Analisa Terhadap Batasan Tanggung Jawab Direktur Nominee Dalam Perseroan Terbatas

  mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan. Dengan demikian,

  106

  ruang lingkup tugas direksi adalah mengurus Perseroan. Direksi adalah organ perseroan yang mewakili kepentingan perseroan sebagai subyek hukum yang

  107

  mandiri. Tugas dan tanggung jawab Direksi serta wewenangnya ditetapkan oleh undang-undang. Dengan demikian, keberadaan Direksi dalam suatu Perseroan juga

  108 diatur berdasarkan undang-undang.

  Kepengurusan suatu perusahaan dilakukan oleh jajaran Direktur atau Dewan Direksi yang pada umumnya dipimpin oleh Direktur Utama. Dengan demikian, Direksi mempunyai tugas dan wewenang ganda, yakni melaksanakan pengurusan dan

  106 Agus Budiarto, Op. cit., hlm. 63. Lihat Achmad Ichsan, Op. cit., hlm. 386, dikatakan, “Pengertian “pengurusan” di sini meliputi tugas pengadministrasian dan pemeliharaan harta kekayaan

  Perseroan termasuk memperbesar dan memperkecil modal Perseroan dalam batas-batas tertentu guna membantu kelancaran jalannya Perseroan, juga pendaftaran di kantor kepaniteraan pengadilan negeri serta pengumuman di Berita Negara dan tindakan administrasi lain yang harus dilakukan menurut perundang-undangan Perseroan.” 107 Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pedoman

  39

  109

  menjalankan perwakilan perseroan. Dalam hal ini, Direktur Utama atau Presiden Direktur atau nama lain, berikut seluruh jajaran anggota Direksi lainnya adalah

  110 memiliki kedudukan yang sama.

  Mengenai jumlah anggota Direksi Perseroan, UUPT hanya mencantumkan batasan bahwa anggota Direksi adalah sekurang-kurangnya 1 (satu) orang. Sedangkan untuk penambahan sampai berapapun jumlahnya adalah diserahkan kepada Perseroan masing-masing. Hal ini adalah sebagaimana diatur di dalam Pasal 92 ayat (3) UUPT 2007, bahwa Direksi Perseroan terdiri atas 1 (satu) orang anggota Direksi atau lebih.

  Pengecualian terhadap jumlah anggota Direksi yang dapat terdiri atas 1 (satu) orang tersebut adalah sebagaimana diatur di dalam ketentuan Pasal 92 ayat (4) UUPT, yakni, “Perseroan yang kegiatan usahanya berkaitan dengan menghimpun dan/atau mengelola dana masyarakat, Perseroan yang menerbitkan surat pengakuan utang kepada masyarakat, atau Perseroan Terbuka wajib mempunyai paling sedikit 2 (dua) orang anggota Direksi.” Dengan demikian, untuk bidang usaha tertentu, Perseroan wajib memiliki Direksi lebih dari 1 (satu) orang, yang akan bertanggung jawab secara kolegial di dalam pengurusan Perseroan.

  109 Ibid . Lebih lanjut dikatakan, “Kewenangan pengurusan Direksi mencakup semua perbuatan hukum yang berkaitan dengan maksud dan tujuan Perseroan sebagaimana dimuat dalam Anggaran Dasarnya. Kewenangan pengurusan tersebut tidak hanya terbatas pada memimpin dan menjalankan kegiatan rutin sehari-hari, namun termasuk kewenangan untuk mengambil inisiatif dan membuat rencana masa depan Perseroan dalam rangka mewujudkan maksud dan tujuan Perseroan.” 110 Try Widiyono, (II), Op. cit., hlm. 44. Lebih lanjut dikatakan, “Seorang Direktur Utama atau

  Presiden Direktur atau nama lain untuk itu mempunyai kedudukan yang sejajar. Akan tetapi, kemudian perbedaan diantara masing-masing anggota Direksi itu hanya berkaitan dengan pembagian tugas dan wewenang, baik berdasarkan RUPS, anggaran dasar atau menurut keputusan Direksi yang bersangkutan. Tegasnya, Direksi itu bersifat kolegial.”

  It is clear that a Director has a tremendous responsibility for a Company’s success in achieving its objectives. Therefore, in appointing a Director, the

shareholders must carefully pay attention to the capability and integrity of the

  111 nominee Director

  . (Adalah merupakan hal yang sangat jelas bahwa Direksi memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap keberhasilan sebuah Perseroan untuk mencapai maksud tujuannya. Oleh karenanya, dalam penunjukan seseorang sebagai anggota Direksi, para pemegang saham haruslah sangat berhati-hati dalam melakukan penilaian terhadap kemampuan dan integritas yang ada pada diri seorang calon Direktur.) Mengenai hal ini erat kaitannya dengan pemberlakuan terhadap

  112

  ketentuan dari Pasal 1367 ayat 1 dan ayat 3 KUH Perdata terhadap anggota direksi yang ditunjuk oleh para pemegang saham tersebut. Dalam hal demikian, para pemegang saham dapat saja dimintakan pertanggungjawaban atas tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh Direktur (khususnya adalah Direktur Nominee) yang ditempatkannya dalam jajaran Dewan Direksi. 111

  Retno Wulandari, “Director’s Responsibilities in a Limited Liability Company”, (FW&P, Januari-April 2010), hlm. 26, dapat diakses di http://franswinarta.com/Article-

Director's_Responsibilities_in_a_Limited_Liability_Company.pdf , terakhir kali diakses pada tanggal 1

  November 2012. 112 Ibid ., hlm. 103. Ketentuan dalam Pasal 1367 KUH Perdata lebih jelas dijabarkan dalam ayat-ayat berikut, sebagai berikut: (1) Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri,

melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi

tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya.

