Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Pendidikan InklusifSlow Learner Di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
Bab IV
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1 Profil Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 Salatiga terletak di
jalan Dipomenggolo Nomor 11 Pulutan Salatiga, Kecamatan
Sidorejo, Desa/Kelurahan Pulutan dengan luas bangunan
sekolah 544m2 dan luas tanah 2.516 m2. Sekolah ini berdiri
pada tahun 1987 dan pada tahun 2011 telah mendapat
akreditasi A.
4.1.1Sejarah Sekolah
Kondisi awal sekolah dari segi ketenagaan yaitu belum
ada
tenaga
pendidik
yang
memiliki
sertifikasi
keahlian.Sedangkan dari segi kualifikasi pendidikan, baru ada
3 guru yang berlatar belakang pendidikan S1.Tetapi tahun
2014 ada 8 orang guru yang berpendidikan S1 dan kepala
sekolah berpendidikan S2.Jumlah keseluruhan guru adalah
10 guru, yaitu 7 PNS, 1 CPNS dan 2 guru Wiyata Bakti.
Dari segi sarana dan prasarana sebelumnya SDN
Pulutan 02 sangat minim bahkan terlihat kumuh dengan
gerbang yang sudah rusak.Sekarang sekolah sudah memiliki
jaringan free wifi. Ada bantuan sarana dari pemerintah terkait
dengan SDN Pulutan 02 sebagai SD Inklusi, sehingga dapat
bantuan sarana yang sangat membantu proses pembelajaran,
berupa dua LCD, 4 komputer, whiteboard di setiap kelas, dan
almari serta rak untuk administrasi sekolah.
48
Sementara itu, dari segi kesiswaan, jumlah siswa pada
tahun 2011/2012 ada 73 siswa.Pada tahun 2012/2013, ada
74 siswa.Sedang tahun 2014 ada peningkatan karena banyak
pindahan, sehingga menjadi 80 siswa dengan 33 anak ABK
atau 41, 25 %.
4.1.2 Visi dan Misi Sekolah
Visi Sekolah adalah terwujudnya SD bermutu yang
menjadi tempat menyenangkan bagi berkembangnya potensi
peserta didik baik akademik maupun non akademik dengan
menghargai
partisipasi
warga
sehingga
menjadi
mitra
masyarakatnya.Sedangkan
Mengembangkan
sekolah
dan
Misi
pendidikan
dan
dikagumi
Sekolah
inklusif
masyarakat,
yang
oleh
adalah
aktif,
(a)
kreatif,
inovatif dan menyenangkan yang berpusat pada peserta didik
untuk peningkatan mutu pendidikan, (b) Mengembangkan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan untuk mendukung
pelayanan pendidikan yang professional, (c) Menjalin relasi
dan
kerjasama
intensif
mengoptimalkan
dengan
partisipasi
masyarakat
masyarakat
untuk
dalam
penyelenggaraan pendidikan, dan (d) Memberi kesempatan
pada warga sekolah untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat
jika dibutuhkan.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga, akan
dijelaskandalam
tigatahapan,
Outputdibawah
ini,
yaitu
sebagaimana
Input,
Proses
ditetapkan
dalam
dan
6
komponen acuan atau standar Program Pendidikan Inklusif
(Kemendikbud, 2013).
49
4.2.1 KomponenInput
4.2.1.1Peserta Didik
a. Sasaran
Peserta didik SD Negeri Pulutan 02 Salatiga terdiri dari
peserta didik normal/biasa dan peserta didik berkebutuhan
khusus yaitu peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional,mental,sosial atau memiliki potensial kecerdasan
dan/atau bakat istimewa. Peserta didik yang diterima sebagai
siswa SD Negeri Pulutan 02 Salatigaadalah siswa kategori
slow learner bukan kategori berkebutuhan khusus lain seperti
tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita,tuna
daksa,tuna
laras,
berkesulitan
belajar,autis,
memiliki
gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba
atau sejenisnya.
Jumlah siswa pada tahun 2011/2012 ada 73 siswa
dengan laki-laki ada 36 siswa dan 37 siswa perempuan. Pada
tahun 2012/2013, ada 74 siswa yaitu laki-laki 43 siswa dan
perempuan 31 siswa. Sedang tahun 2014 ada peningkatan
karena banyak pindahan, sehingga menjadi 80 siswa dengan
jumlah laki-laki 45 siswa dan perempuan 35 siswa.Data pada
tahun 2014 ini ada 33 anak ABK atau 41, 25 %.
Dari tabel 4.1 menjelaskan profil siswa SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga.
50
Tabel 4.1 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2013/2014
Kelas
Jml.
Laki-laki
Perempuan
Siswa Slow Learners
Rombel
Jumlah
(Laki-laki/perempuan)
I
1
7
8
7
15
II
1
7
6
5
13
III
1
8
2
3
10
IV
1
6
6
6
12
V
1
5
9
5
14
VI
1
12
4
7
16
Total
6
45
35
33
80
Sumber:Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga dan Laporan HasilTest
Psikologi Laboratorium Konseling UKSW.
Pertimbangan
menjadikan
SD
kemampuan
Negeri
sumber
Pulutan
02
daya
memilih
sekolah,
untuk
memprioritaskan sekolah inklusi khusus bagi slow learner.
b. Identifikasi
Proses penyaringan (screening) untuk menentukan jenis
kebutuhan khusus peserta didik dilakukan oleh sekolah
melalui guru. Identifikasi kebutuhan khusus telah dilakukan
oleh SD Negeri Pulutan 02 Salatiga sejak pendaftaran siswa
dan promosi sekolah dalam program penerimaan siswa baru.
Meskipun demikian sekolah juga bekerja dengan profesional
dan universitas (UKSW) untuk terlibat dalam penyaringan
siswa dengan instrumen standar. Hasil dari penyaringan ini
bertujuan mengidentifikasi perencanaan pembelajaran dan
pemantauan kemajuan belajar.
c. Assessment
51
Tindakanassessment SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
untuk
mengetahui
kondisi
peserta
didik
meliputi
aspekpotensi, kompetensi, dan karakteristik peserta didik
dalam rangka penentuan program pendidikan atau intervensi
untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.
Termasuk keunggulan dan hambatan yang diharapkan belajar
siswa.Dalam pelaksanaannya SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
melibatkan tenaga ahli seperti psikolog, dokter, dan profesi
spesifik yang terkait.
Dalam konteks pembelajaran dan layanan kekhususan
hasil
asesmen
dapat
digunakan
untuk
menetapkan
kemampuan awal peserta didik sebelum memperoleh layanan
pendidikan maupun intervensi kekhususan yang diperlukan.
Semua siswa di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga telah
melewati proses asesmen/identifikasi berupa tes psikologi
untuk menentukan kemampuan dan keadaan siswanya.
Menurut data penelitian dari psikolog menunjukan 1 orang di
atas rata-rata, 13 orang masuk rata-rata yang merupakan
latar belakang keluarga yang ditinggal orang tuanya bekerja
atau drop out, sedang 5 orang anak di bawah rata-rata dan 14
anak lambat belajar/slow learner . Kebanyakan siswa yang
masuk merupakan pindahan dari SD lain yang dikeluarkan
karena bermasalah di sekolah sebelumnya.
Menurut kepala sekolah penyebab masalah lambat
belajar atau slow learner siswa di SD Negeri Pulutan 02 ini
kebanyakan adalah faktor dari lingkungan keluarga seperti
yang
di
tuturkan
oleh
Kepala
Sekolah
Th.Sri
Rahayu(Wawancara tgl 10 Oktober 2014) sebagai berikut:
Anak-anak slow learner di sekolah ini kebanyakan dari
keluarga yang orang tua nya tidak harmonis.Jadi anak-anak
itu di rumah tidak mendapat perhatian yang baik apalagi
pendidikan tentang hal-hal karakter atau perilaku yang
52
baik.Karena orang tua sendiri tidak memberikan contoh yang
baik di rumah.Jadi anak-anak itu tidak mendapat dukungan
belajar dari orang tua.
Demikian juga hasil wawancara dengan pak Hery Guru
Pembimbing Khusus (GPK), menyatakan bahwa
penyebab
anak-anak slowlearner di sekolah ini bukan dari faktor
kesehatan tetapi dari faktor orang tua yang kebanyakan
sekolahnya hanya sampai SD seperti yang dituturkan pak Heri
Susanto (Wawancara tgl 27 September 2014)sebagai berikut:
Kebanyakan anak-anak slowlearner di sini bukan karena
faktor kesehatan tapi faktor lingkungan keluarga atau orang
tuanya yang hanya sekolah sampai SD saja.
Disamping itu faktor kesulitan ekonomi orang tua yang
menyebabkan kedua orang tua harus bekerja mencari nafkah
menyebabkan orang tua tidak mempunyai perhatian terhadap
kebutuhan pendidikan anak sehingga anak menjadi kurang
motivasi dan menyebabkan lambat belajar.
Sedangkan saran yang diberikan dari Laboratorium
Konseling untuk siswa Slow Learners di sekolah ini adalah
supaya sekolah memberikan banyak latihan yang berkaitan
dengan ketrampilan atau pekerjaan yang bersifat praktis.
4.2.1.2Kurikulum
Kurikulum
penyelenggaraan
pendidikan
inklusif
menggunakan kurikulum standar nasional yang berlaku di
sekolah umum. Namun bagi siswa slow learnerdisesuaikan
atau dimodifikasi /diselaraskan sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Modifikasi kurikulum
dilakukan oleh tim pengembang kurikulum SD Negeri Pulutan
02 Salatiga. Tim pengembang kurikulum ini terdiri dari:
kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru
pembimbing khusus, psikolog dan ahli lain yang terkait.
53
Modifikasi terjadi pada 4 komponen utama pembelajaran
yaitu: tujuan, materi, proses dan evaluasi.
Berdasarkan
dari
dokumen
KTSP dan
wawancana
dengan Kepala Sekolah perihal kurikulum di Sekolah adalah
Kurikulum yang digunakan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan). Struktur kurikulum terdiri dari empat
komponen, yakni komponen mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan
diri
serta
Program
Khusus
bagi
Anak
Berkebutuhan Khusus.
Tujuan
adalah:(i).
dari
penyelenggaraan
Memberikan
kesempatan
Program
yang
Khusus
seluas-luasnya
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional,
mental,
dan
sosial
atau
memiliki
potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.(ii). Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif
bagi semua peserta.
Tabel 4.2 Ruang Lingkup Program Khusus
No
Jenis
Ketunaan
Materi Khusus
Alternatif
1
Tunagrahita
Bina Diri
KTK/ tambah jampel
2
Tunadaksa
Bina Gerak
KTK/ tambah jampel
3
Giftet
Sosialisasi
Percepatan dan pengayaan
4
Autis
Bina Komunikasi
KTK/ tambah jampel
Sumber :Laporan tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
Ruang Lingkup Program khusus disesuaikan dengan jenis ke tuna
an siswa seperti contoh di atas, misalnya siswa Autis yang mempunyai
masalah dalam hal komunikasi maka materi khusus yang diberikan
adalah pembinaan komunikasi. Demikian pula untuk jenis ke tunaan yang
lain disesuaikan dengan kebutuhan siswa ABK.
54
Tabel 4.3 Pengaturan Beban Belajar
Satu Jam
Jumlah Jam
Minggu Efektif
Waktu
Per Tahun
Pembelajaran
Kelas Pelajaran Tatap Pembelajaran/
Muka / Menit
Minggu
Ajaran
Jam / Tahun
1
35
28
37
1.036
2
35
29
37
1.073
3
35
32
37
1.184
4
35
36
37
1.332
5
35
36
37
1.332
6
35
36
30
1.080
Sumber: Laporan Tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
a. Ketuntasan Belajar
Tingkatketuntasan per matapelajaran untuk tiap kelas
dapat dilihat didalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
No Mata Pelajaran
Angka
Huruf
A. Mata Pelajaran
1
Pendidikan Agama
67
Enam puluh tujuh
2
Pendidikan Kewarganegaraan
64
Enam puluh empat
3
Bahasa Indonesia
66
Enam puluh enam
4
Matematika
63
Enam puluh tiga
5
Ilmu Pengetahuan Alam
65
Enam puluh lma
6
Ilmu Pengetahuan Sosial
63
Enam puluh tiga
7
Seni Budaya dan Keterampilan
69
Enam puluh sembilan
8
Pendidikan
73
Tujuh puluh tiga
65
Enam puluh lima
62
Enam puluh dua
Jasmani,
Olahraga
dan
Kesehatan
B. Muatan Lokal
9
Bahasa Jawa
10 Bahasa Inggris
Sumber :Laporan Tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
55
Jika tingkat ketuntasan per matapelajaran untuk tiap
kelas tidak sama, padatabel
akan
ditunjukkan
sebagai
berikut.
Tabel 4.5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
No Mata Pelajaran
I
II
III
IV
V
VI
A. Mata Pelajaran
1
Pendidikan Agama
68
66
65
66
65
65
2
Pendidikan Kewarganegaraan
61
71
64
61
63
60
3
Bahasa Indonesia
65
70
63
63
68
60
4
Matematika
70
70
59
57
61
55
5
Ilmu Pengetahuan Alam
68
69
61
61
65
60
6
Ilmu Pengetahuan Sosial
61
69
62
61
59
60
7
Seni Budaya dan Keterampilan
72
69
68
65
66
70
8
Pendidikan Jasmani, Olahraga
79
73
73
65
71
70
68
68
59
60
65
60
61
61
57
60
66
60
dan Kesehatan
B. Muatan Lokal
9
Bahasa Jawa
10 Bahasa Inggris
Sumber :Laporan Tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
Bila siswa belum mencapai KKM, guru kelas / mata
pelajaran
melaksanakan
kegiatan
remedial
berbentuk
pengulangan materi yang belum dikuasai oleh siswa dan
kegiatan
pengayaan
dilaksanakan
oleh
guru
berbentuk
pemberian tugas-tugas individual atau berbentuk klasikal
untuk siswa yang telah mencapai KKM lebih cepat dari siswa
lainnya.
