Hubungan Kegiatan Penyuluhan Dan Tingkat Pelayanan Sarana Produksi Dengan Keberlanjutan Usaha Anggota.
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
HUBUNGAN KEGIATAN PENYULUHAN DAN TINGKAT PELAYANAN
SARANA PRODUKSI DENGAN KEBERLANJUTAN USAHA ANGGOTA
(Kasus di KSU Tandang Sari Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Sumedang)
Correlation of Extension Activities and Production Facilities Services Level with
Members‘ Sustainable Efforts
(Case in KSU in Tandang Sari, Tanjung Sari Subdistrict, Sumedang Regency)
M. Ali Mauludin
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
The research on correlation of extension activities and prodution facilities level with
member’s sustainable efforts has been conducted in working area of KSU Tandangsari, Tanjungsari
Subdistrict, Sumedang Regency. The aim of this research is to know the extension activities,
production facillities sevices level, sustainable efforts and the correlations between them. It is
conducted by using survey method. Sampling defined by simple random sampling with 30 people. The
results shown that extension activities had been sufficient, while production facilities services level
had been on high level, sustainable efforts had also been on high level, and there had been significant
correlation between estension activities and sustainable efforts (rs=0.468) and between production
facilities services level and sustainable efforts (rs=0.534).
Keywords: Extension activities, production facilities services, sustainable efforts
PENDAHULUAN
Dalam memasuki era perdagangan bebas dan iklim usaha yang sangat kompetitif.
peternak perlu mempersiapkan diri melalui peningkatan kualitas sumber daya dari
peternak tersebut. Sumber daya manusia khususnya masyarakat peternak menjadi salah
satu faktor penentu keberhasilan beternak sapi perah. Pengembangan sumber daya
akan tampak dari banyaknya manusia pembangunan yang memiliki ciri
:meningkatnya kemampuan,
mendorong tumbuhnya kebersamaan, kebebasan
memilih dan memutuskan, membangkitkan kemandirian, dan mengurangi
ketergantungan serta menciptkan hubungan yang saling menguntungkan.
Peternakan yang tangguh hanya mungkin ada apabila para peternak dalam
melaksanakan kegiatan usaha ternaknya dapat menyesuaikan dengan kondisi
lingkungannya. Peternak yang tangguh yaitu peternak yang memiliki kemampuan
dalam memanfaatkan potensi-potensi yang ada khususnya dalam memanfaatkan
kegiatan penyuluhan dan pelayanan sarana produksi peternakan sapi perah yang
diselenggarakan atau difasilitasi oleh koperasi susu yang menaunginya.
Koperasi merupakan lembaga yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan
anggota (service-oriented business institution) (Hanel, 1985). Dengan demikian sasaran utama
koperasi adalah memajukan kepentingan anggota melalui peningkatan pelayanan.
Peningkatan pelayanan secara efisien melalui penyediaan barang sarana produksi, kredit
dan jasa oleh lembaga koperasi merupakan perangsang yang sangat penting bagi
kebanyakan anggota untuk turut serta memberikan kontribusinya bagi pembentukan dan
pertumbuhan koperasi. Hal ini terutama berlaku bagi para anggota koperasi yang secara
26
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
ekonomi miskin dan secara sosial lemah, yang harus berjuang sungguh-sungguh
mempertahankan eksistensinya dan berusaha meningkatkan penghasilannya.
Hasil penelitian Sugarda (1991), di Kabupaten Subang dan Kabupaten Ciamis
menunjukan bahwa rendahnya partisipasi masyarakat (petani) dalam kegiatan KUD
banyak dipengaruhi oleh kelemahan pengurus beserta perangkatnya dalam mengelola
KUD sebagai perusahaan dan sebagai organisasi. Banyaknya masyarakat yang belum
aktif di dalam KUD dan yang belum merasakan manfaat KUD memberi petunjuk
bahwa kegiatan KUD masih belum sesuai dengan harapan masyarakat.
Demikian pula hasil penelitian Warya (2005) menunjukkan bahwa keaktifan
penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhannya berhubungan
dengan dinamika usahatani (dinamika usaha sosial, dinamika teknik usahatani dan
dinamika ekonomi) kelompok tani maju, akan tetapi tidak menunjukkan adanya
hubungan dengan dinamika usahatani kelompok tani kurang maju. Bagi peternak
anggota koperasi susu, keberlanjutan anggota dipengaruhi tingkat pelayanan sarana
produksi seperti penyediaan pakan yang berkualitas, kualitas pelayanan kesehatan dan
inseminasi buatan, keaktifan kegiatan penyuluhan, penanganan dan pemasaran hasil
produksi dengan tingkat harga yang menguntungkan peternak serta kemampuan peternak
itu sendiri dalam mengelola usaha ternaknya.
Di dalam membelikan pelayanan kepada anggota, kemampuan pengurus
(terutama ketua) dan manajer koperasi dalam penguasaan pola-pola koperasi,
manajemen usaha ternak sapi perah serta kemampuan menggerakkan dan
membina hubungan dengan anggota sangatlah menentukan keberhasilan usaha
koperasi sekaligus usaha peternak anggota. Kemampuan pengurus dan manajer
koperasi ini dapat berasal dari tingkat pengetahuan dan pengalaman mereka baik
yang diperoleh melalui kesempatan bekerja, pendidikan dan pelatihan.
Keaktifan kegiatan penyuluhan juga berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi
para peternak dimana mereka tergabung dalam suatu kelompok. Para penyuluh berperan
sebagai guru, fasilitator, demonstrator, dan evaluator. Kegiatan tersebut menuntut
persiapan dalam menguasai materi yang dibutuhkan sasarannya, termasuk pemahaman
tentang media pendidikan, serta dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan materi
yang telah disampaikan, metode yang digunakan dan lain-lain, sehingga dapat diketahui
proses pendidikan yang telah dilakukan efektif atau tidak. Hasil evaluasi dapat dijadikan
titik tolak untuk proses pendidikan selanjutnya.
Pentingnya peiayanan koperasi dalam penyediaan sarana produksi, pemasaran
hasil produksi dan kegiatan penyuluhan, mengingat saat ini -proteksi terhadap
komodits susu telah dicabut", sesuai kebijakan GATT yang telah disepakati bersama.
Pihak Industri Pengolahan Susu (IPS) tidak lagi berkewajiban untuk menyerap hingga
50 % dari koperasi peternakan sapi perah. Bagi koperasi yang melalui kepemimpinan
pengurus dan manajernya tidak mampu meningkatkan kualitas susu kandungan bakteri
dalam susu yang mengharuskan mendekati 1 juta/ cc) serta tidak mencari alternatif
pemasaran sendiri, akan mengalami kegoncangan. Untuk itu kerjasaman diantara
pengurus dan manajer koperasi, penyuluh peternakan, ketua dan peternak anggota di
dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan kulaitas sangat diperlukan.
Bentuk kerjasama tersebut diwujudkan oleh pelaksanaan tugas dan peran
masing-masing secara optimal, dengan sistem kontrol yang baik dalam hal ini petugas
yang tergabung dalam unit pelaksana teknis seperti (penyuluh, dokter hewan/ mantri
kepala cabang Dinas Peternakan, petugas pengujian kualitas susu), kompetensi dan kejujuran
sangat diperlukan.
Koperasi Serba Usaha Tandang Sari (disingkat KSU Tandang Sari) merupakan
salah satu koperasi susu yang menunjukkan perkembangannya yang cukup pesat.
