Virtualisasi Data Center Sebagai Salah S
Virtualisasi Data Center Sebagai Salah Satu Alternatif Solusi Pencapaian Target E-Government Yang
Efisien dan Efektif (Study kasus : Badan Pusat Statistik (BPS))
Ana Uluwiyah, [email protected]
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
Desember, 2012
Abstraksi - E-government merupakan penggunaan
teknologi
informasi
oleh
kantor-kantor
pemerintahan untuk pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat, dunia usaha dan untuk
memfasilitasi
kerjasama
antar
institusi
pemerintah[1]. Sejalan dengan berkembangnya
zaman
dan
teknologi
informatika,
serta
meningkatnya jumlah pengguna internet di
kalangan masyarakat, pelayanan prima yang
murah, mudah dan gratis mulai dituntut dan
dibutuhkan. Berdasarkan hasil survey perusahaan
riset MarkPlus Insight menyebutkan bahwa jumlah
pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012
adalah 61,08 juta orang yang terdiri dari berbagai
usia. Istilah e-government di Indonesia pertama kali
diperkenalkan pada pelayanan publik melalui
Instruksi Presiden No.6/2001 tentang Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang dikenal sebagai
Telematika. Dan sejak itu, program e-government
mulai digalakkan, namun menurut beberapa survey
mengatakan
bahwa
sejak
program
mulai
digalakkan, program tersebut mengalami kegagalan
di karenakan oleh faktor pendanaan, SDM dan
kepedulian terhadap IT. Untuk membangun sebuah
e-government tentunya membutuhkan Data Center,
sedangkan untuk membangun sebuah data center
itu sendiri tidak mudah dan murah, sehingga
dibutuhkan teknologi alternatif yang lebih murah
dan mudah untuk membangun data center tersebut
seperti virtualization data center. Untuk studi
kasus, paper ini akan mengambil masalah pada
pelayanan publik data statistik BPS yang telah
memiliki Data Center.
Keywords-component:
Cloud Computing
I.
Data
Center,
PENDAHULUAN
Virtualisasi,
Menurut Kaufan, tugas pemerintahan adalah
untuk melayani dan mengatur masyarakat[2]. Tugastugas pokok pemerintahan pada hakikatnya ada 3 (tiga)
yaitu pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan
[3]. Pelayanan akan membuahkan keadilan dalam
masyarakat,
pemberdayaan
akan
mendorong
kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan
menciptakan kemakmuran dalam masyarakat.
Ada berbagai definisi e-government, namun
pada intinya pengertian e-government yaitu proses
pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk
membantu menjalankan sistem pemerintahan secara
lebih efisien dan efektif. Konsep e-government yang
berkembang sekarang di Indonesia mengarah kepada
integrasi data dan informasi antar lembaga pemerintah
melalui teknologi Internet dengan perangkat lunak yang
berbasis http (hypertext transfer protocol) dan dengan
bahasa yang mendukung html (hypertext medium
language)[4]. E-government tidak mengganti cara
pemerintahan berkomunikasi dengan masyarakat,
dimana pos-pos pelayanan tetap dijalankan. Tujuan
utama peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta
aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.
Berbagai proyek teknologi
informasi
dilaksanakan dengan biaya yang cukup besar, tapi
pada kenyataannya hanya sedikit yang berhasil sesuai
dengan apa yang direncanakan, banyak proyek
teknologi informasi yang hanya berfungsi sebagian,
atau bahkan gagal total. Hal ini dapat menjadi contoh
yang kurang baik bagi pemanfaatan e-Government di
pusat maupun daerah. Salah satu faktor utama
kegagalan e-government adalah Infrastruktur yang
belum memadai dan mahalnya biaya maintenance
serta kurangnya SDM dibidang IT yang handal di
lingkungan pemerintahan.
Badan Pusat Statistik sebagai salah satu
lembaga pemerintah non Departemen yang bertugas
Page 1
menyediakan data statistik Indonesia. Dalam lima tahun
ke depan akan melaksanakan Program Penyediaan
dan Pelayanan Informasi Statistik untuk penguatan
sistem dan informasi pembangunan nasional , melalui
program Statcap Cerdas sebagai bentuk reformasi
birokrasi yakni peningkatan statistik nasional yang
diukur dalam enam dimensi yaitu akurat, relevan, tepat
waktu/timesliness,
mudah
diakses/accessibility,
koheren/coherence yang berarti konsisten antarsektor
dan antarperiode dan spasial serta mudah
diinterpretasikan.
Untuk mencapai tujuan tersebut BPS telah
didukung oleh infrastruktur teknologi informasi yang
lengkap, diantaranya adalah Data Center dan Pusat
Pengolahan Data di tiap provinsi dan kabupaten
diseluruh Indonesia.
Untuk membangun sebuah data center itu
sangat mahal dan dibutuhkan kesiapan dari sisi
infrastuktur tempat dan SDM yang memadai. Selain
biaya
pembangunan
yang
mahal,
biaya
maintenancenya pun juga mahal. Dengan faktor
kelistrikan di Indonesia yang tidak stabil hal ini menjadi
salah faktor terbesar mudah rusaknya perangkat data
center.
Di BPS sendiri, selama kurun waktu setahun, selalu
ada perangkat data center yang mengalami kerusakan.
Yang paling sering terjadi adalah kerusakan pada
perangkat pengolahan data di BPS Provinsi dan
Kabupaten/kota. Contohnya pada saat pengolahan
Sensus Penduduk 2010 pada bulan Agustus, karena
faktor listrik yang tidak stabil, salah satu storage pusat
pengolahan data BPS Provinsi Jawa Barat mengalami
kebakaran dan mengakibatkan kerusakan pada storage
tersebut dan akibatnya harus diganti, selama
pengolahan sensus penduduk berlangsung BPS Jawa
Barat telah mengganti storage pengolahan data selama
2 (dua) kali.
Berdasarkan data dari BPS Pusat bagian jaringan
data, ada beberapa komponen dari data center yang
mengalami kerusakan sehingga solusinya adalah
dengan menggantinya. Berikut adalah beberapa
kerusakan yang pernah terjadi pada data center milik
BPS.
Tahun
Komponen Data Center
2011
Cisco Secure Access
Control Server 4.0
2010
Hardisk (Sun Fire V20Z)
Fan (Sun Fire x4200)
DVD Room (Sun Fire
x4100)
HBA-Mega Raid
+Ultra 230 PCI-X
Dual
NIC Ethernet Card
tidak
dapat
disetting IP
Failed
Failed
(blinking
LED Rear Fan)
Mata lensa DVD
Room sudah tidak
bias membaca
Tidak bias read
dan write
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat
Tabel 1. Jenis kerusakan data center BPS
BPS sebagai instansi yang selalu menjalankan
aplikasi mission critical (tidak boleh mati sama sekali)
dimana downtime akibat kerusakan perangkat keras
sangat dihindarkan. Oleh karena itu diperlukan
perawatan yang intensif secara berkala dan
meremajakan perangkat keras dan jaringan dengan
cara mengasuransikan data center. Biaya yang
dikeluarkan untuk memaintenance data center cukup
mahal. Berikut tabel perkiraan biaya yang dikeluarkan
per tahun untuk menjaga data center.
Tahun
2010
2011
2012
Biaya Maintenance/Asuransi
1,3 milyar
1,1 milyar
1,2 milyar
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat
Tabel 2. Biaya perawatan data center BPS
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diambil
generalisasi bahwa untuk memaintenance sebuah data
center itu tidak murah. Apabila setiap instansi atau
departemen mempunyai physical data center sendiri
untuk mendukung tercapainya e-government yang
efektif dan efisien tentunya akan mengalami kegagalan,
karena negara tidak mengalokasikan dana khusus
untuk pembangunan dan maintenance data center
untuk seluruh instansi. Oleh karena itu diperlukan solusi
untuk menjembatani masalah tersebut.
Paper ini mengulas tentang alternatif Data
Center yang mendukung tercapainya tujuan program egovernment yang efektif dan efisien melalui virtualisasi
data center yang merupakan salah satu bentuk
Jenis kerusakan
Page 2
pemanfaatan teknologi cloud computing dengan studi
kasus pada instansi BPS
II.
INTERACTI
VE
SERVICES
LAYER
NETWORKED INFRASTRUCTURE
LAYER
DATA CENTER
Network
Services
Compute
Services
Storage
Services
Infrastructure Services
Application Services
Dalam gambar 1, ada tiga layer. Layer pertama
adalah application layes. Layer ini biasanya digunakan
pada pengguna sebagai pengguna layanan. Layer
kedua adalah interactive service layer yang digunakan
sebagai jembatan penghubung antara pengguna dan
server melalui koneksi dengan internet atau alat
koneksi lain. Layer ini menyediakan layanan untuk
pengguna.