  

(2) Orangtua dan wali bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh anak-anak yang belum

dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orangtua

atau wali. Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan urusan mereka,

bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan atau bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang-orang itu.

(3) Guru sekolah atau kepala tukang bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh murid-

muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-orang itu berada di bawah pengawasannya.

(4) Tanggung jawab yang disebutkan di atas berakhir, jika orangtua, guru sekolah atau kepala tukang

itu membuktikan bahwa mereka masing-masing tidak dapat mencegah perbuatan itu atas mana

meneka seharusnya bertanggung jawab.

  Adapun beberapa persyaratan yang harus dan selayaknya dimiliki oleh seorang individu untuk dapat diangkat menjadi anggota Direksi, dengan mengacu

  113

  pada ketentuan di dalam Pasal 93 UUPT, yakni sebagai berikut: (1) Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perseorangan yang cakap melakukan perbuatan hukum, kecuali dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatannya pernah:

  a. dinyatakan pailit;

  b. menjadi anggota Direksi atau anggota Dewan Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit; atau

  c. dihukum karena melakukan tindak pidana yang merugikan keuangan negara dan/atau yang berkaitan dengan sektor keuangan. (2) Ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mengurangi kemungkinan instansi teknis yang berwenang menetapkan persyaratan tambahan berdasarkan peraturan perundang-undangan. (3) Pemenuhan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dibuktikan dengan surat yang disimpan oleh Perseroan.

  Persyaratan tentang kemampuan melaksanakan perbuatan hukum, tidak cukup hanya orang yang sudah dewasa dan cakap melakukan transaksi, melainkan dengan latar belakang pendidikan dan pengalamannya orang yang bersangkutan mampu 113

  Bandingkan dengan Mary Fulton, Op. cit., hlm. 7, dikatakan, “Almost every individual is eligible to become a director of a company as there are no specific professional qualifications required of a director. There

are certain exemptions to the general rule, as certain individuals are prohibited from holding office. Some

examples are: a. Undischarged bankrupts are prohibited from holding the office of director.

  

b. In certain circumstances of fraud or mismanagement a director may be disqualified or restricted from holding

office.

  

c. A corporate body is not permitted to be a director. Accordingly, a limited company cannot itself be a director

of another company.

  d. The auditor of a company is prohibited from acting as a director of that company .

  

(Hampir setiap individu memiliki kemampuan dan layak untuk menjadi seorang direktur dari sebuah perusahaan

dikarenakan tiadanya suatu kualifikasi professional tertentu yang dibutuhkan untuk menjadi seorang direktur.

Pengecualian tertentu sebagaimana dalam praktik serta ketentuan umum yang lazim, dimana terhadap beberapa

indiviu tertentu adalah dilarang untuk menduduki jabatan tersebut. Sebagai contoh adalah: a. Seorang yang pailit/bangkrut dilarang untuk menduduki jabatan sebagai direktur suatu perusahaan.

  b. Dalam hal tertentu terkait dengan penggelapan atau kelalaian manajemen, seorang direktur dimungkinkan untuk diberhentikan atau dikeluarkan dari jabatannya.

  

c. Sebuah badan hukum perseroan tidak diperbolehkan untuk menjadi seorang direktur. Berdasarkan hal tersebut,

sebuah perseroan terbatas tidak dapat menjadi seorang direktur untuk perseroan terbatas lainnya.

  

d. Auditor dari perusahaan yang bersangkutan dilarang untuk bertindak selaku direktur dari perusahaan tersebut.)” mengelola perseroan. Selain itu juga karakter atau watak seseorang sangat

  114 mempengaruhi dalam kepengurusan perseroan.

  Mengenai syarat tidak pernah dinyatakan pailit, ini dalam hubungannya dengan tingkat kepercayaan seseorang. Orang yang pernah dinyatakan pailit oleh pengadilan, itu karena yang bersangkutan dalam keadaan tidak mampu (berhenti) membayar utang-utangnya. Sesuai dengan ketentuan di dalam Undang-Undang Kepailitan dengan adanya putusan pailit, si pailit tidak berhak

  115 lagi melakukan pengurusan terhadap harta bendanya.

  Pada perusahaan … badan hukum, pemimpin perusahaan (bedrief leider,

  manager

  ) adalah orang yang diberi kuasa oleh pengusaha untuk menjalankan perusahaan atas nama pengusaha. Dia menggantikan pengusaha dalam segala hal mengenai pengelolaan perusahaan. Pemimpin perusahaan berfungsi sebagai wakil pengusaha dan berkuasa dalam segala hal yang berkenaan dengan pengelolaan perusahaan yang dipimpinnya. Pemimpin perusahaan adalah pemegang kuasa tertinggi dalam menjalankan perusahaan. … Pada perusahaan besar, pemimpin perusahaan berbentuk dewan pimpinan yang disebut direksi

  116

  … Kewenangan Direksi untuk melakukan perbuatan hukum untuk dan atas nama perseroan bukan dan tidak hanya terbatas pada perbuatan hukum yang secara tegas disebut dalam maksud dan tujuan perseroan. Kewenangan Direksi juga meliputi perbuatan-perbuatan sekunder yakni perbuatan-perbuatan yang menurut kebiasaan, kewajaran dan kepatutan dapat disimpulkan adalah berhubungan dengan maksud dan tujuan perseroan, meskipun perbuatan- perbuatan tersebut tidak secara tegas disebutkan dalam maksud dan tujuan

  117 perseroan.