Selain
beban
belajar
dalam
bentuk
tatap
muka
(pertemuan di kelas) yang disajikan dalam bentuk tabel, beban
56
belajar diberikan juga dalam bentuk tugas terstruktur dan
tugas mandiri tidak terstruktur dan porsi waktu.
Contoh:Tugas
terstruktur
disajikan
dalam
bentuk
antara lain: (a) Pengerjaan soal/latihan di rumah (PR) (b).
Penugasan proyek secara berkelompok (c).Membuat hasil
karya produk.
Tugas mandiri tidak terstruktur diberikan sebagai
pengayaan dalam bentuk antara lain: (a). Membuat ringkasan
buku/cerita pendek (b). Mengumpulkan/mengkliping berita
tentang
suatu
topik
aktual
(c).Mengikuti
kegiatan
di
masyarakat dan melaporkan secara tertulis
Porsi waktu untuk tugas-tugas tersebut maksimum 40%
dari jumlah waktu tatap muka pada mata pelajaran yang
bersangkutan.
Catatan:
a. ABK
yang
mampu
menggunakan
anak
normal
menggunakan
mengikuti
kurikulum
reguler
ketuntasan belajar yang sama dengan
lain,
sedangkan
ABK
yang
tidak
kurikulum reguler/ PPI ketuntasan
belajar ditentukan oleh secara khusus oleh guru
pembimbing
khusus
yang
disesuaikan
dengan
ketuntasan
belajar
kemampuan peserta didik.
b. Diusahakan
setiap
tahun
mengalami peningkatan sehingga 5 tahun kedepan
untuk kelas 1 sampai dengan kelas 6 ketuntasan
belajar mendekati 75 %.
b. Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup dalam pengembangannya
terintergarasi dengan semua mata pelajaran.Aspek kecakapan
hidup yang dikembangkan meliputi Kecapakan Personal dan
Sosial.
57
a. Kecakapan Personal meliputi :
(i). Kesadaran diri antara lainJujur, Disiplin, Bekerja Keras,
Bertanggung Jawab, Toleran, Suka Menolong dan Peduli
Lingkungan.
(ii).
Kecakapan
berpikir
antara
lainmencari
informasi
dilakukan dengan kegiatan observasi, membaca, bertanya
dan menganalisa
b. Kecakapan Sosial Meliputi (i).Kecakapan berkomunikasi
baik lisan maupun tulisan (ii). Kecakapan bekerjasama
4.2.1.3 Tenaga Pendidik
Jumlah keseluruhan guru adalah 10 guru, yang terdiri
dari : 3 guru kelas, 2 guru PAI, 1 Kepala Sekolah dan 1 guru
OR. Ada satu Guru CPNS dan
guru
kelas
IV
dan
2 guru Wiyata Bakti
Bahasa
Inggris,
serta
1
yaitu
kepala
TU.Sedangkan guru pembimbing khusus (GPK) hanya ada
satu, tetapi guru ini merangkap sebagai guru olah raga dan
sudah mengikuti pendidikan khusus inklusif selama 6 bulan
bersertifikat sehingga dapat membantu pada saat diperlukan
sekalipun
waktunya
terbatas.
Jika
ada
anak
yang
memerlukan penanganan khusus pada saat pembelajaran
maka anak tersebut akan dibawa ke ruang perpustakaan atau
kantor guru atau kepala sekolah untuk ditangani secara
khusus. Beberapa guru kelas dan juga guru agama Islam di
sekolah ini telah mengabdi selama lebih dari 20 tahun di SD
Negeri Pulutan 02 Salatiga sehingga mereka sudah sangat
kaya dalam pengalaman mengajar dan menangani bermacammacam karakter anak.
Berdasarkan
pengamatan
peneliti
dan
wawancara
dengan guru kelas di sekolah ini, Guru kelas membuat
program
pelayanan
pendidikan
58
yang
sederhana
untuk
membantu siswa yang slow learner di kelasnya. Lalu guru
kelas meminta pengarahan dari kepala sekolah atau kerja
sama dari sekolah luar biasa dalam membuat PPI (Program
Pembelajaran
Individu)
yang
sederhana.
Siswa
yang
berkebutuhan khusus /slow learner selalu mendapatkan
pembelajaran remedial jika diperlukan. Guru kelas maupun
guru mata pelajaran memberikan pengayaan serta penilaian
yang sesuai dengan keadaan siswa slow learner.
Sedangkan menurut Guru Pembimbing Khusus (GPK)
yaitu Pak Hery tentang program pembelajaran individual (PPI)
yang dilakukannya untuk siswa slow learner di SD Negeri
Pulutan 02 seperti dituturkan sebagai berikut :
Anak yang kesulitan belajar itu saya suruh membuat ketrampilan
yang sesuai dengan kebutuhannya, seumpamanya dia mempunyai
masalah dalam membaca, dia membuat ketrampilan prakarya
bentuk
huruf-huruf
yang
mendukung
pembelajarannya.
Dan
biasanya anak tersebut diambil dari kelas dan diberi pelajaran
khusus di ruangan perpustakaan atau ruang computer. (27
September 2014)
Keadaan kelas pada waktu pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar dan tertib karena dengan jumlah
murid di kelas yang tidak lebih dari 15 anak maka guru kelas
maupun guru mata pelajaran dapat menciptakan suasana
belajar yang kondusif serta nyaman bagi semua anak.
4.2.1.4 Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan di kelas dan wawancara
dengan guru-guru di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga tentang
59
kegiatan pembelajaran di kelas maka diperoleh data sebagai
berikut:
a. Perencanaan Pembelajaran
Belum ada panduan program kegiatan pembelajaran
khusus untuk siswa slow learner dari sekolah ini sehingga
masing-masing guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan pembelajaran kelas regular yang disesuaikan dengan
kemampuan siswa masing-masing. Guru kelas maupun guru
mata pelajaran membuat perencanaan pembelajaran masingmasing sesuai dengan buku pegangan dari yang dipakai oleh
siswa di sekolah dan disesuaikan dengan kondisi anak slow
learner yaitu banyak melakukan pengulangan dan pengayaan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah
dimanasiswa slow learner dicampur dengan anak normal
maka guru memberikan pelayanan tambahan untuk siswa
slow learner agar tidak ketinggalan dalam memahami semua
pelajaran, yaitu dengan memberikan pelajaran tambahan
dengan metode yang kongkrit seperti melihat gambar, video
dari internet ataupun peragaan. Karena media-media seperti
ini yang akan menjembatani pemahaman mereka terhadap
pelajaran
yang
diberikan.
Para
guru
berusaha
mengoptimalkan media pembelajaran yang ada disekolah agar
dapat memperlakukan siswa slow learner secara baik dan
benar.
c. Evaluasi
Evaluasi/ penilaian bagi siswa yang dilakukan oleh SD
Negeri Pulutuan 02 Salatiga ini adalah sebagai berikut:
Kenaikan kelas dan kelulusan siswa:
a. Kriteria Kenaikan Kelas
Kenaikan
kelas
dilaksanakan
pelajaran
60
setiap
akhir
tahun
Kriteria kenaikan kelas :
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada
dua semester di setiap kelas
2) Tidak
terdapat
nilai
di
bawah
Stadar
Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) lebih dari tiga mata
pelajaran
3) Rata-rata nilai kepribadian baik
b.Kriteria Kelulusan
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2) Memperoleh nilai minimal BAIK untuk seluruh
kelompok mata pelajaran: Agama dan akhlak mulia,
Kewarganegaraan dan kepribadian, estetik, jasmani,
olahraga, dan kesehatan
3) Lulus Ujian Sekolah / Ujian Nasional sesuai dengan
peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
yang
berlaku.
4.2.1.5 Sarana Prasarana
Sarana yang bersifat umum yang dibutuhkan di sekolah
sudah cukup lengkap seperti : ruang kelas, ruang guru dan
kepala
sekolah
(masih
digabung),
perpustakaan
yang
merangkap ruang komputer siswa, lapangan olah raga,
kantin, toilet, dan halaman belakang yang luas serta dapat
digunakan siswa untuk belajar menanam.
Sarana prasarana khusus untuk kebutuhan siswa ABK
belum ada karena tidak memiliki ruang sumber (resource
room)
sebagai
sarana
pendukung
untuk
siswa
slow
learner.Ruang sumber merupakan ruang yang seharusnya
disediakan
oleh
sekolah
untuk
memberikan
pelayanan
pendidikan khusus bagi anak berkesulitan belajar dan slow
learners.
61
4.2.1.6 Pemberdayaan Masyarakat
Berbagai kerjasama telah dibangun oleh SDN Pulutan
02.Yaitu
kerjasama
UKSWuntuk
dengan
kegiatan
program
PPL,
studi
S1
pembinaan
PGSD
kegiatan
ekstrakurikuler dan lain-lain.
Dukungan dari berbagai pihak terutama dari para
pemangku kepentingansepertiDPRD , anggota masyarakat
seperti lingkungan RW dan RT serta dukungan dari Komite
Sekolah sehingga sekolah mendapat bantuan drumband dan
juga mencarikan pelatihnya.
4.2.2Komponen Proses
Pada tahap proses, peneliti mengumpulkan data yang
menggambarkan sejauh mana perilaku siswa berubah seperti
yang diperkirakan akibat proses pembelajaran.Yang dievaluasi
adalah keterkaitan (kegayutan) antara sesuatu yang akan
diubah dalam hal ini adalah peserta didik, tenaga pengajar
dan masyarakat dengan kegiatan (proses) untuk mengubah,
membangun, sertamengembangkannya.
4.2.2.1.Peserta didik
Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti melalui
observasi di kelas dan wawancara dengan murid tentang
perilaku/
hasil
peserta
didik
akibat
kegiatan
proses
pembelajaran adalah:
Pertama, Melalui Proses Pembelajaran yang dilakukan di
kelas,
Peserta
didik
dapat
mengikuti
pelajaran
dengan
pembelajaran yang diberikan guru pada saat di kelas. Peserta
didik yang slow learner diberikan pengulangan dan penjelasan
khusus serta tugas tambahan sehingga dapat memahami
pelajaran yang diberikan.
62
Kedua, Peneliti juga melihat bahwa perilaku siswa-siswa
yang normal maupun slow learner terlihat cukup baik dan
dapat bekerja sama. Ketika peneliti berkesempatan mengajar
di kelas pun terlihat bahwa para siswa mempunyai perilaku
yang baik, sopan dan cukup antusias untuk mengikuti
pelajaran.
Ketiga, Menurut keterangan dari guru dan kepala
sekolah,beberapa murid yang pindahan dari sekolah lain
karena bermasalah, pada awalnya murid-murid tersebut tidak
mau belajar dan tidak mau mengerjakan tugas PR maupun
tugas
sekolah
tetapi
perkembangannya
setelah
yaitu
mereka
mengerjakan tugas-tugasnya.
saat
mau
ini
sudah
belajar
terlihat
dan
mau
Peneliti mencoba melakukan
wawancara dengan siswa tersebut yang saat ini sudah kelas V
SD dan termasuk siswa slow learneryaitu Samudra dan Yoga.
Mereka mengatakan bahwa mereka senang belajar di sekolah
dan dapat mengerti pelajaran yang diberikan guru karena
guru mengajar dengan sabar, jelas dan menggunakan alat
peraga.
Seperti yang dituturkan oleh Samudra sebagai berikut
“kayak istimewa sekolah e…gurunya baik banget dan jelas
kalo ngajar pake alat peraga misalnya peta dan globe.”
Demikian juga yang dikatakan Yoga tentang sekolah dan
guru sebagai hasil Wawancara tgl 27 September 2014:
Gurunya nyantai dan ga terlalu cepat kalo ngajar.Kalo ada
teman yangmengejek biasanya dinasehati guru dan teman itu
mau minta maaf.
4.2.2.2.Tenaga Pendidik
Dari pengamatan dan wawancara dengan
guru kelas,
guru mata pelajaran dan GPK yang mengajar di SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga maka diperoleh data dan keterangan
bahwa sebagian besar guru-guru yang mengajar di SD Negeri
63
Pulutan 02 ini adalah guru yang sudah lebih dari 10 tahun
mengajar bahkan ada yang sudah 20 tahun. Meskipun telah
mempunyai bekal pengalaman mengajar yang sudah lama
tetapi mereka tetap berusaha belajar memodifikasi materi
pelajaran
ataupun
kurikulum
yang
disesuaikan
dengan
keadaan siswanya khususnya slow learner.Jika ada kesulitan
para guru ini dibantu oleh GPK, kepala sekolah dan juga
pembelajaran dari pelatihan yang telah diberikan dari ahli
terkait untuk mengajar siswa ABK.Hal ini membuat para guru
lebih kreatif, lebih sabar dan tidak membeda-bedakan siswasiswanya bahkan bisa lebih memahami tiap-tiap perbedaan
siswa-siswa nya di kelas.
4.2.2.3. Orang tua/masyarakat/komite
Pengamatan dan wawancara dengan orang tua tentang
pendapat
mereka
mengenai
sekolah
inklusif
maupun
keterlibatan orang tua di sekolah diperoleh kesimpulan bahwa
meskipun masih ada orang tua yang tidak mengerti tentang
pendidikan inklusif tetapiada yang sudah merasa puas
menyekolahkan anaknya di sekolah inklusif dan orang tua
juga membantu dalam pelajaran anaknya di rumah, seperti
hasil wawancara tanggal 27 September 2014 dengan ibu Siti
Muniroh orang tua dari siswa Aditya, kelas 2 SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga
Setelah sekolah disini anak saya ga manja, ga kelahi dengan
teman-temannya lagi seperti waktu di TK dulu... Anak saya
cocok sekolah disini.karena muridnya ga terlalu banyak,jadi
pengajarannya lebih jelas seperti di privat sendiri gitu…. Saya
di rumah juga membantu pelajaran bahasa Inggris atau
matematika anak saya… Harapan saya nanti anak saya bisa
lulus dan bisa masuk SMP yang favorit gitu..
Sedangkan dari sisi komite sekolah, sudah terlibat
dalam
membantu
penyediaan
64
kebutuhan
siswa
seperti
drumband.Demikian juga masyarakat setempat terlibat dalam
kegiatan
sekolah
seperti
kegiatan
keagamaan
pengajian,kegiatankebersihan dll.
