Laporan Praktikum Biokimia Karbohidrat (1)
Laporan Praktikum Biokimia : Karbohidrat
Pendahuluan
Biomolekul karbohidrat merupakan golongan utama bahan organik, dan ditemukan
pada semua bagian sel, terutama pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan paling banyak
mengandung karbohidrat, 50-80% bobot kering sel yaitu karbohidrat selulosa.
Karbohidrat juga merupakan komponen gizi utama bahan makanan yang berenergi
lebih tinggi dari biomolekul lain. Satu makromolekul karbohidrat adalah satu
polimer alam yang dibangun oleh monomer polisakarida. Kedudukan karbohidrat
sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai
sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah
penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya mengubah
karbohirat (glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida untuk menghasilkan
energi. (Hawab 2004).
Karbohidrat sebenarnya merupakan nama umum senyawa-senyawa kimiawi berupa
bentuk hidrat dari karbon dan secara empiris mempunyai rumus umum (CH2O)n.
Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran
molekulnya, diantaranya monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisa karbohidrat dibagi dalam
4 kelompok utama :
1.
Monosakarida
Karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa menjadi senyawa yang lebih sederhana
terdiri dari satu gugus cincin. Contoh dari monosakarida yang terdapat di dalam
tubuh ialah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
2.
Disakarida
Senyawa yang terbentuk dari gabungan 2 molekul atau lebih monosakarida. Contoh
disakarida ialah sukrosa, maltosa dan laktosa.
3.
Glikosida
Senyawa yang terdiri dari gabungan molekul gula dan molekul non gula.
4.
Polisakarida
Semua jenis karbohidrat baik mono, di maupun polisakarida akan berwarna merah.
Apabila larutannya (dalam air) dicampur dengan beberapa tetes larutan alpha
naphtol dan kemudian dialirkan pada asam sulfat pekat dengan hati-hati sehingga
tidak tercampur (Fessenden 1986).
Warna merah akan tampak pada bidang batas antara campuran karbohidrat
dengan α naphtol dan asam sulfat pekat. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif
adanya karbohidrat dan dikenal sebagai uji Molish (Fessenden 1986).
Tujuan
Tujuan praktikum adalah menunjukkan sifat dan struktur karbohidrat melalui uji-uji
kualitatif, mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan
beberapa reagen uji yaitu uji Molisch, Benedict, Barfoed, fermentasi, Selliwanof,
dan Iod.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ialah penangas air, tabung fermentasi,
pipet mohr 10 ml, pipet tetes, bulb, gegep kayu, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
mortar, pembakar bunsen, kaki tiga, kasa, gelas piala 250 ml dan papan uji.
Bahan-bahan yang digunakan ialah glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%,laktosa
1%, maltose 1%, pati 1%, pereaksi Molisch, asam sulfat pekat, pereaksi benedict,
pereaksi barfoed, fosfomolibdat, ragi, NaOH, kapas, akuades, pereaksi selliwanof,
larutan iod encer, gum Arab, tepung pati, tepung agar-agar, dan arabinosa.
Prosedur Percobaan
Pada Uji Molish dengan prosedur sebagai berikut, sebanyak 5 ml sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch,
dicampur merata, kemudian asam sulfat pekat ditambahkan perlahan-lahan ke
dinding tabung sebanyak 3 ml. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya warna
violet(ungu) kemerahan pada batas kedua cairan. Percobaan dilakukan 6 kali
dengan sampel yang berbeda beda, sampelnya antara lain glukosa 1%,fruktosa 1%,
sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Uji Benedict dilakukan dengan cara sebanyak 5 ml Pereaksi benedict dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian sampel ditambahkan sebanyak 8 tetes dan
didihkan selama 5 menit, selanjutnya dibiarkan sampai menjadi dingin. Tidak
terdapatnya gula pereduksi pada sampel ditunjukkan dengan larutan berwarna
biru. Warna hijau kebiruan, hijau, dan kuning diindikasikan terdapatnya gula
dengan konsentrasi sekitar 250, 500, dan 1000 mg/Dl. Sedangkan konsentrasi gula
sekitar 2000 mg/dl ditunjukkan dengan endapan merah. Sampel yang digunakan
antar lain glukosa 1%,fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1
%.
Pada uji Barfoed sebanyak 1 ml pereaksi Barfoed dan sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 3 menit
selanjutnya didinginkan. Fosfomolibdat dimasukkan ke dalam larutan sebanyak 1
ml selanjutnya dikocok dan diamati warna yang terjadi. Percobaan dilakukan 6 kali
dengan sampel yang berbeda beda, sampelnya antara lain glukosa 1%,fruktosa 1%,
sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Fermentasi sebanyak 20 ml sampel dan ragi sebanyak 2 gram
dimasukkan ke dalam mortar kemudian digerus kedua bahan tersebut sampai
terbentuk suspensi yang homogen kemudian suspensi tersebut dimasukkan ke
dalam tabung fermentasi sampai bagian kaki tertutup terisi penuh oleh cairan
selanjutnya dilakukan pemeraman pada suhu 36oC dan diperiksa setiap selang
waktu 2, 4, 5 menit. Jika terdapat ruangan gas pada kaki tabung yang tertutup
diukur panjang atau isi gas tersebut. Pembuktian bahwa terdapat gas CO2,
dilakukan dengan cara larutan ditambahkan NaOH 10% ke dalam tabung fermentasi
melalui kaki yang terbuka dan ditutup mulut tabung dengan ibu jari sambil tabung
di boalk-balik beberapa kali, adanya gas CO2 ditunjukkan dengan adanya isapan
pada ibu jari. Uji ini dilakukan terhadap larutan glukosa 1%,fruktosa 1%, sukrosa
1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Selliwanof sebanyak 5 ml pereaksi Selliwanof dan beberapa tetes
sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian didihkan campuran tersebut
selama 1-2 menit. Uji ini dilakukan terhadap larutan glukosa 1%,fruktosa 1%,
sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Iod seujung sudip sampel dimasukkan ke dalam papan tetes
kemudian ditambahkan satu tetes larutan iod encer dan dicampurkan dengan rata
serta diperhatikan warna yang terjadi. Sampel yang digunakan yaitu tepung pati,
tepung gum arab dan tepung agar-agar serta arabinosa.
