SERI PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN BAGI PRAMUKA

  Penegak 4 Perpustakaan Nasional RI : Data Katalog Dalam Terbitan (KDT) Nento, Mohammad Laiyin Punya karya punya cerita/ Mohammad Laiyin Nento. -- Jakarta : Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan BKKBN, 2015

iv, 28 hal.; 21 cm. – (Seri PendidikanKependudukan bagi Pramuka

Penegak)

  ISBN : 978-602-1564-40-0

1. KEPENDUDUKAN – USIA PRODUKTIF - PRAMUKA PENEGAK

I. Judul

  II. Seri ………

PUNYA KARYA PUNYA CERITA

  Pertama kali diterbitkan oleh: Direktorat Kerjasama Pendidikan Kependudukan (DITPENDUK) – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Penanggung Jawab : Dra. Paulina Johana S., MM.

  Penulis : Mohammad Laiyin Nento Editor : Bambang Hendroyono, S.Pd., M.M.Pd.

Penyelaras akhir : Sintawaty Sulisetyoningrum, S.,Sos., MPH.

  Sri Herlin K., S.Si.

Tim Ditpenduk

Desain sampul dan grafis : Dwi Gustami

  Cetakan Pertama, 2015 Materi dapat diperbanyak oleh pihak lain atas izin DITPENDUK – BKKBN Email : ditpenduk@bkkbn.go.id

  

SERI PENDIDIKAN KEPENDUDUKAN

BAGI PRAMUKA

Penduduk Indonesia berjumlah 237.641.326 jiwa di tahun 2010, diproyeksikan akan

menjadi 270 juta di tahun 2025 dan antara 309 juta di tahun 2050 (Proyeksi BPS) . United

Nations memproyeksikan, Indonesia akan menjadi penyumbang terbesar ke-6 dari

jumlah seluruh penduduk dunia, dimulai dari China, India, Nigeria, Amerika, Pakistan, dan

akhirnya Indonesia. Terkait dengan hal tersebut, maka buku ini betujuan memberikan

wawasan pengetahuan tentang kependudukan kepada Pramuka, yang diharapkan

dapat menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya.

Buku Seri Pendidikan Kependudukan Bagi Pramuka ini terdiri atas 5 isu kependudukan,

yaitu : Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk, Usia Remaja, Penduduk Usia Produktif,

Penduduk Lanjut Usia, dan Urbanisasi. Masing-masing isu kependudukan memiliki buku

seri cerita dan bacaan yang dikemas secara menarik dan disesuaikan dengan tingkatan

Pramuka, dimulai dari Pramuka Siaga, Penggalang, Penegak dan Pandega.

  Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk Saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke 4 sebagai negara dengan penduduk terbanyak di dunia dan akan terus bertambah sampai tahun 2050. Keadaan ini akan berdampak meningkatnya kesenjangan sosial, kepadatan pemukiman, berkurangnya lahan untuk tempat bermain anak, pengangguran, tingginya kebutuhan pangan dan energi dan bahkan kriminalitas.

  Oleh karena itu, dituntut peran serta dari berbagai pihak termasuk

Pramuka untuk dapat membantu pemerintah dalam menekan angka laju pertumbuhan

penduduk. Untuk Pramuka siaga dan penggalang dapat membantu dengan menjadi

contoh nyata dalam tindakan dan kegiatan sehari-hari. sedangkan bagi pramuka

penegak dan pandega dapat melalui kegiatan penyuluhan kepada masyarakat.