27
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
kerjanya yang mencakup 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Sari, Kecamatan
Pamulihan, Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Sukasari,
Kecamatan Situraja dan Kecamatan Ranca Kalong. Namun demikian, sejauh tingkat
pelayanan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi serta kegiatan penyuluhan yang
dilakukan oleh KSU Tandang Sari dalam hubungannya dengan jutan usaha anggota
belum diketahui, serta menarik untuk diteliti sebagai kajian bagaimana kondisi sumber
daya manusia peternak dalam memasuki era perdagangan bebsa ini dapat dipersiapkan.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa produktivitas masih rendah yaitu 10-12 liter/
ekor/ hari dengan skala pemilikan ternak di bawah 5 ekor/ petemak yang menunjukkan
adanya kecenderungan bahwa kemampuan peternak, tingkat pendapatan yang dinilai dari
harga jual susu, serta kemandirian peternak masih jauh dari apa yang diharapkan.
Fenomena tersebut menarik untuk diteliti, sehingga penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian mengenai hal ini.
MATERI DAN METODE
Objek Penelitian dan Metode yang Digunakan
Objek penelitian adalah peternak sapi perah rakyat anggota koperasi yang lebih dari
5 tahun menjadi anggota koperasi dan pernah mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan
koperasi dan kelompoknya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai.
Teknik Pengumpulan Data dan Penentuan Responden
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh
Kecamatan Tanjung sari, Kantor KSU Tandang Sari.
Teknik Penarikan Sampel
Teknik Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana yaitu dengan cara
melakukan pemilihan secara bebas terhadap responden yang memiliki karakter
homogen. Responden diambil sebanyak 30 orang.
Operasionalisasi Variabel
Varibel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan penyuluhan peternakan dan
pelayanan sarana produksi, hasil produksi. Kegiatan penyuluhan dilihat dari aspek keaktifan
penyuluh dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Pelayanan sarana produksi ternak adalah
segala kegiatan yang dilakukan koperasi terhadap anggotanya baik berupa barang (pakan
konsentrat, peralatan dan modal usaha (secara kredit), vitamin dan obat-batan maupun jasa
(kesehatan hewan dan inseminasi buatan).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberlanjutan usaha anggota yang
dicerminkan oleh kemampuan peternak, keadilan berusaha (persepsi peternak terhadap
pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak, tingkat harga susu dibanding harga
konsentrat) dan kemandirian peternak yang dikaji dari kepercayaan diri peternak,
kemampuan mempertahankan dan mengembangkan usaha yang ada (pemanfaatan
sumber daya alam/ faktor produksi yang dimiliki peternak dan sumber daya manusia
peternak beserta keluarganya.
Analisis Data
Penilaian peternak terhadap pelayanan koperasi akan diketahui dari persepsi
peternak terhadap pelayanan yang diberikan koperasi yang diperoleh dari sejumlah
28
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
jawaban kuesioner dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari lima kemungkinan
jawaban. Untuk menunjukkan keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
digunakan analisis statistik non parametrik Korelasi Rank Spearman, sedangkan untuk uji
signifikansi digunakan aturan Guilford yang dikutif oleh Jalaludin Rachmat (1995)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Daerah Penelitian
Keadaan Fisik Daerah
Secara topografis, daerah penelitian merupakan daerah perbukitan, yang berada
pada ketinggian 700 - 800 meter di atas permukaan laut dan termasuk daerah sejuk
dengan temperatur udara berkisar antara 22 - 27 °C. Curah hujan rata-rata 357 mm/tahun.
Kelembaban udara berkisar antara 60 - 70 % (Data Profil Kecamatan).
Keadaan iklim tersebut cocok bagi pemeliharaan ternak sapi perah. Menurut Dasuki
(1982) temperatur Iingkungan antara 13 - 23 °C dan kelembaban sekitar 70 % dan
ketinggian tempat 700 meter di atas permukaan laut cocok untuk beternak sapi perah.
Perkembangan Bidang Usaha KSU Tandang Sari
Perkembangan KSU Tandang Sari nampak dari pertambahan jumlah anggota, volume
usaha, dan wilayah kerja yang semakin luas serta perkembangan unit usaha yang dikelola
koperasi. Adapun unit usaha yang dikelola KSU Tandang Sari dalam upaya memenuhi
perkembangan anggotanya dikelompokkan menjadi :
1. Unit Usaha Peternakan Sapi Perah
Unit usaha sapi perah dimulai pada tahun 1981 yang pada awalnya merupakan kredit
dari pemerintah yang disalurkan melalui koperasi. Unit usaha ini merupakan "core
business" bagi kegiatan usaha KSU Tandang Sari. Pelayanan yang diberikan
koperasi kepada anggota melipui : penyediaan ternak sapi perah dan sarana produksi
ternak, pelayanan Inseminasi Buatan (IB), kesehatan temak, kegiatan penyuluhan dan
kegiatan pemasaran hasil produksi susu. Dengan demikian, unit usaha sapi perah ini
membantu peternak mulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi
2. Unit U s aha S impan P inj am
Unit usaha ini bergerak di bidang simpan pinjam bagi anggota KSU Tandang Sari.
Jumlah pinjaman yang diberikan disesuaikan dengan jaminan dari anggota berupa
jumlah produksi susu yang disetorkan peternak perharinya. Pinjaman di atas 1 juta
rupiah, minimal jumlah produksi susu anggota 60 liter per harinya, atau
menyerahkan surat-surat berharga ke koperasi. Sistem pembayaran sebulan sekali
secara kas atau melalui potongan susu, sesuai dengan kesepakatan bersama dengan
beban bunga sebesar 3 % menurun.
3. Unit Usaha Produksi Pertanian
Usaha ini bergerak di bidang penyediaan pupuk, penjualan bibit, dan obat-obatan bagi petani
anggota KSU Tandang Sari.
4. Unit Usaha Jasa dan Perdagangan
Usaha ini bergerak di bidang jasa pembayaran listrik negara (PLN) dan unit usaha
warung serba ada (Waserda) untuk memenuhi kebutuhan pokok anggota.
Identitas Responden
Identitas responden yang akan dijelaskan meliputi : mata pencaharian pokok,
umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, dan perkembangan skala pemilikan.
Kondisi tersebut secara jelas ditampilkan pada Tabel berikut ini : Mata Pencaharian
29
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
Pokok, Umur,Tingkat, Pendidikan, Pengalaman Beternak, dan Perkembangan Skala
Pemilikan Responden.
Pada dasarnya responden tidak terlalu menggantungkan mata pencahariannya pada
beternak sapi perah, namun karena usaha ini sangat menyita waktu (jam kerja mulai
pukul 4.00 pagi hingga pukul 4.00 sore atau sekitar 12 jam yang hanya diselingi sholat,
makan dan istirahat sejenak) maka sebagian besar responden bermata pencaharian
pokok sebagai peternak (73,33%). Kondisi demikian terutama apabila mereka tidak
memiliki usaha lain atau pada saat jumlah ternak mereka cukup banyak.
