saudara, rekan maupun sahabat yang telah memberikan motivasi maupun do’a serta segala apa yang telah diberikan, penulis hanya bisa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di Program Reguler Ilmu Administrasi Negara FISIP USU.

Kepada kalian semua, penulis tidak bisa memberikan apa-apa kecuali do’a yang bisa dimohonkan kepada Allah S.W.T. Semoga apa yang telah kalian sumbangkan terhadap penulis dapat menjadi amal ibadah bagi kalian semua dan mendapat Ridha di sisi Allah S.W.T., AMIN…….Dan di dalam penyelesaiaan skripsi ini penulis telah berusaha


(7)

semaksimal mungkin, namun penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kasalahan, jauh dari kesempurnaan dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Akhirnya kepada Allah S.W.T. penulis serahkan, karena hanya Dia-lah yang Maha Sempurna dan Maha Besar, dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca serta bisa menjadi salah satu rujukan atau referensi bagi yang melakukan penelitian dalam hal yang sama dan membutuhkannya. Amin Ya Robbal Alamin…

Medan, 17 Agustus 2008 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

ABSTRAKSI ... ... ix

LAMPIRAN ... ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Kerangka Teori ... 7

1.5.1. Desa ... 8

1.5.2. Otonomi Desa ... 9

1.5.3. Pemerintahan Desa ... 12

1.5.4. Partisipasi Masyarakat ... 13

1.5.5. Pembangunan Desa ... .. 17

1.5.6. Hubungan Antara Otonomi Desa Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa ... ... 20

1.6. Hipotesis ... … 22


(9)

1.8. Defenisi Operasional ... …..23

1.9. Sistematika Penulisan … ... …..25

BAB II METODE PENELITIAN ... …26

2.1. Bentuk Penelitian ... 26

2.2. Lokasi Penelitian ... 26

2.3. Populasi dan Sampel ... 26

2.3.1. Populasi ... 26

2.3.2. Sampel ... 27

2.4. Teknik Pengumpulan Data ... 29

2.5. Teknik Penentuan Skor ... 30

2.6. Teknik Analisa Data ... 31

2.6.1. Koefisien Korelasi Pearson Product Moment ... ……….32

2.6.2. Koefisien Determinant ... 33

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... ………. 34

3.1. Sejarah Singkat Berdirinya Desa Pulau Jambu ... ... 34

3.2. Kedudukan, Tugas Pokok dan Fungsi ... 35

3.3. Susunan Organisasi dan Uraian Tugas ... 36

3.3.1. Susunan Organisasi Kepala Desa Pulau Jambu ... 36

3.3.2. Uraian Tugas dan Fungsi ... 37

1. Kepala Desa ... 37

2. Sekretaris Desa ... 37


(10)

4. Kepala Urusan Pembangunan ... 39

5. Kepala Urusan Umum ... 39

6. Ketua Rukun Warga ... 39

7. Ketua Rukun Tetangga ... 40

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 41

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 41

4.2. Identitas Responden ... 41

4.3. Distribusi Jawaban Responden ... 45

4.3.1. Distribusi jawaban Responden tentang Otonomi Desa ... 45

4.3.2. Distribusi jawaban Responden tentang Partisipasi Masyarakat ... 55

4.4. Klasifikasi Data ... 66

4.4.1. Klasifikasi Data Otonomi Desa ... 66

4.4.2. Klasifikasi Data Partisipasi Masyarakat ... 67

4.5. Pengujian Hipotesis ... 68

4.6. Koefisien Determinan ... 71

BAB V ANALISA DATA ... 72

5.1. Otonomi Desa ... 72

5.2. Partisipasi Masyarakat ... 72

5.3. Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat ... 74

BAB VI PENUTUP ... 76


(11)

6.2. Saran ... 78


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 : Kuisioner

2. Lampiran 2 : Nilai Jawaban Responden Terhadap Variabel Bebas X 3. Lampiran 3 : Nilai Jawaban Responden Terhadap Variabel Terikat Y

4. Lampiran 4 : Nilai Perhitungan Korelasi antara Otonomi Desa Dan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembnagunan Desa

5. Lampiran 5 : Struktur Organisasi Desa Pulau Jambu 6. Lampiran 6 : Tabel Nilai – Nilai r Product Moment 7. Lampiran 7 : Surat Rencana Skripsi

8. Lampiran 8 : Surat Permohonan Persetujuan Judul 9. Lampiran 9 : Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

10. Lampiran 10 : Surat Undangan Seminar Proposal Pada Dosen Pembimbing 11. Lampiran 11 : Surat Undangan Seminar Proposal Pada Dosen Penguji 12. Lampiran 12 : Berita Acara Seminar

13. Lampiran 13 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 14. Lampiran 14 : Surat Rekomendasi dari INFOKOM Provinsi Riau

15. Lampiran 15 : Surat Rekomendasi dari Badan Sosial Pemberdayaan dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Kampar

16 Lampiran 16 : Surat Rekomendasi dari Kantor Camat Kampar 17 Lampiran 17 : Surat Keterangan Penelitian dari Desa Pulau Jambu


(13)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan interprestasi Koefisien Korelasi 33 2. Tabel 2. Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Jenis Kelamin 41

3. Tabel 3. Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Umur 42

4. Tabel 4. Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Pendidikan Terakhir 43 5. Tabel 5. Distribusi Jawaban Responden berdasarkan Pekerjaan 44

6. Tabel 6. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kewenangan Desa Dalam Membuat Kebijakan 45

7. Tabel 7. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kebijakan Desa Untuk Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat 46

8. Tabel 8. Distribusi Jawaban Responden Tentang Terlaksana Kebijakan Yang Dibuat Oleh Desa 47

9. Tabel 9. Distribusi Jawaban Responden Tentang Desa Dapat Memanfaatkan Kewenangan Dalam Menggali Potensi Sumber Daya 48 10. Tabel 10. Distribusi Jawaban Responden Tentang Masyarakat Desa Yang Aktif

Dalam Menggali Potensi Yang Ada 49

11. Tabel 11. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kewenangan Desa Dibidang Sosial Dalam Meningkatkan Peran Serta Masyarakat ... 50 12. Tabel 12. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kewenangan Desa Dibidang

Sosial Dalam Meningkatkan Peran Serta Masyarakat Sudah Berjalan Dengan Baik ... 51


(14)

13. Tabel 13. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kewenangan Desa Dibidang Sosial Dalam Memberdayakan Masyarakat Sudah Bagus ... 52 14. Tabel 14. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kewenangan Desa Dalam

Meningkatkan Perkembangan Ekonomi Masyarakat ... 53 15. Tabel 15. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kewenangan Desa Dibidang

Pertumbuhan Pembangunan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan ... 54 16. Tabel 16. Distribusi Jawaban Responden Tentang Terlibatnya Masyarakat Dalam

Pembuatan Program K2I (Kemiskinan, Kebodohan dan Infrastruktur) Dalam Pembangunan Desa ... 55 17. Tabel 17. Distribusi Jawaban Responden Tentang Sering Terlibatnya Masyarakat

Dalam Pengambilan Keputusan Dibidang Sosial Budaya ... 57 18. Tabel 18. Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan Masyarakat

Berdampak Positif Dalam Penyusunan Rencana Umum Pembangunan Tahunan ... 58 19. Tabel 19. Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan Masyarakat

Dalam Pelaksanaan Program Kerja Tahunan Yang Tersusun Dalam

Rencana Umum Pembangunan ... 59 20. Tabel 20. Distribusi Jawaban Responden Tentang Keaktifan Masyarakat Dalam

Program Kerja Umum Pembangunan Tahunan Yang Tersusun Dalam Rencana Umum Pembagunan Tahunan ... 60 21. Tabel 21. Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam


(15)

22. Tabel 22. Distribusi Jawaban Responden Tentang Keterlibatan Masyarakat Dalam Pengelolaan Sumber Daya ... 62 23. Tabel 23. Distribusi Jawaban Responden Tentang Keikutsertaan Masyarakat Dalam

Mengadakan Pengawasan Terhadap Pembangunan ... 63 24. Tabel 24. Distribusi Jawaban Responden Tentang Program Yang Dievaluasi Telah

Mencapai Sasaran ... 64 25. Tabel 25. Distribusi Jawaban Responden Tentang Terlaksananya Pengawasan

Dibidang Pertumbuhan Ekonomi dan Perkembangan Pembangunan ... 65 26. Tabel 26. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden Untuk Otonomi

Desa Variabel (X) 66

27. Tabel 27. Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembnagunan Desa Variabel (Y) ... 67 28. Tabel 28. Pedoman Untuk Interpretasi Koefisien Korelasi ... 75


(16)

ABTRAKSI

PENGARUH OTONOMI DESA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

(Studi Pada Desa Pulau Jambu Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

Nama : Gusmayanto Nim : 030903105

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni Lubis

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok atau masyarakat. Untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat yang bergabung dalam rangka pencapaian tujuan masyarakat tersebut.

Desa Pulau Jambu adalah salah satu Desa yang terletak diwilayah Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau merupakan suatu bentuk pemerintahan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa. Organisasi ini sangat menentukan maju atau mundurnya desa.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk Mengetahui Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif dengan pendekatan Korelasional, dimana data yang diperoleh melalui 94 orang responden yang merupakan sampel yang diolah dengan mengunakan statistik, kemudian disajikan dalam bentuk analisis Ilmiah.

