Hubungan Tingkat Partisipasi Dengan Keberlanjutan Program Bank Sampah Pt Ism Tbk

1

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN
KEBERLANJUTAN PROGRAM BANK SAMPAH PT ISM Tbk

RIELISA AP HUTAGAOL

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat
Partisipasi dengan Keberlanjutan Program Bank Sampah PT ISM Tbk adalah
benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum pernah diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis

lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015
Rielisa AP Hutagaol
NIM I34110004

ABSTRAK
RIELISA AP HUTAGAOL. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan
Keberlanjutan Program Bank Sampah PT ISM Tbk. Dibimbing oleh
MURDIANTO.
Bank Sampah merupakan salah satu program CSR PT ISM yang
berorientasi pada lingkungan. Sebagai sebuah program CSR, Bank Sampah
memerlukan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaannya sehingga diharapkan
dapat memberikan manfaat. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis
tingkat partisipasi masyarakat dalam Bank Sampah; (2) menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi partisipasi; (3) menganalisis tingkat keberlanjutan program
bank sampah. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Hasil
penelitian yang menggunakan uji tabulasi silang dan didukung dengan uji korelasi

Rank Spearman menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara karakteristik
individu dengan tingkat partisipasi masyarakat . Selain itu pula diketahui bahwa
tidak terdapat hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat keberlanjutan program
(tingkat kebersihan lingkungan dan tingkat peluang ekonomi).
Kata Kunci: CSR, partisipasi, keberlanjutan, PT ISM Tbk

ABSTRACT
RIELISA AP HUTAGAOL The Relation of the Participation with the
Sustainability of Garbage Bank Program PT ISM Tbk. Supervised by
MURDIANTO.
Garbage Bank is one of the CSR program PT ISM oriented environment.
As a CSR program , Garbage Bank requires public participation in the
implementation of which is expected to provide benefits . The purpose of this study
are: ( 1 ) analyze the level of community participation in the Trash Bank ; ( 2 )
analyze the factors that influence participation ; ( 3 ) to analyze the level of
sustainability of the waste bank . This study used quantitative and qualitative
methods . Results of studies using cross tabulation test and supported by the
Spearman rank correlation test showed that there was no correlation between the
characteristics of the individual with the level of community participation . In
addition it is also known that there is no correlation with the level of participation

level sustainability ( environmental hygiene level and degree of economic
opportunities ) .
Key words: CSR, the participation, sustainability, PT ISM Tbk

iv

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN
KEBERLANJUTAN PROGRAM BANK SAMPAH PT ISM Tbk

RIELISA AP HUTAGAOL

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2015

5

Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Keberlanjutan Program
Bank Sampah PT ISM Tbk
Nama
: Rielisa AP Hutagaol
NIM
: I34110004

Disetujui oleh

Ir. Murdianto, M.Si
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Amanah, MSc

Ketua Departemen

Tanggal Lulus: ________________

6

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang
senantiasa melimpahkan penyertaan dan berkat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tingkat Partisipasi dengan
Keberlanjutan Program Bank Sampah PT ISM Tbk” ini dengan baik. Skripsi ini
ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi
dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik atas
dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ir Murdianto, M.Si sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar
membimbing dan memberikan saran serta motivasi kepada penulis selama

proses penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini
2. Bapak Dr. Saharudin selaku dosen penguji utama pada sidang skripsi yang
telah memberikan masukan serta bimbingan dalam proses perbaikan
skripsi ini
3. Ibu Dr. Ninuk Purnaningsih selaku dosen penguji akademik pada sidang
skripsi yang telah memberikan semangat dan arahan dalam proses
perbaikan skripsi ini
4. Orang tua tercinta, Bapak SP.Hutagaol dan Mama R. Hutauruk, serta
kedua abang penulis, Abang Yosefteen Hutagaol dan Abang Satya
Novecty Hutagaol, yang selalu mendoakan dan memberikan semangat
kepada penulis
5. Bapak Hisyam dan Bapak Deni Puspahadi, staf dan Manager Departemen
CSR PT ISM Tbk yang selama ini telah membantu memfasilitasi peneliti
dengan Indofood
6. Seluruh pengurus Bank Sampah, terkhusus Bapak Pri selaku ketua dan
keluarga yang bersedia membantu selama proses penelitian
7. Seluruh sahabat penulis, Badia, Nina, Tika, Melpa, Beta yang terima kasih
untuk doa dan semangatnya
8. Nerissa, Kak Fitri, Kak Audi dan Hanung teman satu bimbingan, terima
kasih untuk bantuan, saran dan sharingnya tentang penelitian ini

9. Seluruh teman-teman SKPM 48, terutama Khalida, Mufida, dan Aya, yang
senantiasa mendukung dan memotivasi penulis dalam proses penyelesaian
skripsi ini
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

Rielisa AP Hutagaol
NIM. I34110004

7

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Bank Sampah
Mekanisme Kerja Bank Sampah
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pengelolaan
Sampah melalui Bank Sampah
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
Corporate Social Responsibility
Definisi Corporate Social Responsibility
Motivasi Perusahaan dalam Melaksanakan CSR
Partisipasi
Definisi Partisipasi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi
Tingkat Partisipasi
Pembangunan Berkelanjutan
Keberlanjutan dalam Program Bank Sampah
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian

Lokasi dan Waktu
Tenkik Pengambilan Responden dan Informan
Teknik Pengumpulan Data
Definisi Operasional
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
PROFIL KELURAHAN SEMPER BARAT
Kondisi Geografis dan Demografis
Kondisi Sosial dan Ekonomi
Ikhtisar
PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)
Profil Indofood
Program CSR Indofood
Pembangunan Sumber Daya Manusia
Peningkatan Nilai Ekonomi
Kegiatan Solidaritas Kemanusiaan
Partisipasi Aktif dalam Kegiatan Komunitas
Menjaga Kelestarian Lingkungan
Program Bank Sampah Si Rajawali
Latar Belakang Bank Sampah Si Rajawali


