MAJALAH KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

  LAPORAN UTAMA WARTA

ANGGARAN

EDISI 28 • TAHUN 2014 MAJALAH KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

LAPORAN UTAMA

LAPORAN UTAMA

  Redaksi menerima kontribusi tulisan dan artikel yang sesuai dengan misi penerbitan. Redaksi berhak mengubah isi tulisan tanpa mengubah maksud dan substansi.

  Selamat membaca.

  Ada yang baru dalam WA edisi 28 ini yaitu resensi film yang tentunya bisa menjadi acuan bagi para penggemar sinema dan juga sajian komunitas yang menyajikan kegiatan komunitas-komunitas yang merupakan perkumpulan informal yang ada di DJA. Jangan lewatkan pula informasi wisata gunung Bromo dan Tengger dalam pojok fotografi. Bung Budget yang selalu hadir dan menggelitik. Keseluruhan WA edisi 28 ini akan disajikan dalam 64 halaman ini semoga menjadi informasi yang menarik.

  Keterlibatan API K/L dalam kegiatan perencanaan dan penganggaran, adalah upaya menjadikan API K/L sebagai penjamin atas proses perencanaan dan penganggaran di K/L nya masing-masing. Jika mulai dari tahap awal penyusunan RKA-K/L sudah dapat dilakukan dengan baik mematuhi semua pedoman dan ketentuan yang ada, maka dalam tahap pelaksanaan anggaran maupun pada tahap Evaluasi akan dapat dilaksanakan dengan baik pula.

  Sebagaimana diketahui bahwa dengan adanya perubahan format dan struktur APBN dari T-Account menjadi I-Account,sejak tahun 2001 format dan struktur postur belanja negara dalam APBN tidak lagi terdiri atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, akan tetapi format dan struktur postur belanja negara telah menjelma menjadi belanja pemerintah pusat dan transfer ke daerah.

  Keberlanjutan BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara jaminan kesehatan menjadi isu penting mengingat perannya yang sangat strategis karena jaminan kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Apa tantangan dan upaya untuk menjaga keberlanjutannya?

  Untuk para pembaca Warta Anggaran, kami sajikan pula informasi mengenai Undang-undang Aparatur Sipil Negara. Informasi ini tentunya sangat penting bagi para pembaca yang mungkin menjadi bagian dari aparatur sipil negara dan mudah-mudahan dapat mencukupi kebutuhan informasi bagi para pembaca Warta Anggaran.

  Dalam rubrik suplemen, sajian mengenai pemotongan belanja K/L dalam APBN-P 2014 sangat menarik untuk diperhatikan, mengingat isu pemotongan ini sempat menyedot perhatian khalayak dan tentunya berdampak pula pada perekonomian secara umum.Selain itu,pembahasan mengenai peran BULOG menjadi menarik untuk disampaikan mengingat peran bulog dalam subsidi pangan dan raskin. Memang subsidi pangan dan raskin ini tidak termasuk dalam kategori belanja bantuan sosial tapi subsidi ini termasuk dalam program pro rakyat dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Selanjutnya ada pembahasan mengenai anggaran tematik dalam APBN. Memang dalam beberapa kesempatan, Pemerintah diminta untuk menyajikan informasi mengenai anggaran bidang tertentu dalam APBN yang sebenarnya belum diatur secara resmi melalui peraturan perundang-undangan. Untuk itulah diperlukan informasi mengenai anggaran dalam APBN untuk mendukung kegiatan pada bidang-bidang tertentu yang selanjutnya disebut sebagai anggaran tematik.

  Nah, atas dasar inilah Warta Anggaran edisi 28 ini mencoba menyampaikan filosofi belanja bantuan sosial, bagaimana belanja bantuan sosial ini dianggarkan, sampai dengan pencairan dan pertanggungjawabannya. Termasuk didalamnya adalah besaran belanja bantuan sosial pada masing-masing Kementerian\Lembaga.

  Terlebih lagi dengan munculnya surat yang dikirim oleh KPK kepada Presiden terkait dana bantuan sosial ini. Berawal dari kajian yang dilakukan oleh KPK sampai munculnya rekomendasi agar belanja bantuan sosial hanya dikelola oleh Kementerian Sosial. Hal ini tentunya membentuk persepsi negatif di kalangan media.

  elanja bantuan sosial. Ya. Hal ini sempat menjadi topik pembicaraan yang cukup panas pada beberapa waktu belakangan ini. Ada pemberitaan bahwa seolah-olah belanja bantuan sosial ini dipolitisasi. Mengingat tahun ini memang tahun yang spesial dimana terdapat pemilihan umum sehingga ada kekhawatiran bahwa belanja bantuan sosial ini pun menjadi alat politik bagi pihak-pihak tertentu.

  SALAM REDAKSI B

  Diterbitkan oleh :

  Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan

  Percetakan Poin Plus Asia - Jakarta Email: poinplusasia@yahoo.com

  Pencetak :

  Gedung Sutikno Slamet, Jl. Wahidin Nomor 1, Jakarta 10710 Telepon (021) 3866117 pst. 8506 Email: ortala_dja@yahoo.com

  Alamat Redaksi :

  Faisal Khabibi, Reza Ibnu Prakoso, Yudanto D. Nugroho

  Sekretariat :

  Nandang Sumirat, Asep Syamsudin

  Desain Grafis/Photografer :

  Ahmad Zunaidi, Cahya Setiawan, Shinta Putri Permata Dewi,

  Penyunting/Editor :

  Mujibudda’wah, Arief Masdi, Muhammad Rahmat, Hendra Kurniawan K.H., Dicky Kushadi Wahyu A, Wahyu Indrawan, Agung Lestanto Notosoediro Raden, Arief Kelana Putra, Ade Permadi, Agus Slamet Riyadi, Mujono Basuki, Hisyami Adib, Sri Moedji Sampoernanto, F. Edy Santoso

  Redaktur : Haritedjo Soekirno,

  WARTA ANGGARAN MAJALAH KEUANGAN SEKTOR PUBLIK EDISI 28 • TAHUN 2014 Pembaca yang budiman, LAPORAN UTAMA DAFTAR ISI WaWancara Yuniar Yanuar Rashid Direktur Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Perencanaan anggaran Peran Api K/L Dalam Perencanaan dan Penganggaran Tahun 2014, Sudah Efektifkah? Harmonisasi Penganggaran Menjawab Tantangan Birokrasi Melalui Undang-Undang Aparatur Sipil Negara oPini National Budget Basket Postur Belanja Negara, Berimbangkah? Sustainability BPJS Kesehatan: Tantangan dan Upaya Mewujudkannya Persetujuan Kontrak Tahun Jamak (Multi Years Contact): Tinjauan Yuridis FotograFi Berburu Foto di Bromo dan Tengger komunitas Tak Hanya Sekedar Hobi englisH corner an epiphany from furball story resensi Film The Raid 2 : Berandal Kehebatan Aksi Laga dan Seni Bela Diri lintas PeristiWa Olahraga dan Pelantikan

  Warta Anggaran 28 • Tahun 2014 Dana Bantuan Sosial: Apa Rekomendasi KPK?

