Pengaruh Family Protective Factors dan Aspek-aspeknya Terhadap Resiliency Pada Pasien Penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit "X" Bandung.

(1)

ii ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran pengaruh antara Family Protective Factors dan aspek-aspeknya terhadap Resilency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode regresional dengan teknik survey. Variabel penelitian ini adalah family protective factors dan resiliency. Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode purposive sampling pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung. Jumlah responden sebanyak 30 orang pasien.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner Family Protective Factors dan kuesioner Resiliency berdasarkan teori Bonnie Benard, 2004. Validitas alat ukur Family Protective Factors dengan menggunakan uji korelasi Kaplan, diperoleh 16 item yang dipakai karena memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,3. Uji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,802. Validitas alat ukur Resiliency dengan menggunakan uji korelasi Kaplan, diperoleh 35 item yang dipakai karena memiliki koefisien korelasi lebih dari 0,3. Uji reliabilitasnya dengan menggunakan rumus koefisien reliabilitas Alpha Cronbach sebesar 0,784. Pengolahan data dengan mengunakan teknik analisis regresi.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa 76,7% Family Protective Factors mempengaruhi Resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung. Apabila dilihat berdasarkan aspek-aspeknya, caring relationship memiliki pengaruh terbesar terhadap resiliency pasien yaitu sebesar 79,8%.

Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengajukan saran untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam bidang Psikologi Klinis yaitu melakukan penelitian berdasarkan Family dan Community Protective Factors untuk melengkapi penelitian.


(2)

iii

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan………..i

Abstrak ………ii

Kata Pengantar……….iii

Daftar Isi………...v

Daftar Tabel………..ix

Daftar Bagan……….x

Daftar Lampiran………xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….…………1

1.2 Identifikasi Masalah……….…………..11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian……….………..12

1.3.1 Maksud Penelitian……….………..12

1.3.2 Tujuan Penelitian……….………12

1.4 Kegunaan Penelitian……….……..…12

1.4.1 Kegunaan Teoritis……….……...12

1.4.2 Kegunaan Praktis……….…..……..13

1.5 Kerangka Pikir……….……..….…13

1.6 Asumsi……….…………..….24


(3)

iv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Resiliency……….25

2.1.1 Definisi Resiliency………25

2.1.2 Aspek Resiliency………...26

2.1.2.1 Social Competence……….26

2.1.2.2 Problem Solving……….28

2.1.2.3 Autonomy………...29

2.1.2.4 Sense Of Purpose………....……31

2.2 Protective Factors……….…...……32

2.2.1 Family Protective Factors……….……..…..33

2.3 Ginjal……….37

2.3.1 Definisi Ginjal………37

2.3.2 Fungsi Ginjal………..37

2.3.3 Kerja Ginjal………38

2.4 Gagal Ginjal……….……..39

2.4.1 Definisi Gagal Ginjal……….…….39

2.4.2 Klasifikasi Gagal Ginjal……….39

2.4.2.1 Gagal Ginjal Akut (GGA)……….……..40

2.4.2.2 Gagal Ginjal Kronik (GGK)……….……...40

2.4.2.3 Gagal Ginjal Terminal (GGT)……….………41

2.4.3 Penyebab Gagal Ginjal secara umum……….………42


(4)

v

2.4.5 Gejala Gagal Ginjal……….…….…………...44

2.5 Hemodialisis………..………44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian………..………46

3.2 Bagan Rancangan Penelitian………..…………...47

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional………..……….47

3.3.1 Variabel Penelitian………..…………...47

3.3.2 Definisi Operasional………..……….47

3.3.2.1 Family Protective Factors………..……….47

3.3.2.2 Resiliency………..…………...48

3.4 Alat Ukur………..……….50

3.4.1 Kuesioner Family Protective Factors…..………..………50

3.4.1.1 Gambaran Alat Ukur Family Protective Factors……..……..51

3.4.1.2 Cara Skoring Kuesiener Family Protective Factors……..….51

3.4.2 Kuesioner Resiliency…………...……….….…….52

3.4.2.1 Gambaran Alat Ukur Resiliency……….…..……...52

3.4.2.2 Cara Skoring Kuesioner Resiliency………..…….…..53

3.4.3 Uji Coba Alat Ukur………...……..53

3.4.3.1 Uji Validitas………...………..53

3.4.3.2 Uji Reliabilitas………..….………..55

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel………56


(5)

vi

3.5.2 Karakteristik Populasi……….………56

3.5.3 Teknik Pengambilan Sampel……….……….56

3.6 Analisis Regresi…..………..…………56

3.7 Hipotesis Statistik……….………….57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian...59

4.1.1Gambaran Umum Subjek Penelitian...59

4.1.1.1 Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin...59

4.1.1.2 Gambaran Subjek Berdasarkan Usia...60

4.1.1.3 Gambaran Subjek Berdasarkan Lama Menderita...60

4.1.2Gambaran Pengaruh Family Protective Factors Terhadap Resiliency ...61

4.2 Pembahasan ...62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...67

5.2 Saran………68

5.2.1 Saran Teoretis………..………….68


(6)

vii

DAFTAR PUSTAKA………70 DAFTAR RUJUKAN………71 LAMPIRAN………72


(7)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.2 Gambaran Alat Ukur Family Protective Factors Tabel 3.3 Cara Skoring Kuesioner Family Protective Factors Tabel 3.4 Gambaran Alat Ukur Resiliency

Tabel 3.5 Cara Skoring Kuesioner Resiliency Tabel 4.1 Gambaran Jenis Kelamin

Tabel 4.2 Gambaran Usia


(8)

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir Bagan 3.1 Bagan Rancangan Penelitian


(9)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Ukur

Lampiran 2. Hasil Regresi Family Protective Factors dan aspek-aspeknya Lampiran 3. Data Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur


(10)

LAMPIRAN 1.

ALAT UKUR


(11)

Kata Pengantar

Saya selaku Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha, dengan ini meminta kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner ini dalam rangka membuat karya ilmiah untuk mengakhiri masa studi pada jenjang strata satu. Judul yang diangkat “Pengaruh Factors Family Protective dan aspek-aspeknya terhadap Resiliency Pada Pasien Penderita Gagal

Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung”.

Dalam kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Jawablah pernyataan yang benar-benar sesuai dengan diri saudara. Janganlah terlalu terpaku pada satu pernyataan. Jawablah secara spontan dan jangan terlalu lama memikirkannya. Jawaban yang saudara berikan akan

dijamin kerahasiannya. Jawablah seluruh pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewat.

Terima Kasih atas kesediaan saudara untuk mengisi kuesioner ini. Selamat mengerjakan.

Hormat kami,


(12)

Kuesioner Family Protective Factors

Petunjuk Pengisian

Dalam kuesioner ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai perilaku saudara dalam keluarga. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur. Berikanlah tanda silang (X) pada

salah satu kotak dari empat kotak yang tersedia. Terdapat empat alternatif pilihan jawaban, yaitu: • Sesuai (S)

• Cukup sesuai (CS) • Kurang sesuai (KS) • Tidak sesuai (TS) Contoh:

No Pernyataan S CS KS TS

1. Saya dekat dengan kedua orangtua saya. X

Dalam kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Jawablah pernyataan yang benar-benar sesuai dengan diri saudara. Janganlah terlalu terpaku pada satu pernyataan. Jawablah secara spontan dan jangan terlalu lama memikirkannya. Jawaban yang saudara berikan akan

dijamin kerahasiannya.

