TUGAS PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

TUGAS
PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS
PERANCANGAN PRODUK MEJA PORTABEL

OLEH:
AHMAD EKO PRASETYO (12.01.0.036)
EDI WAHYUDI (12.01.0.038)
RAHMAT SOFIAN (12.01.0.048)
WARDIN SINAGA (12.01.0.074)
DOSEN:
VERA METHALINA AFMA, ST, MT

TEKNIK INDUSTRI
UNIVERSITAS RIAU KEPULAUAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa turut bekerja dalam
segala aktivitas kita sebagai umat-Nya, khususnya pada penyelesaian tugas ini.
Terima kasih kepada dosen mata kuliah Pemodelan Sistem yang telah memberikan
arahannya kepada kami untuk penyusunan tugas makalah ini, terima kasih untuk semua

pihak yang memberikan arahan dalam penyusunan tugas makalah ini, dan terima kasih
kepada teman - teman yang senantiara turut bekerja sama memberikan masukan maupun
kritikan yang membangun serta mendukung untuk menyelesaikan tugas makalah ini. Tugas
ini sangatlah jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritikan dan saran dari berbagai pihak
sangatlah kami harapkan untuk kesempurnaan tugas - tugas kedepannya.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Permintaan Notebook dan Laptop meningkat dari tahun ke tahun. Berdasarkan data

dari perusahaan riset pasar, Industry Review, pertumbuhan penjualan komputer di
Indonesia akan tumbuh sebesar 20,8% per tahun sampai dengan tahun 2015.
Pertumbuhan pasar komputer ini juga akan diikuti dengan perubahan gaya hidup di
mana interaksi manusia dengan perangkat komputer akan semakin intens. Karenanya
timbul permintaan akan sebuah alat bantu yang berfungsi untuk meletakkan dan memegang
perangkat komputer jinjing (notebook, netbook, tablet) saat dipakai untuk jangka waktu
yang lama.

Sifat dari perangkat komputer jinjing yang sangat mobile membuat permintaan akan
sebuah perangkat meja portabel yang mobile ikut berkembang. Pemakai komputer jinjing
tidak lagi membutuhkan meja komputer yang besar dan sulit untuk berpindah tempat.
Perangkat meja portabel ini juga harus mampu mengakomodasi dan mewakili gaya
hidup pemakai komputer yang semakin dinamis. Jika ditilik dari gaya hidup pemakai
komputer jinjing yang kebanyakan berada di usia produktif yang fashionable maka aspek
estetis harus mendapat perhatian untuk mengkomodasi hal tersebut.
1.2

Definisi Proyek Perancangan
Proyek perancangan ini bermaksud merancang sebuah produk meja portabel yang

memberikan sarana bagai pemakai notebook dan tablet sebuah perangkat tambahan untuk
bekerja ataupun bermain.
Sasaran binis yang dituju adalah memenuhi permintaan pasar dari pengguna
notebook maupun tlaptop sejumlah 750.000 per tahun.

Pasar utama adalah pemakai notebook dan laptop dengan mobilitas tinggi. Pasar
sekunder adalah pengguna rumahan yang ingin mendapatkan tambahan fleksibilitas dan
fungsionalitas dari perangkatnya saat berada di rumah.

1.3

Tim perancang
Tim perancang beranggotakan empat orang :

1.

Ahmad Eko Prasetyo

2.

Edi Wahyudi

3.

Rahmat Sofian

4.

Wardin Sinaga


1.4

Jadwal dan Tahap Perancangan Produk.

Perancangan produk meja potabel ini dibagi menjadi menjadi enam tahap yaitu:
1.

Pengumpulan customer needs dan perumusan masalah dan spesifikasi desain

2.

Pembuatan konsep desain

3.

Review dan approval konsep desain

4.


Pembuatan gambar 3D/2D

5.

Review dan approval gambar 3D/2D

6.