  62

  13

  10

  6

  5

  29

  26

  24

  66 laPoran utama

  64

  63

  58

  Pada beberapa bulan belakangan ini, Dana Bantuan Sosial seolah menjadi komoditi yang menarik untuk menjadi headline pemberitaan di beberapa media. Beberapa media mengulas secara kritis tentang dana bantuan sosial ini.

  52

  49

  45

  43

  39

  35

  20

  Jenis Belanja Bantuan Sosial dalam Penganggaran Belanja Negara Belanja Bantuan Sosial pada KEMDiKBUD Menilik Belanja Bantuan Sosial dalam PNPM Mandiri Perkotaan suPlemen Pemotongan Belanja K/L Dalam APBN Perubahan 2014 Anggaran Tematik Dalam APBN Reviu Atas Penugasan Perum Bulog dan Keterkaitan Permasalahannya di Bidang Penganggaran

  Salah satu tugas negara adalah menjamin kesejahteraan masyarakatnya dan melindungi masyarakatnya dari risiko-risiko yang mungkin timbul. Bagaimana negara melaksanakan hal tersebut? Tentu saja dengan menggunakan anggaran pendapatan dan belanja negara yang dialokasikan dengan tujuan spesifik.

  Belanja Bantuan Sosial Dalam Postur APBN

  17 a n g g a ra n k em is k in a n a n g g a ra n k es eh a ta n

LAPORAN UTAMA

  Dana Bantuan Sosial B

  erawal dari hasil kajian KPK atas dana bantuan sosial dimana KPK menganggap kenaikan dana bansos dan hibah cukup spektakuler menjelang pemilu. Menurutnya, hal ini berpotensi terjadi kerawanan penyelewengan pencairan dana bansos. Ditambah lagi adanya perbedaan jumlah pagu belanja bantuan sosial antara yang di rapat paripurna DPR dengan informasi jumlah pagu yang ada di laman www.perbendaharaan.go.id. Perbedaan anggaran dengan pagu ini cukup mengejutkan beberapa pihak. Terlebih lagi karena kebetulan pada tahun ini adalah tahun istimewa dimana terdapat pemilu. Hal ini menjadi lebih sensitif sehingga perbedaan itu lebih mendapat sorotan dari berbagai kalangan. Salah satunya adalah

  Indonesia Corruption Watch (ICW) yang

  mengatakan bahwa dana bansos ditengarai sangat potensial untuk diselewengkan untuk kampanye pemilu oleh partai politik tertentu.

  Atas dasar kajian KPK tersebut, dan dengan alasan untuk mencegah penyalahgunaan Dana bantuan sosial untuk kepentingan lain atau kepentingan politik, KPK mengirimkan surat kepada Presiden RI terkait pengelolaan dana bantuan sosial. Surat itu juga ditembuskan kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dalam suratnya KPK merekomendasikan agar dana bantuan sosial hanya dikelola oleh Kemeterian Sosial agar pengelolaannya lebih efektif.

  Terkait dana bantuan sosial ini, KPK juga telah mengirimkan surat kepada seluruh kepala daerah yang berisi himbauan agar pengelolaan dana bansos mengacu pada peraturan menteri dalam negeri yang menganut prinsip akuntabilitas, transparan, dan bisa dipertanggungjawabkan. Selain itu, KPK juga mengeluarkan surat edaran yang berisi larangan kepada semua kementerian dan Pemerintah Daerah untuk mencairkan dana Hibah dan Bansos sebelum Pemilu Legislatif. Imbauan ini dilakukan karena ada kekhawatiran dana bansos disalahgunakan pemanfaatannya untuk kepentingan politik.

  Adanya rekomendasi dari KPK ini seolah menjadi justifikasi/legitimasi kekhawatiran publik akan adanya penyelewengan dana bantuan sosial. Kehadiran KPK dalam topik dana bantuan sosial ini sangat menarik perhatian dan menjadi rujukan utama media sehingga pemberitaan dari perspektif KPK ini menjadi lebih disorot oleh media.

  Bagaimana tanggapan atas surat

edaran KPK dan rekomendasi KPK

tersebut?

  Menteri Pendidikan dan Kebudayaan jelas menolak pemblokiran dana bansos sampai pemilu. Hal ini disebabkan terdapat Bagian Operasional Sekolah (BOS) dan tunjangan sertifikasi guru di dalam dana bantuan sosial di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jadi, jika dana untuk kedua kegiatan tersebut diblokir, tentunya akan menghambat proses belajar mengajar. Selain itu, dana bantuan sosial terkait BPJS juga tentunya tidak mungkin diblokir pencairannya.

  Disamping itu, terkait rekomendasi KPK agar bansos hanya dikelola oleh Kementerian Sosial, BPK tidak sependapat dengan rekomendasi KPK tersebut.

  Demikian juga dengan Menteri Koordinator bidang Kesejahteraan Rakyat menyatakan hal itu sulit untuk dilakukan. Selain itu, Menteri Keuangan juga tidak sepakat bila pengelolaan dana bansos hanya pada kementerian Sosial karena kegiatannya banyak termasuk BOS, BPJS, PKH keluarga miskin dan lain-lain. Namun pemerintah akan memilah-milah dana bansos yang perlu mendapatkan perhatian khusus dalam hal pengawasan. Direktur Jenderal Anggaran menegaskan bahwa rekomendasi KPK ini dalam implementasinya bisa menabrak pola tata kelola anggaran dan prinsip akuntansi negara, tidak sesuai tugas pokok dan fungsi, serta tidak sesuai penganggaran berbasis kinerja.

