PENERAPAN BELAJAR MELALUI BERMAIN BALOK

Vol. 1, No. 3 (2016)

PENERAPAN BELAJAR MELALUI BERMAIN BALOK UNIT UNTUK
MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK USIA DINI
1

Mohammad Fauziddin
Prodi PG-PAUD, STKIP Pahlawan Tuanku Tambusai, Indonesia
Email : [email protected]
Submitted :29-10-2016, Reviewed:29-11-2016, Accepted:31-12-2016
http://dx.doi.org/10.22216/JCC.2016.v2i3.1277

1

Abstract
Problems found in this study regarding the lack of creativity of young children. This study aims to
apply learning through play unit to increase kreativita beam after beam applied learning through
play unit in Group B children kindergarten Khadija Al Kubro Bangkinang second semester of
school year 2014-2015. This study uses a type of quasi experimental design with "Nonequivalent
Control Group Design", involving 18 children as a control group and 20 children as the
experimental group. Data were taken by observation. Results of the study were analyzed using

descriptive statistical analysis. The result showed that an increase in creativity with the application
of learning through play beam unit in the experimental group, the creativity of children increased
significantly compared with the control group. So, there is an increase in early childhood creativity
as applied learning through play beam unit by 24.76%.
Keywords : Learning by playing, Playing beam unit, Creativity early childhood
Abstrak
Permasalahan yang terdapat pada penelitian ini mengenai rendahnya kreativitas anak usia dini.
Penelitian ini BERTUJUAN menerapkan belajar melalui bermain balok unit untuk meningkatkan
kreativita setelah diterapkan belajar melalui bermain balok unit pada anak Kelompok B Taman
Kanak-Kanak Khodijah Al Kubro Bangkinang semester II tahun pelajaran 2014-2015. Jenis
Penelitian ini menggunakan eksperiment quasi dengan desain “Nonequivalent Control Group
Design”, dengan melibatkan 18 orang anak sebagai kelompok kontrol dan 20 orang anak sebagai
kelompok eksperimen. Data penelitian diambil dengan melakukan observasi. Hasil penelitian
dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan kreativitas dengan penerapan belajar melalui bermain balok unitpada
kelompok eksperimen, kreativitas anak meningkat secara signifikan dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Jadi, terdapat peningkatan kreativitas anak usia dini setelah diterapkan belajar melalui
bermain balok unit sebesar 24,76%.
Kata Kunci : Belajar melalui bermain, Bermain balok unit, Kreativitas anak


PENDAHULUAN
Pendidikan anak usia dini adalah
anak yang berusia 0-6 tahun, pendidikan
anak usiadini memiliki peranan yang
sangat penting untuk mengembangkan
kepribadian anak serta mempersiapkan
Jurnal Curricula

anak untuk memasuki jenjang pendidikan
yang lebih lanjut, sebagaimana diatur
dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, yang
berbunyi “Pendidikan anak usia dini
adalah suatu upaya pembinaan yang

Kopertis Wil X

1

Vol. 1, No. 3 (2016)


ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.(INDONESIA,
2003)
Dalam mengembangkan potensi
pada diri anak hendaknya dimulai sejak
dini, hal ini dapatditempuh melalui
pendidikan pra sekolah, yaitu taman
kanak-kanak atau lebih dikenal dengan
TK/RA. Ini merupakan salah satu bentuk
pendidikan pra sekolah yang dapat
mempersiapkan proses pembelajaran
lebih lanjut atau jenjang pendidikan yang
lebih tinggi. Sehingga hal ini tidak lepas
dari adanya seorang guru.

Pola asuh orang tua terhadap anak
memiliki peran penting dalam upaya
mengembangkan kreativitas anak. Pola
asuh belajar adalah interaksiantara anak
dan orang tua selama mengadakan
kegiatan pengasuhan dalam mendidik
anak. Gaya pengasuhan dalam mendidik
anak diukur berdasarkan kategori positif
dan negatif dengan tolak ukur kontrol
orang tua, kejelasan komunikasi dan
tuntutan orangtua menjadi matang.(Rini
Harianti, 2016)
Disamping pola asuh orang tua,
gaya belajar anak juga mempengaruhi
perkembangan kreativitas anak. semakin
baik gaya belajar siswa maka semakin
baik pula hasil belajarnya. Sebaliknya,
semakin buruk gaya belajar siswa maka
semakin
rendah

hasil
belajarnya.
(Tanamir, 2016) hasil belajar dalam
penelitian ini terkait dengan kreativitas
anak usia dini.
Kreativitas biasanya diartikan
sebagai kemampuan untuk menciptakan
suatu produk baru, baikyang benar-benar
Jurnal Curricula

baru sama sekali, maupun merupakan
modifikasi atau perubahan dengan
menggabungkan hal-hal yang sudah ada.
Jika konsep ini dikaitkan dengan
kreativitas anak, anak yang bersangkutan
mungkin menciptakan suatu karya yang
benar-benar baru dan orisinil (asli ciptaan
sendiri), atau dapat saja merupakan
modifikasi dari berbagai cara belajar yang
ada sehingga menghasilkan bentuk baru.

