Kebijakan Fiskal 2010 2014 musrenbang (3)

Kebijakan Fiskal
di
Indonesia
oleh

VIVI ALVIONITA

• Kebijakan Fiskal dalam Pendekatan Ekonomi
Dari sudut pandang ekonomi, kebijakan fiskal merupakan upaya pemerintah
untuk mengatasi kelakaan sumber daya

(scarity of

resource) dan

mengalokasikan sumber daya tersebut bagi kesejahteraan seluruh rakyat.
Dari segi ekonomi makro, pemerintah harus mampu memerankan fungsi
pembiayaan publik yang dapat dilihat dari dimensi alokasi, distribusi
maupun stabilisasi.

• Kebijakan Fiskal dalam Pendekatan Politik

Berdasarkan pendapat Aronson (1989) yang menyatakan bahwa ruang lingkup publik finance
adalah :
1. Part of the studies of economy
2. it borders on the fieldsof government and political science
3. it deals with people who must decide the issues
4. it deals with those who will be affected by economic and political decision
Kebijakan fiskal merupakan keputusan politik dari sebuah proses politk yang dilakukan oleh
pembuat keputusan pada lembaga-lembaga publik, baik tingkat pusat maupun daerah.
Kumorotomo (dalam Diktat Politic Fiskal dan Pembiayaan Publik) menjelaskan bahwa
sekalipun secara substasial kebijakan fiskal di maksudkan untuk tujuan-tujuan ekonomis yang
berupa peningkatan kesejahteraan seluruh rakyat, tetapi perumusan kebijakan itu sendiri jelas
melibakan keputusan politik.

Graham Allison (1981) menguraikan pendekatan rasional politik dari 3
sudut pandang :
1. Rational actor
2. Organisational proses
3. Bureaucatic Politics
akan relevan dalam memahami proses politik untuk pembuatan kebijakan
fiskal.


• Kebijakan Fiskal dalam Pendekatan Administrasi
Menurut Kumorotomo

(dalam Diktat Politik Fiskal dan Pembiyaan Publik) bahwa

pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa kebijakan fiskal memuat serangkaian proses
yang terkait dengan siste menejement publik atau kegiatan administrasi publik secara
nasional.
orientasi anggaran yang akan mendapat perhatian besar bagi para birokrat pemeritah di
tingkat pusat maupun tingkat daerah dalam praktik pelaksanaan kebijakan fiskal :
1. Kontrol/pengendalian
2. Menejement dan efisiensi
3. Planning/perencanaan
4. Konteks sistem politik dan sistem administrasi

• Keputusan Politik dalam Siklus Anggaran
Teuku Aliman (2007) menyebutkan penyusunan APBN/APBD merupakan salah
satu proses penganggaran baik di tingkat pusat maupun daerah, dimana secara
konseptual terdiri atas formulasi kebijakan anggaran (budget policy formulation)

dan perencanaan operasional anggaran (budget operational planning), bahkan
proses ini tidak hanya meliputi sistem penganggaran dan pengalokasian sumber
daya keuangan , tapi juga meliputi proses politik yang kompleks sesuai denga
dasar-dasar kepentingan yang beraneka ragam (Sjahruddin Rasul; 2004:39)

• Aktor dan Perumusan Kebijakan Fiskal
Dalam implementasinya, pertanggung jawaban keuangan dalam rangka desentralisasi di
lakukan oleh kepala daerah kepada DPRD dalam bentuk laporan keuangan pemerintah
daerah yang merupakan dokumen terbuka dan dapat di ketahui masyarakat.
Reformasi pegelolaan keuangan daerah mengacu pada paket perundang-undangan di bidang
keuangan negara da mengacu pada undang-undang No. 25 tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah.

Pelangksanaan lebih lanjut mengenai pengelolaan keuangan daerah di atur dalam peraturan
pemerintah (PP) No. 58 tahun 2005 tentang pengelolaa keuangan daerah ,yang megatur secara
komperhensif dan terpadu ketentuan-ketentuan dalam bidang pengelolaan keuangan daerah,
dengan mengakomodasi berbagi substansi yang terdapat dalam berbagai undang-undang di atas
(omnimbus regulation)

pengelolaan

keuangan

daerah

meliputi

aspek

perencanaan,

penganggaran,

pelaksanaan,penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban sebagaimana di atur dalam PP
No. 58 tahun 2005.
Penyusunan anggaran dilakukan dengan mengedepankan 3 pilar penganggaran yaitu :
1. Penganggaran Terpadu (Unified budget)
2. Anggaran Berbasis Kinerja (Performance Budgeting)
3. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah (Medium term expediture framework)


Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan, pemerintah
daerah wajib menyusun dan menyajikan laporan pertanggungjawaban berupa :
1. Laporan realisasi anggaran
2. Neraca
3. Laporan arus kas
4. Catatan atas laporan keuangan
Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan, sebagaimana
di atur dalam PP Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan PP Nomor 8
tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Selanjutnya sesuai UU
15 tahun 2004, laporan keuangan tersebut di audit oleh badan pemeriksa keuangan (BPK)

Efektifitas pengeluaran APBD sangant di pengaruhi oleh faktor-faktor
internal maupun eksternal pemerintahan daerah, antara lain proses
penyusunan APBD, peran partisipasi masyarakat, dukungan politisi dari
pihak DPRD kesinambungan dengan APBD sebelum dan sesudah tahun
anggaran yang bersangkutan dan sinergi dengan program-program
pemerintah.

• Pelaksanaan Desetralisasi Fiskal

Instrument utama yang digunakan dalam rangka pelaksanaan desentralisasi fiskal adalah
pemberian kewenangan kepada pemerintah daerah untuk memungut pajak (taxing
power) dan transfer ke daerah.
Transfer ke daerah direalisasikan dalam bentuk transfer dana perimbangan terdiri dari
DBH, DAU, dan DAK yang merupakan komponen terbesar dari transfer daerah.
Kebijaka awal yang dirumuskan dalam Undang-undang No. 22 dan Undang-undang
tahun 1999 antara lai di tandai dengan di alokasikan nya Dana Alokasi Umum (DAU)
sebagai sumber pembiayaan berbagai urusan pemerintahan yang telah di daerahkan,
Dana Bagi Hasil (DBH) dari ekstrasi sumber daya alam yang berada di daerah yang
bersangkutan dan di berikannya otoritas pajak yang terbatas kepada pemerintah daerah.

Untuk menandai penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah tersebut , pada dasarnya dilakukan dengan prinsip
“money follow function”
Desentralisasi fiskal adalah salah satu instrument yang digunakan oleh
pemerintah daerah dalam mengelola pembangunan guna mendorong
perekonomian daerah maupun nasional.