  Selain dari persyaratan tidak pailit secara pribadi, bagi seorang Direktur suatu perseroan disyaratkan pula bahwa yang bersangkutan tidak pernah dinyatakan bersalah oleh pengadilan, yang karena kesalahannya menyebabkan suatu Perseroan

  114 Gatot Supramono, Hukum Perseroan Terbatas yang Baru, (Jakarta: Penerbit Djambatan, 1996), (I), hlm. 74. 115 . 116 Ibid 117 Abdulkadir Muhammad, Op. cit., hlm. 26.

  Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha …, loc. cit.

  118

  menjadi pailit. Kalau ada anggota Direksi yang pernah diperkarakan atau diputuskan dan dinyatakan bersalah oleh pengadilan menyebabkan suatu perseroan dinyatakan pailit, dipandang reputasinya tidak baik dalam mengelola suatu perseroan. Orang tersebut dinilai tidak mampu mengurus perseroan, sehingga perseroan menjadi

  119 jatuh dan tidak mampu membayar utang.

  Di kalangan orang yang bergerak di bidang bisnis, kalau ada orang yang pernah dinyatakan pailit, biasanya orang tersebut kurang dipercaya lagi, karena utang yang tidak mampu dibayar sangat mengecewakan terutama terhadap para kreditur. Apabila yang bersangkutan mencari kredit, melakukan pembelian barang tidak kontan atau sebagai penjamin utang (borgtocht) dipandang meragukan atau kurang dipercaya. Orang yang demikian jika diangkat sebagai Direksi dikhawatirkan akan menghadapi kendala dalam melakukan hubungan

  120 ke luar.

  Anggota Direksi yang dalam menjalankan tugasnya memiliki cacat yang mengakibatkan kerugian perseroan sebagaimana dimaksud, jelas tidak tepat untuk diangkat menjadi Direksi, baik dalam perseroan yang sama maupun perseroan lain,

  121 karena diragukan kemampuannya dalam mengurus perseroan.

  Mengenai syarat tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang

  122 merugikan keuangan negara selama lima tahun sebelum pengangkatan.

  Bahwa tindak pidana yang merugikan keuangan negara misalnya kejahatan korupsi maupun penggelapan. Kejahatan ini tidak selalu pelakunya dari pegawai negeri sipil. Orang yang bukan pegawai negeri sipil juga dapat dipidana dengan kejahatan tersebut. Contohnya dalam kasus Golden Key Group salah satu pelakunya Eddy Tansil dipidana karena kejahatan korupsi. Dia bukan pegawai negeri sipil melainkan pegawai swasta. Kemudian dalam syarat ini hukumannya lima tahun, hukuman yang demikian dapat menggambarkan bahwa kesalahan 118

  Munir Fuady, Hukum Perusahaan (Dalam Paradigma Hukum Bisnis), (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1999), (I), hlm. 81. 119 120 Gatot Supramono, (I), Op. cit., hlm. 75 121 Ibid .

  . 122 Ibid Lihat Munir Fuady, (I), Op. cit., hlm. 82, dikatakan, “Kecuali yang bersangkutan telah melampaui 5 (lima) tahun atau telah selesai menjalani hukumannya tersebut.” pelakunya cukup berat. Orang yang pernah dihukum karena kejahatan menyebabkan kerugian keuangan negara dapat menjadi catatan hitam bagi dunia usaha. Mantan terpidana tidak dapat diangkat menjadi anggota Direksi, karena dikhawatirkan akan merugikan perseroan dan merugikan negara pula.

  123

  Oleh karena itu, yang layak diangkat menjadi anggota Direksi (reasonable

  director

  ) adalah orang yang tidak diragukan kehati-hatiannya. … untuk mengukur patokan atau standar reasonable director … yang umum dipegang, anggota Direktur tersebut, mampu memperlihatkan tingkat kehati-hatian yang wajar atau yang layak bagi seorang sesuai dengan pengalaman dan kualifikasinya sebagai seorang Direktur.

  124

  Pengangkatan anggota Direksi hanya untuk batas waktu tertentu, tidak selama berdirinya Perseroan.

  125 Direksi adalah sebuah jabatan yang tidak bersifat permanen.

  Ada masa untuk mulai menjabat dan ada pula masa untuk mengakhirinya.

  126

  Dalam kedudukannya sebagai pengurus perseroan, Direksi mempunyai tugas untuk mewakili perseroan. Apabila Direksi terdiri dari lebih dari satu orang, maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota Direksi. Walaupun demikian, apabila dalam anggaran dasar telah ditentukan Direktur Utama saja yang berhak mewakili perseroan, maka anggota Direksi lainnya tidak dapat mewakili. Anggota Direksi lainnya baru dapat mewakili jika Direktur Utama memberikan kuasa kepadanya.

  127 123 Gatot Supramono, (I), Op. cit., hlm. 75-76. 124 M. Yahya Harahap, (I), Op. cit., hlm. 379. 125 Gatot Supramono, (I), Op. cit. hlm. 77. Menurut ketentuan Pasal 94 ayat (5) jo. ayat (6) UUPT, dikatakan, ”Saat mulai berlakunya pengangkatan, penggantian dan pemberhentian anggota Direksi adalah ditetapkan berdasarkan keputusan RUPS mengenai pengangkatan, penggantian dan pemberhentian tersebut. Apabila tidak ditetapkan, maka dianggap mulai berlaku terhitung sejak ditutupnya RUPS mengenai pengangkatan,

penggantian dan pemberhentian tersebut.” Bandingkan dengan Mary Fulton, Op. cit., hlm. 10, dikatakan,

Appointment as a director cannot be made effective without sending the notice of appointments which must

contain the signature of the appointee signifying consent to the appointment .” Lihat juga Stephen W. Mayson,