Tumbuhnya kreativitas pada anak
usia dini, memungkinkan terwujudnyaide
perubahan dan upaya peningkatan secara
terus menerus, dan sesuai dengan situasi
dan kondisi lingkungan di mana sekolah
berada. Disamping itu, tuntutan untuk
meningkatkan kemampuan anak muncul
dari dalam diri sendiri, tanpa menunggu
ide ataupun perintah dari orang lain.
Kreativitas adalah kemampuan untuk
membuat kombinasi baru, berdasarkan
data, informasi, atau unsur-unsur yang
ada. Berdasar atas beberapa pendapat
dapat disimpulkan bahwa kreativitas
meliputi
ciri-ciri
aptitude
seperti
kelancaran, keluasan dan keaslian dalam
pemikiran maupun ciri-ciri aptitude

seperti kelancaran, keluasan dan keaslian
dalam pemikliran maupun ciri-ciri non
aptitude seperti rasa ingin tahu, senang
mengajukan pertanyaan dan selalu ingin
mencari
pengalaman
baru
atau
menciptakan hal baru. (Suryawiyyah,
n.d.)
Komponen pokok kreativitas
adalah; (1) aktifitas berpikir, yaitu proses
mental yang hanya dapat dirasakan oleh
individu
yang
bersangkutan,
(2)
menemukan atau menciptakan, yaitu
aktivitas
yang

bertujuan
untuk
menemukan sesuatu atau menciptakan
hal-hal baru, (3) baru atau orisinal, suatu
karya yang di hasilkan dari kreativitas
harus mengandung komponen yang baru

Kopertis Wil X

2

Vol. 1, No. 3 (2016)

dalam satu atau beberapa hal dan, (4)
berguna atau bernilai, yaitu karya yang
dihasilkan dari kreativitas harus memiliki
kegunaan atau manfaat tertentu. Sejak
kecil hingga dewasa, perangsangan
kreativitas sangat diperlukan dan bisa
dilakukan melalui pendidikan sekolah

maupun pendidikan luar sekolah.
Kreativitas sebenamya
dapat
terwujud dimana saja dan oleh siapa saja,
tidak bergantung pada usia, jenis kelamin,
keadaan sosio-ekonomi atau tingkat
pendidikan tertentu. Hal ini menunjukkan
jika ditinjau dari segi pendidikan, bahwa
bakat kreatif itu perlu dilatih serta dapat
dikembangkan dan perlu dipupuk sejak
dini. Artinya, masa usia dini merupakan
masa yang paling tepat untuk memupuk
dan mengembangkan kreativitas agar
dapat menjadi seorang manusia kreatif,
yang
sangat
diharapkan
dimasa
mendatang.
Senada dengan hal diatas, para

ahli meyakini bahwa kreativitas terpupuk
dalam pembelajaran dengan pendekatan
informal. Dalam pendekatan ini, sekolah
dirancang sedemikian rupa sehingga anak
senang berada di sekolah. Anak juga
terbebas dari rasa takut dan tertekan.
Mereka memperoleh rasa aman, dihargai,
dan diakui peran sertanya dalam proses
pembelajaran.
Anak
memperoleh
keyakinan bahwa apa yang mereka mintai
dan mereka butuhkan akan diperhatikan
dan disalurkan oleh guru. (Musfiroh,
2003)
Cara
paling
efektif
dalam
pengembangan kreativitas pada anak usia

dini adalah melalui bermain. Dengan
bermain anak dapat mengekspresikan diri
dan mendorong kreativitasnya. Senada
dengan hal tersebut saayah abu
menyatakan Belajar melalui bermain
adalah satu teknik pengajaran dan
Jurnal Curricula

pembelajaran yang berkesan kepada
kanak-kanak. Melalui teknik ini juga akan
mendatangkan
keseronokkandan
kepuasan kepada mereka dalam sesuatu
pengajaran yang hendak disampaikan.
Dengan bermain juga kanak-kanak akan
dapat menguasai perkembangan dan
kemahiran fizikal dan penguasaan bahasa
dari segi perbendaharaan dan peraturan
tatabahasa.(Saayah Abu, 2005)
Metode bermain digunakan dalam
membantu anak- anak untuk menjelajahi
dunianya, mengembangkan kompetensi
dalam usaha mengatasi dunianya dan
mengembangkan kreativitas anak. Dengan
metode bermain anak dapat memilih
kemampuan untuk memahami konsep
secara ilmiah tanpa dipaksakan. (Ni Made
Oktiana Dewi, I Nyoman Wirya, 2014)
Dalam bermain anak memiliki
nilai kesempatan untuk mengekspresikan
sesuatu yang ia rasakan dan ia pikirkan.
Anak mempraktikkan keterampilan dan
mendapatkan kepuasan dalam bermain,
yang berarti mengembangkan dirinya
sendiri.Selanjutnya
anak
dapat
mengembangkan otot kasar dan halus,
meningkatkan penalaran, dan memahami
keberadaan lingkungannya, membentuk
daya imajinasi, daya fantasi, dan
kreativitasnya.
Fungsi
Bermain,
bermain
memiliki banyak fungsi berkaitan dengan
pertumbuhan dan perkembangan anak
adalah : Latihan Pengambilan Keputusan,
Memilih, Mandiri, Tuntas, Kreativitas,
Percaya Diri, Pengembangan Intelektual,
Pengembangan Bahasa, Bermain Untuk
Perkembangan Sosial, Bermain Untuk
Perkembangan Emosi, Bermain Untuk
Pengembangan Fisik, Bermain Untuk
Perkembangan Kreativitas, Bermain
Sebagai Terapi (Djuniartiningsih, 2012)

