Bab I V docx 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UIN Walisongo Semarang dalam mewujudkan tujuan-tujuan diatas mencoba
untuk memfasilitasi mahasiswanya dengan membuka beberapa jurusan dengan kajian
berbeda-beda. Salah satunya adalah Fakultas Dakwah sebagai salah satu fakultas di
lingkungan UIN Walisongo Semarang merupakan salah satu fakultas yang mengemban
tugas mulia tersebut, yakni berusaha membentuk sarjana Muslim yang ahli dan
Profesional dibidang Dakwah, baik secara manajemen, penyuluhan ataupun melalui
komunikasi. Untuk menyengsong hal tersebut, dikeluarkanlah kebijakan yang diatur
masing-masing fakultas. Oleh karenanya fakultas harus memberikan bekal bagi
mahasiswa agar bisa terjun di lapangan sesuai dengan profesi yang dicita-citakan oleh
mahasiswa fakultas Dakwah dan Komunikasi. Salah satu sarana untuk mewujudkan
ketrampilan dan pengalaman tersebut adalah dengan dilaksanakannya KKL (Kuliah
Kerja Lapangan).
KKL ini merupakan salah satu bentuk metode belajar praktek yang diterapkan di
Fakultas Dakwah Dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang. Dalam hal ini KKL
bertujuan untuk memformulasikan teori-teori yang telah didapatkan dalam perkuliahan
dengan realitas kegiatan ilmu dakwah khususnya bimbingan dan penyuluhan islam
seperti Laborat Dakwah yang berfungsi sebagai sebuah tempat observatorium yang
memiliki orientasi pendidikan di Fakultas Dakwah dan Komunikasi. Selain itu KKL juga

merupakan wahana untuk mengimplementasi teori-teori mata kuliah yang telah
diberikan. Terutama teori-teori beberapa mata kuliah khusus yakni mata kuliah yang
berkaitan dengan Bimbingan dan Penyuluhan islam, sehingga sangat erat kiranya apabila
Ponpes Inabah XIX Suryalaya Surabaya , dan Yayasan Laroyba (Ponpes Bali Bina
Insani) Meliling, Tabananan Bali dijadikan sebagai obyek KKL. Hal ini dikarenakan dua
tempat tersebut merupakan institusi yang bersentuhan langsung dengan kajian ilmu
dakwah khususnya Bimbingan dan penyuluhan islam yang selama ini menjadi focus
kajian bagi Konsentrasi Ilmu Dakwah.
Dengan demikian, kiranya KKL merupakan sarana yang cukup tepat bagi seluruh
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi untuk bisa mengembangkan potensi
dirinya sebagai bagian dari civitas akademika UIN Walisongo Semarang pada umumnya
dan Fakultas Dakwah Dan Komuikasi khususnya. Sehingga tujuan pendidikan
1

sebagaimana diungkap diatas akan dapat terwujud bersama-sama dan bisa menjadi
sebuah kontribusi yang signifikan bagi pengembangan sumber daya manusia Indonesia.
Adapun tujuan dan Persyaratan KKL mengandung maksud untuk memperdalam
keahlian kemampuan mahasiswa sesuai dengan kompetensi yang di dalami di fakultas,
sehingga menghasilkan generasi mahasiswa yang Profesional dalam pekerjaannya hal ini
dibuktikan dengan kehandalan mahasiswa dalam penguasaan teori dan implementasinya

di lapangan.
Dilihat dari substansi pentingnya pelaksanaan KKL, pemberian materi atau bekal
bagi mahasiswa dalam ranah praktik sangatlah dibutuhkan. Maka dari itu komposisi
arahan yang lebih bagus dengan kolaborasi format, sistematika, dan desain untuk
pelaksanaan KKL sangat perlu untuk dikembangkan. Agar ide mahasiswa (peserta) KKL
tidak hanya terbayang pada tulisan (teori) ilmu dakwah. Akan tetapi mahasiswa juga bisa
menguasai bagaimana praktik dari teori-teori yang telah diberikan. Selain itu dalam KKL
ini mahasiswa juga diharapkan bisa mengamati langsung bagaimana system kerja Ponpes
Inabah dan Ponpes Bali Bina Insani yang selama ini hanya didengar dari beberapa pihak
yang pernah berkunjung ke tempat tersebut.
Disini, obyek KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang
adalah di Bali. Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang dijadikan destinasi
wisata para wisatawan dalam negeri maupun wisatawan manca negara. keindahan yang
berbeda dengan pulau yang lain menjadi daya tarik tersendiri dalam memikat setiap
wisata yang berkunjung. kekayaan akan seni, budaya dan tradisi pun menjadi sorotan
tajam bagi siapa saja yang datang disetiap tempatnya. Bali yang dikenal dengan sebutan
pulau wisata, pastinya Bali memiliki sejuta pesona. Bahkan terkadang Pulau Dewata ini
lebih dikenal di kancah internasional dibanding nama Indonesia.
Pulau Bali termasuk pulau yang kecil bila dibandingkan dengan pulau-pulau lain
yang ada di Indonesia. Luasnya adalah 5.632,86 km2, dan dihuni oleh penduduk yang

berjumlah ± 3 890 757 jiwa. Perbandingan pemeluk agama satu dengan yang lainnya
adalah sebagai berikut: pemeluk Agama Hindu (96 %), Agama Islam (2,5 %), Agama
Protestan (0,5 %), Agama Katholik (0,5 %), dan Agama Budha (0,5 %). Oleh karena
penduduk Bali sebagian besar penganut Agama Hindu maka corak masyarakat Bali
terutama di pedesaan akan tampak sangat khas.1
Fenomena tersebut menjadi menarik untuk diteliti. Karena Dakwah dengan dasar
teori keagamaan dan berbagai derivasi keilmuan yang mumpuni telah dipelajari oleh
1 http://bali.bps.go.id/ di akses pada 13 Februari 2013

2

peserta Kuliah kerja Lapangan (KKL) Fakultas Dakwah dan Komuikasi Universitas
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang (UIN Walisongo Semarang) Tahun 2015 di
Pulau Bali pada tanggal 10– 15 November 2015. Karena kemampuan penguasaan dalam
pemahaman teori belum tentu bersinergi jika menghadapi tantangan masyarakat dengan
berbagai fenomena yang ada.
Sebagai pulau wisata, Bali juga kental dengan kultur relegiusitasnya. Umat Hindu
Bali sangatlah kental dengan upacara-upacara keagamaan. Hal tersebut merupakan salah
satu daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Selain arsitektur yang bernilai seni tinggi.
Dengan banyaknya wisatawan mancanegara yang berlibur di Pulau Bali tentulah

