Gagasan Pengkaderan ISMAFARSI yang Ideal

Gagasan Pengkaderan ISMAFARSI yang Ideal
Arah Pengkaderan
Arah pengkaderan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang
menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pengkaderan ISMAFARSI.
Arah pengkaderan sangat erat kaitannya dengan tujuan pengkaderan dan tujuan ISMAFARSI
secara umum yang merupakan titik sentral dan garis arah setiap pengkaderan, maka ia
merupakan norma atau ukuran dari semua kegiatan ISMAFARSI.
Bagi anggota, tujuan ISMAFARSI merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan
yang paling pokok dari seluruh anggota sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan
tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan
organisasi adalah sangat besar dan menentukan.
Jenis-jenis Pengkaderan
Pengkaderan formal
Pengkaderan formal adalah Pengkaderan bertingkat dan berjenjang yang diikuti oleh
anggota, dan setiap jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Yang
terdiri dari :
1.1.1 Pengkaderan Tingkat Komisariat yaitu :
Ajang Pengembangan Terpadu (APT)
1.1.2 Pengkaderan Tingkat Wilayah yaitu :
Latihan Kepemimpinan dan Manajemen Mahasiswa Farmasi (LKMMF)
1.1.3 Pengkaderan Tingkat Nasional yaitu :

Laboratorium Analisis Wacana (LAW)
Pengkaderan in-formal
Pengkaderan In-formal adalah bentuk pengkaderan ISMAFARSI yang bersifat tidak
resmi dan tidak berjenjang. Pengkaderan ini mengutamakan keikutsertaan secara aktif
anggota dan kader pada setiap kepanitiaan dan kegiatan organisasi untuk mengembangkan
diri dan mengimplementasikan hasil pengkaderan formal.
Pengkaderan non formal
Pengkaderan non formal adalah bentuk pengkaderan tidak resmi berupa
pendampingan dari kader senior ismafarsi kepada kader baru yang dianggap potensial untuk
membangun dan memegang tongkat estafet kepemimpinan organisasi di masa depan.

METODE DAN SISTEM PENGKADERAN ISMAFARSI
Pendekatan Pengkaderan
Pada umumnya dalam dunia pengkaderan dikenal ada dua pendekatan yang
digunakan yaitu pendekatan paedagogi dan pendekatan andragogi. Pengkaderan ISMAFARSI
menerapkan pendekatan pendekatan paedagogis dan andragogis secara fleksibel sesuai
dengan jenis komponen dan jenjang pengkaderannya.
1. Pendekatan andragogis
Pendekatan andragogis pada prinsipnya menekankan pada pembentukan, pengisian,
penerusan materi atau bahan yang telah direncanakan secara lebih sepihak dari instruktur

atau pemateri kepada peserta. Dalam bahasaumum disebut dengan pendekatan yang
menekankan pada proses transformasi ide, pengetahuan, nilai-nilai, pola-pola sikap serta
prilaku peserta serta keterampilan dari subyek pendidik (nara sumber/pemateri) kepada
objek didik (peserta). Pendekatan paedagogis memiliki ciri-ciri antara lain:
Bersifat indonkrinasi
Bahan/materi yang disajikan berupa paket yang direncanakan
Peserta/sasaran adalah penerima sedangkan instrukur/pemateri adalah pemberi sehingga
yang pertama pasif dan kedua aktif.
Cara/teknik yang diterapkan lebih sepihak yakni dari nara sumber/pemateri kepada
peserta/sasaran.
Adapun teknik yang diterapkan adalah :
ceramah/kuliah
indoktrinasi
Resitasi (penugasan)
Stimulasi (penanaman semangat /motivasi)
Penataran
Tes
Sistem tutorial (keguruan)
Mentoring


2. Pendekatan Paedagogis
Pendekatan paedagogis adalah kebalikan dari pendekatan andragogis yakni
pendekatan yang lebih menekankan pada pengembangan peserta secara lebih partisipatif
sesuai dengan potensi, kebutuhan dan masalah yang dihadapi peserta. Pendekatan
andragogis disesuaikan dengan prinsip belajar orang dewasa untuk memperoleh
pengetahuan, wawasan dan sikap mental serta keterampilan baru bagi peserta. Pendekatan
tersebut terbagi ke dalam pendekatan humanistik, partisipatory training, persuasif, dan
scuritif sesuai dengan jenjang pengkaderan serta kondisi peserta.
2.1 Pendekatan humanistik
Pendekatan humanistik merupakan sintesa dari pendekatan paedagogis dan
andragogis, yang mengandung pengertian sbb:
a. sumber belajar adalah pengalaman peserta, sedangkan nara sumber/pemateri hanya
membantu,

menyimpulkan,

merangkum

pengalaman


peserta.

Oleh

karena

itu,orientasi belajar lebih ditekankan pada suatu proses pendidikan dan pelatihan
(LK)
b. Perencanaan materi pengkaderan diputuskan oleh peserta sendiri yang dipandu oleh
nara

sumber/pemateri.

Pemateri

hanya

membantu

perurutan


penyajian,

menempatkannya dalam konfigurasi sesuai dengan identifikasi, kebutuhan dan
tujuan pengkaderan.
c. Belajar dipandang pemecahan masalah (problem solving) dengan membulatkan
pengetahuan serta pengalamannya dari sejumlah informasi yang disajikan oleh
peserta dan nara sumber/pemateri . Dengan demikian proses pengkaderan
merupakan proses penemuan dan pemecahan masalah, sekaligus merupakan proses
transformasi pengetahuan dan pengalaman.
2.2. Pendekatan Participatory training
Pendekatan participatory training merupakan pendekatan pengkaderan yang
mengacu pada proses belajar aktif dari seluruh peserta komponen yang terlibat dalam
proses pelatihan. Dalam hal ini pelatihan diarahkan pada upaya membantu peserta
agar terlatih dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pengkaderan
merupakan laboratorium, sehingga informasi dan peristiwa yang ditangkap kemudian
di refleksikan oleh peserta untuk diproses menjadi pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang dibutuhkan. Pendekatan ini memberikan pengetahuan dan
pengertian bahwa pengalaman merupakan guru yang paling baik. Proses pengkaderan


merupakan selalu berusaha mengarah pada perolehan pengetahuan melalui
pengalaman.
Dengan demikian, proses belajar dalam pelatihan adalah menstrukturkan
pengalaman-pengalaman (structured experiens) yang menitikberatkan pada partisipasi
aktif peserta pada pelatihan.
2.3. Pendekatan persuasif
Pendekatan persuasif merupakan pendekatan pengkaderan dengan bentuk
rangsangan melalui stimulus dan penghargaan yang dapat mendorong para peserta
untuk mencapainya.
2.4. Pendekatan scuritif
Pendekatan scuritif merupakan pendekatan pengkaderan dengan bentuk pemberian sanksi
atau hukuman secara paedagogis bagi para pelanggar.