Kopertis Wil X

3

Vol. 1, No. 3 (2016)

Menurut Prasetyono dalam (Sofia
Hartati,
2007)menyatakan
bahwa:
”bermain bagi anak-anak bukan sekedar
bermain, tetapi bermain merupakan salah
satu bagian dari proses pembelajaran.
Dalam bermain anak dapat menerima
banyak rangsangan.Selain dapat membuat
diri anak senang juga dapat menambah
pengetahuan anak. Dalam proses belajar,
anak-anak
mengenalnya
melalui
permainan karena tidak ada cara yang
lebih
baik
untuk
merangsang
perkembangan kecerdasan anak melalui
kegiatan melihat, mendengar, meraba dan
merasakan yang kesemuanya itu dapat
dilakukan melalui kegiatan bermain”.
Bermain
dapat
bermanfaat
mengembangkan
ragam
aspek
perkembangan. Hal ini senada yang
dengan yang disampaikan Luluk bahwa
manfaat bermain tidak saja dapat
meningkatkan perkembangan kognitif dan
sosial, tetapi juga perkembangan bahasa,
disiplin, perkembangan moral, kreativitas,
dan perkembangan fisik siswa.(Luluk
Iffatur Rocmah, 2014)
Permainan merupakan media bagi
anak
untuk
bermain.
Permainanpermainan
yang
dilakukan
anak
mempunyai
karakteristik-karakteristik
tersendiri yang membedakannya dengan
permainan orang dewasa.(Arumi Savitri
F, 2015). Berbagai macam cara bermain
dapat dilakukan anak dengan caranya
sendiri ataupun dipandu oleh orang
dewasa. Dalam hal ini bermain
dikelompokkan menjadi dua kategori
yakni bermain bebas dan bermain
terpimpin.
Permainan balok unit adalah
menurut Montolalu, dkk dalam (Anita,
2016) Permainanbalok merupakan alat
permainan yang sangat sesuai sebagai
alatuntuk membuat berbagai konstruksi.
Jurnal Curricula

Melalui bermain denganbalok, anak-anak
mendapat kesempatanmelatih kerja sama
mata,tangan, serta kordinasi fisik.Balok
unit adalah potongan-potongankayu yang
memiliki bentukberaneka ragam seperti
segitiga, segiempat, persegi panjang
dansetengah lingkaran.Bermain balok unit
merupakan kegiatan main dengan cara
menyusunpotongan-potongan balok untuk
membentuk suatu bentuk bangunansesuai
dengan imajinasi dan kemampuan anak
dalam mendesain suatubentuk ruang dan
bangunan.
Permainan Balok merupakan
potongan kayu yang memiliki berbagai
bentuk.Umumnya berbentuk segi empat
atau kubus.Pada perkembangannya, balok
sebagai alat permainan tidak hanya dibuat
dari kayu.Beragam bahan dipergunakan,
seperti misalnya karton, busa, karet, dan
sebagainya.
Beragam
balok
dapat
dipergunakan sebagai alat permainan atau
sarana belajar. Beberapa jenis balok yang
dipergunakan sebagai alat permainan
antara lain adalah balok unit, balok besar,
balok berongga, balok pasak/lego, dan
balok lainnya.
1.

2.

Balok unit merupakan balok yang
memiliki bentuk dan ukuran standar.
Lebih jauh tentang balok unit ini akan
dibahas pada bab selanjutnya.
Balok besar merupakan balok
berukuran besar macro play, dimana
anak akan membangun rumah dengan
skala sesuai dengan tinggi mereka.
Tidak ada ukuran standar untuk balok
besar ini, namun disyaratkan dibuat
dari bahan yang ringan, misalnya
karton. Balok besar dapat juga dibuat
dengan memanfaatkan karton bekas
bungkus, seperti misalnya bekas
bungkus susu. Masukkan kertas

Kopertis Wil X

4

Vol. 1, No. 3 (2016)

koran kedalam bekas bungkus agar
lebih kuat dan awet dipakai bermain.
Karton-karton bekas tadi dapat
dibungkus kertas berwarna agar
menarik.
3. Balok berongga pada prinsipnya
kegunaannya sama dengan balok
besar, yaitu untuk bermain macro
play. Bedanya hanya pada bahannya,
dimana balok berongga dibuat dari
kayu/papan.
4. Balok pasak/lego. Balok pasak
merupakan balok yang setiap
baloknya memiliki pasak pada bagian
atas dan lobang pada bagian bawah.
Bahan balok ini umumnya kayu atau
plastik. Contoh terkenal dari balok
pasak ini adalah lego. Balok pasak ini
lebih disukai anak- anak karena
memberikan lebih banyak pilihan
bentuk, yang tidak bisa dilakukan bila
menggunakan jenis balok lainnya.
5. Balok lainnya. Jenis balok lainnya
cukup banyak,seperti balok alphabet,
dan sebagainya.
Penggunaan
balok
dalam
pendidikan anak usia dini dimaksudkan
untuk
mengembangkan
berbagai
kemampuan anak, di samping untuk
memberikan kesempatan bagi anak
bereksplorasi.
Permainan Balok termasuk Alat
Permainan Edukatif (APE).APE adalah
alat permainan yang sengaja di rancang
secarakhusus
untuk
kepentingan
pendidikan. Alat permainan edukatif
(APE) untuk anak usia dini selalu di
rancang
dengan
pemikiran
yang
mendalam disesuaikan dengan rentang
usia anak. alat permainan untuk anak usia
rentang 4-5 tahun di buat dengan lebih
sederhana dan tidak terlalu sulit
dibandingkan dengan alat permainan
untuk anak usia rentang 5-6 tahun yang
Jurnal Curricula