membawa dampak bagi Bali pada khususnya, dan juga Indonesia pada umumnya.
Kultur religius semakin bergeser dengan kehidupan modern. Potret kehidupan
barat bisa tergambar di Pulau Dewata. Hal ini yang menjadikan pemeluk keagamaan
yang kurang memahami dasar-dasar agama secara pasti, menyebabkan melakukan
beberapa aksi yang mengundang sensasi. Bom Bali I dan II salah satunya. Yang
dilakukan oleh sekelompok Muslim radikal. Hal ini menyebabkan hubungan antara satu
pemeluk agama dengan yang lain menjadi merenggang.
Kajian tentang pondok pesantren erat kaitannya dengan pembinaan karakter dan
pendidikan moral kepada para santrinya. Apalagi dinamika sosial yang semakin
mencerminkan degradasi moral para pemuda sekarang ini. mengingat pentingnya
pembentukan kararker, pendidikan dengan sanntri tidak boleh dikesampingkan, apalagi
pondok pesantren bina insani berada ditengah-tenagh masyarakat yang mayoritas
pendududnya adalah Hindu. Sehingga sebagai kaum minoritas, umat islam harus
terdorong untuk menengakkan pendidikan yang berbasis keislaman. Disamping itu juga
keberhasilan dakwah islamiyah adalah ketika bisa membina mengajak masyarakat
menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan menggunakan berbagai sistem, norma, nilai
yang bernuansakan keislaman.
Pola pandang bahwa bali tidak mungkin ada pondok pesantren dan underestimate
masyarakat terhadap keberlangsungan pesantren sehingga menggapa bahwa bali hanya
identik dengan sesajen, dupa, pura ataupun ritual-ritual keagamaan yang mengsakral

makhluk. Dipondok pesantren bina insani ini kita bisa melihat bahwa semuanya bisa
diminimalisir bahkan dalam lingkungan pondok tidak ada hal-hal tersebut. Tidak ada
babi tidak ada anjing tidak ada pura yang dibangun dipintu masuk dan tidak ada pula
sesajen yang berbau dupa sekalipun. Sehingga ditempat ini jelas terlihat berbeda seperti

3

hal yang lazim terlihat disepanjang jalan bali, yang dimana-mana identik dengan hal-hal
tersebut.
B. Pengertian KKL
Kuliah Kerja Lapangan (KKL) adalah kegiatan belajar yang dilakukan oleh
mahasiswa untuk menambah wawasan dan mendapatkan pengalaman nyata di instansi,
lembaga atau organisasi yang berkaitan dengan disiplin keilmuan dan kompetensi yang
dikembangkan Jurusan/Program Studi.
C. Tujuan Pelaksanaan KKL
Tujuan Pelaksanaan KKL adalah :
1. Untuk

memberikan


pengalaman

langsung

kepada

para

mahasiswa

dari

instansi/lembaga yang berkaitan dengan kompetensi yang dikembangkan oleh
fakultas/jurusan.
2. Untuk memperluas wawasan terkait dengan pengembangan profesi/keahlian yang
memungkinkan mahasiswa menentukan pilihan profesi kerja.
3. Untuk memberikan peluang terjalinnya hubungan kerjasama antara Fakultas
Dakwah dan Komunikasi dengan lembaga/instansi terkait.
D. Tahapan pelaksanaan KKL
1. Orientasi / coaching

Peserta KKL sebelum terjun lapangan diberikan orientasi/coaching yaitu penataran
atau penyegaran mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan KKL,
penentuan lokasi KKL, tata tertib pelaksanaan KKL, obyek-obyek yang akan
dikunjungi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan teknis pelaksanaan KKL.
2. Observasi
Observasi dilakukan pada lembaga-lembaga atau instansi yang mempunyai kegiatan
terkait dengan bidang kompetensi makro dan mikro yang dikembangkan oleh
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang, seperti :
a. Organisasi-organisasi dakwah/zending/misi
b. Pondok pesantren
c. Laboratorium dakwah (desa binaan dakwah)
d. Stasiun televise/radio
e. Penerbitan surat kabar/majalah
f. Kantor berita
g. Percetakan
h. Instansi DEPPEN
i. Instansi DEPSOS
j. Instansi KEMENAG
k. BKKBN
l. Instansi PEMDA (Biro Bina Mental Spritual)

4

m.
n.
o.
p.
q.

Panti sosial
Rumah sakit
Masjid
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)
Lembaga Zakat, Infaq, dan Shadaqah (LAZIS)

3. Kuliah Lapangan
Dalam kuliah lapangan ini para mahasiwa mendengarkan informasi/kuliah dari
pengelola/pengasuh

lembaga-lembaga/instansi-instansi


yang

dikunjungi.

Pelaksanaan Kuliah lapangan ini dilakukan dengan menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Materi kuliah lapangan itu diharapkan
mencakup penjelasan tentang:
a. Sejarah berdiri dan perkembangannya
b. Tujuan dan program-programnya
c. Pelaksanaannya
d. Hasil-hasil yang dicapai
e. Faktor-faktor penunjang/penghambat
f. Tanggapan masyarakat
g. Potensi pengembangan jalinan kerjasama

BAB II
DESKRIPSI OBYEK KKL (MAYOR DAN MINOR)
A. Pondok Pesantren Inabah Suryalaya Surabaya (Yayasan Rehabilitasi Narkoba)
1) Sejarah Pondok Pesantren Inabah Surayala.
Pondok pesantren Suryalaya yang berkedudukan di desa Pager Agung

Tasikmalaya Jawa Barat, didirikan oleh Syeh Abdulloh Mubarok bin Nur
Muhammad (Abah Sepuh) pada tahun 1905, yang selanjutnya pada tahun 1956
pondok pesantren tersebut dipimpin oleh putra beliau yang bernama KH.Shohibul
5

Wafa’Tadjul Arifin (Abah Anom).
Seperti yang dilansir di website resmi Pondok Pesantren Suryalaya telah
menjelaskan bahwa Pondok Pesantren ini dirintis oleh Syaikh Abdullah bin Nur
Muhammad atau yang dikenal dengan panggilan Abah Sepuh, pada masa
perintisannya banyak mengalami hambatan dan rintangan, baik dari pemerintah
maupun dari masyarakat sekitar. Alasan mengapa pondok tersebut dinamakan
Suryalaya, karena tempat berdirinya pertama di daerah masyarakat sunda. Maka
nama Suryalaya itu sendiri diambil dari bahasa sunda yaitu Surya berarti matahari
dan Laya berarti tempat terbit, jadi Suryalaya secara istilah mengandung arti tempat
matahari terbit. Pada tahun 1908 atau tiga tahun setelah berdirinya Pondok Pesantren
Suryalaya, Abah Sepuh mendapatkan khirqoh (legitimasi penguatan sebagai guru 1
Hasil wawancara dengan Pak Sutrisno Sekretaris Pondok Pesantren Inabah XIX
Surabaya, pada tanggal 13Juni 2011 pukul 10.00 WIB 56 57 mursyid) dari Syaikh
Tholhah bin Talabudin. Seiring perjalanan waktu, Pondok Pesantren Suryalaya
semakin berkembang dan mendapat pengakuan serta simpati dari masyarakat, sarana

pendidikan pun semakin bertambah, begitu pula jumlah pengikut/murid yang biasa
disebut ikhwan2.
Pondok pesantren ini dalam kesehariannya sama dengan pondok lain yaitu
mencetak anak bangsa untuk meneruskan visi dan misi para ulama dalam
menyebarkan agama Islam. Pondok ini memiliki dua bentuk kegiatan. Yakni progam
pendidikan formal dari jenjang pendidikan dasar sampai perguruan tinggi dan
progam pendidikan non formal yaitu pengamalan dzikir tarekat Qadiriyah wa
Naqsabandiyah. Dukungan dan pengakuan dari ulama, tokoh masyarakat, dan
pimpinan daerah semakin menguat. Hingga keberadaan Pondok Pesantren Suryalaya
dengan Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah-nya mulai diakui dan dibutuhkan. Untuk
kelancaran tugas Abah Sepuh dalam penyebaran Thariqah Qadiriyah Naqsabandiyah
dibantu oleh sembilan orang wakil talqin (seseorang memberikan nasehat kepada
santri), dan beliau meninggalkan wasiat untuk dijadikan pegangan dan jalinan
kesatuan dan persatuan para murid atau ikhwan, yaitu tanbih (wasiat untuk para
murid berupa do’a yang mengandung pengertian mencari ridlo Allah). 58 Pada tahun
1971, banyak orang tua yang memiliki anak berprilaku menyimpang, maka
kemudian mereka menitipkan anak mereka untuk dibina di pondok pesantren
Suryalaya.
Hal ini berkembang pesat dan terdengar hingga luar negeri. Selanjutnya
6