Derek French & Christopher L. Ryan, Company Law: 2001-2002 Edition, (United Kingdom: Blackstone Press

Limited, 2001), (I), hlm. 462, dikatakan, “A director of a company is entitled to relinquish the office at any time by

giving notice to the company. The director’s resignation is effected by the notice and does not depend on

acceptance of the resignation by the company because the company cannot refuse acceptance. However, once notice has been given it cannot be withdrawn except by the agreement with the company .” 126

  Binoto Nadapdap, Hukum Perseroan Terbatas (Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007) , (Jakarta: Permata Aksara, 2012), hlm. 82. 127 Gatot Supramono, (I), loc. cit. Hal ini tentunya menjadi sedikit berbeda dalam praktik lazim keseharian, dimana di dalam Anggaran Dasar suatu PT umum dicantumkan klausula yang memberikan kewenangan kepada anggota Direksi lain untuk bertindak mewakili kepentingan Perseroan dengan ketidakhadiran Direktur Utama, tanpa diperlukannya suatu pembuktian oleh dan terhadap pihak ketiga. Adapun alasan utamanya adalah agar Perseroan tetap dapat berjalan dan Anggota Direksi diangkat oleh RUPS untuk mengurus perseroan. Dalam

  128

  tugasnya mengurus perseroan diwajibkan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai

  129 dengan ketentuan.

  Dari ukuran manajemen dapat dilihat apabila perusahaan tidak dapat mencapai tujuannya, maka dapat dikatakan bahwa kepengurusan perusahaan tidak dijalankan dengan baik. Apabila ukuran ini benar-benar diterapkan pada perseroan,

  130 maka direksi akan dituntut untuk benar-benar professional.

  Tentang kepentingan siapa yang harus dititikberatkan, menurut Schilfgaarde, dalam hal berbicara tentang “kepentingan” dalam PT, sebenarnya banyak kepentingan yang harus diperhatikan. Selain kepentingan pemegang saham dan “kepentingan perseroan sendiri” (yang dinamakannya “het vennootschap

  belang

  ”) masih ada lagi kepentingan lain yang patut diperhatikan, seperti kepentingan para karyawan, kepentingan pihak ketiga dan kepentingan

  131 nasional. kepentingan Perseroan tidak menjadi terbengkalai apabila harus sampai menunggu kehadiran Direktur Utama. 128

  Ibid ., hlm. 80. Lihat juga Detlev F. Vagts, Basic Corporation Law: Materials-Cases-Text,

(New York: The Foundation Press, Inc., 1989), hlm. 211, dikatakan, “A director or officer has a duty

to his corporation to perform his functions in good faith, in a manner that he reasonably believes to be in the best interests of the corporation … and with the care that an ordinarily prudent person would

reasonably be expected to exercise in a like position and under similar circumstances . (Seorang

direktur atau pejabat perseroan memiliki tugas terhadap perseroan yang dipimpinnya untuk menjalankan fungsi wewenangnya dengan itikad baik, dalam suatu tata cara yang diyakini olehnya adalah demi kepentingan terbaik daripada perseroan … dan dengan kehati-hatian bahwa seseorang yang memiliki prudent yang murni secara lazim akan bertindak sebagaimana pada kedudukan dan keadaan yang sama.” 129 130 Binoto Nadapdap, Op. cit., hlm. 85.

  Agus Budiarto, Op. cit., hlm. 72-73. Lihat juga Detlev F. Vagts, Op. cit., hlm. 224, dikatakan, “One of the foremost functions of the board is to protect the corporation from abuse by self- interested members of management . (Salah satu fungsi yang paling diutamakan dari dewan direksi adalah untuk melindungi Perseroan dari tindakan merugikan yang dilakukan oleh unsur manajemen demi kepentingan pribadinya.)” 131 Rudhi Prasetya, Op. cit., hlm. 222. Prinsip Direksi sebagai pemegang amanah (trustee) karena sumber kewenangan Direksi berasal dari ‘trust’ atau ’fiducia’, tetapi amanah yang diemban adalah amanah Perseroan bukan amanah dari pemegang saham … Atas dasar pemikiran tersebut, maka Direksi di dalam menjalankan tugasnya mengurus Perseroan tidak boleh menerima manfaat terhadap dirinya sendiri, ini berarti

  132 kepentingan Perseroan harus didahulukan.

  Dalam pengelolaan Perseroan, tidak tertutup kemungkinan Direksi akan menghadapi kepentingan yang berbeda, dimana kadangkala Direksi akan dihadapkan pada konflik kepentingan, baik antara diri pribadi Direksi dengan Perseroan, atau antara Perseroan dengan pihak ketiga (umumnya pemegang saham). Dalam kaitan dengan penelitian ini, perbedaan kepentingan yang mungkin terjadi misalkan seandainya terjadi pertentangan atau benturan kepentingan diantara kepentingan pemegang saham dengan kepentingan Perseroan. Dalam hal ini, Direksi cenderung akan dihadapkan pada suatu dilema perihal kepentingan siapa yang didahulukan.

  Mengenai benturan kepentingan ini dapat ditinjau dari ketentuan di dalam UUPT, bahwa apabila terjadi benturan kepentingan (conflict of interest) pada diri

  133

  Direksi, khususnya mengacu pada Pasal 99 UUPT , anggota Direksi tersebut menjadi tidak berhak dan tidak berwenang untuk mewakili Perseroan. 132 133 Try Widiyono, (II), Op. cit., hlm. 90.