  Usia Remaja Jumlah remaja di Indonesia sebesar 43, 6 juta jiwa (BPS, 2010), jumlah tersebut akan terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2025 sebesar 47 juta jiwa. Penduduk remaja merupakan modal pembangunan yang sangat potensial, oleh karena itu harus memiliki kualitas yang baik. Karena peran pemuda sangat penting bagi keberlangsungan dan kemajuan sebuah bangsa, maka negara berkepentingan untuk memiliki anak-anak muda yang siap untuk meneruskan kepemimpinan bangsa dan benkotribusi sejak dini dengan prestasi yang diraih dibidangnya masing-

masing. Organisasi mana yang memiliki perhatian penuh terhadap pembentukan

karakter anak muda? Salah satunya adalah Pramuka. Dimana Pramuka telah terbukti di

lebih dari 165 negara sebagai wadah yang efektif dalam pembentukan karakter anak

muda. Oleh karena itu, sebagai Pramuka harus memahami dengan baik karakteristik

usia remaja karena akan menjadi bekal yang baik untuk pribadi dalam membina diri dan

menjadi contoh positif untuk rekan seusianya.

  Penduduk Usia Produktif Jumlah penduduk usia produktif (usia 15 -64) di Indonesia pada tahun 2010 berjumlah 157,05 juta jiwa dan akan terus meningkat sampai tahun 2035 mencapai angka 207 jiwa. Semakin meningkatnya jumlah penduduk usia produktif dapat menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Maka syaratnya mereka harus dibekali dengan pendidikan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pasar kerja. Untuk mempersiapkan generasi penerus yang akan menjadi penduduk usia produktif yang berkualitas khususnya para generasi Pramuka, buku ini

bertujuan memberikan pengetahuan tentang berbagai profesi, motivasi untuk memiliki

cita-cita yang tinggi dan adanya dunia kewirausahawan. Dimana diharapkan Pramuka

dapat menjadi contoh nyata yang baik bagi lingkungan sekitarnya.

  Penduduk Usia Lanjut Saat ini jumlah usia lanjut sekitar 21 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun 2050 jumlahnya meningkat mencapai angka 79,8 juta jiwa.

  Meningkatnya jumlah Lansia akan memberikan dampak dalam berbagai aspek kehidupan, seperti penyediaan fasilitas umum yang ramah lansia dan sikap-sikap positif dari keluarga. Oleh karena itu generasi penerus saat ini khususnya untuk para Pramuka yang akan menjadi contoh bagi lingkungan sekitarnya harus sudah diajarkan untuk menjadi manusia yang produktif dan mandiri sehingga siap menghadapi masa dewasa dari

sekarang dengan mulai selalu menghormati, menyayangi, dan peduli kepada kakek dan

nenek mereka. Dari sisi lansia, mereka akan senang dan gembira jika mendapat kasih

sayang dan perhatian yang besar dari cucunya.

  Urbanisasi Penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan sudah mencapai 54% (BPS, 2010) dari total seluruh penduduk di Indonesia. Diperkirakan pada tahun 2050, penduduk yang tinggal di perkotaan akan mencapai 75%. Pesatnya pertumbuhan perkotaan dapat menyebabkan masalah seperti polusi, kemacetan, banjir, pemukiman yang padat serta kerusakan lingkungan. Bagi daerah asal (desa) jika ditinggalkan dapat menyebabkan kekurangan Sumber Daya Manusia potensial yang dapat mengelola dan membangun daerah asalnya.

Oleh karena itu perlu ditanamkan kepada setiap insan Pramuka bahwa tinggal di desa

dan kota sama saja dengan kelebihan dan kekurangannya. Setiap Pramuka didorong

untuk mencintai dan peduli daerah asalnya, memiliki kesadaran untuk memajukan

daerahnya masing-masing dan berkontribusi menciptakan desa maupun kota yang

ramah lingkungan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan berperilaku hidup sehat.

Disamping juga senantiasa selalu merasa bangga menjadi seorang Pramuka Indonesia

baik di desa maupun di kota. Salam Pramuka!

  

SEPERCIK PENGANTAR …

“Be Prepared !” artinya “Bersiap Sedia”. Ya, “Be

Prepared” adalah motto seorang pandu atau

Pramuka di seluruh dunia. Seorang Pramuka,

terlebih usia Penegak harus membekali dirinya

dengan kemampuan yang bisa membawanya

selamat untuk kehidupan dewasanya kelak dan

bermanfaat bagi sesama di mana saja di setiap

masa.

