Hubunganantara Emosi motivasidan Proses (1)

Pendahuluan
Momen yang tak terlupakan
Sekali dalam hidup, saya dilumpuhkan oleh rasa takut. Waktu itu saya harus
mengikuti ujian kalkulus, ketika baru menginjak tahun pertama di Perguruan Tinggi.
Entah bagaimana, pokoknya saya tidak belajar. Saya masih ingat ketika saya memasuki
ruang ujian di pagi hari dengan perasaan kacau balau menggalayut di hati. Padahal saya
kerap mengikuti kuliah diruang itu. Tetapi, pagi itu pemandangan di luar jendela seakanakan kosong dan ujian itu pun serasa tidak ada. Yang tampak jelas hanyalah petak-petak
ubin dihadapan saya sewaktu saya berjalan menuju bangku di dekat pintu. Sewaktu saya
membuka buku ujian yang bersampul biru itu, telinga saya dipenuhi suara degup jantung,
kecemasan serasa menghantam perut. Saya melihat soal-soal ujian itu sekilas. Putus asa.
Selama satu jam saya hanya mampu memandangi soal-soal itu, sementara pikiran saya
berputar-putar merenungkan akibat yang akan saya tanggung. Gagasan yang sama
terulang terus-menerus, membentuk lingkaran pita ketakutan dan kekhawatiran. Saya
duduk tak bergerak persis seekor hewan yang mati kaku terkena panah beracun. Yang
paling mengejutkan saya akan momen menakutkan itu adalah betapa otak saya jadi
“macet”. Saya menyia-nyiakan waktu ujian dengan tidak berusaha membuat jawaban
sebisa-bisanya. Saya tidak melamun. Saya hanya mampu duduk terpaku karena ketakutan,
menunggu siksaan itu berakhir. (di kutip dari Emotional Intelligence oleh Daniel Goleman,
2009:109)
Peristiwa


semacam

ini

mungkin

pernah

kita

alami.

Entah

mengapa,

ketakutan/kecemasan dapat menghancurkan rencana yang telah kita susun rapi. Motivasi
dapat berubah menjadi tekanan, harapan dapat berubah menjadi sikap pesimis. Daya
konsentrasi berkurang, karena kita terfokus pada kecemasan1.
Bila emosi mengalahkan konsentrasi, yang dilumpuhkan adalah kemampuan mental

yang oleh ilmuan kognitif disebut “working memory”, yaitu kemampuan untuk
menyimpan dalam benak semua informasi yang relevan dengan tugas yang sedang
dihadapi2.
Pada akhir-akhir ini para ahli psikologi kognitif menaruh perhatian besar terhadap
keterkaitan antara aspek emosi dengan proses-proses kognitif karena beberapa alasan yang
dapat dikemukakan3. Pertama, bahwa keadaan emosi dapat mempengaruhi proses-proses
1

Kecemasan (anxiety) adalah perasaan takut dan keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa
sebab khusus anxiety tersebut (Lihat kamus lengkap psikologi, oleh J.P. Chaplin).
2
. Daniel Goleman.2009. Emotional Intellegence. Hal: 110
3
Prof. Dr. Suharnan, MS. Psikologi Kognitif. Hal 416 – 417

1

kognitif dalam bentuk-bentuk atau cara-cara yang sangat penting, bahkan berakibat fatal.
Oleh sebab itu, ada sesuatu hal yang esensial bagi psikologi untuk memahami apa dan
bagaimana emosi mempengaruhi aktivitas kognitif seseorang. Kedua, cara-cara yang lebih

