Pertumbuhan Peradaban Islam Masa Khulafa

MAKALAH
“Pertumbuhan Peradaban Islam Masa Khulafaurrasyidin”
Tugas Ini Diajukan Guna Memenuhi Tugas Matakuliah Filsafat Ilmu
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Mundzirin Yusuf, M. A

State Islamic University
Sunan Kalijaga Yogyakarta

Oleh :
Muhammad Dedad Bisaraguna (1420510069)

FAKULTAS PASCASARJANA
PRODI AGAMA DAN FILSAFAT
KONSENTRASI ILMU BAHASA ARAB
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014

Pertumbuhan Peradaban Islam Masa Khulafaurrasyidin
A. LATAR BELAKANG
Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW status sebagai Rasulullah tidak dapat

diganti oleh siapapun (khatami al-anbiya’ wa al-mursalin), tetapi kedudukan beliau yang
kedua sebagai pimpinan kaum muslimin mesti segera ada gantinya. Orang itulah yang
dinamakan “Khalifah” artinya yang menggantikan Nabi menjadi kepala kaum muslimin
(pimpinan komunitas Islam) dalam memberikan petunjuk ke jalan yang benar dan
melestarikan hukum-hukum Agama Islam. Dialah yang menegakkan keadilan yang
selalu berdiri diatas kebenaran.
A.
Nabi Muhammad tidak meninggalkan wasiat tentang siapa yang akan
menggantikan beliau sebagai pemimpin politik Islam setelah beliau wafat. Tampaknya
beliau menyerahkan persoalan tersebut kepada kaum muslimin sendiri untuk
menentukannya. Setelah beliau wafat dan jenazahnya belum dimakamkan, sejumlah
tokoh Muhajirin dan Anshar berkumpul di balai kota Bani Sa’idah di Madinah untuk
musyawarah menentukan siapa yang akan dipilih menjadi pemimpin. Musyawarah
tersebut berjalan cukup alot, karena masing-masing pihak baik kaum Muhajirin maupun
Anshar, sama-sama merasa berhak menjadi pemimpin umat Islam. Tetapi dengan
semangat Ukhuwah Islamiah yang tinggi, Abu Bakar terpilih sebagai pemimpin umat
Islam.1 Menurut Hassan Ibrahim Hassan, bahwa semangat keagamaan Abu Bakar,
mendapatkan penghargaan dari umat Islam,2 sehingga masing-masing pihak (Muhajirin
dan Anshar) dapat menerima Abu Bakar dan membaitkannya sebagai pemimpin umat
Islam.

Keputusan Rasulullah SAW yang tidak menunjuk penggantinya sebelum beliau
wafat dan menyerahkan pada forum musyawarah para sahabat merupakan produk budaya
Islam yang mengajarkan bagaimana cara mengendalikan negara dan pemerintah secara
bijaksana dan demokratis.3 Terpilihnya Abu Bakar sebagai Khalifah yang pertama dalam
ketatanegaraan Islam merupakan salah satu refleksi dari konsep politik Islam.

1

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 35.
2
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Kota Kembang,
1989), hlm. 34.
3
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiah II. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997),
hlm. 35.

Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan Manusia dan Tuhan
juga mementingkan pembentukan masyarakat, Islam agama yang menyuruh untuk
berdakwah kepada yang lain. Waktu itu kerajaan Romawi dan Persia sudah mengalami

kemunduran, dan kerajaan itu memaksakan kepada rakyatnya untuk menganut agamanya
dan mengambil pajak yang begitu tinggi. Ini beda dengan Islam, oleh sebab itu Islam
cepat diterima.
Islam masuk ke daerah-daerah dengan simpatik dan toleran dan tidak memaksa
untuk mengubah agamanya, dan bangsa Arab dianggap lebih dekat kepada mereka
dibanding bangsa Eropa, Bezantium, yang memerintah mereka. Dan mereka membantu
Islam untuk perluasan.4
Faktor lain masa Khulafaurrasyidin mengalami kemajuan yang pesat, ditandai
dengan pembanguan di berbagai bidang yaitu, perluasan wilayah kekuasaan, pertahanan
militer, pembangunan armada angkatan laut, pembentukan lembaga baitul mal,
pembangunan sarana ibadah, pembukuan al qur’an, pengembangan ilmu pengetahuan,
dan lain-lain
Berdasarkan latar belakang diatas, maka adapun permasalah yang diangkat dalam
makalah