pemerintah, dalam hal ini Badan Koordinasi Intelejen Negara yang dipimpin oleh
Mayor Jendral (Purn) Yoga Sugama melakukan kerjasama dengan abah Anom selaku
sesepuh pondok pesantren, dalam upaya penanggulangan peredaran narkoba dan
kenakalan

remaja

dengan

membentuk

BAKOLAK

(

Badan

Koordinasi

Penanggulangn Narkoba dan Kenakalan Remaja) berdasarkan inpres No.6 tahun
1971.
Inabah adalah istilah yang berasal dari Bahasa Arab anaba-yunibu
(mengembalikan) sehingga inabah berarti pengembalian atau pemulihan, maksudnya
proses kembalinya seseorang dari jalan yang menjauhi Allah ke jalan yang mendekat
ke Allah. Istilah ini digunakan pula dalam Al-Qur’an yakni dalam Luqman surat ke31 ayat ke-15, Surat ke-42, Al-Syura ayat ke-10; dan pada surat yang lainnya.
Abah Anom menggunakan nama inabah menjadi metode bagi program
rehabilitasi pecandu narkotika, remaja-remaja nakal, dan orang-orang yang
mengalami gangguan kejiwaan. Konsep perawatan korban penyalahgunaan obat
serta kenakalan remaja adalah mengembalikan orang dari perilaku yang selalu
menentang kehendak Allah atau maksiat, kepada perilaku yang sesuai dengan
kehendak Allah.
2) Gambaran Umum Santri di Pondok Pesantren Inabah XIX Surabaya.
Jumlah santri pada awal tahun 2010 mencapai 36 santri, akan tetapi
dikarenakan keluar masuk santri yang dikarenakan alansan biaya dan keluarga yang
ingin mengambil anak tersebut. Untuk awal tahun 2012 ini jumlahnya bertambah
hingga mencapai 80 orang. Karna itu adalah batas maksimal santri yang diterima
oleh pondok inabah ini. Bahkan, masih ada sekitar 10 calon santri yang sudah
mengantri untuk masuk dipondok ini karna pondok inabah ini merupakan salah satu
pondok pembinaan rehabilitasi yang paling di akui disurabaya. Kami mencoba
mencari data lengkap para santri yang telah keluar masuk pondok Inabah XIX
Surabaya, akan tetapi dengan adanya pembatasan informasi, kami tidak memiliki
data kongkrit berapa jumlah santri. Namun dari hasil wawancara, gambaran umum
dari pondo inabah ini seperti yang kami sampaikan diatas.
Melihat hasil dan proses rehabilitasi yang dilakukan, pendekatan yang
dilakukan lebih memakai pendekatan spiritual keagamaan dan pengembalian
keimanan yang teguh kepada ajaran-ajaran Islam dan pendekatan ilahiyyan. Dari
sudut pandang tasawuf, orang yang jiwanya sedang goncang dan terganggu,
diperlukan metode pemulihan (inabah). Metode inabah baik secara teoretis maupun
7

praktis didasarkan pada Al-Qur’an, hadits dan ijtihad para ulam.
3) Landasan Teori Metode Terapi Inabah
Menurut Juhaya S Praja ( 2001:267) Inabah sebagai suatu metode, baik
secara teoritis maupun praktis didasarkan kepada Al-Quran, Hadits, dan Ijtihad para
ulama sebagai berikut: Para korban penyalahgunaan narkotika dan zat adiktif lainnya
yang bertalian dengan kenakalan remaja serta berbagai bentuk penyakit kerohanian
(selanjutnya disebut Anak Bina) dianggap sebagai orang yang berdosa karena
melakukan maksiat. Orang berdosa dalam Islam harus bertaubat. Taubat secara
etimologis berarti kembali dari melakukan dosa kepada ketaatan atas segala perintah
dan larangan Allah dan Rasul-Nya. Sedangkan dalam terminologi Islam, taubat ialah
meninggalkan dosa karena kejelekannya disertai rasa penyesalan karena
melakukannya serta dibarengi dengan tujuan kuat untuk meninggalkan selamanya.
Dalam konsep Tasawwuf dikenal beberapa maqomat (station) yang harus dilalui oleh
orang-orang yang ingin membersihkan diri dari berbagai dosa dan berusaha kembali
mendekatkan diri kepada Allah. Adapun maqomat pertama adalah taubat, yaitu
upaya membersihkan diri dan ruh dari berbagai dosa kecil dan dosa besar. Dalam
maqomat taubat ini ada tiga tahapan (stage), yaitu :
Pertama, Intiqolah adalah fase pertama berupa meninggalkan dosa (Proses Takholli).
Kedua, Inabah adalah fase dimana selain meninggalkan dosa sekaligus kembali
menuju jalan Allah dengan menebus kesalahan melalui berbagai aktivitas ibadah
(Proses Tahalli).
Ketiga, Taubat dengan menyesali berbagai dosa yang pernah dilakukannya dan
berusaha tidak melakukannya lagi serta diganti dengan melaksanakan berbagai amal
baik (ibadah) (Proses Tajalli). Dasar teori bahwa taubat merupakan proses awal
perawatan Anak Bina di Inabah adalah: Al-Quran, pertama, adalah sebagaimana
difirmankan dalam surat al-Baqarah ayat 222 yang artinya :“Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri”. Kedua, dalam surat Ali Imran ayat 135 yang artinya :“Dan (juga) orang-orang
yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri, mereka ingat
akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang
dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui”.
Hadits, sebagaimana diriwayatkan oleh Abi Ubaidillah bin Abdillah dari Bapaknya
(Ibn Mas’ud) berkata: Telah bersabda Rasulullah saw :
8

‫التا ئب من الذنب كمن ل ذ نب له‬
Artinya : “Orang yang bertaubat dari dosa, maka ia seperti orang yang tidak pernah
melakukan dosa”
Ijtihad Para Ulama, diantaranya seperti dijelaskan oleh al-Qusyairi bahwa taubat
adalah stasiun pertama dari stasiun-stasiun yang dilewati oleh orang-orang yang
sedang menempuh perjalanan mendekati Allah dan anak tangga pertama dari anakanak tangga yang sedang dicapai oleh orang-orang yang sedang bekerja keras
mendekati Allah.
Dari penjelasan diatas sangat jelas bahwa konsep terapi yang digunakan di
Inabah adalah diturunkan dari amalan Tasawwuf TQN yang bersumber dari AlQuran dan Hadits, serta contoh-contoh pelaksanaan yang telah dipraktekkan oleh
para ulama yang sholih berupa mandi, sholat, dan dzikir, dan berbagai amalan sunat
lainnya. Bagaimana cara mengamalkan ketiga konsep diatas agar orang-orang yang
terkena narkotika menjadi sembuh dalam arti berubah dari kondisi ketagihan (edict,
sakar) kepada kondisi tidak ketagihan? Secara ringkas fase pemulihan kesadaran dan
pembersihan diri ( dari segala dosa)