  

“A Scout is never taken by surprise; he knows

exactly what to do when anything unexpected

happens.” (Baden Powell)

Demikianlah kalimat dari Baden Powell yang

menggambarkan sosok seorang Pramuka yang

Ideal, bahwa “Seorang Pramuka tidak pernah

dibuat terkejut; Ia paham apa yang harus

dilakukan ketika sesuatu yang tidak terduga

terjadi”.

  

Hidup haruslah bermanfaat. Bermanfaat bagi diri

sendiri juga bagi sesama. Kita bisa bermanfaat jika

kita menghasilkan sesuatu. Tentunya sesuatu yang

baik. Ketika kita berhasil menghasilkan sesuatu

yang baik, yang bermanfaat, berarti kita telah

memiliki karya. Dan ketika kita sudah memiliki karya berarti kita sudah membangun kebanggaan atas diri kita dan orang lain dengan manfaat dari karya tersebut. Inilah semangat yang harus ditanamkan sejak awal oleh seorang Penegak. Kita harus produktif atau menghasilkan. Kita harus bisa berdiri di atas kaki sendiri. Kita bisa bermanfaat untuk sesama. Kita harus punya karya untuk bisa dikenang. Karena punya karya berarti punya cerita.

ANAK MUDA PUNYA KARYA, ANAK MUDA PRODUKTIF

  Buku ini akan memperdalam wawasan kita tentang Usia Produktif.

  Apa arti dari Produktif? Secara sederhana, produktif berarti ‘menghasilkan’. Secara umum

Produktif bisa didefinisikan sebagai tindakan

kreatif yang dapat menghasilkan sesuatu.

Usia produktif adalah mereka yang berada dalam

rentang usia 15-64 tahun. Meskipun dasar

pemikiran rentang usia produktif ini dianggap

sebagai usia yang mampu menghasilkan secara

ekonomi. Namun perlu diingat produktifitas

seseorang juga tergantung pada faktor fisik,

keterampilan, mentalitas, jenis pekerjaan serta

aspek sosial lainnya.

  

Anak muda harus produktif. Apa lagi untuk

seorang Pramuka Penegak. Apa saja yang dibutuhkan untuk bisa menjadi anak muda yang produktif ? Mari kita pelajari lebih jauh di buku ini.

  PRAMUKA PENEGAK HARUS MEMAHAMI USIA PRODUKTIF

  Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa rentang usia produktif berada di antara 15 – 64 tahun. Berarti usia Pramuka Penegak yang berada di rentang 16 – 20 tahun termasuk ke dalam usia produktif tersebut. Karena Pramuka Penegak baru memasuki fase awal usia produktif, maka konteks produktif tidak selalu hanya terkait ekonomi. Namun produktif dalam segala hal yang dapat bermanfaat. Makin bertambah usia harus makin bertambah pula tingkat produktifitas kita. Banyak cerita menginspirasi tentang anak-anak Indonesia yang bisa membiayai sekolahnya sendiri dari hasil bekerjanya dengan tetap berprestasi. Ada juga yang sudah produktif dengan menghasilkan karya karya yang bermanfaat seperti; penemuan- penemuan baru, menulis buku, menciptakan lagu, dan yang menghasilkan secara ekonomi seperti berwirausaha kecil-kecilan baik seperti berdagang, menawarkan jasa dari keterampilannya ataupun bisnis online.

  Makin banyak anak muda yang produktif, maka bangsa ini akan sangat diuntungkan. Sebaliknya, jika anak muda kita banyak namun tidak produktif justru akan menjadi sumber masalah dan beban bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pramuka Penegak harus memastikan dirinya jadi pribadi yang benar-benar produktif, sehingga keberadaannya menjadi kebanggaan bagi orang tua, sekolah, masyarakat serta bangsa dan negara. Tidak cukup menjadi pribadi yang produktif, tetapi juga kita harus bisa menularkan semangat produktif ini. Berikan pemahaman kepada teman- teman seusia bahwa anak anak muda harus produktif baik secara pribadi maupun secara ekonomi. Makin banyak anak muda dengan tingkat produktifitas yang tinggi maka kemajuan bangsa ini akan melaju lebih kencang lagi.