Ketika
pengguna
mengirimkan
request/permintaan, itu sebagai input layer yang akan
dianalisis dan membawa request ke layer selanjutnya
agar layanan terlaksana. Untuk memberikan availability
dan reliability yang tinggi dalam data center, maka
mesin yang diimplementasikan harus lebih dari satu.
Jika satu mesin mati, maka tidak akan mengganggu
sistem.
APPLICATIONS
Data center house critical computing resources
in controlled environments and under centralized
management, which enable enterprises to operate
around the clock or according to their business needs.
These computing resources include main frames; web
and application servers; file and print servers;
messaging servers; application software and operating
systems that run them; storage subsystems; and the
network infrastructure, whether IP or storage-are
network (SAN)[5].
Data center adalah tempat yang aman dimana
semua data pemerintahan yang relevan terjaga. Data
center adalah penyimpanan terpusat dimana kumpulan
data yang disimpan untuk penggunaan masa depan
yang biasa disebut sebagai bank data[3]. Terdiri dari
satu set server dan arsitektur jaringan. Server
memegang data organisasi yang berbeda atau
kementrian dalam pemerintahan dan arsitektur jaringan
memfasilitasi layanan untuk menggunakan, menyimpan
dan mengupdate isi server. Dalam model data center
yang baru, ada tiga komponen utama dalam data
center yaitu application layer, Interactive service layer
dan Data center networked infrastructure layer [6].
Dasar arsitektur three tier data center digambarkan
dalam gambar 1.
APPLICA
TION
LAYER
NETWORK
INFRASTRUCTURE
Network Layer
COMPUTE
INFRASTRUCTURE
Compute Layer
STORAGE
INFRASTRUCTURE
Storage Layer
Gambar 1. The three tier layers in Data Center
Layer terakhir adalah infrastuktur jaringan data
center. Layer ini disediakan dalam tiga bagian yaitu
network, compute, dan infrastruktur storage. Layer
network menyediakan keamanan dan akses yang
reliable untuk layer compute seperti Ethernet dan IP
untuk menghubungkan pengguna dengan sumber data.
Layer compute menyediakan sumber computing seperti
server dan mainframe yang menjalankan aplikasi yang
diminta oleh pengguna. Server menghubungkan
interkoneksi sumber computing dan menyediakan
akses untuk layer storage. Layer storage menyimpan
data yang digunakan oleh aplikasi pada subsistem
penyimpanan seperti drive penyimpanan dan drive
tape. Layer storage/penyimpanan menggunakan switch
storage dan platform transportasi optical untuk
interkoneksi dan menyediakan akses untuk sumber
disk dalam dan antara data center.
.
III.
VIRTUALISASI DATA CENTER
Cloud computing adalah bukanlah hal baru
dalam model layanan IT. Melihat sejarah singkat cloud
computing yang mulai digagas pada tahun 1960-an
oleh John McCarthy, pakar komputasi MIT yang dikenal
sebagai pioner intelejensia buatan, dalam visinya “
suatu hari nanti komputasi akan menjadi infrastruktur
publik seperti halnya listrik dan telepon”. Tonggak
kemajuan konsep tsb terjadi pada tahun 1990-an
DATA CENTER
Page 3
setelah hadirnya konsep ASP (application Service
Provider).
Cloud computing mempunyai 3 (tiga) jenis
layanan, yaitu: Infrastructure as a service (IAAS),
Platform as a services (PAAS) dan software as a
service (SAAS). Sedangkan dari sifat jangkauan
layanannya, terbagi menjadi Public Cloud, Private
Cloud dan Hybrid Cloud. Tidak semua layanan di
internet disebut cloud computing, namun ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu layanan
bersifat “On Demand” yaitu pengguna dapat
berlangganan sesuai dengan kebutuhan dan
membayar sesuai yang mereka gunakan saja; layanan
bersifat elastis/scalable yaitu pengguna bisa
menambah atau mengurangi jenis dan kapasitas
layanan sesuai kebutuhan users; layanan sepenuhnya
dikelola oleh provider dan yang dibutuhkan oleh
pengguna hanyalah PC/ notebooks lengkap dengan
koneksi internet.
Data center adalah sumber input yang besar.
Sistem khususnya pengalaman hardware bertahap.
Masa hidup hardware hanya sekitar 3-5 tahun.
Membutuhkan sumber listrik yang stabil dan
dibutuhkan investasi yang sangat besar untuk
menmbangunnya. Kemajuan bisnis khususnya untuk
meningkatkan pelayanan masyarakat akan kebutuhan
data dan layanan yang lain yang berhubungan dengan
elektornik khususnya internet maka kebutuhan akan
data center akan menjadi hal yang baru. Kebutuhan IT
sumber data center akan fleksibel dan berkembang
terus. Data center akan meningkatkan agility bisnis
tetapi harus dipikirkan bagaimana mengurangi biaya
secara substantional. Beberapa tahun ini, munculnya
pemikiran tentang data center yang disebut sebagai
Next Generation Data Center. Data center ini akan
membantu untuk meningkatkan keefektifan dan
efisiensi data center, yang biasanya menggunakan
Virtualization Data Center[7].
Next generation data center akan memiliki
karakter sebagai a Service –Oriented. Bentuk utama
next generation data center adalah virtualisasi data
center yang memiliki alasan seperti memungkinkan
untuk melakukan konsolidasi yang dapat memberikan
keuntungan langsung pada pengurangan biaya
operasi berkelanjutan dan meningkatkan efisiensi dari
arsitektur server; meningkatkan kelanjutan bisnis
dengan menjaga dan meningkatkan beban load
secara available (aplikasi dan database) yang berjalan
dalam data center; membangun dasar untuk
lingkungan IT yang serba otomatis secara dinamis.
Layer yang ditemukan pada next generation
data center sama dengan layer yang ada pada
physical data center. Gambar 2 memberikan
gambaran umum tentang next generation data center
(virtualisasi).
Aplikasi silo tidak dapat secara efektif untuk
memenuhi tuntutan yang berkembang pada saat ini.
Next generation data center mengkonsolidasi
infrastruktur dan virtualisasi sumber
daya dari
sejumlah kecil komponen dan fasilitas yang
menyimpan energi kilowatt-jam. Sumber daya data
center tidak lagi didedikasikan untuk aplikasi tertentu
tetapi secara logis ditugaskan untuk aplikasi yang
diperlukan.
Intelligent
Services
App A
App A
Resources
Intelligent
Services
…
App Z
App Z
Resources
Dual homed to storage swithes
Uniform Deployed Intelligent
Services
App A
…
App Z
Consolidated/ Virtualized,
Shared Resources
Next Generation Data Center
Gambar 2. Next Generation Data Centers-Consolidation
and Virtualization
A. Network
Layer
Virtualization
Consolidation
and
Lapisan jaringan mengkonsolidasi interkoneksi
antara sumber daya jaringan untuk dibagikan.
Virtualisasi memungkinkan penugasan dinamis sumber
daya jaringan untuk pengguna dan aplikasi dengan
layanan seperti Dynamic Host Configuration Protocol
(DHCP) dan Network Access Controln(NAC).
Switch jaringan mampu mendukung VLAN yang
umumnya melaui Ethernet yang memungkinkan untuk
mengimplementasikan virtualisasi. Seperti gambar
dibawah ini.
Page 4
baru. Gambar 5 memberikan penjelasan mengenai
compute layer consolidation dan virtualization
Gambar 3. Data center architecture virtualized
network layer
B. Storage
Layer
Virtualization
Consolidation
and
Langkah berikutnya adalah mengkonsolidasikan
dan virtualiasasi storage virtualisasi data center, melalui
interkoneksi jaringan dengan storage are network
(SAN). Konsolidasi penyimpanan menggabungkan
SAN. Dengan switch maka mendukung virtualisasi
teknologi SAN. Gambar 4 akan memperjelas
penjelasan diatas.
Gambar 4. Data center achitecture with virtualized
network dan storage layers.
C. Compute
Layer
Virtualization
Consolidation
and
Komponen terakhir dari virtualisasi adalah
compute layer. Layer ini menghubungkan sumber daya
server melalui intelligent compute atau cluster area
network (CAN). Konsolidasi compute mengurangi biaya
dan meningkatkan efisiensi dengan penggunaan
standar server dalam konfigurasi. Kombinasi lapisan
virtualisasi penyimpanan (storage) dengan virtualisasi
compute layer secara signifikan mengurangi waktu
yang dibutuhkan untuk membuka aplikasi dan layanan
Gambar 5. End-to End Virtualized Data Center
Architecture
IV.