Setelah melakukan pengumpulan data baik melalui kuisioner dan wawancara di lapangan kemudian dianalisa, maka hipotesis yang dikemukakan dapat diterima, yakni Ada Pengaruh Positif Antara Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa yaitu 0.927 dari r tabel 0.927 > 0,207 untuk nilai N : 94. Dari hasil rxy sebesar 0.927 maka menurut interpretasi Koefisien Korelasi Pearson Product Moment menunjukan adanya pengaruh yang sangat tinggi antara 0,80 – 1,000. Dengan demikian, dapat dilihat pengaruh antara Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Desa Pulau Jambu Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Provinsi Riau adalah 85,9 % yang didapat dari perhitungan rumus koefisien determinan.


(17)

ABTRAKSI

PENGARUH OTONOMI DESA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA

(Studi Pada Desa Pulau Jambu Kecamatan Kampar Kabupaten Kampar Provinsi Riau)

Nama : Gusmayanto Nim : 030903105

Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Pembimbing : Dra. Dahlia Hafni Lubis

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok atau masyarakat. Untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat yang bergabung dalam rangka pencapaian tujuan masyarakat tersebut.

Desa Pulau Jambu adalah salah satu Desa yang terletak diwilayah Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau merupakan suatu bentuk pemerintahan yang berfungsi sebagai tempat pelayanan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan masyarakat desa. Organisasi ini sangat menentukan maju atau mundurnya desa.

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk Mengetahui Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuantitatif dengan pendekatan Korelasional, dimana data yang diperoleh melalui 94 orang responden yang merupakan sampel yang diolah dengan mengunakan statistik, kemudian disajikan dalam bentuk analisis Ilmiah.

Setelah melakukan pengumpulan data baik melalui kuisioner dan wawancara di lapangan kemudian dianalisa, maka hipotesis yang dikemukakan dapat diterima, yakni Ada Pengaruh Positif Antara Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa yaitu 0.927 dari r tabel 0.927 > 0,207 untuk nilai N : 94. Dari hasil rxy sebesar 0.927 maka menurut interpretasi Koefisien Korelasi Pearson Product Moment menunjukan adanya pengaruh yang sangat tinggi antara 0,80 – 1,000. Dengan demikian, dapat dilihat pengaruh antara Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Desa Pulau Jambu Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar Provinsi Riau adalah 85,9 % yang didapat dari perhitungan rumus koefisien determinan.


(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

Secara historis, desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum bangsa ini terbentuk. Struktur sosial sejenis desa, masyarakat adat dan lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi yang sangat penting. Desa merupakan institusi yang otonom dengan tradisi, adat istiadat dan hukumnya sendiri relatif mandiri. Hal ini antara lain ditunjukkan dengan tingkat keragaman yang tinggi membuat desa mungkin merupakan wujud bangsa yang paling kongkret.

Untuk dapat menjalankan peranannya secara efektif dan efisien, pemerintahan desa perlu terus dikembangkan sesuai dengan kemajuan masyarakat desa dan lingkungan sekitarnya. Dengan perkataan lain, perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat desa karena adanya gerakan pembangunan desa perlu diimbangi pula dengan pengembangan kapasitas pemerintahan desanya, sehingga keinginan mempertahankan posisi tawar-menawar dengan pihak luar desa yang relatif seimbang dapat terus dipertahankan. Tanpa adanya pemerintahan desa yang kuat, desa dengan masyarakatnya hanya akan menjadi objek permainan ekonomi maupun politik dari pihak-pihak luar desa yang relatif lebih kuat posisinya.

Keinginan politik untuk memperkuat pemberdayaan desa sendiri sudah terlihat sejak awal reformasi. Hal ini tampak dari pesan-pesan melalui Ketetapan MPR RI. No. IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan Dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah khususnya rekomendasi No. 7, yang berbunyi :


(19)

“Sejalan dengan semangat desentralisasi, demokrasi, dan kesetaraan hubungan pusat dan daerah diperlukan upaya perintisan awal untuk melakukan revisi yang bersifat mendasar terhadap UU Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Revisi tersebut dilakukan sebagai upaya penyesuaian terhadap Pasal 18 UUD 1945, termasuk pemberian otonomi bertingkat terhadap Provinsi, Kabupaten/Kota serta Desa/Nagari/Marga, dan lain sebagainya”.

Langkah kongkret upaya pengembangan desa antara lain berupa lahirnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang merupakan pengganti berbagai peraturan perundangan mengenai pemerintahan desa. Salah satu tujuan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah guna memodernisasikan pemerintahan desa agar mampu menjalankan tiga peran utamanya, yaitu sebagai struktur perantara, sebagai pelayan masyarakat serta agen perubahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 mengenai Desa ditegaskan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa merupakan basis pembangunan terkecil dari komunitas pemerintahan, dalam arti masyarakat Desa harus diberi kepercayaan dan kewenangan yang cukup untuk mengurus rumah tangga desanya, sehingga bisa mandiri, sesuai dengan potensi dan sumber daya setempat.


(20)

Tujuan Otonomi Desa, baik undang-undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999 kemudian direvisi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 maupun Peraturan Pemerintah Nomor 76 Tahun 2001 telah menjelaskan salah satu tujuan dari implementasi otonomi desa tersebut adalah : “Otonomi Desa dapat menjadi wahana yang baik bagi peningkatan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, melalui implementasi otonomi desa, diharapkan prakarsa dari pembangunan tumbuh dan berkembang dari aspirasi masyarakat desa, sehingga masyarakat desa akan memiliki sense

of belonging dari setiap derap dan hasil pembangunan di desanya”.

Partisipasi masyarakat dalam Otonomi desa merupakan substansi nyata dari kemampuan masyarakat setempat untuk mengakses potensi sumber daya yang ada dilingkungannya. Sehingga potensi sumber daya yang sangat melimpah ruah itu bisa dijadikan nilai tambah bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa bersangkutan. Maka bantuan Pemerintah Daerah berupa finansial, program pembangunan, dan pelimpahan kewenangan merupakan syarat yang perlu dipenuhi. Meskipun masih harus terbatas pada beberapa hal yang dianggap penting bagi percepatan pembangunan kemandirian desa.

Kegiatan pembangunan nasional dengan segala ukuran keberhasilan dan dampak positif serta negatifnya, tidak terlepas dari kerja keras dan pengabdian aparat pemerintah desa. Meskipun demikian, masih banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat desa yang sampai saat ini belum dapat diatasi secara tuntas, seperti masalah pengangguran, kemiskinan, ketimpangan distribusi pendapatan, ketidak seimbangan struktural ataupun keterbelakangan pendidikan.


(21)

Sebagai wujud demokrasi, dalam penyelenggaraan pemerintah desa dibentuk Badan Permusyawaratan Desa atau sebutan lain, sesuai dengan budaya yang berkembang di desa yang bersangkutan, yang berfungsi sebagai lembaga pengaturan dalam penyelengaraan pemerintahan desa, seperti dalam pembuatan dan pelaksanaan Peraturan Desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, dan Keputusan Kepala Desa. Di desa di bentuk lembaga kemasyarakatan yang berkedudukan sebagai mitra kerja Pemerintah Desa dalam memberdayakan masyarakat desa.

Kepala Desa pada dasarnya bertanggung jawab kepada rakyat desa yang dalam tata cara dan prosedur pertanggung jawaban disampaikan kepada bupati atau walikota melalui camat. Kepada Badan Permusyawaratan Desa, Kepala Desa wajib memberikan keterangan laporan pertanggung jawabannya dan kepada rakyat menyampaikan informasi pokok-pokok pertanggung jawaban namun tetap memberikan peluang kepada masyarakat melalui BPD untuk menanyakan atau meminta keterangan lebih lanjut terhadap hal-hal yang bertalian dengan pertanggung jawaban yang dimaksud.

Pengaturan lebih lanjut mengenai desa seperti pembentukan, penghapusan, penggabungan, perangkat pemerintah desa, keuangan desa, pembangunan desa, dan lain sebagainya dilakukan oleh kabupaten dan kota yang ditetapkan dalam peraturan daerah mengacu pada pedoman yang ditetapkan oleh pemerintah.

Desa Pulau Jambu merupakan desa yang berada di wilayah kecamatan Kampar dan kabupaten kampar, desa ini merupakan desa hasil pemekaran dari desa Penyasawan, dan dapat dikatakan bahwa desa pulau Jambu merupakan desa yang terbilang baru dan masih dalam taraf pembangunan. Dalam proses pengambilan keputusan misalnya, kepala desa tidaklah menjadi aktor sentral dalam pengambilan keputusan ataupun dalam pembuat


(22)

kebijakan, akan tetapi kepala desa sebagai kepala pemerintahan turut melibatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan, mulai dari perencanaan hingga kebijakan tersebut terbentuk. BPD sebagai Badan Permusyawaratan Desa pun terlibat sebagai suatu lembaga yang bertugas dalam menyampaikan aspirasi mayarakat dan dalam proses pengambilan.

Dengan belum maksimalnya peran kerja lembaga desa dalam pembangunan desa, hal ini disebakan oleh berbagai faktor diantaranya SDM yang lemah dalam pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal serta minimnya sosialisasi dalam pengembangan kualitas aparatur desa, namun keterbatasan tersebut tidaklah membuat lembaga-lembaga yang dimiliki oleh desa mengacuhkan partisipasi mayarakat dan mengabaikan pembangunan. Namun sebaliknya partisipasi yang diberikan oleh masyarakat tetap diawasi oleh BPD sebagai lembaga independent desa.