Disamping hal- hal di atas, sekolah juga melibatkan
pihak- pihak lain yang terkait dengan pendidikan inklusif di
sekolah dalam bentuk kerja samaseperti yang tertera dalam
tabel dibawah.
Tabel 4.6 Kerjasama yang Sudah Dilakukan dan Yang sedang
Berlangsung
Nama
No
Program
Instansi
Mitra
Kerjasama
Tahun
Lama
Hasil Yang
Kerjasama
dicapai
PPL
Perjanjian
1.
Kerjasama
PGSD UKSW
2011
3 tahun
Kemitraan
2.
Pengenalan
Komputer
Pendidikan
3.
Program
Inklusi
4.
FTI UKSW
SLB
Mangunsari
Pertimbangan
Dinas Tata
Teknis Tata
Kota Kota
Ruang
Salatiga
antara FKIP
dan SDN
Mahasiswa di
SD Pulutan
2012
1 semester
2012
1 tahun
2011
5 tahun
Pelatihan IT
Materi dan
bagi Guru
Foto
Konsultasi
masalah ABK
Pertimbangan
Pertimbangan
Teknis Tata
Teknis
Ruang di SD
PPL
FKIP UKSW
2012
3 tahun
Mou
Mahasiswa di
SD Pulutan
02
Pelita
Tes Psikologis
Mou
Pulutan 02
Pulutan 02
6.
Mou
02
Kerja Sama
5.
Bukti Fisik
Harapan
Mou
2012
1 tahun
Tes IQ
Bangsa
Pengisian
7.
School Visit
Faber Castell
2012
1 hari
LJK untuk
kelas 5 dan 6
65
Surat
SD
8.
Adiwiyata
MARSUDIRINI
Sekolah
2014
3 tahun
77
9.
dan Arsip
Kesepakatan
daerah Kota
rintisan
Adiwiyata
Perpustakaan
Nota
Mou
Pelayanan
2013
3 tahun
Perpustakaan
Mou
Keliling
Salatiga
Kesepakatan
kerjasama
10.
Progdi BKFKIP dengan
Tes IQ dan
BK UKSW
2014
1 tahun
konsultasi
Mou
ABK
SDN Pulutan
02
Sumber :Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
4.2.3Komponen Produk
Pada tahap ini adalah mengadakan analisis data dan
menetapkantingkat output yang diperoleh. Pertanyaanyang
diajukan dalam tahap ini adalah apakah program sudah
mencapai tujuan terminalnya?”
4.2.3.1Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Kehadiran sekolah inklusi ini membuka kesempatan
bagi siswa berkebutuhan khusus untuk dapat bersekolah
dengan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya serta
dapat menghapus batas antara anak normal dan anak
berkebutuhan khusus, anak dari kalangan mampu dan
kurang mampu serta perbedaan lainnya.Sistem belajar di
sekolah inklusi ini tidak jauh berbeda dengan sekolah regular
pada umumnya.Hanya porsi belajar pada anak berkebutuhan
khusus
(slow learner)
lebih
kecil
daripada
anak
yang
normal.Sehingga standar yang ditetapkan adalah sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki anak.Anak-anak yang
66
bersekolah di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga sangat menikmati
bersekolah di sini karena merasa semua teman saling
menerima, guru mengajar dengan baik dan dapat dimengerti
oleh anak-anak serta merasakan fasilitas yang cukup untuk
kebutuhan mereka di sekolah.
4.2.3.2Ouput Peserta Didik sesuai yang diharapkan
Secara akademik semua siswa kelas 1,2,3,4 dan 5 bisa
mengikuti pelajaran dengan baik dan dapat melanjutkan ke
kelas berikutnya. Sedangkan siswa kelas 6 semua lulus dan
bisa melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah lanjutan negeri
maupun swasta. Siswa kelas 6 yang slow learner pun bisa
melanjutkan sekolah ke sekolah Pesantren. Meskipun siswa
kelas 6 tidak semua mengikuti ujian nasional, khususnya
siswa slow learner,tetapi mereka dapat mengikuti ujian yang
diadakan oleh sekolah yang sesuai dengan standar yang telah
dilakukan oleh sekolah dan semua siswa slow learners bisa
lulus semua. Demikian juga dengan siswa-siswa slow learners
dari kelas 1 sampai kelas 5, dapat naik kelas tetapi dengan
standar kelulusan yang telah ditetapkan dari sekolah khusus
untuk siswa-siswa slow learner.
Siswa-siswa SD Negeri Pulutan 02 juga telah berhasil
mengukir prestasi
dalam berbagai kegiatan lomba dalam
beberapa bidang sebagai berikut:
Tabel 4.7 Prestasi Sekolah dalam Bidang Akademik
No.
1.
Nama Lomba
Nama Siswa
Yang Diikuti
yang Mengikuti
Shalat Putra
Tahun
Prestasi
M.Farhan Toha
2013
III Kota
Muh. Fadil A.
2012
Bukti
Fisik
Piagam
Mapel Agama cab.
2.
Khat dan Kaligrafi
III Kota
Putra
Sumber: Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
67
Piagam
Data di atas menunjukkan bahwa prestasi yang
berhasil dicapai siswa SD Negeri Pulutan 02 selama 2 tahun
berturut-turut sehingga mendapatkan penghargaan adalah
dalam bidang akademik agama Islam.
Tabel 4.8 Prestasi Sekolah dalam Bidang Olahraga
Cabang
No.
Olahraga
Nama Siswa
Nama Lomba
Tahu
yang
yang Mengikuti
Yang Diikuti
n
Prestasi
yang
diraih
diikuti
Tenis Meja
1.
Atletik
2.
Tenis Meja
Niken Sari
Putri
Anggi Prasetya
W.
Senam
2012
2012
Juara II
kat
sehingga mendapat penghargaan .
Tabel 4.9 Prestasi Sekolah dalam Bidang Kesenian
A.
B
1
Tahun
Prestasi
2013
Juara III
2013
Juara I
TINGKAT PROVINSI
1
Nasyid
Ikrar dan Nasyid
TPQ
TINGKAT KOTA
Menyanyi
Lomba Vocal
68
kat
II
Negeri Pulutan 02 sudah berhasil menunjukkan prestasi
Nama Lomba
Sertifi
Sertifi
Dalam bidang olah raga tenis meja dan atletik siswa SD
Kesenian
Fisik
Harapan
Sumber : Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
No.
Bukti
Skor
No.
Kesenian
Nama Lomba
Tahun
Prestasi
2014
Juara I
2013
Juara II
2014
Juara II
Menyanyi Tunggal
2014
Juara II
Lomba Khat Putri
2014
Juara III
2013
Juara III
2013
Juara III
2013
Juara III
2013
Juara III
2012
Juara III
2013
Juara I
2012
Juara I
2013
Juara I
2013
Juara III
Kelompok B
2
Menyanyi
Lomba Fun Day
With Ada Baru
Menyanyi
3
Lomba Lagu
Indonesia Kategori
II
4
5
6
7
8
9
10
Tarlil
Lomba Tartil
Quran Putra
FLS2N
Kaligrafi
Menyanyi
Loma Solo Vokal
Tk. SD
Menyanyi
Lomba Menyanyi
Lagu Perjuangan
Menyanyi
Lomba Karaoke
Kategori B
Kaligrafi
Lomba Khat Putra
Menyanyi
Lomba
11
Penghayatan Lagu
Islami
C
1
2
3
4
D
TINGKAT KECAMATAN
Puisi
Lomba Geguritan
Putri SD
Puisi
Lomba Puisi SD
Kaligrafi
Lomba Khot
Qur’an
Kaligrafi
Lomba Khot
Qur’an
TINGKAT KOTA HARAPAN
1
Mozaik
Lomba Mozaik
2012
Harapan I
2
Mozaik
Lomba Mozaik
2012
Harapan II
Lomba Mozaik
2012
3
4
Mozaik
Puisi
Lomba Ikrar dan
Puitisasi
69
2012
Harapan
III
Harapan II
Skor
No.
E
1
2
Kesenian
Nama Lomba
Tahun
Prestasi
2014
Harapan I
Skor
TINGKAT KECAMATAN HARAPAN
Puisi
Lomba FLS2N Cab.
Cipta Puisi
Menyanyi
Lomba FLS2N Cab.
Menyanyi Tunggal
2014
Harapan
III
Sumber : Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
d. Prestasi Lain-Lain Sekolah Dalam Bidang Lain-Lain (Ekstra
Kurikuler):
1. Juara Umum Lomba Kreatifitas Siswa SD Se-Kota Salatiga
Tahun 2012.
2. Juara Harapan I Barung Putri Pesta Siaga Tk. Kawarran
Sidorejo Tahun 2012.
3. Juara Harapan III Barung Putra Pesta Siaga Tk. Kawarran
Sidorejo Tahun 2012.
4. Mengisi Tari dalam Festival Anak Indonesia Terampil (FAST)
di Polres tahun 2012
5. Juara I Geguritan mengisi acara Masa Orientasi Peserta
Didik (MOPD) jenjang SMA/MA/SMK
Tingkat Kota Salatiga
Tahun 2013 di depan Wali Kota
6. Kunjungan dari Team Leader Plan Indonesia Program Unit
Purwodadi Tahun 2013
4.2.3.3Output Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik mendapat kesempatan belajar cara
mengajar yang berbeda dalam melakukan pembelajaran bagi
peserta didik yang memiliki kondisi slow learner. Sehingga
guru berpeluang menjadi lebih kreatif, lebih sabar dan lebih
berkualitas.Beberapa guru juga mendapat kesempatan untuk
mengembangkan karirnya dalam bidang pendidikan Inklusif
seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini :
70
Tabel 4.10 Pengembangan Karir Guru
Nama
Pendidikan/Pel
atihan
Tahun
Penyelenggara
Bukti fisik
Diklat Pendidik
1
Masduki
dan Tenaga
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
2
Tri Sunarti,
dan Tenaga
S.Pd.
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
3
Niluh Sriana
dan Tenaga
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
4
Buyung
dan Tenaga
Sukananda
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
5
Heri Susanto,
dan Tenaga
S.Pd
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
6
Marsiyem
dan Tenaga
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
7
Mustofa
dan Tenaga
Mualimin, S.Pd.
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
8
Efendi, S.Pd.
dan Tenaga
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Hana
9
Pratimawanti,
S.Pd.
Diklat Pendidik
dan Tenaga
2012
Kependidikan
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
10
Ina Mahanani
dan Tenaga
2012
Kependidikan
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
11
Edi Suifan
dan Tenaga
2012
Kependidikan
71
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Pendidikan/Pel
Nama
atihan
Tahun
Penyelenggara
Bukti fisik
Sekolah Inklusi
12
13
Th.Sri Rahayu,
S.Pd.
Masduki
PPL
2012
PPL
2012
FKIP UKSW
FKIP UKSW
SK Guru
Pamong
SK Guru
Pamong
Sumber : Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
4.2.3.4Keterlibatan orang tua, masyarakat dankomite.
Sudah terlaksana sesuai dengan yang diharapkan dari
program pendidikan inklusif sebagai berikut: (a). Orang tua
merasa dihargai dan menganggap dirinya sebagai mitra dalam
memberikan kesempatan belajar yang berkualitas untuk
anak.(b). Mereka mengetahui bahwa anaknya dan semua anak
menerima pendidikan yang berkualitas bahkan merasa di
perlakukan spesial seperti murid privat karena adanya
penanganan yang bersifat individual yang berfokus pada anak.
(c). Masyarakat merasa lebih bangga ketika lebih banyak anak
bersekolah dan mengikuti pembelajaran. (d). Peran serta telah
dilakukan dengan banyak pihak seperti komite, kelurahan,
dinas tata kota, perpusatakaan daerah, FKIP UKSW, BK
UKSW, Masyarakat RW 02,03,05, kecamatan,serta DPRD
Salatiga.
4.3Pembahasan
Dalam bagian pembahasan, diuraikan tentang analisis
kesenjangan dalam empat bagian analisis pembahasan yaitu,
tahapan desain, tahapan instalasi, tahapan proses dan
tahapan produk.
4.3.1 Kesenjangan Tahapan Desain
72
Berdasarkan uraian hasil diatas maka pada analisis
kesenjangan desain dapat diuraikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.11 Temuan Tahap Konsep dan Desain
Desain Input
Indikator Desain
TemuanKesenjangan
1. Peserta
Interaksi siswa normal dengan
Interaksi siswa normal dengan
Didik/siswa
ABK berjalan dengan baik
ABK, tidak ada penolakan
2. Kurikulum
Terintegrasi dalam dua
Terintegrasi dalam dua
kebutuhan
kebutuhan
3. Tenaga Pendidik
Keahlian relevanterakreditasi,
faham visi/misi sekolah
GPK perkelas kurang
inklusi, dibedakan guru kelas,
proporsinya.
guru mata pelajaran & GPK
4. Kegiatan
Terfokus ke anak, kelas kecil
Pendekatan cukup baik
Sarana umum & sarana
Sarana umum terpenuhi, sarana
khusus
khusus masih sangat kurang
6. Pemberdayaan
Dukungan dari
Dukungan masyarakat/ orang
Masyarakat/orang
masyarakat/orang tua/komite
tua/komite cukup tinggi
tua/komite
tinggi
meskipun belum terorganisir
Pembelajaran
5. Sarana Prasarana
Desain Proses
1. Kegiatan belajar
Pengetahuan
siswa
Pramuka,
umum,
BK,
Penilaian
raga,
seni,
terfokus
olah
pembiasaan,
pembinaan
hasil
belajar
pada
masih
capaian
pengetahuan umum siswa.
keteladanan, PBKB, program
khusus ABK
2. Kegiatan mengajar
Metode & materi yang terpusat
Komposisi jumlah siswa dalam
pendidik
pada potensi, perkembangan,
kelas dan guru kelas mengajar
kebutuhan
belum ideal.
&
kepentingan
anak, kelas kecil, terintegrasi
normal dg ABK, terdiri dari
guru, guru mata pelajaran &
GPK,
hubungan
guru-murid
informal
3. Kontribusi
Langsung,
masyarakat/ orang
terintegrasi dengan kebutuhan
intensif
dan
Antusias
mendaftarkan anak slow learner
masyarakat
tua/komite
masing-masing siswa.
cukup tinggi
Desain Output
1. Variabel Siswa
Siswa
mengusai
Kecakapan
Kecakapan
lingkungan)
KKM,
Raport dan hasil ujian akhir
(a).
siswa memuaskan tetapi belum
&
mampu menyediakan alat ukur
hidup
Personal
(b).