berguna untuk dikembangkan, sehingga memungkinkan dilakukan manipulasi atau
rekayasa pengalaman emosi secara eksperimental sebagai variabel bebas. Misalnya suasana
emosinya dengan hipnotis atau verbal, sehingga membuat mereka mengalami emosi sedih
atau gembira pada saat itu. Dengan makin canggih metode yang dipergunakan maka
memungkinkan untuk dilakukan penelitian yang lebih luas. Ketiga, keterbatasan penelitian
yang dilakukan dalam bidang klinis. Sejak sepuluh tahun yang lalu, kebanyakan penelitian
mengenai pengaruh depresi terhadap ingatan dan proses kognitif yang lain menggunakan
pasien klinis, dan tidak melibatkan rekayasa emosi pada orang-orang normal. Dengan
begitu, tanpa dilakukan manipulasi secara langsung terhadap emosi subjek yang normal
maka sulit diketahui dengan jelas apakah suatu proses kognitif memang dipengaruhi oleh
suasana emosi yang sedang berlangsung, atau karena faktor sindrom depresif secara umum.
Terakhir, tumbuhnya suatu keyakinan bahwa pertimbangan teoritis tentang ingatan dan
kognisi pada umumnya harus dapat menjelaskan juga mengenai pengaruh aspek-aspek
afektif atau emosi seperti stres, kecemasan, depresi, nilai, arousal4, terhadap proses-proses
kognitif. Dengan demikian, teori kognitif yang lengkap pada akhirnya harus mencakup
penjelasan tentang bagaimana peran-peran penting aspek-aspek emosi di dalam
keseluruhan proses kognitif manusia.
Apa saja yang mempengaruhi emosi, bagaimana working memory tersebut bekerja?
Kita akan membahas satu persatu mulai dari emosi, motivasi, proses kognitif dan hubungan
antara emosi, motivasi, dan proses kognitif.


Emosi
Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, rencana seketika untuk
mengatasi masalah yang telah tertanam melalui mekanisme evolusi. Akar kata emosi adalah
movere (bahasa latin) yang berarti “menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-”
untuk memberi arti “bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi5.
Menurut kamus “Oxford English Dictionary” mendefenisikan emosi sebagai
“setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap keadaan mental yang hebat
atau meluap-luap”. Secara umum, para psikolog memfokuskan pendefenisian emosi pada
4

Aorusal: Pembangkitan/fungsi pembangkitan; keadaan umum kesiapan cortical (kesiagaan, kewaspadaan
penajaman perhatian). J.P Chaplin. Kamus Lengkap Psikologi.
5
Ibid. Hal 7

2

tiga komponen utama: perubahan fisiologis (perubahan pada wajah, otak dan tubuh),

proses kognitif (interpretasi suatu peristiwa), dan pengaruh budaya (membentuk
pengalaman dan ekspresi emosi)6. Emosi adalah situasi stimulasi yang melibatkan
perubahan pada tubuh dan wajah, aktivasi pada otak, penilaian kognitif, perasaan subjektif,
dan kecenderungan melakukan suatu tindakan yang dibentuk seluruhnya oleh peraturanperaturan yang terdapat di suatu kebudayaan.
Sebagian ahli, menggolongkan antara emosi primer dan emosi sekunder. Golongan
emosi-emosi primer yang merupakan penggerak dasar tingkah laku. Tingkah laku terwujud
dari emosi primer ataupun sekunder (gabungan antara beberapa emosi primer).
Emosi-emosi primer yang berkembang adalah7:


Amarah: beringas, mengamuk, benci, marah besar, jengkel, kesal hati, terganggu, rasa
pahit (sinestesia), berang, tersinggung, bermusuhan, dan brang kali yang paling hebat,



tindak kekerasan dan kebencian patologis.
Kesedihan: pedih, sedih, muram, suram, melankolis, mengasihani diri, kesepian, putus




asa, ditolak, dan kalau menjadi patologis, depresi berat.
Rasa takut: Cemas, takut, gugup, khawatir, was-was, perasaan takut sekali, khawatir,
waspada, sedih, tidak tenang, ngeri, takut sekali, kecut, dan sebagai patologi adalah



fobia dan panic.
Kenikmatan: bahagia, gembira, ringan, puas, riang, senang, terhibur, bangga,
kenikmatan indrawi, takjub, rasa terpesona, rasa puas, rasa terpenuhi, kegirangan luar



biasa, senang, senang sekali, dan batas ujungnya mania
Cinta: penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan hati, rsa dekat, bakti, hormat,





kasmaran, kasih.

Terkejut: terkejut, tersigap, takjub, terpana.
Jengkel: hina, jijik, muak, benci, tidak suka, mau muntah (sinestesia).
Malu: rasa salah, malu hati, kesal hati, sesal, hina, aib, dan hati hancur lebur.
Aktivitas emosi dipengaruhi oleh aktivitas fisiologis (otak dan transformasi hormon).