  Itulah mengapa seorang Pramuka Penegak harus memahami segala hal yang terkait dengan Usia Produktif. Selain menjadi bekal untuk menjadi pribadi yang lebih produktif, kita juga mendapatkan wawasan untuk bisa menularkan semangat anak muda produktif.

JUMLAH USIA PRODUKTIF INDONESIA

  Berdasarkan data sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia yang masuk dalam kelompok usia produktif berjumlah 157 juta orang ( 66% )

  Umur Jumlah Prosentase (Dalam tahun) (Dalam Juta) (%)

  0 – 9 45,93 19,33 10 – 14 22,67 9,54 15 – 64 157.05 66,09 65 < 11,98 5,04 Jumlah 237,641 100

  Sumber : Sensus Nasional 2010

  Usia Produktif 0 - 9 tahun 10 - 14 tahun 15 - 64 tahun > 65 tahun

  Data pada tabel dan grafik tersebut menggambarkan besarnya jumlah kelompok

penduduk usia produktif di Indonesia saat ini. Bila

kelompok ini memiliki kualitas yang baik dan

memang benar benar produktif, maka bangsa dan

negara akan diuntungkan dari produktifitasnya tersebut.

Namun bila sebaliknya, kelompok ini tidak

berkualitas dan tidak produktif, maka negara akan

dirugikan karena harus menanggung beban dari kelompok ini.

  

Kata kuncinya adalah kita harus memastikan

bahwa penduduk usia produktif harus benar-benar produktif.

BONUS DEMOGRAFI

  Bonus demografi (demographic bonus) adalah bonus atau peluang yang dinikmati suatu negara sebagai akibat dari besarnya proporsi penduduk usia produktif sebagai hasil perkembangan kependudukan yang dialaminya.

  Fenomena bonus demografi ini terjadi karena membengkaknya jumlah penduduk produktif yang berpotensi menjadi daya dukung pertumbuhan (engine of growth) bagi perekonomian kita.

  Tren ini menuntut pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang efektif agar momentum langka ini dapat dimanfaatkan dengan baik.

  Seperti judul lagunya Justin Biebar “Now or Never” (Sekarang atau tidak sama sekali) Di Indonesia, fenomena Bonus Demografi ini terjadi karena proses transisi demografi yang berkembang sejak beberapa tahun belakangan. Ditambah dengan keberhasilan menurunkan tingkat kelahiran, meningkatkan kualitas kesehatan dan suksesnya program-program pembangunan sejak era Orde Baru hingga mendapat percepatan bonus demografi ini.

  Keberhasilan program pemerintah seperti Program Keluarga Berencana (KB) yang digalakan sejak lama telah mampu menggeser penduduk berusia di bawah 15 tahun (anak-anak dan remaja) yang awalnya besar di bagian bawah piramida penduduk Indonesia ke penduduk berusia lebih tua (produktif 15-64 tahun).

  Struktur piramida yang menggembung di tengah sangat menguntungkan, karena dengan demikian beban ketergantungan atau dukungan ekonomi yang harus diberikan oleh penduduk usia produktif kepada penduduk usia dibawah 15 tahun (anak- anak) dan usia diatas 64 tahun (tua) menjadi lebih ringan. Setelah itu ada parameter yang disebut “rasio ketergantungan” (dependency ratio), yaitu rasio yang menunjukkan perbandingan antara kelompok usia produktif dan non produktif. Rasio ini sekaligus menggambarkan berapa banyak orang usia non-produktif yang hidupnya harus ditanggung oleh kelompok usia produktif. Semakin rendah angka rasio ketergantungan suatu negara, maka negara tersebut makin berpeluang mendapatkan bonus demografi.