(diri
Kecakapan
Berfikir (d). Kecakapan Sosial
73
variabel
personal/lingkungan,
kecakapan
berfikir
Desain Input
Indikator Desain
TemuanKesenjangan
(komunikasi dan kerjasama).
dan kecakapan sosial siswa.
2. Variabel Tenaga
Meningkat
Adaptasi
Pendidik
keahlian, metode KBM makin
Pendidik baik, meskipun kurang
variatif & intensif mendukung
dukungan pendampingan serta
tumbuh kembang siswa.
pelatihan
kecakapan,
kemampuan
lanjutan
Tenaga
dibidang
pendidikan inklusif
3. Variabel
Orang
Masyarakat/orang
mendukung kebutuhan, bakat
tua
mengenali
&
Tingkat kepuasan orang tua dan
masyarakat
tua/komite
tumbuh kembang anak.
diukur.
belum
pernah
Masyarakat aktif mendukung
kebijakan sekolah
Pada tahap desain, terdapat sedikit kesenjangan pada
desain input dan desain proses yaitu pada variabel tenaga
pendidik karena dengan jumlah siswa slow learner di tiap
kelas cukup banyak sedangkan guru pembimbing khusus
(GPK) hanya 1 orang maka kurang proporsional untuk dapat
menangani
seluruh
siswa
slow
learner
di
sekolah.
Sedangkan pada desain output, untuk variabel peserta
didik : hasilRaport dan hasil ujian akhir siswa adalah
memuaskan meskipun belum tersedia alat ukur variabel
kecakapan
personal/lingkungan,
berfikir
dan
kecakapan
sosial siswa. Pada variabel tenaga pendidik:
adaptasi
kemampuan Tenaga Pendidik sudah cukup baik, meskipun
kurang dukungan pendampingan serta pelatihan lanjutan
dibidang
pendidikan
inklusif.
Dan
pada
variabel
masyarakat/orang tua/komite juga belum pernah dilakukan
pengukuran tingkat kepuasan dari masyarakat, orang tua dan
komite.
4.3.2 Kesenjangan Tahapan Instalasi
Ketepatan berbagai sumber daya/perlengkapan yang tersedia
untuk pelaksanaan program pendidikan inklusif slow learnersdapat
dilihat pada tabel berikut.
74
Tabel 4.12 Kesenjangan Tahapan Instalasi
Tahapan Instalasi
Indikator Instalasi
TemuanKesenjangan
1. Peserta
Konsep penerimaan siswa
Komposisi ideal siswa normal dan
Didik/siswa
baru
ABK dalam penerimaan siswa
Administrasi siswa baru
baru/pindahan belum ditetapkan oleh
telah,
sekolah.
Siswa telah mengetahui
Tidak semua siswa dan orang tua
konsep sekolah inklusi
siswa memiliki kesadaran
memasukan sekolah dengan konsep
sekolah inklusi. Yang penting diterima
di sekolah tersebut. Sekolah yang
dekat, murah.
2. Kurikulum
Visi, misi dan tujuan
Kurang di dukung oleh materi bahan
sekolah dalam KTSP telah
ajar untuk slow learner
terumuskan degan baik
3. Tenaga Pendidik
Guru memiliki keahlian
Belum ada kebijakan sekolah untuk
yang relevan, komposisi
mendidik secara khsusus keahlian
jumlah guru ideal dengan
guru dan komposisi jumlah guru
jumlah siswa
4. Kegiatan
Di desain dalam kelas kecil
Pembelajaran
Kegiatan belajar belum dikonsep
dalam silabus, RPP dan bahan ajar
yang tertib.
5. Sarana Prasarana
Kebijakan sarana umum
Kebijakan penyediaan sarana umum
dan sarana khusus.
masih dominan, sementara kebijakan
pengadaan sarana khusus masih
kurang
75
Tahapan Instalasi
Indikator Instalasi
6. Pemberdayaan
Dukungan dari org
Masyarakat/orang
tua/komite tinggi
TemuanKesenjangan
Komite sekolah masih belum optimal
tua/komite
Instalasi Proses
1. Kegiatan belajar
Pengetahuan umum, BK,
Dukungan materi belajar pendukung
siswa
Pramuka, olah raga, seni,
spt buku, laboratorium, alat olahraga,
pembiasaan,
pembinaan
seni dan budaya yang khusus untuk
keteladanan,
PBKB,
siswa slow learner masih kurang.
program khusus ABK
2. Kegiatan mengajar
Metode & materi terpusat
Belum
pendidik
potensi,
maksimalisasi
perkembangan,
tersedianya
kebutuhan & kepetingan
mencapai
anak,
dibutuhkan.
kelas
terintegrasi
kecil,
normal
kebijakan
fungsi
kondisi
bagi
guru
untuk
ideal
yang
dg
ABK, terdiri dari guru &
GPK, informal
3. Kontribusi
Langsung,
masyarakat/ orang
terintegrasi
intensif
dan
tua/komite
kebutuhan masing-masing
dengan
Antusias
masyarakat
mendaftarkan
anak slow learner cukup tinggi.
siswa.
Instalasi Output
1. Siswa
Siswa
mengusai
Kecakapan
KKM,
hidup
(a).
Raport dan hasil ujian akhir siswa
memuaskan
tetapi
mampu
ukur
variable
menyediakan
lingkungan)
(b).
kecakapan
(d).
berfikir dan kecakapan sosial siswa.
Kecakapan
Berfikir
Kecakapan
alat
belum
Kecakapan Personal (diri &
personal/lingkungan,
Sosial
(komunikasi
dan
kerjasama).
2 Tenaga Pendidik
Meningkat
keahlian,
kecakapan,
metode
KBM
Adaptasi
Pendidik
kemampuan
baik,
meskipun
Tenaga
kurang
makin variatif & intensif
dukungan pelatihan/kursus lanjutan
mendukung
dibidang pendidikan inklusif.
tumbuh
kembang siswa.
3. Masyarakat/orang
Orang tua mengenali &
Tingkat
tua/komite
mendukung
masyarakat belum pernah diukur oleh
bakat
kebutuhan,
tumbuh
kembang
kepuasan
orang
tua
dan
sekolah.
anak.
Masyarakat
aktif
mendukung
kebijakan
sekolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahap
instalasi ini ditemukan kesenjangan instalasi input, instalasi
76
proses dan instalasi outputpada hampir semuakomponen
yaitu peserta didik, kurikulum,tenaga pendidik, kegiatan
pembelajaran,
sarana
prasarana
dan
pemberdayaan
masyarakat/orang tua serta komite.
4.3.3 Kesenjangan Proses
Apakah perilakunya berubah sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak?Jika ternyata tidak, artinya terdapat kesenjangan dan
perlu
dilakukanperubahan
terhadap
aktifitas-aktifitas
yang
diarahkan untuk mencapai tujuan perubahan perlaku tersebut.
Tabel 4.13 Kesenjangan Proses
Tahapan Proses
Indikator Proses
1. Kegiatan
Pengetahuan
belajar siswa
BK,
TemuanKesenjangan
umum,
Pramuka,
olah
Penilaian
masih
hasil
terfokus
raga, seni, pembiasaan,
capaian
pembinaan
umum siswa.
keteladanan,
PBKB,
program khusus ABK
belajar
pada
pengetahuan
Pendekatan
kegiatan
belajar bagi reguler masih
dominan.
Slow
learner
menjadi
belum
prioritas
pembelajaran
2. Kegiatan
Metode
&
materi
mengajar
terpusat
pendidik
perkembangan,
potensi,
kebutuhan
&
kepetingan anak, kelas
kecil,
terintegrasi
normal dg ABK, terdiri
dari guru, guru mata
pelajaran
&
GPK,
77
Komposisi jumlah siswa
dalam
kelas
kelas
mengajar
ideal.
dan
guru
belum
hubungan guru-murid
informal
3. Kontribusi
Langsung, intensif dan
Antusias
masyarakat
masyarakat/
terintegrasi
dengan
mendaftarkan anak slow
orang tua/komite
kebutuhan
masing-
learner cukup tinggi
masing siswa.
Pada tahap Proses ditemukan kesenjangan pada variabel kegiatan
belajar siswa karena penilaian hasil belajar masih terfokus pada capaian
pengetahuan umum siswa. Sehingga kegiatan belajar masih seperti
kegiatan pembelajaran regular dan bagi slow learner belum menjadi
prioritas. Sedangkan pada
kegiatan mengajar pendidik, terdapat juga
kesenjangan dalam hal komposisi jumlah siswa dalam kelas dan guru
kelas mengajar yang belum proporsional/ideal. Karena jumlah siswa slow
learner
melebihi proporsional tiap kelas sedangkan kegiatan mengajar
masih terfokus pada kegiatan mengajar regular. Sedangkan pada variabel
masyarakat/orang tua siswa dan komite terlihat respon yang positif pada
penyelenggaraan pendidikan inklusif slow learner di SD Negeri Pulutan 02
Salatiga.
4.3.4 Kesenjangan Produk
Selama
tahap
produk,
penilaian
dilakukan
untuk
menentukan apakah tujuan akhir program tercapai atau tidak?
Tabel 4.14 Kesenjangan Produk
Tahapan
Indikator Produk
Temuan Kesenjangan
Produk
1. Siswa
Komposisi kenaikan
Identifikasi
dan kelulusan siswa
siswa slow learner sudah
100%
dijalankan tetapi sebatas
Siswa naik kelas dan
tes psikologi belum pada
lulus
kondisi anak setelah lulus
menguasai
setelah
KKM,
terhadap
dari SD.
Kecakapan hidup (a).
Assessment
Kecakapan Personal
siswa
(diri & lingkungan)
sehingga output produk
78
belum
terhadap
dilakukan
Tahapan
Indikator Produk
Temuan Kesenjangan
Produk
(b).
Kecakapan
Berfikir
Kecakapan
(d).
diukur.
Sosial
Tujuan
(komunikasi
dan
kerjasama).
Kondisi
siswa masih belum dapat
akademik
siswa
dalam hal kenaikan dan
kelulusan 100% tercapai.
kebutuhan
siswa sebelum dan
sesudah
sekolah
belum diukur secara
jelas,
khsususnya
bagi
anak
slow
learner.
2. Tenaga
Pendidik
Meningkat
Guru
kecakapan, keahlian,
melakukanmodifikasi
metode KBM makin
pengajaran sesuai dengan
variatif
visi,
&
intensif
misi
mampu
dan
tujuan
tetapi
masih
mendukung tumbuh
sekolah,
kembang siswa.
belum
Memiliki
kapasitas
pendamping
belakang
kelas karena proporsional
dan
latar
pendidikan
sesuai
bidang
yang
dengan
guru
khusus
di
siswa di kelas tidak ideal.
Sekolah
telah
mampu
memodifikasi dari sekolah
yang
reguler menjadi sekolah
inklusi meskipun dengan
diampu.
Memiliki
terpenuhi
dan
kerja
keahlian
telah
kesadaran
administrasi
yang
beberapa kelemahan yang
perlu di perbaiki.
semakin baik dalam
Dokumen visi, misi dan
perencanaan,
kurikulum sekolah telah
pelaksanaan
dan
disusun kedalam konsep
program inklusi sekolah.
evaluasi KBM.
Kurikulum
KTSP
telah
terintegrasi dalam materi
pengajaran
pendidikan
inklusif.
3.Masyarakat/
Komite sekolah dan
79
Masyarakat
dan
Orang
Tahapan
Indikator Produk
Temuan Kesenjangan
Produk
orangtua/
masyarakat sekitar
tua siswa belum diukur
komite
terlibat dalam kegiatan-
tingkat kepuasannya
kegiatan sekolah
Kondisi
komite
perencanaan,
berjalan
baik
implementasi dan
masih terbatas perannya
evaluasi sekolah.
dalam
sekolah
meskipun
pengelolaan
keuangan dan perencaan
program sekolah.
Berdasarkan
tabel
diatas,
tahapanproduk terbagi dalam
tiga
kesenjangan
variabel
pada
pengukuran.
Yaituvariabel siswa, variabel tenaga pendidik, dan variabel
masyarakat. Pada variabel siswa secara akademis tercapai
output produknya, meskipun secara penilaian non akademis
seperti kecakapan personal (komunikasi, sosial dll) belum
bisadiukur.
Pada
variabel
meningkat
kecakapan
pendidik
dan
,output
guru
kemampuannya
telah
dalam
menjalankan visi dan misi sekolah khususnya dalam kegiatan
mengajar siswa sekolah inklusislow learner tetapi masih
terdapat kesenjangan dalam kebutuhan guru pembimbing
khusus di tiap kelas Karen jumlah siswa slow learner di tiap
kelas cukup banyak sehingga tidak tertangani dengan optimal.
Perlu
pendampingan
dalam hal penanganan
pendidikan
inklusif slow learner bagi guru kelas agar pengajaran dapat
terfokus juga pada siswa slow learner.Demikian juga pada
variabel masyarakat/orangtua dan komite , bagi masyarakat
dengan ekonomi kecil makan kehadiran sekolah inklusi
disambut dengan antusias karena adanya penampungan bagi
siswa-siswa miskin dan berkebutuhan khusus, namun masih
terdapat kesenjangan dalam hal kontribusi dan perannya yang
sesuai dengan perencanaan program sekolah inklusi.
80
Hasil Penelitian Dan Pembahasan
4.1 Profil Sekolah
Sekolah Dasar Negeri Pulutan 02 Salatiga terletak di
jalan Dipomenggolo Nomor 11 Pulutan Salatiga, Kecamatan
Sidorejo, Desa/Kelurahan Pulutan dengan luas bangunan
sekolah 544m2 dan luas tanah 2.516 m2. Sekolah ini berdiri
pada tahun 1987 dan pada tahun 2011 telah mendapat
akreditasi A.