Amigdala merupakan suatu bagian kecil dari otak kita yang memiliki peran penting dalam
emosi, terutama rasa takut. Amigdala bertugas mengevaluasi informasi sensorik yang kita
terima, dan kemudian dengan cepat menentukan kepentingan emosionalnya, dan membuat
keputusan untuk mendekati atau menjauhi suatu objek atau suatu situasi. Amigdala bekerja
mengevalusi bahaya atau ancaman. Peran Prefrontal Cortex, adalah merespon dan
memotivasi respon-respon tertentu, mengatur dan menjaga agar emosi tetap seimbang
(perasan suka dan benci, menjauh dan mendekat dan lain-lain).
6
7

Carol Wade & Carol Tavris. Psikologi.Jilid 2. Hal 106
Ibid. Hal 411 - 412

3


Kelenjar yang berhubungan dengan emosi adalah kelenjar adrenalin yang akan
memproduksi hormone epinephrine dan norepinephrine. Hormon ini bekerja sebagai
respon terhadap beragam tantangan dalam lingkungan. Hormone ini akan diproduksi pada
saat tertawa, geli, marah, takut dan lain-lain8.

Motivasi
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu (drive) yang membuat seseorang
melakukan sesuatu. Motivasi seperti bahan bakar pada mesin, menentukan mesin bergerak
atau akan terdiam selamanya. Istilah motivasi, seperti halnya kata emosi, berasal dari kata
latin, yang berarti “bergerak”. Ilmu psikologi tentu saja mempelajari motivasi, sasarannya
adalah mempelajari penyebab atau alasan yang membuat kita melakukan apa yang kita
lakukan. Motivasi merujuk pada pada proses yang menyebabkan organisme tersebut
bergerak menuju suatu tujuan, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak
menyenangkan.
Motivasi9 memiliki penekanan pada tujuan (goals). Tujuan yang telah kita tetapkan
dan alasan yang kita miliki untuk mengejar tujuan tersebut akan menetapkan pencapaian
(prestasi) yang kita dapatkan, meskipun tidak semua tujuan akan menuntun kita pada
prestasi yang nyata. Tujuan dapat meningkatkan motivasi apabila kondisi berikut ini10:
 Tujuan bersifat spesifik. Tujuan yang tidak jelas, seperti “melakukan yang terbaik”,
bukalah tujuan yang efektif, tujuan ini bahkan tidak berbeda dengan tidak memiliki

tujuan sama sekali. Kita perlu lebih spesifik menentukan tujuan, termasuk menentukan
waktu pengerjaan.
 Tujuan harus menantang, namun dapat dicapai. Kita cenderung bekerja keras untuk
mencapai tujuan yang sulit namun realistis. Semakin tinggi dan semakin sulit suatu
tujuan maka semakin tinggi juga tingkat motivasi dan kinerja kita, kecuali kita memilih
suatu tujuan yang mustahil dicapai.
 Tujuan kita dibatasi pada mendapatkan apa yang kita inginkan, bukannya apa yang
tidak kita inginkan. Tujuan mendekat (approach goal) merupakan penglaman positif
yang kita harapkan secara langsung, seperti mendapatkan nilai yang lebih baik atau
mempelajari cara menyelam dilaut. Tujuan menghindar (avoidance goal) melibatkan

8

Op Cit. Hal 117
Motivasi berdasarkan sumber pengaktifannya dibagi menjadi motivasi intrinsic (suatu keinginan untuk
melakukan suatu aktivitas atu meraih pencapaian tertentu semata-mata demi kesenangan atau kepuasan
yang didapat dari melakukan aktivitas tersebut) dan motivasi ekstrinsik (keinginan untuk mengejar suatu
tujuan yang diakibatkan oleh imbalan-imbalan eksternal).
10
Op Cit. Hal 175

9

4

usaha menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti berusaha tidak
mempermalukan diri sendiri.
Mendefiniskan tujuan yang kita miliki akan semakin mendekatkan kita dengan
keberhasilan. Namun apa yang terjadi bila kita menemukan rintangan? Beberapa orang
akan menyerah saat menghadapi kesulitan atau mundur, sedangkan beberapa orang lainnya
justru termotivasi saat menghadapi tantangan. Sebuah pertanyaan penelitian: Factor apakah
yang dapat memprediksi bahwa bakat, ambisi, dan IQ dapat memprediksi orang akan terus
berusaha atau akan menyerah? Pendapat umumnya menyatakan bahwa eksistensi motivasi
bersifat dikotomi (seseorang memiliki motivasi atau sebaliknya tidak memiliki motivasi,
tidak ada motivasi antar keduanya). Hal lain yang mempengaruhi kekuatan motivasi
seorang adalah jenis sasaran yang akan diusahakan (apakah untuk menunjukkan
kemampuan atau untuk mendapatkan kepuasan dari proses tersebut)11.