Tabel 1. Identitas Responden
No
1
2
3
4
5
Identitas Responden
Mata Pencaharian Pokok
Peternak
Petani
Buruh tani ternak
Umur Responden (Tahun)
25 – 40
41 – 60
> 60
Tingkat Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
Pengalaman Beternak (Tahun)
5–9
10 -14
> 15
Perkembangan Skala Pemilikan
- Kepemilikan Awal (ekor)
1-2
3-4
- Penambahan Kepemilikan (ekor)
0 (tetap)
1–8
9 – 16
17 – 25
Jumlah
(Orang)
Jumlah(%)
22
5
3
73.33
16.67
10.00
16
14
0
53.33
46.67
0
27
2
1
90.00
6.67
3.33
12
16
2
40.00
53.33
6.67
29
1
96.67
3.33
3
23
3
1
10.00
76.67
10.00
3.33
Keadaan umur responden bervariasi dari yang termuda 25 tahun dan tertua 60
tahun, namun lebih banyak responden yang beruniur 25- 40 tahun (53,33 %). Usia
tersebut masih tergolong produktif untuk melakukan kegiatan beternak maupun untuk
melakukan perencanaan usaha ternaknya terutarna jika ditunjang oleh tingkat
pengalaman beternak dan tingkat pendidikan yang memadai.
Tingkat pendidikan responden sebagain besar (90 %) hanya sampai Sekolah
Dasar (SD) dengan alasan tidak memiliki biaya. Tingkat pendidikan formal seseorang
cukup mendukung berlangsungnya tingkat penerapan inovasi di kalangan peternak.
Namun demikian tingkat pendidikan formal yang rendah dapat diperbaiki dengan
pendidikan nonformal seperti adanya pelatihan-pelatihan maupun kegiatan penyuluhan.
30
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung tingkat pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan secara keseluruhan yang secara langsung berhubungan dengan dunia
usahanya (Samsudin, 1987).
Pengalaman adalah segala sesuatu yang terjadi pada individu pada waktu tertentu
(masa lalu) termasuk di dalamnya proses-proses psikologis, kesan sensoris, dan aktivitas
motoris. Pengalaman beternak merupakan lamanya waktu seorang peternak
berkecimpung dalam usaha ternak (Soehardjo dan Patong, 1973). Sebagian besar
responden memiliki pengalaman beternak sapi perah di atas 10 tahun, yang berarti sudah
terbiasa melaksanakan kegiatan beternak dan sudah cukup lama menjadi anggota
kelo -rnpok maupun anggota koperasi. Dengan demikian mereka dapat menilai
sejauhmana tingkat pelayanan yang diberikan koperasi kepada anggotanya.
Dalam mengawali usaha ternak sapi perah, pada umumnya mereka membeli
pedet atau dara untuk dipelihara. Mereka belajar dari tetangga atau keluarganya yang
telah lebih dahulu beternak. Setelah ternaknya menghasilkan susu, mereka menjadi
anggota koperasi agar hasil susunya dapat dipasarkan. Dalam kurun waktu 5 hingga 16
tahun, pertambahan jumlah ternak cukup banyak (jika calving interval ideal maka setiap
1 tahun 1 kali 1 ekor induk ternak bertambah 1 anak), namun karena resiko penyakit,
kematian ataupun "service per conception" yang lebih dari 1 kali dan alasan utama
karena terdesak kebutuhan, maka tingkat pemilikan akhir, ada yang tidak bertambah
(10,00 %), sebagian besar responden (76,67 %) bertambah 1 - 8 ekor. Selain alasan di
atas, rendahnya perkembangan pertambahan ternak disebabkan karena kesulitan hijaun
pada musim kemarau dan sempitnya lahan rumput yang dimiliki. Satu orang responden
memiliki pertambahan ternak di atas 17 ternak, hal ini karena peternak tersebut
mendapat bantuan ternak dari Dinas melalui sistem perguliran yang pengembaliannya
diambil dari anaknya. Peternak tersebut memiliki komitmen yang tinggi atas kemajuan
usahanya.
Penilaian Responden Terhadap Kegiatan Penyuluhan
Penilaian responden terhadap kegiatan penyuluhan menunjukkan bahwa yang
menilai tinggi sebesar 40 persen dan sebagian besar responden menilai pelayanan
koperasi dalam kegiatan penyuluhan itu cukup yakni sebesar 53,33 persen, sementara yang
menilai rendah adalah sebesar 6,67 persen. Penilaian yang sebagian besar cukup
disebabkan karena kegiatan penyuluhan baru diaktifkan kembali satu tahun yang lalu dan
metode yang sering dilakukan adalal, metode penanganan kasus. Metode ini merupakan
metode kelompok atau perorangan dimana penyuluh mendatangi kelompok atau anggota
tertentu yang mengalami penurunan kualitas susu kemudian memberikan penyuluhan dan
memantau kualitas susu dalam jangka waktu tertentu hingga kondisi kualitas normal
kembali.
Tabel 2. Penilaian Responden terhadap Kegiatan Penyuluhan
No.
Kegiatan Penyuluhan
Penilaian Responden (%)
ST
T
C
R
SR
1
Keaktifan Penyuluh
0,00
43,33 46,67 10,00
0,00
2
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
0,00
40,00 50,00 10,00
0,00
Total Penilaian Responden
0,00
40,00 53,33
6,67
0,00
Keterangan : ST = sangat tinggi; T = tinggi; C = cukup R = rendah; SR = sangat rendah
Penilaian sebagian besar responden berada pada kategori cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa peran penyuluh sebagai guru, fasilitator dan dinamisator dalam
31
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
kategori cukup, demikian pula dengan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dinilai cukup.
mengingat pelaksanaan kegiatan tersebut tidak terjadwal secara rutin tetapi berdasarkan
kejadian/kasus penurunan kualitas susu.
Penilaian Responden Terhadap Tingkat Pelayananan Sarana Produksi Ternak
Pelayanan Sarana Produksi terbagi atas tiga bagian, yaitu pelayanan input,
pelayanan teknis, dan pelayanan hasil produksi. Tabel 3 memperlihatkan penilaian
responden terhadap pelayanan dari koperasi.
Tabel 3. Penilaian Responden terhadap Pelayanan Sarana Produksi Ternak
No.
Kegiatan Penyuluhan
Penilaian Responden (%)
ST
T
C
R
SR
1 Pelayanan input
34,44
31,67
11,67
21,11
1,11
2 Pelayanan teknis
40,00
43,33
16,67
0,00
0,00
3 Pelayanan hasil produksi
35,32
38,09
9,52
14,41
2,66
Total Penilaian Responden
27,77
40,93
19,82
10,72
0,74
Keterangan : ST = sangat tinggi; T = tinggi; C = cukup R = rendah; SR = sangat rendah
Dari Tabel nampak bahwa 40,93 % responden menyatakan bahwa pelayanan sarana
produksi ternak dari koperasi terhadap anggota tergolong tinggi. Penilaian terhadap input
tergolong sangat tinggi (34,44 %) sementara pelayanan teknis (43,33 %) dan hasil produksi
(38,09 %) tergolong tinggi, hal ini disebabkan karena pengiriman konsentrat, pelayanan iB
dan kesehatan hewan serta pengangkutan susu termasuk sangat lancar. Namun demikian
keberhasilan Inseminasi Buatan (service per conception)belum sepenuhnya optimal karena
sapi perah di daerah tersebut lebih dari satu kali diinseminasi. Pengangkutan susu
sudah tepat waktu.
Keberlanjutan Usaha Anggota
Keberlanjutan usaha suatu peternakan sapi perah ditunjukkan oleh adanya
peningkatan kemampuan peternak baik sebagai manajer maupun sebagai pekerja dalam
kegiatan usahanya (peningkatan pemilikan ternak dan produksi susu), peningkatan
kepercayaan diri, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia peternak
beserta keluarganya yang ditunjang oleh adanya keadilan berusaha. Keadilan berusaha
diindikasikan oleh adanya pendapatan yang menguntungkan serta adanya kesempatan yang
sama baik bagi pria maupun wanita untuk berusaha.
