Analisa Terhadap Batasan Tanggung Jawab Direktur Nominee Dalam Perseroan Terbatas

(1)

TESIS

Oleh

SUGONDO

107011053/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

SUGONDO

107011053/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH)

Pembimbing Pembimbing

(Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum) (Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Anggota : 1. Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum

2. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Notaris Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn


(5)

Nama : SUGONDO

Nim : 107011053

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : ANALISA TERHADAP BATASAN TANGGUNG JAWAB

DIREKTURNOMINEEDALAM PERSEROAN

TERBATAS

Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama :SUGONDO


(6)

Perseroan Terbatas. Direktur Nominee merupakan seseorang yang menduduki jabatan sebagai Direktur, yang ditunjuk atau yang namanya dipinjam oleh pihak tertentu, yang diarahkan untuk menjalankan Perseroan Terbatas sesuai dengan kehendak dari pihak yang menunjuk atau meminjam namanya tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif atau disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka, dimana bahan atau data yang diperoleh akan disusun secara sistematis dan dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif. Hasil penelitian diharapkan akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti, dan pada akhirnya akan dapat memberikan saran solusi terhadap permasalahan tersebut.

Penelitian ini kemudian menghasilkan beberapa kesimpulan, dimana diketahui bahwa Direksi sebagai satu-satunya organ yang diberikan kewenangan dalam pengurusan Perseroan Terbatas, sesuai dengan syarat sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dan anggaran dasar Perseroan. Dalam kaitannya dengan fokus penelitian ini tentang Direktur dalam kapasitas sebagai Nominee, pengaturannya kemudian tetap diatur menurut pengaturan terhadap Direktur yang bukan nominee sebagaimana yang telah ada di dalam UUPT. Seorang DirekturNomineememiliki tanggung jawab yang sama dengan tanggung jawab Direktur yang bukannominee, termasuk tanggung jawab penuh terhadap kerugian Perseroan dalam hal Direktur Nominee bersalah atau lalai di dalam menjalankan tugasnya. Adapun dalam pelaksanaan tanggung jawab dimaksud erat kaitannya dengan pelaksanaan prinsip business judgment rule, terutama dalam hal ini adalah Direktur Nominee harus dapat membuktikan bahwa di dalam pengurusan Perseroan, ia dengan asasprudent man ruleadalah senantiasa mengedepankan standar due of care, due of loyality, dan terpenting adalah prinsip no conflict of interest. Direktur (nominee) wajib memastikan bahwa dalam setiap kebijakannya, kepentingan Perseroan adalah menjadi hal yang paling diutamakan untuk alasan apapun juga, dan disandingkan dengan kepentingan para pemegang saham minoritas dan kepentingan stakeholders

lainnya.

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, disarankan agar pengaturan terhadap Direktur Nominee ini perlu untuk segera diadakan, karena UUPT masih bersikap “silent” terhadap pengaturang Direktur Nominee, kecuali terhadap ketentuan-ketentuan umum yang telah ada yang mengatur Direktur yang bukan nominee. Sebelum diterbitkannya aturan tersebut, UUPT


(7)

dijalin antara Direktur Nominee dan beneficiary-nya di dalam pengelolaan terhadap Perseroan. Direktur Nomineeharus mampu menempatkan diri sebagai penengah (intermediary) diantara kepentingan dari pihak beneficiary yang menunjuknya dan kepentingan Perseroan secara garis besar pada umumnya. Direktur (nominee), untuk alasan apapun itu, harus senantiasa mengutamakan kepentingan Perseroan dibandingkan kepentingan lainnya.


(8)

serves as a director, appointed or his name is borrowed by a certain party, and directed to run a Limited Liability Company in accordance with the direction of those appointed him/her and borrowed his/her name.

The data for this normative juridical or doctrinal legal study were obtained through documentation study in which the data obtained were systematically arranged and analyzed through a qualitative scientific logic procedure. The result of this study is expected to be able to answer the problems studied, and eventually is able to suggest solutions to the problems.

The conclusion drawn from the result of this study are that Board of Directors is the only organ with an authority in the management of Limited Liability Company in accordance with the provision stated in the Indonesia Law No. 40/2007 on Limited Liability Company and the statutes of the company. In terms of a Director in his/her capacity as Nominee, the regulation for this practice continues to be regulated as for the non-nominee director as stated in Law on Limited Liability Company. A nominee Director has the same responsibility as that of a non-nominee director, including full responsibility for the company’s damages in the case of the nominee director is guilty or found negligent in performing his/her duties. This responsibility implementation is closely related to the implementation of business judgment rule principle, especially in the case that the nominee director must be able to prove that in the management of the company, he/she with the principle of prudent man rule always prioritizes the standard of due of care, due of loyalty, and the most important thing is the principle of no conflict of interest. The nominee director is required to make sure that in each policy he/she made, the interest of company must be put in the first priority for whatever reason, and paired with the interests of the minority shareholders and the stakeholders.

Based on the conclusion drawn in this study, it is suggested that a regulation concerning Nominee Director need to be immediately made because the Law on Limited Liability Company is still “silent” against the regulation on Nominee Director but to the general existing provisions regulating the non-nominee director. Before the issuance of the regulations, Law on Limited Liability Company as the only guidance currently available needs to be further socialized that an individual to be appointed as a nominee director can understand more about the common responsibility and authority of a director. Of all of the issues, the most impoprtant one is how commitment made between the nominee director and his/her beneficiary in managing a company. The nominee director must be able to play his/her role as an intermediary between the interest of beneficiary who appointed him/her and the interest of the company in general. The (nominee) director, for whatever reason, should always prioritize the interest of company compared to that of others.


(9)

Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan kesempatan yang telah diberikan oleh-Nya kepada Peneliti mulai dari masa perkuliahan sampai dengan tahapan penyelesaian penelitian Tesis ini di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Tesis ini diberi judul “ANALISA TERHADAP BATASAN

TANGGUNG JAWAB DIREKTUR NOMINEE DALAM PERSEROAN

TERBATAS”. Hal pertama yang membuat Peneliti ingin mengangkat tentang topik ini adalah dikarenakan keingintahuan terhadap praktik nominee dalam Perseroan Terbatas. Dalam artian bahwa di dalam prakteknya dapat kita temukan yang menjadi pelaksana kebijakan di dalam Perseroan Terbatas bukanlah pengurus dalam artian sebenarnya, melainkan hanya ibarat ‘boneka’. Selain itu, Peneliti juga berkeinginan besar untuk lebih mengerti sampai sejauh mana tanggung jawab seorang direktur dalam pengelolaan Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007, khususnya lagi dalam kapasitas sebagainominee. Walaupun cukup sulit untuk memperoleh literatur yang membahas permasalahan mengenai

nominee, akan tetapi Peneliti tetap berusaha memanfaatkan bahan-bahan yang ada, ditambah dengan pandangan Peneliti serta bimbingan dari para akademisi dan/atau praktisi di bidangnya untuk membahas permasalahan dimaksud,.


(10)

Nusantara, termasuk di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, Peneliti tidak lupa ingin mengucapkan terima kasih atas jasa-jasa dari nama-nama yang disebut di bawah ini. Peneliti menghaturkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara;.