  Lihat ketentuan Pasal 99 UUPT, dikatakan: (1) Anggota Direksi tidak berwenang mewakili Perseroan apabila:

a. terjadi perkara di pengadilan antara Perseroan dengan anggota Direksi yang bersangkutan; atau

b. anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan. (2) Dalam hal terdapat keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang berhak mewakili Perseroan adalah: a. anggota Direksi lainnya yang tidak mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan;

  

b. Dewan Komisaris dalam hal seluruh anggota Direksi mempunyai benturan kepentingan dengan

Perseroan; atau

c. pihak lain yang ditunjuk oleh RUPS dalam hal seluruh anggota Direksi atau Dewan Komisaris

mempunyai benturan kepentingan dengan Perseroan.

  Dengan demikian, kewenangan untuk mewakili Perseroan, yang sifatnya mutlak dan melekat pada Direksi, dapat menjadi terbatas dikarenakan adanya conflict

  of interest

  tersebut. Alasan utama yang dapat dipertimbangkan adalah tidak lain karena Direksi mewakili Perseroan itu dalam kapasitas untuk dan atas nama (for and

  on behalf

  ) Perseroan, bukan atas nama pribadi atau pihak tertentu selain daripada Perseroan (as the representative of the company).

  Mendahului kajian terhadap keberadaan Direksi Nominee dalam suatu Perseroan, maka kiranya adalah lebih tepat apabila ditinjau dahulu pengertian dasar yang sebenarnya terkandung dan menjadi fokus penelitian di dalam istilah “Direksi

  Nominee ” itu, yakni pemahaman tentang Nominee.

  Apabila ditinjau pengertian dan konsep yang terdapat di dalam UUPT, tentunya tidak akan dijumpai adanya istilah atau redaksi “Nominee.” Namun sebagai referensi, menurut Financial Action Task Force (FATF) – Groupe d’action financière (GAFI), “Nominee is the person, corporation, or beneficiary who has been appointed

  or designated to act for another

  (e.g. a Nominee Director is a director nominated by

  

134

another director to act in his or her place

  ). Sedangkan pengertian Nominee dengan merujuk kepada Black’s Law Dictionary, dapat diuraikan sebagai berikut: 134

  Financial Action Task Force -Groupe d’action financière, “The Misuse of Corporate

Vehicles, Including Trust and Company Service Providers ”, (France: FATF/OECD, 13 Oktober 2006),

hlm. 24, dapat diakses di http://www.fatf-

gafi.org/media/fatf/documents/reports/Misuse%20of%20Corporate%20Vehicles%20including%20Tru

  , terakhir kali diakses pada tanggal 23 Oktober sts%20and%20Company%20Services%20Providers.pdf 2012.

  “1. A person who proposed for an office, membership, award or like title, or

  status. An individual seeking nomination, election or appointment is a candidate. A candidate for election becomes a nominee after being formally nominated. 2. A person designated to act in place of another usually in a very limited way. 3. A party who holds bare legal title for the benefit of others or

  135 who receives and distributes funds for the benefit of others.

  ” Berdasarkan pengertian tersebut di atas, dapat diketahui bahwa Nominee adalah seseorang yang ditunjuk untuk mewakili kepentingan pihak lain dalam rangka melakukan suatu perbuatan hukum tertentu yang terbatas sifatnya, demi keuntungan pihak yang diwakilinya tersebut, atau dapat disebabkan pertimbangan atas alasan lainnya.

  Sedangkan untuk pengertian Direksi Nominee atau Direktur Nominee sendiri tidak dijumpai adanya satu definisi atau pengartian secara tersendiri dalam UUPT sebagaimana pengertian Direksi yang diuraikan dengan jelas. Pengertian atas Direktur Nominee itu bahkan tidak kemudian ada diuraikan lebih lanjut dalam anggaran dasar PT.

  Dalam realita dunia usaha di Indonesia, keberadaan Direksi Nominee dalam suatu PT bagaikan ada namun tiada. Hal ini dalam artian Direksi Nominee tidak dikenal menurut ketentuan dan aturan hukum yang ada, akan tetapi secara praktiknya

  136

  jelas-jelas ada dan telah menjadi satu hal yang dapat dikatakan cukup lazim. Hal

  135 136 Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary, (St. Paul: West, 2004), hlm. 1076.

  Lihat Anonim, “Law Director Essay”, dapat diakses di http://www.antiessays.com/free- , terakhir kali diakses pada tanggal 12 November 2012, dikatakan, “The essays/212152.html phenomenon of nominee director has become an important feature of the modern … corporate scene.

  … Nominee directors as a concept exists worldwide, …” ini tentunya senada dengan pendapat The Companies and Securities Law Review

  Committee , yang menyatakan bahwa: The term ‘Nominee Director’ is not defined, indeed, it is not even employed in company statutes. Nor have the courts adopted any single clear definition. In commercial practice persons may be nominated or elected to the Board of Directors as of right by an individual shareholder, a class of shareholders, or some other groups (e.g. a major lender to the company or the employee of a company), rather than by the general body of shareholders. Sectional

  137

appointment of directors is recognised in Australia and overseas

.

  (Terminologi ‘Direktur Nominee’ tidak didefinisikan, bahkan sebenarnya, hal tersebut tidak dituangkan di dalam anggaran dasar perusahaan. Belum ada pengadilan yang mengadopsi satu definisi tunggal yang benar-benr jelas. Dalam praktik komersial, seseorang itu dapat saja dinominasikan atau diangkat menjadi anggota Dewan Direksi sebagai wujud pelaksanaan hak individu pemegang saham, sekelompok pemegang saham, atau kelompok tertentu lainnya (misalnya pemberi pinjaman utama terhadap perseroan atau karyawan perseroan), daripada oleh segenap pemegang saham. Penunjukan seperti ini dikenal di Australia dan beberapa negara lainnya.)