Masyarakat telah mengetahui arti penting berpartisipasi dalam pembangunan, hal ini terlihat dari antusiasme masyarakat dalam melihat perkembangan desa dan masalah-masalah yang dihadapi oleh desa baik itu masalah-masalah pembangunan, ekonomi maupun masalah sosial lainnya. Selain itu BPD sebagai wadah penyaluran aspirasi masyarakat telah memperlihatkan kerjanya dengan menampung aspirasi masyarakat dan membawanya ke forum desa, namun dengan adanya BPD penyaluran aspirasi tersebut belumlah cukup untuk peningkatan kualitas pembangunan desa, tetapi partisipasi masyarakat desa juga akan menentukan pembangunan desa kedepannya, terlebih lagi dengan otonomi yang dimilki oleh desa tentunya desa mempunyai tanggung jawab penuh terhadap kemajuan pembangunan desanya sendiri.


(23)

Dengan partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat di desa Pulau Jambu memperlihatkan bahwa keikutsertaan masyarakat tersebut adalah suatu substansi nyata akan keberhasilan pembangunan. Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat tersebut perlu lebih ditekankanya peran dan fungsi pemerintahan desa sebagai aparatur pemerintahan.

Melihat kenyataan sosial yang ada dan fakta lapangan yang penulis temui, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul: “Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa, (Studi Pada Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau)”.

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka permasalahan yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah Ada Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa di Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya jelas diketahui sebelumnya. Sesuatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan empiris, pada umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.


(24)

 Untuk mengetahui Pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa di Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar.

1.4. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Ilmiah

Yaitu untuk mencari kajian ilmiah tentang otonomi desa dalam rangka pembangunan desa agar bisa lebih berkembang lagi.

2. Manfaat Praktis

Sebagai bahan masukan dalam literatur kepustakaan bagi kalangan yang berkepentingan dan tertarik pada masalah yang sama.

3. Manfaat Akademis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang pengaruh otonomi desa terhadap pembangunan desa selain itu manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat penyelesaian studi Program Sarjana Ilmu Administrasi Negara Universitas Sumatera Utara.

1.5. KERANGKA TEORI

Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian dan teori-teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Teori adalah serangkaian asumsi, konsep dan kontsruksi, defenisi dan proposisi untuk menerangkan fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan dua konsep (Singarimbun, 1989; 37).

Pada dasarnya teori adalah merupakan landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian (Suryabrata dalam Sugiyono, 2002). Landasan teori ini perlu ditegakkan agar


(25)

penelitian tersebut mempunyai dasar yang kokoh dan bukan sekedar perubahan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teoritis ini mempunyai ciri bahwa penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.

Untuk memudahkan penelitian diperlukan pedoman dasar berpikir yaitu kerangka teori. Sebelum melakukan penelitian yang lebih lanjut, seorang peneliti harus menyusun suatu kerangka teori sebagai landasan berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang telah dipilih. (Nawawi, 1991; 40).

Dalam penelitian ini, adapun kerangka teori yang dibentuk adalah sebagai berikut: 1.5.1. Desa

Kata “Desa” berasal dari bahasa India yakni Swadesi yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri asal, atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup, dengan satu kesatuan norma, serta memiliki batas yang jelas.(Soetardjo, 1984 dalam Wasistiono, 2006; 7).

Sesuai dengan defenisi tersebut, maka di Indonesia dapat ditemui banyak kesatuan masyarakat dengan peristilahannya masing-masing seperti Dusun, Marga Dati, Nagari, Wanua, dan lain sebagainya. Pada daerah lain masyarakat setingkat desa juga memiliki berbagai istilah dan keunikan sendiri, baik mata pencaharian maupun adat istiadatnya.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Desa adalah : Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Republik Indonesia.


(26)

Kebanyakan orang memahami desa sebagai tempat dimana bermukimnya penduduk dengan peradaban yang terbelakang daripada kota. Biasanya dicirikan dengan bahasa ibu yang kental, tingkat pendidikan yang relatif rendah, mata pencaharian yang umumnya di sektor pertanian. Bahkan terdapat kesan kuat bahwa desa merupakan tempat tinggal para petani.

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2005 dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Desa disebut, bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilaayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyaarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang dialami dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk didalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung dibawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. (Widjaja,1996; 19).

Desa dibentuk bertujuan untuk meningkatkan pelayanan publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat.


(27)

1.5.2. Otonomi Desa

Otonomi desa merupakan otonomi asli, bulat dan utuh serta bukan merupakan pemberian dari pemerintah. Sebaliknya pemerintah berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki oleh desa tersebut.

Sebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak istimewa, desa dapat melakukan perbuatan hukum, baik hukum publik maupun hukum perdata, memiliki kekayaan, harta benda serta dapat dituntut dan menuntut dimuka pengadilan. (Widjaja, 2003; 165).

Menurut Undang-Undnag Nomor 32 Tahun 2004, kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri berarti kesatuan masyarakat hukum tersebut mempunyai otonomi. Hanya otonomi desa bukan otonomi formal seperti yang dimiliki pemerintah propinsi, kota dan kabupaten, tapi otonomi berdasarkan asal-usul dan adat istiadat. Otonomi berdasarkan asal-usul adat-istiadat setempat adalah otonomi yang telah dimiliki sejak dulu kala dan telah menjadi adat-istiadat yang melekat dalam masyarakat desa yang bersangkutan. (Nurcholis, 2005; 234). Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 telah diakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan kepada desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu. Sedangkan desa diluar desa gineologis yaitu bersifat administratif seperti desa yang dibentuk karena pemekaran desa, transmigrasi atau alasan lainnya yang warganya majemuk/heterogen, maka melalui otonomi desa dapat tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan desa itu sendiri.

Kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada


(28)

masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam perspektif adiministrasi pemerintahan negara yang selalu mengikuti perkembangan zaman.

Berdasarkan penjelasan umum pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa dijelaskan bahwa landasan pemikiran pengaturan mengenai desa tetap yaitu:

1) Keanekaragaman, yang memiliki makna bahwa istilah Desa dapat disesuaikan dengan asal usul dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Hal ini berarti pola penyelenggaraan pemerintahan serta pelaksanaan pembangunan di Desa harus menghormati sistem nilai yang berlaku pada masyarakat setempat namun harus tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kaitan ini Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia,

2) Partisipasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai sesama warga desa,

3) Otonomi asli, memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat namun harus diselenggarakan dalam perspektif adiminstrasi pemerintahan negara yang selalu mengikuti perkembangan zaman,


(29)

4) Demokratisasi, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan di Desa harus mengakomodasi aspirasi masyarakat yang diartikulasi dan diagregasi melalui BPD dan Lembaga Kemasyarakatan sebagai mitra Pemerintah Desa. 5) Pemberdayaan masyarakat, memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan

pelaksanaan pembangunan di Desa ditujukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat melalui penetapan kebijakan, program dan kegiatan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat.

Otonomi yang dimiliki pemerintah kabupaten/kota adalah otonomi formal/resmi. Artinya urusan-urusan yang dimiliki atau menjadi kewenangannya ditentukan oleh Undang-Undang. Sedangkan otonomi yang dimiliki pemerintah desa adalah otonomi berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat. Artinya jika desa memang mempunyai urusan-urusan yang secara adat diatur dan diurus, maka urusan-urusan tersebut diakui oleh Undang-Undang.

1.5.3. Pemerintahan Desa

Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, desa tidak lagi di bawah kecamatan tapi di bawah kabupaten/kota. Dengan demikian, kepala desa langsung di bawah pembinaan bupati/walikota. Kecamatan bukan lagi sebagai suatu wilayah yang membawahi desa-desa tapi hanya merupakan wilayah kerja camat. Camat sendiri bukan kepala wilayah dan penguasa tunggal di wilayahnya, tapi hanya sebagai perangkat daerah kabupaten. Jadi camat tersebut hanyalah staf daerah kabupaten yang mengurusi desa-desa.


(30)

Pemerintah desa adalah unsur dari penyelenggara pemerintahan desa. Adapun pemerintah desa memiliki tugas pokok:

 Melaksanakan urusan rumah tangga desa, urusan pemerintahan umum, pembangunan dan pembinaan masyarakat

 Menjalankan tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah propinsi, pemerintah kabupaten.

Untuk menjalankan tugas pokok tersebut, pemerintah desa mempunyai fungsi :  Penyelenggaraan urusan rumah tangga desa

 Pelaksanaan tugas dibidang pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan yang menjadi tanggung jawabnya

 Pelaksanaan pembinaan perekonomian desa

 Pelaksanaan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat  Pelaksanaan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat

 Pelaksanaan musyawarah penyelesaian perselisihan masyarakat desa  Penyusunan, pengajuan rancangan Peraturan Desa

 Pelaksanaan tugas yang dilimpahkan kepada pemerintah desa.

Pemerintah desa dipimpin oleh kepala desa. Kepala desa dibantu oleh sekretaris desa dan perangkat desa. Perangkat desa terdiri atas kepala-kepala urusan, dan kepala dusun. Kepala-kepala urusan membantu sekretaris desa menyediakan data dan informasi serta memberi pelayanan. Pelaksanaan urusan adalah pejabat yang melaksanakan urusan rumah tangga desa di lapangan. Kepala dusun adalah wakil kepala daerah di wilayahnya.


(31)

Urusan rumah tangga desa adalah urusan yang berhak diatur dan diurus oleh pemerintah desa sendiri. Untuk mengatur dan mengurus urusannya, pemerintah desa membuat Peraturan Desa atau Perdes. Perdes dilaksanakan oleh kepala desa dan dipertanggungjawabkan kepada rakyat melalui Badan Permusyawaratan Desa atau BPD.