1
1
2
3
3
5
5
5
5
6
6
7
7
9
10
10
11
11
12
14

14
16
17
17
17
17
18
20
22
25
25
26
31
33
33
33
34
35
35
35
36
36
36

8

Mekanisme Program Bank Sampah Si Rajawali
Ikhtisar
KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN
Tingkat Umur
Tingkat Pendidikan
Lama Tinggal
Ikhtisar
PARTISIPASI RESPONDEN
Tingkat Partisipasi
Tingkat Partisipasi pada Tahap Perencanaan
Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan
Tingkat Partisipasi pada Tahap Menikmati Hasil
Ikhtisar
HUBUNGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU RESPONDEN DENGAN
TINGKAT PARTISIPASI
Hubungan Tingkat Umur dengan Tingkat Partisipasi
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi
Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Partisipasi
Ikhtisar
HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI DENGAN KEBERLANJUTAN
PROGRAM
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Kebersihan
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Peluang Ekonomi
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

38
39
41
41
41
42
43
45
45
45
47
48
50
51
51
52
53
55
57
57
58
60
61
63
65
71

9

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22

Pendekatan penelitian
Jenis dan metode pengumpulan data
Definisi operasional karakteristik individu
Definisi operasional tingkat partisipasi
Definisi operasional keberlanjutan program
Data jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Data jumlah RT berdasarkan penyebaran RW di Kelurahan Semper
Barat
Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis pekerjaan di Kelurahan
Semper Barat
Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di
Kelurahan Semper Barat
Daftar harga sampah berdasarkan jenisnya di Bank Sampah Si Rajawali
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Umur
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Waktu Lama Tinggal
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada
tahap perencanaan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada
tahap pelaksanaan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat partisipasi pada
tahap menikmati hasil
Hubungan antara tingkat umur responden dengan tingkat partisipasi
dalam program bank sampah
Hubungan antara tingkat pendidikan responden dengan tingkat
partisipasi dalam program bank sampah
Hubungan antara lama tinggal responden dengan tingkat partisipasi
dalam program bank sampah
Hubungan antara tingkat partisipasi responden dengan tingkat
kebersihan lingkungan
Hubungan antara tingkat partisipasi responden dengan tingkat peluang
ekonomi

17
19
20
21
22
25
26
28
28
37
41
42
42
45
46
47
49

51
52
54
57
59

DAFTAR GAMBAR
1 The Triple Bottom Line
8
2 Kerangka Pemikiran Hubungan Tingkat Partisipasi dengan
Keberlanjutan Program Bank Sampah PT ISM Tbk
15
3 Piramida penduduk Kelurahan Semper Barat
27
4 Alur mekanisme Bank Sampah Si Rajawali
38
5 Struktur Pengurus Bank Sampah SI RajawaliError! Bookmark not defined.9

10

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perusahaan dianggap sebagai salah satu elemen penting yang selama ini
menjalankan fungsi produksi. Selain menjalankan fungsi-fungsi produksi dan
distribusi barang dan jasa, perusahaan juga terlibat langsung dalam proses
pemanfaatan sumber daya yang sifatnya terbatas (Mulyadi et al. 2012). Dalam
perjalanan kegiatan operasional perusahaan, akan selalu ada kemungkinan terjadi
sebuah benturan kepentingan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu perusahaan dituntut untuk memperhatikan aspek sosial budaya
masyarakat sekitanya. Hubungan resiprokal yang baik harus diciptakan guna
menghindari benturan kepentingan. Selain itu dampak lingkungan akibat
aktivitas operasional seperti limbah dan polusi juga wajib untuk diperhatikan oleh
perusahaan. Dalam hal ini perusahaan diharapkan tidak hanya berorientasi pada
keuntungan (profit) saja tetapi juga berkontribusi pada peningkatan kualitas hidup
masyarakat dan lingkungan. Upaya perusahaan untuk menciptakan kehidupan
masyarakat dan lingkungan yang lebih baik diwujudkan dalam kegiatan tanggung
jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility atau “CSR”).
PT ISM (Indofood Sukses Makmur Tbk) merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak dalam bidang makanan olahan dalam kemasan dengan kegiatan
operasional mulai dari pengolahan bahan baku hingga produk jadi. Awalnya PT
ISM Tbk didirikan pada tahun 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma.
Kemudian pada tahun 1994 berganti nama menjadi PT ISM. Sebagai perusahaan
yang telah mapan dan terkemuka di Indonesia, PT ISM membagi bisnisnya ke
dalam lima kelompok usaha strategis berbentuk grup yaitu Produk Konsumen
Bermerek (”CBP”), bogasari, agribisnis, distribusi, serta Budi Daya dan
Pengolahan Sayuran dilaksanakan oleh China Minzhong Food Corporation
Limited (“CMFC”). PT ISM saat ini memiliki 54 unit operasional yang tersebar di
wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Maluku yang memproduksi
antara lain makanan dalam kemasan, tepung terigu dan minyak goreng. Selain
unit operasional tersebut, PT ISM juga menjalankan agro industri seperti kelapa
sawit, tebu, cokelat, teh dan karet. Dengan sistem distribusi yang menjangkau
seluruh wilayah Indonesia, maka seluruh produk PT ISM dapat dijumpai di
berbagai pelosok Indonesia.
Sebagai sebuah perseroan terbatas, PT ISM memiliki kewajiban
melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility
atau “CSR”). Kewajiban melaksanakan program CSR diatur dalam Undangundang Nomor 40 tahun 2007. Pada ayat satu disebutkan bahwa “Perseroan yang
menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya
alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan”.
PT ISM memiliki komitmen untuk melaksanakan semua kegiatan secara
bertanggung jawab baik secara ekonomi, sosial maupun lingkungan. Sepanjang
tahun 2011, PT ISM terus melanjutkan program CSR dengan berlandaskan tujuan
yang digunakan dalam melaksanakan program CSR Perseroan yaitu menciptakan
hidup yang lebih baik setiap hari. PT ISM memusatkan upayanya pada lima pilar
CSR yaitu Pembangunan Sumber Daya Manusia, Partisipasi Aktif Dalam