Jawablah seluruh pernyataan dan jangan sampai ada yang terlewat. Terima kasih atas partisipasi saudara. Selamat mengerjakan.


(13)

Identitas

Nama (inisial) : Jenis kelamin :

Usia :

Pekerjaan : Lama sakit :

Keterangan: • Sesuai (S)

• Cukup sesuai (CS) • Kurang sesuai (KS) • Tidak sesuai (TS)

Silanglah (X) kolom yang benar-benar menggambarkan diri saudara.

No Pernyataan S CS KS TS

1 Saya diperhatikan oleh keluarga. 2 Saya tidak dipedulikan oleh keluarga.

3 Saya memperoleh dukungan keluarga untuk sembuh. 4 Saya berjuang untuk sembuh tanpa keterlibatan

keluarga.

5 Saya merasa hangat berada ditengah-tengah keluarga. 6 Saya dijauhi oleh keluarga.

7 Saya memberikan masukan untuk kepentingan keluarga.


(14)

8 Saya diabaikan oleh keluarga. 9 Saya bangga dengan keluarga.

10 Saya memperoleh dukungan moral dari seluruh anggota keluarga.

11 Saya menjalani pengobatan tanpa diantar oleh keluarga.

12 Saya dilibatkan dalam pengambilan keputusan keluarga.

13 Saya merasa keluarga saya kompak dan saling memerhatikan.

14 Saya tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan keluarga.

15 Saya merasa bernilai dimata keluarga.

16 Saya dimintai pendapat manakala keluarga sedang dihadapkan pada masalah.


(15)

Kuesioner Resiliency

Petunjuk Pengisian

Dalam kuesioner ini terdapat sejumlah pernyataan mengenai perilaku saudara dalam kehidupan sehari-hari. Jawablah setiap pernyataan dengan jujur. Berikanlah tanda silang (X) pada salah satu kotak dari empat kotak yang tersedia. Terdapat empat alternatif pilihan jawaban, yaitu:

• Sesuai (S)

• Cukup sesuai (CS) • Kurang sesuai (KS) • Tidak sesuai (TS) Contoh:

No Pernyataan S CS KS TS

1. Saya senang bercocok tanam. X

Dalam kuesioner ini, tidak ada jawaban yang benar atau salah. Jawablah pernyataan yang benar-benar sesuai dengan diri saudara. Janganlah terlalu terpaku pada satu pernyataan. Jawablah secara spontan dan jangan terlalu lama memikirkannya. Jawaban yang saudara berikan akan

dijamin kerahasiannya.


(16)

Terima kasih atas partisipasi saudara. Selamat mengerjakan. Keterangan:

• Sesuai (S)

• Cukup sesuai (CS) • Kurang sesuai (KS) • Tidak sesuai (TS)

Silanglah (X) kolom yang benar-benar menggambarkan diri saudara.

No Pernyataan S CS KS TS

1 Saya berusaha mengikuti saran-saran untuk menjaga kesehatan.

2 Saya memandang saran yang disampaikan tidak ada gunanya.

3 Saya ingin menghibur orang lain yang menderita penyakit seperti saya.

4 Saya tidak memedulikan kekhawatiran keluarga tentang kesehatan saya.

5 Saya antusias mendengarkan saran untuk kesembuhan.

6 Saya mengabaikan saran yang diberikan siapapun. 7 Saya sangat menghargai simpati yang disampaikan

teman dan keluarga.

8 Saya berusaha untuk menyenangkan perasaan keluarga.

9 Saya mengikuti pantangan-pantangan yang dianjurkan dokter.

10 Saya melanggar saran-saran dokter.

11 Saya berusaha melakukan yang terbaik untuk kesembuhan penyakit ini.


(17)

12 Saya enggan meminta bantuan keluarga dalam menjalani pengobatan.

13 Saya mengatur langkah-langkah untuk meningkatkan kesehatan.

14 Saya tidak melakukan upaya lain kecuali cuci darah. 15 Saya meminta uluran keluarga untuk membantu

proses pengobatan.

16 Saya semakin menyadari pentingnya diri saya dimata keluarga.

17 Saya tidak berbuat sesuatu yang bermanfaat untuk kesembuhan.

18 Saya yakin dapat mengatasi penyakit ini. 19 Saya akan menjadi putus asa jika teman

sependeritaan dengan saya pun putus asa. 20 Saya sangat bergantung pada keluarga. 21 Saya menjalani kehidupan sehari-hari dengan

bersemangat.

22 Saya menjadi tidak percaya diri.

23 Saya berusaha untuk menciptakan suasana keluarga yang hangat.

24 Saya sulit untuk menjalin hubungan dengan orang lain.

25 Saya menghibur sesama penderita.

26 Saya memiliki semangat untuk sehat meskipun penyakit ini sulit diobati.

27 Saya berharap dapat mengatasi penyakit ini. 28 Saya tidak melakukan kegemaran untuk mengisi

waktu.

29 Saya tetap memiliki harapan untuk bertahan hidup. 30 Saya merasa Tuhan tidak menolong.


(18)

32 Saya menjauh dari Tuhan.

33 Saya mengalami kesulitan untuk memandang masa depan secara positif.

34 Saya semakin mendekatkan diri kepadaNYA. 35 Saya mengisi waktu dengan kegiatan bermanfaat.


(19)

LAMPIRAN 2.

HASIL REGRESI FAMILY PROTECTIVE

FACTORS


(20)

Regression

Variables Entered/Removedb

Protective_

Factorsa . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Resiliency b.

Model Summaryb

,880a ,775 ,767 7,19022

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Protective_Factors

a.

Dependent Variable: Resiliency b.

ANOVAb

5162,142 1 5162,142 99,850 ,000a

1499,277 29 51,699

6661,419 30 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Protective_Factors a.

Dependent Variable: Resiliency b.

Coefficientsa

-4,200 10,431 -,403 ,690

2,308 ,231 ,880 9,992 ,000

(Constant)

Protective_Factors Model

1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Resiliency a.


(21)

Regression

Variables Entered/Removedb

Caring_ Relationsh ipa . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Resiliency b.

Model Summary

,897a ,805 ,798 6,69942

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Caring_Relationship

a.

ANOVAb

5359,834 1 5359,834 119,420 ,000a

1301,585 29 44,882

6661,419 30 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Caring_Relationship a.

Dependent Variable: Resiliency b.

Coefficientsa

147,852 4,609 32,075 ,000

-2,603 ,238 -,897 -10,928 ,000

(Constant)

Caring_Relationship Model

1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Resiliency a.


(22)

Regression

Variables Entered/Removedb

High_ expectatio na . Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Resiliency b.

Model Summary

,447a ,200 ,172 13,55599

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), High_expectation

a.

ANOVAb

1332,237 1 1332,237 7,250 ,012a

5329,183 29 183,765

6661,419 30 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), High_expectation a.

Dependent Variable: Resiliency b.

Coefficientsa

131,792 12,338 10,682 ,000

-2,961 1,100 -,447 -2,693 ,012

(Constant) High_expectation Model

1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Resiliency a.


(23)

Regression

Variables Entered/Removedb

Opportunit

y_forParta . Enter

Model 1 Variables Entered Variables Removed Method

All requested variables entered. a.