1.5.4. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan oleh perorangan maupun secara berkelompok atau masyarakat. Untuk menyatukan kepentingan atau keterkaitan mereka terhadap organisasi atau masyarakat yang bergabung dalam rangka pencapaian tujuan bersama.

Partisipasi Masyarakat adalah pemberdayaan maysarakat, peran sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan dan implementasi program/proyek pembangunan, dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan kemauan masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi terhadap implemntasi program pembangunan. (Adisasmita 2006:41)

Partisipasi didefenisikan sebagai keterlibatan mental dan emosional individu dalam situasi kelompok yang mendorongnya memberikan sumbangan terhadap tujuan kelompok serta membagi tanggung jawab bersama mereka (Yusran 2006:11)

Defenisi ini mengandung tiga gagasan penting. Pertama, partisipasi lebih merupakan keterlibatan mental maupun emosional ketimbang kegiatan otot semata. Keterlibatan diri, dari pada sekedar keahlian, merupakan produk ingatan dan emosi. Masyarakat mengetahui bahwa pemimpin mereka merupakan seorang otokrat yang tidak menginginkan gagasan mereka. Masyarakat tidak melibatkan pada jenis situasi seperti ini.


(32)

prakarsa dan kreatifitas demi tujuan kelompok. Dengan cara ini, partisipasi berbeda dengan perizinan, yang hanya menggunakan kreatifitas dan gagasan pemimpin yang menyodorkan idenya kepada kelompok demi kebenaran. Partisipasi membutuhkan lebih dari sekedar kebenaran yang siap diputuskan. Inilah psikologi dua arah maupun hubungan sosial diantara masyarakat sekedar prosedur pemaksaan gagasan dari atas. Ketiga, mendorong masyarakat untuk menerima tanggung jawab untuk sesuatu kegiatan. Karena mereka melibatkan diri didalam kelompok, mereka juga ingin melihat pekerjaannya berhasil. Partisipasi membantu mereka menjadi warga yang bertanggung jawab. Individu yang mulai menerima tanggung jawab untuk aktivitas kelompok, mereka menjadi berminat untuk bekerjasama, karena tahu inilah sarana untuk menyelesaikan kerja yang menjadi tanggung jawabnya. Dengan membuat dirinya bertanggung jawab, ia akan memperoleh rasa kebebasan sebagai seorang individu yang membuat keputusan sendiri, meskipun dipengaruhi lingkungan kelompoknya.

Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat umum atau sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan, mempelancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan, maka pengertian partisipasi setidak-tidaknya mengandung tiga pokok pikiran, yaitu:


(33)

1. Titik berat partisipasi adalah keterlibatan dari mental dan emosional, kehadiran secara fisik semata-mata dalam suatu kelompok. Tanpa keterlibatan tersebut bukanlah merupakan partisipasi.

2. Kesediaan memberikan kontribusi. Wujud kontribusi dalam pembangunan dapat bermacam-macam, misalnya: barang, uang, jasa, bahan-bahan. Buah pikiran, keterampilan dan sebagainya.

3. Kebersediaan untuk bertanggung jawab sepenuh hati.

Suksesnya partisipasi langsung berhubungan dengan syarat-syarat tertentu. Kondisi semacam itu terjadi pada partisipasi yang ada dalam lingkungannya. Pekerjaan partisipasi lebih baik situasinya daripada lainnya. Syarat-syarat tersebut yaitu:

1. Diperlukan banyak waktu untuk berpartisipasi sebelum bertindak. Partisipasi tidak bakalan terjadi dalam keadaan mendadak

2. Biaya partisipasi tidak boleh melebihi nilai-nilai ekonomi dan sebagainya

3. Subjek partisipasi harus relevan dengan organisasi partisipasi sesuatu yang akan menarik perhatian partisipasi atau akan dianggapnya sebagai pekerjaan yang sibuk. 4. Partisipasi harus mempunyai kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan untuk

berpartisipasi secara efektif.

5. Partisipasi harus mampu berkomunikasi untuk saling bertukar gagasan.

6. Tidak seorangpun akan merasakan bahwa posisinya diancam dengan partisipasi; Partisipasi untuk memutuskan arah tindakan pada sebuah organisasi hanya dapat menempati lingkungan kebebasan kerja kelompok.


(34)

Dengan demikian konsepsi partisipasi dalam pembangunan memiliki perspektif yang sangat luas. Seorang dikatakan telah berpartisipasi apabila ia telah terlibat secara utuh dalam proses pelaksanaan pembangunan baik secara fisik maupun mental. Keterlibatan individu dapat dimanivestasikan dalam berbagai bentuk kontribusi.

Tingkat partisipasi yang tinggi akan memunculkan kemandirian masyarakat baik dalam bidang ekonomi, politik, sosial budaya, yang secara bertahap akan menimbulkan jati diri, harkat dan martabat masyarakat secara maksimal.

Partisipasi sendiri diterapkan dalam tiga sektor: 1. Sektor Ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar 2. Sektor Politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi 3. Sektor Sosial dan Budaya fokusnya adalah partisipasi sosial.

1.5.5. Pembangunan Desa

Pembangunan adalah perubahan yang dilakukan secara terencana dan menyeluruh yang dilakukan oleh negara-bangsa dalam rangka memperoleh kemajuan untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan.

Menurut Kuncoro Mudrajad (2004:3) Pembangunan adalah suatu proses yang kompleks dan penuh ketidakpastian yang tidak dapat dengan mudah dikendalikan dan direncanakan dari pusat. Karena itu dengan penuh keyakinan para pelopor desentralisasi mengajukan sederet panjang alasan dan argumen tentang pentingnya desentralisasi dalam pembangunan.

Menurut Prof. S.P. Siagian, (2004:4) Pembangunan adalah suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan secara berencana yang dilakukan secara sadar


(35)

oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju moderenitas dalam rangka pembinaan bangsa. Lebih jauh lagi dia menyatakan bahwa pembangunan mengandung aspek yang sangat luas mencakup:

1. Pembangunan dibidang politik 2. Pembangunan dibidang ekonomi

3. Pembangunan dibidang Sosial dan Budaya 4. Pembangunan dibidang Administrasi

Ada beberapa ide pokok yang sangat penting diperhatikan tentang pembangunan yaitu sebagai berikut:

Pertama, bahwa pembangunan merupakan suatu proses berarti suatu kegiatan yang

terus-menerus dilaksanakan meskipun sudah barang tentu bahwa proses itu dapat dibagi dan biasanya memang dibagi menjadi tahap-tahap tertentu yang berdiri sendiri. Pentahapan itu dapat dibuat berdasarkan jangka waktu, biaya, atau hasil tertentu yang diharapkan akan diperoleh.

Kedua, bahwa pembangunan merupakan usaha yang secara sadar dilaksanakan. Jika

ada kegiatan yang kelihatannya nampak seperti pembangunan, akan tetapi sebenarnya tidak dilaksanakan secara sadar dan timbul hanya secara insidental di masyarakat tidaklah dapat digolongkan kepada kategori pembangunan.

Ketiga, bahwa pembangunan dilakukan secara berencana dan perencanaan itu

berorientasi kepada pertumbuhan dan perubahan.

Keempat, bahwa pembangunan mengarah kepada moderinitas. Modernitas disini


(36)

kemampuan untuk lebih menguasai alam lingkungan dalam rangka peningkatan kemampuan swasembada dan mengurangi ketergantungan pada pihak lain.

Kelima, bahwa modernitas yang dicapai melalui pembangunan itu bersifat multi

dimensional. Artinya bahwa modernitas itu mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa dan negara, terutama aspek politik, ekonomi, sosial budaya.

Keenam, bahwa semua hal yang telah disebutkan dimuka ditujukan kepada usaha

membina bangsa yang terus menerus dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan bangsa dan negara yang telah ditentukan sebelumnya.

Pembangunan yang mencapai hasil dapat secara efektif dicapai dengan melihat kekuatan pokok yang harus dibangun dan mengidentifikasikan tugas pokok dan fungsi dari lembaga-lembaga strategis pembangunan. Kekuatan pokok yang dibangun oleh indonesia adalah keunggulan bersaing. Hanya bangsa yang memiliki keunggulan bersaing yang pokok adalah keunggulan ekonomi. Dengan demikian, setiap bidang harus mendukung kearah terbentuknya daya saing ekonomi. Secara khusus prioritas bagi sektor ekonomi adalah membangun daya saing pelaku ekonomi baik secara sektoral maupu secara regional. Daya dukung di ideologi dan politik dan hukum adalah implementasi kebijakan otonomi daerah yang taat asas dan penegakan hukum yang konsisten. Daya dukung di bidang sosial budaya adalah membangun paradigma pendidikan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Tentu saja kesemuanya tidak akan terjadi jika tidak didukung keamanan dan ketertiban yang mantap. Dengan melihat kondisi tersebut, maka strategi untuk pelaku ekonomi/usaha adalah mewajibkan implementasi good cooperate govertnance, dan untuk sektor bukan ekonomi bisnis dengan mewajibkan implementasi good govertnance.


(37)

Visi dari pembangunan adalah terwujudnya masyarakat yang maju, mandiri, sejatera, adil, dan setia kepada pancasila dan UU 1945. Visi ini mempunyai jangka waktu tak terbatas, karena sifat dari “kemajuan” bersifat tergantung dengan waktu. Oleh karena itu, dapat pula disusun visi lima tahunan, dan disesuaikan dengan tantangan dan kebutuhan yang harus dijangkau dalam lima tahun kedepan.