Proses Kognitif
Proses kognitif areanya sangat luas (proses berpikir, intelegensi, pengetahuan
umum dan lain-lain). Disini kita hanya akan membahas antara intelegensi dan emosi.

Intelegensi emosional adalah suatu kemampuan mengidentifikasi emosi yang dialami oleh
diri sendiri dan orang lain dengan akurat, kemampuan mengekspresikan emosi dengan
tepat, dan kemampuan mengatur emosi pada diri sendiri dan orang lain. Orang yang
memiliki intelegensi emosional (EQ) yang tinggi mampu menggunakan emosi mereka
untuk meningkatkan motivasi mereka, menstimulasi pemikiran yang kreatif, dan
mengembangkan empati terhadap orang lain. Orang-orang yang memiliki intelegensi emosi
yang kurang baik akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi emosi pada diri
mereka sendiri.
Beberapa orang memiliki argumen bahwa intelegensi emosional bukanlah
kemampuan kognitif yang spesial, melainkan kumpulan karakteristik-karakteristik
kepribadian, seperti empati dan ekstroversi. Terlepas dari kontroversi yang ada,
pengembangan konsep intelegensi merupakan sesuatu yang sangat berguna bagi kita
semua. Pengembangan tersebut memaksa kita berpikir kritis mengenai makna intelegensi
dan memaksa kita mempertimbangkan beragam jenis “intelegensi12” yang membantu kita
dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pendekatan kognitif juga membantu penyusuran
berbagai strategi pembelajaran anak-anak yang mampu secara efektif meningkatkan
11

12

Ibid. Hal 177

Intelegensi menurut Garder dibagi menjadi: Keserdasan matematika logika, Kecerdasan bahasa,
Kecerdasan musical, Kecerdsan visual spatial, Keecerdasan kinestetik, Kecerdasan intrpersonal,
Kecerdasan intrapersonal, Kecerdasan natural.
5

kemampuan anak dalam membaca, menulis, mengerjakan pekerjaan rumah dan menjalani
ujian. Sebagai contoh, anak-anak diajari menggunakan waktu dengan bijak sehingga tidak
menunda-nunda dan mampu membedakan persiapan untuk ujian pilihan ganda dengan
ujian essai. Yang paling penting, berbagai pendekatan baru dalam menjelaskan intelegensi
telah menghapus set mental yang keliru, yang menganggap intelegensi yang diukur oleh tes
IQ satu-satunya variabel yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam
kehidupannya13.

Hubungan Emosi, Motivasi dan Proses Kognitif
Berbagai temuan yang mengindikasikan adanya pengaruh-pengaruh keadaan emosi
seseorang terhadap aktivitas kognisi dapat dilihat dalam beberapa pendekatan teoritis.
Khusus pendekatan arousal, disini membahas tentang emosi, motivasi dan pengaruhnya
terhadap proses kognitif yang sedang berlangsung.
A. Network Theory (teori jaringan kerja)
Teori ini dikembangkan oleh Gordon Bower dkk (1980). Teori ini didasarkan atas
asumsi bahwa emosi-emosi disimpan sebagai node-node atau komponen-komponen di
dalam ingatan semantik. Setiap emosi yang menonjol seperti gembira, murung (depresi),
atau ketakutan, memiliki komponen atau unit khusus di dalam ingatan yang terkumpul
bersama-sama dengan banyak emosi yang lain seperti jaringan. Masing-masing unit emosi
tersebut juga dihubungkan oleh proposisi yang menggambarkan peristiwa-peristiwa yang
terjadi ketika seseorang sedang mengalami emosi itu. Node-node emosi ini dapat diaktifkan
kembali oleh berbagai stimulus, misalnya simbol-simbol bahasa atau objek-objek fisik.
Contoh: kenangan indah yang pernah dialami pada waktu masih muda, dapat
dimunculkan kembali dari ingatan seseorang ketika mendengarkan lagu-lagu atau kenangan
masa lalu.
B. Schema Theory (Tori Skema)
Teori ini berpandangan bahwa orang-orang yang memiliki emosi atau suasana hati
tertentu memiliki suatu bungkai kerja yang digeneralisasikan yang disebut skema yang
serupa dengan suasana hati tersebut. Jadi, orang yang sedang mengalami kesedihan akan
memiliki skema sedih dan menggunakannya untuk mengorganisasikan informasi.
Teori skema secara konseptual hampir serupa dengan teori network, karena keduanya
mendasarkan pandangan pada struktur pengetahuan (knowledge structures) yang berupa
suatu jaringan atau skema di dalam system kognitif manusia. Perbedaan yang menonjol
antara kedua teori ini adalah:
 Teori network berpijak pada asumsi bahwa suatu unit emosi dapat diaktifkan kembali
dari jaringan seseorang, sementara teori skema menggunakan asumsi berupa
13