Dependent Variable: Resiliency b.

Model Summary

,547a ,299 ,275 12,68974

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate Predictors: (Constant), Opportunity_forPart

a.

ANOVAb

1991,565 1 1991,565 12,368 ,001a

4669,855 29 161,029

6661,419 30 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), Opportunity_forPart a.

Dependent Variable: Resiliency b.

Coefficientsa

41,909 16,457 2,547 ,016

3,384 ,962 ,547 3,517 ,001

(Constant)

Opportunity_forPart Model

1

B Std. Error Unstandardized Coefficients Beta Standardized Coefficients t Sig.

Dependent Variable: Resiliency a.


(24)

LAMPIRAN 3.

DATA VALIDITAS

&


(25)

HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR FAMILY

PROTECTIVE FACTORS

Item nomor

Spearman’s

Rho Arti

varX_01 0,360294 terima varX_02 0,360294 terima varX_03 0,360294 terima varX_04 0,654886 terima varX_05 0,360294 terima varX_06 0,379161 terima varX_07 0,645139 terima varX_08 0,306634 terima varX_09 0,306634 terima varX_10 0,360294 terima varX_11 0,603573 terima varX_12 0,589974 terima varX_13 0,475769 terima varX_14 0,589974 terima varX_15 0,306634 terima varX_16 0,631226 terima

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items 0,802 16


(26)

HASIL PERHITUNGAN VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR RESILIENCY

Nomor item

Spearman’s

rho Arti

varY_01 0,660788 terima varY_02 0,373834 terima varY_03 0,4232 terima varY_04 0,342899 terima varY_05 0,41233 terima varY_06 0,306634 terima varY_07 0,306366 terima varY_08 0,005074 tolak varY_09 0,306957 terima varY_10 0,502628 terima varY_11 0,441851 terima varY_12 0,307275 terima varY_13 0,313856 terima varY_14 0,405539 terima varY_15 0,306603 terima varY_16 0,331469 terima varY_17 0,494212 terima varY_18 0,404986 terima varY_19 0,476521 terima varY_20 0,306634 terima varY_21 0,306063 terima varY_22 0,548398 terima varY_23 0,384862 terima varY_24 0,306634 terima varY_25 0,30429 terima varY_26 0,306436 terima varY_27 0,40639 terima varY_28 0,30643 terima varY_29 0,623666 terima varY_30 0,428875 terima varY_31 0,1731618 tolak varY_32 0,30636 terima varY_33 0,313856 terima varY_34 0,30643 terima varY_35 0,30643 terima varY_36 0,376206 terima varY_37 0,737276 terima

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items 0,784 35


(27)

LAMPIRAN 4.


(28)

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan zaman, masalah pun semakin kompleks, mulai dari masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kesehatan yang membuat individu harus berusaha menyelesaikan permasalahannya yang terkait dengan area di atas. Berbagai cara ditempuh untuk menyelesaikan masalahnya. Salah satu masalah penting yang terkadang tidak disadari individu adalah masalah kesehatan.

Kesehatan sangat penting untuk individu, karena dengan memiliki tubuh yang sehat maka individu mampu untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara optimal. Kini pelbagai macam penyakit bermunculan, salah satunya adalah gagal ginjal. Ginjal merupakan organ yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagian besar masyarakat masih belum mengetahui mengenai bahaya penyakit ginjal, hal ini terbukti dari gaya hidup masyarakat yang banyak mengonsumsi makanan tinggi lemak dan rendah serat. Selain itu, tingginya konsumsi rokok juga memicu munculnya penyakit ini. Berbagai macam kesibukan yang dihadapi individu, membuat mereka lupa akan olah raga yang sebenarnya merupakan hal sangat penting untuk menjaga kesehatan tubuh (Liputan6.com, Jakarta).


(29)

Universitas Kristen Maranatha Indonesia termasuk Negara dengan tingkat gagal ginjal cukup tinggi. Menurut data dari Perneftri (Persatuan Nefrologi Indonesia), diperkirakan ada 70 ribu penderita ginjal di Indonesia. Akan tetapi yang terdeteksi menderita gagal ginjal kronis tahap terminal yaitu yang harus menjalani cuci darah adalah sekitar empat hingga lima ribu orang. Dari penderita gagal ginjal yang mencapai sekitar 4500 orang itu, banyak penderita yang meninggal dunia akibat tidak mampu berobat atau cuci darah karena biayanya sangat mahal dan harus dilakukan 2-3 kali seminggu. Keterbatasan ekonomi yang dihadapi pasien, menyebabkan mereka tidak mampu melakukan cuci darah dan tidak sedikit penderita yang meninggal dunia (Pikiran Rakyat online, 27 April 2006).

Ginjal adalah organ penyaring cairan yang menghasilkan urine dan merupakan organ tubuh yang berfungsi mengatur cairan, elektrolit dan mengeluarkan hasil metabolisme tubuh. Selain itu ginjal juga memproduksi hormon, vitamin D3 dan erithropoetin. Setiap orang memiliki sepasang ginjal dengan bentuk seperti biji kacang berukuran 11x6x3 cm dan melekat pada dinding belakang rongga perut. Pada orang dewasa, berat ginjal adalah antara 120-170 gram. Meski ukurannya kecil, namun ginjal memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi ginjal adalah membuang sisa-sisa makanan yang tidak diperlukan tubuh, membuang sisa obat, mengatur kadar garam dalam tubuh, mengatur jumlah cairan dan membuat zat yang membantu pematangan sel darah merah serta menyaring seluruh asupan makanan dan air yang masuk ke dalam tubuh yang menghasilkan racun, untuk kemudian dikeluarkan melalui urine atau keringat. Dengan demikian, kerusakan fungsi ginjal tentu akan


(30)

Universitas Kristen Maranatha berdampak buruk bagi kelangsungan hidup dan kenyamanan penderita gangguan fungsi ginjal. Pasien akan merasa mual, tak ada nafsu makan, lesu, kurang darah dan tubuhnya bengkak. Pada keadaan lanjut, tubuh perlu bantuan alat cuci darah untuk membuang zat sisa yang tak dapat dikeluarkan lagi oleh tubuh. (Dr Endang Darmoutomo MS SpGK, RS Siloam Gleneagles – Lippo Karawaci)

Gagal ginjal adalah keadaan ginjal yang mengalami kemunduran secara cepat dalam kemampuannya atau fungsinya hingga kedua ginjal tidak bisa menjalankan fungsinya lagi. Gagal ginjal secara umum terbagi dua yaitu, gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronik. Pada gagal ginjal akut, ginjal hanya mengalami sedikit gangguan dan dapat sembuh kembali setelah melakukan tiga sampai empat kali hemodialisis atau hanya dengan melakukan diet khusus yang tujuannya untuk meringankan tugas ginjal. Sedangkan pada gagal ginjal kronik, ginjal berfungsi hanya sekitar <15% saja atau tahap ini disebut juga gagal ginjal terminal (GGT) (Harian Republika, 14 Juni 2006). Seorang pengidap gagal ginjal, baik itu kronis maupun terminal, biasanya tidak mudah berkeringat dan urine yang dikeluarkanpun sangat sedikit dibandingkan air yang diminum, penderita mengalami gangguan metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Akibatnya, komplikasi sangat mudah terjadi dan memang selalu terjadi pada penyakit ini apabila tidak segera dicari solusinya.