Misi pembangunan tidak berbeda dengan misi dari negara indonesia, seperti yang dituangkan dalam pembukaan UUD 1945, yaitu melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan atas kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dikaitkan dengan konteks keyakinan, maka misi pembangunan disempurnakan lagi dengan mencermati kondisi objektif dalam masyarakat yaitu adanya kesenjangan sebagai tantangan pembangunan. Oleh karenanya, secara lebih fokus, maka misi dari pembangunan adalah menanggulangi kesenjangan, mempersiapkan kompetisi global, dan menjaga kesinambungan hidup bangsa dengan pola pembangunan untuk rakyat, dilaksanakan oleh rakyat sesuai aspirasi yang tumbuh dari rakyat.

Manajemen strategi pembangunan yang diturunkan dari misi diatas adalah “Strategi

pembangunan Partisipatif”, atau dapat juga disebut sebagai “Strategi Pembangunan Pemberdayaan”. Pembangunan yang partisipatif sendiri diterapkan dalam lima sektor:

1. Sektor Ekonomi fokusnya adalah mekanisme pasar 2. Sektor Politik fokusnya adalah pengembangan demokrasi 3. Sektor Sosial fokusnya adalah partisipasi sosial


(38)

5. Sektor Administrasi fokusnya adalah membangun good governance

1.5.6. Hubungan Antara Otonomi Desa Dengan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

Otonomi desa memiliki makna bahwa kewenangan pemerintahan desa dalam mengatur dan mengurus masyarakat setempat didasarkan pada hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang terdapat pada masyarakat setempat yang diselenggarakan dalam perspektif adiministrasi pemerintahan negara yang selalu mengikuti perkembangan zaman.

Partisipasi Masyarakat adalah suatu hal yang sangat penting dalam pemerintahan demokratis, terutama dalam praktek pemerintahan desa. (Yusran 2006:10), mengartikan partisipasi masyarakat sebagai keterlibatan terus menerus dan aktif dalam pembuatan keputusan yang dapat mempengaruhi kepentingan umum. Partisipasi Masyarakat memiliki makna bahwa penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu mewujudkan peran aktif masyarakat agar masyarakat senantiasa memiliki dan turut bertanggung jawab terhadap pembangunan kehidupan bersama-sama warga desa, karena partisipasi pada intinya adalah agar masyarakat umum atau sebanyaknya orang ikut serta dengan pemerintah memberikan bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai “pengikutsertaan” atau pengambilan bagian dalam kegiatan bersama.

Pembangunan menyangkut pengertian bahwa manusia adalah objek dan subjek pembangunan. Karena manusia sebagai subjek pembangunan, maka dia harus diperhitungkan. Oleh karena itu, perlu mengajak subjek tadi berpartisipasi aktif dalam pembangunan. Sering kita mendengar bahwa pembangunan yang dilaksanakan tidak dapat


(39)

sambutan dari rakyat, hal ini meminta pemimpin memiliki persepsi yang tajam dalam mendeteksi keinginan masyarakat untuk menggerakkan partisipasi masyarakat. Mengapa perlu partisipasi masyarakat dalam mengakses pembangunan?. Karena pembangunan adalah usaha rakyat masyarakat sebanyak mungkin ikut serta dengan pemerintah, memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat dan menjamin keberhasilan pembangunan.

Berdasarkan ungkapan diatas menunjukkan bahwa keberhasilan pelaksanaan otonomi desa ditentukan oleh partisipasi masyarakat dalam meningkatkan, mempelancar, mempercepat dan menjamin keberhasilan desa dalam melaksanakan kewenangan yang dimiliki. Hal ini berarti semakin besar partisipasi masyarakat maka kewenangan desa akan mudah untuk dilaksanakan oleh pemerintahan desa, begitu juga sebaliknya jika partisipasi masyarakat berkurang maka pelaksanaan otonomi desa atau kewenangan desa yang dilaksanakan oleh pemerintahan desa tidak berjalan dengan sebaiknya.

1.6. HIPOTESIS

Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono 2005;70).

Berdasarkan konsep dan teori sebagaimana penulis kemukakan di atas, maka penulis akan mengemukakan hipotesis penelitian yakni: “Ada Pengaruh yang Positif dan singnifikan Antara Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa.”


(40)

1.7. DEFENISI KONSEP

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995; 31).

Adapun tujuan defenisi konsep adalah sebagai kerangka berfikir agar tidak terjadi tumpang tindih atas variabel yang menjadi subjek penelitian atau untuk memberikan batasan-batasan yang lebih jelas dari masing-masing konsep guna menghindari adanya salah pengertian, maka defenisi beberapa konsep yang dipakai dalam penelitian ini akan dikemukakan sebagai berikut:

1.7.1. Pengaruh adalah suatu daya yang ada atau yang timbul dari sesuatu yang memiliki kekuatan

1.7.2. Otonomi Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan mengatur dan mengurus kepentingannya sendiri berdasarkan hak asal usul dan nilai-nilai sosial budaya yang ada pada masyarakat desa.

1.7.3. Partisipasi Masyarakat adalah keikutsertaan mental dan emosional individu atau masyarakat dalam proses pembangunan, baik dengan menghimpun atau menyumbang hal-hal yang bersifat material maupun non material serta membagi tanggung jawab bersama.

1.7.4. Pembangunan Desa adalah sebagai upaya untuk menumbuhkan keadaan dari yang kurang dikehendaki menuju keadaan yang lebih baik berdasarkan aspirasi, partisipasi, adat istiadat masyarakat setempat.


(41)

1.8. DEFENISI OPERASIONAL

Defenisi operasional ialah unsur-unsur penelitian yang memberi tahu bagaimana mengukur suatu variabel sehingga dengan pengukuran ini dapat diketahui indikator-indikator apa saja yang sebagai pendukung untuk dianalisa dari variabel-variabel tersebut (Singarimbun, 1995; 46).

Defenisi operasional merupakan uraian dari konsep yang sudah dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator agar lebih memudahkan operasionalisasi dari sudut penelitian. Operasionalisasi variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.8.1. Variabel Bebas (X) Otonomi Desa dengan indikatornya: Kewenangan Desa Dalam Bidang Pemerintahan.

1. Kewenangan dalam membuat kebijakan

2. Kewenangan dalam menggali potensi yang ada

3. Kewenangan dalam meningkatkan peran serta masyarakat

4. Kewenangan dalam memberdayakan msyarakat untuk peningkatan kesejahteraan. 1.8.2. Variabel Terikat (Y) Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Desa

dengan indikatornya:

1. Keterlibatan masyarakat dalam pembuatan program (perencanaan) serta dalam pengambilan keputusan

2. Keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program

3. Keterlibatan Masyarakat dalam mengenali dan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki

4. Keterlibatan masyarakat dalam mengadakan evaluasi atau pengawasan terhadap pelakasanaan program dan hasil pembangunan.


(42)

1.9. SISTIMATIKA PENULISAN BAB I : Pendahuluan

Pada bab ini berisikan Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Hipotesa, Definisi Konsep, Definisi Operasional, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan

BAB II : Metodologi Penelitian

Pada bab ini berisikan Bentuk Penelitian, Lokasi Penelitian, Populasi dan Sampel dan Teknik Pengumpulan Data.

BAB III : Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Dalam bab ini berisikan Sejarah Singkat Berdirinya Desa, Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pokok Kepala Desa

BAB IV : Penyajian Data

Dalam bab ini berisikan Identitas Responden, Distribusi Jawaban Responden terhadap jawaban Otonomi Desa, jawaban responden terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa, Klasifikasi Data, Pengujian Hipotesa, dan Keofisien Determinan.

BAB V : Analisa Data

Analisa data berisikan pengaruh Otonomi Desa Terhadap Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa dan hubungan antar Variabel bebas / Indevenden (X) dan Variabel terikat / Devenden (Y).


(43)

Pada bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang membangun bagi objek penelitian.


(44)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1. BENTUK PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh otonomi desa terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa dengan pendekatan korelasional, yaitu menguji hubungan/pengaruh antar variabel.

2.2. LOKASI PENELITIAN

Adapun lokasi penelitian bertempat di Desa Pulau Jambu, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.

2.3. POPULASI DAN SAMPEL 2.3.1. Populasi

Populasi ialah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2005; 90)

Maka yang menjadi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Pulau Jambu sebanyak 1.687 orang. Kemudian populasi ini dibagi atas empat komponen yaitu :

1. Seluruh Aparat Pemerintah Desa Pulau Jambu 2. Masyarakat Dusun I


(45)

3. Masyarakat Dusun II 4. Masyarakat Dusun III 2.3.2. Sampel

Sampel ialah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Yang sifatnya mewakili dari populasi tersebut.