VIRTUAL PRIVATE DATA CENTER
Cloud computing berdasarkan jangkauannya
dikategorikan menjadi 3 yaitu public, private dan
hybrid cloud[8]. Data center on cloud merupakan
bentuk implementasi dari teknologi cloud computing
yaitu pada Infrastruktur as a Service (IAS). Sejalan
dengan cloud computing, data center on cloud
memiliki tiga bentuk jangkauan yaitu public, private
dan hybrid data center.
Sesuai dengan Undang-undang No. 11 Tahun
2008 Informasi dan Transaksi Elektronik dan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
dijelaskan bahwa setiap instansi atau institusi atau
perusahaan yang memiliki kegiatan yang berhubungan
dengan transaksi eletronik, maka diwajibkan memiliki
penyimpanan data/perekaman data yang dihubungkan
ke suatu data center tertentu, dimana data center
harus berada di wilayah Indonesia dan menggunakan
provider dalam negeri.
Jika melihat peraturan tersebut, maka setiap
instansi pemerintah yang melakukan kegiatan
transaksi elektronik dalam hal ini e-government maka
diharuskan memiliki data center. Permasalahan disini
adalah untuk membangun physical data center sangat
mahal dan membutuhkan infrastruktur baik bangunan
maupun resource lain yang harus memadai untuk
berdirinya sebuah data center. Dengan kemajuan
teknologi terutama setelah lahirnya cloud computing
yang memiliki slogan utama adalah efisiensi biaya,
Page 5
maka teknologi ini mulai diimplementasikan di
Indonesia. Ada beberapa provider yang menawarkan
layanan cloud computing seperti Telkom, Indosat, XL,
dll
Mengingat data-data instansi pemerintahan
bersifat rahasia dan harus dijamin keamanannya,
maka dalam paper ini memilih private data center on
cloud sebagai alternatif solusi dari masalah diatas.
Namun tidak menutup kemungkinan bentuk lain
kedepannya dapat diaplikasikan.
Keuntungan menggunakan data center on
cloud[9] adalah
1. Efisiensi biaya yang meliputi:
a. Power seperti: listrik, generator, dan
UPS.
b. Infrastruktur seperti: networking,
cooling, dan raised floor.
c. Ruangan (space)
d. Perangkat keras (server, storage,
perangkat network)
e. Tenaga ahli untuk operasional
f. Pemeliharaan (maintenance)
g. Perbaikan (repair)
Biaya-biaya
yang
biasanya
dikeluarkan
tersebut, apabila mengimplementasikan virtualisasi
data center, maka biaya yang dikeluarkan hanya
besarnya layanan yang digunakan. Hal ini yang
menyebabkan efisiensi biaya sebesar 50%[10].
2. Meningkatkan produktifitas IT Pelanggan
3. Implementasi cepat dan mudah
4. Meningkatkan mobilitas
5. Green Computing
Melihat
keuntungan
yang
ditawarkan
virtualisasi data center tersebut, maka hal ini menjadi
alasan mengapa physical data center sudah saatnya
migrasi ke virtualisasi data center.
Virtual private data center yaitu virtual data
center yang disediakan oleh provider (pihak ketiga)
yang memungkinkan pelanggan untuk mengkonsumsi
layanan infrastruktur sebagai bagian dari private cloud
sendiri bagi pengguna. Virtual private cloud memiliki
karakteristik on-demand dan sesuai skala yang
dibutuhkan, pelanggan dapat memperpanjang dan
menentukan sendiri tingkat keamanan, kontrol,
manajemen dan peraturan lain.
Virtual
private
data
center
dapat
diimplementasikan di instansi pemerintahan mana saja.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT)
telah menerapkan konsep ini, namun tidak melibatkan
provider atau pihak ketiga, yang artinya dikelola sendiri
oleh BPPT. (BPPT) adalah instansi pemerintahan yang
mulai memperkenalkan data center / pusat data
berbasis
cloud
computing.
Tujuannya
untuk
mempercepat dan mengefisiensikan penerapan egovernment di berbagai instansi pemerintah di
Indonesia. Walaupun pengenalan cloud computing di
Balai Ipteknet BPPT baru memasuki tahun ke dua,
namun sudah ada belasan pengguna dari instansi
pemerintahan.
Adapun instansi pemerintahan pengguna data
center BPPT diantaranya yaitu Kemristek, Kementrian
ESDM, Bapeten, Lemigas, ANRI serta Pemda
Yogyakarta, Solo, Depok, Pandeglang, Cimahi,
Cilegon, Pekalongan, Sragen, Halmahera Selatan, dan
Anambas. Yang ditawarkan Balai Ipteknet kepada
instansi pemerintah antara lain server awan,
penyimpanan awan, hosting awan, Kotak Pemerintah
Elektronik, Layanan portal web, dan Ipteknet
Conference[11].
Analog dengan konsep BPPT, BPS seharusnya
dapat mengimplementasikan konsep virtualisasi data
center. Untuk membangun satu data untuk semua,
maka seharusnya ada keterbukaan diantara instansi
atau departemen di pemerintahan, dimana beberapa
instansi pemerintah yang terlibat atau berhubungan
dengan data dapat menempatkan data mereka pada
data center gabungan antar instansi. Dengan
menerapkan virtual private data center, dimana BPS
menjadi regulator data statistik bagi pemerintah
Indonesia,
dan
dinas/instansi/instansi
sebagai
pengguna dan subject matter data yang mengupdate
dan memberikan data dukungan kepada BPS demi
tercapainya satu data untuk semua, maka bentuk
virtualisasi
data
center
tersebut
dapat
diimplementasikan secara efesien. Hal ini tentunya juga
dapat mendukung pelaksanaan e-government secara
efisien dan efektif.
Dengan pemanfaatan data center bersama
dan teknologi cloud computing, maka pengguna hanya
perlu memikirkan konten saja tanpa perlu memikirkan
masalah
teknis
seperti
penyimpanan
data,
Page 6
pemeliharaan server, back-up data, administrasi
jaringan, aplikasi dan lain-lain. Dengan penggunaan
Government cloud dapat menghemat anggaran
pemerintahan hingga 50 persen karena suatu instansi
pemerintah tidak lagi membutuhkan server, storage,
jaringan, aplikasi hingga SDM IT.
Untuk melakukan migrasi dari physical data
center ke virtualisasi data center memang lebih rumit
daripada membangun dari awal data center.
Khususnya BPS yang telah memiliki data center
sendiri, hal ini akan membutuhkan waktu yang relatif
lebih lama daripada saat membangunnya.
Kesiapan provider cloud computing di
Indonesia memang belum sepenuhnya teruji menjadi
kendala dalam implementasi virtual private data center,
namun untuk ikut mendorong pertumbuhan teknologi
cloud computing di Indonesia maka tidak ada salahnya
kalau dilakukan penelitian lebih lanjut.
V.
IMPLEMENTASI
Dalam paper ini, pembuktian dilakukan dengan
melibatkan provider cloud computing yaitu PT.Telkom
Sigma. PT Sigma Cipta Caraka (telkomsigma)
merupakan perusahaan penyedia layanan pendukung
bisnis berbasis teknologi informasi dan komunikasi
terdepan yang sudah berkiprah lebih dari 20 tahun di
Indonesia. Diawal tahun 2008, telkomsigma secara
resmi menjadi salah satu anak perusahaan TELKOM,
sebuah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi
terbesar di Indonesia.
Alasan mengapa dipilih PT Telkom Sigma
sebagai pendukung pembuktian dalam paper ini
karena produk dan layanan yang disediakan
telkomsigma sudah diimplementasikan di lebih dari
150 perusahaan dari berbagai macam industri di
Indonesia dan juga telah menjangkau lembaga multi
finance dengan penanganan yang sama-sama
diprioritaskan[12].
Perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan
besarnya kebutuhan BPS saat ini. Dalam bab
sebelumnya telah dituliskan bahwa hipotesis pertama
yaitu dengan mengimplementasikan teknologi cloud
computing akan mengurangi biaya sebesar 50%.
Setelah dilakukan perhitungan maka biaya
yang harus dikeluarkan oleh BPS perbulan untuk
layanan virtualisasi data center pada PT Telkom
Sigma adalah sebesar 380.065.000 per bulan atau 4,5
Milyar. Dengan rincian sebagai berikut:
No.
Item Type
Total IDR
1.
vData Center
2.
Cloud Network Service
344 764 000
750 000
Total
345 514 000
Ppn 10%
34 551 400
Grand Total
380 065 400
Sumber: PT Telkom Sigma
Catatan : Biaya belum termasuk instalasi software database.