lebih sulit pengerjaannya. alat permainan
edukatif (APE) yang di buat untuk
mengembangkanaspekaspekperkembangan anak usia dini.
Adapun
aspek-aspek
yang
dapat
dikembangkan adalah aspek fisik motorik
(baik halus maupun kasar, emosi, social,
kognitif, bahasa dan moral (Suryawiyyah,
n.d.)
Kenyataan dilapangan sering
dijumpai pada pembinaan kreativitas anak
tanpa disadari telahterabaikan oleh
kesibukan orang tua.Kegiatan bermain
bebas, sering menjadi kunci pembuka
bagi gudang-gudang bakat kreatif yang
dimiliki setiap manusia.Bermain bagi
anak
berguna
untuk
menjelajahi
kompetensi
dan
mengembangkan
kreativitasnya. Fungsi bermain bagi anak
usia dini dapat dijadikan intervensi yang
jika dilaksanakan dengan tepat, baik
dilengkapi dengan alat maupun tanpa alat
akan sangat membantu perkembangan
sosial, emosional, kognitif,
dan
afektifnya. Peran guru dalam upaya
pengembangan kreativitas anak juga
masih belum optimal. Guru masih
menggunakan cara konvensional dalam
uapata pengembangan kreativitas anak di
lembaga PAUD.
Berkaitan dengan uraian diatas
perlu dikembangkan cara belajar yang
dapat mengoptimalkan kreativitas anak
usia. Dalam hal ini peneliti ingin
menerapkan belajar melalui bermainbalok
unit untuk meningkatkan kreativitas anak
TK kelompok B dengan pendekatan
bermain sambil belajar. Belajar melalui
bermain balok unit dapat menjadi
alternatif solusi dalam peningkatkan
kreativitas anak usia dini.
METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan pada anak

Kopertis Wil X

5

Vol. 1, No. 3 (2016)

kelompok B Taman Kanak-Kanak Islam
Terpadu (TKIT) Khodijah Alkubro
bangkinang Kota berjumlah 38 anak.
Sampel penelitian diambil dari sebanyak
dua kelas dengan rincian 1 kelas
eksperimen dan 1 kelas kontrol. Penelitian
dilaksanakan
menggunakan
metode
kuantitatif dalam bentuk kuasi eksperimen
(Quasi Eksperimental Design). Bentuk
desain
eksperimen
ini
yaitu
Nonequivalent Control Group Design.
Dalam penelitian media yang
digunakan adalah balok unit yang
dirancang sesuai dengan kebutuhan
kegiatan penelitian yakni belajar melalui
bermain balok unit untuk meningkatkan
kreativitas anak. Anak melakukan
kegiatan bermain balok unit sebanyak 4
kali pertemuan,
Data yang dikumpulkan dalam
penelitian terdiri atas data utama yakni
hasil observasi belajar anak dan data
pendukung berupa hasil wawancara
dengan guru dan walimurid. Teknik
analisa data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji besa dengan
menggunakan uji statistik non parametrik
yakni Uji Mann Whitney dan Wilcoxon
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Data hasil penelitian diuji secara
statistik pada saat pre-test terhadap
kreativitas anak usia dini antara kelompok
kontrol dengan kelompok eksperimen
tidak menunjukkan perbedaan yang
signifikan(p-value
=0,580>
0,05).Kesimpulan yang sama juga
diperoleh pada indikator pemikiran
kreatif, tindakan kreatif dan sikap kreatif,
dimana pada saat pre-test tidak terdapat
perbedaan antara kelompok kontrol
dengan kelompok eksperimen. Sementara
untuk indikator produk atau karya kreatif
memberikan kesimpulan yang berbeda
dengan
indikator
lainnnya.
Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa kedua
kelompok layak untuk diperbandingkan,
karena karakteristik kreativitas anak usia

Jurnal Curricula

dini pada
kedua kelompok subyek
penelitian homogen pada saat pre test
Lebih jelasnya lihat grafik berikut.
Skor Pretest Kreativitas Anak Usia Dini
16
14
12
10
8
6
4
2
0