4) Metode – Metode Yang Dilakukan Antara Lain:

a. Mandi.
Lemahnya kesadaran anak bina akibat mabuk, dapat dipulihkan dengan mandi
dan wudlu. Mandi dan wudlu akan mensucikan tubuh dan jiwa sehingga siap
untuk 'kembali' menghadap Allah Yang Maha Suci. Makna simbolik dari wudlu
adalah: mencuci muka, mensucikan bagian tubuh yang mengekspresikan jiwa;
mencuci lengan, mensucikan perbuatan; membasuh kepala, mensucikan otak
yang mengendalikan seluruh aktifitas tubuh; membasuh kaki, dan mensucikan
setiap langkah perbuatan dalam hidup.
b. Sholat.
Anak bina yang telah di bersihkan atau disucikan melalui proses mandi dan
wudlu, akan dituntun untuk melaksanakan sholat fardhu dan sunnah sesuai
dengan metode inabah. Tuntunan pelaksanaan sholat fardhu dan sunnah sesuai
dengan ajaran islam dan kurikulum ibadah yang dibuat oleh Abah Anom.
c. Talqin Dzikir.
9

Progam Terapi yang dilaksanakan oleh pondok pesantren Inabah XIX Surabaya
begitu banyak bentuknya, mulai dari shalat, mandi dan dzikir. Walaupun terapi
yang dilakukan bersifat Islami dan religi, akan tetapi sentuhan medis juga
diperlukan disini. Akan tetapi tidak semua santri yang akan masuk ke pondok
pesantren. Hanya beberapa korban penyalahgunaan narkoba yang parah dan
belum bisa sadar. Maka dibutuhkan medis sebagai langkah awal sebelum
dilakukan terapi. Karena terapi tidak mungkin dilakukan jika ada ikhwan yang
belum sadar. 63 Berikut adalah progam terapi dzikir di pondok pesantren Inabah
XIX Surabaya. Anak bina yang telah pulih kesadarannya diajarkan dzikir melalui
talqîn dzikr. Talqin dzikir adalah pembelajaran dzikir pada qalbu. Dzikir tidak
cukup diajarkan dengan mulut untuk ditirukan dengan mulut pula, melainkan
harus dipancarkan dari qalbu untuk dihunjamkan ke dalam qalbu yang di talqin.
Yang dapat melakukan talqin dzikir hanyalah orang-orang yang qalbunya sehat
(bersih dari syirik) dan kuat (berisi cahaya ilahi).
d. Pembinaan
Anak bina ditempatkan pada pondok inabah guna mengikuti program Inabah
sepanjang 24 jam. Kurikulum pembinaan ditetapkan oleh Abah Anom mencakup
mandi dan wudlu, shalat dan dzikir, serta ibadah lainnya.
Disamping kegiatan-kegiatan tersebut diatas, juga diberikan kegiatan
tambahan berupa : Pelajaran baca Al-Qur’an, berdoa, tata cara ibadah, ceramah
keagamaan dan olah raga. Setiap anak bina di evaluasi untuk mengetahui sejauhmana
perkembangan kesehatan jasmani dan rohaninya. Evaluasi diberikan dalam bentuk
wawancara atau penyuluhan oleh ustadz atau oleh para pembina inabah yang
bersangkutan.
Atas keberhasilan metoda Inabah tersebut, KH.A Shohibulwafa Tajul Arifin
mendapat penghargaan “Distinguished Service Awards” dari IFNGO on Drug Abuse,
dan juga penghargaan dari Pemerintah Republik Indonesia atas jasa-jasanya di
bidang rehabilitasi korban Narkotika dan Kenakalan remaja. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh DR. Juhaya S. Praja, dalam tahun 1981-1989, 93,1% dari 5.845
anak bina yang mengikuti program inabah dapat dikembalikan ke keadaan semula
dan dapat kembali hidup di masyarakat dengan normal.
Jadwal kegiatan ritual harian:

10

Waktu

Kegiatan
Mandi Taubat
Shalat sunnah syukur wudlu
Shalat sunah tahiyatul masjid
Shalat sunnah taubat

02.00

Shalat sunah tahajud
Shalat sunah tasbih
Shalat sunah witir
Dzikir
Shalat sunah fajar
Shalat sunah lidafi’il bala’

04.00

Shalat subuh
Dzikir
Shalat sunnah isroq

06.00

Shalat sunah isti’adah
Shalat sunah istiharoh
Shalat Dhuha

09.00

Shalat sunnah kifaratul bawali
Dzikir
Shalat sunnah qobla

12.00

Shalat dhuhur
Dzikir
Shalat sunnah qobla

15.00

Shalat Ashar Dzikir
Shalat Sunnah Qobla
Shalat Maghrib
Dzikir
Shalat Sunnah Ba’diyah

18.00

Shalat Sunnah Awwabin
Shalat Sunnah Taubat
Shalat Sunnah Birul Walidain
Shalat Sunnah Lihifdhil Imam
Shalat Sunnah Lisyukuri Nikmat
Shalat sunnah qobla

19.00

Shalat Isya’
11

Shalat sunnah Ba’da Dzikir
Shalat sunnah
Syukrul Wudlu
21.00

Shalat sunnah Mutlaq
Shalat sunnah Istikhoroh
Shalat sunnah hajjat

B. Pondok Pesantren Bali Bina Insani Tabanan Bali
1) Sejarah Berdirinya dan Perkembangannya
Cikal bakal berdirinya Pondok Pesantren Bali Bina Insani tgl, 27 Oktober
1996 adalah berawal dari pendirian Pondok Yatama tgl 27 Oktober 1991. Sejak
mudir ma`had masuk di Pondok Pesantren Nahdlatul Wathon tahun 1968, jiwa
pondok pesantren mulai tersemai. Hal ini lebih terasa sejak belajar di Pondok
Pesantren Assyafi`iyah Jakarta tahun 1977 dan sering silaturrahmi ke Pondok
Pesantren Darunnajah. Setelah menyelesaikan kuliah di Institut Agama Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Fakultas Syari`ah Jakarta tahun1983 dan mulai
bertugas di Pengadilan Agama Denpasar tahun 1984, suatu saat bersilaturahmi ke
Pondok Pesantren Al-Ikhlas Taliwang Sumbawa. Saat itulah betul-betul tersentuh
dengan kehidupan pondok pesantren yang terasa damai , sederhana dan sangat
bersahabat.
Ketika keberadaan dan keadaan Umat Islam di Bali mulai banyak tahu
melalui ceramah dan khutbah-khutbah serta kunjungan sosial, dimana kondisinya
jauh dari harapan, jumlahnya hanya 6,17%, ekonomi memprihatinkan, bertempat
tinggal dipesisir pantai / pedalaman, pendidikan jauh terbelakang dan belum ada
pondok pesantren yang refresentatif. Kenginan mendirikan pondok pesantren di
Denpasar dengan latar belakang diatas terbentur tidak adanya lahan, sehingga
keinginan menggebu ini dimulai di Desa Pegayaman dengan mendirikan Pondok
Pesantren Al-Iman pada tgl. 24 Oktober 1988 diatas tanah wakaf Bapak Said
Djamaludin seluas 5000 m2 dan diresmikan oleh Bapak H. Habib Adnan Ketua
MUI Balli. Pondok pesantren ini kurang berkembang meskipun berada pada miliu
yang 100% beragama Islam, karena daerahnya terisolir, jauh dari perkotaan dan
kurangnya kesadaran masyarakat tentang arti penting pendidikan. Kondisi ini