Tabel 3. Simulasi biaya/bulan layanan virtualisasi Data Center
BPS dengan kapasitas storage 100 TB
Dengan melihat hasil perhitungan diatas maka,
hipotesis yang menyatakan bahwa pemanfaat
virtualisasi data center on cloud dapat mengurangi
biaya sebesar 50 % untuk BPS ditolak, artinya biaya
yang harus dikeluarkan oleh BPS lebih besar bila
dibandingkan dengan biaya maintenance pertahun
yaitu 1,2 milyar. Hal ini disebabkan oleh besarnya
biaya layanan penyimpanan (storage) yang harus
disewa oleh BPS. Kebutuhan BPS akan storage
sangat besar karena tugas utama BPS sebagai
penyedia data statistik sehingga data menjadi inti
proses BPS.
Dalam hal ini, implementasi virtualisasi data
center on cloud tidak sesuai untuk kebutuhan BPS,
namun virtualisasi data center lebih sesuai diterapkan
pada instansi atau dinas yang tidak terlalu banyak
membutuhkan penyimpanan (storage) dan belum
memiliki data center. Berdasarkan simulasi PT Telkom
Sigma, untuk dinas/instansi/perusahan yang tidak
membutuhkan storage terlalu besar dan belum
memiliki data center, maka akan mengurangi biaya
sebesar 40-an%. Berikut simulasinya.
No.
Item Type
Total IDR
1. ta Data Center
37 500 000
Page 7
2.
Jaringan Internet
Grand Total
11 000 000
48 500 000
Sumber :PT Telkom Sigma
Tabel 4. Simulasi biaya/bulan membangun physical data
center.
No.
Item Type
1. ta Data Center
2.
Jaringan Internet
Grand Total
Total IDR
27 230 000
1 150 000
28 380 000
Sumber: PT Telkom Sigma
Tabel 5. Simulasi biaya/perbulan layanan virtualisasi data
center dengan kapasitas storage 3 TB.
Dari hasil simulasi diatas bahwa selisih
biaya/perbulan antara physical data center dengan
virtualisasi data center on cloud adalah sebesar 42%.
Namun ada beberapa keuntungan lain dalam
mengimplementasikan virtualisasi data center yaitu:
1. Instansi/perusahaan bisa lebih konsentrasi
pada proses bisnis utama.
2. Layanan data center yang disewa sekaligus
dengan layanan Disaster Recovery Center
(DRC), sehingga data instansi/perusahaan
lebih terjamin.
Saat ini BPS belum memiliki sistem DRP yang
mendukung keamanan data BPS, sehingga alternatif
lain agar BPS tidak harus berinvestasi/membangun
DRC adalah dengan menempatkan DRC BPS pada
layanan cloud. PT Telkom Sigma juga menyediakan
layanan tersebut, namun dalam paper ini tidak
dibahas.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa
sejalan dengan berkembangnya teknologi informatika
dan berkembangnya provider serta untuk mendukung
peningkatan bisnis IT di Indonesia, maka pemanfaatan
virtulisasi data center on cloud dapat dicobakan
diimplementasikan di BPS melalui Virtualisasi Data
Center pada data tertentu.
Misalnya pada tahun 2013 nanti BPS akan
melaksanakan Sensus Pertanian(ST13), dimana data
tersebut akan diakses oleh seluruh BPS Provinsi dan
kabupaten/kota serta subject matter dan instansiinstansi yang terkait seperti Dinas Pertanian, hal ini
membutuhkan kestabilisasian data center. PT Telkom
Sigma menawarkan Virtualisasi Data Center on cloud
dengan SLA 99%. Layanan virtualisasi Data Center on
cloud dapat disewa selama proses sensus
berlangsung saja dan setelah itu, data dapat
dikembalikan ke sistem physical data center milik
BPS, hal ini akan menjaga kestabilan physical data
center BPS untuk menangani data statistik lain dan
pelaksanaan sensus pertanian dapat berjalan lebih
lancar. Berikut ini simulasi perhitungannya.
No.
Item Type
Total IDR
1. ta Data Center
2.
Cloud Software Service
3.
Cloud Network Service
Grand Total
20 920 000
1 800 000
850 000
23 570 000
Sumber: PT Telkom Sigma
Tabel 6. Simulasi biaya/perbulan layanan virtualisasi
data center untuk Sensus Pertanian BPS dengan kapasitas
storage 1,6 TB.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembuktian pada bab diatas,
dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan teknologi
cloud computing, khususnya dalam Virtualisasi Data
Center on Cloud sebagai bentuk salah satu solusi untuk
mendukung tercapainya tujuan e-government secara
efektif dan efisien harus melihat beberapa faktor.
Dalam hal ini, implementasi virtualisasi data center
tidak dapat diaplikasikan di BPS, BPS lebih sesuai
mengimplementasikan private data center sendiri
seperti yang diterapkan oleh BPPT, karena beberapa
faktor diantaranya:
1. BPS telah memiliki data center sendiri yang telah
berjalan sejak tahun 1994.
2. Biaya maintenance pertahun dengan biaya virtual
data center on cloud dalam hal ini berdasarkan
hasil simulasi dengan menggunakan provider PT
Telkom Sigma biaya pertahun yang harus
dikeluarkan lebih besar.
3. Karena bisnis utama BPS adalah data, sehingga
BPS
membutuhkan
lebih
banyak
media
penyimpanan dan dibutuhkan tingkat kemanan
yang lebih terhadap data-data individual yang
harus tetap terjaga.
Page 8
4. BPS telah memiliki subbagian khusus yang
bertanggung jawab terhadap Sistem Informasi
Statistik BPS.
5. BPS telah memiliki jaringan VPN meskipun masih
di level provinsi.
Virtualisasi data center on cloud sangat cocok
diimplementasikan pada instansi/ departemen dengan
kondisi sebagai berikut:
1. Instansi/ departemen belum memiliki physical
data center sendiri.
2. Instansi/ departemen tidak membutuhkan
banyak media penyimpanan data.
3. Instansi/ departemen tidak memiliki tenaga ahli
dibidang IT.
4. Instansi/
departemen
belum
memiliki
infrastruktur IT dan jaringan yang memadai.
Dengan kondisi diatas, maka pemanfaatan
teknologi virtualisasi data center on cloud akan
memberikan efisiensi biaya sebesar 50%. Selain itu,
instansi/ departemen dapat lebih berkonsentrasi pada
tupoksi pekerjaan/ proses bisnis masing-masing yaitu
tercapainya target-target program di pemerintahan.
Tercapainya tujuan e-government secara efektif akan
mendorong terwujudnya pelayanan publik prima yang
menjadi harapan masyarakat dapat terlaksana dan
tujuan umum yaitu tercapainya keadilan pelayanan
masyarakat dapat terwujud. Dan apabila dilihat dari sisi
anggaran tidak terlalu memberatkan APBN negara,
sehingga alokasi APBN dapat dialokasikan ke program
sosial lainnya.
.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Definition of E-Government, http://web.worldbank.org, 29
November 2012, 22:50 WIB
[2] Kaufan, Thoha, 1995, 101
[3] Rasyid, M Ryaas Samah, Kristin. M Ryaas Rasyid
Penjaga Hati Nurani Pemerintah, 2000,59:738.
[4] Wahyudi Kumorotomo, KEGAGALAN PENERAPAN EGOVERNMENT DAN KEGIATAN TIDAK PRODUKTIF
DENGAN INTERNET, 2010
[5] Mauricio Arregoces, Data Center Fundamentals, Cisco
Systems, 2004.
[6] Sok Chuob, Manish Pokharel, Jong Sou Park, The
Future Data Center for E-Governance, ICACT 2010, 203
[7] Cisco Public Information, Next-Generation Federal Data
Center Architecture, 2007
[8] Exteme Network, Public, Hybrid and Private Virtualized
Multi-Tenant Cloud Data Center Architecture Overview, 2012
[9] Cisco Public Information, Cisco Cloud Computing Data
Center Strategy, Architecture, and Solutions, 2009
[10]http://techno.okezone.com/read/2011/04/19/324/447610
/cloud-computing-mampu-tekan-biaya-hingga-50,
14
November 2012, 11:00 PM.