Data Pengamatan
Tabel 1 Hasil Uji Molisch
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Glukosa
+
Cincin coklat keunguan
Fruktosa
+
Cincin ungu kecoklatan
Sukrosa
+
Cincin coklat keunguan
Laktosa
+
Cincin ungu kecoklatan
Maltosa
+
Cincin coklat keunguan
Pati
+
Cincin ungu kecoklatan
Keterangan: + : sampel mengandung karbohidrat
-
: sampel tidak mengandung karbohidrat
Gambar 1
Gambar 2
Gambar
3
Glukosa - Uji Molisch
Gambar 4
Fruktosa - Uji Molisch
Gambar 5
Sukrosa -Uji Molisch
Gambar
6
Laktosa - Uji Molisch
Tabel 2 Hasil Uji Benedict
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Glukosa
+
↙ berwarna merah bata
Fruktosa
Maltosa - Uji Molisch
Pati - Uji Molisch
+
↙ berwarna merah bata
Sukrosa
-
Biru
Laktosa
+
↙ berwarna merah bata
Maltosa
+
↙ berwarna merah bata
Pati
-
Biru
Keterangan: + : sampel mengandung gula pereduksi
-
: sampel tidak mengandung gula pereduksi
Gambar 1
Gambar 2
Glukosa - Uji Benedict
Benedict
Fruktosa - Uji Benedict
Gambar 4
Laktosa - Uji Benedict
Benedict
Gambar 5
Maltosa - Uji Benedict
Tabel 3 Hasil Uji Barfoed
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Glukosa
+
↙ merah bata dan terdapat cincin kuning biru muda
Fruktosa
+
↙ merah bata, larutan biru pekat
Sukrosa
Gambar 3
Sukrosa - Uji
Gambar 6
Pati - Uji
+
↙ merah bata, larutan biru keruh
Laktosa
-
Biru keruh
Maltosa
-
Biru keruh
Pati
-
Biru → biru muda
Keterangan: + : sampel mengandung monosakarida
-
sampel tidak mengandung monosakarida
Gambar 1
Glukosa - Uji Barfoed
Gambar 2
Fruktosa - Uji Barfoed
Gambar 3
Sukrosa - Uji Barfoed
Gambar 4
Gambar 6
Laktosa - Uji Barfoed
Barfoed
Tabel 4 Hasil Uji Fermentasi
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Tinggi gas CO2 (cm)
Daya hisap
Glukosa
+
2’= 7.8 cm
4’= 8.5 cm
5’= 9.3 cm
++
Fruktosa
+
Gambar 5
Maltosa - Uji Barfoed
Pati - Uji
2’= 5
cm
3’= 7
cm
5’= 8.5 cm
+++
Sukrosa
+
2’= 3.5 cm
4’= 8.2 cm
5’= 8.5cm
++
Laktosa
+
2’=0.3 cm
4’=0.5 cm
6’=0.7 cm
+
Maltosa
+
2’=0.8 cm
4’=0.9 cm
5’=1.2 cm
+
Pati
-
0
-
Keterangan pada hasil pengamatan: (+) = terdapat gas CO2
(-) = tidak terdapat gas CO2
Keterangan pada daya hisap
:
+ = daya hisap lemah
++ = daya hisap kuat
+++ = daya hisap sangat kuat
Gambar 1.
Gambar 3.
Gambar 2.
Glukosa – Uji Fermentasi
Fermentasi
Gambar 4.
Gambar 6.
Laktosa – Uji Fermentasi
Tabel 5 Hasil Uji Selliwanof
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Glukosa
-
Tb – Tb
Fruktosa
+
Tb – Merah
Sukrosa
+
Fruktosa – Uji Fermentasi
Sukrosa – Uji
Gambar 5.
Maltosa – Uji Fermentasi
Pati – Uji Fermentasi
Tb – Merah Muda
Laktosa
-
Tb – Tb
Maltosa
-
Tb – Tb
Pati
-
Tb – Tb
A
Keterangan: A = glukosa
B = fruktosa
C = sukrosa
D = laktosa
E = maltosa
F = pati
Tabel 6 Hasil Uji Iod
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Tepung pati
+
Putih – ungu pekat
B
C
D
E
F
Tepung agar-agar
+
Putih – ungu kemerahan
Tepung arabinosa
-
Putih – kuning
Tepung gum arab
-
Putih – kuning
A
Keterangan :
A = Tepung pati
B = Tepung Agar-agar
C = Tepung Arabinosa
D = Tepung Gum Arab
B
C
D
Pembahasan
Karbohidrat umumnya sering disebut dengan sakarida. Polisakarida terdiri dari
banyak polimer sakarida,seperti amilum, pati, dan selulosa. Disakarida terdiri dari
dua sakarida, seperti sukrosa dan laktosa. Monosakarida ialah monomer sakarida,
seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa (Yatim 2003).
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa karena terdiri atas 6 rantai
atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin
tersebut secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH-). Terdapat tiga jenis
heksosa yang penting yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa (Almatsier 2001).
Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur dan terdapat di alam dalam
jumlah yang sedikit yaitu dalam sayur, buah, syrup jagung, sari pohon, serta
bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat menggunakan
glukosa dalam bentuk D. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa,
maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Glukosa merupakan bentuk
karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber
energi (Almatsier 2001).
Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah adalah gula yang paling manis.
Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa yaitu C6H12O6
namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsana jonjot
kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Gula tersebut terutama
terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam buah, nektar bunga, dan juga di
dalam sayur. Fruktosa juga dapat diolah dari pati dan digunakan secara komersial
sebagai pemanis (Almatsier 2001).
Disakarida memiliki empat jenis yaitu sukrosa, sakarosa, maltosa,laktosa, dan
trehalosa. Disakaria terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat satu sama lain
melalui reaksi kondensasi (Almatsier 2001).
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga sebagai gula tebu atau gula bit. Secara
komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan
makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Sukrosa juga
terdapat dalam buah, sayuran, dan madu. Apabila dihidrolisis, sukrosa pecah
menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa (Almatsier 2001).
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa
dan satu unit galaktosa. Laktosa adalah gula yang rasanya paling tidak manis
(seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada sakarida lain (Almatsier
2001).
Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap
perpecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau biji
berkecambah dan di dalam usus manusia pada pencernaan pati. Apabila
dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua unit glukosa (Almatsier 2001).