Gagal ginjal biasanya, diakibatkan oleh pola hidup yang tidak sehat, jarang meminum air putih, mengonsumsi obatan jangka panjang, menggunakan obat-obat pelangsing, mengonsumsi minuman energi, dan komplikasi dari diabetes dan hipertensi. Gagal ginjal bisa menyerang semua umur, baik pria maupun wanita, dan


(31)

Universitas Kristen Maranatha tidak memandang tingkatan ekonomi (Suara Merdeka, 24 Agustus 2002). Satu-satunya jalan untuk bertahan hidup bagi pasien penderita gagal ginjal kronik / terminal ini adalah dengan cuci darah, atau Cangkok/Transplantasi Ginjal dan yang ada sekarang adalah CAPD (menanam semacam alat pada perut yang berfungi menyaring asupan makanan/minuman). Penyakit ini tidak dapat disembuhkan kecuali menempuh Transplantasi, selebihnya Hemodialisis lah pilihan tepat bagi pasien yang ingin bertahan hidup. (www.yastroki.com).

Hemodialisa merupakan salah satu tindakan pengganti fungsi ginjal yang diberikan kepada penderita gagal ginjal, baik yang bersifat sementara maupun jangka panjang. Hemodialisa bertujuan memberikan kualitas hidup optimal pada penderita gagal ginjal terminal. Hemodialisa adalah suatu cara untuk memisahkan darah dari sisa metabolisme dan racun tubuh ketika ginjal sudah tidak berfungsi lagi. Sebagai ginjal buatan, digunakan mesin Hemodialisis. Darah dikeluarkan dari tubuh menuju mesin hemodialisis. Setelah bersih dari sisa metabolisme dan racun tubuh, darah akan dialirkan kembali ke dalam tubuh. Penderita gagal ginjal kronis harus menjalani cuci darah seumur hidup sebelum mendapat ginjal cangkokan. Setiap kalinya memerlukan waktu sekitar 2-5 jam. Biaya yang harus dikeluarkan relatif mahal sekitar Rp 500 ribu sampai satu juta rupiah sekali cuci darah, biaya perawatan per bulan bisa mencapai 4-5 juta rupiah (Kompas, 10 Maret 2007).

Gagal ginjal yang diderita oleh pasien di rumah sakit “X” ini merupakani suatu keadaan yang tidak diinginkan olehnya, namun tidak pernah ada yang tahu kapan seseorang akan tertimpa musibah seperti ini. Dengan demikian, gagal ginjal


(32)

Universitas Kristen Maranatha

menjadi suatu kondisi yang menekan bagi pasien bersangkutan, karena secara langsung akan terjadi perubahan pada diri penderitanya. Berdasarkan hasil wawancara dengan dokter di bagian hemodialisa rumah sakit “X” Bandung, banyak hal yang tidak dapat pasien lakukan seperti, mereka tidak bisa melakukan aktifitas seperti sediakala karena pasien tidak boleh lelah, makanan yang dikonsumsi tidak bisa sembarangan, tidak boleh terlalu banyak minum, dan yang terpenting adalah mereka harus meluangkan waktunya untuk melakukan cuci darah. Kenyataan di atas harus dipatuhi oleh pasien karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dengan baik dan mengakibatkan tubuh pasien membengkak karena terlalu banyak cairan di tubuhnya dan harus diatasi dengan cuci darah.

Adapun gejala fisik yang dirasakan pasien adalah pembengkakan pada bagian pergelangan kaki, kram otot pada malam hari, lemah, lesu, kurang berenergi, nafsu makan turun, mual, muntah, sulit tidur, bengkak di seputar mata pada pagi hari, kulit gatal dan kering (Gagal Ginjal, Vita Health). Selain gejala fisik, pasien gagal ginjal terminal juga merasakan gejala-gejala psikologis, sebagaimana dituturkan melalui wawancara peneliti dengan beberapa pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung. Gejala psikologis yang mereka rasakan seperti semula menjadi tulang punggung keluarga, kini semuanya berubah karena S diberhentikan dari perusahaannya dan tidak bisa bekerja lagi sementara S membutuhkan biaya untuk melakukan cuci darah. Adapula seorang ibu rumah tangga yang pada mulanya bisa melakukan banyak aktifitas kerohanian, bisa melakukan pekerjaan rumah tangga, mengantar anak sekolah, namun sejak menderita gagal ginjal dan harus mengikuti


(33)

Universitas Kristen Maranatha hemodialisa maka semuanya berubah karena S tidak boleh lelah dan kini

aktifitasnyapun dibatasi. Situasi-situasi di atas menyebabkan perubahan pada diri pasien penderita gagal ginjal terminal dan dihayati sebagai situasi yang menekan untuk itu dibutuhkan resiliency.

Resiliency adalah kemampuan individu untuk beradaptasi dengan baik dan

mampu berfungsi dengan baik meskipun berada di tengah situasi yang menekan atau banyak halangan dan rintangan (Benard, 2003). Kemampuan tersebut diperlukan agar

pasien mampu membina relasi sosial yang baik dengan orang lain, mampu

mengungkapkan masalahnya kepada orang lain dan tidak memendamnya sendiri, mampu mengerjakan tugas-tugasnya sendiri tanpa tergantung kepada orang lain, dan tidak mudah putus asa akan penyakit yang dideritanya namun tetap memiliki harapan atau rencana yang baik bagi masa depannya.

Pasien penderita gagal ginjal harus resilient agar tetap dapat memiliki semangat hidup meskipun dirinya menderita penyakit kronis dan harus mengikuti cuci darah untuk dapat mempertahankan hidupnya, misalnya dengan tetap berkarya, optimistik serta tidak putus asa meski mereka berpenyakit. Sebaliknya jika pasien memiliki resiliency yang rendah maka mereka tidak dapat bertahan untuk menghadapi keadaan yang dialaminya, misalnya memilih berhenti berkarya, tidak memiliki keyakinan untuk sembuh dan tenggelam dalam kemalangannya.

Resiliency sangat berkaitan erat dengan bagaimana penghayatan pasien penderita gagal ginjal terminal terhadap faktor-faktor eksternal yang berfungsi sebagai protective factors meliputi caring relationship, high expectation, dan


(34)

Universitas Kristen Maranatha opportunities for participation and contribution yang diperolehnya dari keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat. Pada penelitian ini, peneliti akan memfokuskan pada Family Protective Factors mengingat pasien ini dalam kesehariannya lebih banyak bertumpu pada keluarga dalam menjalani keadaan yang menimpanya. Pasien penderita gagal ginjal memerlukan caring relationship dari keluarga berupa perhatian dari orang-orang yang signifikan, dalam hal ini orangtua, istri/suami, anak, sehingga pasien merasa aman dan tenang berada dekat orang-orang yang selalu mendukung dan memberi perhatian padanya. Protective factors berikutnya adalah high expectation dari keluarga yaitu adanya kepercayaan yang diberikan oleh anggota keluarga terhadap pasien dan selalu memberikan harapan yang positif agar pasien mampu bangkit dari tekanan yang dialaminya. Protective factors terakhir adalah opportunities for participation and contribution yaitu seberapa sering keluarga mengajak pasien untuk terlibat dalam berbagai kegiatan misalnya mengikuti kegiatan kerohanian yang didalamnya pasien bisa menyatakan pendapatnya, atau diberikan tanggung jawab tertentu serta melatih kemampuan problem solving dan pengambilan keputusan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung, semua pasien mengatakan bahwa cobaan yang mereka terima ini awalnya membuat mereka kecewa dan merasa bingung mengenai apa yang harus mereka lakukan, namun semuanya itu dapat mereka lewati karena ada dukungan sangat besar dari keluarga seperti orangtua, istri, suami dan anak-anak. Melalui hasil wawancara juga didapat bahwa delapan dari 10 orang pasien (80%)