13.41 13.54

3.49

3.64

Pemikiran yang
kreatif

3.61

3.47

Tindakan yang
kreatif

3.56 3.70

Produk atau
karya yang
kreatif

2.76

2.74

Sikap kreatif

Kreativitas Anak
Usia Dini

Eksperimen

Kontrol

Hasil uji secara statistik kelompok
kontrol terhadap kreativitas anak usia dini
pada saat pre-test dengan post-test tidak
menunjukkan
perbedaan
yang
signifikan(p-value
=0,206>
0,05).Kesimpulan yang sama juga
diperoleh pada indikator menghibur
percaya diri dan penyesuaian diri, dimana
tidak terdapat perbedaan yang signifikan
pada saat pre-test dengan post-test. Hasil
pengujian ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat perubahan yang signifikan pada
motorik halus anak kelompok kontrol
saat pre-test dan post-test.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada grafik berikut.
Skor Kreativitas Anak Kelompok Kontrol
16
14
12
10
8
6
4
2
0

13.54 13.63

3.64 3.70

3.47 3.50

3.70 3.68

Pemikiran yang
kreatif

Tindakan yang
kreatif

Produk atau
karya yang
kreatif

2.74 2.75

Sikap kreatif

Pretest

Kreativitas Anak
Usia Dini

Post test

Data Hasil uji secara statistik
kelompok ekperimen terhadap kreativitas
anak usia dini pada saat pre-test dengan
post-test menunjukkan perbedaan yang
signifikan(p-value
=0,000<
0,05).Kesimpulan yang sama juga
diperoleh pada indikator pemikiran
kreatif, tindakan kreatif, karya kreatif dan
sikap kreatif, dimana terdapat perbedaan
yang signifikan pada saat pre-test dengan
post-test.
Hasil
pengujian
ini
menunjukkan bahwa terdapat perubahan
yang signifikan pada kreativitas anak
kelompok eksperimen setelah penerapan
belajar bermain balok unit.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik berikut.

Kopertis Wil X

6

Vol. 1, No. 3 (2016)

Skor Kreativitas Anak Kelompok Eksperimen
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

18.61
13.41

3.49

4.70

Pemikiran yang
kreatif

3.61

4.69

Tindakan yang
kreatif

3.56

4.68

4.54
2.76

Produk atau
karya yang
kreatif

Sikap kreatif

Kreativitas Anak
Usia Dini

Pretest

Post test

Melalui nilai rata-rata skor
kreativitas anak dapat dilihat baik pada
setiap indikator kreativitas maupun
kreativitas anak secara keseluruhan, anak
yang belajar melalui bermain balok
dengan menggunakan permainan balok
unit selalu memiliki nilai rata-rata yang
lebih tinggi dibanding dengan anak yang
tidak menggunakan permainan balok unit.
Hal ini mencerminkan bahwa penerapan
belajar
melalui
bermain
dengan
menggunakan permainan balok unit dapat
meningkatkan kreativitas anak usia dini
pada Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu
Khadijah Alkubro Bangkinang Kabupaten
Kampar.
Lebih jelasnya dapat dilihat pada
grafik berikut ini
Skor Post test Kreativitas Anak Usia Dini
20
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

18.61
13.63

4.70

3.70

Pemikiran yang
kreatif

4.69

3.50

Tindakan yang
kreatif

4.68

3.68

Produk atau
karya yang
kreatif

4.54
2.75

Sikap kreatif

Kreativitas Anak
Usia Dini

Eksperimen

Kontrol

Selanjutnya dilakukan pengujian
untuk mendapatkan kesimpulan yang
lebih eksak atas hasil deskriptif tersebut.
Sesuai dengan hasil uji normalitas data
untuk menguji pengaruh penerapan
belajar
melalui
bermain
dalam
meningkatkan pemikiran yang kreatif,
produk atau karya yang kreatif serta sikap
kreatif digunakan Mann-Whitney test,
sedangkan untuk menguji pengaruh
penerapan belajar melalui bermain dalam
meningkatkantindakan
kreatif
dan
kreativitas anak menggunakan uji t
sampel independen

Jurnal Curricula

Pada indikator pemikiran yang
kreatif, penerapan belajar melalui bermain
dengan menggunakan permainan balok
unit signifikan dalam meningkatkan
pemikiran yang kreatif pada anak usia
dini pada Taman Kanak-Kanak Islam
Terpadu Khadijah Alkubro Bangkinang
Kabupaten Kampar, hal ini terlihat dari
nilai signifikansi (p-value)Mann-Whitney
test lebih kecil dari 0,05 atau 5%.
Pemikiran yang kreatif pada anak usia
dini ditandai dengan; anak dapat membuat
bangunan dari balok unit sesuai dengan
pemikirannya
sendiri, anak dapat
membuat bangunan dari balok unit tanpa
melihat bangunan temannya, anak dapat
menyebut warna-warna dari potonganpotongan balok unit yang ada, dan yang
terkakhir anak dapat menyebut namanama potongan balok unit.
Pada indikator tindakan yang
kreatif, penerapan belajar bermain
menggunakan balok unit signifikan dalam
meningkatkan tindakan yang kreatif pada
anak usia dini pada Taman Kanak-Kanak
Islam Terpadu Khadijah Alkubro
Bangkinang Kabupaten Kampar, hal ini
terlihat dari nilai signifikansi (p-value))uji
t sampel independen lebih kecil dari 0,05
atau 5%. Tindakan yang kreatif pada anak
usia dini ditandai dengan; anak dapat
membuat bangunan dua dimensi dari
balok unit dengan tenang, anak dapat
membuat bangunan tiga dimensi dari
balok unit dengan serius, dan yang
terkahir anak dapat membuat bangunan
dari balok unit tanpa merebut balok
temannya.
Pada indikator produk atau karya
yang kreatif, penerapan belajar melalui
bermain menggunakan balok unit
signifikan dalam meningkatkan produk
atau karya yang kreatif pada anak usia
dini pada Taman Kanak-Kanak Islam
Terpadu Khadijah Alkubro Bangkinang
Kabupaten Kampar, hal ini terlihat dari
nilai signifikansi (p-value) Mann-Whitney
test lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Produk
atau karya yang kreatif pada anak usia
dini ditandai dengan; anak dapat