Berdasarkan jumlah populasi yang diambil, maka untuk menentukan sampel yang representatif penulis menggunakan teknik penarikan sampel berdasarkan Rumus Yataro Mane yakni sebagai berikut:

N Nd2+1

Keterangan

N : Populasi n : Sampel

d : Tingkat kesalahan penarikan sampel : 10% dan tingkat kepercayaan 90% n =


(46)

Selanjutnya dengan mensubstitusikan jumlah populasi dan presisi kedalam rumus di atas, maka diperoleh hasil sebagai berikut:

1687 10

1687 ( )2 + 1 100

1687

1687 ( 0,10 )2 + 1

1687 1687 ( 0,01 ) + 1

1687 16,87+ 1

1687 17,87

n = 94,40

Maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini dibulatkan menjadi 94 orang.

n =

n =

n =

n = n =


(47)

Berikut klasifikasi responden yang diambil sebagai sampel adalah sebagai berikut : Yang terdiri dari Kepala Desa dan Perangkat desa berjumlah 6 orang, Ketua dan anggota BPD 4 orang, Kepala Dusun sebanyak 3 Orang, Ketua dan anggota LKMD 2 orang, Ketua RW sebanyak 6 orang, Ketua RT Sebanyak 13 orang, dan anggota masyarakat sebanyak 60 orang. Sehingga total keseluruhan sampel sebanyak 94 orang. Penentuan sampel didalam penelitian ini, penulis gunakan Teknik Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

2.4. TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. 2.4.1. Teknik pengumpulan data Primer yaitu: data yang langsung diperoleh dari lapangan

melalui

1. Wawancara, yaitu mendapatkan data dengan cara tanya jawab dan berhadapan langsung dengan responden.

2. Kueisioner, dimaksudkan untuk mendapatkan informasi dan data yang relevan dari responden melalui daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden. Dalam daftar pertanyaan tersebut telah ditentukan alternatif jawaban.

3. Observasi, yaitu pengumpulan data malalui pengamatan secara langsung kelokasi penelitian.

2.4.2. Teknik pengumpulan data sekunder yaitu : pengumpulan data dan informasi yang diperoleh melalui studi kepustakaan, dokumentasi dan referensi ilmiah lainnya yang menyangkut masalah yang diteliti dan berhubungan dengan instansi terkait.


(48)

2.5. TEKNIK PENENTUAN SKOR

Instrumen penelitian sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini. penelitian ini menggunakan instrumen yang berbentuk kuisioner adapun format jawaban dari kuisioner menurut skala ordinal dengan Lima alternatif jawaban tiap alternatif itu diberikan skor.

Adapun skor dari setiap pertanyaan yang ditentukan sebagai berikut : 1. Untuk alternatif jawaban a diberi 5

2. Untuk alternatif jawaban b diberi 4 3. Untuk alternatif jawaban c diberi 3 4. Untuk alternatif jawaban d diberi 2 5. Untuk alternatif jawaban e diberi 1

Kemudian untuk Uji Skoring pada data dan informasi dengan cara memberi skor pada data dan infomasi yang dianalisis dan kemudian dihitung kumulatif yang akhirnya dapat dihitung rata-rata persentasenya, hasilnya dapat digunakan untuk pengambilan kesimpulan yang dapat memberikan arahan terhadap saran atau rekomendasi sebagai upaya pemecah masalahnya. Faried Ali (1997:113)

Kemudian untuk menentukan kategori jawaban rensponden dari masing-masing variabel apakah tergolong sangat tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah terlebih dahulu ditetapkan kelas intervalnya. Berdasarkan alternatif jawaban dari masing-masing responden ditentukan kelas intervalnya dengan perhitungan sebagai berikut:


(49)

Skor Tertinggi – Skor Terendah Banyaknya Bilangan

Maka diperoleh : 5 – 1 5

Dengan demikian dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel dan sub variabel, yaitu :

a. Skor untuk kategori sangat tinggi : 4,21 – 5,00 b. Skor untuk kategori tinggi : 3,41 – 4,20 c. Skor untuk kategori sedang : 2,61 – 3,40 d. Skor untuk kategori rendah : 1,81 – 2,60 e. Skor untuk kategori sangat rendah : 1,00 – 1,80

2.6. TEKNIK ANALISA DATA

Korelasi sederhana digunakan untuk mengukur besarnya hubungan variabel bebas/Indevenden (X) dengan variabel terikat/Devenden (Y) Adalah korelasi Pearson

Product Moment.

Penggunaan teknik korelasi seperti ini didasarkan atas sumber data yang diperoleh penulis serta adanya interval data yang berguna untuk melihat apakah jawaban responden tergolong Sangat Tinggi, Tinggi, Sedang, Rendah, Sangat Rendah.


(50)

2.6.1. Koefisien Korelasi Pearson Product Moment

Adapun rumus Koefisien Korelasi Pearson Product Moment (dalam Anas Sudjiono, 1996:193) adalah sebagai berikut :

xy

r =

( )( )

( )

}

{

( )

{

2 2 2 2

}

. . . .

− − y y N x x N y x xy N Keterangan :

Rxy = Angka Indeks Korelasi “r” Pearson Product Moment

N = Populasi

xy = Jumlah perkalian antara skor x dan y

∑x = Jumlah skor x

∑y = Jumlah skor y

Untuk melihat hubungan kedua variabel tersebut maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Nilai r yang positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikan nilai variabel yang satu diikuti oleh nilai variabel yang lain

2. Nilai r yang negatif menunjukkan hubugan kedua variabel negatif artinya menurunya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya nilai variabel yang lain

3. Nilai r yang sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak menunjukkan hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.


(51)

Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi), digunakan penafsiran interprestasi angka yang dikemukakan oleh Sugiyono (2004:214), yaitu :

Tabel 1. Pedoman Untuk Memberikan Interpretasi Koefisien Korelasi Interpretasi Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 0,20 – 0,399 0,40 – 0,599 0,60 – 0,799 0,80 – 1,000

Sangat rendah Rendah

Sedang Kuat Sangat Kuat

Dengan nilai Rxy yang diperoleh, kita dapat melihat secara langsung melalui tabel korelasi yang menguji apakah nilai r yang kita peroleh tersebut berarti atau tidak, tabel korelasi ini mencantumkan batas-batas r yang signifikan tertentu, dalam hal ini signifikan, 5 % bila nilai r tersebut signifikan artinya, hipotesis alternatif dapat diterima.

2.6.2. Koefesien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas / indevenden (X) terhadap variabel terikat / devenden (Y). Perhitungan dilakukan dengan menguadratkan Nilai Koefesien Pearson Product Moment (Rxy)

2

x 100 %. D = (Rxy)

2

x 100 % D = Koefesien Determinan


(52)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA DESA PULAU JAMBU

Desa Pulau Jambu merupakan salah satu Desa yang berada di Wilayah Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, provinsi Riau. Sebelum tahun 2002 Pulau Jambu merupakan bagian dari Desa Penyasawan. Sesuai dengan Surat Dewan Perwakilan Daerah (DPRD) Kabupaten Kampar Nomor 141/662/DPRD/2000 tanggal 13 Desember 2000 tentang pemekaran/pemecahan beberapa Desa dalam Kabupaten Kampar, maka Pulau Jambu dibentuk menjadi sebuah Desa. Tepatnya tanggal 28 Februari 2001 diresmikanlah Pulau Jambu Menjadi sebuah Desa yang memiliki luas lebih kurang 91,2 Ha. Dengan jumlah penduduk 1.687 jiwa, dan 472 Kepala Keluarga yang terdiri dari 3 dusun, yaitu sebagai berikut :

1. Dusun I Nusa Indah 2. Dusun II Nusa Jaya 3. Dusun III Nusa Damai

Secara administrasi Desa Pulau Jambu ini berbatasan dengan tiga Desa yakni sebagai berikut:

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Ranah

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Penyasawan 3. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ranah


(53)

Sejak terbentuknya Desa Pulau Jambu sampai saat sekarang, desa tersebut dikepalai oleh H. Ahmad Yani.

Desa Pulau Jambu beriklim tropis, memiliki dua musim seperti halnya daerah lain di Indonesia, yaitu musim panas dan musim hujan. Untuk daerah geografisnya hampir dikelilingi oleh sungai yaitu sungai Kampar. Masalah kultur di Desa Pulau Jambu ini beragam, hal ini dikarenakan adanya beberapa suku yang menjadi penduduk di desa tersebut, namun hal ini tidaklah menjadi masalah bagi keharmonisan bermasyarakat di daerah tersebut.

Melihat dari segi sosial ekonomi masyarakat, Desa Pulau Jambu pada umumnya mempunyai mata pencaharian yang bervariasi seperti berdagang, petani, PNS dan lain-lain.

3.2. KEDUDUKAN, TUGAS POKOK, DAN FUNGSI KEPALA DESA PULAU JAMBU

3.2.1. Kedudukan

Desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang berada dan bertanggung jawab kepada Kepala Daerah melalui Camat.

3.2.2. Tugas Pokok

Kepala Desa mempunyai tugas dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah desa.

1. Kewenangan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa

2. Kewenangan yang oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku belum dilaksanakan oleh daerah dan pemerintah


(54)

3. Tugas pembantuan dari pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten.

3.2.3. Fungsi

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud pasal 4, dalam Peraturan Daerah Kabupaten Kampar nomor 38 Tahun 2002. Tentang Pedoman Organisasi Pemerintah Desa, Kepala Desa mempunyai Fungsi.

1. Pelaksana Pembinaan Masyarakat 2. Pelaksana Pembina Perekonomian Desa

3. Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat desa

4. Pelaksanaan Musyawarah penyelesaian perselisihan desa dengan persetujuan BPD 5. Pengurusan dan pengajuan rancangan Peraturan desa dengan persetujuan BPD

3.3. SUSUNAN ORGANISASI DAN URAIAN TUGAS 3.3.1. Susunan Organisasi Kepala Desa Pulau Jambu

1. Kepala Desa 2. Sekretaris Desa

3. Kepala Urusan Pemerintahan 4. Kepala Urusan Pembangunan 5. Kepala Urusan Umum

6. Kepala Dusun

7. Ketua Rukun Warga (RW) 8. Ketua Rukun Tetangga (RT)


(55)

3.3.2. Uraian Tugas dan Fungsi 1. Kepala Desa

Kepala Desa mempunyai tugas dalam menyelenggarakan Pemerintahan, pembangunan dan pembinaan kehidupan kemasyarakatan dalam wilayah desa.