(35)

Universitas Kristen Maranatha merasakan perhatian, kasih sayang yang diberikan dari orang-orang terdekatnya (keluarga besar, teman-teman dan para dokter) yang berpengaruh positif bagi pasien, keluarga yang selalu setia mengantar dan menunggu pasien untuk melakukan cuci darah. Sementara dua dari 10 orang pasien sisanya (20%) merasa kurang perhatian dari keluarga karena masing-masing sibuk dengan pekerjaannya, jauh dari teman-temannya terdahulu, merasa beban yang dideritanya hanya dipikul sendiri, melakukan cuci darah hanya ditemani oleh pembantu (caring relationship). Terdapat enam dari 10 orang pasien (60%) mengatakan bahwa keluarganya selalu mendukung dan memberikan semangat serta harapan agar pasien tetap bertahan dan menjalani kesehariannya dengan penuh sukacita. Tetapi empat dari 10 orang pasien sisanya (40%) merasa tidak ada harapan dan dukungan yang diberikan oleh keluarga sehingga pasien merasa tertekan dengan keadaannya (high expectation). Terdapat tiga dari 10 orang pasien (30%) mengatakan bahwa meski mereka menderita penyakit gagal ginjal ini, tidak menjadikan mereka menutup diri, tetapi keluarga masih mau mendengarkan pendapat yang diungkapkannya. Sementara tujuh dari 10 orang pasien sisanya (70%) merasa bahwa sejak dirinya menderita gagal ginjal, keluarganya tidak memberikan kesempatan untuk ikut dalam menyelesaikan masalah keluarga serta dalam pengambilan keputusan, merasa bahwa pendapatnya tidak didengarkan oleh keluarga, keluarga menganggap pasien sebagai orang yang lemah dan tidak bisa bertanggung jawab (opportunities for participation).

Sedangkan tujuh dari 10 orang pasien (70%) mengatakan bahwa mereka menjadi jarang berelasi sosial dengan teman-temannya karena penyakit yang


(36)

Universitas Kristen Maranatha dideritanya sangat membatasi pasien untuk beraktifitas di luar rumah. Mereka juga merasa malu untuk bergaul dengan teman-temannya, sehingga mereka hanya mendapatkan dukungan dari keluarga saja. Sementara tiga pasien (30%) sisanya mengatakan bahwa mereka tetap menjalani aktifitas seperti biasanya hanya saja waktu untuk di luar rumah tidak sebanyak dahulu. Mereka tetap bisa berelasi sosial dengan baik, seperti mengikuti acara keagamaan, mengantar anak sekolah, kuliah atau berolah raga ringan dengan keluarga dan teman-temannya (social competence). Selain itu, terdapat tujuh dari 10 orang pasien (70%) yang menyatakan bahwa mereka mampu untuk mencari alternatif lain selain cuci darah untuk memulihkan keadaannya. Mereka melakukan berbagai cara seperti terapi, obat-obatan alternatif meskipun tidak membuahkan hasil yang sempurna. Sedangkan tiga pasien (30%) sisanya menyatakan bahwa mereka hanya terpaku pada cuci darah yang dijalaninya saat ini saja dan tidak ada usaha lain (problem solving). Terdapat empat dari 10 orang pasien (40%) yang mampu memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa memerlukan bantuan orang lain, seperti membuka warung kecil-kecilan di rumahnya untuk membiayai pengobatannya sendiri, atau berjualan makanan ringan dan dititipkan di warung-warung. Sementara enam pasien (60%) sisanya sangat menggantungkan hidupnya dari keluarga seperti suami, istri, dan anak-anak, mereka bertingkah laku seperti anak kecil yang tidak mau ditinggalkan sendiri dan harus selalu ditemani ke mana pun mereka pergi (autonomy). Selain itu, terdapat enam dari 10 orang pasien (60%) tidak memiliki motivasi positif, cita-cita serta harapan untuk masa depannya


(37)

Universitas Kristen Maranatha kelak. Sedangkan empat orang pasien (40%) sisanya sangat berambisi untuk sehat, mereka memiliki harapan yang positif untuk masa depannya kelak (sense of purpose). Berdasarkan hasil survei awal di atas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung mendapatkan Family Protective Factors yang dihayatinya secara positif. Hal ini terlihat dari 80% pasien merasakan perhatian, kasih sayang yang diberikan oleh keluarga terdekatnya seperti orang tua, suami, istri, dan anak-anak (caring relationship). Sebanyak 60% pasien menghayati bahwa keluarganya selalu memberikan dukungan, harapan dan semangat agar pasien tetap menjalani kehidupannya dengan sukacita (high expectation). Sementara 70% pasien menghayati bahwa sejak dirinya menderita gagal ginjal terminal, keluarganya tidak memberikan kesempatan untuk ikut dalam menyelesaikan masalah keluarga serta dalam pengambilan keputusan, merasa bahwa pendapatnya tidak didengarkan oleh keluarga (opportunities for participation). Penghayatan pasien penderita gagal ginjal terminal akan kemampuan untuk bertahan serta dapat bangkit kembali dari tekanan hidupnya menunjukkan kecenderungan yang rendah. Hal ini terlihat dari 70% pasien menyatakan bahwa sejak mereka menderita gagal ginjal terminal, mereka membatasi aktivitasnya untuk berelasi sosial dengan teman-teman. Mereka juga merasa malu untuk bergaul dengan teman-temannya, sehingga hanyalah dukungan keluarga yang mereka dapatkan (social competence). Sebanyak 70% pasien menyatakan bahwa, mereka mampu untuk mencari alternatif lain selain cuci darah untuk memulihkan keadaannya (problem solving). Lalu 60% pasien menghayati bahwa setelah dirinya menderita gagal ginjal, mereka sangat


(38)

Universitas Kristen Maranatha menggantungkan hidupnya dari keluarga seperti orang tua, suami, istri dan anak-anak, mereka bertingkah laku seperti anak kecil yang tidak mau ditinggalkan sendiri dan harus ditemani kemanapun mereka pergi (autonomy). Selain itu, 60% pasien merasa bahwa mereka tidak memiliki motivasi positif untuk mencapai masa depannya, tidak memiliki harapan dan cita-cita bagi kehidupannya kelak (sense of purpose).

Berdasarkan hal di atas, peneliti tertarik untuk meneliti seberapa kuat pengaruh family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

1.2Identifikasi Masalah

1. Penelitian ini ingin mengetahui seberapa kuat pengaruh Family Protective Factors terhadap Resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.

2. Ingin mengetahui seberapa kuat pengaruh aspek-aspek Family Protective Factors terhadap Resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.


(39)

Universitas Kristen Maranatha

1.3Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh family protective factors dan aspek-aspeknya terhadap resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh family protective factors dan aspek-aspeknya terhadap resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.

1.4Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1) Memberikan sumbangan bagi ilmu Psikologi, terutama dalam bidang Psikologi Klinis mengenai pengaruh family protective factors dan aspek-aspeknya terhadap resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.