Tabel 4. Keberlanjutan Usaha Anggota
No
Keberlanjutan Usaha Anggota
Penilaian Responden (%)
Ke
ST
T
C
R
SR
1 Kapasitas Peternak Sebagai Manajer
39.43
24,57
9,97
4,56
21.47
2 Keadilan Berusaha
4,44
35,56
24,44
31,11
4,44
3 Kemandirian Peternak
36,13
45,25
7,16
2,21
9,25
Total Penilaian Responden
10,00
53,33
36,67
0,00
0,00
Keterangan : ST = sangat tinggi; T = tinggi; C = cukup R = rendah; SR = sangat rendah
Kapasitas peternak sebagai manajer termasuk kategori yang sangat tinggi sebesar
39,43 %, kategori tinggi sebesar 24,57 % dan kategori sangat rendah 21,47 %. Sangat
bervariasinya kapasitas peternak sebagai manajer disebabkan oleh kemampuan
perencanaan usaha anggota yang sebagian besar termasuk kategori sangat tinggi dan
32
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
tinggi, sifat inovatif sebagian besar (34,67 %) berada pada kategori sangat tinggi dan
37,33 % kategori sangat rendah. Dalam hal bekerja sama termasuk kategori tinggi,
menghadapi resiko usaha kategori tinggi, cukup, dan sangat rendah dengan proporsi yang
hampir sama, dan evaluasi usaha berada pada kategori sangat tinggi (35,43 %) dan kategori
sangat rendah (45 %). Dalam evaluasi sebagian peternak melakukan pencatatan (recording)
tentang produksi susu dan reproduksi ternak, sementara analisa usaha hanya dilakukan
melalui penaksiran-penaksiran.
Dalam hal keadilan usaha sebagian besar peternak (35,56 %) menilai tinggi, 24,44
% menilai cukup dan 31,11 % menilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada pemilikan
ternak skala besar (di atas 7 ekor/peternak), usaha ini telah memberikan keuntungan
yang optimal, sementara pada skala menengah (4-7 ekor) cukup memberikan
keuntungan dan pada skala pemilikan kecil (1-3 ekor) usaha ini belum memberikan
keuntungan yang memadai.
Kemandirian peternak, sebagian besar responden (45,25 %) tergolong tinggi dan
36,13 % tergolong sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak ini telah
dikelola dengan baik, yakni dengan memanfaatkan sumber daya alam (rumput lapangan dan
limbah pertanian sebagai pakan hijauan) dan sumber daya manusia (peternak dan
keluarganya) secara optimal, serta memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi dalam
pengambilan keputusan pengembangan usaha, namun dalam penanganan reproduksi dan
kesehatan ternak tetap mengandalkan tenaga ahli (dokter hewan, inseminator dan
penyuluh). Keberlanjutan usaha anggota apabila dinilai secara total dari ketiga unsur
(kapasitas peternak sebagai manajer, keadilan berusaha dan kemandirian peternak)
menunjukkan bahwa sebagian besar peternak sapi perah di wilayah penilitian
termasuk kategori tinggi (53,33%) dan 36,67 % kategori cukup.
Hubungan Antara Tingkat Pelayanan Sarana Produksi dan Kegiatan Penyuluhan
Dengan Keberlanjutan Usaha Anggota
Berdasarkan perhitungan korelasi rank Spearman tentang hubungan antara
kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha diperoleh harga rs = 0,468. yang
dengan perhitungan uji signifikansi pada taraf 5 % (taraf kepercayaan 95 %)
menunjukkan bahwa t-hitung sebesar 2,804 dan t-tabel sebesar 2,048, yang berarti
bahwa t-hitung > t tabel, maka terima H1 tolak Ho. Apabila diinterpretasikan kedalam
aturan Guilford maka termasuk kedalam tingkat hubungan yang cukup berarti. Dengan
demikian berarti semakin tinggi tingkat kegiatan penyuluhan maka semakin tinggi pula
keberlanjutan usaha anggota. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa KSU Tandang Sari telah
berorientasi kepada pelayanan terhadap anggota dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan
anggota baik dari aspek teknis beternak maupun motivasi anggota.
Berdasarkan perhitungan Korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa hubungan
antara tingkat pelayanan sarana produksi dengan keberlanjutan usaha diperoleh nilai rs
sebesar 0,5346. Berdasarkan uji signifikansi diperoleh t-hitung sebesar 3,347 dan t-tabel
sebesar 2, 048 berarti t hitung > t tabel yang berarti menerima H1, menolak Ho. Apabila
diajukan pada aturan Guilford berarti ada hubungan yang cukup berarti antara tingkat
pelayanan sarana produksi dari koperasi dengan keberlanjutan usaha anggota. Dengan
demikian maka semakin tinggi tingkat pelayanan sarana produksi dari koperasi maka
semakin tinggi pula Keberlanjutan usaha anggota.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Kegiatan penyuluhan di KSU Tandang Sari yang mencakup keaktifan penyuluh dan
33
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
pelaksanaan kegiatan penyuluhan termasuk kategori cukup, Pelayanan sarana produksi
ternak di KSU Tandang Sari yang mencakup pelayanan input, pelayanan teknis dan
pelayanan hasil produksi termasuk kategori tinggi dan t erdapat hubungan yang cukup
berarti antara kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha anggota dengan rs = 0,468
dan hubungan yang cukup berarti antara tingkat pelayanan sarana produksi dengan
keberlanjutan usaha anggota dengan rs = 0,534.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, 1998, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Koperasi (KUD) terhadap
Anggotanya Di Propinsi Bengkulu. Disertasi, Unpad. Bandung.
Chamber, R, and Conway, G.R 1992, Sustainable Rural Livelihood : practical concept For
The 21 St Century, Institute of Development Studies (Discussion Paper, 296 At The
University Of Sussex), England
Eaton, J. W., 1986, Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional dari Konsep ke
Aplikasi, Penerjemah Pandam Guritno dan Ali Jeni, Penerbit UI Press, Jakarta.
Hanel, 1985, Organisasi Koperasi : pokok-pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan
Kebijakan Pengembangannya di Negara-negara Berkembang.
Soewardi, Herman, 1995, Filsafat Koperasi atau Cooperativism, UPT Penerbit IKOPIN,
Sumedang.
Slamet, Margono, 2003, Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan, IPB Press,
Bogor.
Wirasasmita, Yuyun, 2004. Reinvening Jati diri dan Reposisi Koperasi dalam perekonomian
Indonesia. Jurnal Ekonomi Kewirausahaan Volume III, No 2, Juli 2004, ISSSN :
1412-3045, ISEI, Bandung.
34
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
35
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
HUBUNGAN KEGIATAN PENYULUHAN DAN TINGKAT PELAYANAN
SARANA PRODUKSI DENGAN KEBERLANJUTAN USAHA ANGGOTA
(Kasus di KSU Tandang Sari Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Sumedang)
Correlation of Extension Activities and Production Facilities Services Level with
Members‘ Sustainable Efforts
(Case in KSU in Tandang Sari, Tanjung Sari Subdistrict, Sumedang Regency)
M. Ali Mauludin
Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran
ABSTRACT
The research on correlation of extension activities and prodution facilities level with
member’s sustainable efforts has been conducted in working area of KSU Tandangsari, Tanjungsari
Subdistrict, Sumedang Regency. The aim of this research is to know the extension activities,
production facillities sevices level, sustainable efforts and the correlations between them. It is
conducted by using survey method. Sampling defined by simple random sampling with 30 people. The
results shown that extension activities had been sufficient, while production facilities services level
had been on high level, sustainable efforts had also been on high level, and there had been significant
correlation between estension activities and sustainable efforts (rs=0.468) and between production
facilities services level and sustainable efforts (rs=0.534).