4.1.1Sejarah Sekolah
Kondisi awal sekolah dari segi ketenagaan yaitu belum
ada
tenaga
pendidik
yang
memiliki
sertifikasi
keahlian.Sedangkan dari segi kualifikasi pendidikan, baru ada
3 guru yang berlatar belakang pendidikan S1.Tetapi tahun
2014 ada 8 orang guru yang berpendidikan S1 dan kepala
sekolah berpendidikan S2.Jumlah keseluruhan guru adalah
10 guru, yaitu 7 PNS, 1 CPNS dan 2 guru Wiyata Bakti.
Dari segi sarana dan prasarana sebelumnya SDN
Pulutan 02 sangat minim bahkan terlihat kumuh dengan
gerbang yang sudah rusak.Sekarang sekolah sudah memiliki
jaringan free wifi. Ada bantuan sarana dari pemerintah terkait
dengan SDN Pulutan 02 sebagai SD Inklusi, sehingga dapat
bantuan sarana yang sangat membantu proses pembelajaran,
berupa dua LCD, 4 komputer, whiteboard di setiap kelas, dan
almari serta rak untuk administrasi sekolah.
48
Sementara itu, dari segi kesiswaan, jumlah siswa pada
tahun 2011/2012 ada 73 siswa.Pada tahun 2012/2013, ada
74 siswa.Sedang tahun 2014 ada peningkatan karena banyak
pindahan, sehingga menjadi 80 siswa dengan 33 anak ABK
atau 41, 25 %.
4.1.2 Visi dan Misi Sekolah
Visi Sekolah adalah terwujudnya SD bermutu yang
menjadi tempat menyenangkan bagi berkembangnya potensi
peserta didik baik akademik maupun non akademik dengan
menghargai
partisipasi
warga
sehingga
menjadi
mitra
masyarakatnya.Sedangkan
Mengembangkan
sekolah
dan
Misi
pendidikan
dan
dikagumi
Sekolah
inklusif
masyarakat,
yang
oleh
adalah
aktif,
(a)
kreatif,
inovatif dan menyenangkan yang berpusat pada peserta didik
untuk peningkatan mutu pendidikan, (b) Mengembangkan
mutu pendidik dan tenaga kependidikan untuk mendukung
pelayanan pendidikan yang professional, (c) Menjalin relasi
dan
kerjasama
intensif
mengoptimalkan
dengan
partisipasi
masyarakat
masyarakat
untuk
dalam
penyelenggaraan pendidikan, dan (d) Memberi kesempatan
pada warga sekolah untuk terlibat dalam kegiatan masyarakat
jika dibutuhkan.
4.2 Hasil Penelitian
Hasil penelitian di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga, akan
dijelaskandalam
tigatahapan,
Outputdibawah
ini,
yaitu
sebagaimana
Input,
Proses
ditetapkan
dalam
dan
6
komponen acuan atau standar Program Pendidikan Inklusif
(Kemendikbud, 2013).
49
4.2.1 KomponenInput
4.2.1.1Peserta Didik
a. Sasaran
Peserta didik SD Negeri Pulutan 02 Salatiga terdiri dari
peserta didik normal/biasa dan peserta didik berkebutuhan
khusus yaitu peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional,mental,sosial atau memiliki potensial kecerdasan
dan/atau bakat istimewa. Peserta didik yang diterima sebagai
siswa SD Negeri Pulutan 02 Salatigaadalah siswa kategori
slow learner bukan kategori berkebutuhan khusus lain seperti
tuna netra, tuna rungu, tuna wicara, tuna grahita,tuna
daksa,tuna
laras,
berkesulitan
belajar,autis,
memiliki
gangguan motorik, menjadi korban penyalahgunaan narkoba
atau sejenisnya.
Jumlah siswa pada tahun 2011/2012 ada 73 siswa
dengan laki-laki ada 36 siswa dan 37 siswa perempuan. Pada
tahun 2012/2013, ada 74 siswa yaitu laki-laki 43 siswa dan
perempuan 31 siswa. Sedang tahun 2014 ada peningkatan
karena banyak pindahan, sehingga menjadi 80 siswa dengan
jumlah laki-laki 45 siswa dan perempuan 35 siswa.Data pada
tahun 2014 ini ada 33 anak ABK atau 41, 25 %.
Dari tabel 4.1 menjelaskan profil siswa SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga.
50
Tabel 4.1 Keadaan Siswa Tahun Pelajaran 2013/2014
Kelas
Jml.
Laki-laki
Perempuan
Siswa Slow Learners
Rombel
Jumlah
(Laki-laki/perempuan)
I
1
7
8
7
15
II
1
7
6
5
13
III
1
8
2
3
10
IV
1
6
6
6
12
V
1
5
9
5
14
VI
1
12
4
7
16
Total
6
45
35
33
80
Sumber:Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga dan Laporan HasilTest
Psikologi Laboratorium Konseling UKSW.
Pertimbangan
menjadikan
SD
kemampuan
Negeri
sumber
Pulutan
02
daya
memilih
sekolah,
untuk
memprioritaskan sekolah inklusi khusus bagi slow learner.
b. Identifikasi
Proses penyaringan (screening) untuk menentukan jenis
kebutuhan khusus peserta didik dilakukan oleh sekolah
melalui guru. Identifikasi kebutuhan khusus telah dilakukan
oleh SD Negeri Pulutan 02 Salatiga sejak pendaftaran siswa
dan promosi sekolah dalam program penerimaan siswa baru.
Meskipun demikian sekolah juga bekerja dengan profesional
dan universitas (UKSW) untuk terlibat dalam penyaringan
siswa dengan instrumen standar. Hasil dari penyaringan ini
bertujuan mengidentifikasi perencanaan pembelajaran dan
pemantauan kemajuan belajar.
c. Assessment
51
Tindakanassessment SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
untuk
mengetahui
kondisi
peserta
didik
meliputi
aspekpotensi, kompetensi, dan karakteristik peserta didik
dalam rangka penentuan program pendidikan atau intervensi
untuk mengembangkan semua potensi yang dimilikinya.
Termasuk keunggulan dan hambatan yang diharapkan belajar
siswa.Dalam pelaksanaannya SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
melibatkan tenaga ahli seperti psikolog, dokter, dan profesi
spesifik yang terkait.
Dalam konteks pembelajaran dan layanan kekhususan
hasil
asesmen
dapat
digunakan
untuk
menetapkan
kemampuan awal peserta didik sebelum memperoleh layanan
pendidikan maupun intervensi kekhususan yang diperlukan.
Semua siswa di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga telah
melewati proses asesmen/identifikasi berupa tes psikologi
untuk menentukan kemampuan dan keadaan siswanya.
Menurut data penelitian dari psikolog menunjukan 1 orang di
atas rata-rata, 13 orang masuk rata-rata yang merupakan
latar belakang keluarga yang ditinggal orang tuanya bekerja
atau drop out, sedang 5 orang anak di bawah rata-rata dan 14
anak lambat belajar/slow learner . Kebanyakan siswa yang
masuk merupakan pindahan dari SD lain yang dikeluarkan
karena bermasalah di sekolah sebelumnya.
Menurut kepala sekolah penyebab masalah lambat
belajar atau slow learner siswa di SD Negeri Pulutan 02 ini
kebanyakan adalah faktor dari lingkungan keluarga seperti
yang
di
tuturkan
oleh
Kepala
Sekolah
Th.Sri
Rahayu(Wawancara tgl 10 Oktober 2014) sebagai berikut:
Anak-anak slow learner di sekolah ini kebanyakan dari
keluarga yang orang tua nya tidak harmonis.Jadi anak-anak
itu di rumah tidak mendapat perhatian yang baik apalagi
pendidikan tentang hal-hal karakter atau perilaku yang
52
baik.Karena orang tua sendiri tidak memberikan contoh yang
baik di rumah.Jadi anak-anak itu tidak mendapat dukungan
belajar dari orang tua.
Demikian juga hasil wawancara dengan pak Hery Guru
Pembimbing Khusus (GPK), menyatakan bahwa
penyebab
anak-anak slowlearner di sekolah ini bukan dari faktor
kesehatan tetapi dari faktor orang tua yang kebanyakan
sekolahnya hanya sampai SD seperti yang dituturkan pak Heri
Susanto (Wawancara tgl 27 September 2014)sebagai berikut:
Kebanyakan anak-anak slowlearner di sini bukan karena
faktor kesehatan tapi faktor lingkungan keluarga atau orang
tuanya yang hanya sekolah sampai SD saja.
Disamping itu faktor kesulitan ekonomi orang tua yang
menyebabkan kedua orang tua harus bekerja mencari nafkah
menyebabkan orang tua tidak mempunyai perhatian terhadap
kebutuhan pendidikan anak sehingga anak menjadi kurang
motivasi dan menyebabkan lambat belajar.
Sedangkan saran yang diberikan dari Laboratorium
Konseling untuk siswa Slow Learners di sekolah ini adalah
supaya sekolah memberikan banyak latihan yang berkaitan
dengan ketrampilan atau pekerjaan yang bersifat praktis.
4.2.1.2Kurikulum
Kurikulum
penyelenggaraan
pendidikan
inklusif
menggunakan kurikulum standar nasional yang berlaku di
sekolah umum. Namun bagi siswa slow learnerdisesuaikan
atau dimodifikasi /diselaraskan sedemikian rupa sehingga
sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Modifikasi kurikulum
dilakukan oleh tim pengembang kurikulum SD Negeri Pulutan
02 Salatiga. Tim pengembang kurikulum ini terdiri dari:
kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran, guru
pembimbing khusus, psikolog dan ahli lain yang terkait.
53
Modifikasi terjadi pada 4 komponen utama pembelajaran
yaitu: tujuan, materi, proses dan evaluasi.
Berdasarkan
dari
dokumen
KTSP dan
wawancana
dengan Kepala Sekolah perihal kurikulum di Sekolah adalah
Kurikulum yang digunakan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan). Struktur kurikulum terdiri dari empat
komponen, yakni komponen mata pelajaran, muatan lokal dan
pengembangan
diri
serta
Program
Khusus
bagi
Anak
Berkebutuhan Khusus.
Tujuan
adalah:(i).
dari
penyelenggaraan
Memberikan
kesempatan
Program
yang
Khusus
seluas-luasnya
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional,
mental,
dan
sosial
atau
memiliki
potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.(ii). Mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif
bagi semua peserta.
Tabel 4.2 Ruang Lingkup Program Khusus
No
Jenis
Ketunaan
Materi Khusus
Alternatif
1
Tunagrahita
Bina Diri
KTK/ tambah jampel
2
Tunadaksa
Bina Gerak
KTK/ tambah jampel
3
Giftet
Sosialisasi
Percepatan dan pengayaan
4
Autis
Bina Komunikasi
KTK/ tambah jampel
Sumber :Laporan tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
Ruang Lingkup Program khusus disesuaikan dengan jenis ke tuna
an siswa seperti contoh di atas, misalnya siswa Autis yang mempunyai
masalah dalam hal komunikasi maka materi khusus yang diberikan
adalah pembinaan komunikasi. Demikian pula untuk jenis ke tunaan yang
lain disesuaikan dengan kebutuhan siswa ABK.
54
Tabel 4.3 Pengaturan Beban Belajar
Satu Jam
Jumlah Jam
Minggu Efektif
Waktu
Per Tahun
Pembelajaran
Kelas Pelajaran Tatap Pembelajaran/
Muka / Menit
Minggu
Ajaran
Jam / Tahun
1
35
28
37
1.036
2
35
29
37
1.073
3
35
32
37
1.184
4
35
36
37
1.332
5
35
36
37
1.332
6
35
36
30
1.080
Sumber: Laporan Tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
a. Ketuntasan Belajar
Tingkatketuntasan per matapelajaran untuk tiap kelas
dapat dilihat didalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
No Mata Pelajaran
Angka
Huruf
A. Mata Pelajaran
1
Pendidikan Agama
67
Enam puluh tujuh
2
Pendidikan Kewarganegaraan
64
Enam puluh empat
3
Bahasa Indonesia
66
Enam puluh enam
4
Matematika
63
Enam puluh tiga
5
Ilmu Pengetahuan Alam
65
Enam puluh lma
6
Ilmu Pengetahuan Sosial
63
Enam puluh tiga
7
Seni Budaya dan Keterampilan
69
Enam puluh sembilan
8
Pendidikan
73
Tujuh puluh tiga
65
Enam puluh lima
62
Enam puluh dua
Jasmani,
Olahraga
dan
Kesehatan
B. Muatan Lokal
9
Bahasa Jawa
10 Bahasa Inggris
Sumber :Laporan Tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
55
Jika tingkat ketuntasan per matapelajaran untuk tiap
kelas tidak sama, padatabel
akan
ditunjukkan
sebagai
berikut.
Tabel 4.5 Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM)
No Mata Pelajaran
I
II
III
IV
V
VI
A. Mata Pelajaran
1
Pendidikan Agama
68
66
65
66
65
65
2
Pendidikan Kewarganegaraan
61
71
64
61
63
60
3
Bahasa Indonesia
65
70
63
63
68
60
4
Matematika
70
70
59
57
61
55
5
Ilmu Pengetahuan Alam
68
69
61
61
65
60
6
Ilmu Pengetahuan Sosial
61
69
62
61
59
60
7
Seni Budaya dan Keterampilan
72
69
68
65
66
70
8
Pendidikan Jasmani, Olahraga
79
73
73
65
71
70
68
68
59
60
65
60
61
61
57
60
66
60
dan Kesehatan
B. Muatan Lokal
9
Bahasa Jawa
10 Bahasa Inggris
Sumber :Laporan Tertulis Kepala Sekolah SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
Bila siswa belum mencapai KKM, guru kelas / mata
pelajaran
melaksanakan
kegiatan
remedial
berbentuk
pengulangan materi yang belum dikuasai oleh siswa dan
kegiatan
pengayaan
dilaksanakan
oleh
guru
berbentuk
pemberian tugas-tugas individual atau berbentuk klasikal
untuk siswa yang telah mencapai KKM lebih cepat dari siswa
lainnya.
Selain
beban
belajar
dalam
bentuk
tatap
muka
(pertemuan di kelas) yang disajikan dalam bentuk tabel, beban
56
belajar diberikan juga dalam bentuk tugas terstruktur dan
tugas mandiri tidak terstruktur dan porsi waktu.