  Namun dalam rangka memberikan pedoman untuk mengarahkan penelitian ini, maka dapat dirujuk beberapa pengertian Direksi Nominee sebagai berikut: “Nominee Director has a definition as person which acts as a non-executive

  director on the board of directors of a firm, on behalf of another person or firm such as a bank, investor, or tender. Also, a resident in a tax haven who lends his or her name to a non-resident as a trustee on the board of an offshore firm in that haven. Typically there is no shareholding requirement for the nominee director but, if the bylaws of a firm impose a share qualification, he or she must

  137 The Companies and Securities Law Review Committee, ”The Duties and Liabilities of

  

Nominee Directors and Alternate Directors : Discussion Paper No. 7”, hlm. 2, dapat diakses di

http://www.takeovers.gov.au/content/Resources/cslrc/cslrc_discussion_paper_no_7.aspx , terakhir kali

diakses pada tanggal 2 Juli 2012. Lihat juga Financial Supervision Commission, “Guidance on the

responsibilities and duties of directors under the laws of the Isle of Man ”, (Isle of Man, Agustus 2011),

hlm. 2, dapat diakses di http://www.gov.im/lib/docs/fsc/guidanceontheresponsibilitiesand.pdf, terakhir

kali diakses pada tanggal 1 Desember 2012, dikatakan, “The concept of a “nominee” director does not exist in law .”

  obtain them within the specified period. Some jurisdictions allow a firm to be 138 named as a nominee director of another firm. Also called straw man

  .”

  A nominee director is a director appointed to the board of a company to represent the interests of his appointor on that board. He may be appointed by a 139 shareholder, a creditor or another stakeholder

  . (Seorang Direktur Nominee adalah seorang direktur yang ditunjuk ke dalam Dewan Direksi suatu perusahaan untuk mewakili kepentingan dari pihak yang menunjuknya ke dalam dewan tadi. Dia bisa saja ditunjuk oleh seorang pemegang saham, kreditur atau pihak ketiga lain yang berkepentingan.)

  The nominee director of a financial institution may be their employee or from a panel of professionals from various disciplines maintained by them. What is needed is a person with professional attitude and capability of taking commercial

  140 decisions

  . (Direktur Nominee dari sebuah lembaga keuangan dapat dimungkinkan merupakan pegawai lembaga tersebut atau berasal dari sekelompok jajaran professional dari berbagai disiplin ilmu yang dibina oleh mereka. Apa yang cukup 138

  Anonim, “Nominee Director ”, dapat diakses di

http://www.businessdictionary.com/definition/nominee-director.html#ixzz1zFzXfnO4 , terakhir diakses

pada 28 Juni 2012. Lihat juga Tony Chong, “The role of, and issues with, nominee directors”, dapat

diakses di http://www.lavanlegal.com.au/index.php/publications/publicationdetail/the_role_of_and_issues_with_ nominee_directors , terakhir diakses pada tanggal 12 Oktober 2012, dikatakan, “A nominee director is a director who is appointed by a shareholder, creditor or interest group (whether contractually or by resolution at a company meeting) and who has a continuing loyalty to the appointor or other interest in the company .” 139

  Sarah Paterson and Maximilian Schlote, “Nominee directors and insolvent companies”,

Slaughter and May, Juli 2011, hlm. 1, dapat diakses di

http://www.slaughterandmay.com/media/1555668/nominee-directors-and-insolvent-companies.pdf , terakhir kali diakses pada tanggal 22 Oktober 2012. 140

  Anonim, “The ”, dapat diakses di

Role of Nominee Director

  , terakhir diakses pada http://www.financialexpress.com/news/the-role-of-nominee-director/50761 tanggal 25 Juni 2012. penting adalah seseorang dengan karakter dan kemampuan professional dalam mengambil kebijakan/keputusan bisnis.) Dalam hal disyaratkan kemampuan yang mumpuni dari (calon) anggota

  Direksi, maka agaknya hal tersebut akan menjadi sedikit berbeda dengan hasil kajian Stephen Griffin terhadap kenyataan yang berkembang dewasa ini. Beliau menyebutkan bahwa “… a person appointed to a directorship does not require any

  formal qualifications; it is even possible for an infant to be appointed to a 141 directorship; see e.g. Marquis of Bute’s case [1892] 2 Ch 100

  .”

  Nominee directors are persons who are appointed to the Board of Directors

142

of a company by a certain appointer However, despite his special interest

. appointment, a nominee director is usually a de jure director of the company to

  143 whose board he has been appointed

  . (Direktur nominee adalah orang-orang yang ditunjuk untuk mengisi jabatan dalam Dewan Direksi sebuah perusahaan oleh pihak tertentu. Namun bagaimanapun, dengan mengesampingkan kepentingan penunjukannya yang diistimewakan tersebut, seorang direktur nominee adalah lazimnya sama dengan direktur yang ditunjuk secara sah dan resmi menduduki jabatan dalam Dewan Direksi dari sebuah perusahaan.)

  Dari beberapa definisi ataupun pengertian yang diuraikan tersebut, dapat ditarik beberapa kesamaan, bahwa Direktur Nominee adalah seorang Direktur (atau seseorang yang ditunjuk (atau dipinjam namanya) dengan pertimbangan alasan 141 142 Stephen Griffin, Op. cit., hlm. 226. 143 Lihat Kala Anandarajah and Foo E Lin, loc. cit.