Keywords: Extension activities, production facilities services, sustainable efforts
PENDAHULUAN
Dalam memasuki era perdagangan bebas dan iklim usaha yang sangat kompetitif.
peternak perlu mempersiapkan diri melalui peningkatan kualitas sumber daya dari
peternak tersebut. Sumber daya manusia khususnya masyarakat peternak menjadi salah
satu faktor penentu keberhasilan beternak sapi perah. Pengembangan sumber daya
akan tampak dari banyaknya manusia pembangunan yang memiliki ciri
:meningkatnya kemampuan,
mendorong tumbuhnya kebersamaan, kebebasan
memilih dan memutuskan, membangkitkan kemandirian, dan mengurangi
ketergantungan serta menciptkan hubungan yang saling menguntungkan.
Peternakan yang tangguh hanya mungkin ada apabila para peternak dalam
melaksanakan kegiatan usaha ternaknya dapat menyesuaikan dengan kondisi
lingkungannya. Peternak yang tangguh yaitu peternak yang memiliki kemampuan
dalam memanfaatkan potensi-potensi yang ada khususnya dalam memanfaatkan
kegiatan penyuluhan dan pelayanan sarana produksi peternakan sapi perah yang
diselenggarakan atau difasilitasi oleh koperasi susu yang menaunginya.
Koperasi merupakan lembaga yang berorientasi kepada kepuasan pelayanan
anggota (service-oriented business institution) (Hanel, 1985). Dengan demikian sasaran utama
koperasi adalah memajukan kepentingan anggota melalui peningkatan pelayanan.
Peningkatan pelayanan secara efisien melalui penyediaan barang sarana produksi, kredit
dan jasa oleh lembaga koperasi merupakan perangsang yang sangat penting bagi
kebanyakan anggota untuk turut serta memberikan kontribusinya bagi pembentukan dan
pertumbuhan koperasi. Hal ini terutama berlaku bagi para anggota koperasi yang secara
26
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
ekonomi miskin dan secara sosial lemah, yang harus berjuang sungguh-sungguh
mempertahankan eksistensinya dan berusaha meningkatkan penghasilannya.
Hasil penelitian Sugarda (1991), di Kabupaten Subang dan Kabupaten Ciamis
menunjukan bahwa rendahnya partisipasi masyarakat (petani) dalam kegiatan KUD
banyak dipengaruhi oleh kelemahan pengurus beserta perangkatnya dalam mengelola
KUD sebagai perusahaan dan sebagai organisasi. Banyaknya masyarakat yang belum
aktif di dalam KUD dan yang belum merasakan manfaat KUD memberi petunjuk
bahwa kegiatan KUD masih belum sesuai dengan harapan masyarakat.
Demikian pula hasil penelitian Warya (2005) menunjukkan bahwa keaktifan
penyuluh pertanian dalam melaksanakan kegiatan penyuluhannya berhubungan
dengan dinamika usahatani (dinamika usaha sosial, dinamika teknik usahatani dan
dinamika ekonomi) kelompok tani maju, akan tetapi tidak menunjukkan adanya
hubungan dengan dinamika usahatani kelompok tani kurang maju. Bagi peternak
anggota koperasi susu, keberlanjutan anggota dipengaruhi tingkat pelayanan sarana
produksi seperti penyediaan pakan yang berkualitas, kualitas pelayanan kesehatan dan
inseminasi buatan, keaktifan kegiatan penyuluhan, penanganan dan pemasaran hasil
produksi dengan tingkat harga yang menguntungkan peternak serta kemampuan peternak
itu sendiri dalam mengelola usaha ternaknya.
Di dalam membelikan pelayanan kepada anggota, kemampuan pengurus
(terutama ketua) dan manajer koperasi dalam penguasaan pola-pola koperasi,
manajemen usaha ternak sapi perah serta kemampuan menggerakkan dan
membina hubungan dengan anggota sangatlah menentukan keberhasilan usaha
koperasi sekaligus usaha peternak anggota. Kemampuan pengurus dan manajer
koperasi ini dapat berasal dari tingkat pengetahuan dan pengalaman mereka baik
yang diperoleh melalui kesempatan bekerja, pendidikan dan pelatihan.
Keaktifan kegiatan penyuluhan juga berpengaruh terhadap proses adopsi inovasi
para peternak dimana mereka tergabung dalam suatu kelompok. Para penyuluh berperan
sebagai guru, fasilitator, demonstrator, dan evaluator. Kegiatan tersebut menuntut
persiapan dalam menguasai materi yang dibutuhkan sasarannya, termasuk pemahaman
tentang media pendidikan, serta dilakukan evaluasi untuk mengetahui penguasaan materi
yang telah disampaikan, metode yang digunakan dan lain-lain, sehingga dapat diketahui
proses pendidikan yang telah dilakukan efektif atau tidak. Hasil evaluasi dapat dijadikan
titik tolak untuk proses pendidikan selanjutnya.
Pentingnya peiayanan koperasi dalam penyediaan sarana produksi, pemasaran
hasil produksi dan kegiatan penyuluhan, mengingat saat ini -proteksi terhadap
komodits susu telah dicabut", sesuai kebijakan GATT yang telah disepakati bersama.
Pihak Industri Pengolahan Susu (IPS) tidak lagi berkewajiban untuk menyerap hingga
50 % dari koperasi peternakan sapi perah. Bagi koperasi yang melalui kepemimpinan
pengurus dan manajernya tidak mampu meningkatkan kualitas susu kandungan bakteri
dalam susu yang mengharuskan mendekati 1 juta/ cc) serta tidak mencari alternatif
pemasaran sendiri, akan mengalami kegoncangan. Untuk itu kerjasaman diantara
pengurus dan manajer koperasi, penyuluh peternakan, ketua dan peternak anggota di
dalam upaya meningkatkan dan mempertahankan kulaitas sangat diperlukan.
Bentuk kerjasama tersebut diwujudkan oleh pelaksanaan tugas dan peran
masing-masing secara optimal, dengan sistem kontrol yang baik dalam hal ini petugas
yang tergabung dalam unit pelaksana teknis seperti (penyuluh, dokter hewan/ mantri
kepala cabang Dinas Peternakan, petugas pengujian kualitas susu), kompetensi dan kejujuran
sangat diperlukan.
Koperasi Serba Usaha Tandang Sari (disingkat KSU Tandang Sari) merupakan
salah satu koperasi susu yang menunjukkan perkembangannya yang cukup pesat.
27
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
kerjanya yang mencakup 7 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Sari, Kecamatan
Pamulihan, Kecamatan Jatinangor, Kecamatan Cimanggung, Kecamatan Sukasari,
Kecamatan Situraja dan Kecamatan Ranca Kalong. Namun demikian, sejauh tingkat
pelayanan sarana produksi dan pemasaran hasil produksi serta kegiatan penyuluhan yang
dilakukan oleh KSU Tandang Sari dalam hubungannya dengan jutan usaha anggota
belum diketahui, serta menarik untuk diteliti sebagai kajian bagaimana kondisi sumber
daya manusia peternak dalam memasuki era perdagangan bebsa ini dapat dipersiapkan.
Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa produktivitas masih rendah yaitu 10-12 liter/
ekor/ hari dengan skala pemilikan ternak di bawah 5 ekor/ petemak yang menunjukkan
adanya kecenderungan bahwa kemampuan peternak, tingkat pendapatan yang dinilai dari
harga jual susu, serta kemandirian peternak masih jauh dari apa yang diharapkan.
Fenomena tersebut menarik untuk diteliti, sehingga penulis bermaksud untuk melakukan
penelitian mengenai hal ini.
MATERI DAN METODE
Objek Penelitian dan Metode yang Digunakan
Objek penelitian adalah peternak sapi perah rakyat anggota koperasi yang lebih dari
5 tahun menjadi anggota koperasi dan pernah mengikuti kegiatan penyuluhan yang diadakan
koperasi dan kelompoknya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai.
Teknik Pengumpulan Data dan Penentuan Responden
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan responden
dengan bantuan kuesioner yang telah dipersiapkan, sedangkan data sekunder diperoleh
Kecamatan Tanjung sari, Kantor KSU Tandang Sari.
Teknik Penarikan Sampel
Teknik Penarikan sampel dilakukan secara acak sederhana yaitu dengan cara
melakukan pemilihan secara bebas terhadap responden yang memiliki karakter
homogen. Responden diambil sebanyak 30 orang.
Operasionalisasi Variabel
Varibel bebas dalam penelitian ini adalah kegiatan penyuluhan peternakan dan
pelayanan sarana produksi, hasil produksi. Kegiatan penyuluhan dilihat dari aspek keaktifan
penyuluh dan pelaksanaan kegiatan penyuluhan. Pelayanan sarana produksi ternak adalah
segala kegiatan yang dilakukan koperasi terhadap anggotanya baik berupa barang (pakan
konsentrat, peralatan dan modal usaha (secara kredit), vitamin dan obat-batan maupun jasa
(kesehatan hewan dan inseminasi buatan).
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keberlanjutan usaha anggota yang
dicerminkan oleh kemampuan peternak, keadilan berusaha (persepsi peternak terhadap
pendapatan yang diperoleh dari usaha ternak, tingkat harga susu dibanding harga
konsentrat) dan kemandirian peternak yang dikaji dari kepercayaan diri peternak,
kemampuan mempertahankan dan mengembangkan usaha yang ada (pemanfaatan
sumber daya alam/ faktor produksi yang dimiliki peternak dan sumber daya manusia
peternak beserta keluarganya.
Analisis Data
Penilaian peternak terhadap pelayanan koperasi akan diketahui dari persepsi
peternak terhadap pelayanan yang diberikan koperasi yang diperoleh dari sejumlah
28
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
jawaban kuesioner dengan menggunakan skala likert yang terdiri dari lima kemungkinan
jawaban. Untuk menunjukkan keeratan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
digunakan analisis statistik non parametrik Korelasi Rank Spearman, sedangkan untuk uji
signifikansi digunakan aturan Guilford yang dikutif oleh Jalaludin Rachmat (1995)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Daerah Penelitian
Keadaan Fisik Daerah
Secara topografis, daerah penelitian merupakan daerah perbukitan, yang berada
pada ketinggian 700 - 800 meter di atas permukaan laut dan termasuk daerah sejuk
dengan temperatur udara berkisar antara 22 - 27 °C. Curah hujan rata-rata 357 mm/tahun.
Kelembaban udara berkisar antara 60 - 70 % (Data Profil Kecamatan).
Keadaan iklim tersebut cocok bagi pemeliharaan ternak sapi perah. Menurut Dasuki
(1982) temperatur Iingkungan antara 13 - 23 °C dan kelembaban sekitar 70 % dan
ketinggian tempat 700 meter di atas permukaan laut cocok untuk beternak sapi perah.
Perkembangan Bidang Usaha KSU Tandang Sari
Perkembangan KSU Tandang Sari nampak dari pertambahan jumlah anggota, volume
usaha, dan wilayah kerja yang semakin luas serta perkembangan unit usaha yang dikelola
koperasi. Adapun unit usaha yang dikelola KSU Tandang Sari dalam upaya memenuhi
perkembangan anggotanya dikelompokkan menjadi :
1. Unit Usaha Peternakan Sapi Perah
Unit usaha sapi perah dimulai pada tahun 1981 yang pada awalnya merupakan kredit
dari pemerintah yang disalurkan melalui koperasi. Unit usaha ini merupakan "core
business" bagi kegiatan usaha KSU Tandang Sari. Pelayanan yang diberikan
koperasi kepada anggota melipui : penyediaan ternak sapi perah dan sarana produksi
ternak, pelayanan Inseminasi Buatan (IB), kesehatan temak, kegiatan penyuluhan dan
kegiatan pemasaran hasil produksi susu. Dengan demikian, unit usaha sapi perah ini
membantu peternak mulai dari pra produksi, produksi dan pasca produksi
2. Unit U s aha S impan P inj am
Unit usaha ini bergerak di bidang simpan pinjam bagi anggota KSU Tandang Sari.
Jumlah pinjaman yang diberikan disesuaikan dengan jaminan dari anggota berupa
jumlah produksi susu yang disetorkan peternak perharinya. Pinjaman di atas 1 juta
rupiah, minimal jumlah produksi susu anggota 60 liter per harinya, atau
menyerahkan surat-surat berharga ke koperasi. Sistem pembayaran sebulan sekali
secara kas atau melalui potongan susu, sesuai dengan kesepakatan bersama dengan
beban bunga sebesar 3 % menurun.
3. Unit Usaha Produksi Pertanian
Usaha ini bergerak di bidang penyediaan pupuk, penjualan bibit, dan obat-obatan bagi petani
anggota KSU Tandang Sari.
4. Unit Usaha Jasa dan Perdagangan
Usaha ini bergerak di bidang jasa pembayaran listrik negara (PLN) dan unit usaha
warung serba ada (Waserda) untuk memenuhi kebutuhan pokok anggota.
Identitas Responden
Identitas responden yang akan dijelaskan meliputi : mata pencaharian pokok,
umur, tingkat pendidikan, pengalaman beternak, dan perkembangan skala pemilikan.
Kondisi tersebut secara jelas ditampilkan pada Tabel berikut ini : Mata Pencaharian
29
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
Pokok, Umur,Tingkat, Pendidikan, Pengalaman Beternak, dan Perkembangan Skala
Pemilikan Responden.
Pada dasarnya responden tidak terlalu menggantungkan mata pencahariannya pada
beternak sapi perah, namun karena usaha ini sangat menyita waktu (jam kerja mulai
pukul 4.00 pagi hingga pukul 4.00 sore atau sekitar 12 jam yang hanya diselingi sholat,
makan dan istirahat sejenak) maka sebagian besar responden bermata pencaharian
pokok sebagai peternak (73,33%). Kondisi demikian terutama apabila mereka tidak
memiliki usaha lain atau pada saat jumlah ternak mereka cukup banyak.
