MEMPERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SAW

MEMPERINGATI MAULID NABI MUHAMMAD SAW
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang
diampu oleh Bapak Drs. Arif Mujayin, M.Pd

Oleh : 1. M. Ahsanal Aufa

(1744201025)

2. M. Exgi Ardiansyah

(1721201034)

3. Zamrud Zam-Zam Ahmad

(1744201037)

MATA KULIAH DASAR UMUM
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR
Alamat : Jl. Masjid No. 22 Kota Blitar, Telp(0342)801120

April 2018


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah, serta inayah-Nya kepada kami, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-bainya dan tanpa halangan
yang berarti.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berpartsipasi dan telah meluangkan waktunya dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan senang hati kami menerima segala kritik dan saran dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang Memperingati
Maulid Nabi Muhammad SAW ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca.

Blitar, 04 April 2018


Penulis

i

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ..............................................................................................

i

Daftar Isi .........................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................

1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................

1.3. Tujuan Penulisan ....................................................................................

1
1
2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................

3

2.1. Memperingati dan Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW ..................
2.2. Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW .........................
2.3. Hikmah dari Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW .........................

3
4
6

BAB III PENUTUP ........................................................................................


8

3.1. Kesimpulan .............................................................................................
3.2. Saran .......................................................................................................

8
8

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

9

ii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Agama Islam adalah agama yang menjadi Rohmatal Lil ‘Alamin yang

artinya menjadi rahmat bagi seluruh alam, namun perkembangan dan
penyebaran agama islam tidaklah mudah seperti halnya membalikkan
tangan, tetapi melalui berbagai halangan, rintangan, dan cobaan yang
besar dari berbagai kalangan terutama orang-orang non muslim, namun
dengan kegigihan dan kesabaran Nabi Muhammad SAW, Sahabat,
Tabi’in, Tabi’ut Tabi’in, Ulama, serta Kyai Alhamdulillah Allah SWT
mengabulkan doa-doa beliau lantas memberi jalan keluar dapat berdakwah
hingga ke seluruh penjuru dunia.
Semenjak Nabi Muhammad SAW Wafat, Penyebaran Ajaran Agama
Islam diteruskan oeleh generasi Sahabat-Sahabat Nabi, Kemudian para
Tabiin lalu Tabiit Tabin sampai kepada para Ulama’ dan Kiai-Kiai. Pada
saat generasi Tabiin timbullah semacam peringatan yang bertjuan untuk
memperingati Kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada setiap tanggal 12
Rabiul Awal menandakan bahwa jiwa umat muslim harus tetap sama
dengan pada saat Beliau Rasulullah Masih hidup pada saat berdakwah
memperjuangkan agama Allah, dan dalam peringatan ini terdapat berbagai
macam manfaat dan Faedah untuk kalangan muslim di alam jagat raya ini.

1.2.


Rumusan masalah
Dalam makalah ini penulis mengambil rumusan masalah yaitu :
1.

Apakah Peringatan dan Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW ?

2.

Bagaimana Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW ?

3.

Apa Hikmah dari Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW

1

2

1.3.


Tujuan Penulisan
Tujuan dari rumusan masalah yang telah di paparkan yaitu :
1.

Mengetahui Apa itu Peringatan dan Sejarah Maulid Nabi Muhammad
SAW.

2.

Mengetahui Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

3.

Mengetahui Hikmah dari Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Memperingati dan Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW
Bulan Rabiul Awal ini merupakan bulan yang istimewa. Bagaimana tidak

istimewa?, pada bulan tersebut manusia terbaik, hamba Allah dan utusan Allah
termulia dilahirkan di dunia. Pada 1400 abad yang lalu, tepatnya pada hari Senin
12 Rabiul Awal 576 M, baginda Nabi Muhammad Saw dilahirkan dari pasangan
Sayyid Abdullah dan Sayyidah Aminah Radliya Allahu ‘anhuma.
Atas dasar kecintaan umat islam kepada nabi muhammad SAW, beberapa
umat islam pun membuat perayaan atas peringatan kelahiran nabi Muhammad
SAW.
Ada Beberapa kalangan berpendapat bahwa Maulid Nabi pertama kali
muncul pada zaman Shalahuddin al-Ayyubi (1193 M). Shalahuddin disebut
menganjurkan umatnya untuk melaksanaan perayaan Maulid Nabi guna
membangkitkan semangat jihad kaum Muslim. Kala itu, Shalahuddin dan umat
Islam memang berada dalam fase berperang melawan pasukan atau tentara Salib.
Kendati demikian, pendapat tersebut juga masih diperdebatkan. Mereka yang
menolak bahwa Shalahuddin sebagai pelopor maulid beralasan, tidak ditemukan
catatan sejarah yang menerangkan perihal Shalahuddin menjadikan Maulid Nabi
sebagai bagian dari perjuangannya dalam Perang Salib.
Menurut beberapa pakar sejarah Islam, peringatan dan perayaan Maulid Nabi
dipelopori oleh Dinasti Ubadiyyun atau disebut juga Fatimiyah (silsilah
keturunannya disandarkan pada Fatimah). Al Maqrizi, salah satu tokoh sejarah
Islam mengatakan, para khilafah Fatimiyah memang memiliki banyak perayaan