12

tidak menyurutkan tekad untuk mencarikan solusi terhadap problem umat di atas
melalui lembaga pendidikan pondok pesantren.
Pada saat ceramah di pengajian Masyarakat Sulawesi Selatan Monang
Maning Denpasar, seorang peserta pengajian bernama Hj. Sopiah Dewa Pere
bertanya dan mengajak mendirikan panti asuhan dengan menyiapkan rumahnya
sendiri di Sembung Gede Tabansan sebagai asrama, serta kesanggupan untuk
mencarikan kebutuhan sehari-hari santri. Peluang emas ini tidak disia-siakan
untuk mendirikan pondok pesantren meskipun letaknya di Tabanan, (sebuah
kabupaten terdekat dengan Denpasar).
Diresmikanlah lembaga pendidikan yang bernama Pondok Yatama tgl. 27
Oktober 1991 oleh Bapak H. Zayadi, Kakanwil Depnaker Bali, dengan
didampingi Bapak Kakanwil Sosial, Bapak Said Djamaludin serta umat Islam
lainya. Rekomendasi pendiriannya dari Bupati Tabanan baru keluar tgl. 7 Juni
1996 no. 451.44 / 2609 / 505. Priode awal ini santrinya 7 orang anak yatim lakilaki, (Roy Teguh Musa dkk) dengan seorang Ustad dari Darunnajah Jakarta yaitu
Yuli Saiful Bahri yang kemudian diteruskan oleh Nur Kholik, Agam Indrapura dan
Qosim Tutu Deket.
Agar keberadaan pondok sesuai dengan peraturan yang berlaku,
didirikanlah badan hukum dengan nama Yayasan La-Royba pada tgl.30 April 1992
dengan nama notaris Amir Syarifudhin, SH. Dan memperoleh izin Kakanwil
Depsos Bali no. 118 / BBS / 05 / XI / 92 dengan ketua Drs. Kt. Imaddudin
Djamal, SH. sekretaris Hj. Sofiah Dewa Pere, bendahara Dewi Yana Robi,
penasehat di antaranya Prof. KH. Ali Yafie dan Ny. Hj. Ratna Maida Hasjim Ning.
Perkembangan Pondok Yatama yang cukup pesat melahirkan simpati dan
juga antipati. Ketidaksenangan banyak pihak dihadapi dengan sabar, tawakal,
penuh kesabaran, penuh harap kepada Allah sembari membenahi segala yang
diperlukan, kerja keras dan pendekatan kultural kepada semua pihak. Pembenahan
yang dilakukan termasuk merancang pemindahan pondok ke lokasi yang lebih
luas dan prospektif, mengingat lokasi sekarang hanya 4 are, bising dan sudah tidak
memadai untuk menampung santriwan-santriwati yang terus bertambah.
Pengadaan tanah terealisir tahun 1993 dengan membebaskan tanah seluas
5897 m2, harga per are Rp 950.000, berlokasi di Desa Meliling, Kecamatan
Kerambitan Tabanan. Pengurusan surat-suratnya diselesaikan oleh Bapak H. Mas
Djumhari. Alhamdulillah pembayarannya tidak ada masalah berkat bantuan
13

teman-teman diantaranya Bapak Dr. Hasjim Ning, yang membantu 25 juta, Bapak
Subur Karsono, Bapak Abdullah Bamasak dll..Peletakan batu pertama
dilaksanakan pada tgl. 27 Oktober 1993 (Ultah ke 3) oleh Bapak Dr. Hasjim Ning
dan do`a oleh Direktur Pondok Pesantren Darunnajah Bapak KH. Drs. Mahrus
Amin.
Bertepatan

dengan

kepulangan

dari

Mekah

tahun

1995,

selesai

pembangunan asrama putra dan hijrahlah para santriwan menuju lokasi baru di
Meliling, dengan ittiba' kepada Baginda Rasul Muhammad saw, maka proses
kepindahan dilakukan dengan jalan kaki sebagaimana Rasululloh saw hijrah ke
Madinah. Pada ulangtahun ke 6 asrama putri yang dibantu sepenuhnya oleh Bapak
H. Faisal Hashim selesai, dengan menelan biaya 52 juta dan mulai ditempati.
Program selanjutnya membuat sarana ibadah, proyek ini di biayai oleh Ibu Hj. Ari
Murti Rosarius dengan biaya 37 juta. Dan sarana Ibadah ini diresmikan tahun
1997 oleh Pangdam IX Udayana, Bapak Mayjen H. Adam Damiri, sejak itulah
diresmikan pula nama Ma`had Bali Bina Insani berikut Madrasah Tsanawiyah
Bali Bina Insani.
Program untuk membuat Darunnajah kecil di Bali mengharuskan
pembenahan management pendidikan, perekrutan guru-guru dari pondok
pesantren yang menerapkan sistem bahasa asing (Arab, Inggris) dalam
komunikasi sehari-hari seperti Darunnajah, Al-Ikhlas, Baitul Arqom. Begitu juga
pendirian Madrasah Tsanawiyah Bali Bina Insani tgl, 9 Agustus 1997 dengan
kepala madrasah pertama Ibu Ety Supriati, BA. Selama ini anak-anak belajar pada
sekolah-sekolah umum di luar pondok pesantren dengan segala problemanya
seperti transportasi, biaya tinggi dan masalah moralitas. Adanya lembaga formal
menyebabkan instansi terkait memberikan atensi seperti pendirian kantor, dibantu
oleh Depag dengan biaya 10 juta, perpustakaan dibantu oleh Depdikbud dengan
biaya 12,5 juta.
Pendirian madrasah Aliyah Bali Bina Insani tgl, 16 Juli 2000 dengan kepala
sekolah Bapak Karen, SPd. adalah merupakan jawaban atas tamatnya satu kelas
MTs. Bali Bina Insani untuk dapat melanjutkan pendidikan kejenjang lebih tinggi.
Setelah MTs dan MA berdiri maka berturut-turut dapat bantuan 6 bangunan kelas
dari Depdiknas senilai 180 juta dan penyelesaian asrama putri senilai 65 juta,
melalui Bapak H. Baedhowi, Sekjen Depdiknas yang sempat berkunjung ke
pondok pada saat melakukan sosialisasi tentang Komite Sekolah. Ruang belajar
14