ini

yaitu

“Bagaimanakah


Pertumbuhan

Peradaban

Pada

Masa

Khulafaurasyidin dan Apa Faktor-Faktor Yang Melatarbelakangi Pertumbuhan
Peradaban Pada Masa Tersebut?.”
B. PEMBAHASAN
PERTUMBUHAN PERADABAN ISLAM MASA KHULAFAUR RASYIDIN
A. Masa Khalifah Abu Bakar (632-634 M)
Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasul, Abu Bakar disebut Khalifah
Rasulillah (pengganti Rasul) yang dalam Pertumbuhan selanjutnya disebut khalifah
saja. Abu Bakar menjadi khalifah di tahun 632 M dan usia kepemimpinannya hanya
dua tahun, karena pada tahun 634 M Abu Bakar meninggal dunia. 5 Masanya yang
singkat itu banyak dipergunakan untuk menyelesaikan persoalan dalam negeri,


4

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam. (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hlm. 41-42
Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 57, Lihat
juga Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 36.
5

terutama tantangan atau sikap membangkang dari suku-suku bangsa Arab yang tidak
mau tunduk pada pemerintahan Madinah.6
Alasan yang sangat substansial dari sikap membangkang adalah Timbulnya
kemunafikan dan kemurtadan. Hal ini disebabkan adanya anggapan bahwa setelah
Nabi Muhammad SAW wafat, maka segala perjanjian dengan Nabi menjadi
terputus. Adapun orang murtad pada waktu itu ada dua yaitu : Mereka yang
mengaku nabi dan pengikutnya, termasuk di dalamnya orang yang meninggalkan
sholat, zakat dan kembali melakukan kebiasaan jahiliyah, dan Mereka membedakan
antara sholat dan zakat. Dengan dasar ini, maka mereka kemudian mengambil sikap
menentang Abu Bakar, sebagai pemimpin umat Islam. Karena sikap membangkang,
menentang dan keras kepala yang dapat membahayakan agama dan pemerintahan,
maka Abu Bakar menyelesaikan persoalan tersebut dengan apa yang disebut Perang

Riddah (perang melawan kemurtadan). Dalam perang Riddah ini, Khalid ibn alWalid adalah jenderal yang banyak dalam mengatasi perang tersebut.7
Setelah Abu Bakar, menyelesaikan persoalan dalam negeri, kemudian mulai
mengirimkan kekuatan-kekuatan ke luar Arabia. Khalid ibn al-Walid dikirim ke Irak
dan dapat menguasai al-Hirah di tahun 634 M. Ke Syria dikirim ekspedisi di bawah
pimpinan tiga jenderal yaitu Amr Ibn al-Aas, Abu Ubaidah, Yazid ibn Abi Sufyan,
dan Syurabbil ibn Hasanah. Sebelumnya pasukan dipimpin oleh Usamah yang masih
berusia 18 tahun. Kemudian untuk memperkuat tentara ini, Khalid ibn al-Walid
diperintahkan meninggalkan Irak, melalui gurun pasir yang jarang dilalui dan ia
sampai ke Syria delapan belas hari kemudian.8
Pada tahun 634 M, Abu Bakar meninggal dunia, sementara barisan depan
pasukan Islam berada di Palestina, Irak dan kerajaan Hirah. Ketika Abu Bakar sakit
dan merasa ajalnya sudah dekat, maka ia bermusyawarah dengan para pemuka
sahabat dan mengangkat Umar ibn Khattab sebagai penggantinya dengan maksud
untuk mencegah kemungkinan terjadinya perselisihan dan perpecahan di kalangan

6

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 36.
7

Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm. 57. Lihat
juga Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 36.
8
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 36.

umat Islam.9 Kebijakan Abu Bakar tersebut, diterima umat Islam dan secara
beramai-ramai membaiat Umar ibn Khattab untuk menjadi khalifah kedua.
Menurut Fachruddin, Abu Bakar terpilih untuk memimpim kaum Muslimin
setelah Rasulullah disebabkan beberapa hal:
1.

Dekat dengan Rasulullah baik dari ilmunya maupun persahabatannya.

2.

Sahabat yang sangat dipercaya oleh Rasulullah.