Contoh:Tugas
terstruktur
disajikan
dalam
bentuk
antara lain: (a) Pengerjaan soal/latihan di rumah (PR) (b).
Penugasan proyek secara berkelompok (c).Membuat hasil
karya produk.
Tugas mandiri tidak terstruktur diberikan sebagai
pengayaan dalam bentuk antara lain: (a). Membuat ringkasan
buku/cerita pendek (b). Mengumpulkan/mengkliping berita
tentang
suatu
topik
aktual
(c).Mengikuti
kegiatan
di
masyarakat dan melaporkan secara tertulis
Porsi waktu untuk tugas-tugas tersebut maksimum 40%
dari jumlah waktu tatap muka pada mata pelajaran yang
bersangkutan.
Catatan:
a. ABK
yang
mampu
menggunakan
anak
normal
menggunakan
mengikuti
kurikulum
reguler
ketuntasan belajar yang sama dengan
lain,
sedangkan
ABK
yang
tidak
kurikulum reguler/ PPI ketuntasan
belajar ditentukan oleh secara khusus oleh guru
pembimbing
khusus
yang
disesuaikan
dengan
ketuntasan
belajar
kemampuan peserta didik.
b. Diusahakan
setiap
tahun
mengalami peningkatan sehingga 5 tahun kedepan
untuk kelas 1 sampai dengan kelas 6 ketuntasan
belajar mendekati 75 %.
b. Pendidikan Kecakapan Hidup
Pendidikan kecakapan hidup dalam pengembangannya
terintergarasi dengan semua mata pelajaran.Aspek kecakapan
hidup yang dikembangkan meliputi Kecapakan Personal dan
Sosial.
57
a. Kecakapan Personal meliputi :
(i). Kesadaran diri antara lainJujur, Disiplin, Bekerja Keras,
Bertanggung Jawab, Toleran, Suka Menolong dan Peduli
Lingkungan.
(ii).
Kecakapan
berpikir
antara
lainmencari
informasi
dilakukan dengan kegiatan observasi, membaca, bertanya
dan menganalisa
b. Kecakapan Sosial Meliputi (i).Kecakapan berkomunikasi
baik lisan maupun tulisan (ii). Kecakapan bekerjasama
4.2.1.3 Tenaga Pendidik
Jumlah keseluruhan guru adalah 10 guru, yang terdiri
dari : 3 guru kelas, 2 guru PAI, 1 Kepala Sekolah dan 1 guru
OR. Ada satu Guru CPNS dan
guru
kelas
IV
dan
2 guru Wiyata Bakti
Bahasa
Inggris,
serta
1
yaitu
kepala
TU.Sedangkan guru pembimbing khusus (GPK) hanya ada
satu, tetapi guru ini merangkap sebagai guru olah raga dan
sudah mengikuti pendidikan khusus inklusif selama 6 bulan
bersertifikat sehingga dapat membantu pada saat diperlukan
sekalipun
waktunya
terbatas.
Jika
ada
anak
yang
memerlukan penanganan khusus pada saat pembelajaran
maka anak tersebut akan dibawa ke ruang perpustakaan atau
kantor guru atau kepala sekolah untuk ditangani secara
khusus. Beberapa guru kelas dan juga guru agama Islam di
sekolah ini telah mengabdi selama lebih dari 20 tahun di SD
Negeri Pulutan 02 Salatiga sehingga mereka sudah sangat
kaya dalam pengalaman mengajar dan menangani bermacammacam karakter anak.
Berdasarkan
pengamatan
peneliti
dan
wawancara
dengan guru kelas di sekolah ini, Guru kelas membuat
program
pelayanan
pendidikan
58
yang
sederhana
untuk
membantu siswa yang slow learner di kelasnya. Lalu guru
kelas meminta pengarahan dari kepala sekolah atau kerja
sama dari sekolah luar biasa dalam membuat PPI (Program
Pembelajaran
Individu)
yang
sederhana.
Siswa
yang
berkebutuhan khusus /slow learner selalu mendapatkan
pembelajaran remedial jika diperlukan. Guru kelas maupun
guru mata pelajaran memberikan pengayaan serta penilaian
yang sesuai dengan keadaan siswa slow learner.
Sedangkan menurut Guru Pembimbing Khusus (GPK)
yaitu Pak Hery tentang program pembelajaran individual (PPI)
yang dilakukannya untuk siswa slow learner di SD Negeri
Pulutan 02 seperti dituturkan sebagai berikut :
Anak yang kesulitan belajar itu saya suruh membuat ketrampilan
yang sesuai dengan kebutuhannya, seumpamanya dia mempunyai
masalah dalam membaca, dia membuat ketrampilan prakarya
bentuk
huruf-huruf
yang
mendukung
pembelajarannya.
Dan
biasanya anak tersebut diambil dari kelas dan diberi pelajaran
khusus di ruangan perpustakaan atau ruang computer. (27
September 2014)
Keadaan kelas pada waktu pembelajaran dapat
berjalan dengan lancar dan tertib karena dengan jumlah
murid di kelas yang tidak lebih dari 15 anak maka guru kelas
maupun guru mata pelajaran dapat menciptakan suasana
belajar yang kondusif serta nyaman bagi semua anak.
4.2.1.4 Kegiatan Pembelajaran
Berdasarkan pengamatan di kelas dan wawancara
dengan guru-guru di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga tentang
59
kegiatan pembelajaran di kelas maka diperoleh data sebagai
berikut:
a. Perencanaan Pembelajaran
Belum ada panduan program kegiatan pembelajaran
khusus untuk siswa slow learner dari sekolah ini sehingga
masing-masing guru melakukan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan pembelajaran kelas regular yang disesuaikan dengan
kemampuan siswa masing-masing. Guru kelas maupun guru
mata pelajaran membuat perencanaan pembelajaran masingmasing sesuai dengan buku pegangan dari yang dipakai oleh
siswa di sekolah dan disesuaikan dengan kondisi anak slow
learner yaitu banyak melakukan pengulangan dan pengayaan.
b. Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolah
dimanasiswa slow learner dicampur dengan anak normal
maka guru memberikan pelayanan tambahan untuk siswa
slow learner agar tidak ketinggalan dalam memahami semua
pelajaran, yaitu dengan memberikan pelajaran tambahan
dengan metode yang kongkrit seperti melihat gambar, video
dari internet ataupun peragaan. Karena media-media seperti
ini yang akan menjembatani pemahaman mereka terhadap
pelajaran
yang
diberikan.
Para
guru
berusaha
mengoptimalkan media pembelajaran yang ada disekolah agar
dapat memperlakukan siswa slow learner secara baik dan
benar.
c. Evaluasi
Evaluasi/ penilaian bagi siswa yang dilakukan oleh SD
Negeri Pulutuan 02 Salatiga ini adalah sebagai berikut:
Kenaikan kelas dan kelulusan siswa:
a. Kriteria Kenaikan Kelas
Kenaikan
kelas
dilaksanakan
pelajaran
60
setiap
akhir
tahun
Kriteria kenaikan kelas :
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada
dua semester di setiap kelas
2) Tidak
terdapat
nilai
di
bawah
Stadar
Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) lebih dari tiga mata
pelajaran
3) Rata-rata nilai kepribadian baik
b.Kriteria Kelulusan
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran
2) Memperoleh nilai minimal BAIK untuk seluruh
kelompok mata pelajaran: Agama dan akhlak mulia,
Kewarganegaraan dan kepribadian, estetik, jasmani,
olahraga, dan kesehatan
3) Lulus Ujian Sekolah / Ujian Nasional sesuai dengan
peraturan
Menteri
Pendidikan
Nasional
yang
berlaku.
4.2.1.5 Sarana Prasarana
Sarana yang bersifat umum yang dibutuhkan di sekolah
sudah cukup lengkap seperti : ruang kelas, ruang guru dan
kepala
sekolah
(masih
digabung),
perpustakaan
yang
merangkap ruang komputer siswa, lapangan olah raga,
kantin, toilet, dan halaman belakang yang luas serta dapat
digunakan siswa untuk belajar menanam.
Sarana prasarana khusus untuk kebutuhan siswa ABK
belum ada karena tidak memiliki ruang sumber (resource
room)
sebagai
sarana
pendukung
untuk
siswa
slow
learner.Ruang sumber merupakan ruang yang seharusnya
disediakan
oleh
sekolah
untuk
memberikan
pelayanan
pendidikan khusus bagi anak berkesulitan belajar dan slow
learners.
61
4.2.1.6 Pemberdayaan Masyarakat
Berbagai kerjasama telah dibangun oleh SDN Pulutan
02.Yaitu
kerjasama
UKSWuntuk
dengan
kegiatan
program
PPL,
studi
S1
pembinaan
PGSD
kegiatan
ekstrakurikuler dan lain-lain.
Dukungan dari berbagai pihak terutama dari para
pemangku kepentingansepertiDPRD , anggota masyarakat
seperti lingkungan RW dan RT serta dukungan dari Komite
Sekolah sehingga sekolah mendapat bantuan drumband dan
juga mencarikan pelatihnya.
4.2.2Komponen Proses
Pada tahap proses, peneliti mengumpulkan data yang
menggambarkan sejauh mana perilaku siswa berubah seperti
yang diperkirakan akibat proses pembelajaran.Yang dievaluasi
adalah keterkaitan (kegayutan) antara sesuatu yang akan
diubah dalam hal ini adalah peserta didik, tenaga pengajar
dan masyarakat dengan kegiatan (proses) untuk mengubah,
membangun, sertamengembangkannya.
4.2.2.1.Peserta didik
Berdasarkan data yang dikumpulkan peneliti melalui
observasi di kelas dan wawancara dengan murid tentang
perilaku/
hasil
peserta
didik
akibat
kegiatan
proses
pembelajaran adalah:
Pertama, Melalui Proses Pembelajaran yang dilakukan di
kelas,
Peserta
didik
dapat
mengikuti
pelajaran
dengan
pembelajaran yang diberikan guru pada saat di kelas. Peserta
didik yang slow learner diberikan pengulangan dan penjelasan
khusus serta tugas tambahan sehingga dapat memahami
pelajaran yang diberikan.
62
Kedua, Peneliti juga melihat bahwa perilaku siswa-siswa
yang normal maupun slow learner terlihat cukup baik dan
dapat bekerja sama. Ketika peneliti berkesempatan mengajar
di kelas pun terlihat bahwa para siswa mempunyai perilaku
yang baik, sopan dan cukup antusias untuk mengikuti
pelajaran.
Ketiga, Menurut keterangan dari guru dan kepala
sekolah,beberapa murid yang pindahan dari sekolah lain
karena bermasalah, pada awalnya murid-murid tersebut tidak
mau belajar dan tidak mau mengerjakan tugas PR maupun
tugas
sekolah
tetapi
perkembangannya
setelah
yaitu
mereka
mengerjakan tugas-tugasnya.
saat
mau
ini
sudah
belajar
terlihat
dan
mau
Peneliti mencoba melakukan
wawancara dengan siswa tersebut yang saat ini sudah kelas V
SD dan termasuk siswa slow learneryaitu Samudra dan Yoga.
Mereka mengatakan bahwa mereka senang belajar di sekolah
dan dapat mengerti pelajaran yang diberikan guru karena
guru mengajar dengan sabar, jelas dan menggunakan alat
peraga.
Seperti yang dituturkan oleh Samudra sebagai berikut
“kayak istimewa sekolah e…gurunya baik banget dan jelas
kalo ngajar pake alat peraga misalnya peta dan globe.”
Demikian juga yang dikatakan Yoga tentang sekolah dan
guru sebagai hasil Wawancara tgl 27 September 2014:
Gurunya nyantai dan ga terlalu cepat kalo ngajar.Kalo ada
teman yangmengejek biasanya dinasehati guru dan teman itu
mau minta maaf.
4.2.2.2.Tenaga Pendidik
Dari pengamatan dan wawancara dengan
guru kelas,
guru mata pelajaran dan GPK yang mengajar di SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga maka diperoleh data dan keterangan
bahwa sebagian besar guru-guru yang mengajar di SD Negeri
63
Pulutan 02 ini adalah guru yang sudah lebih dari 10 tahun
mengajar bahkan ada yang sudah 20 tahun. Meskipun telah
mempunyai bekal pengalaman mengajar yang sudah lama
tetapi mereka tetap berusaha belajar memodifikasi materi
pelajaran
ataupun
kurikulum
yang
disesuaikan
dengan
keadaan siswanya khususnya slow learner.Jika ada kesulitan
para guru ini dibantu oleh GPK, kepala sekolah dan juga
pembelajaran dari pelatihan yang telah diberikan dari ahli
terkait untuk mengajar siswa ABK.Hal ini membuat para guru
lebih kreatif, lebih sabar dan tidak membeda-bedakan siswasiswanya bahkan bisa lebih memahami tiap-tiap perbedaan
siswa-siswa nya di kelas.
4.2.2.3. Orang tua/masyarakat/komite
Pengamatan dan wawancara dengan orang tua tentang
pendapat
mereka
mengenai
sekolah
inklusif
maupun
keterlibatan orang tua di sekolah diperoleh kesimpulan bahwa
meskipun masih ada orang tua yang tidak mengerti tentang
pendidikan inklusif tetapiada yang sudah merasa puas
menyekolahkan anaknya di sekolah inklusif dan orang tua
juga membantu dalam pelajaran anaknya di rumah, seperti
hasil wawancara tanggal 27 September 2014 dengan ibu Siti
Muniroh orang tua dari siswa Aditya, kelas 2 SD Negeri
Pulutan 02 Salatiga
Setelah sekolah disini anak saya ga manja, ga kelahi dengan
teman-temannya lagi seperti waktu di TK dulu... Anak saya
cocok sekolah disini.karena muridnya ga terlalu banyak,jadi
pengajarannya lebih jelas seperti di privat sendiri gitu…. Saya
di rumah juga membantu pelajaran bahasa Inggris atau
matematika anak saya… Harapan saya nanti anak saya bisa
lulus dan bisa masuk SMP yang favorit gitu..