sepanjang tahun.
Antara lain perayaan tahun baru, hari Asyura, Maulid (hari kelahiran) Nabi,
maulid Ali bin Ali Thalib, maulid Hasan dan Husain, maulid Fatimah al Zahra,
perayaan malam pertama bulan Rajab, perayaan malam pertama bulan Syaban,
perayaan malam pertama Ramadan, perayaan Idul Fitri dan Idul Adha, perayaan

3

4

malam Al Kholij, perayaan hari Nauruz (tahun baru Persia), dan lainnya. (Al
Mawa'izh wal I'tibar bi Dzikril Khutoti wal Atsar, 1/490. Dinukil dari Al Maulid,
hal. 20 dan Al Bida' Al Hawliyah, hal. 145-146)
Asy Syekh Bakhit Al Muti'iy, seorang mufti dari Mesir, dalam kitabnya
Ahsanul Kalam (hal.44) juga menyebut, yang pertama kali mengadakan enam
perayaan maulid, salah satunya adalah Maulid Nabi adalah Al Mu'izh Lidnillah
(keturunan Ubaidillah dari Dinasti Fatimiyah) pada 362 Hijriah.
Selain mereka, dalam beberapa buku sejarah juga disebutkan bahwa Dinasti
Fatimiyah memang yang menginisiasi perayaan Maulid Nabi. Perlu diketahui
sebelumnya, pemerintahan Fatimiyah berdiri pada 909 Masehi di Tunisia. Enam

dekade kemudian, mereka memindahkan pusat kekuasaan ke Kairo, Mesir. Dua
tahun setelah masuknya Shalahuddin al-Ayubbi ke Mesir, yakni sekitar tahun
1171 M, Dinasti Fatimiyah runtuh.
Adanya perayaan Maulid Nabi oleh Dinasti Fatimiyah disebutkan antara lain
oleh dua sejarawan dan ilmuwan pada masa Dinasti Mamluk, beberapa abad
setelah masa hidup Shalahuddin. Salah satu sejarawan tersebut adalah yang telah
disebutkan sebelumnya, yakni al-Maqrizi (1442) dan al-Qalqashandi (1418).
2.2. Hukum Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW
Al-Imam al-Suyuthi dari kalangan ulama’ Syafi’iyyah mengatakan:
ْ ِ ‫وإ‬
َ‫ع ِمنَ هُو‬
َِ ‫ي ْالحسن َِة ْالبِد‬
َْ ِ‫ن فِ ْي َِه لِما صا ِحبُها عليْها يُثابَُ الَّت‬
َْ ‫ى النَّبِيَ ق ْد َِر ت ْع ِظي َِْم ِم‬
ََّ ‫للاُ صل‬
َ ‫ار وسلَّمَ وآلِ َِه عل ْي َِه‬
َِ ‫ظه‬
َ‫ح‬
َِ ‫اْل ْستِبْش‬
َِ ‫ال َّش ِري‬

ِ ْ ‫ْف بِموْ لِ ِد َِه و‬
ِ ‫ار ْالفر‬

“Perayaan maulid termasuk bid’ah yang baik, pelakunya mendapat pahala.
Sebab di dalamnya terdapat sisi mengagungkan derajat Nabi Saw dan
menampakan kegembiraan dengan waktu dilahirkannya Rasulullah Saw”.
Dalam kesempatan yang lain, beliau mengatakan:
ْ ِ‫ى بِموْ لِ ِد َِه الش ْك َِر إ‬
ْ ِ‫ام وإ‬
َ‫ظها ُرَ لنا يُسْتحب‬
ََّ ‫للاُ صل‬
َ ‫ع وسلَّمَ وآلِ َِه عل ْي َِه‬
َُ ‫اْلجْ تِما‬
َِ ‫ن ذلِكَ ونحْ َُو الطَّع‬
َْ ‫ُوجُوْ َِه ِم‬
ِ ْ ‫طعا َُم و‬
ْ ِ ‫ت وإ‬
َِ ‫ار ْالقُرُبا‬
‫ت‬
َِ ‫ظه‬
َِ ‫ْالمسرَّا‬