Op Cit. Hal 35 - 36

6

pemberlakuan kerangka kerja yang disebut skema terhadap informasi yang baru atau di
kemudian.
 Teori network lebih terkenal daripada teori skema. Namun, dewasa ini teori skema
mengalami perkembangan dan kemajuan, sehingga sekarang para ahli psikologi juga
mulai banyak menggunakan teori skema untuk menjelaskan berbagai fenomena kognitif
manusia.
C. Resource Allocation or Capasity Model (Teori Alokasi Sumber kapasitas)
Teori ini dikembangkan secara luas oleh Henry Ellis dkk (sejak pertengahan tahun
1980-an). Ide dasar dari teori ini adalah pemberian jatah kapasitas perhatian terhadap suatu
tugas yang cocok. Ada dua hal yang perlu dipertimbangkan:
 Peranan keadaan emosional dalam mengatur jumlah kapasitas yang diperuntukkan bagi
beberapa tugas kognitif.
 Permintaan atau tuntutan tugas-tugas itu sendiri terhadap pemrosesan kapasitas.
Model ini diambil dari konsep tentang alokasi terhadap sumber-sumber kapasitas yang
merupakan bagian dari teori kapasitas yang merupakan bagian dari teori kapasitas umum
untuk menerangkan fenomena perhatian (attention). Teori ini berasumsi bahwa terdapat
keterbatasan sumber kapasitas perhatian yang dapat dialokasikan oleh seseorang kepada
setiap tugas yang dikerjakan.
D. Teori Arousal
Arousal adalah keadaan emosi seseorang yang berkaitan dengan gairah, nafsu,
semangat, termotivasi, atau kebangkitan. Jadi arousal dapat bergerak dari keadaan yang
penuh semangat, gairah, atau kebangkitan, sampai pada keadaan sebaliknya yakni tidak
bersemangat, tidak bergairah sama sekali, atau malas. Emosi-emosi seperti ini sangat
memepengaruhi kinerja

seseorang menyelesaikan tugas-tugas kognitif misalnya

mengingat, belajar, membuat keputusan dan memecahkan masalah.
Yerkes & Dodson telah menguji hubungan antara arousal dengan kinerja seseorang
dalam suatu tugas. Dia berasumsi bahwa:
a. Hubungan antara tingkat tekanan, semangat, atau keadaan termotivasi dengan kinerja
dalam tugas adalahberbentuk kurva “U” terbalik. Kinerja optimal dapat terjadi apabila
semangat (arousal) berada pada tingkat yang sedang atau moderat.
b. Tingkat optimal dari semangat atau gairah berhubungan secara terbalik dengan tingkat
kesulitan tugas.
tinggi
Kinerja