[11] http://id.berita.yahoo.com/bppt-perkenalkan-pusat-dataawan-untuk-e-gov, 14 November 2012, 10:56 PM
[12] TelkomSigma, TelkomCloud White Paper (IAAS), 2012
Page 9
Efisien dan Efektif (Study kasus : Badan Pusat Statistik (BPS))
Ana Uluwiyah, [email protected]
Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat
Desember, 2012
Abstraksi - E-government merupakan penggunaan
teknologi
informasi
oleh
kantor-kantor
pemerintahan untuk pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat, dunia usaha dan untuk
memfasilitasi
kerjasama
antar
institusi
pemerintah[1]. Sejalan dengan berkembangnya
zaman
dan
teknologi
informatika,
serta
meningkatnya jumlah pengguna internet di
kalangan masyarakat, pelayanan prima yang
murah, mudah dan gratis mulai dituntut dan
dibutuhkan. Berdasarkan hasil survey perusahaan
riset MarkPlus Insight menyebutkan bahwa jumlah
pengguna internet di Indonesia pada tahun 2012
adalah 61,08 juta orang yang terdiri dari berbagai
usia. Istilah e-government di Indonesia pertama kali
diperkenalkan pada pelayanan publik melalui
Instruksi Presiden No.6/2001 tentang Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang dikenal sebagai
Telematika. Dan sejak itu, program e-government
mulai digalakkan, namun menurut beberapa survey
mengatakan
bahwa
sejak
program
mulai
digalakkan, program tersebut mengalami kegagalan
di karenakan oleh faktor pendanaan, SDM dan
kepedulian terhadap IT. Untuk membangun sebuah
e-government tentunya membutuhkan Data Center,
sedangkan untuk membangun sebuah data center
itu sendiri tidak mudah dan murah, sehingga
dibutuhkan teknologi alternatif yang lebih murah
dan mudah untuk membangun data center tersebut
seperti virtualization data center. Untuk studi
kasus, paper ini akan mengambil masalah pada
pelayanan publik data statistik BPS yang telah
memiliki Data Center.
Keywords-component:
Cloud Computing
I.
Data
Center,
PENDAHULUAN
Virtualisasi,
Menurut Kaufan, tugas pemerintahan adalah
untuk melayani dan mengatur masyarakat[2]. Tugastugas pokok pemerintahan pada hakikatnya ada 3 (tiga)
yaitu pelayanan, pemberdayaan, dan pembangunan
[3]. Pelayanan akan membuahkan keadilan dalam
masyarakat,
pemberdayaan
akan
mendorong
kemandirian masyarakat, dan pembangunan akan
menciptakan kemakmuran dalam masyarakat.
Ada berbagai definisi e-government, namun
pada intinya pengertian e-government yaitu proses
pemanfaatan teknologi informasi sebagai alat untuk
membantu menjalankan sistem pemerintahan secara
lebih efisien dan efektif. Konsep e-government yang
berkembang sekarang di Indonesia mengarah kepada
integrasi data dan informasi antar lembaga pemerintah
melalui teknologi Internet dengan perangkat lunak yang
berbasis http (hypertext transfer protocol) dan dengan
bahasa yang mendukung html (hypertext medium
language)[4]. E-government tidak mengganti cara
pemerintahan berkomunikasi dengan masyarakat,
dimana pos-pos pelayanan tetap dijalankan. Tujuan
utama peningkatan efisiensi, kenyamanan, serta
aksesibilitas yang lebih baik dari pelayanan publik.
Berbagai proyek teknologi
informasi
dilaksanakan dengan biaya yang cukup besar, tapi
pada kenyataannya hanya sedikit yang berhasil sesuai
dengan apa yang direncanakan, banyak proyek
teknologi informasi yang hanya berfungsi sebagian,
atau bahkan gagal total. Hal ini dapat menjadi contoh
yang kurang baik bagi pemanfaatan e-Government di
pusat maupun daerah. Salah satu faktor utama
kegagalan e-government adalah Infrastruktur yang
belum memadai dan mahalnya biaya maintenance
serta kurangnya SDM dibidang IT yang handal di
lingkungan pemerintahan.
Badan Pusat Statistik sebagai salah satu
lembaga pemerintah non Departemen yang bertugas
Page 1
menyediakan data statistik Indonesia. Dalam lima tahun
ke depan akan melaksanakan Program Penyediaan
dan Pelayanan Informasi Statistik untuk penguatan
sistem dan informasi pembangunan nasional , melalui
program Statcap Cerdas sebagai bentuk reformasi
birokrasi yakni peningkatan statistik nasional yang
diukur dalam enam dimensi yaitu akurat, relevan, tepat
waktu/timesliness,
mudah
diakses/accessibility,
koheren/coherence yang berarti konsisten antarsektor
dan antarperiode dan spasial serta mudah
diinterpretasikan.
Untuk mencapai tujuan tersebut BPS telah
didukung oleh infrastruktur teknologi informasi yang
lengkap, diantaranya adalah Data Center dan Pusat
Pengolahan Data di tiap provinsi dan kabupaten
diseluruh Indonesia.
Untuk membangun sebuah data center itu
sangat mahal dan dibutuhkan kesiapan dari sisi
infrastuktur tempat dan SDM yang memadai. Selain
biaya
pembangunan
yang
mahal,
biaya
maintenancenya pun juga mahal. Dengan faktor
kelistrikan di Indonesia yang tidak stabil hal ini menjadi
salah faktor terbesar mudah rusaknya perangkat data
center.
Di BPS sendiri, selama kurun waktu setahun, selalu
ada perangkat data center yang mengalami kerusakan.
Yang paling sering terjadi adalah kerusakan pada
perangkat pengolahan data di BPS Provinsi dan
Kabupaten/kota. Contohnya pada saat pengolahan
Sensus Penduduk 2010 pada bulan Agustus, karena
faktor listrik yang tidak stabil, salah satu storage pusat
pengolahan data BPS Provinsi Jawa Barat mengalami
kebakaran dan mengakibatkan kerusakan pada storage
tersebut dan akibatnya harus diganti, selama
pengolahan sensus penduduk berlangsung BPS Jawa
Barat telah mengganti storage pengolahan data selama
2 (dua) kali.
Berdasarkan data dari BPS Pusat bagian jaringan
data, ada beberapa komponen dari data center yang
mengalami kerusakan sehingga solusinya adalah
dengan menggantinya. Berikut adalah beberapa
kerusakan yang pernah terjadi pada data center milik
BPS.
Tahun
Komponen Data Center
2011
Cisco Secure Access
Control Server 4.0
2010
Hardisk (Sun Fire V20Z)
Fan (Sun Fire x4200)
DVD Room (Sun Fire
x4100)
HBA-Mega Raid
+Ultra 230 PCI-X
Dual
NIC Ethernet Card
tidak
dapat
disetting IP
Failed
Failed
(blinking
LED Rear Fan)
Mata lensa DVD
Room sudah tidak
bias membaca
Tidak bias read
dan write
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat
Tabel 1. Jenis kerusakan data center BPS
BPS sebagai instansi yang selalu menjalankan
aplikasi mission critical (tidak boleh mati sama sekali)
dimana downtime akibat kerusakan perangkat keras
sangat dihindarkan. Oleh karena itu diperlukan
perawatan yang intensif secara berkala dan
meremajakan perangkat keras dan jaringan dengan
cara mengasuransikan data center. Biaya yang
dikeluarkan untuk memaintenance data center cukup
mahal. Berikut tabel perkiraan biaya yang dikeluarkan
per tahun untuk menjaga data center.
Tahun
2010
2011
2012
Biaya Maintenance/Asuransi
1,3 milyar
1,1 milyar
1,2 milyar
Sumber : Badan Pusat Statistik Pusat
Tabel 2. Biaya perawatan data center BPS
Berdasarkan tabel 2 diatas dapat diambil
generalisasi bahwa untuk memaintenance sebuah data
center itu tidak murah. Apabila setiap instansi atau
departemen mempunyai physical data center sendiri
untuk mendukung tercapainya e-government yang
efektif dan efisien tentunya akan mengalami kegagalan,
karena negara tidak mengalokasikan dana khusus
untuk pembangunan dan maintenance data center
untuk seluruh instansi. Oleh karena itu diperlukan solusi
untuk menjembatani masalah tersebut.
Paper ini mengulas tentang alternatif Data
Center yang mendukung tercapainya tujuan program egovernment yang efektif dan efisien melalui virtualisasi
data center yang merupakan salah satu bentuk
Jenis kerusakan
Page 2
pemanfaatan teknologi cloud computing dengan studi
kasus pada instansi BPS
II.
INTERACTI
VE
SERVICES
LAYER
NETWORKED INFRASTRUCTURE
LAYER
DATA CENTER
Network
Services
Compute
Services
Storage
Services
Infrastructure Services
Application Services
Dalam gambar 1, ada tiga layer. Layer pertama
adalah application layes. Layer ini biasanya digunakan
pada pengguna sebagai pengguna layanan. Layer
kedua adalah interactive service layer yang digunakan
sebagai jembatan penghubung antara pengguna dan
server melalui koneksi dengan internet atau alat
koneksi lain. Layer ini menyediakan layanan untuk
pengguna.