Sedangkan dari sisi komite sekolah, sudah terlibat
dalam
membantu
penyediaan
64
kebutuhan
siswa
seperti
drumband.Demikian juga masyarakat setempat terlibat dalam
kegiatan
sekolah
seperti
kegiatan
keagamaan
pengajian,kegiatankebersihan dll.
Disamping hal- hal di atas, sekolah juga melibatkan
pihak- pihak lain yang terkait dengan pendidikan inklusif di
sekolah dalam bentuk kerja samaseperti yang tertera dalam
tabel dibawah.
Tabel 4.6 Kerjasama yang Sudah Dilakukan dan Yang sedang
Berlangsung
Nama
No
Program
Instansi
Mitra
Kerjasama
Tahun
Lama
Hasil Yang
Kerjasama
dicapai
PPL
Perjanjian
1.
Kerjasama
PGSD UKSW
2011
3 tahun
Kemitraan
2.
Pengenalan
Komputer
Pendidikan
3.
Program
Inklusi
4.
FTI UKSW
SLB
Mangunsari
Pertimbangan
Dinas Tata
Teknis Tata
Kota Kota
Ruang
Salatiga
antara FKIP
dan SDN
Mahasiswa di
SD Pulutan
2012
1 semester
2012
1 tahun
2011
5 tahun
Pelatihan IT
Materi dan
bagi Guru
Foto
Konsultasi
masalah ABK
Pertimbangan
Pertimbangan
Teknis Tata
Teknis
Ruang di SD
PPL
FKIP UKSW
2012
3 tahun
Mou
Mahasiswa di
SD Pulutan
02
Pelita
Tes Psikologis
Mou
Pulutan 02
Pulutan 02
6.
Mou
02
Kerja Sama
5.
Bukti Fisik
Harapan
Mou
2012
1 tahun
Tes IQ
Bangsa
Pengisian
7.
School Visit
Faber Castell
2012
1 hari
LJK untuk
kelas 5 dan 6
65
Surat
SD
8.
Adiwiyata
MARSUDIRINI
Sekolah
2014
3 tahun
77
9.
dan Arsip
Kesepakatan
daerah Kota
rintisan
Adiwiyata
Perpustakaan
Nota
Mou
Pelayanan
2013
3 tahun
Perpustakaan
Mou
Keliling
Salatiga
Kesepakatan
kerjasama
10.
Progdi BKFKIP dengan
Tes IQ dan
BK UKSW
2014
1 tahun
konsultasi
Mou
ABK
SDN Pulutan
02
Sumber :Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
4.2.3Komponen Produk
Pada tahap ini adalah mengadakan analisis data dan
menetapkantingkat output yang diperoleh. Pertanyaanyang
diajukan dalam tahap ini adalah apakah program sudah
mencapai tujuan terminalnya?”
4.2.3.1Tujuan Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Kehadiran sekolah inklusi ini membuka kesempatan
bagi siswa berkebutuhan khusus untuk dapat bersekolah
dengan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya serta
dapat menghapus batas antara anak normal dan anak
berkebutuhan khusus, anak dari kalangan mampu dan
kurang mampu serta perbedaan lainnya.Sistem belajar di
sekolah inklusi ini tidak jauh berbeda dengan sekolah regular
pada umumnya.Hanya porsi belajar pada anak berkebutuhan
khusus
(slow learner)
lebih
kecil
daripada
anak
yang
normal.Sehingga standar yang ditetapkan adalah sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki anak.Anak-anak yang
66
bersekolah di SD Negeri Pulutan 02 Salatiga sangat menikmati
bersekolah di sini karena merasa semua teman saling
menerima, guru mengajar dengan baik dan dapat dimengerti
oleh anak-anak serta merasakan fasilitas yang cukup untuk
kebutuhan mereka di sekolah.
4.2.3.2Ouput Peserta Didik sesuai yang diharapkan
Secara akademik semua siswa kelas 1,2,3,4 dan 5 bisa
mengikuti pelajaran dengan baik dan dapat melanjutkan ke
kelas berikutnya. Sedangkan siswa kelas 6 semua lulus dan
bisa melanjutkan sekolah ke jenjang sekolah lanjutan negeri
maupun swasta. Siswa kelas 6 yang slow learner pun bisa
melanjutkan sekolah ke sekolah Pesantren. Meskipun siswa
kelas 6 tidak semua mengikuti ujian nasional, khususnya
siswa slow learner,tetapi mereka dapat mengikuti ujian yang
diadakan oleh sekolah yang sesuai dengan standar yang telah
dilakukan oleh sekolah dan semua siswa slow learners bisa
lulus semua. Demikian juga dengan siswa-siswa slow learners
dari kelas 1 sampai kelas 5, dapat naik kelas tetapi dengan
standar kelulusan yang telah ditetapkan dari sekolah khusus
untuk siswa-siswa slow learner.
Siswa-siswa SD Negeri Pulutan 02 juga telah berhasil
mengukir prestasi
dalam berbagai kegiatan lomba dalam
beberapa bidang sebagai berikut:
Tabel 4.7 Prestasi Sekolah dalam Bidang Akademik
No.
1.
Nama Lomba
Nama Siswa
Yang Diikuti
yang Mengikuti
Shalat Putra
Tahun
Prestasi
M.Farhan Toha
2013
III Kota
Muh. Fadil A.
2012
Bukti
Fisik
Piagam
Mapel Agama cab.
2.
Khat dan Kaligrafi
III Kota
Putra
Sumber: Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
67
Piagam
Data di atas menunjukkan bahwa prestasi yang
berhasil dicapai siswa SD Negeri Pulutan 02 selama 2 tahun
berturut-turut sehingga mendapatkan penghargaan adalah
dalam bidang akademik agama Islam.
Tabel 4.8 Prestasi Sekolah dalam Bidang Olahraga
Cabang
No.
Olahraga
Nama Siswa
Nama Lomba
Tahu
yang
yang Mengikuti
Yang Diikuti
n
Prestasi
yang
diraih
diikuti
Tenis Meja
1.
Atletik
2.
Tenis Meja
Niken Sari
Putri
Anggi Prasetya
W.
Senam
2012
2012
Juara II
kat
sehingga mendapat penghargaan .
Tabel 4.9 Prestasi Sekolah dalam Bidang Kesenian
A.
B
1
Tahun
Prestasi
2013
Juara III
2013
Juara I
TINGKAT PROVINSI
1
Nasyid
Ikrar dan Nasyid
TPQ
TINGKAT KOTA
Menyanyi
Lomba Vocal
68
kat
II
Negeri Pulutan 02 sudah berhasil menunjukkan prestasi
Nama Lomba
Sertifi
Sertifi
Dalam bidang olah raga tenis meja dan atletik siswa SD
Kesenian
Fisik
Harapan
Sumber : Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
No.
Bukti
Skor
No.
Kesenian
Nama Lomba
Tahun
Prestasi
2014
Juara I
2013
Juara II
2014
Juara II
Menyanyi Tunggal
2014
Juara II
Lomba Khat Putri
2014
Juara III
2013
Juara III
2013
Juara III
2013
Juara III
2013
Juara III
2012
Juara III
2013
Juara I
2012
Juara I
2013
Juara I
2013
Juara III
Kelompok B
2
Menyanyi
Lomba Fun Day
With Ada Baru
Menyanyi
3
Lomba Lagu
Indonesia Kategori
II
4
5
6
7
8
9
10
Tarlil
Lomba Tartil
Quran Putra
FLS2N
Kaligrafi
Menyanyi
Loma Solo Vokal
Tk. SD
Menyanyi
Lomba Menyanyi
Lagu Perjuangan
Menyanyi
Lomba Karaoke
Kategori B
Kaligrafi
Lomba Khat Putra
Menyanyi
Lomba
11
Penghayatan Lagu
Islami
C
1
2
3
4
D
TINGKAT KECAMATAN
Puisi
Lomba Geguritan
Putri SD
Puisi
Lomba Puisi SD
Kaligrafi
Lomba Khot
Qur’an
Kaligrafi
Lomba Khot
Qur’an
TINGKAT KOTA HARAPAN
1
Mozaik
Lomba Mozaik
2012
Harapan I
2
Mozaik
Lomba Mozaik
2012
Harapan II
Lomba Mozaik
2012
3
4
Mozaik
Puisi
Lomba Ikrar dan
Puitisasi
69
2012
Harapan
III
Harapan II
Skor
No.
E
1
2
Kesenian
Nama Lomba
Tahun
Prestasi
2014
Harapan I
Skor
TINGKAT KECAMATAN HARAPAN
Puisi
Lomba FLS2N Cab.
Cipta Puisi
Menyanyi
Lomba FLS2N Cab.
Menyanyi Tunggal
2014
Harapan
III
Sumber : Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
d. Prestasi Lain-Lain Sekolah Dalam Bidang Lain-Lain (Ekstra
Kurikuler):
1. Juara Umum Lomba Kreatifitas Siswa SD Se-Kota Salatiga
Tahun 2012.
2. Juara Harapan I Barung Putri Pesta Siaga Tk. Kawarran
Sidorejo Tahun 2012.
3. Juara Harapan III Barung Putra Pesta Siaga Tk. Kawarran
Sidorejo Tahun 2012.
4. Mengisi Tari dalam Festival Anak Indonesia Terampil (FAST)
di Polres tahun 2012
5. Juara I Geguritan mengisi acara Masa Orientasi Peserta
Didik (MOPD) jenjang SMA/MA/SMK
Tingkat Kota Salatiga
Tahun 2013 di depan Wali Kota
6. Kunjungan dari Team Leader Plan Indonesia Program Unit
Purwodadi Tahun 2013
4.2.3.3Output Tenaga Pendidik
Tenaga pendidik mendapat kesempatan belajar cara
mengajar yang berbeda dalam melakukan pembelajaran bagi
peserta didik yang memiliki kondisi slow learner. Sehingga
guru berpeluang menjadi lebih kreatif, lebih sabar dan lebih
berkualitas.Beberapa guru juga mendapat kesempatan untuk
mengembangkan karirnya dalam bidang pendidikan Inklusif
seperti yang tertera dalam tabel di bawah ini :
70
Tabel 4.10 Pengembangan Karir Guru
Nama
Pendidikan/Pel
atihan
Tahun
Penyelenggara
Bukti fisik
Diklat Pendidik
1
Masduki
dan Tenaga
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
2
Tri Sunarti,
dan Tenaga
S.Pd.
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
3
Niluh Sriana
dan Tenaga
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
4
Buyung
dan Tenaga
Sukananda
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
5
Heri Susanto,
dan Tenaga
S.Pd
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
6
Marsiyem
dan Tenaga
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
7
Mustofa
dan Tenaga
Mualimin, S.Pd.
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
8
Efendi, S.Pd.
dan Tenaga
Kependidikan
2012
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Hana
9
Pratimawanti,
S.Pd.
Diklat Pendidik
dan Tenaga
2012
Kependidikan
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
10
Ina Mahanani
dan Tenaga
2012
Kependidikan
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Sekolah Inklusi
Diklat Pendidik
11
Edi Suifan
dan Tenaga
2012
Kependidikan
71
UPT Disdikpora Kec.
Sidorejo
Sertifikat
Pendidikan/Pel
Nama
atihan
Tahun
Penyelenggara
Bukti fisik
Sekolah Inklusi
12
13
Th.Sri Rahayu,
S.Pd.
Masduki
PPL
2012
PPL
2012
FKIP UKSW
FKIP UKSW
SK Guru
Pamong
SK Guru
Pamong
Sumber : Data SD Negeri Pulutan 02 Salatiga
4.2.3.4Keterlibatan orang tua, masyarakat dankomite.
Sudah terlaksana sesuai dengan yang diharapkan dari
program pendidikan inklusif sebagai berikut: (a). Orang tua
merasa dihargai dan menganggap dirinya sebagai mitra dalam
memberikan kesempatan belajar yang berkualitas untuk
anak.(b). Mereka mengetahui bahwa anaknya dan semua anak
menerima pendidikan yang berkualitas bahkan merasa di
perlakukan spesial seperti murid privat karena adanya
penanganan yang bersifat individual yang berfokus pada anak.
(c). Masyarakat merasa lebih bangga ketika lebih banyak anak
bersekolah dan mengikuti pembelajaran. (d). Peran serta telah
dilakukan dengan banyak pihak seperti komite, kelurahan,
dinas tata kota, perpusatakaan daerah, FKIP UKSW, BK
UKSW, Masyarakat RW 02,03,05, kecamatan,serta DPRD
Salatiga.
4.3Pembahasan
Dalam bagian pembahasan, diuraikan tentang analisis
kesenjangan dalam empat bagian analisis pembahasan yaitu,
tahapan desain, tahapan instalasi, tahapan proses dan
tahapan produk.
4.3.1 Kesenjangan Tahapan Desain
72
Berdasarkan uraian hasil diatas maka pada analisis
kesenjangan desain dapat diuraikan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.11 Temuan Tahap Konsep dan Desain
Desain Input
Indikator Desain
TemuanKesenjangan
1. Peserta
Interaksi siswa normal dengan
Interaksi siswa normal dengan
Didik/siswa
ABK berjalan dengan baik
ABK, tidak ada penolakan
2. Kurikulum
Terintegrasi dalam dua
Terintegrasi dalam dua
kebutuhan
kebutuhan
3. Tenaga Pendidik
Keahlian relevanterakreditasi,
faham visi/misi sekolah
GPK perkelas kurang
inklusi, dibedakan guru kelas,
proporsinya.
guru mata pelajaran & GPK
4. Kegiatan
Terfokus ke anak, kelas kecil
Pendekatan cukup baik
Sarana umum & sarana
Sarana umum terpenuhi, sarana
khusus
khusus masih sangat kurang
6. Pemberdayaan
Dukungan dari
Dukungan masyarakat/ orang
Masyarakat/orang
masyarakat/orang tua/komite
tua/komite cukup tinggi
tua/komite
tinggi
meskipun belum terorganisir
Pembelajaran
5. Sarana Prasarana
Desain Proses
1. Kegiatan belajar
Pengetahuan
siswa
Pramuka,
umum,
BK,
Penilaian
raga,
seni,
terfokus
olah
pembiasaan,
pembinaan
hasil
belajar
pada
masih
capaian
pengetahuan umum siswa.
keteladanan, PBKB, program
khusus ABK
2. Kegiatan mengajar
Metode & materi yang terpusat
Komposisi jumlah siswa dalam
pendidik
pada potensi, perkembangan,
kelas dan guru kelas mengajar
kebutuhan
belum ideal.