MA dibantu oleh banyak pihak di antaranya satu ruangan dari Bapak H. Isfan
Fajar Satrio, putra Wakil Presiden, Bapak Tri Sutrisno. Satu ruangan dari Rotary
Club Nusa Dua. Dapur umum dari Ibu Hj. Siti Hardianti Indra Rukmana, putri
presiden RI Bapak H. Soeharto. Kebutuhan mes dan tempat tinggal guru yang
sudah berkeluarga dibangun oleh Ibu Hj. Ny. Soebechan Soekandar senilai 125
juta. Bangunan laboratorium MA senilai 80 juta serta ruang belajar MTs, dibantu
oleh Depag.
Pembenahan pada kurikulum terimbangi dengan penugasan Ustad Yuli
Saiful Bahri dkk. dari Darunnajah, Ustadzah Darmawati dkk. dari Al-Ikhlas, Ustad
Anton dkk. dari Al-Iman Gontor, Ustad Fauzi dkk. dari Nahdlatul Wathan Pancor,
Ustad Turoichan dkk dari Jawa Tengah dll. Mereka adalah sebagai pegasuh yang
siap 24 jam membimbing dan mengajar para santriwan/ti dengan nilai-nilai agama
khususnya bahasa Arab atau Inggris. Pendidik dari luar dengan merekrut guruguru dari sekolah umum negeri sebagai tenaga honorer di MTs dan MA tanpa
melihat idiologinya dengan tujuan agar pengalaman dan pencapaian kurikulum
terdapat keseimbangan.
Ada ketertarikan tersendiri bagi tamu luar yang berkunjung ke Pondok
Pesantren Bali Bina Insani misalnya Prof. Dr. Azyumardi Azra direktor UIN
Jakarta sangat respek terhadap 6 orang guru non muslim (pada waktu itu) yang
mengajar di pondok ini. Sebagai wujud Rahmatan Lil `Alamin, kata beliau. Begitu
juga ANTV pernah meliput seluruh kegiatan dalam 24 jam. Karena
ketertarikannya terhadap pelestarian kultur masyaraskat Bali di pondok di
antaranya dengan melakukan pembahasan kitab Ta`limul Muta`allim dengan
menggunakan bahasa Bali. Belum lagi kesiapan tidak berbeda dalam perbedaan,
sebagai wujud toleransi beragama, mengingat Pondok Pesanten Bali Bina Insani
berada dalam lingkup yang semua penduduk aslinya beragama Hindu.
Pengembangan pondok untuk memisahkan asrama putra dan asrama putri di
lakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak dikehendaki, memberikan rasa
aman pada orang tua dan untuk memudahkan menegement. Pelaksanaan program
ini dilakukan pada tahun 2004 dengan membebaskan tanah seluas 12 are dengan
harga 48 juta berlokasi tidak jauh dari asrama lama. Para donatur diantaranya Ibu
Hj. Swanita Ning yang menyumbang sebesar 14 juta. Untuk pembangunan
asramanya Depdiknas membantu sebesar 75 juta.
Perkembangan Pontren Secara Kelembagaan:
15

a) Panti Pondok Yatama La-Royba (1991-Sekarang)
b) Pondok Pesantren (Induk Lembaga) 1996-Sekarang
c) Madin Bali Bina Insani (1998-Sekarang)
d) Mts Bali Bina Insani (1997-Sekerang)
e) MA Bali Bina Insani (2000-Sekarang)
f) SMK TI Bali Bina Insani (2013-Sekarang)
g) TPQ Bali Bina Insani (2013-Sekarang)

2) Tujuan dan Program-Programnya
 Tujuan PP Bali Bina Insani terlihat pada visi dan misi nya sebagai berikut :
VISI
Menjadikan

Pondok

Pesantren

sebagai

sumber

ilmu

pengetahuan,

keterampilan dan peradaban dalam rangka mengabdi pada agama, bangsa dan
negara.
MISI
 Membentuk SDM yang unggul, berkualitas, berbudi luhur, berbadan sehat
dan berpengetahuan luas.
 Mewujudkan Islam sebagai Rahmatan Lil `Alamin dalam berbagai aktivitas
pengabdian kemasyarakatan.
 Bersahabat dengan semua umat tanpa melihat sekat baik etnis, geografis
dan ideologis.
 Menyiapkan warga negara yang berkepribadian Indonesia yang bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa.
 Program-Program PP Bali Bina Insani terlihat dari sistem kurikulum
pendidikan yang diterapkan dan berbagai ekstra kurikuler untuk pembekalan
baik dari segi pengalaman maupun segi keahlian (skill) para santrinya untuk
pengamalan ilmunya kedepan.
16

Kurikulum Pendidikannya sebagai berikut :
Kurikulum Pontren: Bayna Kholafy Wa Salafy yang disempurnakan Madrasah
berbentuk:
 Kurikulum 2006 Ktsp Plus Berkarakter Yang Disempurnakan Dengan
Metode Quantum Teaching And Learning
 Kurikulum 2013 +
Sedangkan Lembaga Formal & Ekstra Unggulan PP Bali Bina Insani dari
Madrasah Tsanawiyah – Madrasah Aliyah – SMK TI sebagai berikut :
 Pramuka
 Osis
 Pidato (Arab-Inggris)
 Sablon
 Kelas Unggulan (akselerasi great)
 Beladiri (Silat-Karate)
 Kajian Kitab Kuning
 Tahfidzul Qur’an (Juz 30, 3 Juz Lainnya)
 Magang Kerja / Job Training (Toko Surabaya, Hotel Alam Kulkul *4,
Purnama Jaya Garment, Mas/Acess Asia Holiday/Globalindo Tour &
Travel)
 KTI (Karya Tulis Ilmiah)
 Khitobah Wal Imamah
 Micro Teaching
 PPM (Kabupaten Buleleng-Amlapura-Jembrana)
3) Pelaksanaanya
Pelaksanaan program harian PP Bali Bina Insani, aktivitasnya dimulai semenjak
bangun tidur para santri sebagia berikut :


04.00-05.00 Tahajjud



05.00-05.25 Sholat Shubuh



05.25-06.00 Kajian Kitab Kuning



06.00-07.00 (MCK, Sarapan)



07.00-07.30 Piket, Pencerahan
17



07.30-10.10 Belajar formal di kelas



10.10-10.30 Bsholat Dluha



10.30-13.10 Belajar formal di kelas



13.10-13.45 Sholat Dzuhur dan Kajian Al Qur’an (tartil, tahfidz, tilawah)



13.45-14.25 Makan Siang



14.25-15.45 Belajar formal di kelas



15.45-16.25 Sholat ashar



16.25-17.45 Kegiatan ekstra



17.45-18.30 Mandi, tadarrus



18.30-20.00 Sholat maghrib, MADIN



20.00-22.00 makan malam, belajar mandiri



22.00-04.00 Tidur nyenyak

4) Hasil-Hasil yang dicapai
Prestasi-prestasi yang didapatkan semenjak 2013-2014 tingkat propinsi adalah
sebagi berikut :
 Juara I Pidato Bahasa Inggris (Aksioma) Tingkat Propinsi di Denpasar
 Juara II Pidato Bahasa Inggris – Pospeda di Denpasar
 Juara I Silat Kelas C Putri Pospeda di Denpasar
 Juara II Olimpiade Fisika MTS di Buleleng
 Juara IV LKBB Tingkat Propinsi diselenggarakan Oleh Universitas Hindu Bali
di Denpasar
 Juara III Jambore Pramuka Madrasah (Ma-Mts) di Tabanan
 Juara III Debat Bahasa Inggris – Bahasa Arab Kemenag di Klungkung
 Juara di Musabaqoh Syarhil Qur’an, MTQ 2014 di Buleleng
 Juara Favorite Lomba Akapela di Denpasar
 Juara Harapan Lomba Majalah Dinding Yang diselengarakan Oleh KNPI
5) Faktor Penunjang Dan Penghambat



Faktor Pendukung
18

a) Tawakkal dan ikhtiar
b) Kebersamaan pengurus pontren dan yayasan
c) Tasammuh kemasyarakatan yang berbuah positif, kita ada 17 guru hindu
d) Kepasrahan orang tua wali santri berbuah prestasi
e) Sedikit publikasi di http://www.ppbalibinainsani.com dan akun facebook



Faktor Penghambat

a) Secara umum adalah keuangan
b) Secara fisik adalah minimnya tukang pada saat diperlukan
c) Pemahaman konsep pondok pesantren dari para orang tua wali yang belum
penuh.