Pembuatan purwarupa (prototype)

Pernyataan misi – Mission Statement

BAB II
PEMBAHASAN
3.1

Bill of Materials
Bill of Material (BOM) adalah definisi produk akhir yang terdiri dari daftar item,

bahan, atau material yang dibutuhkan untuk merakit, mencampur atau memproduksi

produk akhir.
BOM terdiri dari berbagai bentuk dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
BOM dibuat sebagai bagian dari proses desain dan digunakan oleh manufacturing
engineer untuk menentukan item yang harus dibeli atau diproduksi. Perencanaan
pengendalian produksi dan persediaan menggunakan BOM yang di-hubungkan dengan
master production schedule, untuk menentukan release item yang dibeli atau
diproduksi.
Bila ditinjau dari komponen-komponen penyusun produknya, BOM dibedakan
menjadi dua macam: Single Level Bill of Material dan Multilevel Bill of Material. Bill of
Materials (BOM) merupakan daftar yang memuat semua komponen yang dibutuhkan dalam
pembuatan sebuah produk. Bill of Materials dari meja portabel dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

3.2

Evaluasi Rancangan Awal

2.2.1

Tinjauan Produk

Review terhadap desain awal menghasilkan beberapa catatan dan permintaan

perbaikan yang meliputi:
1. aspek fungsionalitas meja ditambah dengan menambahkan sebuah meja tambahan
di bagian kaki kanan
2. warna produk dibuat lebih atraktif dengan aksen merah pada meja kanan
3. ketajaman sudut-sudut dikurangi dengan mengubah dimensi round menjadi R3
4. ketinggian meja dinaikkan menjadi 250 mm lebih tinggi 30 mm dibanding desain
awal dan produk-produk dipasaran.

2.2.2

Modifikasi Bentuk Produk
Berikut adalah desain setelah review pertama. Perubahan dilakukan pada meja

kanan dimana warnanya menjadi merah untuk memberikan aksen dinamis dan kuat.
Perubahan tinggi produk hanya dilakukan pada kerangka utama selanjutnya
komponen-komponen yang mengambil referensi terhadap kerangka utama akan berubah
secara otomatis. Jadi dengan konsep top down design ini perubahan major tidak dilakukan
per komponen.

Untuk menambahkan fungsionalitas maka pada kaki kanan ditambah dengan sebuah
meja kecil yang bisa dipakai untuk menempatkan gelas, buku dan peralatan lainnya yang
dibutuhkan saat beraktivitas. Stopper bagi meja tambahan ini memanfaatkan struktur
penguat pada kaki kanan.
Sebuah ceruk kecil fungsional mencegah gelas, barang-barang bundar ataupun yang
mudah tergelincir agar tetap berada di tempat. Ceruk kecil ini sekaligus memberikan aksen
pemanis.

Perancangan Produk – Modifikasi desain berdasarkan hasil review

2.2.3

FMEA Proses
Dari segi proses pembuatan juga terdapat kemungkinan untuk terjadinya kegagalan

dalam membuat produk yang diakibatkan oleh kesalahan operator, kerumitan desain
ataupun kesulitan dalam proses pembuatan. Hasil analisanya berupa FMEA Proses seperti
pada gambar berikut ini.

Production process FMEA

Berdasarkan analisa FMEA di atas maka proses Cutting dan Drilling diperbaiki
dengan membuat stopper dan jig untuk menghindari kesalahan pemotongan dan
pelubangan. Pembuatan stopper dan jig mampu menurunkan kemungkinan kesalahan
secara signifikan.
3.3
2.3.1

Pemberian bentuk Produk / Embodyment
Pembuatan Kerangka Desain
Untuk mempermudah modifikasi, kolaborasi dan pembuatan varian produk maka

dipakai konsep Top Down Design. Dengan Top Down Design, desain produk dikontrol oleh
sebuah kerangka (skeleton) yang menjadi acuan bagi semua komponen yang menyusun
produk kecuali komponen-komponen umum seperti mur-baut dan engsel.
Top Down Design mencegah terjadinya overlap antara komponen-komponen ketika
suatu bagian atau komponen mengalami perubahan desain. Perubahan yang dilakukan
terhadap suatu komponen yang dilakukan melalui kerangka acuan akan menyebabkan
komponen-komponen lainnya mengikuti sesuai dengan hubungan yang sudah ditetapkan
dalam kerangka.