2. Bapak / Ibu Pembantu Rektor Universitas Sumatera Utara I, II, III, IV, dan V, beserta staf dan jajarannya;

3. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

4. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH., MS., CN., selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan dalam kapasitas beliau sebagai Anggota Tim Penguji;

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH., MH., selaku Ketua Komisi Pembimbing;

6. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum., selaku Anggota Komisi Pembimbing I, yang juga adalah Sekretaris Program Studi Magister Ilmu


(11)

Komisi Pembimbing II, yang juga adalah Sekretaris Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

8. Bapak Notaris Dr. H. Syahril Sofyan, SH., M.Kn., dalam kapasitas beliau sebagai Anggota Tim Penguji;

9. Bapak / Ibu dosen/staf pengajar Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;.

10. Segenap staf administrasi dan umum di Program Studi Magister Kenotariatan pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara;

11. Kedua orang tua Peneliti, Papa dan Mami tercinta; 12. Kedua adik tercinta, Bro Subroto, ST dan Bro Sutrisno; 13. Seluruh rekan-rekan ASIAN AGRI GROUP;

14. Kawan-kawan seperjuangan di Group A MKn-USU yang sangat luar biasa semuanya, dan sanggup menjadi inspirasi dan motivasi bagi Peneliti. Semoga persahabatan kita akan berlanjut ke depannya.

15. Kakak-kakak senior maupun adik-adik junior, yang tidak akan mungkin dapat Peneliti sebut namanya satu persatu; dan

16. Segenap pihak yang belum Peneliti sebut di sini.

Selain itu, Peneliti sebelum dan sesudahnya juga memohonkan maaf atas segala kesilapan atau kesalahan yang tidak disengaja. Akhir kata, terima


(12)

Medan, Februari 2013. Penulis

SUGONDO NIM. 107011053


(13)

Nama : Sugondo

Tempat / Tanggal Lahir : Medan / 18 Desember 1986

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Buddha

Status : Belum Menikah

Alamat : Jl. Brigadir Jendral Zein Hamid (d/h Jl. Brigadir

Jendral Katamso) Gg. Kasih nomor 1-A Kel. Kampung Baru, Kec. Medan Maimun, Medan

II. PENDIDIKAN :

1. Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2010-2013), memperoleh gelar MAGISTER KENOTARIATAN (M.Kn.).

2. Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (2004-2008), memperoleh gelar SARJANA HUKUM (S.H.).

3. Sekolah Menengah Atas dari SMA Swasta Hang Kesturi Medan (2001-2004), keterangan LULUS.

4. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dari SLTP Swasta Hang Kesturi Medan (1998-2001), keterangan TAMAT.

5. Sekolah Dasar dari SD Swasta Swasta Hang Kesturi Medan (1992-1998), keterangan TAMAT.

III. KELUARGA

Ayah : Hakim

Ibu : Tan Moi Jan

Saudara kandung : Subroto, ST

Sutrisno IV. TUJUAN HIDUP

Menjalani hidup dengan semangat dan menjadi sebaik-baiknya manusia yang berharga bagi keluarga, bangsa dan negara sebagaimana Tuhan telah memberikan kesempatan yang begitu berharga untuk dapat dijalani dengan penuh cinta dan kasih.


(14)

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR... iv

RIWAYAT HIDUP ... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR SINGKATAN ... xi

DAFTAR ISTILAH ASING... xii

DAFTAR PUTUSAN PENGADILAN... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 18

C. Tujuan Penelitian ... 19

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Keaslian Penelitian ... 21

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 24

1. Kerangka Teori ... 24

2. Konsepsi ... 32

G. Metode Penelitian ... 35

BAB II EKSISTENSI/KEBERADAAN DIREKSINOMINEE SEBAGAI ORGAN PENGURUS DI DALAM PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS ... 39

A. Direksi sebagai Organ Pengurus dalam Perseroan Terbatas 39 B. DireksiNomineedalam Perseroan Terbatas ... 48

C. Eksistensi/Keberadaan DireksiNomineepada Negara-negara dengan Sistem HukumCivil Lawdan Common Law... 59


(15)

Anggaran Dasar Perseroan Terbatas ... 75

BAB III KEDUDUKAN DAN TANGGUNG JAWAB DIREKSINOMINEEDALAM PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS ... 80

A. Kedudukan dan Tanggung Jawab DirekturNomineedalam Pengelolaan Perseroan Terbatas menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas ... 80

B. Penerapan Prinsip-prinsip Pengelolaan Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance/GCG) dalam Pengelolaan Perseroan Terbatas oleh DireksiNominee... 94

C. Batasan Tanggung Jawab DireksiNomineedalam Pengelolaan Perseroan Terbatas Dikaitkan dengan KonsepFiduciary Dutiesdan PrinsipBusiness Judgment Rules... 102

BAB IV AKIBAT HUKUM YANG MUNGKIN TIMBUL DALAM PENGELOLAAN PERSEROAN TERBATAS OLEH DIREKSINOMINEE ... 128

A. Akibat Hukum Pengelolaan Perseroan Terbatas oleh DireksiNominee... 128

B. Akibat Hukum Pengelolaan Perseroan Terbatas oleh DireksiNomineedalam Kaitannya dengan Perlindungan terhadap Pemegang Saham Minoritas ... 135

C. Akibat Hukum Pengelolaan Perseroan Terbatas oleh DireksiNomineedalam Kaitannya dengan Perlindungan terhadap Pihak Ketiga ... 139

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 143

A. Kesimpulan ... 143

B. Saran ... 145


(16)

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

BV : Besloten Vennootschap

BW : Burgerlijk Wetboek

CSR : Corporate Social Responsibility

Co. Ltd. : Company Limited

Dirjen AHU : Direktur Jendral Administrasi Hukum Umum

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

DPR RI : Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia

FATF : Financial Action Task Force

GCG : Good Corporate Governance

KemenkumHAM : Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

KUHD : Kitab Undang-undang Hukum Dagang

KUH Perdata : Kitab Undang-undang Hukum Perdata

LLC : Limited Liability Company

M&A : Merger and Acquisition

NV : Naamloze Vennootschap

PT : Perseroan Terbatas

RUPS : Rapat Umum Para Pemegang Saham

UK : United Kingdom

UUPT : Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas

Pte. Ltd. : Private Limited

Sisminbakum : Sistem Administrasi Badan Hukum

SRD : PT Sarana Rekatama Dinamika


(17)

Artificial person : Manusia semu (dalam kapasitas sebagai subjek hukum)

Beneficiary (owner) : Pihak tertentu yang menikmati keuntungan atau manfaat tertentu

Board of Director : Direksi, atau disebut juga Dewan Direksi

Borgtocht : Penjamin utang

Business Judgment Rule : Prinsip di dalam pengelolaan Perseroan Terbatas, bahwa seorang direktur itu tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya

secara pribadi apabila dalam setiap

pengambilan kebijakan atau keputusan yang menyangkut Perseroan Terbatas telah dilakukan dengan itikad baik dan

kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai

dengan maksud dan tujuan Perseroan

Terbatas, serta tidak memiliki benturan kepentingan, sekalipun kebijakan atau

keputusannya kemudian menimbulkan

kerugian pada perseroan.