3.


Dipercaya oleh rakyat, sehingga beliau mendapat gelar As–Siddiq, orang yang
sangat dipercaya.

4.

Seorang yang dermawan.

5.

Abu Bakar adalah sahabat yang diperintah Rasulullah SAW menjadi Imam
Shalat jama’ah.

6.

Abu Bakar adalah termasuk orang yang pertama memeluk Islam.10

B. Masa Khalifah Umar ibn Khattab (634 – 644 M)
Pada zaman Umar ibn Khattab, perluasan daerah da’wah terjadi dengan
cepat, sehingga khalifah Umar ibn Khattab segera mengatur administrasi negara

dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di Persia.
Administrasi pemerintahan diatur menjadi delapan wilayah propinsi, yaitu : Mekkah,
Madinah, Syria, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beberapa departemen
yang dipandang perlu didirikan. Pada masanya mulai diatur dan ditertibkan sistem
pembayaran gaji dan pajak tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan
lembaga yudikatif dengan lembaga eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan
ketertiban, jabatan kepolisian dibentuk. Demikian pula jabatan pekerjaan umum.11
Selain itu, Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan
menciptakan tahun hijrah.12
Periode pemerintahan Umar ibn Khattab selama sepuluh tahun (13-23
H/634-644 M) dan masa jabatannya berakhir dengan kematian, karena dibunuh oleh
Abu Lu’lu’ah seorang budak dari Persia. Untuk menentukan penggantinya, Umar
ibn Khattab tidak menempuh jalan yang dilakukan Abu Bakar. Umar ibn Khattab,
9

Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Jahdan Ibnu Human, (Yogyakarta:
Kota Kembang, 1989), hlm. 38.
10
Fuad Muhammad Fachruddin, Perkembangan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,1985),:
hlm.19-20

11
Syibli Nu’man, Umar Yang Agung, (Bandung: Pustaka, 1981), hlm. 264-276 dan 324-418.
12
____________, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, (Jakarta: Pustaka Alhusna,cet.v, 1987), hlm.
263.

menunjuk enam orang sahabat, yaitu : [1] Usman, ibn Affan [2] Ali ibn Abi Thalib,
[3] Thalhah, [4] Zubair, [5] Sa’ad ibn Abi Waqqas, dan [6] Abdurrahman ibn Auf,
dan meminta mereka untuk memilih salah seorang diantaranya menjadi khalifah.
Setelah Umar ibn Khattab wafat, tim ini bermusyawarah dan berhasil menunjuk
Usman ibn Affan sebagai khalifah ketiga, tentu saja melalui persaingan yang agak
ketat dengan Ali ibn Abi Thalib.13
C. Masa Khalifah Usman ibn Affan (644 – 655 M)
Pemerintahan Usman ibn Affan berlangsung selama 12 tahun dan terjadi
perluasan wilayah kekuasaan dan da’wah sampai ke Armenia, Tunisia, Cyprus,
Rhodes, dan bagian yang tersisa dari Persia, Transoxania, dan Tabaristan berhasil
disebut Ekspansi Islam pertama berhenti sampai di sini.14
Pada masa pemerintahan Usman ibn Affan, di kalangan umat Islam mulai
terjadi perpecahan karena soal pemerintahan. Muncul perasaan tidak puas dan
kecewa terhadap sistem pemerintahannya. Kepemimpinan Usman ibn Affan

memang sangat berbeda dengan kepemimpinan Umar ibn Khattab, hal ini mungkin
disebabkan umurnya yang lanjut (diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang
lemah lembut. Selain itu, salah satu faktor yang menyebabkan banyak rakyat kecewa
terhadap kepemimpinan Usman adalah kebijakannya mengangkat keluarga dalam
kedudukan tinggi. Yang terpenting diantaranya adalah Marwan ibn Hakam dan
dialah pada dasarnya yang menjalankan pemerintahan, sedangkan Usman hanya
menyandang gelar khalifah.15
Setelah banyak

anggota keluarganya yang duduk dalam jabatan-jabatan

penting, Usman laksana boneka di hadapan kerabatnya itu. Dia tidak dapat berbuat
banyak dan terlalu lemah terhadap keluarganya. Dia juga tidak tegas terhadap
kesalahan bawahan dan harta kekayaan negara, oleh kerabatnya dibagi-bagikan
tanpa terkontrol oleh Usman sendiri. Akhirnya pada tahun 35 H/655 M, Usman
dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdiri dari orang-orang yang kecewa 16
terhadap kebijakan pemerintahannya dan sebagai penggantinya adalah Ali ibn Abi
Thalib. Jasa Khalifah Usman diantaranya membangun bendungan untuk menjaga
13