  Daya Dukung Pertumbuhan

  Bonus demografi menjadi pilar peningkatan produktivitas suatu negara dan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan Sumber Daya Manusia produktif. Ketika angka kelahiran menurun, pertumbuhan pendapatan perkapita untuk memenuhi kebutuhan penduduk usia anak-anak dapat dialihkan untuk peningkatan mutu manusia. Pada saat yang sama, jumlah anak yang sedikit membuka peluang perempuan untuk masuk ke pasar kerja yang sekali lagi akan meningkatkan produktivitas.

  Menurut guru besar demografi Universitas Indonesia Prof. Dr Sri Moertiningsih Adioetomo, Indonesia sudah mendapat bonus demografi mulai 2010 dan akan mencapai puncaknya sekitar tahun

  2020 hingga tahun 2030. Berdasarkan data BPS hasil sensus penduduk tahun 2010 angka rasio ketergantungan kita adalah 51,3% (lihat grafik). Bonus demografi tertinggi biasanya didapatkan angka ketergantungan berada di rentang antara 40-50 %, yang berarti bahwa 100 orang usia produktif menanggung 40-50 orang usia tidak produktif.

  Jika diklasifikasi antara desa dan kota, maka angka ketergantungan di daerah perkotaan sudah mencapai angka 46,6 persen yang berarti sudah masuk ke masa keemasan bonus demografi. Sementara di pedesaan masih berkisar di angka 56,3%. Namun yang menarik dari data tersebut adalah bahwa sekitar 34% dari masyarakat kita berada di rentang usia muda (15-35 tahun) yang sangat produktif, dan kita adalah salah satu diantaranya. Kaum muda harapan bangsa inilah yang akan menjadi ‘mesin pertumbuhan’ yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih cepat dari sebelumnya.

  Negara-negara maju di Eropa sudah melewati masa keemasan bonus demografi, beberapa negara Asia seperti Cina juga sudah melewatinya. Sementara di negara-negara Afrika, bonus demografi akan didapatkan hingga tahun 2045.

RAJIN PANGKAL KAYA

  Pepatah lama yang sering kita dengar adalah Rajin Pangkal Pandai dan Hemat Pangkal Kaya. Namun sebenarnya berlaku juga pepatah yang menggabungkan kedua pepatah itu yakni ‘Rajin Pangkal Kaya’.

  Jika penduduk produktif yang berjumlah besar itu kerjanya cuma malas-malasan, bukannya menjadi daya dukung pertumbuhan ekonomi bangsa tapi justru menjadi parasit dan beban negara.

  Karena itu kesempatan langka ini harus kita manfaatkan sebaik mungkin dengan meningkatkan kualitas manusia yang berada di rentang usia produktif ini. Harus ditumbuhkan juga semangat berwirausaha dengan kemampuan untuk membaca dan mengambil peluang serta mengelola sumber daya. Bagi pekerja profesional atau pekerja pabrik harus membangun kompetensi sehingga bisa terus bersaing dan berkualitas. Mentalitas para penduduk usia produktif juga harus positif, selalu bersemangat, kreatif. Ini adalah saatnya kita meningkatkan kualitas diri kita yang berada di rentang usia produktif, mau tidak mau kita harus terus menerus menempa diri.

MARI MENJADI PRODUKTIF

1. Bangun Kemauan

  Bangunkan Raksasa yang sedang tertidur di dalam diri kita. Ada potensi luar biasa yang menunggu untuk dibangkitkan sehingga kita bisa menghasilkan banyak hal. Untuk itu mulai dengan membangun kemauan atau niat yang kuat. Tetapkan tujuan sejatimu, bahwa seiring bertambahnya usia maka kita akan menjadi lebih produktif.

  2. Punya Wawasan dan Keterampilan

  Memiliki selembar Ijazah rupanya tidak cukup untuk membuat kita lebih bisa menjadi produktif jika masih ketergantungan dengan orang lain. Maka memiliki wawasan yang luas, yang tidak hanya terpaku pada satu bidang akan sangat membantu kita dalam membaca peluang dan mengembangkan potensi. Selanjutnya kita harus memiliki keterampilan praktis yang dapat menghasilkan. Banyak lulusan sarjana yang tetap menganggur dan akhirnya menjadi beban negara karena mereka tidak ataupun kurang memiliki keterampilan praktis.