Tabel 1. Identitas Responden
No
1
2
3
4
5
Identitas Responden
Mata Pencaharian Pokok
Peternak
Petani
Buruh tani ternak
Umur Responden (Tahun)
25 – 40
41 – 60
> 60
Tingkat Pendidikan
SD
SLTP
SLTA
Pengalaman Beternak (Tahun)
5–9
10 -14
> 15
Perkembangan Skala Pemilikan
- Kepemilikan Awal (ekor)
1-2
3-4
- Penambahan Kepemilikan (ekor)
0 (tetap)
1–8
9 – 16
17 – 25
Jumlah
(Orang)
Jumlah(%)
22
5
3
73.33
16.67
10.00
16
14
0
53.33
46.67
0
27
2
1
90.00
6.67
3.33
12
16
2
40.00
53.33
6.67
29
1
96.67
3.33
3
23
3
1
10.00
76.67
10.00
3.33
Keadaan umur responden bervariasi dari yang termuda 25 tahun dan tertua 60
tahun, namun lebih banyak responden yang beruniur 25- 40 tahun (53,33 %). Usia
tersebut masih tergolong produktif untuk melakukan kegiatan beternak maupun untuk
melakukan perencanaan usaha ternaknya terutarna jika ditunjang oleh tingkat
pengalaman beternak dan tingkat pendidikan yang memadai.
Tingkat pendidikan responden sebagain besar (90 %) hanya sampai Sekolah
Dasar (SD) dengan alasan tidak memiliki biaya. Tingkat pendidikan formal seseorang
cukup mendukung berlangsungnya tingkat penerapan inovasi di kalangan peternak.
Namun demikian tingkat pendidikan formal yang rendah dapat diperbaiki dengan
pendidikan nonformal seperti adanya pelatihan-pelatihan maupun kegiatan penyuluhan.
30
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
Hal tersebut dimaksudkan untuk mendukung tingkat pengetahuan, pemahaman, dan
keterampilan secara keseluruhan yang secara langsung berhubungan dengan dunia
usahanya (Samsudin, 1987).
Pengalaman adalah segala sesuatu yang terjadi pada individu pada waktu tertentu
(masa lalu) termasuk di dalamnya proses-proses psikologis, kesan sensoris, dan aktivitas
motoris. Pengalaman beternak merupakan lamanya waktu seorang peternak
berkecimpung dalam usaha ternak (Soehardjo dan Patong, 1973). Sebagian besar
responden memiliki pengalaman beternak sapi perah di atas 10 tahun, yang berarti sudah
terbiasa melaksanakan kegiatan beternak dan sudah cukup lama menjadi anggota
kelo -rnpok maupun anggota koperasi. Dengan demikian mereka dapat menilai
sejauhmana tingkat pelayanan yang diberikan koperasi kepada anggotanya.
Dalam mengawali usaha ternak sapi perah, pada umumnya mereka membeli
pedet atau dara untuk dipelihara. Mereka belajar dari tetangga atau keluarganya yang
telah lebih dahulu beternak. Setelah ternaknya menghasilkan susu, mereka menjadi
anggota koperasi agar hasil susunya dapat dipasarkan. Dalam kurun waktu 5 hingga 16
tahun, pertambahan jumlah ternak cukup banyak (jika calving interval ideal maka setiap
1 tahun 1 kali 1 ekor induk ternak bertambah 1 anak), namun karena resiko penyakit,
kematian ataupun "service per conception" yang lebih dari 1 kali dan alasan utama
karena terdesak kebutuhan, maka tingkat pemilikan akhir, ada yang tidak bertambah
(10,00 %), sebagian besar responden (76,67 %) bertambah 1 - 8 ekor. Selain alasan di
atas, rendahnya perkembangan pertambahan ternak disebabkan karena kesulitan hijaun
pada musim kemarau dan sempitnya lahan rumput yang dimiliki. Satu orang responden
memiliki pertambahan ternak di atas 17 ternak, hal ini karena peternak tersebut
mendapat bantuan ternak dari Dinas melalui sistem perguliran yang pengembaliannya
diambil dari anaknya. Peternak tersebut memiliki komitmen yang tinggi atas kemajuan
usahanya.
Penilaian Responden Terhadap Kegiatan Penyuluhan
Penilaian responden terhadap kegiatan penyuluhan menunjukkan bahwa yang
menilai tinggi sebesar 40 persen dan sebagian besar responden menilai pelayanan
koperasi dalam kegiatan penyuluhan itu cukup yakni sebesar 53,33 persen, sementara yang
menilai rendah adalah sebesar 6,67 persen. Penilaian yang sebagian besar cukup
disebabkan karena kegiatan penyuluhan baru diaktifkan kembali satu tahun yang lalu dan
metode yang sering dilakukan adalal, metode penanganan kasus. Metode ini merupakan
metode kelompok atau perorangan dimana penyuluh mendatangi kelompok atau anggota
tertentu yang mengalami penurunan kualitas susu kemudian memberikan penyuluhan dan
memantau kualitas susu dalam jangka waktu tertentu hingga kondisi kualitas normal
kembali.
Tabel 2. Penilaian Responden terhadap Kegiatan Penyuluhan
No.
Kegiatan Penyuluhan
Penilaian Responden (%)
ST
T
C
R
SR
1
Keaktifan Penyuluh
0,00
43,33 46,67 10,00
0,00
2
Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan
0,00
40,00 50,00 10,00
0,00
Total Penilaian Responden
0,00
40,00 53,33
6,67
0,00
Keterangan : ST = sangat tinggi; T = tinggi; C = cukup R = rendah; SR = sangat rendah
Penilaian sebagian besar responden berada pada kategori cukup. Hal ini
menunjukkan bahwa peran penyuluh sebagai guru, fasilitator dan dinamisator dalam
31
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
kategori cukup, demikian pula dengan pelaksanaan kegiatan penyuluhan dinilai cukup.
mengingat pelaksanaan kegiatan tersebut tidak terjadwal secara rutin tetapi berdasarkan
kejadian/kasus penurunan kualitas susu.
Penilaian Responden Terhadap Tingkat Pelayananan Sarana Produksi Ternak
Pelayanan Sarana Produksi terbagi atas tiga bagian, yaitu pelayanan input,
pelayanan teknis, dan pelayanan hasil produksi. Tabel 3 memperlihatkan penilaian
responden terhadap pelayanan dari koperasi.
Tabel 3. Penilaian Responden terhadap Pelayanan Sarana Produksi Ternak
No.
Kegiatan Penyuluhan
Penilaian Responden (%)
ST
T
C
R
SR
1 Pelayanan input
34,44
31,67
11,67
21,11
1,11
2 Pelayanan teknis
40,00
43,33
16,67
0,00
0,00
3 Pelayanan hasil produksi
35,32
38,09
9,52
14,41
2,66
Total Penilaian Responden
27,77
40,93
19,82
10,72
0,74
Keterangan : ST = sangat tinggi; T = tinggi; C = cukup R = rendah; SR = sangat rendah
Dari Tabel nampak bahwa 40,93 % responden menyatakan bahwa pelayanan sarana
produksi ternak dari koperasi terhadap anggota tergolong tinggi. Penilaian terhadap input
tergolong sangat tinggi (34,44 %) sementara pelayanan teknis (43,33 %) dan hasil produksi
(38,09 %) tergolong tinggi, hal ini disebabkan karena pengiriman konsentrat, pelayanan iB
dan kesehatan hewan serta pengangkutan susu termasuk sangat lancar. Namun demikian
keberhasilan Inseminasi Buatan (service per conception)belum sepenuhnya optimal karena
sapi perah di daerah tersebut lebih dari satu kali diinseminasi. Pengangkutan susu
sudah tepat waktu.