2. Sekretaris Desa

Sekretaris Desa mempunyai tugas membantu kepala desa dalam menyelenggarakan Pemerintahan, Pembangunan, dan Pembinaan kehidupan masyarakat.

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, sekretaris desa mempunyai tugas:

1. Memberikan saran dan pendapat dan mengendalikan serta mengawasi semua unsur/kegiatan Sekretariat Desa.

2. Memberikan informasi mengenai keadaan Sekretariat Desa dan keadaan Desa. 3. Merumuskan Program Kegiatan Kepala Desa.

4. Memimpin, mengkoordinasi dan mengendalikan serta mengawasi semua kegiatan Sekretaris Desa.

5. Melaksanakan urusan surat menyurat, kearsipan dan laporan.

6. Mengadakan dan melaksanakan persiapan rapat dan mencatat hasil-hasilnya. 7. Menyusun RAPB Desa.

8. Mengadakan kegiatan invetarisasi.

9. Mengadakan kegiatan pencatatan mutasi tanah dan pencatatan administrasi pertanahan.

10.Melaksanakan administrasi kependudukan, administrasi pembangunan dan administrasi kemasyarakatan.


(56)

11.Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa. 3. Kepala Urusan Pemerintahan

Dalam membantu Sekretaris Desa, Kepala Urusan Pemerintahan mempunyai tugas: 1. Melaksanakan administrasi penduduk Desa.

2. Melaksanakan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam hal pembuatan Kartu Tanda Penduduk.

3. Melaksanakan kegiatan Administrasi Pertanahan. 4. Melaksanakan pencatatan kegiatan Monografi Desa.

5. Melaksanakan penyelenggaraan Buku Administrasi Peraturan Desa dan Keputusan Kepala Desa.

6. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

4. Kepala Urusan Pembangunan

Kaur Pembangunan mempunyai tugas:

1. Melaksanakan kegiatan administrasi pembangunan di Desa.

2. Melaksanakan pencatatan hasil swadaya masyarakat dalam pembangunan Desa. 3. Melaksanakan data potensi Desa serta menganalisa dan memeliharanya untuk

dikembangkan.

4. Melaksanakan pencatatan dan mempersiapkan bahan guna pembuatan Daftar Usulan Proyek, Daftar Usulan Kegiatan, serta mencatat Daftar Usulan Proyek Kegiatan.


(57)

5. Kepala Urusan Umum

Kaur Umum mempunyai tugas:

1. Melakukan, menerima, mengendalikan surat-surat masuk dan surat keluar serta melaksanakan tata kearsipan.

2. Melaksanakan pengetikan surat hasil persidangan dan rapat atau naskah.

3. Melaksanakan penyediaan, penyimpanan dan pendistribusian alat-alat tulis kantor serta pemeliharaan dan perbaikan alat kantor.

4. Menyusun jadwal serta mengikuti perkembangan pelaksanaan piket.

5. Melaksanakan dan mengusahakan ketertiban dan kebersihan kantor dan bangunan milik Desa.

6. Menyelenggarakan pengelolaan administrasi kepegawaian aparat Desa. 7. Melaksanakan pengelolaan Buku Administrasi Umum.

8. Mencatat inventarisasi kekayaan Desa.

9. Melaksanakan Persiapan penyelenggaraan rapat dan penerimaan tamu dinas dan kegiatan rumah tangga pada umumnya.

10.Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris Desa.

6. Ketua Rukun Warga

Ketua RW mempunyai tugas:

1. Menggerakan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat di wilayahnya. 2. Membantu kelancaran tugas-tugas pokok LKMD/LPMD dalam bidang


(58)

7. Ketua Rukun Tetangga Ketua RT mempunyai tugas:

1. Membantu menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab pemerintah.

2. Memelihara keselarasan hidup warga.

3. Menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat.


(59)

BAB IV

PENYAJIAN DATA

4.1. DESKRIPSI HASIL PENELITIAN

Penyajian data pada bab ini merupakan hasil dari kueisioner yang telah disebarkan kepada para aparat desa dan masyarakat. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah 94 orang, yaitu jumlah aparat desa 34 orang dan dari masyarakat diambil 60 orang. Alasan mengapa diambil sampel dari aparat desa dan masyarakat agar dapat dilihat seberapa besar pengaruh otonomi desa terhadap partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa yang dipandang dari aparat desa sebagai pelaku yang melaksanakan otonomi desa dan masyarakat yang menerima otonomi desa.

4.2. IDENTITAS RESPONDEN

Berdasarkan kuisioner yang disebarkan kepada responden maka diperoleh data sebagai berikut :

1. Jenis Kelamin

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No Responden Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Aparat

Pria 31 32,98

Wanita 3 3,19

2 Masyarakat

Pria 45 47,87


(60)

Jumlah 94 100 % Sumber : Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dari keseluruhan responden yang berjumlah 94 orang, responden aparat desa yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 31 orang (32,98%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 3 orang (3,19%). Responden masyarakat yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 45 orang (47,87%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang (15,96%). Jadi kesimpulannya kebanyakan responden ini adalah kaum laki-laki. Hal ini menunjukan betapa banyak rasa keingin tahuan dan rasa partisipasi dari responden laki-laki, untuk memberi tanggapan terhadap masalah penelitian ini. Sedangkan responden wanita masih sedikit dari mereka untuk berperan dalam penelitian ini.

2. Umur

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Umur

No Umur Frekuensi Persentase

1 21-25 11 11,70

2 26-30 17 18,08

3 31-35 26 27,66

4 36-40 28 29,79

5 41-50 12 12,77

Jumlah 94 100 %


(61)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang berumur dari 21-25 tahun berjumlah 11 orang (11,70%), responden yang berumur 26-30 tahun berjumlah 17 orang (18,08%), responden yang berumur 31-35 tahun berjumlah 26 orang (27,66%), responden yang yang berumur 36-40 tahun berjumlah 28 orang (29,79%), responden yang berumur 41-50 tahun berjumlah 12 orang (12,77%). Melihat data-data yang tersaji bahwa partisipasi dari responden yang berumur tidak produktif berkisar 12,77%. Hal ini akan mengurangi cara berpikir mereka yang agak lemah dan tidak tajam dalam masalah-masalah yang ada. Sehingga kurang biasa menganalisis data-data yang penulis sajikan.

3. Pendidikan Terakhir

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No Responden Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Aparat

Sarjana 2 2,13

SLTA 26 27,66

SLTP 4 4,25

SD 2 2,13

Tidak Tamat SD - -

2 Masyarakat

Sarjana 15 15,96

SLTA 17 18,08

SLTP 12 12,77


(62)

Tidak Tamat SD 6 6,38

Jumlah 94 100 %

Sumber : Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diketahui jumlah responden yang berpendidikan terakhir Sarjana 17 orang (18,09%), responden yang berpendidikan SLTA berjumlah 43 orang (45,74%), responden yang berpendidikan SLTP berjumlah 16 orang (17,02%), responden yang berpendidikan SD berjumlah 12 orang (12,77%), responden yang tidak tamat SD berjumlah 6 orang (6,38%). Hal ini menunjukan bahwa reponden yang berpendidikan terakhir kebanyakan tamat SLTA berjumlah 43 orang (45,74%). Ini sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan otonomi desa maupun partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.

4. Pekerjaan

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan Frekuensi Persentase

Buruh 10 10,64

Karyawan 8 8,51

Berkebun 13 13,83

Pedagang 41 43,62

PNS 15 15,96

Supir 7 7,44

Jumlah 94 100 %


(63)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui jumlah responden yang bekerja Buruh berjumlah 10 orang (10,64%), yang bekerja sebagai Karyawan berjumlah 8 orang (8,51%), yang bekerja sebagai Berkebun 13 orang (13,83%), yang bekerja sebagai Pedagang berjumlah 41 orang (43,62%), yang bekerja sebagai PNS berjumlah 15 orang (15,96%), yang bekerja sebagai Supir berjumlah 7 orang (7,44%).

Melihat pekerjaan para responden mereka kebanyakan bekerja sebagai Pedagang. Ini berarti pengaruh otonomi desa belum bagus dan kehidupan mereka belum mencukupi.

4.3. DISTRIBUSI JAWABAN RESPONDEN

4.3.1. Informasi Jawaban Responden Tentang Pertanyaan Otonomi Desa Variabel Bebas ( X )

Tabel 6. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kewenangan Desa Dalam Membuat Kebijakan

No. Jawaban Responden Frekuensi persentase

1. Sangat Mempunyai Kewenangan 24 25,53 2. Mempunyai Kewenangan 44 46,81 3. Kadang-kadang Mempunyai Kewenangan 24 23,53 4. Kurang Mempunyai Kewenangan 2 2,13 5. Tidak Mempunyai Kewenangan - -

Jumlah 94 100 %


(64)

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat 24 orang responden (25,53%) mengatakan sangat mempunyai kewenangan, 44 orang responden (46,81%) mengatakan mempunyai kewenangan, 24 orang responden (23,53%) mengatakan kadang-kadang mempunyai kewenangan, 2 orang responden (2,13%) mengatakan kurang mempunyai kewenangan, dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak mempunyai kewenangan. Jika melihat jawaban yang telah diberikan kepada responden, yaitu kebanyakan menyatakan bahwa desa mempunyai kewenangan dalam membuat kebijakan. Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara dengan kepala desa yaitu bahwa dengan adanya kewenangan dalam membuat kebijakan, maka dapat meningkatkan kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat tersebut.