BAB III
ANALISA ( ANALISIS TERHADAP SELURUH MATERI KULIAH LAPANGAN)
Pondok Pesantren Bali Bina Insani mengadopsi sistem yang ada di Pondok Pesantren
Darusssalam, Gontor, Darunnajah Jakarta yaitu mencoba menerapkan komunikasi sehari-hari
dengan menggunakan bahasa arab dan inggris yang dibimbing langsung oleh Ustad dan
Ustazah yang menguasai bidang ini. Sistem ini diterapkan agar para santri dapat mengkaji
literatur klasik (kitab kuning) serta mempersiapkan mereka agar mampu memasuki pangsa
kerja sebagai guide di bidang kepariwisataan mengingat Bali merupakan primadona
wisatawan manca negara.
Para santri melakukan kegiatan seperti layaknya pondok-pondok pesantren di tempat
lain yaitu : mulai dari jam 04.00 pagi sampai dengan jam 10.00 malam. Dalam rentang
waktu tersebut mereka mengikuti kegiatan formal dan non formal. Kegiatan formal yaitu :
menuntut ilmu di Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang berada di kampus
Pondok. Sedangkan yang non formal mengikuti kegiatan-kegiatan yang bersifat kepondokan
yaitu : muhadoroh, muhadatsah, kepanduan (Pramuka), kajian-kajian kitab kuning serta

19

kursus-kursus. Kursus yang sedang dilaksanakan pada saat ini yaitu kursus otomotif kerja
sama antara Pondok dan LLK Tabanan (Depnaker).
Kajian-kajian terhadap kitab kuning salah satunya dengan menggunakan pengantar
Bahasa Bali yaitu : membahas Kitab Attargib wat tarhib, Ta’limul Muta’allim. Ini dilakukan
untuk memberikan bekal kepada santri agar mereka memahami Bahasa Bali serta tidak
tercabut dari akar dan tradisi masyarakat Bali.
Faktor yang dapat menunjang perkembangan pondok pesantren Bina Insani salah
satunya adalah faktor geografis, letak lokasi pondok berada di Bali yang mayoritas
masyarakatnya beragama Hindu, secara tidak langsung mendapat sorotan dari pemerintah,
seperti dari Departemen Agama maupun lembaga pemerintahan lainnya. Selain itu, riwayat
perkembangan pondok yang yang sudah lama, membuat kepercayaan para wali santri untuk
menitipkan anak-anaknya dipondok pesantren tersebut lebih besar, selain itu dengan para
pengajar yang profesional, bisa menghantarkan para santri untuk dapat meraih juara di
berbagai bidang perlombaan.
Faktor penghambat pertumbahan pondok pesanteren bina insani adalah perkembangan
masyarakat, yang mayoritas beragama Hindu. Walaupun toleransi beragama tetap dijalankan,
tetap saja ada kecurigaan maupun fikiran negatif masyarakat- masyarakat yang beragama
lain.
Masyarakat memberikan tanggapan posistif, sehingga dalam Yayasan Pondok
Pesantren Bina Insani dapat berkembang beberapa sekolah dari berbagai tingkatan, yaitu dari
mulai tingkat SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA, dan dari kesemuanya ada siswa atau
santrinya, dan mayoritas berasal dari Bali. Basic UIN Walisongo Semarang yang juga Islami,
memberikan potensi yang besar untuk dapat berkerjasama dengan Pondok Pesantren Bina
Insani, yaitu dengan cara menjadi tenaga pengajar dari Mahasiswa Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Walisongo Semarang.
Adapun faktor pendukung kegiatan kelompok II KKL Fakultas Dakwah dan
Komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Adanya fasilitas-fasilitas pendukung kegiatan kelompok II KKL Fakultas Dakwah dan
Komunikasi. Fasilitas yang dimaksud antara lain seperti fasilitas yang dibawa oleh
kelompok II KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi meliputi alat dokumentasi.
2. Dengan segenap ilmu dan pengalaman yang dimiliki kelompok II KKL Fakultas Dakwah
dan Komunikasi miliki.
Sedangkan Pondok Pesantren Inabah XIX Suryalaya dalam proses rahabilitasi dan
pendekatan, Santri yang akan mengikuti ritual ibadah yang telah di agendakan oleh para
20

Pembina, awalnya mereka akan ditanyakan secara detail dan lengkap data kesehatan mereka.
Para santri ini diperiksa secara medis untuk mengetahui penyakit apa yang dibawa saat
mereka sebelum masuk ke pondok Inabah XIX. Bukan hanya itu, para Pembina juga ingin
mengetahui seberapa besar ketergantungan mereka terhadap narkoba dan jenis narkoba yang
mereka gunakan.
Kebanyakan santri sekitar 44,4% santri telah mengkonsuumsi narkoba jenis sabu. Maka
Pembina akan mengetahui kebiasaan dari pecandu seperti ini. Dengan mengetahui semua itu
maka akan lebih mudah dalam penanganannya1 . Karena setiap narkoba memiliki ciri-ciri
atau dampak sendiri-sendiri. Dampak penggunaan narkoba seperti; imajinasi yang tinggi, rasa
ketakutan yang berlebihan atau kebiasaan yang biasanya dilakukan oleh para santri ini adalah
berbohong. Jika ciri-ciri salah satu santri adalah suka berbohong, maka dapat dipastikan
mereka adalah pengguna yang sudah kecanduan2 . Sesuai dengan tingkat berapa banyak
narkoba yang mereka telah salah gunakan.
Latar belakang mereka saat diwawancarai, mengapa memilih masuk pondok pesantren,
menyatakan bahwa mereka masuk pondok pesantren ada yang karena dirinya sendiri dan
kebanyakan dibawa oleh keluarga mereka. Faktor yang mempengaruhi seseorang untuk
menggunakan narkoba tentu bebeda-beda, yang berarti dari semua sisi narkoba mampu
mempengaruhi siapapun dan kapanpun. Bisa jadi karena factor individu, lingkungan bahkan
teman. Hasil wawancara yang kami lakukan, para santrai menyatakan bahwa kebanyakan
mereka memakai narkoba karena ikut-ikutan pergaulan dengan temannya.
Terapi pembinaan santri korban penyalahgunaan narkoba di pondok pesantren Inabah
XIX Surabaya khususnya dalam penerapan materi terapi dzikir ditempuh dalam minimal
waktu selama 6 bulan dan terkadang melihat dari standar kesembuhan anak bina. Bila anak
bina selama 6 bulan belum sembuh maka mereka masih mengikuti terapi dzikir yang ada.
Proses terapi dzikir yang diberikan terhadap anak bina korban penyalahgunaan narkoba ini
dilaksanakan setiap hari. Akan tetapi kebanyakan yang terjadi adalah santri yang baru 3 bulan
sudah mulai pulih dan tidak merasa kecanduan atau bisa dikatakan nafsu untuk menggunakan
narkoba telah hilang.
Salah satu metode terapi yang dilakukan mulai pagi pukul 02.00 WIB kemudian mandi,
memberikan efek kesegaran badan mereka. Yang mungkin sebelum masuk pondok pesantren
para santri dirumah mereka masih berkutat dengan bantal dan guling mereka. Akan tetapi di
pondok pesantren dibiasakan bangun pagi-pagi sekali dan melakukan mandi atau biasa
disebut mandi taubat. Selain itu mandi juga melawan kebiasaan buruk mereka yang sebelum
mereka masuk ke pondok sering tidak mandi.
21