2

Kegiatan Komunitas, Peningkatan Nilai Ekonomi, Menjaga Kelestarian
Lingkungan, dan Solidaritas Kemanusiaan. Salah satu program CSR bagian
pilar kelestarian lingkungan yang dilaksanakan oleh PT ISM adalah program
Bank Sampah.
PT ISM sebagai sebuah perusahaan produksi pangan sadar betul bahwa
mereka ikut berkontribusi dalam peningkatan jumlah sampah di Indonesia.
Kemasan dari produk PT ISM selama ini berada di tangan konsumen dan tidak
dikelola dengan tepat sehingga menimbulkan timbunan sampah. Bank Sampah
merupakan wujud tanggung jawab dan kepedulian PT ISM dalam rangka
mengurangi jumlah sampah dimana sampah kemasan mereka masuk di dalamnya.
Sampah yang tidak dikelola dengan serius akan meningkat jumlahnya.
Sampah juga berpotensi menurunkan kualitas sumber daya alam, menyebabkan
banjir dan menimbulkan penyakit. Melihat kompleksitas persoalan sampah, baik
bagi lingkungan fisik maupun lingkungan sosial maka langkah-langkah
pengelolaan sampah berbasis partisipasi masyarakat perlu dirumuskan. Konsep
pengelolaan sampah berbasis masyarakat sendiri harus disertai dengan
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam hal ini berarti
menjadikan masyarakat memiliki daya untuk dapat mengelola sampah agar
menjadi sesuatu yang berguna dan bernilai jual. Selain itu masyarakat juga harus
ditempatkan sebagai aktor atau subyek program. Menurut Yarianto et al. (2005)
seperti dikutip oleh Suroyo et al. keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
sampah adalah salah satu faktor teknis untuk menanggulangi persoalan sampah
perkotaan atau lingkungan pemukiman dari tahun ke tahun yang semakin
kompleks. Selama ini masyarakat hanya melakukan pengelolaan sampah melalui
proses pengumpulan dan pembuangan saja, tanpa dilibatkan dalam kegiatan
pengelolaan yang cakupannya lebih luas.
Prinsip partisipasi adalah satu dari 22 prinsip pengembangan masyarakat
yang dikemukakan oleh Ife (1995) dan dikutip oleh Nasdian (2014). Partisipasi
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat. Selain itu
pula peran serta komunitas dianggap menjadi salah satu elemen penting dalam
program pengembangan masyarakat sehingga diharapkan nantinya dapat
memberikan manfaat yang maksimal kepada peserta program (komunitas).
Dengan pelibatan masyarakat dalam program bank sampah, manfaat yang
diterima oleh masyarakat tidak hanya sekedar untuk jangka pendek tetapi
diharapkan dapat berkelanjutan. Program pengembangan masyarakat yang
berkelanjutan akan dapat memberikan manfaat jangka panjang hingga masyarakat
mandiri. Oleh karena itu penting untuk diteliti sejauhmanakah hubungan
tingkat partisipasi masyarakat dengan keberlanjutan program bank sampah
?

Rumusan Masalah
Masyarakat merupakan salah satu pihak yang diperlukan dalam program
pengelolaan sampah, termasuk bank sampah. Keterlibatan masyarakat dalam bank
sampah bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan menimbulkan kepedulian
masyarakat terhadap sampah. Selain itu peran serta masyarakat juga adalah salah
satu kunci keberhasilan dari sebuah program pengembangan masyarakat, sehingga

3

penting untuk diteliti seberapa tinggi tingkat partisipasi masyarakat dalam
program bank sampah ?
Keterlibatan masyarakat dalam setiap tahapan penyelenggaraan program
dianggap sebagai bagian yang penting dari upaya pemberdayaan. Pemberian
kekuasaan atau wewenang kepada masyarakat dalam penyelenggaraan program
bank sampah harus dioptimalkan. Peran serta masyarakat tidak timbul begitu saja,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi individu dalam sebuah
program. Faktor-faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dalam diri individu dan sebaliknya,
faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu. Dalam penelitian ini
yang menjadi fokus analisis adalah faktor internal yaitu karakteristik individu
peserta program, sehingga penting untuk diteliti faktor-faktor apa saja yang
berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam program bank
sampah ?
Sebagai sebuah program pengembangan masyarakat, bank sampah
diharapkan mampu memberikan manfaat bagi peserta program. Manfaat yang
diterima tidak hanya berjangka pendek saja, tetapi dapat berlanjut hingga
masyarakat pun menjadi mandiri. Aspek keberlanjutan juga dinilai sebagai salah
satu prinsip dari program pengembangan masyarakat, sehingga penting untuk
diteliti bagaimanakah hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat
keberlanjutan program bank sampah ?

Tujuan Penelitian
Tujuan penulisan penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis
“hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat keberlanjutan program bank sampah
PT ISM Tbk” dan secara khusus bertujuan untuk :
1. Mengidentifikasi tingkat partisipasi peserta dalam program Bank Sampah
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam program bank sampah
3. Menganalisis hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat keberlanjutan
program bank sampah

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini memiliki kegunaan sebagai berikut:
1. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
dan referensi mengenai CSR yang nantinya akan ditemukan penelitian
lebih lanjut terkait topik yang sama.
2. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
pemahaman terkait CSR sebagai salah satu bentuk kepedulian PT ISM
terhadap masyarakat sekitar
3. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi dan perbaikan program selanjutnya
4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam penetapan kebijakan pelaksanaan CSR perusahaan.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Bank Sampah
Bank sampah didefenisikan sebagai tempat pemilahan dan pengumpulan
sampah yang dapat di daur ulang dan/atau diguna ulang yang memiliki nilai
ekonomi. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup RI No. 13
tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan Recycle melalui
bank sampah. Bank sampah hadir dengan tiga alasan, pertama pengelolaan
sampah selama ini belum menerapkan prinsip 3R, kedua pengelolaan sampah
harus dilakukan secara komprehensif dan terpadu dari hulu ke hilir sehingga dapat
memberikan manfaat secara ekonomi, sehat dan aman bagi lingkungan serta
mengubah perilaku masyarakat. Ketiga, pemerintah bertugas meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah.
Bank sampah dianggap sebagai sebuah strategi untuk membangun
kepedulian masyarakat agar dapat ‘berkawan’ dengan sampah untuk mendapatkan
manfaat ekonomi langsung dari sampah. Bank Sampah tidak dapat berdiri sendiri.
Bank sampah harus diintegrasikan dengan gerakan 3R sehingga manfaat langsung
yang dirasakan tidak hanya ekonomi, tetapi juga pembangunan lingkungan yang
bersih, hijau dan sehat.
Mekanisme Kerja Bank Sampah
Bank sampah adalah salah satu program yang bertujuan mendorong
masyarakat mengembangkan cara-cara untuk mengurangi, memanfaatkan kembali
dan mendaur ulang sampah kemasan serta sampah rumah tangga secara mandiri
dan berkelanjutan.
Cara kerja bank sampah pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya,
ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya. Namun
yang membedakan antara bank sampah dan bank konvensional adalah alat tukar
yang digunakan. Pada bank konvensional alat tukar yang dikenal dan sering
digunakan adalah uang, surat berharga, dan benda berharga lainnya. Sementara itu
pada bank sampah yang digunakan sebagai alat tukar adalah sampah.
Mekanisme kerja bank sampah ialah berbasis rumah tangga dengan
memberikan ganjaran (reward) kepada yang berhasil mengumpulkan, memilah,
dan menyetorkan sampah ke bank sampah. Sampah-sampah yang telah berhasil
dikumpulkan dan ditabung oleh nasabah di bank sampah, kemudian akan
dikonversi menjadi saldo berupa uang senilai dengan jumlah dan jenis sampah
yang ditabung. Konsep bank sampah mengadopsi manajemen bank pada
umumnya. Bank sampah dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan
gerakan penghijauan sekaligus pendidikan gemar menabung untuk masyarakat.
Metode bank sampah juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat agar
peduli terhadap lingkungan. Berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan

6

Hidup RI No. 13 tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse, dan
Recycle melalui bank sampah, mekanisme kerja bank sampah meliputi :
a. pemilahan sampah;
b. penyerahan sampah ke bank sampah;
c. penimbangan sampah;
d. pencatatan;
e. hasil penjualan sampah yang diserahkan dimasukkan ke dalam buku
tabungan; dan bagi hasil penjualan sampah antara penabung dan pelaksana
Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pelaksanaan Pengelolaan
sampah melalui Bank Sampah
Naditya et al. (tidak ada tahun) mengemukakan faktor yang dapat
mendukung dan menghambat pengelolaan sampah. Faktor-faktor tersebut meliputi
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam
yang mempengaruhi terlaksananya suatu kegiatan. Berikut adalah faktor
pendukung internal dalam pelaksanaan pengelolaan sampah di RW 3 Kelurahan
Sukun yaitu:
a. Kondisi lingkungan yang bersih dan sehat merepresentasikan kesadaran
warga untuk menangani dan mengelola sampah telah terbentuk sebelum
kehadiran bank sampah.
b. Keikutsertaan dan partisipasi sebagian besar warga dalam pengelolaan
sampah melalui manajemen bank sampah
c. Ketersediaan lahan dan sarana dalam mendirikan unit bank sampah
Berikut adalah faktor penghambat secara internal dalam pengelolaan
sampah dengan manajemen bank sampah di RW 3 Kelurahan Sukun yakni:
a. Beberapa RT tidak turut serta dalam manajemen bank sampah
b. Nilai rupiah sampah yang rendah dibandingkan harga lapak dan pengepul
menjadikan anggapan bahwa sampah hanya bernilai ekonomis
c. Kesadaran warga untuk memilah sampah supaya mempunyai nilai
ekonomis masih rendah
Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang mempengaruhi
terlaksananya suatu kegiatan. Berikut adalah faktor pendukung eksternal dalam
pelaksanaan pengelolaan sampah:
a. Kunjungan dari pihak lain yang meningkatkan semangat masyarakat
dalam mengelola sampah
b. Pemberian dana bantuan dari pihak sponsor
Sedangkan untuk faktor penghambat dari eksternal meliputi harga jual
sampah yang tidak stabil dan kurangnya minat masyarakat dalam pengelolaan
sampah melalui teknik lain, seperti komposter.
Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat
Masyarakat sebagai salah satu produsen timbulan sampah memiliki
tanggung jawab dalam pengelolaan sampah. Hal ini sejalan dengan regulasi yang
dikeluarkan pemerintah dalam Pasal 28 ayat 1 UU Nomor 18 tahun 2008 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Sampah yang berbunyi : “Masyarakat dapat
berperan dalam pengelolan sampah yang diselenggaraka oleh pemerintah dan/atau
pemerintah daerah”. Masyarakat diharapkan dapat terlibat secara total dalam lima

7

susb sistem pengeloaan sampah yaitu sub sistem kelembagaan, sub sistem teknis
operasional, sub sistem finansial, sub sistem hukum dan peraturan serta sub sistem
peran serta masyarakat (Prianto 2011). Program pengelolaan sampah berbasis
masyarakat menurut Syafrudin (2004) seperti dikutip oleh Prianto (2011)
merupakan salah satu alternatif dari bentuk keterlibatan masyarakat. Program
pengelolaan sampah berbasis masyarakat ini diimplementasikan dalam kegiatan
minimalisasi limbah dan melaksanakan 5R (Reuse, Recycling, Recovery,
Replacing dan Refilling).
Sebagai sebuah program pengelolaan sampah berbasis masyrakat, bank
sampah juga memiliki aspek pemberdayaan. Hal ini sebagaimana yang dilakukan
oleh Yayasan Unilever Indonesia. Desiana dan Damanik (2013) dalam
penelitiannya di Bank sampah Unilever meninjau program ini dari sisi
pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan melalui bank sampah
dianggap telah berhasil mengembangkan unit bank sampah menjadi unit bisnis.
Unit bisnis yang dimaksud meliputi trashion, koperasi simpan pinjam, serta
pengadaan kerja sama dengan sektor lain.
Bank Sampah sebagai sebuah program pemberdayaan masyarakat
setidaknya telah memberikan 3 dampak yaitu :
1. Bank sampah berhasil meningkatkan kepedulian masyrakat terhadap
kelestarian dan kebersihan lingkungan
2. Dari sisi ekonomi, bank sampah mampu menghasilkan uang bagi
nasabah bank sampah itu sendiri.
3. Para pengelola dan nasabah bank sampah mendapat pengetahuan
pengalaman baru
Berdasarkan paradigma pembangunan baru yang dikemukakan oleh para
ahli, Desiana dan Damanik (2013) mencoba menganalisis hal ini pada program
bank sampah. Paradigma pembangunan baru tersebut bersifat people centered,
participatory, empowering dan sustainable. Pertama, people centered dilihat dari
bank sampah yang benar-benar ddikonsentrasikan untuk masyarakat tanpa
memikirkan keuntungan pribadi bagi pihak penyelenggara. Kedua, aspek
participatory terlihat dari keterlibatan seluruh pihak, mulai dari masyarakat,
penyelenggara program, hingga LSM. Ketiga, bank sampah bertujuan untuk
memberdayakan (empowering) dan diharapkan dapat memberikan keuntungan
bagi masyarkat. Terakhir, sustainable. Program bank sampah yang dilaksanakan
oleh Yayasan Unilever Indonesia telah berjalan secara berkelanjutan dan masih
aktif hingga saat ini.