Desain yang kokoh dan perilakunya terprediksi harus disusun dari dimensi-dimensi
yang kuat (strong dimensions) dan hubungan induk anak (parent-child relationship) yang
menggambarkan arah desain. Karena itu cara pemberian ukuran dan referensi dasar yang
dipilih tidak bisa dilakukan secara serampangan. Dimensi yang sama tetapi mengambil
referensi dasar berbeda akan berperilaku berbeda ketika salah satu dimensinya dirubah.
Desain meja portabel ini dirancang terdiri dari lima komponen utama, yakni: 1)
meja kiri, 2) meja kanan, 3) kerangka, 4) kaki kiri, 5) kaki kanan dan 6) laci. Dari keenam
komponen utama tersebut selanjutnya dirancang komponen-komponen pendukung yang
diperlukan untuk menunjang fungsi dari masing-masing komponen utama tersebut

Kerangka konsep meja

2.3.2

Perancangan Bentuk 2 Dimensi
Berdasarkan komponen utama di atas dirancang produk dengan struktur 3D seperti

pada gambar di bawah ini.

Perancangan Produk 2D – Meja portabel tampak atas


Perancangan Produk 2D – Meja portabel tampak depan – belakang

Perancangan Produk 2D – Meja portabel tampak kanan - kiri

2.3.3

Perancangan Bentuk 3 Dimensi
Berdasarkan komponen utama di atas dirancang produk dengan struktur 3D seperti

pada gambar di bawah ini.

Peran
cangan Produk 3D – Meja portabel tampak atas

Peran
cangan Produk 3D – Meja portabel tampak bawah

BAB III
ANALISA DATA
3.1

Konsep Produk
Produk mempunyai dua aspek, yakni fungsi produk dan bentuk fisik produk. Fungsi

produk merupakan uraian yang menggambarkan perilaku sebuah produk yang diperlukan
untuk memenuhi syarat-syarat teknis.
Fungsi menggambarkan apa yang dilakukan produk, sedangkan bentuk fisik
(konsep) menggambarkan bagaimana produk melaksanakan fungsi tersebut. Dengan kata
lain, bentuk mengikuti fungsi, atau bisa juga dikatakan apa dulu lalu bagaimana.
Bentuk fisik produk dapat diurakan menjadi menjadi komponen-komponen.
Selanjutnya masing-masing itu dapat diuraikan lagi menjadi sub-komponen atau elemen
dan seterusnya hingga sampai pada sub komponen dengan fungsi tunggal.
3.1.1

Metode Analisa Fungsi
Titik awal dari metode ini adalah dengan terlebih dahulu memfokuskan diri pada

apa yang ingin dicapai oleh desain baru, bukan bagaimana. Cara paling mudah untuk
mengekspresikan hal ini adalah dengan cara menggambarkan produk baru sebagai sebuah
kotak hitam yang mengubah input tertentu menjadi sebuah output yang diinginkan. Kotak
hitam memiliki semua fungsi yang diperlukan untuk mengubah input menjadi output yang
diinginkan.
Penting untuk memastikan semua input dan output yang dibutuhkan sudah
dimasukkan dalam daftar desain. Semua input dan output itu biasanya dikategorikan
menjadi energi, informasi dan material. Dalam hal ini, fungsi utama dari meja portabel
FlipTab adalah menahan beban perangkat yang diletakkan di meja portabel.

Fungsi keseluruhan sistem
Fungsi yang dikaitkan dengan aliran material dikelompokkan menjadi tiga jenis,
yakni (1) aliran tembus, (2) aliran konvergen dan (3) aliran divergen. Aliran tembus adalah
proses yang tidak mengubah jumlah material, tetapi hanya mengubah bentuk atau posisi
yang dilukiskan dengan kata kerja mengangkat, memindahkan, memegang, menumpu,
menggerakkan, memutar, memandu, dll. Aliran konvergen adalah proses memecah atau
memisahkan material menjadi dua bagian atau lebih. Aliran divergen adalah proses adalah
proses penggabungan material.
Berdasarkan kategori tersebut maka fungsi keseluruhan dari meja portabel adalah
aliran tembus di mana meja berfungsi sebagai pemegang, penumpu dan pemutar bendabenda di atasnya serta penyimpan benda-benda kecil.