Kopertis Wil X

7

Vol. 1, No. 3 (2016)

memperlihatkan sebuah bangunan rumah
dari balok unit hasil karyanya sendiri, dan
anak dapat menciptakan sebuah bangunan
dari balok unit tanpa meniru temannya.
Pada indikator sikap yang kreatif,
penerapan belajar bermain menggunakan
balok unit signifikan dalam meningkatkan
sikap yang kreatif pada anak usia dini
pada Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu
Khadijah Alkubro Bangkinang Kabupaten
Kampar, hal ini terlihat dari nilai
signifikansi (p-value) Mann-Whitney test
lebih kecil dari 0,05 atau 5%. Sikap yang
kreatif pada anak usia dini ditandai
dengan; anak dapat membuat dua model
bangunan dari balok unit yang sesuai
dengan fungsinya, dan anak dapat
membuat dua model bangunan dari balok
unit yang sama tinggi.
Pada variabel kreativitas anak,
penerapan belajar melalui bermain
menggunakan balok unit signifikan dalam
meningkatkan kreativitas pada anak usia
dini pada Taman Kanak-Kanak Islam
Terpadu Khadijah Alkubro Bangkinang
Kabupaten Kampar, hal ini terlihat dari
nilai signifikansi (p-value)uji t sampel
independen lebih kecil dari 0,05 atau 5%.
Pembahasan
Penerapan belajar melalui bermain
balok unit dapat meningkatkan kreativitas
anak usia dini pada Taman Kanak-Kanak
Islam Terpadu Khadijah Alkubro
Bangkinang Kabupaten Kampar termasuk
dalam kategori baik. Karena hasil
penelitian kelompok eksperimen pada
variabel kreativitas anak, nilai rata-rata
pre-test sebesar 13,41 (63,85%) setelah di
adakan perlakuan (treatment) meningkat
secara signifikan dengan nilai rata-rata
post-test sebesar 18,61 (88,61%). Hal ini
menunjukan bahwa penerapan belajar
melalui bermain balok unit, berpengaruh
secara signifikan terhadap peningkatan
kreativitas anak. Sedangkan hasil
penelitian
kelompok
kontrol
(konvensional) tidak meningkat secara
signifikan pada variabel kreativitas anak,
karena nilai rata-rata pre-test sebesar
Jurnal Curricula

13,54 (58,86%) dan nilai rata-rata posttest sebesar 13,63 (59,26%). Hal ini dapat
disimpulkan
bahwa
pendekatan
konvensional tidak berpengaruh terhadap
peningkatan kreativitas anak usia dini
pada Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu
Khadijah Alkubro Bangkinang Kabupaten
Kampar.
Dalam
penelitian
penerapan
belajar
melalui
bermain,Prasetyono(2007), menyatakan
bahwabermain bagi anak-anak bukan
sekedar
bermain,
tetapi
bermain
merupakan salah satu bagian dari proses
pembelajaran. Dalam bermain anak dapat
menerima banyak rangsangan. Selain
dapat membuat diri anak senang juga
dapat menambah pengetahuan anak.
Dalam
proses
belajar,
anak-anak
mengenalnya melalui permainan karena
tidak ada cara yang lebih baik untuk
merangsang perkembangan kecerdasan
anak
melalui
kegiatan
melihat,
mendengar, meraba dan merasakan yang
kesemuanya itu dapat dilakukan melalui
kegiatan bermain
Singer dalam (Kusantanti Yuliani,
2009) mengemukakan bahwa bermain
dapat digunakan anak-anak untuk
menjelajahi dunianya, mengembangkan
kompetensi dalam usaha mengatasi
dunianya dan mengembangkan kreativitas
anak. Dengan bermain anak memiliki
kemampuan untuk memahami konsep
secara ilmiah, tanpa paksaan.
Almy dalam (Calvin A. Colarusso,
2014)menulis
bahwamembedakan
karakteristik-karakteristrik
bermain
membuatnya
penting
untuk
perkembangan anak. Dalam paper yang
disetujui oleh Association for Childhood
Education International (ACEI), Isenberg
dan Quisenberry (1988) dalam (Carol
Gestwicki, 2016) menyatakan bahwa
“bermain adalah prilaku dinamis, aktif
dan konstruktif, yang merupakan bagian
penting dan integral dari masa kanakkanak, balita hingga masa remaja.
ACEI juga menegaskan bahwa
guru harus mengartikulasikan kebutuhan