Keberlanjutan Usaha Anggota
Keberlanjutan usaha suatu peternakan sapi perah ditunjukkan oleh adanya
peningkatan kemampuan peternak baik sebagai manajer maupun sebagai pekerja dalam
kegiatan usahanya (peningkatan pemilikan ternak dan produksi susu), peningkatan
kepercayaan diri, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya manusia peternak
beserta keluarganya yang ditunjang oleh adanya keadilan berusaha. Keadilan berusaha
diindikasikan oleh adanya pendapatan yang menguntungkan serta adanya kesempatan yang
sama baik bagi pria maupun wanita untuk berusaha.
Tabel 4. Keberlanjutan Usaha Anggota
No
Keberlanjutan Usaha Anggota
Penilaian Responden (%)
Ke
ST
T
C
R
SR
1 Kapasitas Peternak Sebagai Manajer
39.43
24,57
9,97
4,56
21.47
2 Keadilan Berusaha
4,44
35,56
24,44
31,11
4,44
3 Kemandirian Peternak
36,13
45,25
7,16
2,21
9,25
Total Penilaian Responden
10,00
53,33
36,67
0,00
0,00
Keterangan : ST = sangat tinggi; T = tinggi; C = cukup R = rendah; SR = sangat rendah
Kapasitas peternak sebagai manajer termasuk kategori yang sangat tinggi sebesar
39,43 %, kategori tinggi sebesar 24,57 % dan kategori sangat rendah 21,47 %. Sangat
bervariasinya kapasitas peternak sebagai manajer disebabkan oleh kemampuan
perencanaan usaha anggota yang sebagian besar termasuk kategori sangat tinggi dan
32
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
tinggi, sifat inovatif sebagian besar (34,67 %) berada pada kategori sangat tinggi dan
37,33 % kategori sangat rendah. Dalam hal bekerja sama termasuk kategori tinggi,
menghadapi resiko usaha kategori tinggi, cukup, dan sangat rendah dengan proporsi yang
hampir sama, dan evaluasi usaha berada pada kategori sangat tinggi (35,43 %) dan kategori
sangat rendah (45 %). Dalam evaluasi sebagian peternak melakukan pencatatan (recording)
tentang produksi susu dan reproduksi ternak, sementara analisa usaha hanya dilakukan
melalui penaksiran-penaksiran.
Dalam hal keadilan usaha sebagian besar peternak (35,56 %) menilai tinggi, 24,44
% menilai cukup dan 31,11 % menilai rendah. Hal ini menunjukkan bahwa pada pemilikan
ternak skala besar (di atas 7 ekor/peternak), usaha ini telah memberikan keuntungan
yang optimal, sementara pada skala menengah (4-7 ekor) cukup memberikan
keuntungan dan pada skala pemilikan kecil (1-3 ekor) usaha ini belum memberikan
keuntungan yang memadai.
Kemandirian peternak, sebagian besar responden (45,25 %) tergolong tinggi dan
36,13 % tergolong sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa usaha ternak ini telah
dikelola dengan baik, yakni dengan memanfaatkan sumber daya alam (rumput lapangan dan
limbah pertanian sebagai pakan hijauan) dan sumber daya manusia (peternak dan
keluarganya) secara optimal, serta memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi dalam
pengambilan keputusan pengembangan usaha, namun dalam penanganan reproduksi dan
kesehatan ternak tetap mengandalkan tenaga ahli (dokter hewan, inseminator dan
penyuluh). Keberlanjutan usaha anggota apabila dinilai secara total dari ketiga unsur
(kapasitas peternak sebagai manajer, keadilan berusaha dan kemandirian peternak)
menunjukkan bahwa sebagian besar peternak sapi perah di wilayah penilitian
termasuk kategori tinggi (53,33%) dan 36,67 % kategori cukup.
Hubungan Antara Tingkat Pelayanan Sarana Produksi dan Kegiatan Penyuluhan
Dengan Keberlanjutan Usaha Anggota
Berdasarkan perhitungan korelasi rank Spearman tentang hubungan antara
kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha diperoleh harga rs = 0,468. yang
dengan perhitungan uji signifikansi pada taraf 5 % (taraf kepercayaan 95 %)
menunjukkan bahwa t-hitung sebesar 2,804 dan t-tabel sebesar 2,048, yang berarti
bahwa t-hitung > t tabel, maka terima H1 tolak Ho. Apabila diinterpretasikan kedalam
aturan Guilford maka termasuk kedalam tingkat hubungan yang cukup berarti. Dengan
demikian berarti semakin tinggi tingkat kegiatan penyuluhan maka semakin tinggi pula
keberlanjutan usaha anggota. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa KSU Tandang Sari telah
berorientasi kepada pelayanan terhadap anggota dan berusaha untuk meningkatkan kemampuan
anggota baik dari aspek teknis beternak maupun motivasi anggota.
Berdasarkan perhitungan Korelasi rank Spearman menunjukkan bahwa hubungan
antara tingkat pelayanan sarana produksi dengan keberlanjutan usaha diperoleh nilai rs
sebesar 0,5346. Berdasarkan uji signifikansi diperoleh t-hitung sebesar 3,347 dan t-tabel
sebesar 2, 048 berarti t hitung > t tabel yang berarti menerima H1, menolak Ho. Apabila
diajukan pada aturan Guilford berarti ada hubungan yang cukup berarti antara tingkat
pelayanan sarana produksi dari koperasi dengan keberlanjutan usaha anggota. Dengan
demikian maka semakin tinggi tingkat pelayanan sarana produksi dari koperasi maka
semakin tinggi pula Keberlanjutan usaha anggota.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
Kegiatan penyuluhan di KSU Tandang Sari yang mencakup keaktifan penyuluh dan
33
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
pelaksanaan kegiatan penyuluhan termasuk kategori cukup, Pelayanan sarana produksi
ternak di KSU Tandang Sari yang mencakup pelayanan input, pelayanan teknis dan
pelayanan hasil produksi termasuk kategori tinggi dan t erdapat hubungan yang cukup
berarti antara kegiatan penyuluhan dengan keberlanjutan usaha anggota dengan rs = 0,468
dan hubungan yang cukup berarti antara tingkat pelayanan sarana produksi dengan
keberlanjutan usaha anggota dengan rs = 0,534.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, 1998, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pelayanan Koperasi (KUD) terhadap
Anggotanya Di Propinsi Bengkulu. Disertasi, Unpad. Bandung.
Chamber, R, and Conway, G.R 1992, Sustainable Rural Livelihood : practical concept For
The 21 St Century, Institute of Development Studies (Discussion Paper, 296 At The
University Of Sussex), England
Eaton, J. W., 1986, Pembangunan Lembaga dan Pembangunan Nasional dari Konsep ke
Aplikasi, Penerjemah Pandam Guritno dan Ali Jeni, Penerbit UI Press, Jakarta.
Hanel, 1985, Organisasi Koperasi : pokok-pokok Pikiran Mengenai Organisasi Koperasi dan
Kebijakan Pengembangannya di Negara-negara Berkembang.
Soewardi, Herman, 1995, Filsafat Koperasi atau Cooperativism, UPT Penerbit IKOPIN,
Sumedang.
Slamet, Margono, 2003, Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan, IPB Press,
Bogor.
Wirasasmita, Yuyun, 2004. Reinvening Jati diri dan Reposisi Koperasi dalam perekonomian
Indonesia. Jurnal Ekonomi Kewirausahaan Volume III, No 2, Juli 2004, ISSSN :
1412-3045, ISEI, Bandung.
34
ISBN 978-602-95808-1-5
Peternakan Unpad ke-2
Seminar Nasional Fakultas
“ Sistem Produksi Berbasis Ekosistem Lokal”
35