  Sementara Presiden SBY mengatakan bahwa dalam musim kampanye pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden, dana bansos rawan digunakan. Karena itu, pengelolaannya harus benar-benar ditertibkan. Dan untuk itu, Presiden mengatakan akan segera mengeluarkan kebijakan dan arahan lebih lanjut terkait rekomendasi KPK tersebut.

  

Pada beberapa bulan belakangan ini, Dana Bantuan Sosial seolah menjadi komoditi yang menarik untuk

menjadi headline pemberitaan di beberapa media. Beberapa media mengulas secara kritis tentang dana bantuan sosial ini. Bahkan hal ini sempat membentuk persepsi negatif di kalangan media.

  DANA BANTUAN SOSIAL : aPa rekomenDasi kPk?

  Oleh: Cahya Setiawan

LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA

  Belanja Bantuan Sosial

Belanja Bantuan sosial

Dalam Postur aPBn Oleh: Arif Kelana Putra dan Hendra Kurniawan

LAPORAN UTAMA

  Belanja Bantuan Sosial S

  ecara definisi, bantuan sosial merupakan pengeluaran berupa transfer uang, barang, atau jasa yang diberikan oleh pemerintah pusat/daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial, meningkatkan kemampuan ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat. Risiko sosial yang dimaksud di sini adalah kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial baik itu yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat sebagai dampak dari krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi yang wajar.

  Menurut Buletin Teknis No. 10 Komite Standar Akuntansi Pemerintah tentang Akuntansi Belanja Bantuan Sosial dijelaskan bahwa Belanja Bantuan Sosial adalah transfer uang atau barang yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi dari kemungkinan terjadinya risiko sosial. Risiko sosial diartikan sebagai kejadian atau peristiwa yang dapat menimbulkan potensi terjadinya kerentanan sosial yang ditanggung oleh individu, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat sebagai dampak krisis sosial, krisis ekonomi, krisis politik, fenomena alam dan bencana alam yang jika tidak diberikan belanja bantuan sosial akan semakin terpuruk dan tidak dapat hidup dalam kondisi wajar. Transfer uang/barang/jasa tersebut memiliki ketentuan sebagai berikut : a. Belanja bantuan sosial dapat langsung diberikan kepada anggota masyarakat dan/atau lembaga kemasyarakatan termasuk di dalamnya bantuan untuk lembaga non pemerintah bidang pendidikan dan keagamaan.

  b. Belanja bantuan sosial bersifat sementara atau berkelanjutan.

  c. Belanja bantuan sosial ditujukan untuk mendanai kegiatan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, jaminan sosial, pemberdayaan sosial, penanggulangan kemiskinan dan penanggulangan bencana.

  d. Belanja bantuan sosial bertujuan untuk meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, kelangsungan hidup, dan memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian sehingga terlepas dari risiko sosial.

  e. Belanja bantuan sosial diberikan dalam bentuk : bantuan langsung; penyediaan aksesibilitas; dan/atau penguatan kelembagaan. Sedikit berbeda dengan definisi menurut PMK Nomor 81/PMK.05/Tahun

  2012 Tentang Belanja Bantuan Sosial pada Kementerian Negara/Lembaga dijelaskan bahwa Belanja Bantuan Sosial adalah pengeluaran berupa transfer uang, barang atau jasa yang diberikan oleh Pemerintah Pusat/Daerah kepada masyarakat guna melindungi masyarakat dari kemungkinan terjadinya risiko sosial meningkatnya kemampuan ekonomi dan/ atau kesejahteraan masyarakat. Sementara

  

Salah satu tugas negara adalah menjamin kesejahteraan masyarakatnya dan melindungi masyarakatnya

dari risiko-risiko yang mungkin timbul. Bagaimana negara melaksanakan hal tersebut? Tentu saja dengan

menggunakan anggaran pendapatan dan belanja negara yang dialokasikan dengan tujuan spesifik. Khusus untuk penjaminan kesejahteraan dan perlindungan terhadap risiko sosial, pemerintah memiliki satu pos yang dinamakan bantuan sosial (bansos) di dalamAPBN.

  definisi Risiko sosial sama dengan yang ditetapkan dalam Buletin Teknis 10 KSAP.

  Dengan demikian jika dibandingkan kedua pengertian tentang bantuan sosial sebagaimana tersebut diatas, tampaknya terdapat perluasan pengertian bantuan sosial pada PMK Nomor 81/PMK.05/2012. Namun perluasan pengertian tersebut tidak disertai dengan penjelasan atau maksud dari meningkatnya kemampuan ekonomi dan/ atau kesejahteraan masyarakat.

  Secara rinci, penggunaan dari dana bantuan sosial ini ditujukkan untuk kegiatan rehabilitasi sosial, perlindungan sosial, pemberdayaan sosial, jaminan sosial, penanggulangan kemiskinan, serta penanggulangan bencana. Sedangkan dari sisi penerimanya, dana bantuan sosial dapat dialokasikan bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang mengalami keadaan yang tidak stabil sebagai akibat dari krisis sosial, ekonomi, politik, bencana, dan fenomena alam. Selain itu, bantuan sosial juga

LAPORAN UTAMA

  Belanja Bantuan Sosial

  (PBI). Kemudian Kementerian Sosial mengelola dana bantuan sosial dalam bentuk Program Keluarga Harapan (PKH).