Tabel 7. Distribusi Jawaban Responden Tentang Kebijakan Desa Untuk Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat

No. Jawaban Responden Frekuensi persentase

1. Selalu Ada kebijakan 13 13,83

2. Ada kebijakan 58 61,70

3. Kadang-kadang Ada kebijakan 21 22,34

4. Kurang Ada kebijakan 2 2,13

5. Tidak Ada kebijakan - -

Jumlah 94 100 %

Sumber : Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel diatas, maka 13 orang responden (13,83%) mengatakan sangat ada kebijakan, 58 orang responden (61,70%) mengatakan ada kebijakan, 21 orang responden (22,34%) mengatakan kadang-kadang ada kebijakan, 2 orang responden (2,13%)


(65)

mengatakan kurang ada kebijakan, dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak ada kebijakan.

Dari jawaban diatas kebanyakan responden menjawab ada kebijakan desa untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Tabel 8. Distribusi Jawaban Responden Tentang Terlaksana Kebijakan Yang Dibuat Oleh Desa

No. Jawaban Responden Frekuensi persentase

1. Sangat Sudah Terlaksana 28 29,79

2. Sudah Terlaksana 45 47,87

3. Kadang-kadang Terlaksana 17 18,08

4. Kurang Terlaksana 4 4,26

5. Tidak Terlaksana - -

Jumlah 94 100 %

Sumber : Hasil Penelitian 2008

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat 28 orang responden (29,79%) mengatakan sangat sudah terlaksana, 45 orang responden (47,87%) mengatakan sudah terlaksana, 17 orang responden (18,08%) mengatakan kadang-kadang kadang-kadang terlaksana, 4 orang responden (4,26%) mengatakan kurang terlaksana, dan tidak ada responden (0%) yang menjawab tidak terlaksana.

Maka dari jawaban diatas kebanyakan responden menjawab kebijakan yang dibuat desa sudah terlaksana.


(1)

36 36 36 1296 1296 1296

37 41 37 1681 1369 1517

38 40 36 1600 1296 1440

39 42 38 1764 1444 1596

40 41 38 1681 1444 1558

41 40 38 1600 1444 1520

42 37 38 1369 1444 1406

43 39 35 1521 1225 1365

44 39 38 1521 1444 1482

45 43 39 1849 1521 1677

46 42 41 1764 1681 1722

47 40 39 1600 1521 1560

48 38 41 1444 1681 1558

49 43 34 1849 1156 1462

50 43 35 1849 1225 1505

51 44 35 1936 1225 1540

52 44 31 1936 961 1364

53 43 38 1849 1444 1634

54 42 39 1764 1521 1638

55 42 37 1764 1369 1554

56 40 35 1600 1225 1400

57 36 35 1296 1225 1260

58 38 37 1444 1369 1332

59 41 38 1681 1444 1558

60 38 30 1444 900 1140

61 40 41 1600 1681 1640

62 42 40 1764 1600 1680

63 42 34 1764 1156 1428

64 38 31 1444 961 1178

65 36 31 1296 961 1116

66 40 36 1600 1296 1440

67 38 32 1444 1024 1216

68 38 30 1444 900 1140

69 39 35 1521 1225 1365

70 42 36 1764 1296 1512

71 41 38 1681 1444 1558

72 44 35 1936 1225 1540


(2)

74 36 36 1296 1296 1296

75 40 35 1600 1225 1400

76 37 38 1369 1444 1406

77 35 32 1225 1024 1120

78 40 41 1600 1681 1640

79 39 40 1521 1600 1560

80 41 38 1681 1444 1558

81 33 41 1089 1681 1353

82 42 37 1764 1369 1554

83 44 40 1936 1600 1760

84 38 39 1444 1521 1482

85 43 40 1849 1600 1720

86 40 37 1600 1369 1480

87 37 38 1369 1444 1406

88 35 36 1225 1296 1260

89 38 39 1444 1521 1482

90 41 40 1681 1600 1640

91 40 30 1600 900 1200

92 37 37 1369 1369 1369

93 35 39 1225 1521 1365

94 33 40 1089 1600 1320

Jumlah 3677 3396 13520329 11532816 12487092


(3)

Lampiran 5

BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DESA PULAU JAMBU, KECAMATAN KAMPAR, KABUPATEN KAMPAR

PP NO. 72 TAHUN 2005 BPD

Masyuri Moesa

Kepala Desa H. Ahmad Yani

Sekretaris Desa Mar Amin

Kaur Pemerintahan Maruzi

Kaur Umum Neneg Asmara

Kaur Keuangan Leni Marlina

Kaur Pembangunan Afrizal

Kepala Dusun I M. Salim

Kepala Dusun II Satiyar

Kepala Dusun III Hendrizon


(4)

DESA PULAU JAMBU, KECAMATAN KAMPAR, KABUPATEN KAMPAR

Kepala Desa : H. Ahmad Yani

Sekretaris Desa : Mar Amin

Kepala Urusan Pemerintahan : Maruzi

Kepala Urusan Umum : Neneng Asmara Samsi Kepala Urusan Keuangan : Leni Marlina

Kepala Urusan Pembangunan : Afrizal

DUSUN : 1. Dusun I Nusa Indah

Kepala Dusun : M. Salim Ketua RW I : Syamsir Sp Ketua RT I RW I : Khairul Sabri Ketua RT II RW I : Nurdin Ketua RW II : M. Syukur Ketua RT I RW II : Syamsul Amri Ketua RT II RW II : Irwansyah Ketua RT III RW II : Yasril 2. Dusun II Nusa Jaya

Kepala Dusun : Satiyar Ketua RW I : Saleh Rais Ketua RT I RW I : Darusman Ketua RT II RW I : M. Nusar Ketua RW II : Abasri Ketua RT I RW II : Yufrizal Ketua RT II RW II : Umar Alli 3. Dusun III Nusa Damai

Kepala Dusun : Hendrizon Ketua RW I : Iskandar Ketua RT I RW I : Hartono Ketua RT II RW I : Yuzarlis


(5)

Ketua RW II : Khairurrozi Ketua RT I RW II : Khairulm Ahsan Ketua RT II RW II : Ali Amran


(6)

Lampiran 6

Tabel Nilai – Nilai r Product Moment

N

Taraf Signifikan

N

Taraf Signifikan

N

Taraf Signifikan

5% 1% 5% 1% 5% 1%

3 0,997 0,999 27 0,381 0,487 55 0,266 0,345

4 0,950 0,990 28 0,374 0,478 60 0,254 0,330

5 0,878 0,959 29 0,367 0,470 65 0,244 0,317

6 0,811 0,917 30 0,361 0,463 70 0,235 0,306

7 0,754 0,874 31 0,355 0,456 75 0,227 0,296

8 0,707 0,834 32 0,349 0,449 80 0,220 0,286

9 0,666 0,798 33 0,344 0,442 85 0,213 0,278

10 0,632 0,765 34 0,339 0,436 90 0,207 0,270

11 0,602 0,735 35 0,334 0,430 95 0,202 0,263

12 0,576 0,708 36 0,329 0,242 100 0,195 0,256 13 0,553 0,684 37 0,325 0,418 125 0,176 0,230 14 0,532 0,661 38 0,320 0,413 150 0,159 0,210 15 0,514 0,641 39 0,316 0,408 175 0,148 0,194

16 0,497 0,623 40 0,312 0,403 200 0,138 0,181 17 0,482 0,606 41 0,308 0,398 300 0,113 0,148 18 0,468 0,590 42 0,304 0,393 400 0,098 0,128 19 0,456 0,575 43 0,301 0,389 500 0,088 0,115 20 0,444 0,561 44 0,297 0,384 600 0,080 0,105

21 0,433 0,549 45 0,294 0,380 700 0,074 0,097 22 0,423 0,537 46 0,291 0,376 800 0,070 0,091 23 0,413 0,526 47 0,288 0,372 900 0,065 0,086 24 0,404 0,515 48 0,284 0,368 1000 0,062 0,081

25 0,396 0,505 49 0,281 0,364


Dokumen yang terkait

Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Pada Desa Sigalapang Julu Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal Provinsi Sumatera Utara).

10 155 109

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa di Desa Sekijang Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar

4 58 110

Partisipasi Masyarakat Desa Terhadap Pembangunan Prasarana Transportasi Darat (Studi Deskriptif: Pada Desa Hutatinggi, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara)

2 58 96

Hubungan Partisipasi Politik Masyarakat Terhadap Pembangunan Desa (Studi Desa Kelanga Kecamatan Bunguran Timur Laut Kabupaten Natuna Propinsi Kepulauan Riau)

8 63 106

Peranan Pemerintah Desa Untuk Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan (Studi Kasus di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Kuantan Singingi)

34 202 85

Batobo dan kesinambungan usahatani padi ladang (studi kasus komunitas petani padi ladang di Desa Kampar Kecamatan Kampar- Provinsi Riau)

0 12 173

Etnobotani Masyarakat Suku Melayu Daratan (Studi Kasus di Desa Aur Kuning, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau).

5 62 107

KERJASAMA PEMERINTAH DESA DENGAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE (studi di Desa Tanjung Rambutan Kabupaten Kampar Provinsi Riau).

0 0 8

PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA DESA TERHADAP PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Suatu Studi di Desa Sirnaresmi dan Desa Cisolok, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi).

1 1 8

Sosial Masyarakat Pendatang dengan Masyarakat Tempatan di Desa koto Mesjid Kecamatan XIII Koto Kampar Kabupaten Kampar .“

0 0 15