2) Memberikan tambahan informasi bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh family protective factors dan aspek-aspeknya terhadap resiliency pada pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung.


(40)

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi bagi pasien penderita Gagal Ginjal Terminal di Rumah Sakit “X” Bandung, mengenai pengaruh family protective factors dan aspek-aspeknya terhadap resiliency sehingga mereka dapat memahami bahwa untuk dapat menerima keadaan dan menyesuaikan diri dengan penyakit yang dideritanya diperlukan resiliency.

2) Memberikan informasi bagi keluarga pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung mengenai derajat resiliency setiap pasien sehingga mereka dapat memberikan perhatian lebih pada pasien.

3) Memberikan informasi bagi para dokter dan suster di bagian hemodialisa di rumah sakit “X” Bandung mengenai derajat resiliency setiap pasien yang berbeda-beda sehingga mereka dapat lebih sabar dan mungkin bisa memberikan konseling mengenai tekanan yang pasien alami akibat sakit yang dideritanya.

1.5 Kerangka Pemikiran

Secara umum penyakit gagal ginjal tidak melihat usia, apakah itu tua ataupun muda. Penyakit tersebut pun bisa datang kapan saja tanpa bisa prediksikan sebelumnya. Dengan demikian, tak sedikit orang yang terkena gagal ginjal baik itu laki-laki maupun perempuan. Gagal ginjal sendiri merupakan suatu keadaan klinis yang ditandai oleh penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat yang


(41)

Universitas Kristen Maranatha memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Penyakit Ginjal Kronik, Ketut Suwitra). Gagal ginjal dapat terjadi karena berbagai sebab, baik itu faktor genetik, ataupun faktor eksternal. Faktor genetik, pada dasarnya disebabkan oleh bawaan orangtua sedangkan faktor eksternal dapat disebabkan oleh kurang minum, gaya hidup yang jarang olahraga, pola makan tinggi lemak dan karbohidrat, kurang kalsium. Semua itu mengakibatkan terjadinya gangguan metabolisme yang berujung pada penyakit degeneratif (Gagal Ginjal, Vita Health, 2008). Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan individu menderita gagal ginjal dan penyakit tersebut hanya bisa diobati dengan melakukan hemodialisa, namun hal tersebut tidak bisa menjamin penderita sembuh total.

Penyakit yang diderita pasien dapat berdampak juga pada kehidupan sehari-harinya, salah satunya pada pekerjaan mereka. Bagi sebagian individu yang bekerja penyakitnya sangat mengganggu karena pasien membutuhkan waktu seminggu dua kali untuk melakukan cuci darah. Sementara perusahaan tidak mengizinkan karyawannya untuk izin sesering itu, sehingga mengharuskan mereka untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. Disamping itu mereka tetap membutuhkan biaya untuk keluarganya dan untuk melakukan cuci darah. Dalam hal ini pasien sangat membutuhkan dukungan dari keluarga baik dalam hal ekonomi untuk memenuhi biaya cuci darah maupun semangat untuk mendukung pasien agar tetap menjalani hari-harinya dengan penuh sukacita. Hal ini merupakan suatu kondisi yang tidak menyenangkan bagi penderita, serta dapat menimbulkan rasa putus asa pada penderita. Kondisi ini berbeda-beda dampaknya pada setiap individu. Ada sebagian


(42)

Universitas Kristen Maranatha dari mereka yang mampu bangkit kembali dari masalah hidupnya, namun ada pula dari mereka yang tetap tertekan dan sulit untuk menerima kenyataan.

Kemampuan untuk dapat beradaptasi dengan baik di tengah situasi yang menekan dan banyak halangan dan rintangan disebut juga resiliency. Resiliency merupakan suatu kemampuan di dalam diri setiap individu yang dapat diukur dari derajat tinggi dan rendahnya. Menurut (Benard, 2004) Resiliency merupakan personal strength, yang terdiri atas empat aspek : social competence, problem solving, autonomy, dan sense of purpose.

Social competence merupakan kemampuan pasien penderita gagal ginjal terminal di Rumah Sakit “X” Bandung untuk dapat membangun suatu relasi dan memberikan respon yang positif terhadap orang lain. Dapat dilihat dalam bentuk perilaku seperti baik terhadap siapa saja, mau bersikap ramah terhadap orang lain, mengucapkan terima kasih kepada orang yang telah membantu atau memberikan dukungan, mampu mempertahankan relasi sosial dengan orang tua dan teman-teman. Problem Solving merupakan kemampuan pasien penderita gagal ginjal terminal di Rumah Sakit “X” Bandung untuk dapat berpikir positif tentang masalah yang dihadapinya, mampu mencari alternatif untuk menyelesaikan masalahnya, membuat rencana dan tindakan apa yang dilakukan saat menghadapi masalah, meminta bantuan orang lain ketika diperlukan. Autonomy merupakan kemampuan pasien penderita gagal ginjal terminal di Rumah Sakit “X” Bandung untuk dapat tetap bertanggung jawab terhadap tugas-tugas pribadinya, misalnya tetap mencari pekerjaan yang bisa dilakukan untuk memenuhi kehidupannya, merasa yakin terhadap dirinya sendiri


(43)

Universitas Kristen Maranatha bahwa mereka mampu untuk beradaptasi dengan lingkungannya, lebih peka terhadap lingkungan sekitar, tidak tergantung kepada orang lain. Sense Of Purpose merupakan kemampuan pasien penderita gagal ginjal terminal di Rumah Sakit “X” Bandung untuk dapat mempertahankan dan memanfaatkan minat yang dimilikinya sebagai sarana mengembangkan diri, memiliki tujuan yang ingin dicapai untuk masa depannya kelak. Seorang yang resiliency nya tinggi termasuk pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung adalah pasien yang mampu memenuhi keempat aspek tersebut dalam kehidupan sehari-harinya.

Kuat lemahnya pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” dalam menghadapi situasi adversity yang menimpanya akan ditentukan oleh derajat resiliencynya. Sementara resiliency ditentukan oleh seberapa kuat protective factors yang dihayati pasien yang bersumber dari lingkungan eksternalnya. Protective factors terdiri atas tiga aspek, salah satunya family protective factors berupa caring relationship, high expectation, opportunities for participation and contribution. Caring relationship meliputi dukungan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian yang diberikan oleh orang lain terhadap pasien. High expectations meliputi harapan yang positif dari orang lain terhadap pasien, serta adanya keyakinan dari orang lain terhadap diri pasien meskipun pasien itu sendiri tidak yakin terhadap dirinya. Opportunities for participation and contribution meliputi adanya kesempatan bagi pasien untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang menarik dan menantang (Benard, 2004)


(44)

Universitas Kristen Maranatha Pasien penderita gagal ginjal terminal membutuhkan caring relationship, high expectation, opportunities for participation and contribution yang bersumber dari keluarga, mengingat keluarga merupakan komponen paling utama yang dapat memberikan dukungan dan semangat bagi pasien penderita gagal ginjal terminal agar mampu menghadapi tekanannya.