  Pemberi Penerima Tujuan

  Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

  Bantuan Bantuan Penggunaan

  serta Kementerian Agama juga mengelola dana bantuan sosial dalam bentuk program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan

  Pemerintah Pusat • Perorangan, • Rehabilitasi sosial

  Bantuan Siswa Miskin (BSM). Sementara

  (K/L dan BA BUN) dan keluarga, kelompok, • Perlindungan sosial Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat • Pemberdayaan sosial

  itu, dana bantuan sosial yang diperuntukan

  • • Lembaga non • Jaminan sosial

  untuk dana cadangan penanggulangan

  pemerintah bidang • Penanggulangan

  bencana alam dikelola oleh Bendahara

  pendidikan, kemiskinan Umum Negara (BA BUN). kesehatan, • Penanggulangan keagamaan dan bencana bidang lain Perkembangan Belanja Bantuan Sosial

  Alokasi dana bantuan sosial dalam

  Gambar 1. Kriteria Bantuan Sosial

  postur APBN selama beberapa tahun belakangan memiliki tren yang meningkat. dapat disalurkan kepada lembaga non- uang dan barang/jasa. Salah satu contoh pemerintah yang bergerak di bidang bantuan sosial yang disalurkan dalam Walaupun sempat turun menjadi Rp68,6 triliun pada tahun 2010 dari sebelumnya pendidikan, kesehatan, keagamaan, dan bentuk uang adalah bantuan uang tunai bidang lain yang memiliki peran dalam hal melalui Program Keluarga Harapan (PKH) Rp73,8 triliun pada tahun 2009, alokasi dana bantuan sosial terus mengalami perlindungan atas kemungkinan terjadinya yang diperuntukan bagi ibu-ibu rumah risiko sosial, peningkatan kemampuan tangga miskin. Sedangkan, contoh bantuan peningkatan setelahnya. Alokasi dana bantuan sosial pada tahun 2011 tercatat ekonomi, serta kesejahteraan masyarakat sosial yang disalurkan dalam bentuk

  (lihat Gambar 1). barang/jasa misalnya bantuan makanan, sebesar Rp71,1 triliun atau naik sebesar 3,5 persen dari alokasi tahun sebelumnya.

  Penetapan penerima dana bantuan obat-obatan, dan tenaga medis untuk sosial dilakukan oleh pejabat pembuat masyarakat yang terkena bencana alam. Kemudian, alokasi dana bantuan sosial terus naik menjadi Rp75,6 triliun pada komitmen dengan berpedoman kepada Pengelola dana bantuan sosial adalah kriteria dan persyaratan yang tertuang Kementerian/Lembaga sesuai dengan tahun 2012 dan Rp92,1 triliun pada tahun 2013. Pada tahun 2014, alokasi dalam pedoman umum dan petunjuk tugas dan kewenangannya. Kementerian teknis. Pedoman umum ditetapkan oleh Dalam Negeri dan Kementerian Pekerjaan dana bantuan sosial sedikit turun, yaitu sebesar Rp91,8 triliun (mengacu kepada

  Pengguna Anggaran. Sementara itu, Umum mengelola dana bantuan petunjuk teknis ditetapkan oleh Kuasa sosial dalam bentuk PNPM Mandiri. Keppres Nomor 29 Tahun 2013 atau angka di Nota Keuangan APBN Tahun

  Pengguna Anggaran. Kementerian Kesehatan mengelola dana Ada dua bentuk penyaluran bantuan bantuan sosial dalam bentuk jaminan 2014 yang sebesar Rp73.161,2 miliar ditambah dengan Belanja Barang/Belanja sosial oleh pemerintah, yaitu dalam bentuk kesehatan bagi Penerima Bantuan Iuran

LAPORAN UTAMA

  90

  20 -20 Persen 96,9 87,9 94,7 96,4 86,9 Triliun Rp Alokasi Dana Bantuan Sosial Pertumbuhan Penyerapan Real. 31 Des APBN 21,8 6,3 27,8 -7,0 3,6 -0,3 73,8 68,6 71,1 75,6 92,1 91,8

  40

  60

  80

  120 100

  10

2009 2010 2011 2012 2013 2014

  20

  30

  40

  50

  60

  70

  80

  Modal yang berkarakteristik bantuan sosial sebagaimana kaidah Standar Akuntansi Pemerintah yang dalam pendekatan ekonomi dicatat sebagai belanja modal). Namun, jumlah ini bisa dikatakan relatif masih cukup tinggi (

  lihat Grafik 1).

  (Thomas Jefferson)

  “The care of human life and happiness, and not their destruction, is the first and only object of good government”

  Dengan adanya peraturan-peraturan tersebut, Pemerintah dengan berbagai upaya yang maksimal akan memastikan bahwa dana bantuan sosial tepat sasaran dan efisien, sejalan dengan program pembangunan nasional, serta tidak disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan begitu, peran negara akan berada di posisi yang seharusnya, yaitu menjamin kesejahteraan dan melindungi masyarakatnya.

  81 Tahun 2012 tentang Belanja Bantuan Sosial pada K/L, dan PMK No. 214 Tahun2013 tentang Bagan Akun Standar.

  23 Tahun2013 tentang Rincian Belanja Pemerintah Pusat tahun 2014, Perda untuk masing-masing APBD, PMK No.

  bantuan sosial tersebut. Beberapa di antaranya adalah UU No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana, UU No.23 Tahun 2013 tentang APBN Tahun 2014, PP No.22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, Perpres No.39 Tahun 2013 tentang RKP Tahun 2014, Keppres No.

  Grafik 1. Perkembangan Alokasi dan Penyerapan Dana Bantuan Sosial, Tahun 2009-2014

  Karena sifatnya yang strategis dan untuk kepentingan masyarakat luas, pemerintah telah membuat undang- undang dan peraturan sebagai landasan pengalokasian dan pemanfaatan dana

  Untuk program BOS, pemerintah secara berkelanjutan melakukan review dan perbaikan kualitas pengelolaannya sehingga memberikan nilai tambah yang signifikan, khususnya dalam rangka menghilangkan ketidak merataan antar siswa dan antar sekolah. Selain itu, dalamAPBN 2014, pemerintah juga tidak luput untuk mengarahkan kebijakan bantuan sosial dalam hal penganggulangan risiko sosial akibat bencana alam melalui pengalokasian dana cadangan penganggulangan bencan aalam yang diperuntukkan bagi tanggap darurat bencana alam yang kegiatannya belum dapat direncanakan.

  Pemerintah terus melakukan peningkatan efisiensi dan konsistensi dalam pelaksanaan PKH dan program bantuan sosial lainnya, khususnya dalam hal penetapan target dan jenis programnya.

  Dalam APBN Tahun Anggaran 2014, dana bantuan sosial diarahkan untuk memperluas cakupan program- program perlindungan sosial (BOS, BSM, danPKH) serta melanjutkan kesinambungan program pemberdayaan masyarakat melalui PNPM Mandiri.