Kegiatan lantas tidak berhenti setelah mandi kemudian kembali ke tempat tidur
mereka, akan tetapi santri diharuskan mengerjakan shalat sunah seperti shalat tahajud,
istikhoroh, dan witir. Sampai menjelang subuh tiba kondisi santriharus tetap berada ditempat
shalat untuk senantiasa berdzikir yang dipimpin oleh Mursyid(ustadz atau Pembina dari
pondok).
Sampai 3 atau 6 bulan, santri yang sudah hilang Progam pembinaan lanjutan ini rasa
ketergantungannya terhadap narkoba akan diserahkan dipembinaan lanjutan yang ada di Jl.
Benteng No.5. Suasana tetap sama dengan di Inabah XIX, akan tetapi santri lebih bebas
keeluar masuk pondok pesantren. Pembinaan lanjutan ini dilakukan untuk para ikhwan yang
telah selesai menempuh terapi di pondok pesantren Inabah XIX . Fungsi dari terapi dzikir
lanjutan adalah bisa dikatakan sebagai santri atau anak bina Pondok Pesantren Inabah XIX
Surabaya yang baru selesai menjalani terapi dzikir, yaitu diibaratkan bagaikan tumbuhan
yang keluar kuncupnya sehingga perlu dilakukan penyiraman secara terus menerus untuk
menumbuhkan kekokohan jiwanya. Namun bagi anak bina yang tidak mengikuti terapi dzikir
lanjutan masih sangat rentan untuk kembali terjun dan terjerumus dalam komunitas narkoba.
Alasan kenapa anak bina bisa terjerumus lagi dalam lembah narkoba yang hina,
dikarenakan rasa candu yang amat sangat. Bagi para pecandu narkoba tidak lagi
mengkonsumsi narkoba merupakan hal yang berat yang harus ditempuh, karena mereka
sudah kecanduan. Progam lanjutan itu berupa majlis dzikir rutin dan manaqiban yang
diadakan sebulan sekali di Ahad yang kedua. Majlis dzikir dilakukan oleh seluruh jama’ah
KH. Muhammad Ali Hanafiah Akbar. Selain ikhwan peserta yang mengikuti majlis dzikir
tersebut, banyak dihadiri oleh warga sekitar dan dari luar kota. Dikarenakan KH. Muhammad
Ali Hanafiah Akbar selaku Pembina Koordinator Wilayah Timur Indonesia, maka jama’ah
yang menghadiri sangat banyak.

22

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Serangkaian kegiatan KKL mulai pemberangkatan hingga kembali ke kampus telah
terlaksana. Kami dari kelompok II KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi merasa
bersyukur dapat melaksanakan KKL tersebut. Berbagai kegiatan, mulai dari studi
outcampus bersama Pondok Pesantren Annaba’Surabaya dan bersilaturahmi serta belajar
melihat lingkungan Islam yang berkembang ditengah-tengah masyarakat mayoritas
Hindu yaitu pondok Pesantren Bali Bina Insani “La Royba”. Meskipun demikian, pasti
masih ada kekurangan dalam kegiatan-kegiatan KKL yang telah laksanakan.
Kesimpulan yang kami dapatkan dari kegiatan KKL antara lain sebagai berikut:
1. KKL dengan menggunakan metode PAR (Partisipation Action Research) dapat
dijadikan pembelajaran yang efektif bagi mahasiswa untuk mengadakan perubahan di
masyarakat. Pada semester ini KKL Fakultas Dakwah dan Komunikasi dilaksanakan
di Kota Surabaya dan Pulau Bali. Hal ini sangat relevan dengan kebutuhan ilmu yang
diinginkan mahasiswa UIN Walisongo ini. Dimana mahasiswa membutuhkan
kiblatnya untuk memfungsikan keilmuan yang dimiliki secara optimal dan
menjadikan pribadi mahasiswa sebagai icon yang membangun kultur kehidupan
23

masyarakat di zaman yang banyak tantangan seperti ini. Di tengah rusaknya moral
sebagian masyarakat, mahasiswa akan menjadi tokoh penggerak dan pelestari kultur
budaya luhur masyarakat yang semakin pudar.
2. Mahasiswa belajar di kampus sebagian besar adalah teori. Kegiatan KKL akan
membantu mahasiswa agar dapat mengaktualisasikan dan mengimplementasikan
ilmunya untuk kemaslahatan dan problem solving ummat. Ilmu dari kampus, baik
ilmu organisasi maupun ilmu akademik sangat dinanti untuk di aktualalisasikan.
Sehingga ilmu itu akan semakin berkembang dan maju.
3. KKL bagi mahasiswa merupakan sebuah keniscayaan dan keharusan. KKL memilki
dampak positif, bagi mahasiswa yang menjalankannya dan masyarakat ketika kembali
nanti. Bagi mahasiswa KKL adalah salah satu sebagai bekal kehidupan
bermasyarakat. Mahasiswa juga bagian dari masyarakat. Sudah barang tentu belajar
bermasyarakat sangat dibutuhkan sebelum mereka benar-benar terjun bermasyarakat
setelah lulus nanti.
B. Saran
Kami selaku mahasiswa pelaksana kegiatan KKL kali ini memberikan saran
sebagai berikut:


Harapan bagi panitia KKL agar kedepannya lebih diperjelas dan diperinci tentang
penerapan atau aplikasi KKL dengan metode yang akan diterapkan.



Harapan bagi panitia KKL berikutnya agar bisa melanjutkan penerapan metode
tahun lalu yang sudah ada dan bisa ditingkatkan kembali.

C. Kata Penutup
Demikianlah laporan kegiatan KKL kelompok I jurusan Manajemen Dakwah
konsentrasi Manajemen Bisnis Islam yang telah kami selesaikan. Tentu dalam hal ini
masih ada kekurangan dari kami dalam kegiatan tersebut. Kami akan menerima saran
dan kritik dari semua pihak demi terwujudnya kegiatan-kegiatan KKL yang lebih baik ke
depannya nanti.

Semarang, 12 Desember 2014
Hormat kami,

Kelompok I KKL Bimbingan Penyuluhan Islam Konsentrasi Sosial
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Walisongo Semarang
Tahun 2015
24

Koordinator

Sekretaris

Syihabuddin Najih
NIM. 121 111 099

Mengetahui,
Dosen Pembimbing KKL

Ketua Jurusan Manajemen Dakwah

Dr Ali Murtadlo, M.Pd.
NIP. 19690818 199503 1 001

Dra. H. Maryatul Qibtiyyah, M.Pd
NIP. 19730427 199603 1 001

DAFTAR PUSTAKA
Rahman, Afzalur. 1995. Doktrin Ekonomi Islam. Jakarta : Dana Bhakti Waaf.
Tim Penyusun. 2014. Panduan Teknis: Pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) dan
Praktek Pengalaman Lapangan (PPL). Semarang : Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
“Analisis
“Pondok Pesantren Bali Bina Insani Tabanan Bali”, http://www.rumahkitab.com/profilpesantren/pondok-pesantren-bali-bina-insani-tabanan-bali.html. Kamis, 11 Desember
2014, 11:14.

25

LAMPIRAN

A) Ponpes AL-Inabah XIX Kota Surabaya

26

27

28

B) Pondok Pesantren Bali Bina Insani Tabanan Pulau Bali

29

Tarian Siswa putri MA

30

31