Penguraian fungsi keseluruhan menjadi sub-fungsi dan solusi
Metoda analisa fungsi bisa juga dilakukan berdasarkan urutan pemakaian atau
proses pengoperasian seperti digambarkan pada gambar 4. Setelah fungsi diuraikan dengan
teliti dan runut, maka masing-masing fungsi tersebut dicarikan solusinya.
Sebagai contoh fungsi mengatur kemiringan meja membutuhkan beberapa kompnen
untuk menjalankan fungsi tersebut seperti yang terlihat pada gambar berikut.

Struktur fungsi berdasarkan urutan proses pemakaian
Struktur fungsi di atas bisa diuraikan lagi sehingga akhirnya diperoleh tabel struktur
fungsi yang nantinya bisa dipakai untuk menentukan morfologi produk. Dari struktur
fungsi diatas ada tiga fungsi utama yang membutuhkan penguraian lebih detil yaitu, (1)
Mengatur Kemiringan Meja, (2) Menahan Beban Perangkat, (3) Menyimpan Alat-Alat
Kecil.
Proses mengatur kemiringan meja jika diuraikan lebih lanjut hasilnya akan tampak
seperti gambar di bawah ini. Dari uraian fungsi di bawah ini diperlukan lima buah
komponen untuk melakukan fungsi mengatur kemiringan meja.

Uraian fungsi mengatur kemiringan meja
Proses menahan beban perangkat saat pemakaian jika diuraikan hasilnya akan
tampak seperti gambar berikut ini. Dari uraian fungsi tersebut diperlukan empat komponen
utama untuk melakukan fungsi menahan beban perangkat. Komponen-komponen utama ini
nanti bisa dibuat lebih detil pada saat pembuatan desain konsep pada tahapan CAD.

Uraian fungsi menahan beban perangkat
Proses Menyimpan/Mengambil Alat-alat jika diuraikan hasilnya akan tampak
seperti gambar berikut ini.

Uraian fungsi menyimpan dan mengambil peralatan di dalam laci

Berdasarkan uraian sub-fungsi di atas maka diperoleh tabel matrik fungsi sebagai berikut:

Perancangan Produk – Matriks fungsi meja portabel
3.1.2

Metode Morfologi
Setelah fungsi diuraikan menjadi sub-sub fungsi maka dengan metode morfologi

bisa ditemukan alternatif-alternatif konsep produk. Metode morfologi menggunakan
metode yang sistematik dan prosedur yang mudah diikuti. Langkah-langkahnya diuraikan
sebagai berikut:
1. untuk setiap sub fungsi tunggal (tak teruraikan) dicari solusi sebanyak-banyaknya.
Solusi-solusi tersebut merupakan sebuah mekanisme yang dapat menjalankan subsub fungsi tersebut.
2. untuk menentukan alternatif-alternatif konsep produk maka dibentuklah kombinasikombinasi solusi. Setiap kombinasi terdiri dari satu solusi yang tak teruraikan dari
sub-sub fungsi.
3. kombinasi dari solusi-solusi digambar pada matriks morfologi sehingga secara
visual alternatif produk langsung terlihat seperti pada tabel berikut ini.

Perancangan Produk – Matriks morfologi meja portabel
Secara garis besar, produk meja portabel ini dibagi menjadi dua kelompok besar
yakni kelompok bahan kayu dan kelompok bahan plastik. Bahan kayu relatif mudah
didapatkan akan tetapi produktivitasnya sangat rendah jika dibandingkan dengan produk
dari plastik.
Produk dari bahan kayu membutuhkan proses material removal sedangkan produk
dari bahan plastik dibuat dengan cara pencetakan (molding). Meski produktivitasnya tinggi
tetapi produk dari bahan plastik membutuhkan investasi yang sangat mahal untuk
pembuatan molds.

Kombinasi fungsi untuk menghasilkan alternatif produk
Untuk mempermudah pemilihan konsep atau alternatif solusi dari banyak pilihan
yang tersedia diakukan proses skoring dengan metode weighted criteria seperti pada tabel
di bawah ini.