Karbohidrat kompleks terbagi atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua
ikatan monosakarida dan serat yang dinamaka juga polisakarida nonpati.
Polisakarida mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yang tersusun
dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercabang. Gula sederhana tersebut adalah
glukosa. Jenis polisakarida yang penting ialah pati, dekstrin, gliogen,dan
polisakarida nonpati (Almatsier 2001).
Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan
karbohidrat utama yang dimakan manusia di seluruh dunia. Pati terutama terdapat
dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Jumlah unit glukosa dan
susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain, bergantung jenis
tanaman asalnya (Almatsier 2001).
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Pereaksi molisch yang terdiri dari αnaftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat
terhadap karbohidrat.. Uji tersebut bukan uji spesifk untuk karbohidrat, walalupun
hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak
mengandung karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi
positif, sedangkan warna hijau adalah negatif. Glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa,
maltosa, dan pati termasuk senyawa karbohidrat yang seluruhnya menghasilkan
cincin ungu kecoklatan pada reaksinya dengan pereaksi Molisch.
Cincin ungu terbentuk akibat glukosa yang terhidrasi menjadi fulfular dan bereaksi
dengan molisch dan H2SO4. Furfural padat paling cepat membentuk cincin ungu
karena tidak perlu melalui hidrolisis. Konsentrasi asam sulfat pekat bertindak
sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan
turunannya yang kemudian diperkirakan dapat membentuk produk yang bewarna
pada produk amilum dan glukosa yang diteliti terbukti adalah karbohidrat yang
ditandai dengan adanya cincin bewarna ungu. Jadi baik monosakarida, disakarida,
maupun polisakarida memberikan hasil positif pada uji Molisch, sehingga
membuktikan bahwa seluruhnya ialah karbohidrat (Hamdan 2007).
Pada uji Molisch semua zat uji termasuk karbohidrat. Hal tersebut dapat dilihat pada
terbentuknya cincin warna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut:
Persamaan reaksi pembentukan cincin warna ungu
Uji Benedict didasari oleh larutan tembaga alkalis yang akan direduksi oleh gula
yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuprooksida
yang berwarna. Gula pereduksi beraksi dengan pereaksi menghasilkan endapan
merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat gugus aldehida dan OH laktol.
Gugus OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan
karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan (Handini 2009).
Hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa ditandai
dengan adanya endapan merah bata pada uji benedict, sedangkan untuk
karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif ditandai dengan
warna biru. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun
bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau
keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi
berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil
reaksi positif dinamakan gula pereduksi.
Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon
anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak
lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai
terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada
pati, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun
konsentrasinya sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh
penglihatan (Hamdan 2007).
Reaksi yang berlangsung pada uji Benedict sebagai berikut :
Berdasarkan pada tabel 3 dapat diketahui bahwa Uji Barfoed menghasilkan hasil
yang positif pada glukosa, fruktosa, sukrosa dan negatif pada laktosa, maltosa, dan
pati. Dalam hal ini terdapat ketidak sesuaian dengan literatur umumnya sukrosa
menghasilkan hasil yang negatif pada uji Barfoed karena sukrosa termasuk ke
dalam golongan disakarida. Perbedaan ini disebabkan adanya kontaminan pada
pipet yang digunakan, tabung reaksi dan sampel. Hasil uji polisakarida atau
disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal
tersebut yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida, disakarida,
dan monosakarida. Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk
senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang
terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga
intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan
monosakarida.
Berbeda dengan pereaksi-pereaksi lain yang digunakan untuk menunjukkan
karbohidrat pereduksi, pereaksi barfoed bersifat asam. Pereaksi tersebut dibuat
dengan melarutkan 13,3 gram kristal kupri sulfatnetral dalam 200 ml air. Setelah
disaring, fltrat ditambah dengan 1,8 ml asam asetat glacial. Pemanasan
karbohidrat denga pereaksi barfoed, terjadi reaksi oksidasi karbohidrat pereduksi
menjadi asam karboksilat dan reduksi pereaksi barfoed menjadi ion kupri (Cu2+)
menjadi endapan kupro oksida. Suasana asam pada pereaksi barfoed dapat
mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan Cu2O pada reksi dengan
monosakarida dan disakarida berbeda. Pada konsentrasi dan kondisi yang sama,
disakarida memberikan endapan merah bata lebih lambat daripada monosakarida.
Berdasarkan hal tersebut, uji barfoed dapat digunakan untuk membedakan
disakarida dan monosakarida (Sumardjo 2006).
Reaksi yang terjadi pada uji Barfoed sebagai berikut:
Uji Fermentasi memerlukan suasana aerob sehingga karbohidrat oleh ragi akan
dicerna dan diubah bentuknya menjadi etil alkohol (C2H5OH) serta gas
karbondioksida. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gas Karbondioksida yang
dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada monosakarida, khususnya glukosa. Hal
tersebut menunjukkan bahwa monosakarida lebih reaktif dari disakarida ataupun
polisakarida. Selain itu, Pati dan disakarida lainnya merupakan molekul yang relatif
lebih besar dibandingkan dengan monosakarida sehingga kemampuan ragi untuk
mencerna dan mengubah pati tersebut menjadi etil alkohol dan karbon dioksida
lebih banyak memerlukan energi dan waktu yang lebih lama, bahkan tidak
menghasilkan gas karbondioksida pada pati. Sehingga Glukosa dan fruktosa yang
merupakan monosakarida dapat menghasilkan gas karbondioksida lebih banyak
dibadingkan dengan disakarida atau polisakarida (Hamdan 2007).
Semakin tinngi hisapan pada ibu jari, semakin tinggi pula gas
karbondioksida yang dihasilkan. Uji positif hanya dihasilkan oleh monosakarida dan
disakarida, sedangkan polisakarida menghasilka uji negative.
Uji Selliwanof digunakan untuk menunjukkan adanya ketoheksosa, misalnya
fruktosa. Pereaksi Selliwanof adalah resorsinol dalam asam klorida encer.
Pendidihan fruktosa dengan pereaksi Selliwanof menghasilkan larutan berwarna
merah. Dua tahap reaksi terjadi dalam pendidihan tersebut, yaitu dehidrasi fruktosa
oleh HCl yang ada dalam pereaksi Selliwanof membentuk hidroksimetilfurfural dan
kondensasi hidroksimetilfurfural yang terbentuk dengan resorsinol membentuk
senyawa berwarna merah. Sukrosa juga memberikan hasil yang positif pada uji
Selliwanof sebab sukrosa mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
Fruktosa yang terbentuk tersebut menyebabkan larutan berwarna merah
( Sumardjo 2006).