  Maka bagi yang bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan harus merasa beruntung, karena sejak di Sekolah Menegah kita sudah diajarkan keterampilan praktis sehingga bekal untuk bisa bersaing di dunia kerja lebih banyak dan jika menciptakan pekerjaan sendiri akan lebih banyak peluang.

  3. Kreatif dan Inovatif

  Albert Einstein pernah bilang “Adalah sebuah kegilaan jika kita mengharapkan hasil yang berbeda dari perbuatan yang sama dan berulang-ulang”. Jika kita mengingingkan hasil yang berbeda dari sebuah usaha, maka berarti harus ada yang dirubah dari usaha kita. Pelajari apa yang salah dengan proses yang kita lakukan, di sisi mana harus kita tingkatkan atau diubah, kemudian lakukanlah hal yang berbeda, maka hasilnya pun akan berbeda. Misalnya kita ingin bisa mendapat peringkat pertama di kelas, tapi keseharian kita tidak pernah berubah, seperti malas belajar, bangun siang, terlalu banyak bermain, maka sulit untuk mendapatkan hasil yang berbeda. Jika kita ingin sukses, maka lihatlah kebiasaan orang- orang sukses. Untuk itulah kreatifitas dan inovasi sangat diperlukan sehingga porduktifitas dalam diri kita dapat dimaksimalkan.

4. Bekerja secara bersama

  Ingat pepatah “Berat sama dipikul, Ringan sama dijinjing”. Bahwa beban yang berat akan lebih terasa ringan jika diusung bersama-sama. Jika bisa mengerjakan sesuatu secara bersama- sama maka hal itu akan lebih baik.

  Kebersamaan dengan tim yang saling melengkapi dan saling menguatkan membuat pekerjaan besar terasa lebih ringan dan efektif.

5. Senang berprestasi

  Agama menasehati untuk selalu berlomba- lomba dalam kebaikan. Semangat berlomba berarti semangat dinamis. Jika ada kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dan mengembangkan potensi maka manfaatkanlah kesempatan itu. Jika prestasi menjadi teman akrab kita maka kita akan lebih mudah untuk memiliki semangat produktif.

  Masa remaja adalah masa yang tepat untuk melakukan sesuatu yang besar, yang kelak akan kita syukuri di kehidupan kita di masa mendatang.

BERWIRAUSAHA SEJAK MUDA.

  Profesi untuk menjadi wirausahawan saat ini belum digemari generasi muda seperti kita. Jika ditanya tentang cita-cita kita dari kecil, kebanyakan menjawab ingin jadi pilot, dokter atau insinyur. Tidak ada yang menjawab ingin punya Perusahaan Penerbangan yang mempekerjakan ratusan pilot, pemilik rumah sakit yang menggaji ratusan dokter atau perusahaan pengembang atau konstruksi yang membayar puluhan insinyur. Karena memang kultur kita belum dibiasakan ke sana.

  Ada juga yang menggantungkan cita-cita untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), sampai melakukan segala cara yang tidak terpuji atau menghabiskan uang besar demi berhasil menjadi bagian dari aparatur pemerintah. Menjadi Abdi Negara sangat mulia, karena mereka bekerja untuk melayani publik, mendedikasikan diri untuk Bangsa dan Negara. Jika niat tulus itu terpatri maka kalian akan menjadi PNS yang produktif. Hanya saja jangan memposisikan menjadi PNS ataupun karyawan menjadi cita-cita besar kita, karena kita harus siap dengan segala kemungkinan di masa mendatang yang salah satunya adalah persaingan pekerjaan yang semakin ketat. Motivasi untuk berwirausaha yang lemah disebabkan oleh masih jauhnya kancah wirausaha atau dunia bisnis dari kehidupan remaja apalagi anak-anak. Kita tidak tahu atau belum tahu indahnya kancah wirausaha karena tidak ada sistem pendidikan yang secara sistematis mengantarkan kita untuk kenal dan suka dengan berwirausaha.