Evaluasi alternatif konsep produk dengan metode weighted criteria.

Berdasarkan tabel di atas maka dipilih konsep produk nomor 3. Konsep nomor 3
adalah produk meja portabel dengan perincian:
1. Meja terbuat dari kayu solid
2. Kaki terbuat dari kayu solid dengan bukaan ke samping
3. Penahan terbuat dari kawat baja yang bisa diturunkan saat tidak dipergunakan
4. Engsel pemutar meja adalah engsel lebar
5. Laci terbuat dari kayu
Pemilihan konsep nomer 3 selain berdasarkan aspek fungsionalitas berdasarkan
atribut produk juga mempertimbangkan unsur investasi. Produk dari bahan kayu tidak
memerlukan investasi alat-alat ataupun mesin-mesin baru karena bisa memakai mesinmesin peralatan yang sudah ada.
Konsep nomor 4 yang terbuat dari bahan plastik layak dipertimbangkan jika
perusahaan memiliki cukup modal untuk pembuatan mold. Produk dari bahan plastik
memiliki produktivitas yang sangat tinggi jika dibandingkan dengan produk dari bahan
kayu. Ini adalah sifat alami dari proses produksi antara proses penghilangan material
dengan pemesinan (material removal process) dengan proses pencetakan (injection
molding process). Selain itu keunggulan dari produk-produk berbahan plastik,
sambungannya bisa memakai sistem snap fit sehingga mengurangi jumlah komponen
maupun kerumitan perakitan.
3.1.3

FMEA Sistem
FMEA Sistem menunjukkan bahwa sistem penyangga dan penumpu merupakan

sistem yang sangat kritis dan vital sehingga harus mendapat perhatian lebih dalam proses
desain.

FMEA Sistem meja portabel
3.1.4

FMEA Desain
Produk meja ini terdiri dari enam komponen utama (parent component) yaitu: 1)

Kerangka, 2) Laci, ) Meja Kanan, 4) Meja Kiri, 5) Kaki Kanan, 6) Kaki Kiri. Selanjutnya
keenam komponen utama tersebut dianalisa mode kegagalannya dari sudut pandang desain.
Hasilnya seperti pada gambar berikut ini.

FMEA Desain meja portabel
Berdasarkan analisa FMEA di atas maka fokus desain adalah pada desain/konstruksi
kaki yang potensi patah cukup besar. Untuk mengatasi hal tersebut maka ukuran pin yang
berfungsi sebagai poros dan pengencang diperbesar ukurannya menjadi berdiameter 10
mm.
Sementara itu untuk mencegah peralatan tergelincir dari atas meja saat dimiringkan
maka ditambahkan sebuah stopper. Stopper ini terbuat dari baja tahan karat dengan
pengunci dari karet. Untuk memperkuat penahaan terhadap peralatan maka stopper
didesain berbentuk huruf L terbalik jika dilihat dari arah samping.
Leave a comment Posted in Rekayasa Manufaktur Tagged failure mode and effect
analysis, FMEA, matriks fungsi, metode analisa fungsi, metode kotak hitam, morfologi
produk, perancangan produk

3.2

Operation Process Chart (OPC)
Peta proses operasi merupakan peta yang menggambarkan proses operasi secara

keseluruhan baik dari proses pembuatan sampai dengan proses perakitan. Namun untuk
peta proses perakitan merupakan peta yang menggambarkan kegiatan atau aktivitas proses
perakitan dari komponen satu dengan komponen lainnya sampai menjadi komponen yang
utuh atau produk jadi.