Kopertis Wil X

8

Vol. 1, No. 3 (2016)

untuk bermain dalam kehidupan anakanak, terutama sebagai bagian dari
kehidupan sekolah mereka.
Sedang menurut Conny R.
Semiawan(Semiawan
R.
Conny,
2008)Bermain sangat berperan dalam
mengoptimalkan
pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Bagi anak, bermain
adalah suatu kegiatan yang serius namun
mengasyikkan. Melalui aktivitas bermain,
berbagai pekerjaan terwujud. Bagi anak,
bermain adalah aktivitas yang dipilih
sendiri oleh anak karena menyenangkan
bukan karena akan mendapat hadiah atau
alat utama yang menjadi latihan untuk
pertumbuhannya.
Kreativitas belajar anak melalui bermain
sangat penting sekali untuk di pahami
oleh orang tua dan guru di dalam
memberikan
stimulasi
(rangsangan)
kepada anak sedini mungkin sesuai
dengan periodesasi perkembangannya.
Bruner
dalam
Hurlock
Elizabeth(Hurlock E. B. Elizabeth, 1980)
mengatakan bahwa bermain dalam
periode anak dini usia merupakan
“kegiatan yang serius” yang merupakan
bagian yang paling penting dalam
perkembangan anak. Dalam bermain anak
akan belajar untuk melakukan improvisasi
dan kombinasi yang akan digunakan
untuk
mempelajari
sesuatu
yang
mempersiapkan
diri
menghadapi
kehidupan dewasa”.
Bermain
menurut
Mulyadi
(Mulyadi, 2004), secara umum sering
dikaitkan dengan kegiatan anak-anak
yang dilakukan secara spontan. Terdapat
lima pengertian bermain; (1) Sesuatu
yang menyenangkan dan memiliki nilai
intrinsik pada anak(2) Tidak memiliki
tujuan ekstrinsik, motivasinya lebih
bersifat intrinsik (3) Bersifat spontan dan
sukarela, tidak ada unsur keterpaksaan
dan bebas dipilih oleh anak(4)Melibatkan
peran
aktif
keikutsertaan
anak(5)
Memiliki hubungan sistematik yang
khusus dengan seuatu yang bukan
bermain, seperti kreativitas, pemecahan

Jurnal Curricula

masalah, belajar bahasa, perkembangan
sosial dan sebagainya.
Menurut pemikiran Piaget (Piaget,
Jean & Inhelder, Brbel, 2013) merupakan
sumber bagi para ahli untuk merumuskan
kaitan antara bermain dengan kemampuan
kognitif
anak.
Menurut
Piaget,
perkembangan skema anak bersifat
dinamis.
Ketika
anak
telah
mengkonsolidasikan untuk naik pada
tahapan perkembangan berikutnya, anak
tidak menghilangkan kemampuan yang
dimiliki sebelumnya. Kemampuan yang
baru dikuasai anak justru akan
mengembangkan strategi dan skema anak.
Piaget membagi perkembangan
bermain dalam beberapa tahapan yang
terkait dengan perkembangan kognitif
anak. Tahapan pertama adalah practice
atau funtional play dengan karakteristik
utama yaitu terkait dengan tahapan
intelegensi sensorimotor anak. Piaget
menyebut bermain dalam tahapan ini
sebagai ”a happy display of known
action”
yaitu
bahwa
anak-anak
mengulangi
pengalaman-pengalaman
yang mereka rasakan baik dengan obyek
maupun dengan tubuhnya. Hal ini
dilakukan bayi dengan merengkuh,
menarik, menendang, atau mendorong
tangannya dimana bayi menikmati
kemampuannya dalam menggerakkan
anggota tubuhnya. Kegiatan bermain
functional play merupakan kegiatan
bermain utama yang dilakukan oleh anak
hingga usia dewasa. Kesempatan untuk
melakukan kegiatan bermain ini menjadi
sumber
bagi
perkembangan
dan
kesenangan sepanjang hidup
Bermain simbolik merupakan
tahapan kedua dalam perkembangan
bermain menurut Piaget. Tahapan ini
terjadi pada anak usia 18 bulan dengan
karakteristik utama yaitu perkembangan
kognitif
anak
pada
tahapan
praoperasional.
Bermain
simbolik
melibatkan kemampuan anak dalam
mengembangkan mental representation
yaitu kemampuan untuk membayangkan

Kopertis Wil X

9

Vol. 1, No. 3 (2016)

suatu benda sebagai pengganti benda
yang lain dalam kegiatan bermain
tersebut. Kemampuan ini akan menjadi
dasar dalam pengembangan kemampuan
berpikir abstrak dan keterampilan dalam
mengorganisir pengalaman. Tiga bentuk
permainan simbolik menurut Piaget
meliputi
permainan
konstruktif,
permainan dramatik dan permainan
dengan aturan.
Implikasi teori Piaget bagi
pembelajaran anak usia dini sangat
banyak. Anak usia dini menurut Piaget
berada pada tiga tahapan pertama. Oleh
karena itu, guru harus mampu mendesain
kegiatan pembelajaran sesuai tingkat
perkembangan anak. Bagi anak yang
sedang berada sensorimotor, belajar
melalui interaksi organ sensoris dan
motoris dengan lingkungan sangat
penting. Ia belum bisa berpikir seperti
orang dewasa. Begitu pula anak fase
praoperasional, jangan dipaksa menarik
kesimpulan dari dua variabel yang tidak
diamati
langsung.
Memberikan
pengalaman nyata jauh lebih berharga
daripada mencekoki anak dengan konsep
yang harus dihafalkan. Anak pada fase
konkret operasional paling baik belajar
dari benda-benda atau obyek seacara
langsung. Teori Piaget kelak menjadi
dasar paham konstruktivisme.
SIMPULAN
Hasil penelitian menggambarkan
bahwa belajar melalui bermain balok unit
berpengaruh
terhadap
peningkatan
kreativitas anak usia dini pada anak
kelompok B Taman Kanak-kanak Islam
Terpadu Khodijah Al Kubro bangkinang
Kota Kabupaten. Hal ini digambarkan
pada kelompok eksperimen yang diberi
perlakuan dan pada kelompok kontrol
yang tidak diberi perlakuan
Jurnal Curricula