  Kebijakan Dana BantuanSosialDalamAPBN 2014

  Dari sisi penyerapannya, rata-rata penyerapan dana bantuan sosial selama kurun waktu 2009-2013 adalah sebesar 92,6 persen. Pada tahun 2009, penyerapan dana bantuan sosial mencapai 94,7 persen dari Rp73,8 triliun dana yang tersedia. Kemudian, pada tahun 2010 tingkat penyerapan dana bantuan sosial meningkat menjadi 96,4 persen dari Rp68,6 triliun dana yang tersedia. Selanjutnya, pada tahun 2011 dan 2012 penyerapan dana bantuan sosial cenderung turun di bawah 90 persen, yaitu masing-masing sebesar 86,9 persen dan 87,9 persen. Namun setelah itu, penyerapan dana bantuan sosial kembali naik pada tahun 2013, yaitu 96,9 persen dari Rp92,1 triliun dana yang tersedia. Berdasarkan data historis tersebut, secara umum bisa dikatakan bahwa pengelola sudah cukup efektif dalam pemanfaatan dana bantuan sosial.

  Belanja Bantuan Sosial 100

LAPORAN UTAMA

  Jenis Belanja Bantuan Jenis Belanja Bantuan sosial dalam Penganggaran Belanja negara

  Oleh: Achmad Zunaidi

  indikasi penyelewengan anggaran belanja bantuan sosial (Bansos) yang berasal dari APBN dan APBD muncul sebagai wacana publik sebelum Pemilu Legislatif pada 9 April 2014 lalu. KPK adalah institusi yang mengemukakan indikasi ini.

  da 2 aspek yang menjadikan tersebut mencakup rehabilitasi sosial, teknis dan memusatkan belanja bansos anggaran Bansos rawan perlindungan sosial, jaminan sosial, di Kemensos. Disamping itu, KPK juga penyelewengan. Aspek dimaksud pemberdayaan sosial, dan penanggulangan member rekomendasi agar mendesain

  A

  adalah regulasi dan kelembagaan. kemiskinan. ulang dan menetapkan grand desain Kesalahan atau kekurangtepatan penerapan Dalam hal aspek kelembagaan, penyelenggaraan bansos dalam jangka salah satu atau dua aspek inilah sebagai penyelenggaaan bansos/kesejahteraan panjang, menengah dan pendek. penyebab terjadinya penyelewengan. sosial di kementerian teknis (Kementerian Mencermati hal tersebut di atas, Dasar hukum yang dipakai sebagai Pendidikan dan Kebudayaan atau ada beberapa dasar pemikiran yang kacamata dalam melihat ada tidaknya Kementerian Pekerjaan Umum sebagai memerlukan diskusi lebih dalam penyelewengan adalah UU nomor 11 contoh) menyalahi aturan mengenai berkaitan dengan pendapat KPK di tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. penyelenggaraan kesejahteraan/bantuan atas. Pertama, soal pemisahan antara

  Dalam hal aspek regulasi, KPK sosial. Dalam bidang kesejahteraan Comptabel dan Administratif Beheer. menyatakan adanya perluasana definisi sosial, seharusnya Kementerian Sosial Sejak tahun anggaran 2005, kewenangan bantuan sosial. Semula bantuan sosial sebagai pihak penyelenggaranya bukan antara bendahara umum negara dan hanya berkaitan dengan anggaran belanja kementerian atau lembaga lainnya. administrasi dipisah. Hal ini merupakan yang dialokasikan dalam membantu Dengan sudut pandang di atas, amanat UU nomor 17 tahun 2003 tentang masyarakat utuk mengantisipasi risiko tidak heran apabila KPK memberikan Keuangan Negara dan UU nomor 1 tahun sosial. Namun, sistem penganggaran rekomendasi untuk menghentikan program 2004 tentang Perbendaharaan Negaran. memperluas pengertian bantuan social melalui bansos di kementerian/lembaga Sebelumnya, dua kewenangan (comptabel

LAPORAN UTAMA

  

Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2008 tentang Kementerian Negara. Undang-undang ini mengatur

  Jenis Belanja Bantuan

  Tabel 1.

  Apabila dua-duanya benar adanya, harmonisasi merupakan langkah bijak dalam melihat Bansos sebagaimana adanya. Maksudnya, apabila membahas tugas-fungsi dan kewenangan kementerian, Kita harus mengembalikan program dan kegiatan tersebut pada ruang lingkup bidang tugas tiap-tiap kementerian. Apabila membahas pengelompokan transaksi keuangan semata, kita harus mengembalikan dalam sistem penganggaran yang ada. Itu idealnya.

  Dua sudut pandang di atas tidak ada yang salah. Satu sudut pandang melihat Bansos dalam ruang lingkup program. Sementara sudut pandang dua, melihat Bansos dalam ruang lingkup catatan transaksi keuangan semata. Satu sudut pandang melihat Bansos lebih sempit sedangkan yang lainnya, cakupannya lebih luas.

  Harmonisasi Sudut Pandang

  Dalam konteks bidang penganggaran, kementerian fokus pada usaha mencapai sasaran progam dan kegiatan yang dilaksanakan sesuai bidang tugasnya. Sedangkan mengenai cara atau metodologi mencapainya diserahkan kepada tiap- tiap kementerian, termasuk bagaimana transaksi keuangannya dikelompokkan (baca jenis belanja Bansos). Inilah yang dimaknai agak berbeda oleh KPK dengan kacamata UU nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial.

  Secara praktis, pandangan UU Kementerian Negara melihat program dan kegiatan yang dilaksanakan kementerian seperti contoh di bawah ini (lihat Tabel 1).

  salah satunya tentang kedudukan, tugas pokok, fungsi dari suatu kementerian (termasuk di dalamnya adalah lembaga). Yang dimaksud dengan kementerian adalah merupakan perangkat pemerintah yang membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan. Sedangkan yang dimaksud dengan urusan pemerintahan adalah setiap urusan sebagaimana dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Jadi menurut undang-undang ini, tugas kementerian adalah menyelenggarakan urusan tertentu dalam pemerintahan dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan negara berupa penyelenggara perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidangnya, pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidangnya dan pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah.

  dan administrative beheer) tersebut ada

  pada satu tangan, yaitu Kementerian Keuangan. Dengan berlakungan UU nomor 17, kewenangan administratif menjadi kewenangan kementerian teknis, bukan lagi menjadi kewenangan Kementerian Keuangan.