Protective factors yang berpengaruh terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal adalah caring relationship yang diberikan oleh keluarga berupa dukungan yang diberikan oleh anggota keluarga, kasih sayang dari figure orang tua atau kerabat lainnya, kehangatan dalam keluarga. Protective factors yang kedua yang berpengaruh terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal adalah high expectation yang diberikan oleh keluarga berupa harapan dan motivasi sehingga pasien tetap memiliki semangat untuk tetap melewati hari-harinya meski menderita penyakit gagal ginjal. Protective factors yang ketiga adalah opportunities for participation and contribution yang diterima berupa memberi kesempatan kepada pasien untuk ikut terlibat dan bertanggung jawab dalam mengerjakan pekerjaan rumah seperti, membersihkan tempat tidur sendiri, makan sendiri, melakukan sesuatu sendiri tanpa perlu merepotkan orang lain.

Berdasarkan hal di atas, pasien penderita gagal ginjal terminal yang memperoleh caring relationship, high expectations, dan opportunities dari keluarga akan membuat pasien mampu memberikan respon positif terhadap lingkungan, seperti mampu menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain, mampu menghibur teman-teman atau orang lain yang sedang sedih, mampu mengucapkan terima kasih


(45)

Universitas Kristen Maranatha terhadap orang-orang yang membantunya, mampu mengungkapkan pendapatnya kepada orang lain, mampu menghayati bahwa mereka tetap dapat mengembangkan diri meski mereka menderita penyakit gagal ginjal (social competence), mampu mengungkapkan dan mengatasi masalahnya atau meminta bantuan kepada orang lain (problem solving), lebih peka terhadap lingkungan sekitar, mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya, mampu mengerjakan kebutuhan-kebutuhannya sendiri tanpa bergantung pada orang lain meski mereka menderita gagal ginjal, seperti makan sendiri, mandi sendiri, membersihkan tempat tidur sendiri (autonomy), serta akan membuat pasien mampu untuk memiliki optimisme dan harapan akan masa depan yang lebih baik, mampu untuk menggali dan mempertahankan kemampuan yang dimilikinya, mampu untuk memanfaatkan kegemarannya dan kreatifitas sebagai sarana untuk mengembangkan diri (sense of purpose). Dengan kata lain terdapat pengaruh yang kuat antara family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal.

Pasien penderita gagal ginjal terminal yang memperoleh caring relationship yang bersumber dari keluarga dalam hal ini seperti kepedulian, kehangatan, rasa empati dan kasih sayang membuat pasien mampu untuk menjalin komunikasi yang baik tanpa menyakiti orang lain, mampu untuk mendengarkan dan memberikan tanggapan positif terhadap pendapat orang lain, mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan (social competence), mampu untuk mencari alternative solusi dari masalah yang dihadapinya (problem solving), yakin akan kekuatan dalam dirinya untuk sehat memiliki kepercayaan diri, mampu untuk menghibur orang lain yang


(46)

Universitas Kristen Maranatha sedang sedih (autonomy), dan lebih dapat mengontrol emosinya, memiliki kepercayaan iman untuk sehat (sense of purpose).

Pasien penderita gagal ginjal terminal yang memperoleh high expectation dalam hal ini seperti harapan yang jelas dan positif yang berdasarkan minat dan impian pasien yang diperoleh dari keluarga yang akan berpengaruh terhadap resiliency pasien seperti membuat pasien mampu untuk menjalin relasi social yang positif dengan orang lain (social competence), memiliki harapan untuk merencanakan masa depannya (problem solving), memiliki keyakinan dalam dirinya untuk sehat (autonomy), mampu untik memotivasi dirinya demi harapannya kelak (sense of purpose).

Pasien penderita gagal ginjal terminal yang memperoleh opportunities for participation yang bersumber dari keluarga seperti adanya kesempatan yang diberikan oleh keluarga untuk turut campur dalam pengambilan keputusan keluarga, dilibatkan dalam berbagai urusan keluarga. Hal ini akan berpengaruh terhadap resiliency pasien seperti mampu untuk lebih terbuka akan dirinya (social competence), berusaha untuk mengerti kondisi yang dialaminya (problem solving), menjauhkan diri dai hal-hal yang tidak menyenangkan (autonomy), mampu mengaktualisasikan diri dengan melakukan berbagai kegiatan yang positif dan yang digemarinya (sense of purpose).

Pada pasien penderita gagal ginjal terminal yang tidak memperoleh caring relationship, high expectations, dan opportunities dari keluarga, maka berdampak pada kehidupan sehari-harinya seperti terlihat kurang mampu memberikan respon


(47)

Universitas Kristen Maranatha positif terhadap lingkungan, seperti kurang mampu menjalin hubungan yang dekat dengan orang lain, kurang mampu menghibur teman-teman atau orang lain yang sedang sedih, tidak mengucapkan terima kasih terhadap orang-orang yang membantunya, sulit untuk mengungkapkan pendapatnya kepada orang lain, sulit untuk dapat mengembangkan diri mereka karena penyakit gagal ginjal yang dideritanya (social competence), tidak mampu mengungkapkan masalahnya dan meminta bantuan kepada orang lain, sulit untuk mengambil keputusannya sendiri (problem solving), kurang peka terhadap lingkungan sekitar, sulit untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, tidak mampu mengerjakan kebutuhan-kebutuhannya sendiri sehingga bergantung pada orang lain, seperti tidak bisa makan sendiri, tidak bisa mandi sendiri, tidak bisa membersihkan tempat tidur sendiri (autonomy), serta akan membuat pasien tidak memiliki optimisme dan harapan akan masa depan yang lebih baik, kurang mampu untuk menggali dan mempertahankan kemampuan yang dimilikinya (sense of purpose). Dengan kata lain terdapat pengaruh yang lemah antara family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal.

Pasien penderita gagal ginjal terminal yang tidak memperoleh caring relationship yang bersumber dari keluarga dalam hal ini seperti kepedulian, kehangatan, rasa empati dan kasih sayang membuat pasien kurang mampu untuk menjalin komunikasi yang baik tanpa menyakiti orang lain, sulit untuk mendengarkan dan memberikan tanggapan positif terhadap pendapat orang lain, mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan (social competence), membutuhkan orang lain saat


(48)

Universitas Kristen Maranatha mengahadapi masalah (problem solving), kurang memiliki kepercayaan diri, sulit untuk bercanda dengan orang lain, mudah tersinggung (autonomy), dan sulit mengontrol emosinya, dan tidak memiliki iman dalam kepercayaannya untuk sehat (sense of purpose).

Pasien penderita gagal ginjal terminal yang tidak memperoleh high expectation dalam hal ini seperti harapan yang jelas dan positif yang berdasarkan minat dan impian pasien yang diperoleh dari keluarga yang akan berpengaruh terhadap resiliency pasien seperti membuat pasien sulit untuk menjalin relasi social yang positif dengan orang lain, (social competence), tidak memiliki harapan untuk masa depannya (problem solving), pesimis akan penyakit yang dideritanya (autonomy), tidak memiliki harapan untuk masa depannya kelak (sense of purpose).

Pasien penderita gagal ginjal terminal yang tidak memperoleh opportunities for participation yang bersumber dari keluarga seperti adanya kesempatan yang diberikan oleh keluarga untuk turut campur dalam pengambilan keputusan keluarga, dilibatkan dalam berbagai urursan keluarga. Hal ini akan berpengaruh terhadap resiliency pasien seperti lebih menutup dirinya (social competence), sulit menerima keadaan atau kondisi dirinya yang sakit (problem solving), sangat bergantung pada orang-orang di sekelilingnya (autonomy), tidak memiliki keinginan untuk melalukan kegiatan yang digemarinya (sense of purpose).