  Sarah Paterson and Maximilian Schlote, loc. cit. tertentu untuk menduduki jabatan sebagai anggota Direksi suatu Perseroan) yang ditunjuk oleh dan untuk mewakili kepentingan pihak-pihak tertentu dalam rangka melaksanakan kepengurusan atas Perseroan atau untuk mengendalikan jalannya Perseroan.

  A corporation is an artificial person. It can do anything a person can do; to buy and sell property, both real and personal, in its own name. It can sue and be sued 144

in its own name. It is formal. Also it can buy and sell realty, give gifts, enter into

contracts, pay income taxes, receive, and amongst other things, bequest and

  145

devise . (Perseroan adalah merupakan sebuah perwujudan subjek hukum semu. Ia

  dapat melakukan hal apapun sebagaimana yang dilakukan oleh manusia, untuk membeli atau menjual harta benda, baik berwujud maupun yang dimiliki atas namanya. Ia dapat pula mengajukan gugatan hukum dan digugat secara hukum berdasarkan namanya. Ini merupakan satu hal yang lazim. Dapat pula ia membeli dan menjual barang-barang berwujud, memberi hadiah, menjadi pihak di dalam kontrak, membayar pajak penghasilan, berpiutang dan hal lainnya, menerima pengalihan/warisan dan pendapatan.)

  Perseroan sebagai sebuah artificial person (manusia semu) tidak mungkin dapat bertindak sendiri. Perseroan tidak memiliki kehendak untuk menjalankan dirinya sendiri. Untuk inilah maka diperlukan orang-orang yang memiliki kehendak yang akan menjalankan Perseroan tersebut sesuai dengan maksud dan tujuan pendirian Perseroan. Orang-orang yang akan menjalankan, mengelola dan mengurus

  144 145 Kenneth S. Ferber, Op. cit., hlm. 18.

  Ibid , hlm. 24. Perseroan ini dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas disebut dengan istilah

  146 Organ Perseroan.

  Although shareholders own a corporation, they traditionally have possessed no right to manage the business of the corporation. Instead, shareholders elect 147 individuals to a board of directors, to which management is entrusted

  . (Walaupun para pemegang saham memiliki Perseroan, akan tetapi secara lazimnya mereka tidak memiliki kewenangan atau hak untuk mengelola jalannya usaha dari Perseroan. Oleh karenanya, para pemegang saham akan memilih individu tertentu untuk ditempatkan dalam satu Dewan Direksi, kepada siapa pengelolaan Perseroan dipercayakan.)

  Kepengurusan terhadap suatu PT dilakukan oleh Direksi, dimana untuk tugas dan wewenang serta tanggung jawabnya lebih lanjut sebagaimana diatur dalam UUPT 2007. Direktur dalam menjalankan roda perusahaan berdasarkan kewenangan yang ada harus selalu waspada dan bertindak dengan perhitungan yang cermat.

  146 Zulfi Chairi, “Tanggung Jawab Direksi Dalam Menerapkan Prinsip Good Corporate

  Governance ”, hlm. 3, dapat diakses di

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1591/1/perdata-zulfi2.pdf , terakhir diakses pada

tanggal 20 Juni 2012, sebagaimana dikutip dari Gunawan Widjaja, Tanggung Jawab Direksi Atas

Kepailitan Perseroan , (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 20. Lihat juga Stephen W.

Mayson, Derek French & Christopher L. Ryan, (I), Op. cit., hlm. 442, dikatakan, “A company as an

artificial person cannot perform its own acts, and there must accordingly be someone who can represent and act on behalf of the company. The registered company was invented in order to provide a legal form for investors to put their money into a business without being responsible for managing it. Instead, management was to be conducted by directors, who would represent the company in its

dealings with others . (Sebuah perusahaan sebagai sebuah subjek hukum semu tidak dapat bertindak

sendiri, dan karenanya harus ada seseorang yang akan mewakili dan bertindak untuk kepentingan dan atas nama perusahaan. Perseroan terbatas didirikan dan didaftarkan dengan tujuan untuk menyediakan suatu bentuk resmi bagi para investor untuk menanamkan modalnya dalam sebuah bisnis tanpa perlu menjadi bertanggung jawab dalam pengelolaannya. Dengan demikian, manajemen akan dilaksanakan oleh para direktur, yang akan mewakili perseroan dalam setiap hubungan dengan pihak luar.)” 147 th Jane P. Mallor [et al], Business Law: the ethical, global, and e-commerce environment – 12 edition , (New York: The McGraw-Hill Companies, Inc., 2004), hlm. 928.

  Dalam kebijakan yang dibuatnya, Direktur harus selalu bertindak hati-hati,

  148 mempertimbangkan keadaan, kondisi dan biaya pengelolaan yang besar.

  Kewaspadaan dan prinsip kehati-hatian yang seyogianya dimiliki seorang Direktur ini tentunya akan menjadi berbeda apabila Direktur atau anggota Direksi tersebut merupakan nominee yang mengemban misi tertentu yang telah di-‘titip-kan oleh beneficiary-nya. Sebagaimana hal ini menjadi salah satu pertimbangan yang dijadikan sebagai referensi oleh Stephen W. Mayson, dkk, yang menyebutkan,”A

  shareholder with a significant investment in a private company who is not an

executive director of a company usually ensures that he has the right to appoint one

149 or more directors

  .” (Seorang pemegang saham dengan investasi yang signifikan di dalam sebuah perusahaan tertutup yang tidak menjadi direktur eksekutif dari perusahaan tersebut lazimnya akan memastikan bahwa ia memiliki hak untuk menunjuk satu atau lebih direktur.) Dalam hal demikian, maka para pemegang saham mayoritas umumnya akan menempatkan orang-orang kepercayaannya untuk duduk di dalam jajaran Dewan Direksi.