Civil Law : Sistem hukum Eropa Kontinental

Common Business Practice : Praktik yang lazim dalam dunia usaha

Common Law : Sistem hukum Anglo Saxon

Companies Acts : Undang-undang yang mengatur tentang

perusahaan

Conflict of interests : Konflik atau benturan kepentingan di

dalam pengelolaan Perseroan Terbatas

Corporate Law : Hukum perusahaan

Corporation : Korporasi; perusahaan; kelompok usaha

Director : Direktur

Duty of care : Prinsip kehati-hatian di dalam pengelolaan

Perseroan Terbatas

Duty of disclosure : Prinsip keterbukaan di dalam pengelolaan Perseroan Terbatas

Duty of loyalty : Prinsip mengutamakan kepentingan

Perseroan Terbatas, dan tidak mengambil keuntungan untuk diri pribadi di dalam pengelolaan Perseroan Terbatas


(18)

kewajiban yang melekat pada Direksi)

Good Corporate Governance : Asas-Asas/Prinsip-prinsip Umum Tata Kelola Perusahaan yang Baik

Legal entity : Badan hukum

Liability/Responsibility : Tanggung jawab

Limited Liability Company : Perseroan Terbatas

Minority shareholders : Para pemegang saham minoritas

Nominee : Seseorang yang namanya digunakan atau

dipinjam untuk kepentingan yang tertentu sifatnya oleh pihak tertentu

Nominee Director : Direktur yang ditunjuk oleh pihak ketiga

untuk menjalankan kepengurusan di dalam Perseroan Terbatas, dengan adanya suatu beban tanggung jawab untuk menjalankan kepentingan tertentu dari pihak yang menunjuknya tersebut

Private Limited Company : Perseroan tertutup

Prudential duty : Kewajiban untuk secara saksama dan

penuh kehati-hatian di dalam pengurusan Perseroan Terbatas

Rechtspersoon : Subjek hukum orang alamiah

Shareholders : Para pemegang saham


(19)

Dunston v. Imperial Gas Light and Coke Co. (1832) 3 B & Ad 125 Globalink Telecommunication Ltd. v. Wilmbury Ltd. [2003] 1 BCLC 145 Guiness plc v. Saunders [1990] 2 AC 663

Hutton v West Cork Railway Co. (1883) 23 Chd 654 Marquis of Bute’s case [1892] 2 Ch 100

PWA Corp v. Gemini Group Automatic Distribution System Inc. [1993], B.L.R (2d) 221 (Ont. Gen. Div.)

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Register Nomor: 102

PK/Pid.Sus/2011 tanggal 28 November 2011

Re Neath Rugby Ltd, Hawkes v Cuddy and others [2009] EWCA Civ. 291 Salomon v. Salomon & Co. Ltd. [1897] AC 22

Smith v. Van Gorkom 488 A.2d 858, 872 (Del. 1985) W&P Piling Pte. Ltd. v. Y. W. Chew [2007] [HCSg]


(20)

Perseroan Terbatas. Direktur Nominee merupakan seseorang yang menduduki jabatan sebagai Direktur, yang ditunjuk atau yang namanya dipinjam oleh pihak tertentu, yang diarahkan untuk menjalankan Perseroan Terbatas sesuai dengan kehendak dari pihak yang menunjuk atau meminjam namanya tersebut.

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan metode pendekatan yuridis normatif atau disebut juga penelitian hukum doktrinal. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka, dimana bahan atau data yang diperoleh akan disusun secara sistematis dan dianalisa dengan menggunakan prosedur logika ilmiah yang sifatnya kualitatif. Hasil penelitian diharapkan akan dapat menjawab permasalahan yang diteliti, dan pada akhirnya akan dapat memberikan saran solusi terhadap permasalahan tersebut.

Penelitian ini kemudian menghasilkan beberapa kesimpulan, dimana diketahui bahwa Direksi sebagai satu-satunya organ yang diberikan kewenangan dalam pengurusan Perseroan Terbatas, sesuai dengan syarat sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT) dan anggaran dasar Perseroan. Dalam kaitannya dengan fokus penelitian ini tentang Direktur dalam kapasitas sebagai Nominee, pengaturannya kemudian tetap diatur menurut pengaturan terhadap Direktur yang bukan nominee sebagaimana yang telah ada di dalam UUPT. Seorang DirekturNomineememiliki tanggung jawab yang sama dengan tanggung jawab Direktur yang bukannominee, termasuk tanggung jawab penuh terhadap kerugian Perseroan dalam hal Direktur Nominee bersalah atau lalai di dalam menjalankan tugasnya. Adapun dalam pelaksanaan tanggung jawab dimaksud erat kaitannya dengan pelaksanaan prinsip business judgment rule, terutama dalam hal ini adalah Direktur Nominee harus dapat membuktikan bahwa di dalam pengurusan Perseroan, ia dengan asasprudent man ruleadalah senantiasa mengedepankan standar due of care, due of loyality, dan terpenting adalah prinsip no conflict of interest. Direktur (nominee) wajib memastikan bahwa dalam setiap kebijakannya, kepentingan Perseroan adalah menjadi hal yang paling diutamakan untuk alasan apapun juga, dan disandingkan dengan kepentingan para pemegang saham minoritas dan kepentingan stakeholders

lainnya.

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, disarankan agar pengaturan terhadap Direktur Nominee ini perlu untuk segera diadakan, karena UUPT masih bersikap “silent” terhadap pengaturang Direktur Nominee, kecuali terhadap ketentuan-ketentuan umum yang telah ada yang mengatur Direktur yang bukan nominee. Sebelum diterbitkannya aturan tersebut, UUPT


(21)

dijalin antara Direktur Nominee dan beneficiary-nya di dalam pengelolaan terhadap Perseroan. Direktur Nomineeharus mampu menempatkan diri sebagai penengah (intermediary) diantara kepentingan dari pihak beneficiary yang menunjuknya dan kepentingan Perseroan secara garis besar pada umumnya. Direktur (nominee), untuk alasan apapun itu, harus senantiasa mengutamakan kepentingan Perseroan dibandingkan kepentingan lainnya.


(22)

serves as a director, appointed or his name is borrowed by a certain party, and directed to run a Limited Liability Company in accordance with the direction of those appointed him/her and borrowed his/her name.

The data for this normative juridical or doctrinal legal study were obtained through documentation study in which the data obtained were systematically arranged and analyzed through a qualitative scientific logic procedure. The result of this study is expected to be able to answer the problems studied, and eventually is able to suggest solutions to the problems.

The conclusion drawn from the result of this study are that Board of Directors is the only organ with an authority in the management of Limited Liability Company in accordance with the provision stated in the Indonesia Law No. 40/2007 on Limited Liability Company and the statutes of the company. In terms of a Director in his/her capacity as Nominee, the regulation for this practice continues to be regulated as for the non-nominee director as stated in Law on Limited Liability Company. A nominee Director has the same responsibility as that of a non-nominee director, including full responsibility for the company’s damages in the case of the nominee director is guilty or found negligent in performing his/her duties. This responsibility implementation is closely related to the implementation of business judgment rule principle, especially in the case that the nominee director must be able to prove that in the management of the company, he/she with the principle of prudent man rule always prioritizes the standard of due of care, due of loyalty, and the most important thing is the principle of no conflict of interest. The nominee director is required to make sure that in each policy he/she made, the interest of company must be put in the first priority for whatever reason, and paired with the interests of the minority shareholders and the stakeholders.