Sedangkan glukosa, laktosa, maltosa, dan pati tidak menghasilkan uji positif pada
uji selliwanof, disebabkan oleh saat seluruhnya mengalami hidrolisis tidak ada
satupun yang mengandung fruktosa. Uji Selliwanof hanya positif pada
karbohidarat yang mengandung monosakarida dengan jumlah 6 atom C yang
disebut dengan heksosa dan mengandung gugus keton. Glukosa merupakan aldosa
atau ketosa, laktosa terurai menjadi glukosa dan galaktosa, maltosa terurai menjadi
dua molekul glukosa, serta pati merupakan polisakarida sehingga pada uji
Selliwanof dihasilkan uji yang negatif. Reaksi yang terjadi pada uji selliwanof
sebagai berikut:
Iodium encer digunakan sebagai pereaksi dalam uji Iod. Iodium berfungsi sebagai
pendeteksi adanya kandungan amilum atau amilosa pada sampel yang ditunjukkan
dengan timbulnya warna biru atau ungu pekat. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa tepung pati menghasilkan warna ungu pekat dan tepung agar-agar
menghasilakan warna ungu kemerahan, lain halnya dengan tepung gum arab dan
tepung arabinosa menghasilkan warna kuning. Pati dan agar-agar mengandung
amilosa sehingga menunjukkan hasil positif, sedangkan gum arab dan arabinosa
tidak mengandung komponen tersebut sehingga menunjukkan hasil yang negatif.
Reaksi iodium merupakan hasil pembentukan rantai poliiodida dari reaksi pati dan
yodium. Pada amilosa atau bagian rantai lurus dari pati, bentuk heliks terdapat
iodium yang menyusunnya menyebabkan warna menjadi ungu kemerahan atau
ungu pekat. Amilopektin atau bagian bercabang pada pati, bentuk heliks lebih
pendek dan molekul yodium tidak dapat menyusunnya dan menyebabkan warna
menjadi kuning atau oranye. Seperti pati yang dipecah atau dihidrolis menjadi unit
karbohidrat yang lebih kecil, warna ungu tidak diproduksi. Oleh sebab itu, uji iod
dapat menentukan penyelesaian hidrolisis ketika perubahan warna tidak terjadi
(Sumardjo 2006).
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa seluruh karbohidrat
dapat diidentifkasi oleh pereaksi molisch. Uji benedict positif terhadap glukosa,
fruktosa, laktosa, dan maltosa. Uji barfoed positif terhadap glukosa, fruktosa, dan
sukrosa. Uji fermentasi positif terhadap glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, dan
maltosa. Uji Selliwanof positif terhadap fruktosa dan sukrosa. Serta uji iod positif
terhadap tepung pati dan tepung agar-agar.
Daftar Pustaka
Almatsier Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Hamdan Ali. 2007. Petunjuk Praktikum Biokimia Laboratorium Dasar Universitas
Trunojoyo. [terhubung berkala] http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku
%20biokimia.pdf. [7 September 2011, 03:05]
Handini. 2009. Karbohidrat Pada Uji Kualitatif. [terhubung berkala]
http://www.rismaka.net/2009/06/karbohidrat-pada-uji-kualitatif.html. [7 September
2011,02:40]
Irawan Anwari. 2007. Karbohidrat. [terhubung berkala]
http://www.pssplab.com/journal/03.pdf. [7 September 2011, 02:13]
Poedjiadi Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Yatim Wildan. 2003. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC
Pendahuluan
Biomolekul karbohidrat merupakan golongan utama bahan organik, dan ditemukan
pada semua bagian sel, terutama pada sel tumbuhan. Sel tumbuhan paling banyak
mengandung karbohidrat, 50-80% bobot kering sel yaitu karbohidrat selulosa.
Karbohidrat juga merupakan komponen gizi utama bahan makanan yang berenergi
lebih tinggi dari biomolekul lain. Satu makromolekul karbohidrat adalah satu
polimer alam yang dibangun oleh monomer polisakarida. Kedudukan karbohidrat
sangatlah penting pada manusia dan hewan tingkat tinggi lainnya, yaitu sebagai
sumber kalori. Karbohidrat juga mempunyai fungsi biologi lainnya yang tak kalah
penting bagi beberapa makhluk hidup tingkat rendah, ragi misalnya mengubah
karbohirat (glukosa) menjadi alkohol dan karbondioksida untuk menghasilkan
energi. (Hawab 2004).
Karbohidrat sebenarnya merupakan nama umum senyawa-senyawa kimiawi berupa
bentuk hidrat dari karbon dan secara empiris mempunyai rumus umum (CH2O)n.
Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe karbohidrat ialah ukuran
molekulnya, diantaranya monosakarida, disakarida, oligosakarida dan polisakarida.
Berdasarkan sifat-sifatnya terhadap zat-zat penghidrolisa karbohidrat dibagi dalam
4 kelompok utama :
1.
Monosakarida
Karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisa menjadi senyawa yang lebih sederhana
terdiri dari satu gugus cincin. Contoh dari monosakarida yang terdapat di dalam
tubuh ialah glukosa, fruktosa, dan galaktosa.
2.
Disakarida
Senyawa yang terbentuk dari gabungan 2 molekul atau lebih monosakarida. Contoh
disakarida ialah sukrosa, maltosa dan laktosa.
3.
Glikosida
Senyawa yang terdiri dari gabungan molekul gula dan molekul non gula.
4.
Polisakarida
Semua jenis karbohidrat baik mono, di maupun polisakarida akan berwarna merah.
Apabila larutannya (dalam air) dicampur dengan beberapa tetes larutan alpha
naphtol dan kemudian dialirkan pada asam sulfat pekat dengan hati-hati sehingga
tidak tercampur (Fessenden 1986).
Warna merah akan tampak pada bidang batas antara campuran karbohidrat
dengan α naphtol dan asam sulfat pekat. Sifat ini dipakai sebagai dasar uji kualitatif
adanya karbohidrat dan dikenal sebagai uji Molish (Fessenden 1986).