  Dampak lanjutannya, sebagaimana disebutkan oleh

  V. Umakanth, “Sometimes, Nominee directors also find themselves in an uneviable position – in

  case of a conflict between the interests of the nominating institution and the company, 148

  Binoto Nadapdap, Op. cit., hlm. 75, sebagaimana dikutip dari Misahardi Wilamarta, Hak , (Jakarta: Program Pasca Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002), hlm. 140. 149

Stephen W. Mayson, Derek French & Christopher L. Ryan, (I), Op. cit., hlm. 458.

  150 whose interests are they required to protect

  ?” (Kadangkala, direktur nominee juga menemukan diri mereka berada pada posisi yang tidak mudah - dalam hal terjadi benturan/konflik antara kepentingan dari pihak yang melakukan penunjukan dengan kepentingan dari perseroan, kepentingan yang mana yang harus dilindungi oleh direktur?)

  Sebenarnya, kepentingan antara shareholder dan stakeholder adalah sama, yaitu mengharapkan Perseroan tersebut dapat survive dan tetap eksis. Akan tetapi, dalam praktiknya, hal ini tidak mungkin dapat terjadi dalam hal para pemegang saham ikut serta mengendalikan Perseroan sedemikian rupa sehingga pihak lain (stakeholder) akan dirugikan, misalnya pemegang saham menjual sahamnya kepada pihak lain. Pembelian saham tersebut dilatarbelakangi oleh adanya kemauan dari pemilik modal untuk dapat menguasai perusahaan. Selanjutnya pemilik perusahaan yang baru, melalui RUPS, ingin mengubah core business yang dapat merugikan karyawan (berujung pada terjadinya PHK). Dalam kasus demikian, dapat dikatakan bahwa terjadi konflik kepentingan antara

  shareholder

  dengan stakeholder. Lebih lanjut untuk memudahkan pemegang saham dapat mengendalikan perusahaannya adalah dengan cara mengganti

  151 Direksi Perseroan.

  Adapun beberapa alasan penunjukan Direksi Nominee, diantaranya adalah

  152

  sebagai berikut: 150

  

http://indiacorplaw.blogspot.com/2008/08/stock-options-for-nominee-directors.html , terakhir kali

diakses pada tanggal 21 November 2012. Lihat Anonim, “Law Nominee loc. cit., dikatakan, “A look

at the concept of nominee director would reveal that this concept has a serious drawback – it being the conflict of interest and division of loyalty that a nominee director has to face on the hand being a representative of a institution and on the other hand being the director of a company and the duties and liabilities that come with it .” 151

  Try Widiyono, Op. cit., (II), hlm. 125-126. Lebih lanjut dikatakan, “Konflik kepentingan tersebut

berdampak terhadap pemilihan Direksi tidak lagi berdasarkan pada standard of care, tetapi berdasarkan

kepentingan para pemegang saham. Sekalipun terlihat para Direksi Perseroan memiliki kualifikasi dan memenuhi

syarat sebagai Direksi Perseroan, tetapi dalam kenyataannya Direksi yang baru tersebut hanya sebagai “Direksi boneka”.” 152 Lihat Anonim, “Why I need a nominee shareholder or/and nominee director?”, dapat diakses di

http://www.asiabs.com/english/english_Company_Parking_Shareholders_and_Directors_155.htm#155 , terakhir

diakses pada tanggal 30 Juni 2012, disebutkan beberapa alasan yang mendorong penunjukkan pemegang saham

nominee atau Direksi Nominee di Hong Kong, yakni:

  

as BVI, shareholder and director registration record is NOT open for public search. For Hong

Kong companies, such record is open for public search. Nominee arrangement can help to keep

those information confidential ;

  1. Untuk menyembunyikan identitas daripada pemilik atau direktur dalam kenyataannya (pihak beneficiary), dimana menurut ketentuan hukum negara tertentu kadangkala informasi tentang pendiri atau pemilik perusahaan sedemikian umum yang dapat mengakibatkan siapa saja menjadi kenal dan tahu siapa di balik sebuah perusahaan, atau dikarenakan adanya ketentuan hukum di negara tertentu yang membatasi pihak-pihak tertentu untuk menduduki jabatan Direktur;

  2. Untuk tujuannya menyederhanakan struktur dalam perusahaan, dalam artian

  nominee

  tersebut sebagai pihak yang nantinya secara tidak langsung mewakili beneficiary yang bisa saja terdiri dari banyak pihak dengan kepentingan yang sama;

  3. Untuk memperoleh fasilitas komersial dalam transaksi bisnis, yang belum tentu dapat diperoleh si beneficiary apabila ia yang secara langsung mengajukan permohonan untuk fasilitas tersebut;

  4. Untuk kepraktisan dan efisiensi waktu dan biaya dalam praktik kepengurusan perusahaan, dalam rangka ‘jaga-jaga’ seandainya anggota Direksi yang berwenang ternyata sedang tidak berada di tempat karena alasan tertentu, sehingga Direktur Nominee dalam kapasitasnya sebagai Direksi berhak untuk mewakili kepentingan Perseroan yang sifatnya umum (misalnya dalam hal penandatanganan perjanjian, dan sebagainya).

  Dalam kenyataan praktik, mengenai eksistensi/keberadaan Direksi Nominee tidak kemudian dapat dilihat secara kasat mata. Hal ini dalam artian Direksi Nominee itu ada, akan tetapi pembuktian terhadap eksistensi/keberadaannya adalah merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Sebagaimana di dalam kasus SRD, yang telah disinggung di bagian awal penelitian ini, sang Direktur Utama mengaku menjadi