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 38.
14
Ibid. hlm. 38
15
Ahmad Amin, Islam dari Masa ke Masa, (Bandung: CV Rusyda, Cet.Pertama, 1987), hlm. 87.
16
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 39.

arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Usman juga
membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, mesjid-mesjid dan memperluas mesjid
Nabi di Madinah.17
D. Masa Khalifah Ali ibn Abi Thalib (656 – 661 M)
Setelah Usman bin Affan wafat, masyatakat Islam beramai-ramai membait Ali
ibn Abi Thalib sebagai khalifah ke empat. Ali ibn Abi Thalib memerintah hanya
enam tahun dan nasibnya sama dengan khalifah Umar ibn Khattab dan Usman ibn
Affan yaitu mati terbunuh. Selama masa pemerintahannya, Ali menghadapi berbagai
tantangan dan pergolakan, sehingga pada masa pemerintahannya tidak ada masa
sedikit pun yang dapat dikatakan stabil.18
Setelah menduduki jabatan sebagai khalifah, Ali ibn Abi Tahlib, mulai
memecat para Gubernur yang diangkat oleh Usman. Ali yakin bahwa
pemberontakan pemberontakan yang terjadi karena keteledoran mereka. Selain itu,
dia juga menarik kembali tanah yang dihadiakan Usman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara dan memakai kembali sistem
distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan
pada masa khalifah Umar ibn Khattab.19
Ali ibn Abi Thalib, mendapatkan tantangan dari pihak pendukung Usman Ibn
Affan, terutama Mu’awiah, Gubernur Damskus, dari golongan Talhah dan Zubeir di
Mekkah dan dari kaum Khawarij. Ali ibn Abi Thalib, menghadapi pemberontakan
Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau menghukum para
pembunu Usman ibn Affan dan meraka menuntut bela terhadap darah Usman yang
telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin menghindari perang, sehingga
Ali mengirimkan surat kepada Thalhah dan Zubair agar keduanya mau berunding
untuk menyelesaikan perkara itu secara damai. Namun ajakan tersebut ditolah dan
pertempuran kedua belah pihak tidak dapat dihindari. Berkobarkan pertempuran
yang dahsat yang disebut dengan “Perang Jamal” (Perang Berunta) dan Aisyah
(puteri Nabi) terlibat dalam perang melawan Ali ibn Abi Thalib dengan menunggang
unta. Ali ibn Abi Thalib berhasil mengalahkan lawannya, Zubair dan Thalhah

17

Ibid. hlm. 39
Ibid. hlm. 39
19
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Jahdan Ibnu Human, (Yogyakarta:
Kota Kembang, 1989), hlm. 62.
18

terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim
kembali ke Madinah.20
Kebijakan Ali ibn Abi Thalib, juga mengakibatkan timbulnya perlawanan dari
gubernur Damaskus Mu’awiyah yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi
yang merasa kehilangan kedudukan dan kejayaan mereka. Jadi, setelah Ali ibn Abi
Thalib, berhasil memadamkan pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah,
kemudian Ali bergerak dari Kufah menuju Damaskus dengan sejumlah besar
tentaranya. Pasukan Ali bertemu dengan pasukan Mu’awiyah di Shiffin dan
pertempuran tidak dapat dihindari. Pertempuran yang terjadi di sini antara Ali
dengan Mu’awiyah dikenal dengan nama “perang shiffin”. Perang ini diakhiri
dengan tahkim [arbitrase], tapi tahkim tersebut ternyata tidak menyelesaikan
persoalan, bahkan menyebabkan timbulnya golongan ketiga yaitu golongan alKhawarij, orang-orang yang keluar dari barisan Ali ibn Abi Thalib yang berbalik
menentang Ali dan Mu’awiyah.
Di akhir ujung masa pemerintahan Ali ibn Abi Thalib, umat Islam terpacah
menjadi tiga kekuatan politik, yaitu : [1] golongan Mu’awiyah, [2] golongan Syi’ah
[pengikut] Ali, dan [3] golongan al-Khawarij [kumpulan orang-orang yang keluar
dari barisan Ali ibn Abi Thalib]. Tampaknya keadaan ini tidak menguntungkan Ali
ibn Abi Thalib, sebab pasukannya semakin lemah dan sementara posisi Mu’awiyah
semakin kuat. Maka pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali ibn Abi Thalib
terbunuh oleh salah seorang anggota Khawarij.
Kedudukan Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah kemudian dijabat oleh
anaknya Hasan selama beberapa bulan. Tetapi kedudukan Hasan-pun lemah,
sementara Mu’awiyah semakin kuat dan akhirnya Hasan membuat perjanjian damai.
Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan
politik di bawah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Tetapi di sisi lain, perjanjian itu juga
menguntungkan Mu’awiyah yang menyebabkannya menjadi seorang penguasa
absolut dalam Islam. Maka tahun 41 H [661 M], tahun persatuan itu, dikenal dalam
sejarah Islam sebagai tahun Jama’ah (‘am jama’ah).21 Dari sisi tercatat sebagai
sejarah berakhirnya apa yang disebut dengan nama Khulafa’ur Rasyidin, dan

20

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
1999), hlm. 40.
21
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Jahdan Ibnu Human, (Yogyakarta:
Kota Kembang, 1989), hlm. 64.

kemudian sebagai awal dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik
Islam.
E. Faktor-faktor
Kejayaan
Khulafaurrasyidin

Pertumbuhan

Peradaban

Islam

Masa

Adapun faktor-faktor penyebab kejayaan peradaban Islam pada masa
Khulafaurrasyidin adalah sebagai berikut :
a. Faktor dari segi sistem pemerintahan dan politik
Pada masa pemerintahan Abu Bakar terdapat kebijaksanaan di bidang
pemerintah dan politik yaitu segala keputusan dilakukan dengan musyawarah.
Keahlian Khalifah Abu Bakar dalam menghancurkan gerakan kaum riddat,
sehingga gerakan tersebut dapat dimusnahkan dan dalam waktu satu tahun
kekuasaan Islam pulih kembali.
Ketelitian Khalifah Abu Bakar dalam menangani orang-orang yang
menolak membayar zakat. Beliau memutuskan untuk memberantas dan
menundukkan kelompok tersebut dengan serangan yang gencar sehingga
sebagian mereka menyerah dan kembali pada ajaran Islam yang sebenarnya. Abu
Bakar membentuk kekuatan militer dibawah komando Kholid bin Walid yang
dikirim ke Irak dan Persia.
Pada masa pemerintahan Umar Bin Khattab disusun dewan-dewan;
mendirikan Baitul Mal, menempa mata uang, membentuk tentara untuk menjaga
dan melindungi tapal batas, mengatur gaji, mengangkat hakim-hakim, mengatur
perjalanan pos, menciptakan tahun hijrah.22
Khalifah Umar bukan saja menciptakan peraturan-peraturan baru, beliau
juga memperbaiki dan mengadakan perbaikan terhadap peraturan-peraturan yang
perlu direvisi dan dirubah. Umpamanya aturan yang telah berjalan tentang sistem
pertanahan, bahwa kaum muslimin diberi hak menguasai tanah dan segala sesuatu
yang didapat dengan berperang.
Pada Masa Ustman Al-Mushaf ditulis lima buah, empat buah dikirimkan
ke daerah-daerah Islam supaya disalin kembali dan supaya dipedomani, satu buah
disimpan di Madinah untuk Khalifah Ustman sendiri dan mushaf ini disebut
mushaf Al-Imam dan dikenal dengan mushaf Ustmani.23
22

A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam , Jilid I, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1997), hlm. 263
http://agantuger.wordpress.com/2014/02/02/peradaban-islam-pada-masa-khulafaur-rasyidin/. Diakses
pada tgl 19/10/2014
23

Pada Masa pemerintahan Ali ibn Abi Thalib, memecat para gubernur yang
diangkat oleh Usman. Ali, yakin bahwa pemberontakan-pemberontakan yang
terjadi karena keteledoran mereka. Selain itu, dia juga menarik kembali tanah
yang dihadiakan Usman kepada penduduk dengan menyerahkan hasil
pendapatannya kepada negara dan memakai kembali sistem distribusi pajak
tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana pernah diterapkan pada masa
khalifah Umar ibn Khattab.24
b. Faktor dari segi perluasan daerah kekuasaan (wilayah)
Pada masa Khulafaurrasyidin yang sangat menonjol adalah terjadinya
perluasan daerah kekuasaan sebagai lahan dakwah dan sumber pendapatan,
faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi sangat cepat, yaitu25:

1) Islam disamping ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
juga mementingkan soal pembentukan masyarakat.