Tujuan
Tujuan praktikum adalah menunjukkan sifat dan struktur karbohidrat melalui uji-uji
kualitatif, mengamati struktur beberapa karbohidrat melalui sifat reaksinya dengan
beberapa reagen uji yaitu uji Molisch, Benedict, Barfoed, fermentasi, Selliwanof,
dan Iod.
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ialah penangas air, tabung fermentasi,
pipet mohr 10 ml, pipet tetes, bulb, gegep kayu, tabung reaksi, rak tabung reaksi,
mortar, pembakar bunsen, kaki tiga, kasa, gelas piala 250 ml dan papan uji.
Bahan-bahan yang digunakan ialah glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%,laktosa
1%, maltose 1%, pati 1%, pereaksi Molisch, asam sulfat pekat, pereaksi benedict,
pereaksi barfoed, fosfomolibdat, ragi, NaOH, kapas, akuades, pereaksi selliwanof,
larutan iod encer, gum Arab, tepung pati, tepung agar-agar, dan arabinosa.
Prosedur Percobaan
Pada Uji Molish dengan prosedur sebagai berikut, sebanyak 5 ml sampel
dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan ditambahkan 2 tetes pereaksi Molisch,
dicampur merata, kemudian asam sulfat pekat ditambahkan perlahan-lahan ke
dinding tabung sebanyak 3 ml. Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya warna
violet(ungu) kemerahan pada batas kedua cairan. Percobaan dilakukan 6 kali
dengan sampel yang berbeda beda, sampelnya antara lain glukosa 1%,fruktosa 1%,
sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Uji Benedict dilakukan dengan cara sebanyak 5 ml Pereaksi benedict dimasukkan
ke dalam tabung reaksi kemudian sampel ditambahkan sebanyak 8 tetes dan
didihkan selama 5 menit, selanjutnya dibiarkan sampai menjadi dingin. Tidak
terdapatnya gula pereduksi pada sampel ditunjukkan dengan larutan berwarna
biru. Warna hijau kebiruan, hijau, dan kuning diindikasikan terdapatnya gula
dengan konsentrasi sekitar 250, 500, dan 1000 mg/Dl. Sedangkan konsentrasi gula
sekitar 2000 mg/dl ditunjukkan dengan endapan merah. Sampel yang digunakan
antar lain glukosa 1%,fruktosa 1%, sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1
%.
Pada uji Barfoed sebanyak 1 ml pereaksi Barfoed dan sampel dimasukkan ke dalam
tabung reaksi kemudian dipanaskan dalam penangas air selama 3 menit
selanjutnya didinginkan. Fosfomolibdat dimasukkan ke dalam larutan sebanyak 1
ml selanjutnya dikocok dan diamati warna yang terjadi. Percobaan dilakukan 6 kali
dengan sampel yang berbeda beda, sampelnya antara lain glukosa 1%,fruktosa 1%,
sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Fermentasi sebanyak 20 ml sampel dan ragi sebanyak 2 gram
dimasukkan ke dalam mortar kemudian digerus kedua bahan tersebut sampai
terbentuk suspensi yang homogen kemudian suspensi tersebut dimasukkan ke
dalam tabung fermentasi sampai bagian kaki tertutup terisi penuh oleh cairan
selanjutnya dilakukan pemeraman pada suhu 36oC dan diperiksa setiap selang
waktu 2, 4, 5 menit. Jika terdapat ruangan gas pada kaki tabung yang tertutup
diukur panjang atau isi gas tersebut. Pembuktian bahwa terdapat gas CO2,
dilakukan dengan cara larutan ditambahkan NaOH 10% ke dalam tabung fermentasi
melalui kaki yang terbuka dan ditutup mulut tabung dengan ibu jari sambil tabung
di boalk-balik beberapa kali, adanya gas CO2 ditunjukkan dengan adanya isapan
pada ibu jari. Uji ini dilakukan terhadap larutan glukosa 1%,fruktosa 1%, sukrosa
1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Selliwanof sebanyak 5 ml pereaksi Selliwanof dan beberapa tetes
sampel dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian didihkan campuran tersebut
selama 1-2 menit. Uji ini dilakukan terhadap larutan glukosa 1%,fruktosa 1%,
sukrosa 1%, laktosa 1%, maltosa 1%, dan pati 1 %.
Pada uji Iod seujung sudip sampel dimasukkan ke dalam papan tetes
kemudian ditambahkan satu tetes larutan iod encer dan dicampurkan dengan rata
serta diperhatikan warna yang terjadi. Sampel yang digunakan yaitu tepung pati,
tepung gum arab dan tepung agar-agar serta arabinosa.
Data Pengamatan
Tabel 1 Hasil Uji Molisch
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Glukosa
+
Cincin coklat keunguan
Fruktosa
+
Cincin ungu kecoklatan
Sukrosa
+
Cincin coklat keunguan
Laktosa
+
Cincin ungu kecoklatan
Maltosa
+
Cincin coklat keunguan
Pati
+
Cincin ungu kecoklatan
Keterangan: + : sampel mengandung karbohidrat
-
: sampel tidak mengandung karbohidrat
Gambar 1
Gambar 2
Gambar
3
Glukosa - Uji Molisch
Gambar 4
Fruktosa - Uji Molisch
Gambar 5
Sukrosa -Uji Molisch
Gambar
6
Laktosa - Uji Molisch
Tabel 2 Hasil Uji Benedict
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Glukosa
+
↙ berwarna merah bata
Fruktosa
Maltosa - Uji Molisch
Pati - Uji Molisch
+
↙ berwarna merah bata
Sukrosa
-
Biru
Laktosa
+
↙ berwarna merah bata
Maltosa
+
↙ berwarna merah bata
Pati
-
Biru
Keterangan: + : sampel mengandung gula pereduksi
-
: sampel tidak mengandung gula pereduksi
Gambar 1
Gambar 2
Glukosa - Uji Benedict
Benedict
Fruktosa - Uji Benedict
Gambar 4
Laktosa - Uji Benedict
Benedict
Gambar 5
Maltosa - Uji Benedict
Tabel 3 Hasil Uji Barfoed
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Glukosa
+
↙ merah bata dan terdapat cincin kuning biru muda
Fruktosa
+
↙ merah bata, larutan biru pekat
Sukrosa
Gambar 3
Sukrosa - Uji
Gambar 6
Pati - Uji
+
↙ merah bata, larutan biru keruh
Laktosa
-
Biru keruh
Maltosa
-
Biru keruh
Pati
-
Biru → biru muda
Keterangan: + : sampel mengandung monosakarida
-
sampel tidak mengandung monosakarida
Gambar 1
Glukosa - Uji Barfoed
Gambar 2
Fruktosa - Uji Barfoed
Gambar 3
Sukrosa - Uji Barfoed
Gambar 4
Gambar 6
Laktosa - Uji Barfoed
Barfoed
Tabel 4 Hasil Uji Fermentasi
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Tinggi gas CO2 (cm)
Daya hisap
Glukosa
+
2’= 7.8 cm
4’= 8.5 cm
5’= 9.3 cm
++
Fruktosa
+
Gambar 5
Maltosa - Uji Barfoed
Pati - Uji
2’= 5
cm
3’= 7
cm
5’= 8.5 cm
+++
Sukrosa
+
2’= 3.5 cm
4’= 8.2 cm
5’= 8.5cm
++
Laktosa
+
2’=0.3 cm
4’=0.5 cm
6’=0.7 cm
+
Maltosa
+
2’=0.8 cm
4’=0.9 cm
5’=1.2 cm
+
Pati
-
0
-
Keterangan pada hasil pengamatan: (+) = terdapat gas CO2
(-) = tidak terdapat gas CO2
Keterangan pada daya hisap
:
+ = daya hisap lemah
++ = daya hisap kuat
+++ = daya hisap sangat kuat
Gambar 1.