Buruk
Tinggi

Rendah
Tingkat Arousal

7

Apabila seseorang berada pada tingkat arousal atau semangat yang sangat tinggi,
atau sebaliknya sangat rendah, ia cendeerung menunjukkan kinerja yang kurang efektif.
Alasannya adalah:
 Kinerja buruk pada semangat tingkat rendah disebabkan karena banyak isyarat yang
tidak relevan pada tugas pada saat itu muncul dalam pikiran seseorang.
 Kinerja buruk pada semangat tingkat tinggi disebabkan karena beberapa isyarat yang
relevan dengan tugas pada saat itu diabaikan.
Kognisi manusia tidak selalu bersifat rasional karena melibatkan banyak bias dalam
persepsi dan dalam ingatan manusia. Sebaliknya, emosi juga tidak selalu bersifat rasional,
emosi dapat menyatukan manusia, mengatur jalannya sebuah hubungan dan memotivasi
orang dalam mencapai suatu sasaran. Tanpa kemampuan merasakan emosi, manusia akan
mengalami kesulitan dalam mengambil keputusan atau dalam merencanakan masa
depannya14.
Beberapa contoh pengaruh emosi dan proses kognitif adalah:
o Suasana hati dan pemilihan informasi
Gagasan mengenai pengaruh suasana hati terhadap pemilihan informasi disebut
mood conqruence effect. Pengaruh yang menunjuk pada penemuan bahwa orang-orang
lebih cenderung mengingat informasi yang sesuai atau sama seperti keadaan suasana
hati yang sedang dialami pada waktu mereka mempelajari suatu materi atau memproses
informasi.
o Suasana hati dan mengingat kembali
Efek ketergantungan terhadap suasana hati muncul apabila materi dalam suasana
hati tertentu diingat kembali dengan baik apabila seseorang diuji dalam suasana hati
yang serupa dengan ketika ia mempelajari atau menerima informasi tersebut.
o Suasana hati dan proses transformasi informasi
Transformasi informasi dikenal sebagai incoding, ialah informasi disimpan didalam
gudang ingatan setelah informasi itu diterima melalui alat indera (sensory).
o Suasana hati dan ketepatan menilai hubungan
Jika pada beberapa proses kognisi yang lain orang melihat pengaruh dari keadaan
emosi sedih seperti depresi dan stres lebih bersifat merusak atau mengganggu dari pada
menguntungkan. Tapi ini dapat terjadi sebaliknya.
o Suasana hati dan penggalian informasi
Ada dua kemungkinan, dimana suasana hati akan mempengaruhi proses penggalian
informasi, menguntungkan atau merugikan.
o Suasana hati dan proses berusaha
Pengaruh ini sangat bergantung pada jenis tugas yang diberikan kepada seseorang.
14

Op Cit. Psikologi.Jilid 2. Hal 105-106

8

o Kecemasan dan kinerja
Banyak penelitian menunjukkan bahwa kecemasan memiliki pengaruh negatif yang
berkibat menurunkan pengaruh negatif yang berakibat menurunkan kapasitas kognitif
seseorang dalam mengerjakan tugas-tugas yang lebih sukar atau konplek.
o Emosi dan kesaksian
Banyak dijumpai bahwa, keadaan stres atau cemas dapat menyebabkan ingatan
seseorang terganggu. Stres berat dapat mengurangi ketepatan pemberian kesaksian oleh
seorang saksi mata ketika berada di ruang pengadilan.
o Suasana hati dan atribusi
Susana hati yang baik atau buruk dapat menyebabkan keberhasilan atau kegagalan
dari kinerja. Dari hasil penelitian penelitian menunjukkan bahwa suasana hati
mempunyai pengaruh yang bersifat moderat terhadap atribusi yang dilakukan
seseorang.
o Suasana hati dan pemecahan masalah secara kreatif
Secara umum dapat dikatakan bahwa suasana hti positif lebih meningkatkan
perilaku kreatif daripada suasana hati yang netral, sedangkan suasana hati yang negatif
cenderung menurunkan perilaku kreatif.
o Suasana hati dan pembuatan keputusan
Proses pembuatan keputusan dapat dipeengaruhioleh faktor afeksi. Faktor afeksi
yang sering dijadikan variabel penelitian adalah suasana hati (mood), misalnya sedih,
marah atau cemas atau sebaliknya bahagia atau senang.

Daftar Pustaka
Suharnan, MS. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi
Sternberg, Robrt J. 2008. Psikologi Kognitif. Edisi Keempat. Yogyakarta: Pustaka Peelajar
Chaplin J.P. 1981. Kamus Lengkap PSIKOLOGI. Terjemah. Jakarta: Rajawali Press.
Goleman, Daniel. 2009. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Carole Wide & Carole Tavris. 2007. Psikologi Umum. Edisi Kesembilan. Jilid 1 & 2.
Jakarta: Erlangga

9