Ketika
pengguna
mengirimkan
request/permintaan, itu sebagai input layer yang akan
dianalisis dan membawa request ke layer selanjutnya
agar layanan terlaksana. Untuk memberikan availability
dan reliability yang tinggi dalam data center, maka
mesin yang diimplementasikan harus lebih dari satu.
Jika satu mesin mati, maka tidak akan mengganggu
sistem.
APPLICATIONS
Data center house critical computing resources
in controlled environments and under centralized
management, which enable enterprises to operate
around the clock or according to their business needs.
These computing resources include main frames; web
and application servers; file and print servers;
messaging servers; application software and operating
systems that run them; storage subsystems; and the
network infrastructure, whether IP or storage-are
network (SAN)[5].
Data center adalah tempat yang aman dimana
semua data pemerintahan yang relevan terjaga. Data
center adalah penyimpanan terpusat dimana kumpulan
data yang disimpan untuk penggunaan masa depan
yang biasa disebut sebagai bank data[3]. Terdiri dari
satu set server dan arsitektur jaringan. Server
memegang data organisasi yang berbeda atau
kementrian dalam pemerintahan dan arsitektur jaringan
memfasilitasi layanan untuk menggunakan, menyimpan
dan mengupdate isi server. Dalam model data center
yang baru, ada tiga komponen utama dalam data
center yaitu application layer, Interactive service layer
dan Data center networked infrastructure layer [6].
Dasar arsitektur three tier data center digambarkan
dalam gambar 1.
APPLICA
TION
LAYER
NETWORK
INFRASTRUCTURE
Network Layer
COMPUTE
INFRASTRUCTURE
Compute Layer
STORAGE
INFRASTRUCTURE
Storage Layer
Gambar 1. The three tier layers in Data Center
Layer terakhir adalah infrastuktur jaringan data
center. Layer ini disediakan dalam tiga bagian yaitu
network, compute, dan infrastruktur storage. Layer
network menyediakan keamanan dan akses yang
reliable untuk layer compute seperti Ethernet dan IP
untuk menghubungkan pengguna dengan sumber data.
Layer compute menyediakan sumber computing seperti
server dan mainframe yang menjalankan aplikasi yang
diminta oleh pengguna. Server menghubungkan
interkoneksi sumber computing dan menyediakan
akses untuk layer storage. Layer storage menyimpan
data yang digunakan oleh aplikasi pada subsistem
penyimpanan seperti drive penyimpanan dan drive
tape. Layer storage/penyimpanan menggunakan switch
storage dan platform transportasi optical untuk
interkoneksi dan menyediakan akses untuk sumber
disk dalam dan antara data center.
.
III.
VIRTUALISASI DATA CENTER
Cloud computing adalah bukanlah hal baru
dalam model layanan IT. Melihat sejarah singkat cloud
computing yang mulai digagas pada tahun 1960-an
oleh John McCarthy, pakar komputasi MIT yang dikenal
sebagai pioner intelejensia buatan, dalam visinya “
suatu hari nanti komputasi akan menjadi infrastruktur
publik seperti halnya listrik dan telepon”. Tonggak
kemajuan konsep tsb terjadi pada tahun 1990-an
DATA CENTER
Page 3
setelah hadirnya konsep ASP (application Service
Provider).
Cloud computing mempunyai 3 (tiga) jenis
layanan, yaitu: Infrastructure as a service (IAAS),
Platform as a services (PAAS) dan software as a
service (SAAS). Sedangkan dari sifat jangkauan
layanannya, terbagi menjadi Public Cloud, Private
Cloud dan Hybrid Cloud. Tidak semua layanan di
internet disebut cloud computing, namun ada
beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu layanan
bersifat “On Demand” yaitu pengguna dapat
berlangganan sesuai dengan kebutuhan dan
membayar sesuai yang mereka gunakan saja; layanan
bersifat elastis/scalable yaitu pengguna bisa
menambah atau mengurangi jenis dan kapasitas
layanan sesuai kebutuhan users; layanan sepenuhnya
dikelola oleh provider dan yang dibutuhkan oleh
pengguna hanyalah PC/ notebooks lengkap dengan
koneksi internet.
Data center adalah sumber input yang besar.
Sistem khususnya pengalaman hardware bertahap.
Masa hidup hardware hanya sekitar 3-5 tahun.
Membutuhkan sumber listrik yang stabil dan
dibutuhkan investasi yang sangat besar untuk
menmbangunnya. Kemajuan bisnis khususnya untuk
meningkatkan pelayanan masyarakat akan kebutuhan
data dan layanan yang lain yang berhubungan dengan
elektornik khususnya internet maka kebutuhan akan
data center akan menjadi hal yang baru. Kebutuhan IT
sumber data center akan fleksibel dan berkembang
terus. Data center akan meningkatkan agility bisnis
tetapi harus dipikirkan bagaimana mengurangi biaya
secara substantional. Beberapa tahun ini, munculnya
pemikiran tentang data center yang disebut sebagai
Next Generation Data Center. Data center ini akan
membantu untuk meningkatkan keefektifan dan
efisiensi data center, yang biasanya menggunakan
Virtualization Data Center[7].
Next generation data center akan memiliki
karakter sebagai a Service –Oriented. Bentuk utama
next generation data center adalah virtualisasi data
center yang memiliki alasan seperti memungkinkan
untuk melakukan konsolidasi yang dapat memberikan
keuntungan langsung pada pengurangan biaya
operasi berkelanjutan dan meningkatkan efisiensi dari
arsitektur server; meningkatkan kelanjutan bisnis
dengan menjaga dan meningkatkan beban load
secara available (aplikasi dan database) yang berjalan
dalam data center; membangun dasar untuk
lingkungan IT yang serba otomatis secara dinamis.
Layer yang ditemukan pada next generation
data center sama dengan layer yang ada pada
physical data center. Gambar 2 memberikan
gambaran umum tentang next generation data center
(virtualisasi).
Aplikasi silo tidak dapat secara efektif untuk
memenuhi tuntutan yang berkembang pada saat ini.
Next generation data center mengkonsolidasi
infrastruktur dan virtualisasi sumber
daya dari
sejumlah kecil komponen dan fasilitas yang
menyimpan energi kilowatt-jam. Sumber daya data
center tidak lagi didedikasikan untuk aplikasi tertentu
tetapi secara logis ditugaskan untuk aplikasi yang
diperlukan.
Intelligent
Services
App A
App A
Resources
Intelligent
Services
…
App Z
App Z
Resources
Dual homed to storage swithes
Uniform Deployed Intelligent
Services
App A
…
App Z
Consolidated/ Virtualized,
Shared Resources
Next Generation Data Center
Gambar 2. Next Generation Data Centers-Consolidation
and Virtualization
A. Network
Layer
Virtualization
Consolidation
and
Lapisan jaringan mengkonsolidasi interkoneksi
antara sumber daya jaringan untuk dibagikan.
Virtualisasi memungkinkan penugasan dinamis sumber
daya jaringan untuk pengguna dan aplikasi dengan
layanan seperti Dynamic Host Configuration Protocol
(DHCP) dan Network Access Controln(NAC).
Switch jaringan mampu mendukung VLAN yang
umumnya melaui Ethernet yang memungkinkan untuk
mengimplementasikan virtualisasi. Seperti gambar
dibawah ini.
Page 4
baru. Gambar 5 memberikan penjelasan mengenai
compute layer consolidation dan virtualization
Gambar 3. Data center architecture virtualized
network layer
B. Storage
Layer
Virtualization
Consolidation
and
Langkah berikutnya adalah mengkonsolidasikan
dan virtualiasasi storage virtualisasi data center, melalui
interkoneksi jaringan dengan storage are network
(SAN). Konsolidasi penyimpanan menggabungkan
SAN. Dengan switch maka mendukung virtualisasi
teknologi SAN. Gambar 4 akan memperjelas
penjelasan diatas.
Gambar 4. Data center achitecture with virtualized
network dan storage layers.
C. Compute
Layer
Virtualization
Consolidation
and
Komponen terakhir dari virtualisasi adalah
compute layer. Layer ini menghubungkan sumber daya
server melalui intelligent compute atau cluster area
network (CAN). Konsolidasi compute mengurangi biaya
dan meningkatkan efisiensi dengan penggunaan
standar server dalam konfigurasi. Kombinasi lapisan
virtualisasi penyimpanan (storage) dengan virtualisasi
compute layer secara signifikan mengurangi waktu
yang dibutuhkan untuk membuka aplikasi dan layanan
Gambar 5. End-to End Virtualized Data Center
Architecture
IV.