Gambar 3.
Gambar 2.
Glukosa – Uji Fermentasi
Fermentasi
Gambar 4.
Gambar 6.
Laktosa – Uji Fermentasi
Tabel 5 Hasil Uji Selliwanof
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Glukosa
-
Tb – Tb
Fruktosa
+
Tb – Merah
Sukrosa
+
Fruktosa – Uji Fermentasi
Sukrosa – Uji
Gambar 5.
Maltosa – Uji Fermentasi
Pati – Uji Fermentasi
Tb – Merah Muda
Laktosa
-
Tb – Tb
Maltosa
-
Tb – Tb
Pati
-
Tb – Tb
A
Keterangan: A = glukosa
B = fruktosa
C = sukrosa
D = laktosa
E = maltosa
F = pati
Tabel 6 Hasil Uji Iod
Bahan Uji
Hasil Pengamatan (+/-)
Perubahan warna larutan
Tepung pati
+
Putih – ungu pekat
B
C
D
E
F
Tepung agar-agar
+
Putih – ungu kemerahan
Tepung arabinosa
-
Putih – kuning
Tepung gum arab
-
Putih – kuning
A
Keterangan :
A = Tepung pati
B = Tepung Agar-agar
C = Tepung Arabinosa
D = Tepung Gum Arab
B
C
D
Pembahasan
Karbohidrat umumnya sering disebut dengan sakarida. Polisakarida terdiri dari
banyak polimer sakarida,seperti amilum, pati, dan selulosa. Disakarida terdiri dari
dua sakarida, seperti sukrosa dan laktosa. Monosakarida ialah monomer sakarida,
seperti glukosa, galaktosa, dan fruktosa (Yatim 2003).
Sebagian besar monosakarida dikenal sebagai heksosa karena terdiri atas 6 rantai
atau cincin karbon. Atom-atom hidrogen dan oksigen terikat pada rantai atau cincin
tersebut secara terpisah atau sebagai gugus hidroksil (OH-). Terdapat tiga jenis
heksosa yang penting yaitu glukosa, fruktosa, dan galaktosa (Almatsier 2001).
Glukosa dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur dan terdapat di alam dalam
jumlah yang sedikit yaitu dalam sayur, buah, syrup jagung, sari pohon, serta
bersamaan dengan fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat menggunakan
glukosa dalam bentuk D. Glukosa merupakan hasil akhir pencernaan pati, sukrosa,
maltosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Glukosa merupakan bentuk
karbohidrat yang beredar di dalam tubuh dan di dalam sel merupakan sumber
energi (Almatsier 2001).
Fruktosa dinamakan juga levulosa atau gula buah adalah gula yang paling manis.
Fruktosa mempunyai rumus kimia yang sama dengan glukosa yaitu C6H12O6
namun strukturnya berbeda. Susunan atom dalam fruktosa merangsana jonjot
kecapan pada lidah sehingga menimbulkan rasa manis. Gula tersebut terutama
terdapat dalam madu bersama glukosa, dalam buah, nektar bunga, dan juga di
dalam sayur. Fruktosa juga dapat diolah dari pati dan digunakan secara komersial
sebagai pemanis (Almatsier 2001).
Disakarida memiliki empat jenis yaitu sukrosa, sakarosa, maltosa,laktosa, dan
trehalosa. Disakaria terdiri atas dua unit monosakarida yang terikat satu sama lain
melalui reaksi kondensasi (Almatsier 2001).
Sukrosa atau sakarosa dinamakan juga sebagai gula tebu atau gula bit. Secara
komersial gula pasir yang 99% terdiri atas sukrosa dibuat dari kedua macam bahan
makanan tersebut melalui proses penyulingan dan kristalisasi. Sukrosa juga
terdapat dalam buah, sayuran, dan madu. Apabila dihidrolisis, sukrosa pecah
menjadi satu unit glukosa dan satu unit fruktosa (Almatsier 2001).
Laktosa (gula susu) hanya terdapat dalam susu dan terdiri atas satu unit glukosa
dan satu unit galaktosa. Laktosa adalah gula yang rasanya paling tidak manis
(seperenam manis glukosa) dan lebih sukar larut daripada sakarida lain (Almatsier
2001).
Maltosa (gula malt) tidak terdapat bebas di alam. Maltosa terbentuk pada setiap
perpecahan pati, seperti yang terjadi pada tumbuh-tumbuhan bila benih atau biji
berkecambah dan di dalam usus manusia pada pencernaan pati. Apabila
dihidrolisis, maltosa pecah menjadi dua unit glukosa (Almatsier 2001).
Karbohidrat kompleks terbagi atas polisakarida yang terdiri atas lebih dari dua
ikatan monosakarida dan serat yang dinamaka juga polisakarida nonpati.