Corporate Social Responsibilty
Definisi Corporate Social Responsibility
Konsep awal tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social
Responsibilty-CSR) pertama kali dikemukakan oleh Howard R. Bowen sekitar 50
tahun yang lalu. Davis (1960) seperti dikutip oleh Solihin (2009) menegaskan
bahwa tanggung jawab sosial perusahaan tidak hanya semata-mata soal ekonomi.
Wibisono seperti dikutip oleh Muryaningrum (2010) mendifinisikan CSR sebagai
tanggung jawab perusahaan kepada pemangku kepentingan untuk berlaku etis,
meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang

8

mencakup triple bottom lines dalam rangka tujuan pembangunan berkelanjutan.
Sejalan dengan Wibisono, Sukada et al (2011) mendefinisikan CSR sebagai
segala upaya manajemen yang dilakukan entitas bisnis untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan
lingkungan, dengan meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak
positif di setiap pilar. Dengan kata lain, CSR merupakan sebuah wujud kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan sekitarnya dengan cara tanpa harus merugikan
perusahaan sehingga tercipta pembangunan yang berkelanjutan. Dari sekian
banyak definisi yang dikemukakan, Carrol seperti dikutip oleh Solihin (2009)
merumuskan empat kategori mengenai CSR, yaitu : economic responsibilities,
legal responsibilities, ethical responsibilities, dan discretionary responsibilities.
Seiring perkembangannya istilah dan definisi CSR telah banyak
dikemukakan oleh para pihak. Namun pada dasarnya, CSR berasal dari sebuah
istilah Triple Bottom Lines yang dikemukakan oleh John Elkington pada tahun
1997 yang meliputi 3P yakni profit, planet dan people. Profit merupakan aspek
ekonomi berupa keuntungan yang dicapai perusahaan untuk peningkatan
kesejahteraan karyawan dan pemegang saham, pembayaran pajak, ekspansi usaha
serta kapasitas produksi. People merupakan lingkungan masyarakat yang menjadi
pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi perusahaan. Relasi yang baik dan kuat
antara perusahaan dan masyarakat akan menciptakan citra baik perusahaan. Planet
merupakan lingkungan fisik yang kaitannya erat dengan sumber daya alam yang
digunakan perusahaan. Lingkungan menjadi penting untuk dijaga kelestariannya
karena akan berpengaruh pada eksistensi perusahaan. Oleh karena ketiga aspek ini
penting Muryaningrum (2010) mengemukakan bahwa seharusnya implementasi
CSR memang mencakup ketiga aspek ini dalam upaya peningkatan kualitas hidup
pekerja beserta keluarganya serta masyarakat, termasuk konsumen.

Profit
Economy
Etchical
Sustainable
Bussines
Bussines

People

Planet

Equity

Environment
Eco-Efficient
Bussines

Gambar 1 The Triple Bottom Line
Sumber: Elkington seperti dikutip oleh Nasdian (2012)

9

Sebelum konsep CSR muncul di era 1950-an para pelaku bisnis sebenarnya
telah melakukan aktivitas pemberian dana bagi masyarakat miskin sebagai bentuk
tanggung jawabnya kepada lingkungan. Prinsip ini dikenal dengan prinsip Derma
(charity). Charity Principle diyakini sebagai awal lahirnya konsep tanggung
jawab sosial perusahaan. Seiring berjalannya waktu, konsep CSR atau tanggung
jawab sosial perusahaan mulai bergeser ke arah yang lebih berlanjut, yakni
philantrophy. Prinsip philantrophy tidak hanya berbicara tentang kewajiban saja
tetapi juga pada seberapa besar manfaat yang dapat diterima oleh masyarakat dan
perusahaan.
International Organization for Standardization (ISO) merupakan induk
organisasi standarisasi internasional. Pada bulan September tahun 2004, ISO
berhasil menyusun panduan dan standarisasi untuk tanggung jawab sosial
perusahaan yang diberi nama ISO 26000: Guidance Standard on Social
Responsibility. Dalam ISO 26000 ini terdapat tujuh isu pokok terkait CSR, yaitu :
1. Pengembangan masyrakat
2. Konsumen
3. Praktek kegiatan institusi yang sehat
4. Lingkungan
5. Ketenagakerjaan
6. Hak Asasi Manusia (HAM)
7. Organisasi kepemerintahan
Di Indonesia konsep CSR telah menjadi sebuah regulasi dan bersifat
mandatory. CSR sempat menjadi pro kontra di tahun 2007. Semenjak dibentuknya
Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas oleh DPR,
konsep CSR menjadi sumber polemik antara pengusaha dan pemerintah. UndangUndang Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 ayat satu menyatakan bahwa
Perseroan Terbatas (PT) yang menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan
dengan sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Kemudian pada ayat kedua menyatakan bahwa dana CSR
dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya
dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. Dan pada ayat ketiga
disebutkan bahwa Perseroan yang tidak melaksanakan CSR dikenai sanksi sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Terakhir, pada ayat keempat
dimana ketentuan lebih lanjut mengenai CSR diatur dengan peraturan pemerintah.
The Green Paper seperti dikutip oleh Solihin (2009) membagi CSR ke
dalam dua ketegori, yaitu internal dimension of CSR dan external dimension of
CSR. Internal dimension of CSR meliputi manajemen sumber daya manusia,
kesehatan dan keselamatan kerja, adaptasi terhdap perubahan dan dampak
lingkungan, serta sumber daya alam. Sedangkan external dimension of CSR
meliputi pemberdayaan komunitas lokal, partner usaha yang mencakup para
pemasok dan kosumen, hak sasi manusia, dan permasalahan lingkungan global.
Motivasi Perusahaan dalam Melaksanakan CSR
Lako (2011) mencermati bahwa setidaknya terdapat dua motif perusahaan
melakukan CSR, yaitu pertama faktor tekanan stakeholders eksternal yang
menginginkan agar korporasi di Indonesia mengintegrasikan CSR dalam tindakan
bisnis mereka. Tekanan tersebut bisa berasal dari pelaku pasar internasional
(market forces), lembaga keuangan nasional maupun internasional dan lembaga