2) Dalam diri para sahabat Nabi terdapat keyakinan tentang kewajiban
menyampaikan ajaran islam dalam sebuah keseluruh penjuru dunia. Dan
terdapat kegemaran bagi bangsa Arab untuk berperang, maka bertemulah
antara

kegemaran

menyampaikan

berperang

ajarn

islam

dengan
dalam

keyakinan

sebuah

adanya

ekspansi

kewajiban

yang

dahsyat

mengalahkan negara tetangga yang tangguh, Bizantium dan Persia.

3) Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah waktu itu
mulai memasuki masa kemunduran dan kelemahan. Karena kedua negara
tersebut sering berperang dan masing-masing negara memiliki problem
sendiri. Di daerah yang berada dalam kekuasaan Bizantium terdapat
pertentangan antara penganut agama. Sedangkan di daerah kekuasaan Persia
selain ada pertentangan antara penganut agama juga terdapat perselisihan
antara anggota keluarga kerajaan dalam merebut kekuasaan.

4) Kerajaan Bizantium memaksakan aliran yang dianut kepada rakyat yang
diperintah, sehingga rakyat merasa hilang kemerdekaannya. Hal ini berbeda
dengan islam yang dibawa kedaerah-daerah yang ditaklukkan tidak memaksa
rakyat untuk merobah agamanya. Yang diwajibkan bagi umat islam adalah
menyampaikan, selanjutnya diserahkan kepada yang bersangkutan untuk
24

Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Jahdan Ibnu Human, (Yogyakarta:
Kota Kembang, 1989), hlm. 62.
25
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 17-18

masuk islam atau tidak. Umumnya mereka tetap dalam agamanya masingmasing, tetapi diharuskan membayar semacam pajak yang disebut jizyah.

5) Bangsa Sami dari Suria dan Palestina serta bangsa Hami di Mesir
memandang bangsa Arab lebih dekat kepada mereka ketimbang bangsa
Eropa Bizantium yang menguaasi mereka.
6) Daerah yang sudah dikuasai islam seperti Mesir, Suria dan Irak penuh
dengan kekayaan, sehingga mempermudah untuk biaya ekspansi berikutnya.
C. KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pertumbuhan peradaban Islam pada masa Khulafaurrasyidin mengalami kemajuan
yang pesat, hal tersebut ditandai dengan pembanguan di berbagai bidang. Misalnya :
perluasan wilayah kekuasaan, pertahanan militer, pembangunan armada angkatan
laut, pembentukan lembaga baitul mal, pembangunan sarana ibadah, pembukuan al
qur’an, pengembangan ilmu pengetahuan, dan lain-lain.
2. Khalifah Abu Bakar Al–Shiddiq adalah seorang pemimpin yang tegas, adil dan
bijaksana. Selama hayat hingga masa-masa menjadi Khalifah, Abu Bakar dapat
dijadikan teladan dalam kesederhanaan,kerendahan hati, kehati-hatian, dan kelemah
lembutan pada saat dia kaya dan memiliki jabatan yang tinggi. Ini terbukti
dengan keberhasilan beliau dalam menghadapi dan mengatasi berbagai kerumitan
yang terjadi pada masa pemerintahannya tersebut. Beliau