Based on the conclusion drawn in this study, it is suggested that a regulation concerning Nominee Director need to be immediately made because the Law on Limited Liability Company is still “silent” against the regulation on Nominee Director but to the general existing provisions regulating the non-nominee director. Before the issuance of the regulations, Law on Limited Liability Company as the only guidance currently available needs to be further socialized that an individual to be appointed as a nominee director can understand more about the common responsibility and authority of a director. Of all of the issues, the most impoprtant one is how commitment made between the nominee director and his/her beneficiary in managing a company. The nominee director must be able to play his/her role as an intermediary between the interest of beneficiary who appointed him/her and the interest of the company in general. The (nominee) director, for whatever reason, should always prioritize the interest of company compared to that of others.


(23)

A. Latar Belakang

Abad modern menempatkan korporasi1 sebagai mesin kemajuan dunia.

Kelahiran korporasi, mulai dari ukuran besar, menengah sampai yang kecil, menjadikan perputaran konsumsi dan produksi barang dan jasa semakin cepat, dan jaminan akan terpenuhinya kebutuhan manusia pun akan semakin besar.2 Secara

keseluruhan, telah terjadi akumulasi kekayaan dan modal, mobilisasi baik sumber daya manusia maupun sumber daya usaha yang semuanya itu menghasilkan perputaran bisnis yang semakin besar dari waktu ke waktu.3

Perkembangan korporasi itu dapat pula diamati sejak pembangunan Indonesia digalakkan pada sekitar tahun 1967, dimana semenjak itulah pertumbuhan dan pertambahan badan usaha yang berbentuk Perseroan Terbatas tampak mengalami peningkatan dalam jumlahnya.4 Bentuk Perseroan Terbatas merupakan yang banyak

digunakan dalam berbagai usaha dan sangat memberikan pengaruh terhadap

1

Lihat Neni Sri Imaniyati, Hukum Bisnis, Telaah tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 190, sebagaimana dikutip dari Muladi dan Dwidja Priyatno,

Pertanggungjawaban Korporasi dalam Pidana, (Bandung: Sekolah Tinggi Bandung, 1991), hlm. 13, dikatakan, ”Menurut Wiryono Prodjodikoro, korporasi adalah suatu perkumpulan orang, dalam korporasi biasanya yang mempunyai kepentingan adalah orang-orang manusia yang merupakan anggota dari korporasi itu, anggota-anggota juga mempunyai kekuasaan dalam peraturan korporasi berupa rapat anggota sebagai alat kekuasaan yang tertinggi dalam peraturan korporasi.”

2Freddy Haris dan Teddy Anggoro,Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan

Oleh Direksi, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 3.

3Eddie Supriyadi, “Tanggung Jawab Direksi”, (Themis, Volume 1, Nomor 1, Oktober 2006), hlm. 36.

4Agus Budiarto,Kedudukan Hukum & Tanggung Jawab Pendiri Perseroan Terbatas (Edisi


(24)

perkembangan perekonomian nasional.5 Perseroan Terbatas6 adalah bentuk yang

paling populer dari semua bentuk usaha bisnis7 dikarenakan ciri karakteristik yang

dimilikinya cukup berbeda dari badan usaha dalam bentuk lain, misalnya firma.8

5Try Widiyono,Direksi Perseroan Terbatas (Bank & Persero), (I), (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 2.

6

Lihat I.G. Rai Widjaya, Hukum Perusahaan (Undang-Undang dan Peraturan Pelaksana Undang-Undang di Bidang Usaha), (Bekasi: Kesaint Blanc, 2005), hlm. 1, dikatakan, “Perseroan Terbatas atau PT merupakan sebutan yang sudah di Indonesiakan yang sebenarnya berasal dari sebutan NV atau Naamloze Vennootschap. Lihat juga C.S.T. Kansil, dkk, Kamus Istilah Aneka Hukum, (Jakarta: Jala Permata, 2010), hlm. 97, dikatakan, “Perseroan adalah bentuk kerja sama untuk menjalankan suatu perusahaan, biasanya dengan mengeluarkan sero (saham).” Lihat juga Sulchan Yasin,Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (CV. Putra Karya, tth), hlm. 288, dikatakan, ”Perseroan adalah persekutuan dagang.” Bandingkan dengan Anonim,Oxford Learners Pocket Dictionary, Third Edition, (Oxford: Oxford University Press, 2003), hlm. 250, “Limited company (in Britain) is a company whose owners only have to pay a limited amounts of its debts. (Perusahaan terbatas (dalam pengertian Britain) adalah sebuah perusahaan yang para pemiliknya hanya diwajibkan untuk membayar sejumlah yang terbatas atas hutang perusahaannya.)” Bandingkan dengan P.P.S. Gogna,A Textbook of Company Law, (Ram Nagar, New Delhi: S. Chand & Company Ltd., 2007), hlm. 9, dikatakan, “The term ‘company’ may be defined as a group of persons associated together to achieve some common objective. This, however, is not the legal definition. In legal sense, a company means an association of persons incorporated under the existing law of a country. (Terminologi ‘perusahaan’ dapat dimaksudkan sebagai sekelompok perseorangan yang menghimpun diri bersama untuk mencapai beberapa tujuan yang umum. Ini, bagaimanapun, adalah bukan merupakan definisi hukum. Dalam makna hukum, sebuah perusahaan diartikan dengan sebuah asosiasi orang yang didirikan berdasarkan ketentuan hukum yang ada pada sebuah negara.)”

7Munir Fuady,Pengantar Hukum Bisnis: Menata Bisnis Modern di Era Global, (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 2005), (III), hlm. 35.

8Bandingkan dengan P.P.S. Gogna,Op. cit., hlm. 8, dikatakan, “Nowadays, to start or carry

on a business requires huge investments. It may not be possible for a single person to fulfill all his financial requirements. Thus, the persons are generally desirous of carrying on joint business enterprises. To such persons, the law offers a choice between a partnership or a company. … But sometimes, the persons like to start business on large scale requiring huge investments which cannot be financed by the resources of a few persons. In such cases, the formation of a company is the only choice. It may, however, be noted that even for a small-scale business, a company offers a certain privileges as compared to partnership, such as the limited personal liability of the members.(Dewasa ini, untuk memulai atau mendirikan sebuah usaha akan memerlukan investasi yang cukup besar. Adalah merupakan hal yang tidak mungkin bagi seorang pribadi tunggal untuk memenuhi segala bentuk kewajiban finansial. Oleh karenanya, seringkali kemudian orang tersebut bermaksud untuk mendirikan sebuah bisnis yang diusahakan bersama. Untuk hal tersebut, ketentuan hukum yang ada memberikan pilihan diantara sebuah persekutuan atau sebuah perusahaan. … Akan tetapi kadangkala, orang akan lebih suka untuk memulai bisnis dengan skala besar yang memerlukan investasi besar yang tentu tidak akan dapat dibiayai oleh hanya beberapa orang sebagai pendiri. Dalam hal demikian, membentuk sebuah perusahaan menjadi satu-satunya pilihan. Perlu menjadi perhatian, bahkan untuk bisnis skala kecil sekalipun, sebuah perusahaan menawarkan beberapa keistimewaan dibandingkan dengan persekutuan, misalnya menyangkut tentang pertanggungjawaban terbatas atas diri perseorangan.)”


(25)

Perseroan Terbatas sebagai badan usaha merupakan badan hukum (rechtspersoon, legal entity). Menurut Riduan Syahrani, suatu Perseroan Terbatas sebagai badan hukum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1. Adanya harta kekayaan yang terpisah; yaitu bahwa Perseroan mempunyai harta kekayaan yang terpisah dari harta para pemegang sahamnya. Dan didapat dari pemasukan para pemegang saham yang berupa modal dasar, modal yang ditempatkan dan modal yang disetor.