3.3

Peta Manusia dan Mesin
Peta manusia mesin merupakan peta yang menunjukkan hubungan waktu kerja

antara siklus kerja operator (pekerja dan siklus operasi dari mesin atau fasilitas kerja
lainnya yang ditangani oleh pekerja dan mesin yang bekerja secara bergantian. Dapat
dikerjakan dengan metode motion study yaitu merekam pekerjaan manusia, sehingga akan
terlihat aktivitas mana yang dikerjakan manusia (gerakannya) dan aktivitas mana yang
dikerjakan mesin. Hubungan yang terjadi antara pekerja dan mesin tersebut :


Operator bekerja-mesin menganggu



Operator menganggur-masin bekerja



Operator bekerja-mesin bekerja



Operator menganggur-mesin menganggur

Pekerjaan
:
Nama Mesin
:
Nama Pekerja
:

Pekerja
Menyiapkan raw
material
Mengukur material
Pemotongan
material

Pekerjaan
:
Nama Mesin
:
Nama Pekerja
:

Pemotongan
Kayu
Gergaji/Sircle

Orang
Wakt
u

Dipetakan oleh
:
Tanggal dipetakan
:
Mesin
Lamba
ng

2
4
6

Pengecatan
Kompresor Car

Gergaji
Menunggu
Menunggu
Memotong
material

Waktu
2
4
6

Lamba
ng

Pekerja
Menyiapkan Produk
Meja
Menempatkan meja
Pengecatan meja

3.4

Orang
Wakt
u
2
2
5

Dipetakan oleh
:
Tanggal dipetakan
:
Mesin
Lamba
ng

Kompresor Cat
Menunggu
Menunggu
Mengecat Meja

Waktu

Lamba
ng

2
2
5

ARC Dan AAD
Activity Relationship Chart atau Peta Hubungan Kerja kegiatan adalah aktifitas

ataukegiatan antara masing-masing bagian yang menggambarkan penting tidaknya
kedekatanruangan. Dalam suatu organisasi pabrik harus ada hubungan yang terikat antara
suatukegiatan dengan kegiatan lainnya yang dianggap penting dan selalu berdekatan
demikelancaran aktifitasnya. Oleh karena itu dibuatlah suatu peta hubungan aktifitas,
dimanaakan dapat diketahui bagaimana hunbungan yang terjadi dan harus dipenuhi
sesuaidengan tugas-tugas dan hubungan yang mendukung. Dalam literatur lain juga
disebutkan bahwa Activity relationship chart (ARC) adalah peta yang menggambarkan
tingkat hubungan antar bagian-bagian atau kegiatan yangterdapat dalam suatu perusahaan
industri. Setiap kegiatan atau aktivitas dalam industrimanufaktur saling berhubungan antara
satu dengan yang lainnya, bahwa setiap kegiatanitu perlu tempat untuk melaksanakannya.
Kegiatan tersebut berupa aktivitas produksi, pelayanan kebutuhan karyawan, administrasi,
inventory, dan lain sebagainya. Oleh sebabitu maka dalam perencanaan tata letak fasilitas
harus dilakukan penganalisaan yangoptimal untuk mencegah adanya penghamburan waktu
dan biaya akibat harusterselenggaranya suatu aktivitas. Teknik untuk menganalisa
hubungan antar aktivitasyang ada adalah dengan menggunakan Activity relationship chart
(ARC). Teknik ini dikemukakan oleh Richard Muthe yang mengatakan bahwa “ Hubungan
antar aktivitas ditunjukan dengan tingkat kepentingan hubungan antar aktivitas “.
Manfaat ARC yaitu:



Menunjukkan hubungan satu kegiatan dengan yang lainnya serta alasannya.
Memperoleh suatu landasan bagi penyusunan daerah selanjutnya.

Area Allocation Diagram (AAD) merupakan kelanjutan dari ARC dimana dalam
ARC diketahui kesimpulan dari tingkat kepentingan antar aktivitas. Maka dengan demikian
berarti bahwa ada sebagian aktivitas harus dekat dengan aktivitas yang lainnya dan juga
sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan antar aktivitas mempengaruhi
tingkat kedekatan antar tata letak aktivitas tersebut. Kedekatan tata letak aktivitas tersebut
dapat dilihat dalam Area Allocation Diagram (AAD). AAD merupakan gambaran layout
secara global yang menggambarkan hubungan kedekatan antar departemen dengan skala
ukuran luas lantai yang sebenarnya. Input dari pembuatan AAD ini adalah Area Relation
Diagram dan data luas lantai setiap departemen. Ukuran setiap departemen pada AAD akan
disesuaikan dengan luas lantai dan penataletakan awal pada ARD yang telah terbentuk

Layout Pabrik
1.
2.
3.
4.
5.