5

“Sunah bagi kami untuk memperlihatkan rasa syukur dengan cara memperingati
maulid Rasulullah Saw, berkumpul, membagikan makanan dan beberapa hal lain
dari berbagai macam bentuk ibadah dan luapan kegembiraan”.
Dari kalangan Hanafiyyah, Syaikh Ibnu ‘Abidin mengatakan:
َ‫ن اِ ْعل ْم‬
ََّ ‫ع ِمنَ أ‬
َِ ‫ْف ْالموْ لِ َِد عملَ ْالمحْ ُموْ دَِة ْالبِد‬
َِ ‫ش ِري‬
ََّ ‫ى فِ ْي َِه ُولِدَ الَّ ِذيَْ ال َّشه َِْر ِمنَ ال‬
ََّ ‫للاُ صل‬
َ ‫وسلَّمَ وآلِ َِه عل ْي َِه‬
“Ketahuilah bahwa salah satu bid’ah yang terpuji adalah perayaan maulid Nabi
pada bulan dilahirkan Rasulullah Muhammad Saw”.
Bahkan setiap tempat yang di dalamnya dibacakan sejarah hidup Nabi Saw, akan
dikelilingi malaikat dan dipenuhi rahmat serta ridla Allah Swt. Al-Imam Ibnu alHaj ulama’ dari kalangan madzhab Maliki mengatakan:
‫ي موْ لِ َُد فِ ْي َِه قُ َِرئَ م ْس ِجدَ أوَْ محلَ أوَْ بيْتَ ِم ْنَ ما‬
َ ِ‫ى النَّب‬
ََّ ‫للاُ صل‬
َ ‫ت إِ َّْلَ وسلَّمَ وآلِ َِه عل ْي َِه‬
َِ َّ‫ك أ ْهلَ ْالمالئِك َةُ حف‬
َ ِ ‫ذل‬
َِ ‫للاُ وع َّمهُ َُم ْالمك‬
‫ان‬
َ ‫ن بِالرَّحْ م َِة تعالى‬
َِ ‫والرضْ وا‬
“Tidaklah suatu rumah atau tempat yang di dalamnya dibacakan maulid Nabi
Saw, kecuali malaikat mengelilingi penghuni tempat tersebut dan Allah memberi
mereka limpahan rahmat dan keridloan”.
Al-Imam Ibnu Taimiyyah dari kalangan madzhab Hanbali mengatakan:
َ‫ْظ ْي ُم‬
َِ َّ‫ن ع ِظيْمَ أجْ رَ فِ ْي َِه لهَُ وي ُكوْ نَُ الن‬
َِ ‫ْظ ْي ِم َِه قصْ ِد ِهَ لِ ُح ْس‬
َِ ْ‫لِرسُو‬
ِ ‫اس بعْضَُ ي ْفعلُ َهُ ق َْد موْ ِس ًما واتخا ُذ َهُ ْالموْ لِ َِد فتع‬
ِ ‫ل وتع‬
َ ‫ى‬
ََّ ‫للاُ صل‬
َ ‫وسلَّمَ وآلِ َِه عل ْي َِه‬
ِ‫للا‬
“Mengagungkan maulid Nabi dan menjadikannya sebagai hari raya telah
dilakukan oleh sebagian manusia dan mereka mendapat pahala besar atas tradisi
tersebut, karena niat baiknya dan karena telah mengagungkan Rasulullah Saw”.
Bahkan merayakan maulid Nabi bisa menjadi wajib bila menjadi sarana dakwah
yang efektif untuk menandingi perayaan-perayaan lain yang terdapat banyak
kemunkaran. Al-Syaikh al-Mubasyir al-Tharazi menegaskan:
َ‫اْلحْ تِفالَ إِ َّن‬
َِ ‫ت ِمنَ ا ْستُ ِج ََّد ما لِ ُمواجه َِة أسا ِسيًا وا ِجبا أصْ بحَ ال َّش ِري‬
َِ ‫اْلحْ تِفاْل‬
ِ ْ ‫ْف النَّب ِويَ ْالموْ لِ َِد بِ ِذ ْكرى‬
ِ ْ ‫الضَّا َّرَِة‬
ْ
َْ ِ‫َّام ه ِذ َِه ف‬
‫ي‬
َِ ‫اْلي‬.
“Sesungguhnya perayaan maulid Nabi menjadi wajib yang bersifat siyasat untuk
menandingi perayaan-perayaan lain yang membahayakan pada hari ini”.