&
kepentingan
anak, kelas kecil, terintegrasi
normal dg ABK, terdiri dari
guru, guru mata pelajaran &
GPK,
hubungan
guru-murid
informal
3. Kontribusi
Langsung,
masyarakat/ orang
terintegrasi dengan kebutuhan
intensif
dan
Antusias
mendaftarkan anak slow learner
masyarakat
tua/komite
masing-masing siswa.
cukup tinggi
Desain Output
1. Variabel Siswa
Siswa
mengusai
Kecakapan
Kecakapan
lingkungan)
KKM,
Raport dan hasil ujian akhir
(a).
siswa memuaskan tetapi belum
&
mampu menyediakan alat ukur
hidup
Personal
(b).
(diri
Kecakapan
Berfikir (d). Kecakapan Sosial
73
variabel
personal/lingkungan,
kecakapan
berfikir
Desain Input
Indikator Desain
TemuanKesenjangan
(komunikasi dan kerjasama).
dan kecakapan sosial siswa.
2. Variabel Tenaga
Meningkat
Adaptasi
Pendidik
keahlian, metode KBM makin
Pendidik baik, meskipun kurang
variatif & intensif mendukung
dukungan pendampingan serta
tumbuh kembang siswa.
pelatihan
kecakapan,
kemampuan
lanjutan
Tenaga
dibidang
pendidikan inklusif
3. Variabel
Orang
Masyarakat/orang
mendukung kebutuhan, bakat
tua
mengenali
&
Tingkat kepuasan orang tua dan
masyarakat
tua/komite
tumbuh kembang anak.
diukur.
belum
pernah
Masyarakat aktif mendukung
kebijakan sekolah
Pada tahap desain, terdapat sedikit kesenjangan pada
desain input dan desain proses yaitu pada variabel tenaga
pendidik karena dengan jumlah siswa slow learner di tiap
kelas cukup banyak sedangkan guru pembimbing khusus
(GPK) hanya 1 orang maka kurang proporsional untuk dapat
menangani
seluruh
siswa
slow
learner
di
sekolah.
Sedangkan pada desain output, untuk variabel peserta
didik : hasilRaport dan hasil ujian akhir siswa adalah
memuaskan meskipun belum tersedia alat ukur variabel
kecakapan
personal/lingkungan,
berfikir
dan
kecakapan
sosial siswa. Pada variabel tenaga pendidik:
adaptasi
kemampuan Tenaga Pendidik sudah cukup baik, meskipun
kurang dukungan pendampingan serta pelatihan lanjutan
dibidang
pendidikan
inklusif.
Dan
pada
variabel
masyarakat/orang tua/komite juga belum pernah dilakukan
pengukuran tingkat kepuasan dari masyarakat, orang tua dan
komite.
4.3.2 Kesenjangan Tahapan Instalasi
Ketepatan berbagai sumber daya/perlengkapan yang tersedia
untuk pelaksanaan program pendidikan inklusif slow learnersdapat
dilihat pada tabel berikut.
74
Tabel 4.12 Kesenjangan Tahapan Instalasi
Tahapan Instalasi
Indikator Instalasi
TemuanKesenjangan
1. Peserta
Konsep penerimaan siswa
Komposisi ideal siswa normal dan
Didik/siswa
baru
ABK dalam penerimaan siswa
Administrasi siswa baru
baru/pindahan belum ditetapkan oleh
telah,
sekolah.
Siswa telah mengetahui
Tidak semua siswa dan orang tua
konsep sekolah inklusi
siswa memiliki kesadaran
memasukan sekolah dengan konsep
sekolah inklusi. Yang penting diterima
di sekolah tersebut. Sekolah yang
dekat, murah.
2. Kurikulum
Visi, misi dan tujuan
Kurang di dukung oleh materi bahan
sekolah dalam KTSP telah
ajar untuk slow learner
terumuskan degan baik
3. Tenaga Pendidik
Guru memiliki keahlian
Belum ada kebijakan sekolah untuk
yang relevan, komposisi
mendidik secara khsusus keahlian
jumlah guru ideal dengan
guru dan komposisi jumlah guru
jumlah siswa
4. Kegiatan
Di desain dalam kelas kecil
Pembelajaran
Kegiatan belajar belum dikonsep
dalam silabus, RPP dan bahan ajar
yang tertib.
5. Sarana Prasarana
Kebijakan sarana umum
Kebijakan penyediaan sarana umum
dan sarana khusus.
masih dominan, sementara kebijakan
pengadaan sarana khusus masih
kurang
75
Tahapan Instalasi
Indikator Instalasi
6. Pemberdayaan
Dukungan dari org
Masyarakat/orang
tua/komite tinggi
TemuanKesenjangan
Komite sekolah masih belum optimal
tua/komite
Instalasi Proses
1. Kegiatan belajar
Pengetahuan umum, BK,
Dukungan materi belajar pendukung
siswa
Pramuka, olah raga, seni,
spt buku, laboratorium, alat olahraga,
pembiasaan,
pembinaan
seni dan budaya yang khusus untuk
keteladanan,
PBKB,
siswa slow learner masih kurang.
program khusus ABK
2. Kegiatan mengajar
Metode & materi terpusat
Belum
pendidik
potensi,
maksimalisasi
perkembangan,
tersedianya
kebutuhan & kepetingan
mencapai
anak,
dibutuhkan.
kelas
terintegrasi
kecil,
normal
kebijakan
fungsi
kondisi
bagi
guru
untuk
ideal
yang
dg
ABK, terdiri dari guru &
GPK, informal
3. Kontribusi
Langsung,
masyarakat/ orang
terintegrasi
intensif
dan
tua/komite
kebutuhan masing-masing
dengan
Antusias
masyarakat
mendaftarkan
anak slow learner cukup tinggi.
siswa.
Instalasi Output
1. Siswa
Siswa
mengusai
Kecakapan
KKM,
hidup
(a).
Raport dan hasil ujian akhir siswa
memuaskan
tetapi
mampu
ukur
variable
menyediakan
lingkungan)
(b).
kecakapan
(d).
berfikir dan kecakapan sosial siswa.
Kecakapan
Berfikir
Kecakapan
alat
belum
Kecakapan Personal (diri &
personal/lingkungan,
Sosial
(komunikasi
dan
kerjasama).
2 Tenaga Pendidik
Meningkat
keahlian,
kecakapan,
metode
KBM
Adaptasi
Pendidik
kemampuan
baik,
meskipun
Tenaga
kurang
makin variatif & intensif
dukungan pelatihan/kursus lanjutan
mendukung
dibidang pendidikan inklusif.
tumbuh
kembang siswa.
3. Masyarakat/orang
Orang tua mengenali &
Tingkat
tua/komite
mendukung
masyarakat belum pernah diukur oleh
bakat
kebutuhan,
tumbuh
kembang
kepuasan
orang
tua
dan
sekolah.
anak.
Masyarakat
aktif
mendukung
kebijakan
sekolah
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahap
instalasi ini ditemukan kesenjangan instalasi input, instalasi
76
proses dan instalasi outputpada hampir semuakomponen
yaitu peserta didik, kurikulum,tenaga pendidik, kegiatan
pembelajaran,
sarana
prasarana
dan
pemberdayaan
masyarakat/orang tua serta komite.
4.3.3 Kesenjangan Proses
Apakah perilakunya berubah sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak?Jika ternyata tidak, artinya terdapat kesenjangan dan
perlu
dilakukanperubahan
terhadap
aktifitas-aktifitas
yang
diarahkan untuk mencapai tujuan perubahan perlaku tersebut.
Tabel 4.13 Kesenjangan Proses
Tahapan Proses
Indikator Proses
1. Kegiatan
Pengetahuan
belajar siswa
BK,
TemuanKesenjangan
umum,
Pramuka,
olah
Penilaian
masih
hasil
terfokus
raga, seni, pembiasaan,
capaian
pembinaan
umum siswa.
keteladanan,
PBKB,
program khusus ABK
belajar
pada
pengetahuan
Pendekatan
kegiatan
belajar bagi reguler masih
dominan.
Slow
learner
menjadi
belum
prioritas
pembelajaran
2. Kegiatan
Metode
&
materi
mengajar
terpusat
pendidik
perkembangan,
potensi,
kebutuhan
&
kepetingan anak, kelas
kecil,
terintegrasi
normal dg ABK, terdiri
dari guru, guru mata
pelajaran
&
GPK,
77
Komposisi jumlah siswa
dalam
kelas
kelas
mengajar
ideal.
dan
guru
belum
hubungan guru-murid
informal
3. Kontribusi
Langsung, intensif dan
Antusias
masyarakat
masyarakat/
terintegrasi
dengan
mendaftarkan anak slow
orang tua/komite
kebutuhan
masing-
learner cukup tinggi
masing siswa.
Pada tahap Proses ditemukan kesenjangan pada variabel kegiatan
belajar siswa karena penilaian hasil belajar masih terfokus pada capaian
pengetahuan umum siswa. Sehingga kegiatan belajar masih seperti
kegiatan pembelajaran regular dan bagi slow learner belum menjadi
prioritas. Sedangkan pada
kegiatan mengajar pendidik, terdapat juga
kesenjangan dalam hal komposisi jumlah siswa dalam kelas dan guru
kelas mengajar yang belum proporsional/ideal. Karena jumlah siswa slow
learner
melebihi proporsional tiap kelas sedangkan kegiatan mengajar
masih terfokus pada kegiatan mengajar regular. Sedangkan pada variabel
masyarakat/orang tua siswa dan komite terlihat respon yang positif pada
penyelenggaraan pendidikan inklusif slow learner di SD Negeri Pulutan 02
Salatiga.
4.3.4 Kesenjangan Produk
Selama
tahap
produk,
penilaian
dilakukan
untuk
menentukan apakah tujuan akhir program tercapai atau tidak?
Tabel 4.14 Kesenjangan Produk
Tahapan
Indikator Produk
Temuan Kesenjangan
Produk
1. Siswa
Komposisi kenaikan
Identifikasi
dan kelulusan siswa
siswa slow learner sudah
100%
dijalankan tetapi sebatas
Siswa naik kelas dan
tes psikologi belum pada
lulus
kondisi anak setelah lulus
menguasai
setelah
KKM,
terhadap
dari SD.
Kecakapan hidup (a).
Assessment
Kecakapan Personal
siswa
(diri & lingkungan)
sehingga output produk
78
belum
terhadap
dilakukan
Tahapan
Indikator Produk
Temuan Kesenjangan
Produk
(b).
Kecakapan
Berfikir
Kecakapan
(d).
diukur.
Sosial
Tujuan
(komunikasi
dan
kerjasama).
Kondisi
siswa masih belum dapat
akademik
siswa
dalam hal kenaikan dan
kelulusan 100% tercapai.
kebutuhan
siswa sebelum dan
sesudah
sekolah
belum diukur secara
jelas,
khsususnya
bagi
anak
slow
learner.
2. Tenaga
Pendidik
Meningkat
Guru
kecakapan, keahlian,
melakukanmodifikasi
metode KBM makin
pengajaran sesuai dengan
variatif
visi,
&
intensif
misi
mampu
dan
tujuan
tetapi
masih
mendukung tumbuh
sekolah,
kembang siswa.
belum
Memiliki
kapasitas
pendamping
belakang
kelas karena proporsional
dan
latar
pendidikan
sesuai
bidang
yang
dengan
guru
khusus
di
siswa di kelas tidak ideal.
Sekolah
telah
mampu
memodifikasi dari sekolah
yang
reguler menjadi sekolah
inklusi meskipun dengan
diampu.
Memiliki
terpenuhi
dan
kerja
keahlian
telah
kesadaran
administrasi
yang
beberapa kelemahan yang
perlu di perbaiki.
semakin baik dalam
Dokumen visi, misi dan
perencanaan,
kurikulum sekolah telah
pelaksanaan
dan
disusun kedalam konsep
program inklusi sekolah.
evaluasi KBM.
Kurikulum
KTSP
telah
terintegrasi dalam materi
pengajaran
pendidikan
inklusif.
3.Masyarakat/
Komite sekolah dan
79
Masyarakat
dan
Orang
Tahapan
Indikator Produk
Temuan Kesenjangan
Produk
orangtua/
masyarakat sekitar
tua siswa belum diukur
komite
terlibat dalam kegiatan-
tingkat kepuasannya
kegiatan sekolah
Kondisi
komite
perencanaan,
berjalan
baik
implementasi dan
masih terbatas perannya
evaluasi sekolah.
dalam
sekolah
meskipun
pengelolaan
keuangan dan perencaan
program sekolah.
Berdasarkan
tabel
diatas,
tahapanproduk terbagi dalam
tiga
kesenjangan
variabel
pada
pengukuran.
Yaituvariabel siswa, variabel tenaga pendidik, dan variabel
masyarakat. Pada variabel siswa secara akademis tercapai
output produknya, meskipun secara penilaian non akademis
seperti kecakapan personal (komunikasi, sosial dll) belum
bisadiukur.
Pada
variabel
meningkat
kecakapan
pendidik
dan
,output
guru
kemampuannya
telah
dalam
menjalankan visi dan misi sekolah khususnya dalam kegiatan
mengajar siswa sekolah inklusislow learner tetapi masih
terdapat kesenjangan dalam kebutuhan guru pembimbing
khusus di tiap kelas Karen jumlah siswa slow learner di tiap
kelas cukup banyak sehingga tidak tertangani dengan optimal.
Perlu
pendampingan
dalam hal penanganan
pendidikan
inklusif slow learner bagi guru kelas agar pengajaran dapat
terfokus juga pada siswa slow learner.Demikian juga pada
variabel masyarakat/orangtua dan komite , bagi masyarakat
dengan ekonomi kecil makan kehadiran sekolah inklusi
disambut dengan antusias karena adanya penampungan bagi
siswa-siswa miskin dan berkebutuhan khusus, namun masih
terdapat kesenjangan dalam hal kontribusi dan perannya yang
sesuai dengan perencanaan program sekolah inklusi.
80