  Padahal apabila kita tahu bagaimana indahnya berwirausaha, maka kita akan senang memilih menjadi wirausahawan dibanding menekuni profesi lain. Apalagi dalam kondisi ekonomi serba sulit seperti sekarang ini, menjadi karyawan di sebuah instansi rawan terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

  Awal tahun depan kita akan memasuki era yang disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), dimana sepuluh negara ASEAN akan menjadi satu kesatuan pasar. Tidak ada lagi pembatas antar negara anggota ASEAN baik produk, jasa maupun tenaga kerja terampil. Jika anak muda mampu memanfaatkan momentum ini maka bukan tidak mungkin karyanya sampai ke tingkat ASEAN bahkan dunia.

  Perhatikan deretan orang terkaya di dunia. Tidak ada satupun diantar mereka yang bekerja sebagai karyawan. Kebanyakan adalah para wirausahawan. Membangun bisnisnya sedari muda.

  

From Nothing to Something, From Zero To Hero .

WIRAUSAHA MAJU, NEGARA MAJU

  Ekonomi sebuah Negara akan maju jika para pelaku wirausahanya juga banyak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2014, jumlah wirausaha di Indonesia masih sekitar 1,6 persen dari jumlah penduduknya. Jumlah tersebut masih kurang jika dibandingkan dengan syarat sebagai negara maju, dimana jumlah wirausahanya harus minimal 2 persen dari total jumlah penduduknya. Berbeda dengan di Malaysia sudah mencapai 4 persen, Thailand 4,1 persen, dan Singapura 7,2 persen, sedangkan USA, China dan Jepang persentasenya sudah diatas 10 %. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mentargetkan untuk mendukung Indonesia sebagai negara maju pada tahun 2025, pada tahun 2015 langsung memasang target jumlah wirausaha mencapai 2,5 persen dari total jumlah penduduk.

MARI BERBISNIS SEJAK DINI

  Mari kita belajar berbisnis sejak sekarang. Banyak bisnis yang bisa kita lakukan dengan hanya membutuhkan modal yang kecil bahkan tanpa modal sekalipun. Tidak perlu menunggu punya toko untuk mulai berdagang, kita bisa menjajakan produk kita dari teman ke teman di sekolah, dari rumah ke rumah di sekitar kita, atau melalui media sosial dan situs internet gratis yang biasa disebut bisnis online. Nasihat agama pernah menyampaikan bahwa “9

dari 10 pintu rezeki terdapat dari perdagangan”. Maksudnya tidak lain bahwa potensi pendapatan akan lebih terbuka dari jalan berbisnis. Lain dengan karyawan yang menunggu awal bulan untuk gajian, maka pelaku wirausaha mendapatkan gajinya setiap hari bahkan setiap jam.

  Pelajari potensi dirimu, baca peluang bisnis yang bisa kita garap. Jika baru belajar, mulai bisnis dari yang kecil untuk melatih mental wirausaha, sehingga naluri bisnis makin terasah saat usia dewasa nanti dan siap membangun perusahaan yang lebih besar.

PENEGAK BERWIRAUSAHA

  Dalam salah satu butir SKU Bantara butir No.16 yaitu; “Dapat menjelaskan tentang

  kewirausahaan” dan SKU Laksana butir No.16; “Telah memiliki keterampilan kewirausahaan yang dapat menghasilkan uang” menandakan

  bahwa Gerakan Pramuka memiliki perhatian terhadap pengembangan Kewirausahaan bagi anggotanya khususnya kalian para Penegak. Latihan berwirausaha bisa dilakukan secara bersama-sama di ambalannya. Ada ambalan yang sudah memiliki unit bisnis sebagai pendapatan untuk uang kas mereka. Dengan menggunakan modal yang didapat dari hasil patungan, mereka membeli aneka makanan ringan yang dijual secara kiloan di pasar induk, kemudian mereka membungkus dan diberikan label. Aneka makanan ringan itu selanjutnya dipasarkan di sekolah untuk dijual kepada teman-temannya. Dengan sedikit tambahan kata pada label bahwa ‘membeli makanan ringan ini berarti turut membantu generasi muda lewat kepramukaan’ maka produk mereka pun laku keras.