Penerapan belajar melalui bermain
balok unit tergolong kategori positif untuk
dikembangkan oleh setiap guru terutama
dalam pengembangan kreativitas anak
usia dini. Belajar sambil bermain dengan
menggunakan alat permainan edukatif
yang variatif memberikan kesempatan
pada anak untuk mengembangkan
kreativitasnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anita. (2016). HUBUNGAN BERMAIN
BALOK UNIT DENGAN
PERKEMBANGAN KECERDASAN
VISUAL SPASIAL ANAK USIA 5-6
TAHUN DI TK CITRA MELATI
BANDAR LAMPUNG TAHUN.
Arumi Savitri F. (2015). KAJIAN
PSIKOLOGIS DALAM
PEMILIHAN PERMAINAN
KREATIF YANG MERANGSANG
PERKEMBANGAN ANAK USIA
DIN. Jurnal PGPAUD UNY,
2(Permainan Anak Usia Dini), 15.
Calvin A. Colarusso. (2014). The
Psychiatric Witness in Court: What
Mental Health Professionals Need to
Know. Rowman & Littlefield.
Carol Gestwicki. (2016). Developmentally
Appropriate Practice: Curriculum
and Development in Early
Education. Cengage Learning.
Djuniartiningsih. (2012). Meningkatkan
Kreativitas Anak K Lompok B Di Tk
“ Merpati Pos ” Surabaya
Universitas Negeri Surabaya. Jurnal
UNESA, 2(Kreativitas AUD), 20.
Hurlock E. B. Elizabeth. (1980).
Developmental Psycology. Mc
Graw-Hill. Inc.
INDONESIA, P. R. (2003). UUR.I. No
20 Tahun 2003, (1).
Kusantanti Yuliani. (2009). Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Luluk Iffatur Rocmah. (2014).
Peningkatan kemampuan berbicara

Kopertis Wil X

10

Vol. 1, No. 3 (2016)

melalui bermain balok. Disajikan Di
Hadapan Guru-Guru Play Group
Dan TK Kreatif Primagam, Di
PPPG Matematika, 2(1), 23–37.
Retrieved from
http://ejournal.unesa.ac.id/article/106
6/19/article.pdf
Mulyadi, S. (2004). Bermain dan
Kreativitas (Upaya Mengembangkan
Kreativitas Anak Melalui Kegiatan
Bermain). Jakarta: Papas Sinar
Kinanti.
Musfiroh, T. (2003). Kreativitas Anak
Usia Dini dan Implikasinya dalam
Pendidikan. Disajikan Di Hadapan
Guru-Guru Play Group Dan TK
Kreatif Primagam, Di PPPG
Matematika.
Ni Made Oktiana Dewi, I Nyoman Wirya,
N. M. A. (2014). PENERAPAN
METODE BERMAIN
BERBANTUAN MEDIA BALOK.
E-Journal PG PAUD Universitas
Pendidikan Ganesha, 2(1).
Piaget, Jean & Inhelder, Brbel, J. P.
(2013). The Growth Of Logical
Thinking From Childhood To
Adolescence: AN ESSAY ON THE
CONSTRUCTION OF FORMAL
OPERATIONAL STRUCTURES.

Jurnal Curricula

Routledge.
Rini Harianti, S. A. (2016). Pola asuh
orang tua dan lingkungan
pembelajaran terhadap motivasi
belajar siswa, 1(2), 20–29.
Saayah Abu. (2005). Pelaksanaan Aktiviti
Belajar Melalui Bermain di Tadikatadika kawasan Melaka Tengah.
Jurnal IPG Kampus Islam, 83–120.
Semiawan R. Conny. (2008). Belajar dan
Pembelajaran Pra Sekolah. Jakarta:
PT. Indeks.
Sofia Hartati. (2007). How To Be a and
To Be a Good Mother. Jakarta
Selatan: Enno Media.
Suryawiyyah, D. R. A. (n.d.).
Meningkatkan Kreatifitas Anak Usia
Dini Melalui Kegiatan Bermain
Balok tumbuhnya kreativitas
dikalangan anak-anak
memungkinkan terwujudnya ide
perubahan dan upaya peningkatan
secara terus menerus , dan sesuai
dengan situasi dan kondisi
lingkungan di mana , 46–55.
Tanamir, M. D. (2016). Hubungan minat
terhadap bentuk tes dan gaya belajar
siswa dengan hasil belajar geografi
di sma negeri kabupaten tanah datar
1, 1(2).

Kopertis Wil X

11