(49)

Universitas Kristen Maranatha Dengan demikian pada pasien penderita gagal ginjal terminal perlu mendapatkan family protective factors agar dapat mengembangkan dan mempertahankan resiliency dalam diri mereka. Hal ini dapat membantu pasien untuk tetap dapat beradaptasi di tengah situasi yang menekan seperti penyakit gagal ginjal yang dialaminya saat ini.


(50)

Universitas Kristen Maranatha - Pola makan tinggi

lemak dan karbohidrat - Kurang minum - Kurang olahraga - Kelebihan kalsium - Faktor genetik

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pikir - Social

competence - Problem solving - Autonomy - Sense of purpose Pasien penderita gagal

ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung

a. Caring relationship

c. Opportunities for participation and contribution

Resiliency b..High expectation

Family Protective Factors:


(51)

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian

1) Setiap pasien mendapatkan caring relationship, high expectation dan opportunities for participation yang berbeda-beda dari keluarganya. 2) Semakin optimal/kurang optimalnya family protective factors akan

semakin menguatkan/melemahkan resiliency pasien penderita gagal ginjal terminal.

1.7 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat pengaruh family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

2. Terdapat pengaruh caring relationship terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

3. Terdapat pengaruh high expectation terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

4. Terdapat pengaruh opportunities for participation and contribution terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.


(52)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang diperoleh dari 30 responden pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang kuat dari family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung. 2. Aspek family protective factors yang paling berpengaruh terhadap resiliency

pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung adalah caring relationship (0,798). Aspek opportunities for participation and contribution (0,275) dan aspek high expectation (0,172) kurang berpengaruh terhadap resiliency pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.


(53)

Universitas Kristen Maranatha

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

5.2.1 Saran Teoretis

1) Bagi peneliti lain yang tertarik pada bahasan yang sama, untuk memperluas jangkauan penelitian, yaitu dengan meneliti seberapa besar pengaruh family and community protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi keluarga pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit ”X” Bandung disarankan untuk dapat memberikan harapan yang positif bagi pasien berdasarkan minat serta impian mereka, serta diberikan kesempatan untuk tetap ikut mengambil bagian dalam urusan keluarga atau ikut serta dalam berbagai kegiatan yang sesuai dengan kemampuan pasien agar pasien mampu untuk bangkit dari situasi yang menekan dalam hal ini penyakit gagal ginjal terminal yang dialaminya.

2) Bagi perawat di bagian hemodialisa rumah sakit ”X” Bandung untuk tetap memberikan dukungan, semangat dan harapan yang positif bagi pasien sehingga mereka dapat merasakan kepedulian dari orang-orang di sekitarnya


(54)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency : What We Have Learned. San Fransisco: WestEd. Graziano, M, Anthony dan Raulin, L, Michael. 2000. Research Methods A Process

Of Inquiry. Needhan Heights, MA : Allyn and Bacor.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Siegel. Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Edisi kesebelas. Bandung. VitaHealth. 2008. Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(55)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency : What We Have Learned. San Fransisco: WestEd. Graziano, M, Anthony dan Raulin, L, Michael. 2000. Research Methods A Process

Of Inquiry. Needhan Heights, MA : Allyn and Bacor.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Siegel. Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Edisi kesebelas. Bandung. VitaHealth. 2008. Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(56)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

http://www.infopenyakit.com/2008/05/penyakit-gagal-ginjal.html http://indonesiannursing.com/2008/07/26/gagal-ginjal-kronik/

http://www.ygdi.org/kidney-diseases/gagal-ginjal-kronik/penyebab-gagal-ginjal-kronis.html

2007. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Meiliana. A. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resilience Pada Anak-anak di Nanggroe Aceh Darussalam Pasca Gempa Bumi Dan Tsunami Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.


(1)

Universitas Kristen Maranatha

1.6 Asumsi Penelitian

1) Setiap pasien mendapatkan caring relationship, high expectation dan

opportunities for participation yang berbeda-beda dari keluarganya.

2) Semakin optimal/kurang optimalnya family protective factors akan semakin menguatkan/melemahkan resiliency pasien penderita gagal ginjal terminal.

1.7 Hipotesis Penelitian

1. Terdapat pengaruh family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

2. Terdapat pengaruh caring relationship terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

3. Terdapat pengaruh high expectation terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

4. Terdapat pengaruh opportunities for participation and contribution terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal


(2)

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan yang diperoleh dari 30 responden pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang kuat dari family protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung. 2. Aspek family protective factors yang paling berpengaruh terhadap resiliency

pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung adalah

caring relationship (0,798). Aspek opportunities for participation and contribution (0,275) dan aspek high expectation (0,172) kurang berpengaruh

terhadap resiliency pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

5.2 SARAN

Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran sebagai berikut:

5.2.1 Saran Teoretis

1) Bagi peneliti lain yang tertarik pada bahasan yang sama, untuk memperluas jangkauan penelitian, yaitu dengan meneliti seberapa besar pengaruh family and community protective factors terhadap resiliency pada pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit “X” Bandung.

5.2.2 Saran Praktis

1) Bagi keluarga pasien penderita gagal ginjal terminal di rumah sakit ”X” Bandung disarankan untuk dapat memberikan harapan yang positif bagi pasien berdasarkan minat serta impian mereka, serta diberikan kesempatan untuk tetap ikut mengambil bagian dalam urusan keluarga atau ikut serta dalam berbagai kegiatan yang sesuai dengan kemampuan pasien agar pasien mampu untuk bangkit dari situasi yang menekan dalam hal ini penyakit gagal ginjal terminal yang dialaminya.

2) Bagi perawat di bagian hemodialisa rumah sakit ”X” Bandung untuk tetap memberikan dukungan, semangat dan harapan yang positif bagi pasien sehingga mereka dapat merasakan kepedulian dari orang-orang di sekitarnya


(4)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency : What We Have Learned. San Fransisco: WestEd. Graziano, M, Anthony dan Raulin, L, Michael. 2000. Research Methods A Process

Of Inquiry. Needhan Heights, MA : Allyn and Bacor.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Siegel. Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Edisi kesebelas. Bandung. VitaHealth. 2008. Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Benard, Bonnie. 2004. Resiliency : What We Have Learned. San Fransisco: WestEd. Graziano, M, Anthony dan Raulin, L, Michael. 2000. Research Methods A Process

Of Inquiry. Needhan Heights, MA : Allyn and Bacor.

Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Siegel. Sidney. 1990. Statistik Non Parametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

Singarimbun, Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES Sugiyono, 2007. Statistika Untuk Penelitian. Edisi kesebelas. Bandung. VitaHealth. 2008. Gagal Ginjal. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(6)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

http://www.infopenyakit.com/2008/05/penyakit-gagal-ginjal.html http://indonesiannursing.com/2008/07/26/gagal-ginjal-kronik/

http://www.ygdi.org/kidney-diseases/gagal-ginjal-kronik/penyebab-gagal-ginjal-kronis.html

2007. Panduan Penulisan Skripsi Sarjana. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Meiliana. A. 2008. Studi Deskriptif Mengenai Derajat Resilience Pada Anak-anak di

Nanggroe Aceh Darussalam Pasca Gempa Bumi Dan Tsunami Skripsi. Bandung: