HAK ANAK DALAM MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN BAGI PENDERITA GIZI BURUK BERDASARKAN HUKUM POSITIF INDONESIA.

HAK ANAK DALAM MEMPEROLEH PELAYANAN KESEHATAN BAGI
PENDERITA GIZI BURUK BERDASARKAN HUKUM POSITIF
INDONESIA
ABSTRAK
Setiap anak pada dasarnya memiliki hak untuk menikmati
kehidupan sejahtera, dalam arti memperoleh kondisi yang layak untuk
tumbuh dan berkembang secara sehat. Salah satu cara dalam
pencapaian kesejahteraan anak, yaitu setiap anak berhak memperoleh
pelayanan kesehatan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya
tidak semua anak memperoleh kesempatan yang sama dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
menentukan hak tumbuh kembang anak secara sehat didasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan untuk menentukan
upaya penanggulangan yang dilakukan pemerintah dalam menjamin anak
penderita gizi buruk mendapatkan pelayanan kesehatan.
Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitis dengan
memberikan gambaran tentang hak anak tumbuh dan berkembang secara
sehat, terutama hak anak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bagi
anak-anak, dengan metode pendekatan yuridis normatif, yaitu penelitian
menggunakan kaidah-kaidah, norma-norma, asas-asas, dan peraturan

perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Untuk
melengkapi data yang tidak diperoleh melalui penelitian kepustakaan,
maka dilakukan juga penelitian juga dilakukan di Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia dan Puskesmas DKI Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap anak berhak untuk
tumbuh dan berkembang secara sehat. Padahal setiap anak berhak
memperoleh pelayanan kesehatan untuk membantu tumbuh kembangnya
sesuai dengan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak. Pemerintah harus menyediakan sarana dan
prasarana kesehatan bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang
secara sehat. Pemenuhan hak anak dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dilakukan dengan cara yang sesuai dengan hukum positif di
Indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah yaitu memberikan
sarana dan prasarana kesehatan. Hal tersebut dilakukan dengan cara
menyediakan tenaga kesehatan, pusat pelayanan kesehatan, dan fasilitas
lainnya yang dapat menjamin anak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin,
etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan
kondisi fisik/mental sebagaimana Pasal 22 Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak. Pada kenyataannya, anak

penderita gizi buruk banyak tidak mendapatkan pelayanan kesehatan.
Masih banyak anak penderita gizi buruk hanya mendapatkan pelayanan
kesehatan yang minim dan mengalami penolakan untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan.

iv