Pos Security
Area Parkir
Kantor HRD
Gudang Penyimpanan
Lantai Kerja Produksi

Layout Lantai Kerja Produksi
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Material mentah
Meja potong
Area perakitan dan penghalusan
Area pengecekan
Area pengecatan
Area pengeringan
Menuju ke gudang penyimpanan

3.5

Analisa Kebutuhan Konsumen

3.5.1

Riset Pasar (Konsumen)
Dalam usaha untuk mengetahui kebutuhan konsumen dilakukan survei dan

kuesioner terhadap pengguna notebook dan tablet. Setidaknya ada 22 kebutuhan konsumen
dari sebuah meja portabel. Dari 22 kebutuhan ini bisa dirangkum ke dalam enam atribut
produk meliputi:
1. Mobilitas,
2. Reliabilitas dan perawatan,
3. Fungsionalitas,
4. Keamanan,
5. Fleksibilitas,
6. Estetika,
7. Harga.
Dari tujuh atribut produk ini responden kemudian diminta untuk memberikan skor
terhadap dua buah produk meja portabel yang sudah ada di pasaran. Hasil selengkapnya
bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Customer Voice – Keinginan dan Kebutuhan Konsumen
Dari tabel tersebut bisa disimpulkan bahwa sampai saat ini belum ada produk yang
memenuhi kebutuhan pengguna perangkat komputer jinjing jika dilihat dari rata-rata skor
yang didapat. Produk yang ada sekarang baru sebatas tempat meletakkan perangkat
komputer jinjing.
3.5.2

Riset Pasar (Produk Pesaing)
Berdasarkan pengamatan ke beberapa toko buku dan peralatan kantor, Produk 2

merupakan produk laris dan banyak dicari oleh konsumen. Yang menjadi daya tarik adalah
kekuatan dan kekokohannya karena terbuat dari kayu solid.
Dari segi estetis, produk pesaing memakai gambar-gambar tokoh komik dan film
animasi populer seperti Superman, Batman, Barbie, Upin & Ipin dan Shaun The Sheep.
Gambar-gambar tersebut ditempelkan dan dilaminasi secara sederhana ke meja.

3.5.3

Quality Function Deployment
Hasil survei di atas selanjutnya dijadikan acuan dalam mendisain produk meja baru

yang memiliki keunggulan komparatif. Rangkuman suara konsumen yang berupa product
attributes selanjutnya dijadikan kuesioner untuk menentukan prioritas atau derajad
kepentingannya di mata konsumen. Hasilnya seperti tercantum dalam tabel berikut ini.

Peringkat Product Attibutes di mata konsumen
Berdasarkan data-data kualitas produk pesaing, product attributes yang diinginkan
konsumen dan derajad kepentingannya, maka disusun matriks Quality Function
Deployment sebagai pedoman untuk membuat produk baru yang lebih unggul dari para
pesaing.

Perancangan Produk – Quality Function Deployment
Fitur sandaran mendapatkan poin tertinggi dibanding fitur-fitur lainnya, yakni 320.
Maka berdasarkan hasil QFD di atas maka produk baru akan berfokus pada desain meja
yang memiliki sandaran yang bisa diatur kemiringannya untuk mengakomodasi konsumen
yang memakai perangkat tablet PC.
Produk-produk meja portabel yang ada sekarang hanya berupa alas datar tanpa
sandaran karena memang didesain untuk aktivitas yang tidak melibatkan tablet PC.
Beberapa produk memiliki desain meja miring akan tetapi kemiringannya tidak bisa diatur.
Fitur lain yang mendapatkan poin tinggi adalah laci. sebagian besar konsumen juga
menginginkan adanya laci pada meja untuk menempatkan barang-barang kecil seperti
flashdisk, screw driver set, power bank, dll.
Laci menjadi sangat penting karena berdasarkan survei, pengguna meja portabel
seringkali kerepotan mencari barang-barang yang disebutkan di atas akibat terserak dan
tidak adanya tempat khusus.