2. Mempunyai tujuan tertentu; yaitu tujuan tertentu dari suatu Perseroan dapat diketahui dalam anggaran dasarnya yang memuat sekurang-kurangnya maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Mempunyai kepentingan sendiri; yaitu hak-hak subjektif sebagai akibat dari peristiwa hukum yang dialami yang merupakan kepentingan yang dilindungi hukum dan dapat menuntut serta mempertahankan kepentingannya terhadap pihak ketiga.

4. Ada organisasi yang teratur; yaitu badan hukum mempunyai organisasi yang teratur, demikian pula dengan Perseroan mempunyai anggaran dasar yang terdapat dalam akta pendiriannya yang menandakan adanya organisasi yang teratur.9

Dalam hal demikian, Perseroan Terbatas merupakan subjek hukum yang tidak berbeda dengan orang yang mampu mendukung hak dan kewajibannya10, dan mampu

mengembangkan dirinya sebagai institusi yang mempunyai kekayaan tersendiri terlepas dari pengurus dan pemegang sahamnya. Di samping itu juga mampu

9 Freddy Haris dan Teddy Anggoro,Op. cit., hlm. 14-15, sebagaimana dikutip dari Riduan Syahrani,Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, (Bandung: Penerbit Alumni, 2000), hlm. 61. Lihat juga Neni Sri Imaniyati,Op. cit., hlm. 127-128.

10Lihat M. Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), (I), hlm. 36, dikatakan, “Badan hukum berbeda dengan manusia perorangan (human being). Kelahiran manusia sebagai badan hukum, melalui proses alamiah (natural birth process). Sebaliknya, Perseroan lahir sebagai badan hukum tercipta melalui proses hukum. Itu sebabnya Perseroan disebut makhluk badan hukum yang berwujud artificial (kumstmatig, artificial) yang dicipta Negara melalui proses hukum.” Bandingkan dengan P.P.S. Gogna, Op. cit. hlm. 9, dikatakan, “It may be noted legally, a company is regarded as a person, which has rights and duties at law. However, it is not a natural person as human beings are. It is only a legal or artificial person, recognized by law. Since, the company is created by law, .., it is known as a legal person, and as it has no body, no soul or conscience, no physical existence except in the eyes of law, it is known as artificial person. Though the company is a legal or artificial person, yet it really exists and is not a fictious person.


(26)

mempertahankan hak dan kewajibannya di depan pengadilan sebagaimana subjek hukum orang alamiah (rechtspersoon).11

Perseroan Terbatas yang merupakan badan hukum yang terbentuk dari persekutuan modal,12 didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang serta peraturan pelaksananya.13

Perseroan Terbatas merupakan badan hukum14, yaitu badan hukum “mandiri”

(persona standi in judicio) yang memiliki sifat dan ciri yang berbeda dari bentuk usaha yang lain.15Dengan demikian, apabila dibandingkan dengan badan usaha lain,

misalnya firma, maka kedudukan Perseroan Terbatas adalah lain sama sekali karena pendiri Perseroan Terbatas dapat mengalihkan tanggung jawab atas perbuatan hukum

11

Lihat Djoko Imbawani Admadjaja, Hukum Dagang Indonesia: Sejarah, Pengertian dan Prinsip-Prinsip Hukum Dagang, (Malang: Setara Press, 2012), hlm. 220-221, dikatakan, “Karakteristik utama dari Perseroan Terbatas adalah merupakan badan hukum (yuridical entity). … Karakteristik selanjutnya adalah bahwa saham perseroan terbatas mudah dialihkan kepemilikannya (shareholders’ ownership of interest are freely transferable). … Karakteristik berikutnya adalah adanya tanggung-jawab terbatas (limited liability).”

12PT merupakan suatu asosiasi yang bercorak khusus sebagai pengumpul modal, yang dalam rangka itulah bersifat mandiri. Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas, Cetakan Kedua, (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 5. Bandingkan dengan Anonim,

Directors’ Responsibilities”, (I), hlm. 1, dapat diakses di

http://www.charlesrussell.co.uk/UserFiles/file/pdf/Mergers%20&%20Acquisitions/Directors_Responsi bilities.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 8 September 2012, dimana dikatakan, “Under the Companies Act 2006 (the “2006 Act”) any company (public or private) is capable of being formed by a single person.”

13 Lihat ketentuan Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT).

14 Lihat ketentuan Pasal 7 ayat (6) UUPT, dikatakan, “Perseroan memperoleh status badan hukum pada tanggal diterbitkannya Keputusan Menteri mengenai pengesahan badan hukum Perseroan.”

15 Eddie Supriyadi,loc. cit. Lebih lanjut dalam Rudhi Prasetya, Op. cit., hlm. 9, dikatakan, “Yang dimaksudkan dengan kedudukan mandiri PT, adalah bahwa PT dalam hukum dipandang berdiri sendiri (otonom) terlepas dari orang perorangan yang berada dalam PT tersebut.”


(27)

yang dilakukannya kepada Perseroan dan karenanya sekutu (pemegang saham) tidak bertanggung jawab secara pribadi terhadap perikatan yang dibuat oleh Perseroan.16

Sebagaimana lazim diketahui, bahwa Perseroan Terbatas sebagai badan hukum tentunya tidak dapat berjalan dengan sendirinya tanpa digerakkan oleh organ di dalam Perseroan Terbatas itu sendiri.17Jika dikaji lebih dalam, Perseroan Terbatas

sebagai legal personality atau sebagai separatis legal entity hanya merupakan personifikasi.18 Layaknya tubuh manusia yang dilengkapi organ-organ dengan fungsi

biologisnya masing-masing untuk membantu bertahan hidup, Perseroan juga memerlukan organ untuk menggerakkan ‘roda’ Perseroan sehari-hari. Organ-organ inilah yang kemudian akan saling berkoordinasi untuk membuat Perseroan tetap berjalan dansurvive.19

Ketentuan yang mengatur tentang organ Perseroan sebagaimana diuraikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disingkat UUPT), khususnya Bab I mengenai Ketentuan Umum pada Pasal 1 angka 2 yang menyebutkan bahwa Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris dan Direksi. Dalam rangka mencapai

16

Agus Budiarto,Op. cit., hlm. 2.

17Lihat Stephen Griffin,Company Law: Fundamental Principles, (United Kingdom: Pearson Education Limited, 2000), hlm. 1, dikatakan, “A company may be perceived as an artificial entity in the sense that it is but a vehicle, occupied and controlled by its management and membership for the purpose of pursuing business goals. The human constituents of the company will ultimately determine the route which is to be taken by the corporate enterprise. (Sebuah perusahaan dapat dimaksudkan sebagai sebuah entitas semu sebagaimana adanya dengan makna sebuah sarana, yang difungsikan dan dikendalikan oleh manajemen dan anggotanya untuk maksud mencapai tujuan bisnis. Segenap konstituen manusia daripada perusahaan tersebut yang akan menentukan arah dan langkah apa yang akan diambil oleh perusahaan berbadan hukum tersebut.)”

18Try Widiyono, (I),Op. cit., hlm. 7.