Polisakarida mengandung sampai tiga ribu unit gula sederhana yang tersusun
dalam bentuk rantai panjang lurus atau bercabang. Gula sederhana tersebut adalah
glukosa. Jenis polisakarida yang penting ialah pati, dekstrin, gliogen,dan
polisakarida nonpati (Almatsier 2001).
Pati merupakan simpanan karbohidrat dalam tumbuh-tumbuhan dan merupakan
karbohidrat utama yang dimakan manusia di seluruh dunia. Pati terutama terdapat
dalam padi-padian, biji-bijian, dan umbi-umbian. Jumlah unit glukosa dan
susunannya dalam satu jenis pati berbeda satu sama lain, bergantung jenis
tanaman asalnya (Almatsier 2001).
Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Pereaksi molisch yang terdiri dari αnaftol dalam alkohol akan bereaksi dengan furfural tersebut membentuk senyawa
kompleks berwarna ungu yang disebabkan oleh daya dehidrasi asam sulfat pekat
terhadap karbohidrat.. Uji tersebut bukan uji spesifk untuk karbohidrat, walalupun
hasil reaksi yang negatif menunjukkan bahwa larutan yang diperiksa tidak
mengandung karbohidrat. Warna ungu kemerah-merahan menyatakan reaksi
positif, sedangkan warna hijau adalah negatif. Glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa,
maltosa, dan pati termasuk senyawa karbohidrat yang seluruhnya menghasilkan
cincin ungu kecoklatan pada reaksinya dengan pereaksi Molisch.
Cincin ungu terbentuk akibat glukosa yang terhidrasi menjadi fulfular dan bereaksi
dengan molisch dan H2SO4. Furfural padat paling cepat membentuk cincin ungu
karena tidak perlu melalui hidrolisis. Konsentrasi asam sulfat pekat bertindak
sebagai agen dehidrasi yang bertindak pada gula untuk membentuk furfural dan
turunannya yang kemudian diperkirakan dapat membentuk produk yang bewarna
pada produk amilum dan glukosa yang diteliti terbukti adalah karbohidrat yang
ditandai dengan adanya cincin bewarna ungu. Jadi baik monosakarida, disakarida,
maupun polisakarida memberikan hasil positif pada uji Molisch, sehingga
membuktikan bahwa seluruhnya ialah karbohidrat (Hamdan 2007).
Pada uji Molisch semua zat uji termasuk karbohidrat. Hal tersebut dapat dilihat pada
terbentuknya cincin warna ungu. Reaksi yang berlangsung adalah sebagai berikut:
Persamaan reaksi pembentukan cincin warna ungu
Uji Benedict didasari oleh larutan tembaga alkalis yang akan direduksi oleh gula
yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas dengan membentuk kuprooksida
yang berwarna. Gula pereduksi beraksi dengan pereaksi menghasilkan endapan
merah bata (Cu2O). Pada gula pereduksi terdapat gugus aldehida dan OH laktol.
Gugus OH laktol adalah OH yang terikat pada atom C pertama yang menentukan
karbohidrat sebagai gula pereduksi atau bukan (Handini 2009).
Hasil uji positif ditunjukkan oleh fruktosa, glukosa, maltosa, dan laktosa ditandai
dengan adanya endapan merah bata pada uji benedict, sedangkan untuk
karbohidrat jenis sukrosa dan pati menunjukkan hasil negatif ditandai dengan
warna biru. Sekalipun aldosa atau ketosa berada dalam bentuk sikliknya, namun
bentuk ini berada dalam kesetimbangannya dengan sejumlah kecil aldehida atau
keton rantai terbuka, sehingga gugus aldehida atau keton ini dapat mereduksi
berbagai macam reduktor, oleh karena itu, karbohidrat yang menunjukkan hasil
reaksi positif dinamakan gula pereduksi.
Pada sukrosa, walaupun tersusun oleh glukosa dan fruktosa, namun atom karbon
anomerik keduanya saling terikat, sehingga pada setiap unit monosakarida tidak
lagi terdapat gugus aldehida atau keton yang dapat bermutarotasi menjadi rantai
terbuka, hal ini menyebabkan sukrosa tak dapat mereduksi pereaksi benedict. Pada
pati, sekalipun terdapat glukosa rantai terbuka pada ujung rantai polimer, namun
konsentrasinya sangatlah kecil, sehingga warna hasil reaksi tidak tampak oleh
penglihatan (Hamdan 2007).
Reaksi yang berlangsung pada uji Benedict sebagai berikut :
Berdasarkan pada tabel 3 dapat diketahui bahwa Uji Barfoed menghasilkan hasil
yang positif pada glukosa, fruktosa, sukrosa dan negatif pada laktosa, maltosa, dan
pati. Dalam hal ini terdapat ketidak sesuaian dengan literatur umumnya sukrosa
menghasilkan hasil yang negatif pada uji Barfoed karena sukrosa termasuk ke
dalam golongan disakarida. Perbedaan ini disebabkan adanya kontaminan pada
pipet yang digunakan, tabung reaksi dan sampel. Hasil uji polisakarida atau
disakarida akan terhidrolisis parsial menjadi sebagian kecil monomernya. Hal
tersebut yang menjadi dasar untuk membedakan antara polisakarida, disakarida,
dan monosakarida. Monomer gula bereaksi dengan fosfomolibdat membentuk
senyawa berwarna biru. Dibanding dengan monosakarida, polisakarida yang
terhidrolisis oleh asam mempunyai kadar monosakarida yang lebih kecil, sehingga
intensitas warna biru yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan dengan larutan
monosakarida.
Berbeda dengan pereaksi-pereaksi lain yang digunakan untuk menunjukkan
karbohidrat pereduksi, pereaksi barfoed bersifat asam. Pereaksi tersebut dibuat
dengan melarutkan 13,3 gram kristal kupri sulfatnetral dalam 200 ml air. Setelah
disaring, fltrat ditambah dengan 1,8 ml asam asetat glacial. Pemanasan
karbohidrat denga pereaksi barfoed, terjadi reaksi oksidasi karbohidrat pereduksi
menjadi asam karboksilat dan reduksi pereaksi barfoed menjadi ion kupri (Cu2+)
menjadi endapan kupro oksida. Suasana asam pada pereaksi barfoed dapat
mengakibatkan waktu terjadinya pengendapan Cu2O pada reksi dengan
monosakarida dan disakarida berbeda. Pada konsentrasi dan kondisi yang sama,
disakarida memberikan endapan merah bata lebih lambat daripada monosakarida.