PRAMUKA PENEGAK SIAP SEDIA MENJADI ANAK MUDA PRODUKTIF.

  Sebagaimana disebutkan diawal, bahwa para Penegak (16-20 tahun) masuk ke dalam fase awal rentang usia produktif (15-64 tahun). Maka di masa ini kita harus mulai belajar tanpa henti dan menanamkan tekad yang kuat agar kita bisa menjadi semakin produktif dari hari ke hari seiring usia yang terus bertambah dan sampai dewasa atau tua nanti.

  Jangan sampai Pramuka Penegak hanya menjadi anak-anak muda yang menjadi beban bagi bangsa dan negara ini karena alih-alih berkontribusi untuk kebaikan bangsa dan negara tetapi tanda disadari justru malah merusak dengan kegiatan- kegiatan yang tidak bermanfaat, malas-malasan, hura hura menghabiskan uang orang tua. Kepramukaan di golongan penegak akan melatih kita untuk bisa mandiri karena keterlibatan langsung Pembina sudah mulai dikurangi, terbiasa untuk melakukan perencanaan dengan baik, paham metode memecahkan masalah (problem

  

solving), siap memimpin atau dipimpin dan bekerja

  dalam tim. Hal-hal tersebut penting dimiliki agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih produktif.

  Targetkan bahwa minimal selama kita menjadi menjadi penegak sudah bisa memiliki karya-karya yang bermanfaat. Banyak cara yang dapat dilakukan, antara lain. kita dapat mulai menulis buku atau blog yang informatif dan menginspirasi, menjual produk atau jasa dengan merk sendiri meski masih sederhana, berprestasi di segala bidang baik akademis atau non-akademis sehingga berprestasi menjadi kebiasaanmu. Jangan puas dengan produktivitas pribadi. Teman- teman kita harus tertular untuk mau menjadi anak muda produktif. Buatlah program-program ambalan yang bisa mengantarkan kita menjadi pribadi produktif, misalnya mengikuti atau mengadakan seminar atau pelatihan kewirausahaan dan lomba-lomba yang mengasah potensi diri. Makin banyak penegak yang produktif, makin banyak anak muda yang punya karya, Indonesia akan semakin sejahtera.

  Bersiaplah. Penegak Indonesia harus menjadi pelopor anak muda produktif !

  

Contoh Permainan bagi Penegak tentang Isu

Usia Produktif

  Judul Permainan : Mencari Investor Durasi : 1-2 jam Peserta : Per Kelompok 5 – 10 orang Tempat : Lapangan Terbuka atau

  Aula Alat : Barang Bekas Daur Ulang Cara Bermain 1. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok.

  Bisa dicampur antara putera dan puteri

  2. Fasilitator akan memberikan tantangan kepada masing-masing kelompok untuk membuat semacam produk yang dibuat dari barang bekas daur ulang. Masing-masing kelompok dibebaskan untuk berkreasi. Produk dipastikan harus berdaya guna, unik dan layak untuk dijual.

  3. Setelah selesai maka tiap kelompok akan mempresentasikan produknya ke depan para calon investor (ada fasilitator atau teman- teman lain yang bermain peran menjadi investor). Investor ini punya uang yang bisa memproduksi produk tersebut dalam jumlah lebih banyak namun mereka harus yakin bahwa produk yang dibiayai ini akan laku di pasaran.

  4. Tiap kelompok akan mempresentasikan produk hasil kreasinya dengan mantap untuk meyakinkan para investor. Investor akan bertanya dan menggali keunggulan dari produk tersebut. Keseruan dan kelucuan akan terjadi ketika dialog antara peserta dengan investor.

  5. Di akhir fasilitator memimpin diskusi tentang nilai-nilai apa yang bisa didapat jika dikaitkan tentang isu usia produktif.