19 Orinton Purba,Petunjuk Praktis bagi RUPS, Komisaris dan Direksi Perseroan Terbatas


(28)

kesuksesan dalam menjalankan sebuah Perseroan, ketiga organ tersebut selayaknya saling bahu-membahu dalam melaksanakan tanggung jawabnya masing-masing, baik di skala pembuatan kebijakan, pengawasan maupun pelaksanaan.20

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah organ Perseroan yang memiliki kedudukan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam Perseroan.21Organ

lain yang kedudukannya tidak kalah penting dalam Perseroan, yakni Komisaris (beberapa pihak biasa menyebutnya dengan istilah Dewan Komisaris)22, yang

umumnya memiliki fungsi dan bertugas untuk mengawasi kebijaksanaan Direksi dalam mengurus Perseroan serta memberikan nasihat-nasihat kepada Direksi.23

Pelaksanaan pengurusan sehari-hari dijalankan oleh suatu organ dan merupakan satu-satunya organ yang memiliki fungsi pengurusan dalam Perseroan sebagaimana kewenangannya diberikan oleh UUPT dan lebih lanjut dituangkan dalam Anggaran Dasar Perseroan, yang dikenal dengan sebutan Direksi.24

Keberadaan Direksi dalam Perseroan ibarat nyawa bagi Perseroan. Tidak mungkin

20Ibid.

21 Pasal 1 butir 4 UUPT menyatakan, “Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya disebut dengan RUPS, adalah Organ Perseroan yang mempunyai wewenang yang tidak diberikan kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini dan/atau Anggaran Dasar.”

22 Lihat Agus Budiarto, Op. cit., hlm. 74, dikatakan, “Sebagai organ PT, komisaris lazim disebut juga dewan komisaris, sedangkan sebagai orang perseorangan disebut anggota komisaris. … Komisaris jika lebih dari satu orang maka mereka merupakan majelis yang tidak dapat bertindak sendiri-sendiri … bersifat kolegial.” Bandingkan dengan Sutan Remy Sjahdeini, “Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi & Komisaris BUMN Persero”, dapat diakses di

http:sremys.com/artikel/Tugas,Wewenang,%20Dan%20Tanggung%20Jawab%20Direksi%20&%20Ko misaris%20BUMN%20Persero.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 25 Juli 2012, hlm. 7, dikatakan, “UU BUMN menggunakan istilah Komisaris, bukan Dewan Komisaris. Padahal terhadap BUMN Persero berlaku UUPT, sehingga … digunakan istilah Dewan Komisaris.”

23Lihat lebih lanjut ketentuan dalam Pasal 108 UUPT. 24Rudhi Prasetya,Op. cit., hlm. 17.


(29)

suatu Perseroan dapat berjalan tanpa adanya Direksi. Sebaliknya, tidak mungkin ada Direksi tanpa adanya Perseroan. Oleh karena itu, keberadaan Direksi bagi Perseroan sangatlah penting.25 Keberadaan Direksi adalah untuk mengurus Perseroan sesuai

maksud dan tujuannya suatu Perseroan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Dengan demikian, keberadaan Direksi sangat dibutuhkan oleh Perseroan.26

Para pemegang saham melimpahkan wewenangnya kepada Direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha Perseroan.27 Kaitannya dengan tugas tersebut, Direksi berwenang untuk mewakili

Perseroan, mengadakan perjanjian dan sebagainya. Dalam hal perusahaan tidak mampu mencapai tujuannya, maka dapat dikatakan bahwa kepengurusan Perseroan tidak dijalankan dengan baik.28

Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 5 UUPT, disebutkan bahwa Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan

25Try Widiyono, (I),loc. cit. 26Ibid., hlm. 8.

27 Lihat Stephen Griffin, Op. cit., hlm. 225, dikatakan, “Shareholders, who are entitled to

attend and vote at general meetings, are responsible for the appointment of company directors. Unless a company’s article provide otherwise, a director will be appointed by the passing of an ordinary resolution. (Para Pemegang Saham, yang diberikan wewenang untuk menghadiri dan mengeluarkan suara pada setiap rapat umum, adalah bertanggung jawab terhadap setiap penunjukan/pengangkatan direksi dari perusahaan. Kecuali dalam hal anggaran dasar mengatur ketentuan yang berbeda, seorang direktur dapat ditunjuk/diangkat berdasarkan suatu keputusan yang seumumnya.)”


(30)

sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.29 Kedudukan Direksi dalam Perseroan

adalah sebagai eksekutif, dimana tindakan-tindakannya dibatasi oleh Anggaran Dasar Perseroan.30

UUPT telah memberikan rambu pedoman mengenai tanggung jawab Direksi dalam pengurusan Perseroan, yakni sebagai berikut:

(1) Direksi bertanggung jawab atas pengurusan Perseroan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 92 ayat (1).

(2) Pengurusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib dilaksanakan setiap anggota Direksi dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. (3) Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas

kerugian Perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2).

(4) Dalam hal Direksi terdiri atas 2 (dua) anggota Direksi atau lebih, tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berlaku secara tanggung renteng bagi setiap anggota Direksi.

(5) Anggota Direksi tidak dapat dipertanggungjawabkan atas kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) apabila dapat membuktikan:

a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau kelalaiannya;

b. telah melakukan pengurusan dengan itikad baik dan kehati-hatian untuk kepentingan dan sesuai dengan maksud dan tujuan Perseroan;

c. tidak mempunyai benturan kepentingan baik langsung maupun tidak langsung atas tindakan pengurusan yang mengakibatkan kerugian; dan d. telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya

kerugian tersebut.

(6) Atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan.

29Nindyo Pramono,Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengurus PT (Bank) Menurut UU No.

40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, (Buletin Hukum Perbankan dan Kebanksentralan, Vol. 5 No. 3, Desember 2007), hlm. 15. Lihat Pasal 1 angka 5 UUPT.


(31)

(7) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tidak mengurangi hak anggota Direksi lain dan/atau anggota Dewan Komisaris untuk mengajukan gugatan atas nama Perseroan.31

Direksi merupakan organ Perseroan yang bertugas dan bertanggung jawab penuh untuk menjalankan pengurusan Perseroan, sebagaimana kewenangan tersebut diberikan kepadanya dan secara tegas telah dicantumkan di dalam UUPT, sebagai berikut:

(1) Direksi mewakili Perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan. (2) Dalam hal anggota Direksi terdiri lebih dari 1 (satu) orang, yang

berwenang mewakili Perseroan adalah setiap anggota Direksi, kecuali ditentukan lain dalam anggaran dasar.

(3) Kewenangan Direksi untuk mewakili Perseroan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tidak terbatas dan tidak bersyarat, kecuali ditentukan lain dalam Undang-Undang ini, anggaran dasar, atau keputusan RUPS.

(4) Keputusan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak boleh bertentangan dengan ketentuan Undang-Undang ini dan/atau anggaran dasar Perseroan.32

Dalam hal demikian, UUPT dengan jelas telah memberikan suatu ketentuan atau pedoman bahwa Direksi bertanggung jawab penuh33atas pengurusan sehari-hari

dalam Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan serta mewakili Perseroan

31Pasal 97 UUPT. 32

Pasal 98 UUPT.