VIRTUAL PRIVATE DATA CENTER
Cloud computing berdasarkan jangkauannya
dikategorikan menjadi 3 yaitu public, private dan
hybrid cloud[8]. Data center on cloud merupakan
bentuk implementasi dari teknologi cloud computing
yaitu pada Infrastruktur as a Service (IAS). Sejalan
dengan cloud computing, data center on cloud
memiliki tiga bentuk jangkauan yaitu public, private
dan hybrid data center.
Sesuai dengan Undang-undang No. 11 Tahun
2008 Informasi dan Transaksi Elektronik dan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik
dijelaskan bahwa setiap instansi atau institusi atau
perusahaan yang memiliki kegiatan yang berhubungan
dengan transaksi eletronik, maka diwajibkan memiliki
penyimpanan data/perekaman data yang dihubungkan
ke suatu data center tertentu, dimana data center
harus berada di wilayah Indonesia dan menggunakan
provider dalam negeri.
Jika melihat peraturan tersebut, maka setiap
instansi pemerintah yang melakukan kegiatan
transaksi elektronik dalam hal ini e-government maka
diharuskan memiliki data center. Permasalahan disini
adalah untuk membangun physical data center sangat
mahal dan membutuhkan infrastruktur baik bangunan
maupun resource lain yang harus memadai untuk
berdirinya sebuah data center. Dengan kemajuan
teknologi terutama setelah lahirnya cloud computing
yang memiliki slogan utama adalah efisiensi biaya,
Page 5
maka teknologi ini mulai diimplementasikan di
Indonesia. Ada beberapa provider yang menawarkan
layanan cloud computing seperti Telkom, Indosat, XL,
dll
Mengingat data-data instansi pemerintahan
bersifat rahasia dan harus dijamin keamanannya,
maka dalam paper ini memilih private data center on
cloud sebagai alternatif solusi dari masalah diatas.
Namun tidak menutup kemungkinan bentuk lain
kedepannya dapat diaplikasikan.
Keuntungan menggunakan data center on
cloud[9] adalah
1. Efisiensi biaya yang meliputi:
a. Power seperti: listrik, generator, dan
UPS.
b. Infrastruktur seperti: networking,
cooling, dan raised floor.
c. Ruangan (space)
d. Perangkat keras (server, storage,
perangkat network)
e. Tenaga ahli untuk operasional
f. Pemeliharaan (maintenance)
g. Perbaikan (repair)
Biaya-biaya
yang
biasanya
dikeluarkan
tersebut, apabila mengimplementasikan virtualisasi
data center, maka biaya yang dikeluarkan hanya
besarnya layanan yang digunakan. Hal ini yang
menyebabkan efisiensi biaya sebesar 50%[10].
2. Meningkatkan produktifitas IT Pelanggan
3. Implementasi cepat dan mudah
4. Meningkatkan mobilitas
5. Green Computing
Melihat
keuntungan
yang
ditawarkan
virtualisasi data center tersebut, maka hal ini menjadi
alasan mengapa physical data center sudah saatnya
migrasi ke virtualisasi data center.
Virtual private data center yaitu virtual data
center yang disediakan oleh provider (pihak ketiga)
yang memungkinkan pelanggan untuk mengkonsumsi
layanan infrastruktur sebagai bagian dari private cloud
sendiri bagi pengguna. Virtual private cloud memiliki
karakteristik on-demand dan sesuai skala yang
dibutuhkan, pelanggan dapat memperpanjang dan
menentukan sendiri tingkat keamanan, kontrol,
manajemen dan peraturan lain.
Virtual
private
data
center
dapat
diimplementasikan di instansi pemerintahan mana saja.
Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi ( BPPT)
telah menerapkan konsep ini, namun tidak melibatkan
provider atau pihak ketiga, yang artinya dikelola sendiri
oleh BPPT. (BPPT) adalah instansi pemerintahan yang
mulai memperkenalkan data center / pusat data
berbasis
cloud
computing.
Tujuannya
untuk
mempercepat dan mengefisiensikan penerapan egovernment di berbagai instansi pemerintah di
Indonesia. Walaupun pengenalan cloud computing di
Balai Ipteknet BPPT baru memasuki tahun ke dua,
namun sudah ada belasan pengguna dari instansi
pemerintahan.
Adapun instansi pemerintahan pengguna data
center BPPT diantaranya yaitu Kemristek, Kementrian
ESDM, Bapeten, Lemigas, ANRI serta Pemda
Yogyakarta, Solo, Depok, Pandeglang, Cimahi,
Cilegon, Pekalongan, Sragen, Halmahera Selatan, dan
Anambas. Yang ditawarkan Balai Ipteknet kepada
instansi pemerintah antara lain server awan,
penyimpanan awan, hosting awan, Kotak Pemerintah
Elektronik, Layanan portal web, dan Ipteknet
Conference[11].
Analog dengan konsep BPPT, BPS seharusnya
dapat mengimplementasikan konsep virtualisasi data
center. Untuk membangun satu data untuk semua,
maka seharusnya ada keterbukaan diantara instansi
atau departemen di pemerintahan, dimana beberapa
instansi pemerintah yang terlibat atau berhubungan
dengan data dapat menempatkan data mereka pada
data center gabungan antar instansi. Dengan
menerapkan virtual private data center, dimana BPS
menjadi regulator data statistik bagi pemerintah
Indonesia,
dan
dinas/instansi/instansi
sebagai
pengguna dan subject matter data yang mengupdate
dan memberikan data dukungan kepada BPS demi
tercapainya satu data untuk semua, maka bentuk
virtualisasi
data
center
tersebut
dapat
diimplementasikan secara efesien. Hal ini tentunya juga
dapat mendukung pelaksanaan e-government secara
efisien dan efektif.
Dengan pemanfaatan data center bersama
dan teknologi cloud computing, maka pengguna hanya
perlu memikirkan konten saja tanpa perlu memikirkan
masalah
teknis
seperti
penyimpanan
data,
Page 6
pemeliharaan server, back-up data, administrasi
jaringan, aplikasi dan lain-lain. Dengan penggunaan
Government cloud dapat menghemat anggaran
pemerintahan hingga 50 persen karena suatu instansi
pemerintah tidak lagi membutuhkan server, storage,
jaringan, aplikasi hingga SDM IT.
Untuk melakukan migrasi dari physical data
center ke virtualisasi data center memang lebih rumit
daripada membangun dari awal data center.
Khususnya BPS yang telah memiliki data center
sendiri, hal ini akan membutuhkan waktu yang relatif
lebih lama daripada saat membangunnya.
Kesiapan provider cloud computing di
Indonesia memang belum sepenuhnya teruji menjadi
kendala dalam implementasi virtual private data center,
namun untuk ikut mendorong pertumbuhan teknologi
cloud computing di Indonesia maka tidak ada salahnya
kalau dilakukan penelitian lebih lanjut.
V.
IMPLEMENTASI
Dalam paper ini, pembuktian dilakukan dengan
melibatkan provider cloud computing yaitu PT.Telkom
Sigma. PT Sigma Cipta Caraka (telkomsigma)
merupakan perusahaan penyedia layanan pendukung
bisnis berbasis teknologi informasi dan komunikasi
terdepan yang sudah berkiprah lebih dari 20 tahun di
Indonesia. Diawal tahun 2008, telkomsigma secara
resmi menjadi salah satu anak perusahaan TELKOM,
sebuah perusahaan penyedia layanan telekomunikasi
terbesar di Indonesia.
Alasan mengapa dipilih PT Telkom Sigma
sebagai pendukung pembuktian dalam paper ini
karena produk dan layanan yang disediakan
telkomsigma sudah diimplementasikan di lebih dari
150 perusahaan dari berbagai macam industri di
Indonesia dan juga telah menjangkau lembaga multi
finance dengan penanganan yang sama-sama
diprioritaskan[12].
Perhitungan biaya yang dilakukan berdasarkan
besarnya kebutuhan BPS saat ini. Dalam bab
sebelumnya telah dituliskan bahwa hipotesis pertama
yaitu dengan mengimplementasikan teknologi cloud
computing akan mengurangi biaya sebesar 50%.
Setelah dilakukan perhitungan maka biaya
yang harus dikeluarkan oleh BPS perbulan untuk
layanan virtualisasi data center pada PT Telkom
Sigma adalah sebesar 380.065.000 per bulan atau 4,5
Milyar. Dengan rincian sebagai berikut:
No.
Item Type
Total IDR
1.
vData Center
2.