Berdasarkan hal tersebut, uji barfoed dapat digunakan untuk membedakan
disakarida dan monosakarida (Sumardjo 2006).
Reaksi yang terjadi pada uji Barfoed sebagai berikut:
Uji Fermentasi memerlukan suasana aerob sehingga karbohidrat oleh ragi akan
dicerna dan diubah bentuknya menjadi etil alkohol (C2H5OH) serta gas
karbondioksida. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa gas Karbondioksida yang
dihasilkan ragi lebih cepat terjadi pada monosakarida, khususnya glukosa. Hal
tersebut menunjukkan bahwa monosakarida lebih reaktif dari disakarida ataupun
polisakarida. Selain itu, Pati dan disakarida lainnya merupakan molekul yang relatif
lebih besar dibandingkan dengan monosakarida sehingga kemampuan ragi untuk
mencerna dan mengubah pati tersebut menjadi etil alkohol dan karbon dioksida
lebih banyak memerlukan energi dan waktu yang lebih lama, bahkan tidak
menghasilkan gas karbondioksida pada pati. Sehingga Glukosa dan fruktosa yang
merupakan monosakarida dapat menghasilkan gas karbondioksida lebih banyak
dibadingkan dengan disakarida atau polisakarida (Hamdan 2007).
Semakin tinngi hisapan pada ibu jari, semakin tinggi pula gas
karbondioksida yang dihasilkan. Uji positif hanya dihasilkan oleh monosakarida dan
disakarida, sedangkan polisakarida menghasilka uji negative.
Uji Selliwanof digunakan untuk menunjukkan adanya ketoheksosa, misalnya
fruktosa. Pereaksi Selliwanof adalah resorsinol dalam asam klorida encer.
Pendidihan fruktosa dengan pereaksi Selliwanof menghasilkan larutan berwarna
merah. Dua tahap reaksi terjadi dalam pendidihan tersebut, yaitu dehidrasi fruktosa
oleh HCl yang ada dalam pereaksi Selliwanof membentuk hidroksimetilfurfural dan
kondensasi hidroksimetilfurfural yang terbentuk dengan resorsinol membentuk
senyawa berwarna merah. Sukrosa juga memberikan hasil yang positif pada uji
Selliwanof sebab sukrosa mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa.
Fruktosa yang terbentuk tersebut menyebabkan larutan berwarna merah
( Sumardjo 2006).
Sedangkan glukosa, laktosa, maltosa, dan pati tidak menghasilkan uji positif pada
uji selliwanof, disebabkan oleh saat seluruhnya mengalami hidrolisis tidak ada
satupun yang mengandung fruktosa. Uji Selliwanof hanya positif pada
karbohidarat yang mengandung monosakarida dengan jumlah 6 atom C yang
disebut dengan heksosa dan mengandung gugus keton. Glukosa merupakan aldosa
atau ketosa, laktosa terurai menjadi glukosa dan galaktosa, maltosa terurai menjadi
dua molekul glukosa, serta pati merupakan polisakarida sehingga pada uji
Selliwanof dihasilkan uji yang negatif. Reaksi yang terjadi pada uji selliwanof
sebagai berikut:
Iodium encer digunakan sebagai pereaksi dalam uji Iod. Iodium berfungsi sebagai
pendeteksi adanya kandungan amilum atau amilosa pada sampel yang ditunjukkan
dengan timbulnya warna biru atau ungu pekat. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa tepung pati menghasilkan warna ungu pekat dan tepung agar-agar
menghasilakan warna ungu kemerahan, lain halnya dengan tepung gum arab dan
tepung arabinosa menghasilkan warna kuning. Pati dan agar-agar mengandung
amilosa sehingga menunjukkan hasil positif, sedangkan gum arab dan arabinosa
tidak mengandung komponen tersebut sehingga menunjukkan hasil yang negatif.
Reaksi iodium merupakan hasil pembentukan rantai poliiodida dari reaksi pati dan
yodium. Pada amilosa atau bagian rantai lurus dari pati, bentuk heliks terdapat
iodium yang menyusunnya menyebabkan warna menjadi ungu kemerahan atau
ungu pekat. Amilopektin atau bagian bercabang pada pati, bentuk heliks lebih
pendek dan molekul yodium tidak dapat menyusunnya dan menyebabkan warna
menjadi kuning atau oranye. Seperti pati yang dipecah atau dihidrolis menjadi unit
karbohidrat yang lebih kecil, warna ungu tidak diproduksi. Oleh sebab itu, uji iod
dapat menentukan penyelesaian hidrolisis ketika perubahan warna tidak terjadi
(Sumardjo 2006).
Simpulan
Berdasarkan hasil percobaan, dapat disimpulkan bahwa seluruh karbohidrat
dapat diidentifkasi oleh pereaksi molisch. Uji benedict positif terhadap glukosa,
fruktosa, laktosa, dan maltosa. Uji barfoed positif terhadap glukosa, fruktosa, dan
sukrosa. Uji fermentasi positif terhadap glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, dan
maltosa. Uji Selliwanof positif terhadap fruktosa dan sukrosa. Serta uji iod positif
terhadap tepung pati dan tepung agar-agar.
Daftar Pustaka
Almatsier Sunita. 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
Feseenden dan Fessenden. 1997. Dasar-Dasar Kimia Organik. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Hamdan Ali. 2007. Petunjuk Praktikum Biokimia Laboratorium Dasar Universitas
Trunojoyo. [terhubung berkala] http://labdasar.trunojoyo.ac.id/buku
%20biokimia.pdf. [7 September 2011, 03:05]
Handini. 2009. Karbohidrat Pada Uji Kualitatif. [terhubung berkala]
http://www.rismaka.net/2009/06/karbohidrat-pada-uji-kualitatif.html. [7 September
2011,02:40]
Irawan Anwari. 2007. Karbohidrat. [terhubung berkala]
http://www.pssplab.com/journal/03.pdf. [7 September 2011, 02:13]
Poedjiadi Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : UI-Press
Yatim Wildan. 2003. Kamus Biologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Sumardjo Damin. 2006. Pengantar Kimia Buku Panduan Kuliah Mahasiswa
Kedokteran. Jakarta : penerbit Buku Kedokteran EGC