33Lihat M. Yahya Harahap, (I),Op. cit., hlm. 378, dikatakan, “Menurut Penjelasan Pasal 97 ayat (2) UUPT, yang dimaksud dengan “penuh tanggung jawab” adalah memperhatikan Perseroan dengan “saksama” dan “tekun”.” Lihat juga Try Widiyono,Direksi Perseroan Terbatas: Keberadaan, Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2008), (II), hlm. 51, dikatakan, “Jika suatu perbuatan hukum tertentu yang dilakukan direksi harus mendapat persetujuan atau bantuan dari komisaris dan/atau RUPS, maka tidak berarti komisaris dan/atau RUPS tersebut menjadi ikut bertanggung jawab dalam perbuatan hukum tersebut, tanggung jawab itu tetap ada pada direksi perseroan, sebagai pengurus perseroan. Demikian sebaliknya, jika suatu tindakan hukum direksi yang harus mendapatkan persetujuan atau bantuan dari komisaris dan/ataupun RUPS dan jika persetujuan tersebut belum diperoleh dan selanjutnya direksi tetap melakukan tindakan hukum tertentu tersebut, maka atas tindakan hukum direksi tersebut sah dan mengikat perseroan serta pihak ketiga lainnya.”


(32)

baik di dalam maupun di luar pengadilan.34 Dengan kata lain, Direksi merupakan

personifikasi dari Perseroan itu sendiri.35Menurut P.P.S Gogna, yang mengemukakan

sebagai berikut:

The directors manage and control the overall affairs of the company. They generally confine themselves to the general business policies and overall supervision of the management of the company. The day to day working of the company is left to the other managerial personnel.”36 (Direksi mengelola dan mengendalikan segala perihal yang menyangkut tentang Perseroan. Mereka cenderung membatasi diri hanya terhadap hal-hal yang menyangkut kebijakan umum perusahaan dan fungsi pengawasan secara umum diantara manajemen

Perseroan. Pengurusan keseharian dari Perseroan akan diserahkan

kewenangannya kepada personil tertentu di dalam jajaran manajemen.)

Kedudukan Direksi dalam sebuah Perseroan/PT bisa dikatakan cukup strategis.37 Direksi adalah organ PT yang berwenang dan bertanggung jawab penuh38

atas pengurusan PT untuk kepentingan PT, sesuai dengan maksud dan tujuan PT serta mewakili PT, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai dengan ketentuan yang disyaratkan di dalam Anggaran Dasar daripada PT dimana Direksi tersebut

34Lihat Agus Budiarto, Op. cit., hlm. 63, dikatakan, “Mengenai apa yang dimaksud dengan pengurusan sehari-hari lebih lanjut tidak ada penjelasan yang diberikan secara resmi. Oleh karena itu, harus dilihat dalam anggaran dasar tentang apa yang termasuk dalam pengurusan sehari-hari itu, walaupun tidak mungkin disebut secara detail dalam anggaran dasar tersebut. Mengurus Perseroan adalah semata-mata adalah tugas direksi yang tidak dapat dicampuri langsung oleh organ lain. Selain itu, di dalam mengurus Perseroan direksi harus selalu berorientasi pada kepentingan dan tujuan Perseroan.”

35Orinton Purba,Op. cit., hlm. 31. 36P.P.S Gogna,Op. cit., hlm. 243. 37Orinton Purba,Op. cit., hlm. 66.

38 Lihat M. Yahya Harahap, (I), Op. cit., hlm. 384, dikatakan, “Jika anggota Direksi lalai melaksanakan kewajibannya atau melanggar apa yang dilarang atas pengurusan Perseroan, dan kelalaian atau pelanggaran itu menimbulkan kerugian terhadap Perseroan, maka anggota Direksi itu bertanggung jawab secara pribadi (persoonlijk aansprakelijk, personally liable) atas kerugian Perseroan tersebut.”


(33)

menjabat.39 Direksi PT mewakili PT dalam hal pengurusan (beheer) dan pemeliharaan (beschikking) PT. Direksi PT itu adalah manager. Dia yang diberi wewenang oleh PT melalui organ PT yang disebut RUPS untuk mengurus dan memelihara PT untuk kepentingan PT sesuai dengan maksud dan tujuan PT dengan mengacu pada anggaran dasar PT.40

Adapun dalam praktik belakangan ini, dimana boleh dikatakan telah semakin meningkat intensitasnya, adalah penggunaan nominee41. Nominee tidak lagi hanya

39 Lihat Stephen Griffin,Op. cit., hlm. 234, dikatakan, “A company’s board of directors is

comprised of the individually appointed ‘de jure’ directors of the company. The board is the ultimate decision-making body and determines the delegation of powers throughout the company; it is considered to be the primary organ of the company. (Dewan Direksi dari sebuah perusahaan merupakan kumpulan dari individu Direktur-direktur perusahaan tersebut yang secara ‘de jure’ ditunjuk. Dewan Direksi adalah lembaga pengambil keputusan dan yang menentukan pendelegasian seluruh kekuasaan yang ada di dalam perusahaan; dianggap juga sebagai organ utama di dalam perusahaan.)” Sejalan dengan pendapat sebelumnya, yang menyatakan bahwa direksi terdiri dari individu-individu yang ditunjuk secara hukum, dalam P.P.S Gogna,Op. cit., hlm. 243, dikatakan, ”It may, however, be noted that only an individual can be appointed as a director. A firm, association, or a company cannot be a director of the company. (Adalah, bagaimanapun, perlu diperhatikan bahwa hanya seorang individu yang dapat ditunjuk sebagai seorang direktur. Sebuah firma, asosiasi, atau sebuah perusahaan tidak dapat menjadi seorang direktur perusahaan.)”

40Nindyo Pramono,Op. cit., hlm. 17, sebagaimana menjadi kutipan dalam Freddy Haris dan Teddy Anggoro,Op. cit., hlm. 38. Lebih lanjut dalam Eddie Supriyadi,loc. cit., dikatakan, ”A limited liability company needs board of directors as its proxy. A limited liability company cannot function, that it overtake rights and obligations, without assisted of board of directors. Board of directors hold full responsibility of management of company, and deputize company in and out of the court. Board of directors have to hold responsible personally, that is until to his personal estate, to close insufficiency in paying company debt, if its bankrupt of company is happened because mistake or negligence of board of directors. (Sebuah Perseroan Terbatas memerlukan para direktur sebagai perwakilannya. PT tidak mungkin dapat berfungsi, untuk melaksanakan hak dan kewajibannya, tanpa dibantu oleh Dewan Direksi. Dewan Direksi memegang tanggung jawab penuh atas manajemen perusahaan, dan bertindak mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan. Dewan Direksi bertanggung jawab secara pribadi, sampai ke harta pribadinya, untuk menutupi kekurangan pelunasan atas hutang perusahaan, apabila kebangkrutan perusahaan terjadi dikarenakan kesalahan atau kelalaian daripada Dewan Direksi tersebut.)”

41Nominee, means a) One who has been nominated to an office or for a candidacy; or b) A

person organization in whose name a security is registered though true ownership is held by another party. (Nominee, diartikan sebagai a) Seseorang yang telah ditunjuk untuk sebuah jabatan atau untuk sebuah penobatan; atau b) Seorang di dalam organisasi yang namanya dijamin dan didaftarkan secara resmi sekalipun kepemilikan sebenarnya adalah berada pada pihak tertentu lainnya.)”, dapat diakses di


(34)

digunakan dalam penunjukan untuk menjadi pemegang saham suatu PT42, namun

juga dalam rangka pengangkatan sebagai anggota Direksi PT. Dalam hal ini yang dimaksudkan sebagai pengurus PT adalah meliputi keseluruhan unsur kepengurusan di dalam PT (yakni termasuk pula anggota Dewan Komisaris), dimana pengangkatan terhadap Direksi dan Dewan Komisaris PT lazimnya dilakukan secara sekaligus, yakni dilakukan sebagai satu paket sehingga diantara mereka tersebut akan memiliki durasi/jangka waktu kepengurusan yang sama.43 Dalam penelitian ini, pembahasan

akan lebih difokuskan terhadap Direktur dalam kapasitasnya adalah sebagai satu-satunya organ pengurus di dalam PT.