tidak mengutamakan

pribadi dan sanak kerabatnya, melainkan mengutamakan kepentingan rakyat dan
juga mengutamakan masyarakat demokrasi dalam mengambil suatu keputusan.
3. Ummat Islam betul-betul masih berpegang kepada tali agama Allah yang lurus.
Dalam artian ajaran Islam dijadikan sebagai dasar negara. Apa yang diperintahkan
oleh agama diyakini sebagai kebenaran mutlak dan mereka tidak ragu terhadap
ajaran Islam itu sendiri. Amirul mukminin sebagai pelopor secara langsung daripada
penegakkan syariat Islam itu. Ajaran Islam menjadi ruh dari pada perjuangan
mereka.
4. Meskipun hanya berlangsung 30 tahun, masa Khulafaurrasyidin adalah masa yang
penting dalam sejarah islam. Khulafaurrasyidin berhasil menyelamatkan Islam,
mengkonsolidasikan dan meletakkan dasar bagi keagungan umat Islam. Khalifah
Abu Bakar menyelamatkan Umat Islam dari perpecahan karena masalah pergantian
kepemimpinan setelah wafatnya Rasulullah. Ia juga menyelamatkan Islam dari

bahaya besar orang-orang murtad dan nabi-nabi palsu, juga mempertahankan
kebenaran Islam. Khalifah Umar berhasil mengkonsolidasikan Islam di Arabia,
mengubah anak-anak padang pasir yang liar menjadi bangsa pejuang yang
berdisiplin, menghancurkan kekaisaran Persia dan Byzantium, serta membangun
suatu imperium yang sangat kuat meliputi Persia, Irak, Kaldea, Syria, Palestina, dan
Mesir. Khalifah Usman menambah ekspansi imperium Arab yang lebih jauh di Asia
Tengah dan Tripoli. Pemerintahannya patut dikenang karena terbentuknya angkatan
laut Arab. Khalifah Ali berusaha keras untuk mengatasi kekacauan-kekacauan di
dalam negeri.
5. Disamping Pertumbuhan peradaban Islam yg pesat pada masa Khulafaurrasyidin, juga
terdapat banyak hambatan, yaitu :
1.

Munculnya nabi-nabi palsu setelah pasca meninggalnya Rasulullah saw,

2.

Munculnya kelompok-kelompok pemberontakan baik dari luar Islam terlebih
dari dalam Islam itu sendiri.

3.

Terjadinya perpecahan kaum muslimin yang dipicu oleh kelompok-kelompok
tertentu yang berkeimginan menduduki posisi kekhalifaan, akhirnya orang-orang
Islam pada masa itu saling membunuh antara satu dengan yang lainnya, dan salah
satu tokoh yang terkenal berambisi merebut kekuasaan adalah Mu’awiah &
Zubair, dan masih banyak lagi yg lainnya yg berambisi untuk menjadi khalifah.

4.

Usaha-usaha yang dilakukan ummat Islam dalam mengatasi hambatanhambatan yang terjadi pada masa Khulafaurrasyidin yaitu :
1.

Para nabi palsu dibasmi, baik dengan cara damai, bagi kelompok yang
tidak mengindahkan ultimatum dari kahalifah maka jalan terakhir adalah
dibasmi dengan cara diperangi.

2.

Dalam mengatasi pemberontak juga ditempuh dua cara yaitu perjanjian
damai dan perang, namun usaha yang dulakukan dalam mengatasi masalah ini
didak berhasil, hingga akhirnya Ali bin abu thalib meninggal terbunuh. Justru
situasi kembali damai ketika hasan ibnu Ali menyerahkan tahta kepemimpinan
kepada Mu’awiah yang sangat berambisi menjadi pemimpin kaum muslimin.
Dengan

penyerahan

Khulafaurrasyidin.

kekuasaan

itu,

maka

berakhirlah

pemerintahan

DAFTAR PUSTAKA
Amin, Ahmad, Islam dari Masa ke Masa, (Bandung: CV Rusyda, Cet.Pertama, 1987)
A, Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid I, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1997)
________, Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid II, (Jakarta: PT. Al-Husna Zikra, 1997)
Fachruddin, Fuad Muhammad, Al-Qur’an Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang,
1985)
Hassan, Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Jahdan Ibnu Human,
(Yogyakarta: Kota Kembang, 1989)
Nasution, Harun, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985)
Nu’man, Syibli, Umar Yang Agung, (Bandung: Pustaka, 1981)
____________, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid I, (Jakarta: Pustaka Alhusna,cet.v,
1987)
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1999)
http://agantuger.wordpress.com/2014/02/02/peradaban-Islam-pada-masa-khulafaurrasyidin/. Diakses pada tgl 19/10/2014