  2. Pengembangan Hubungan Industrial dan Peningkatan Jaminan Sosial Tenaga Kerja Peningkatan Penerapan Pengupahan dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja 4.800.000

  Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 694.576.375

  1. Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Pangan Untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan dengan Kegiatan Penanganan Pasca Panen Tanaman Pangan Pengelolaan Produksi

  No. Program Kegiatan Alokasi Anggaran (ribuan rupiah)

  dapat didekati melalui tugas dan fungsi kementerian. Dasar paling sahih

  Tiga, permasalahan Bansos juga

  dekat dengan paradigma anggaran berbasis kinerja versus bukti transaksi keuangan. Salah satu pemikiran yang membentuk paradigma penganggaran berbasis kinerja adalah let’s manager manage. Suatu istilah yang merujuk pada kondisi dimana seorang manajer berwenang penuh melakukan apapun dalam konteks pencapaian tujuan-tujuan organisasi dengan catatan bahwa target dan sasaran kinerja telah dirumuskan dengan baik. Baik di sini mempunyai arti, berorientasi kepada pemenuhan kebutuhan masyarakat, dapat dilaksanakan, dan tercapainya sasaran tertentu.

  Dua, persoalan Bansos di atas dapat di

  Kewenangan administratif tidak hanya melakukan perikatan-perikatan dan/atau perjanjian/kontrak yang berkaitan dengan pengadaan barang atau jasa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan. Kewenangan ini diperluas antara lain melakukan pengujian dan penelitian terhadap setiap permintaan pembayaran/ tagihan yang dapat mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja negara. Tentu saja, apa yang menjadi kewenangan kementerian tersebut sejalan dengan kedudukan organisasi kementerian, tugas, dan fungsinya dalam penyelenggaraan pemerintahan. Lebih tegasnya, kementerian teknis mempunyai kewenangan melakukan apapun (dibaca melaksanakan program dan kegiatan) sesuai tugas dan fungsi di bidang pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya.

  membahas tugas dan fungsi kementerian adalah

LAPORAN UTAMA LAPORAN UTAMA

  Bantuan Sosial Pada K/L

LAPORAN UTAMA

  Bantuan Sosial Pada K/L

BELANJA BANTUAN SOSIAL

  PaDa kemDikBuD

  Oleh: Hendra Kurniawan. KH

  

Permasalahan Bantuan Sosial menjadi ramai dibicarakan belakangan ini. Pertama, kebetulan pada tahun

2014 indonesia sedang melaksanakan hajatan besar berupa pesta demokrasi lima tahunan atau pemilihan

umum untuk memilih anggota legislatif dan memilih presiden, atau orang sering menyebutnya sebagai tahun politik.

  enilik dari istilahnya sebagai keamanan” kepada pihak-pihak yang yang terkadang berbeda dengan semangat tahun politik, maka semua terlibat dalam pengelolaan bantuan pengaturan dalam Undang-undang nomor hal terkesan dipolitisasi, sosial tersebut. Akuntabilitas proses 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara .

  M

  termasuk pengelolaan bantuan sosial perencanaan, penganggaran, penyaluran Prinsip-prinsip umum pengelolaan dalam belanja negara. Ada kekhawatiran dan pertanggungjawaban belanja bantuan keuangan Negara menurut Undang- Belanja Bantuan Sosial yang dialokasikan sosial memang perlu mendapatkan undang tentang Keuangan Negara lebih dalam APBN untuk memenuhi sasaran perhatian yang serius. mengedepankan upaya untuk memenuhi program-program pembangunan nasional prinsip keadilan, efisiensi, transparansi dan justru ditumpangi untuk kepentingan Telaah Bantuan Sosial Pada akuntabilitas publik dalam pengelolaan

  Kemdikbud

  pihak-pihak lain yang terlibat dalam pendanaan melalui mekanisme APBN. kompetisi pemilihan umum, misalnya Ada yang berbeda dalam hal skema Sementara pendanaan pendidikan membawa bantuan ke daerah pemilihan pendanaan pendidikan, yang telah menurut Undang-undang tentang Sistim atas nama pribadi untuk pencitraan (poin) pula ditegaskan dalam beberapa dasar Pendidikan Nasional lebih mengutamakan di mata masyarakat daerah pemilihan, hukum penyelenggaraan pendidikan prinsip fleksibilitas dan otonomi dalam atau menyalahgunakan belanja bantuan (Undang-undang nomor 20 tahun 2003 pengelolaan pendanaan pendidikan, sosial untuk mengumpulkan dana pemilu tentang Sistim Pendidikan Nasional dan walaupun tetap diembel-embeli menjaga (koin). Kedua, adanya surat Pimpinan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun prinsip efisiensi dan akuntabilitas. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan), Sehingga tidak heran jika skema nomor B-748/01-10/03/2014 tanggal 20 maret 2014 perihal Upaya Perbaikan Pada Kebijakan Bantuan Sosial Pada Kementerian/Lembaga yang ditujukan kepada Presiden Republik Indonesia yang pada intinya menyebutkan bahwa program bantuan sosial yang ada saat ini memiliki kelemahan dalam kebijakan terkait aspek regulasi dan aspek kelembagaan, serta merekomendasikan untuk menghentikan pendanaan bantuan sosial melalui Kementerian/Lembaga teknis, dan memusatkan belanja bantuan sosial pada Kementerian Sosial, dan mendesain ulang/menetapkan grand design penyelenggaraan bantuan sosial dalam jangka panjang, menengah dan pendek, termasuk pembangunan basis data terpadu dan perbaikan peraturan perundangan.

  Apapun alasannya tampaknya evaluasi atas pengelolaan bantuan sosial sangatlah penting dalam rangka memberikan “kenyamanan dan

LAPORAN UTAMA

  pendanaan pendidikan yang dikelola lebih menginginkan pengalokasian “model bantuan sosial” karena memberikan ruang fleksibilitas dan otonomi tadi. Bahkan dalam Undang-undang tentang Sistim Pendidikan Nasional mengamanatkan yang lebih fleksibel dan otonomi lagi yaitu bentuk “hibah” yang tidak sesuai dengan Undang-undang tentang keuangan Negara.

  Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bagian Keempat Pengalokasian Dana Pendidikan Pasal 49 ayat (3) disebutkan Dana pendidikan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk satuan pendidikan diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Selanjutnya dalam ayat (4) Dana pendidikan dari Pemerintah kepada Pemerintah Daerah diberikan dalam bentuk hibah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

  Dalam Peraturan Pemerintah Nomor

  48 Tahun 2008 Tantang Pendanaan Pendidikan Pasal 4 ayat (3) disebutkan Pengeluaran operasi personalia yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja pegawai atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang-undangan. Selanjutnya ayat (4) Pengeluaran operasi nonpersonalia yang menjadi tanggung jawab Pemerintah atau pemerintah daerah dibiayai melalui belanja barang atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang- undangan. Dalam Pasal 5 ayat (1) Pemerintah atau pemerintah daerah dapat mendanai investasi dan/atau biaya operasi satuan pendidikan dalam bentuk hibah atau bantuan sosial sesuai peraturan perundang- undangan.

  Dengan ditegaskannya terminologi hibah dan bantuan sosial dalam Undang- undang dan Peraturan Pemerintah sebagaimana tersebut diatas, sangat kental maknanya bahwa pengelolaan pendanaan pendidikan membutuhkan “keluwesan” tidak rigit atau kaku. Prinsip ini tidak sepenuhnya salah jika kita membandingkan dengan tanggung jawab kinerja pendanaan bidang pendidikan, hanya mungkin perlu dilakukan kajian mendalam, apakah sudah saatnya keluwesan itu dipenuhi, karena banyak faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan, komitmen, kejujuran, kepatuhan dari pengelola pendanaan pendidikan diperlukan sehingga pendanaan pendidikan itu dapat tepat sasaran, efisien dan akuntabel.

  Jumlah dan Jenis Bantuan Sosial Pada Kemdikbud Tahun 2014

  Alokasi Belanja Bantuan Sosial pada Kemdikbud mencapai 40,60% dari total pagu Kemdikbud Tahun 2014, atau

  Bantuan Sosial Pada K/L

LAPORAN UTAMA

  Bantuan Sosial yang dialokasikan dalam APBN (termasuk yang dialokasikan

  Bantuan Sosial Pada K/L

  Khusus pada Kemdikbud, mungkin perbaikan bisa lebih diarahkan pada institusi/unit pemberi bantuan sosial, apakah semua boleh menyalurkan, atau unit-unit yang secara tugas dan fungsinya memang dimungkinkan untuk menyalurkan. Hal yang lain, bisa dengan memantapkan proses evaluasi terhadap penyaluran bantuan sosial sehingga bisa disalurkan secara lebih selektif dan tidak terus menerus. Perbaikan mekanisme penyaluran dan pertanggungjawaban bantuan sosial diperlukan, sehingga anggapan bahwa bantuan sosial dapat menjadi ajang pengumpulan “poin dan koin” tidak akan pernah terjadi.

  Beberapa jenis belanja bantuan sosial pada Kemdikbud umumnya langsung bersentuhan dengan keberlangsungan proses belajar mengajar, seperti BOS, Beasiswa, Bantuan Siswa Miskin, bantuan Operasional kepada Lembaga Pendidikan, atau yang terkait dengan perbaikan kesejahteraan guru/dosen/tenaga pendidik seperti Tunjangan Profesi Guru/Dosen, Tunjangan Guru bantu, Tunjangan Fungsional, dan Tunjangan Khusus tidak dapat dihentikan, apalagi hal ini juga sebagai implementasi dari pelaksanaan Undang-Undang (Mandatory). Demikian pula halnya dengan jenis belanja bantuan sosial yang lain seperti perbaikan sarana dan prasarana pendidikan secara massif diseluruh daerah menjadi prioritas nasional dalam pembangunan bidang pendidikan, dalam rangka perluasan akses untuk mendapatkan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia secara merata.

  di Kemdikbud) memiliki kelemahan, utamanya dari aspek regulasi dan kelembagaan bisa jadi memang benar adanya, namun demikian himbauan untuk menghentikan program bantuan sosial ini rasa-rasanya kurang tepat.

  32,745,800,965 Sumber: RKA-KL Kemdikbud Tahun 2014

  6 Ditjen Kebudayaan 33,845,000

  5 Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini Non Formal dan Informal 1,100,200,000

  4 Ditjen Pendidikan Tinggi 3,620,238,080

  3 Ditjen Pendidikan Menengah 13,629,860,916

  2 Ditjen Pendidikan Dasar 14,036,168,855

  1 Sekretariat Jenderal Kemdikbud 325,488,114

  Tabel 1. Alokasi Belanja Bantuan Sosial Kemdikbud Tahun 2014 No. Unit Eselon i Jumlah Alokasi

  mencapai Rp32.745.800.965.000,- (Tiga Puluh Dua Triliun Tujuh Ratus Empat Puluh Lima Miliar Delapan Ratus Juta Sembilan Ratus Enam Puluh Lima Ribu Rupiah). Penyaluran bantuan sosial dilakukan leh 6 (enam) dari 10 (sepuluh) unit eselon satu pada Kemdikbud (yang tidak menyalurkan adalah unit Balitbang, Badan Bahasa, Badan SDM dan Penjaminan Mutu Pendidikan, dan Inspektorat Jenderal). Unit yang melaksanakan penyaluran Bantuan Sosial bukan hanya unit teknis tetapi juga Sekretariat Jenderal yang seharusnya kurang tepat menjadi unit penyalur Bantuan Sosial. Rincian penyaluran Belanja Bantuan Sosial pada Kemdikbud sebagaimana pada tabel berikut ini. (lihat Tabel 1)

  Jenis Bantuan Sosial yang ada pada Kemdikbud pada prinsipnya disalurkan pada 5 (lima) klaster termasuk pada 3 (tiga) komponen utama pendidikan meliputi Guru/Dosen, Siswa/Mahasiswa dan Sarana/Prasarana, yaitu :

  kebudayan dan cagar budaya, meliputi

  e. Diperuntukkan pada upaya pelestarian

  Lembaga Pendidikan, Penguatan Kelembagaan, Bantuan Muhibah Seni, Bantuan Operasional Penyelenggaraan PAUD/PK PLK/Pendidikan Paket A, B dan C (BOP) Implementasi Kurikulum baru, bantuan Peningkatan Mutu Sekolah-sekolah daerah khusus dan Bantuan Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta.

  

Pendidikan, meliputi Bantuan kepada

  d. Diperuntukkan kepada Lembaga

  meliputi Pembangunan Unit Sekolah baru (USB), Pembangunan Laboratorium Sekolah, Pembangunan Perpustakaan Sekolah, Pembangunan Ruang Kelas baru (RKB), Rehabilitasi Ruang Kelas, Pendirian Perguruan Tinggi, E-Learning/TIK dan Bantuan Peralatan.

  

Sarana dan Prasarana Pendidikan,

  Miskin (BSM), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Beasiswa Bidik Misi, Beasiswa PPA BBM, Buku Pegangan mata Pelajaran untuk Siswa c. Diperuntukkan pada pengembangan

  Mahasiwa, meliputi Bantuan Siswa

  b. Diperuntukkan kepada Siswa/

  Guru/Dosen, Tunjangan Fungsional Guru Non PNS, Tunjangan Khusus, Tunjangan Guru Bantu, Insentif Guru dan Tunjangan Kehormatan Profesor/ Guru Besar, Beasiswa Guru, Beasiswa Prestasi untuk Guru/Dosen, Pembinaan Karir Guru/Tenaga Pendidik, Bantuan Peningkatan Kualifikasi dan Buku Pegangan Guru.

  Pendidik, meliputi Tunjangan Profesi

  a. Diperuntukkan pada Guru/Tenaga

  bantuan kepada lembaga budaya dan pembangunan rumah adat. Dugaan KPK bahwa program

LAPORAN UTAMA

  Peranan Bantuan Sosial

  LAPORAN UTAMA U

  ntuk menambah wawasan dan cara pandang tentang belanja bantuan sosial, tulisan ini akan menggambarkan secara singkat bahwa belanja bantuan sosial tidak hanya sekedar belanja “bagi-bagi” yang tanpa sisa, tetapi juga dapat memberikan manfaat dan bahkan memberdayakan masyarakat sekaligus meningkatkan ketersediaan infrastruktur dasar di komunitasnya melalui salah satu program Pemerintah, yaituProgram Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan. Bagian selanjutnya dari tulisan ini akan memaparkan latar belakang program PNPM Mandiri Perkotaan sebagai bagian dari empat klaster pemberantasan kemiskinan yang menjadi sasaran Pemerintah, profil program sebagai bagian dari penggunaan anggaran bantuan sosial Pemerintah, alokasi anggaran dan pencapaian yang telah dicapai.

  Perlunya PNPM Mandiri Perkotaan untuk “tangkis” (tanggulangi kemiskinan) yang berkelanjutan

  Penanggulangan kemiskinan merupakan salah satu program unggulan Pemerintah saat ini. Sebagai bentuk keseriusanPemerintah dalam percepatan pengentasan kemiskinan, telah ditetapkan empat strategi percepatan pengentasan kemiskinan, yang terkait dengan empat klaster pengentasan kemiskinan, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor

  menilik Belanja Bantuan sosial dalam PnPm mandiri Perkotaan

  15 tahun 2010 tentang Percepatan Pengentasan Kemiskinan, yaitu:

  a. mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin; b. meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin; c. mengembangkan dan menjamin keberlanjutan Usaha Mikro dan Kecil; d. mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

  Adanya lebih dari satu strategi pengentasan kemiskinan mencerminkan bahwa kemiskinan mencakup berbagai dimensi sehingga tidak dapat ditanggulangi hanya dengan mengatasi gejala kemiskinan yang terlihat dari luar.

  Penanggulangan kemiskinan ini membutuhkan strategi yang tidak hanya dapat membantu rakyat miskin dalam jangka pendek dengan pemberian bantuan langsung, tetapi juga harus dapat membantu mereka untuk secara mandiri dapat keluar dari kemiskinan yang berkelanjutan. Selain itu, kurang efektifnya program penanggulangan kemiskinan sebelumnya disebabkan belum berhasilnya dalam menyentuh akar penyebab kemiskinan, yaitu kondisi masyarakat yang belum berdaya (P2KP n/a).Oleh karena itu, tulisan ini memfokuskan pada klaster kedua pengentasan kemiskinan, yaitu peningkatan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin. Program penanganan kemiskinan ini ditujukan untuk menuju terciptanya lembaga/kelompok masyarakat yang mandiri dan benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan (ibid.).

  Pemerintah memiliki beberapa program andalan dalam pemberdayaaan masyarakat pada klaster dua ini. Program pemberdayaan ini dikenal sebagai Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri, yang diantaranya adalah PNPM Mandiri Perkotaan dengan sasaran kelompok masyarakat perkotaan. Dengan demikian, PNPM Mandiri Perkotaan diperlukan dalam usaha penanggulangan kemiskinan tahap lanjut untuk membantu terciptanya masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan.

  Sekilas PNPM Mandiri Perkotaan

  PNPM Mandiri Perkotaan merupakan bagian dari sebuah program pemberdayaan masyarakat yang diluncurkan Pemerintah yang tergabung dalam PNPM Mandiri. PNPM Mandiri Perkotaan dilaksanakan oleh Pemerintah sejak tahun 2007, tetapi program serupa telah dirintis sejak tahun 1999 dengan nama Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) (DJCK n/a). Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, program ini juga merupakan bagian dari program penanganan kemiskinan, khususnya untuk klaster dua. Atau dengan kata lain, PNPM Mandiri Perkotaan juga bagian dari upaya Pemerintah untuk melindungi masyarakat

  Membaca istilah bantuan sosial asosiasi yang umum terbersit bagi pembaca adalah “bagi-bagi” atau bancakan” uang negara (APBN/APBD) oleh pejabat kepada masyarakat. Asosiasi ini semakin menguat di tahun politik ini, apalagi ditambah dengan adanya pernyataan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang memberikan warning kepada Pemerintah untuk berhati-hati dalam pencairan anggaran belanja bantuan sosial yang rawan menjadi “bancakan” korupsi.

  Oleh: Wahyu Indrawan

  Peranan Bantuan Sosial