10

legislatif (DPR). Kedua, perusahaan mulai menyadari manfaat dari pelaksanaan
CSR seperti citra baik perusahaan, meningkatnya loyalitas para stakeholders, dan
menurunkan peluang konflik dengan masyarakat. Selanjutnya Lako pada tahun
yang sama juga mengemukakan dua motif yang tak terungkap (unspoken
motives), yaitu pertama charity motives (berkenaan dengan motif mencintai dan
mengasihi sesama manusia dan lingkungannya).
Kedua,
motif untuk
meningkatkan dan nilai penjualan dan nilai perusahaan serta kepentingankepentingan lainnya.
Menurut Wibisono seperti dikutip oleh Rosyida (2011) terdapat tiga alasan
sebuah perusahaan menerapkan CSR, yaitu :
1. Hanya sebatas basa-basi dan keterpaksaan. CSR dilaksanakan karena
dipengaruhi oleh faktor eksternal (external driven);
2. Sebagai pemenuhan terhadap regulasi; dan
3. Faktor beyond compliance, artinya memang terdapat dorongan yang tulus
dari dalam dan telah menjadi kebijakan perusahaan
Steiner (1994) dikutip Nursahid (2006) mengemukakan tiga alasan penting
mengapa kalangan bisnis merespondan mengembangkan isu tanggung jawab
sosial sejalan dengan operasi perusahaanya. Pertama, perusahaan merupakan
“makhluk” masyakat dan oleh karenanya perusahaan harus merespon permintaan
masyarakat. Persepsi masyarakat terhadap kehadiran perusahaan akan
mempengaruhi bagaimana masyarakat berhubungan dengan perusahaan tersebut.
Perusahaan juga menyadari bahwa terdapat aspek sosial budaya yang juga
mengikat dan tidak dapat diacuhkan. Kedua, terkait kepentingan bisnis jangka
panjang. Terdapat hubungan simbiosis mutualisme dari pelaksanaan CSR oleh
perusahaan kepada masyarakat. Ketiga, menghindari kritikan masyarakat. Hal ini
karena dengan merespon suatu tuntutan sosial diyakini dapat mengurangi biaya
perusahaan dibandikngkan dengan melanggar peraturan pemerintah yang
sanksinya jauh lebih mahal.

Partisipasi
Definisi Partisipasi
Secara umum partisipasi dapat diartikan sebagai sebuah keterlibatan
seseorang dalam sebuah program atau kelompok. Dalam program pengembangan
masyarakat, partisipasi merupakan suatu hal yang penting dan prinsip. Begitupun
halnya dengan program CSR. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi dalam
aktivitas CSR sebagai suatu proses aktif dan inisiatif yang diambil oleh warga
komunitas itu sendiri, dibimbing mellaui cara mereka sendiri dengan
menggunakan sarana dan proses (kelembagaan dan mekanisme) dimana mereka
dapat menegaskan kontrol secara efektif. Selanjutnya masih menurut Nasdian
(2014) program CSR yang partisipatif akan lebih berkelanjutan karena
direncanakan sesuai kebutuhan masyarakat. Tidak hanya itu Prayogo dan Hilarius
(2012) menyatakan bahwa metode pengelolaan program yang lebih partisiapatif
juga akan lebih memngaruhi tingkat keberhasilan program CSR dalam
pengentasan kemisikinan.
Menurut Arnstein (2007), partisipasi masyarakat adalah kekuasaan yang
dimiliki warga negara yang merupakan redistribusi kekuasaan yang

11

memungkinkan warga negara miskin ikut dalam proses politik dan ekonomi.
Sedangkan Uphoff et al. (1979) menyatakan bahwa partisipasi adalah keterlibatan
banyak orang dalam situasi atau aksi yang dapat meningkatkan kesejahteraan
mereka seperti pendapatan, rasa aman, dan penghargan diri. Dari kedua pendapat
ahli ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan berpartisipasi dalam sebuah
program maka peserta juga akan merasakan manfaat dari program tersebut.
Prianto (2011) berpendapat bahwa peran serta masyarakat dalam
pengelolaan sampah adalah salah satu bentuk kesediaan masyarakat untuk
membantu keberhasilan program pengelolaan sampah sesuai dengan kemampuan
setiap orang. Tidak dilibatkannya masyarkat dalam program pengelolaan sampah,
termasuk bank sampah akan menyebabkan program tersebut sia-sia. Wibowo dan
Djajawinata dalam Prianto (2011) juga menambahkan bahwa salah satu
pendekatan masyarakat agar dapat membantu program pemerintah berhasil adalah
dengan membiasakan masyarakat bertingkah laku sesuai dengan program
persampahan tersebut. Upaya pembiasaan masyarakat ini dilakukan dengan
mengubah persepsi masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang tertib, lancar
dan merata serta mengubah kebiasaan masyarkat dalam pengelolaan sampah yang
kurang baik dan faktor-faktor sosial, struktur dan budaya setempat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi
Dalam penelitian ini konsep faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat
dirujuk dari hasil penelitian Pujo tahun (2003) tentang partisipasi dalam program
kehutanan. Meskipun dalam konteks program yang berbeda, penulis memilih
menggunakan konsep yang sama dengan pertimbangan bahwa kedua program
(program kehutanan dan program bank sampah) sama-sama termasuk dalam
program pembangunan yang melibatkan masyarakat.
Koentjaraningrat seperti dikutip oleh Pujo (2003) menyebutkan bahwa
terdapat dua sumber munculnya partisipasi, yaitu sumber yang berasal dari dalam
diri manusia itu sendiri (yang selanjutnya disebut faktor internal) dan partisipasi
karenan dorongan dari luar (yang selanjutnya disebut faktor eksternal).
1. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam masyarkat sendiri.
Faktor internal meliputi karakteristik individu, yaitu tingkat umur,
tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, tingkat pendapatan, dan
pengalaman berkelompok. Selain itu faktor internal lain yang yang
mempengaruhi partisipasi menurut Murray dan Lappin (1967) adalah
lama tinggal.
2. Berbeda dengan faktor internal, faktor eksternal dapat berupa paksaan
ataupun rangsangan dari luar, seperti lingkungan, kegiatan penyuluhan
atau faktor yang sangat kompleks (Pujo 2003). Sedangkan menurut
Arifah seperti dikutip oleh Febriana (2008) metode kegiatan juga
merupakan salah satu faktor eksternal. Metode kegiatan yang dua arah
dan interaktif dianggap lebih mampu meningkatkan partisipasi
seseorang dalam proyek.
Tingkat Partisipasi
Partisipasi dapat diukur melalui beberapa tahapan. Uphoff et al. (1979),
membagi partisipasi ke dalam empat tahapan , yaitu partisipasi dalam tahapan
perencanaan, tahapan pelaksanaan, tahapan evaluasi dan tahapan menikmati hasil.

12

1.

2.

3.

4.

Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan keikutsertaan dan keterlibatan
masyarakat dalam tahap penggalian ide atau usulan dan perumusan
rencana. Proses perencanaan ini dimaksudkan untuk melihat
sejauhmana masyarakat memberikan penilaian dan menentukan sendiri
sesuai dengan kebutuhan mereka.
Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, diwujudkan melalui keterlibatan masyarakat
dalam memberikan kontribusi berupa kerja sama kelompok, pemberian
usulan dalam pemecahan masalah serta pemupukan modal. Melalui
tahap ini sebuah program diwujudnyatakan dan sekaligus dilakukan
monitoring guna perbaikan program.
Tahap Evaluasi
Partisipasi anggota dalam tahap evaluasi dicerminkan oleh
keikutsertaan anggota dalam menilai kinerja kelompok, serta
memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan program
selanjutnya. Evaluasi yang dilakukan orang dalam akan lebih sesuai
konteks dibanding dilakukan oleh orang luar yang tidak turut serta
melakukan program.
Tahap Menikamati hasil
Pada tahap ini, partisipasi anggota dapat diindikasikan oleh
penerimaaan imbalan dari hasil program yang diperoleh kelompok.
Penilaian terhadap partisipasi menikmati hasil, juga dapat diartikan
bahwa program tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahap ini
masyarakat dapat menilai sendiri manfaat yang mereka terima dengan
potensi yang mereka miliki sendiri.
Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan merupakan salah satu hasil keputusan yang
disepakati pada KTT Bumi di Rio De Jeanairo, Brazil pada Juni 1992. Disadari
bahwa pengelolaan lingkungan tidak sekedar berguna bagi beberapa wilayah saja
tetapi juga mengikat dan mempengaruhi wilayah dalam skala global. Strategi
pembangunan berkelanjutan sendiri hadir dengan pertimbangan bahwa laju
pembangunan selama ini harus dikendalikan karena telah menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan. Bahkan Susilo 2008 menyatakan bahwa
pembangunan yang selama ini dilakukan tidak lagi untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat tetapi justru memperparah kerusakan-kerusakan bagi
generasi sekarang dan yang akan datang.
Ada banyak definisi terkait pembangunan berkelanjutan atau sustainability
development. Salah satu definisi yang terkenal adalah definisi dari World
Commission on Environment and Development (WCED). WCED dalam
laporannya yang berjudul “our common future” mendefinisikan pembangunan
berkelanjutan sebagai pembangunan yang memenuhi kebutuhan generasi sekarang
tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi
kebutuhannya sendiri. Tidak jauh berbeda, salah satu anggota WCED perwakilan

13

Indonesia, Salim seperti dikutip oleh Abdurahman (2010) mendefinisikan
pembangunan berkelanjutan sebagai suatu proses pembangunan yang
mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam sumber daya manusia, dengan
menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan.
The Brundtland seperti dikutip oleh Anggraini (2013) mengemukakan dua
ide utama dalam konsep sustainability development: (1) pembangunan ekonomi
dibutuhkan untuk melindungi lingkungan; dan (2) pembangunan ekonomi harus
memperhatikan ketersediaan sumber daya alam untuk kehidupan di masa depan.
Selanjutnya Salim seperti dikutip oleh Abdurahman (2010) mengemukakan
bahwa rumusan pembangunan berkelanjutan memuat dua konsep pokok yakni,
pertama konsep kebutuhan. Konsep kebutuhan berarti kepada siapa prioritas
utama perlu diberikan, khususnya kebutuhan pokok kaum miskin sedunia. Kedua,
gagasan keterbatasan yang bersumber pada keadaan teknologi dan organisasi
sosial yang dikenakan terhadap kemampuan lingkungan untuk memenuhi
kebutuhan masa kini dan masa depan. Konsep pembangunan berkelanjutan
mengilhami munculnya dua anak konsep penting yaitu business sustainability
(atau dikenal dengan corporate sustainability) dan triple bottom line. Konsep
Triple bottom line yang juga menjadi dasar konsep CSR meliputi tiga pilar yaitu
profit, people dan planet. Konsep ini kemudian diadopsi dan digunakan oleh
perusahaan dalam membuat program CSR. Dan yang terpenting adalah inti dari
pembangunan berkelanjutan adalah integrasi dan interaksi dari tiga sistem
tersebut, yaitu sistem biologi dan sumber daya, sistem ekonomi dan sistem sosial
(Budiharjo seperti dikutip oleh Susilo 2008).
Menurut Daly seperti dikutip oleh Jalal (2010) dasar dari keberlanjutan ialah
keberlanjutan lingkungan. Bila tidak ada keberlanjutan lingkungan, maka tidak
akan ada segalanya, baik ekonomi, masyarakat hingga kehidupan. Bila tidak ada
keberlanjutan ekonomi maka masyarakat akan tidak dapat maju. Bila tidak ada
keberlanjutan dalam masyarakat maka kehidupan masyarakat pun tidak dapat
berkembang.
Asumsi dasar konsep pembangunan berkelanjutan (Salim seperti dikutip
oleh Abdurahman 2003) :
1. Proses pembangunan harus berlangsung secara berlanjut, terus menerus di
topang oleh sumber alam, lingkungan dan manusia yang juga berkembang
secara berlanjut
2. Sumber alam memiliki ambang batas, dimana pemanfaatan dan
pengelolaannya akan mengurangi kualitas dan kuantitasnya. Penurunan
kualitas dan kuantitas sumber alam ini akan mempengaruhi
kemampuannya dalam menopang pembangunan secara berlanjut dan
berujung pada gangguan keserasian alam dan manusia
3. Kualitas lingkungan berkorelasi dengan kualitas hidup. Semakin baik
kualitas lingkungan maka semakin positif pula pengaruhnya pada kualitas
hidup seperti kualitas fisik, angka harapan hidup dan menurunnya tingkat
kematian.
4. Pembangunan berkelanjutan mengadaikan solidaritas transgenerasi,
dimana pembangunan dapat meningkatkan kesejahteraan generasi saat ini
tanpa mengurangi kemungkinan generasi masa depan dalam meningkatkan
kesejahteraannya.