Cloud Network Service
344 764 000
750 000
Total
345 514 000
Ppn 10%
34 551 400
Grand Total
380 065 400
Sumber: PT Telkom Sigma
Catatan : Biaya belum termasuk instalasi software database.
Tabel 3. Simulasi biaya/bulan layanan virtualisasi Data Center
BPS dengan kapasitas storage 100 TB
Dengan melihat hasil perhitungan diatas maka,
hipotesis yang menyatakan bahwa pemanfaat
virtualisasi data center on cloud dapat mengurangi
biaya sebesar 50 % untuk BPS ditolak, artinya biaya
yang harus dikeluarkan oleh BPS lebih besar bila
dibandingkan dengan biaya maintenance pertahun
yaitu 1,2 milyar. Hal ini disebabkan oleh besarnya
biaya layanan penyimpanan (storage) yang harus
disewa oleh BPS. Kebutuhan BPS akan storage
sangat besar karena tugas utama BPS sebagai
penyedia data statistik sehingga data menjadi inti
proses BPS.
Dalam hal ini, implementasi virtualisasi data
center on cloud tidak sesuai untuk kebutuhan BPS,
namun virtualisasi data center lebih sesuai diterapkan
pada instansi atau dinas yang tidak terlalu banyak
membutuhkan penyimpanan (storage) dan belum
memiliki data center. Berdasarkan simulasi PT Telkom
Sigma, untuk dinas/instansi/perusahan yang tidak
membutuhkan storage terlalu besar dan belum
memiliki data center, maka akan mengurangi biaya
sebesar 40-an%. Berikut simulasinya.
No.
Item Type
Total IDR
1. ta Data Center
37 500 000
Page 7
2.
Jaringan Internet
Grand Total
11 000 000
48 500 000
Sumber :PT Telkom Sigma
Tabel 4. Simulasi biaya/bulan membangun physical data
center.
No.
Item Type
1. ta Data Center
2.
Jaringan Internet
Grand Total
Total IDR
27 230 000
1 150 000
28 380 000
Sumber: PT Telkom Sigma
Tabel 5. Simulasi biaya/perbulan layanan virtualisasi data
center dengan kapasitas storage 3 TB.
Dari hasil simulasi diatas bahwa selisih
biaya/perbulan antara physical data center dengan
virtualisasi data center on cloud adalah sebesar 42%.
Namun ada beberapa keuntungan lain dalam
mengimplementasikan virtualisasi data center yaitu:
1. Instansi/perusahaan bisa lebih konsentrasi
pada proses bisnis utama.
2. Layanan data center yang disewa sekaligus
dengan layanan Disaster Recovery Center
(DRC), sehingga data instansi/perusahaan
lebih terjamin.
Saat ini BPS belum memiliki sistem DRP yang
mendukung keamanan data BPS, sehingga alternatif
lain agar BPS tidak harus berinvestasi/membangun
DRC adalah dengan menempatkan DRC BPS pada
layanan cloud. PT Telkom Sigma juga menyediakan
layanan tersebut, namun dalam paper ini tidak
dibahas.
Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa
sejalan dengan berkembangnya teknologi informatika
dan berkembangnya provider serta untuk mendukung
peningkatan bisnis IT di Indonesia, maka pemanfaatan
virtulisasi data center on cloud dapat dicobakan
diimplementasikan di BPS melalui Virtualisasi Data
Center pada data tertentu.
Misalnya pada tahun 2013 nanti BPS akan
melaksanakan Sensus Pertanian(ST13), dimana data
tersebut akan diakses oleh seluruh BPS Provinsi dan
kabupaten/kota serta subject matter dan instansiinstansi yang terkait seperti Dinas Pertanian, hal ini
membutuhkan kestabilisasian data center. PT Telkom
Sigma menawarkan Virtualisasi Data Center on cloud
dengan SLA 99%. Layanan virtualisasi Data Center on
cloud dapat disewa selama proses sensus
berlangsung saja dan setelah itu, data dapat
dikembalikan ke sistem physical data center milik
BPS, hal ini akan menjaga kestabilan physical data
center BPS untuk menangani data statistik lain dan
pelaksanaan sensus pertanian dapat berjalan lebih
lancar. Berikut ini simulasi perhitungannya.
No.
Item Type
Total IDR
1. ta Data Center
2.
Cloud Software Service
3.
Cloud Network Service
Grand Total
20 920 000
1 800 000
850 000
23 570 000
Sumber: PT Telkom Sigma
Tabel 6. Simulasi biaya/perbulan layanan virtualisasi
data center untuk Sensus Pertanian BPS dengan kapasitas
storage 1,6 TB.
VI.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pembuktian pada bab diatas,
dapat diambil kesimpulan bahwa kemajuan teknologi
cloud computing, khususnya dalam Virtualisasi Data
Center on Cloud sebagai bentuk salah satu solusi untuk
mendukung tercapainya tujuan e-government secara
efektif dan efisien harus melihat beberapa faktor.
Dalam hal ini, implementasi virtualisasi data center
tidak dapat diaplikasikan di BPS, BPS lebih sesuai
mengimplementasikan private data center sendiri
seperti yang diterapkan oleh BPPT, karena beberapa
faktor diantaranya:
1. BPS telah memiliki data center sendiri yang telah
berjalan sejak tahun 1994.
2. Biaya maintenance pertahun dengan biaya virtual
data center on cloud dalam hal ini berdasarkan
hasil simulasi dengan menggunakan provider PT
Telkom Sigma biaya pertahun yang harus
dikeluarkan lebih besar.
3. Karena bisnis utama BPS adalah data, sehingga
BPS
membutuhkan
lebih
banyak
media
penyimpanan dan dibutuhkan tingkat kemanan
yang lebih terhadap data-data individual yang
harus tetap terjaga.
Page 8
4. BPS telah memiliki subbagian khusus yang
bertanggung jawab terhadap Sistem Informasi
Statistik BPS.
5. BPS telah memiliki jaringan VPN meskipun masih
di level provinsi.
Virtualisasi data center on cloud sangat cocok
diimplementasikan pada instansi/ departemen dengan
kondisi sebagai berikut:
1. Instansi/ departemen belum memiliki physical
data center sendiri.
2. Instansi/ departemen tidak membutuhkan
banyak media penyimpanan data.
3. Instansi/ departemen tidak memiliki tenaga ahli
dibidang IT.
4. Instansi/
departemen
belum
memiliki
infrastruktur IT dan jaringan yang memadai.
Dengan kondisi diatas, maka pemanfaatan
teknologi virtualisasi data center on cloud akan
memberikan efisiensi biaya sebesar 50%. Selain itu,
instansi/ departemen dapat lebih berkonsentrasi pada
tupoksi pekerjaan/ proses bisnis masing-masing yaitu
tercapainya target-target program di pemerintahan.
Tercapainya tujuan e-government secara efektif akan
mendorong terwujudnya pelayanan publik prima yang
menjadi harapan masyarakat dapat terlaksana dan
tujuan umum yaitu tercapainya keadilan pelayanan
masyarakat dapat terwujud. Dan apabila dilihat dari sisi
anggaran tidak terlalu memberatkan APBN negara,
sehingga alokasi APBN dapat dialokasikan ke program
sosial lainnya.
.
VII.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Definition of E-Government, http://web.worldbank.org, 29
November 2012, 22:50 WIB
[2] Kaufan, Thoha, 1995, 101
[3] Rasyid, M Ryaas Samah, Kristin. M Ryaas Rasyid
Penjaga Hati Nurani Pemerintah, 2000,59:738.
[4] Wahyudi Kumorotomo, KEGAGALAN PENERAPAN EGOVERNMENT DAN KEGIATAN TIDAK PRODUKTIF
DENGAN INTERNET, 2010
[5] Mauricio Arregoces, Data Center Fundamentals, Cisco
Systems, 2004.
[6] Sok Chuob, Manish Pokharel, Jong Sou Park, The
Future Data Center for E-Governance, ICACT 2010, 203
[7] Cisco Public Information, Next-Generation Federal Data
Center Architecture, 2007
[8] Exteme Network, Public, Hybrid and Private Virtualized
Multi-Tenant Cloud Data Center Architecture Overview, 2012
[9] Cisco Public Information, Cisco Cloud Computing Data
Center Strategy, Architecture, and Solutions, 2009
[10]http://techno.okezone.com/read/2011/04/19/324/447610
/cloud-computing-mampu-tekan-biaya-hingga-50,
14
November 2012, 11:00 PM.
[11] http://id.berita.yahoo.com/bppt-perkenalkan-pusat-dataawan-untuk-e-gov, 14 November 2012, 10:56 PM
[12] TelkomSigma, TelkomCloud White Paper (IAAS), 2012
Page 9