6

Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi merayakan
maulid Nabi Saw merupakan bid’ah yang baik (disunahkan), meski tidak pernah
dilakukan pada zaman Nabi Saw, karena di dalamnya terdapat sisi mengagungkan
dan kecintaan kepada Rasulullah Saw.
Bahkan, hukum merayakan maulid bisa menjadi wajib bila menjadi sarana
dakwah yang paling efektif untuk mengimbangi acara-acara yang membahayakan
moral bangsa.

2.3. Hikmah dari Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.
Dengan diperingatinya Maulid Nabi menjadi suatu wujud ungkapan rasa
syukur dan penghormatan umat Muslim, khususnya kepada utusan Allah SWT.
Mengutip dari berbagai sumber, substansi Maulid Nabi Muhammad
SAW dititikberatkan pada bagaimana umat Muslim menyegarkan lagi memori
untuk selalu meneladani perjuangan Rasulullah. Dengan begitu, peringatan
Maulid akan terasa manfaatnya oleh umat Islam itu sendiri. Mereka bisa memacu
lagi berbagai amalan ibadah yang lebih berkualitas dan sesuai dengan petunjuk
Allah dan Rasul-Nya.
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab 21).
Melalui perayaan Maulid Nabi, setidaknya hal tersebut terwujud beberapa
hikmah sebagai berikut :
1. Memperingati Maulid Nabi SAW mendorong orang untuk membaca shalawat
dan shalawat itu diperintahkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Ahzab: 56.
Yang artinya, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk
Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuknya dan
ucapkanlah salam sejahtera kepadanya.”
2. Peringatan Maulid Nabi SAW merupakan ungkapan kegembiraan dan
kesenangan dengan beliau. Bahka, orang kafir saja mendapatkan manfaat
dengan kegembiraan itu. Bila kepada seorang yang kafir pun Allah merahmati

7

karena kegembiraannya atas kelahiran sang Nabi Muhammad SAW, apalagi
anugerah Allah SWT bagi umatnya yang beriman dan bertakwa.
3. Memperingati Maulid Nabi bisa meneguhkan kembali kecintaan kepada
Rasulullah SAW. Bagi seorang mukmin, kecintaan terhadap Rasulullah SAW
adalah sebuah keniscayaan, sebagai konsekuensi dari keimanan.
4. Meneladani perilaku dan perbuatan mulia Rasulullah SAW dalam setiap gerakgerik dalam kehidupan kita. Allah SWT bersabda dalam surah Al-Ahzab:21
yang artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”
5. Melestarikan ajaran dan misi perjuangan Rasulullah SAW dan para Nabi.
Sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir, Rasul meninggalkan pesan
kepada umat yang amat disayanginya. Beliau bersabda, “Aku tinggalkan pada
kalian dua perkara, kalian tidak akan tersesat dengannya, yakni Kitabullah dan
sunnah Nabi Muhammad SAW.”

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang penulis ambil dari pembahasan pada bab kedua
adalah :
1. Dinasti Fatimiyah memang yang menginisiasi perayaan Maulid Nabi.
Perlu diketahui sebelumnya, pemerintahan Fatimiyah berdiri pada 909
Masehi di Tunisia. Enam dekade kemudian, mereka memindahkan
pusat kekuasaan ke Kairo, Mesir.
2. Dari beberapa keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi
merayakan maulid Nabi Saw merupakan bid’ah yang baik
(disunahkan), meski tidak pernah dilakukan pada zaman Nabi Saw,
karena di dalamnya terdapat sisi mengagungkan dan kecintaan kepada
Rasulullah Saw.
3. Substansi Maulid Nabi Muhammad SAW dititikberatkan pada
bagaimana umat Muslim menyegarkan lagi memori untuk selalu
meneladani perjuangan Rasulullah. Dengan begitu, peringatan Maulid
akan terasa manfaatnya oleh umat Islam itu sendiri. Mereka bisa
memacu lagi berbagai amalan ibadah yang lebih berkualitas dan
sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya.
3.2 Saran
Penulis mengaharapkan kritik saran dari pembaca setelah melihat dan
membaca makalah yang kami susun demi kebaikan kami bersama
sehingga dalam kami menyusun makalah dapat lebih baik lagi.

8

DAFTAR PUSTAKA

9