14

Asumsi dasar yang dikemukakan oleh Salim ini juga tidak jauh berbeda dengan
pandangan Iganas Kleden yang juga dikutip oleh Abdurahman (2010) dimana dia
menyatakan bahwa ada dua hal yang dipertaruhkan di pembangunan
berkelanjutan, yaitu daya dukung sumber daya alam dan solidaritas transgenerasi.
Keberlanjutan dalam Program Bank Sampah
Menurut Nasdian (2014) keberlanjutan (sustainability) dalam kerangka CSR
difokuskan kepada keberlanjutan program (program sustainability) dan
keberlanjutan kelembagaan (institutional sustainability). Keberlanjutan program
dan kelembagan ini juga dipengaruhi oleh sejauh mana implementasi program
dapat menyebabkan perubahan serta memberikan dampak pada kehidupan
masyarakat. Selain itu aspek keberlanjutan dalam sebuah program pentig untuk
diperhatikan, karena untuk menjaga agar program tersebut tidak seperti ‘proyek
pasar malam’ saja, yang hilang tak berbekas manakala program tersebut telah
usai, tetapi dapat memberikan manfaat jangka panjang kepada peserta/penerima
program.
Menurut Iman dan Kustiwan (tidak ada tahun) menyatakan bahwa
keberlanjutan proses pengelolaan sampah dapat dilihat dari empat aspek yaitu
aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek peraturan dan aspek teknik
operasional. Selanjutnya Iman dan Kustiwan juga mengemukakan 14 indikator
keberlanjutan pengelolaan sampah yang diperoleh dari teori keberlanjutan
pengelolaan sampah dan keberlanjutan partisipasi dalam pembangunan. Empat
belas indikator keberlanjutan pengelolaan sampah yaitu finansia, kompetisi,
internalisasi nilai-nilai, partisipasi masyarakat, kaderisasi, peran perempuan,
monitoring dan evaluasi, kepemimpinan, modal sosial, fasilitator, lembaga,
peraturan, teknologi dan sarana prasarana, dan pemerintah.
Kerangka Pemikiran
PT ISM Tbk merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
makanan olahan dalam kemasan dengan kegiatan operasional mulai dari
pengolahan bahan baku hingga produk jadi. PT ISM sebagai salah satu
perusahaan terkemuka berupaya menunjukkan tanggung jawab sosialnya melalui
kegiatan CSR. Salah satu program CSR bagian pilar kelestarian lingkungan yang
dilaksanakan oleh PT ISM adalah program Bank Sampah. Pelaksanaan program
Bank Sampah merupakan wujud kepedulian PT ISM pada pemberdayaan
masyarakat dalam rangka melestarikan dan membangun lingkungannya, terutama
di seluruh lokasi dimana perseroan tersebut beroperasi.
Salah satu implementasi program CSR adalah program pengembangan
masyarakat atau community development (CD). Partisipasi merupakan salah satu
dari 22 prinsip pengembangan masyarakat menurut Ife (1995) yang dikutip oleh
Nasdian (2014). Melalui partisipasi, seluruh pihak terutama masyarakat dapat
berperan aktif dan turut serta dalam setiap tahapan, yaitu tahap perencanaan, tahap
pelaksanaan, dan menikmati hasil.
Tingkat partisipasi dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal yang akan diteliti adalah karakteristik individu
yang meliputi, tingkat umur, tingkat pendidikan dan lama tinggal. Selain itu faktor

15

eksternal yang akan diteliti adalah metode kegiatan, yang meliputi bentuk
interaksi antara perusahaan dan komunitas. Selanjutnya akan dilakukan analisis
terhadap tingkat keberlanjutan program. Tingkat keberlanjutan program diukur
dari tingkat kebersihan lingkungan dan tingkat peluang ekonomi.
PT ISM Tbk

Program Bank Sampah

Metode Kegiatan program
CSR

Karakteristik Individu
Peserta
1.
2.
3.

1.

Tingkat Umur
Tingkat Pendidikan
Lama Tinggal

Tingkat Partisipasi
1.
2.
3.

Pada tahap perencanaan
Pada tahap pelaksanaan
Pada tahap menikmati
hasil

Keberlanjutan Program
1.
2.

Tingkat kebersihan
lingkungan
Tingkat peluang ekonomi

Gambar 2 Kerangka Pemikiran
Keterangan :
Berhubungan
Secara kuantitatif
Secara kualitatif

Bentuk interaksi
perusahaan dengan
komunitas

16

Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran dirumuskan hipotesis utama yaitu
“terdapat hubungan antara tingkat partisipasi peserta dengan keberlanjutan
program bank sampah”. Selain itu dirumuskan pula hipotesis pendukung yaitu
sebagai berikut :
1. Terdapat hubungan antara karakteristik individu individu peserta dengan
tingkat partisipasi peserta dalam program bank sampah”

17

PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang didukung dengan data
kualitatif. Metode kuantitatif dilakukan dengan pendekatan survei menggunakan
instrumen kuesioner. Survei dilakukan dengan mengambil sampel dari satu
populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok
(Singarimbun 1989). Data yang dikumpulkan terkait dengan tingkat partisipasi
masyarakat dalam program CSR Bank Sampah, faktor yang berhubungan dengan
tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR Bank Sampah dan
keberlanjutan program bank sampah. Keseluruhan data ini dikumpulkan dengan
metode kuantitatif dan kualitatif.
Adapun metode kualitiatif dilakukan dengan melakukan wawancara
mendalam kepada informan menggunakan panduan pertanyaan. Informasi yang
diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai pemahaman yang
lebih dalam dan terperinci (Tabel 1).

Tabel 1 Pendekatan penelitian
No

Tujuan

1.

Tingkat partisipasi masyarakat dalam program
CSR Bank Sampah
Faktor yang berhubungan dengan tingkat
partisipasi masyarakat dalam program CSR
Bank Sampah
Keberlanjutan program bank sampah

2.

3.

Metode
Kuantitatif Kualitatif


-



-



-

Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Semper Barat, Jakarta
Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive). Hal ini
lokasi tersebut adalah lokasi keberadaan Bank sampah PT ISM.
Secara Keseluruhan penelitian ini berlangsung mulai minggu
Februari sampai Agustus 2015. Secara rinci waktu penelitian dijadwalkan
pada Lampiran 3.

Utara.
karena
kedua
seperti

Teknik Pengambilan Responden dan Informan
Penelitian ini menggunakan sumber data dari responden dan informan. Unit
analisa penelitian ini adalah individu yang merupakan peserta program CSR Bank
Sampah PT ISM. Alasan pemilihan unit analisa ini dikarenakan analisis
partisipasi erat kaitannya dengan individu yang terlibat. Responden diwawancarai
sesu