Penggunaan nominee masih dimungkinkan dan bahkan marak terjadi

sekalipun ketentuan di dalam UUPT telah mensyaratkan beberapa kriteria yang harus dipenuhi bagi seseorang untuk dapat diangkat menjadi pengurus PT atau untuk menjadi pemegang saham PT. Akan tetapi dikarenakan memang belum adanya aturan jelas mengenai nominee ini, maka dalam praktiknya hal ini kemudian dimanfaatkan

42Mengutip pengakuan Hartono Tanoesodibjo yang disampaikan saat memberikan kesaksian pada sidang dugaan kasus korupsi biaya akses Sistem Administrasi Badan Hukum (Sisminbakum) dengan terdakwa mantan Direktur Jendral Administrasi Hukum Umum, Romli Atmasasmita di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (29/6/09), ”Saya bukanlah pejabat SRD, melainkan hanya bertindak sebagai nominee atau perwakilan pemegang saham. Saya sebagai nominee. Itu bisa saja, karena yang saya lakukan juga banyak di perusahaan lain.” Lihat artikel Anonim, “Hartono Tanoe: Saya Bukan Pejabat SRD”, dapat diakses di

http://vibizdaily.com/detail/Polhukam/2009/06/30/hartono_tanoe_saya_bukan_pejabat_srd, terakhir kali diakses pada tanggal 11 Juni 2012.

43Bandingkan dengan Budiman Ginting,Hukum Investasi, Perlindungan Hukum Pemegang

Saham Minoritas dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2007), hlm. 138, dimana dikemukakan, “Para pengelola atau pengurus, yakni Direksi dan Komisaris. Pengurus ini merupakan perwakilan dari pemegang saham perusahaan.” Sedangkan kemudian kepengurusan dalam PT dibatasi hanya kepada Direksi, sebagaimana dalamIbid., hlm. 148, dikatakan, “ Kepengurusan Perseroan dilakukan oleh Direksi Perseroan itu sendiri. Ketentuan ini menugaskan kepada Direksi untuk mengurus Perseroan yang meliputi pengurusan sehari-hari dari Perseroan, dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan Perseroan untuk kepentingan dan tujuan Perseroan.”


(35)

oleh pihak-pihak yang memiliki kepentingan tertentu, khususnya dalam hal dipertimbangkan perlu untuk melakukan pengendalian (kontrol) secara penuh terhadap pengurus PT maupun pemegang saham PT. Tujuannya tidak lain adalah agar pengurus dan/atau pemegang saham PT akan dapat diarahkan sehingga memiliki persepsi yang sejalan dengan kebijakan yang dikehendaki oleh pihak yang menunjuk

nominee tersebut.44 Praktik semacam itu yang diistilahkan dengan nominee, dimana hal ini berarti ada seseorang yang memakai nama atau identitas orang lain untuk dicantumkan dalam akta perusahaan. Dengan demikian, sangat dimungkinkan bahwa seseorang yang namanya tidak tercantum di dalam akta pendirian tetap bisa menerima manfaat dari aktivitas bisnis perusahaan yang bersangkutan.45 Secara awam,

masyarakat tentu hanya mengenal pengurus PT, utamanya adalah Direksi, tanpa penambahan suatu ‘atribut’ bahwa apakah Direksi PT yang bersangkutan adalah ‘Direksi’ dalam artian sebenarnya yang menjalankan fungsinya secara nyata, ataukah ‘Direksinominee’ yang bersifat ‘boneka’ semata.

44Lihat Ahmad Yani & Gunawan Widjaja,Seri Hukum Bisnis: Perseroan Terbatas, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1999), hlm. 173-174, dikatakan, ”Sudah bukan rahasia lagi, bahwa dalam dunia usaha kita, masih banyak keputusan-keputusan penting perseroan diambil oleh mereka yang bukan anggota Direksi perseroan yang sesungguhnya, atau yang sering disebut dengan istilah “direktur bayangan.”” Bandingkan dengan istilah “pengusaha bayangan” dalam Anonim, “Banyak Anggota DPRD T. Tinggi Merangkap Pengusaha Bayangan”, 15 Februari 2012, dapat diakses di

http://khaliknews.net/politik/1946-banyak-anggota-dprd-ttinggi-merangkaop-pengusaha-bayangan, terakhir kali diakses pada tanggal 25 Juni 2012. Sedangkan Stephen Griffin lebih cenderung menggunakan istilah “a puppet board of directors” yang dalam kesehariannya akan menjalankan jabatannya berdasarkan arahan dan instruksi dari “a shadow director” yang tentunya tidak akan dimunculkan sebagai seorangde facto directorataupunde iure directordaripada PT bersangkutan.”

45Lihat artikel Erwin Siregar,Membongkar Gurita Perusahaan Milik Ibas Yudhoyono, dapat diakses di http://sumbawanews.com/berita/membon...ibas-yudhoyono, terakhir kali diakses pada tanggal 11 Juni 2012.


(36)

Adapun salah satu kasus hukum di Indonesia yang mungkin dapat dijadikan sebagai referensi terkait dengan tren penggunaan nomineedalam kepengurusan suatu PT, yang cukup mencuat beberapa waktu lalu, terkait dengan ditemukannya

penyimpangan dalam pelaksanaan Sistem Administrasi Badan Hukum

(Sisminbakum), yang selain melibatkan petinggi di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, juga turut menyeret nama petinggi salah satu perusahaan swasta, yakni PT. Sarana Rekatama Dinamika (SRD) dalam kapasitas sebagai rekanan. Yohannes Waworuntu, yang tercatat sebagai Direktur Utama SRD, yang dalam kasus Sisminbakum telah diadili dan divonis bersalah (walaupun kemudian akhirnya dibebaskan pada tahun 2011 berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia terhadap Peninjauan Kembali yang diajukannya)46.

Namun berdasarkan dokumen testimoninya yang setebal 35 (tiga puluh lima) halaman yang pernah disampaikan di hadapan Komisi III DPR RI pada tanggal 30 Juni 2000 lalu, dia mengungkapkan mengenai praktik nominee yang dipraktikkan dalam struktur kepengurusan SRD.47 Di samping dari testimoni Yohannes tersebut,

46 Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tentang Peninjauan Kembali dengan Register Nomor: 102 PK/Pid.Sus/2011 tanggal 28 November 2011.

47 Lihat lebih lanjut artikel Priyono B. Sumbogo, “Cerita Direktur Utama Yang Divonis”, Nomor 45, Edisi 07-13 Maret 2011, dapat diakses di http://www.forumkeadilan.com/forum-utama.php?tid=191, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Mei 2012. Testimoni Yohannes tersebut menjadi satu pembelajaran bagi kita bahwa kenyataan dalam praktiknya,nomineeadalah merupakan hal yang cukup lazim di dalam dunia usaha. Seseorang yang namanya tercatat sebagai anggota Direksi atau Dewan Komisaris atau bahkan pemegang saham dalam PT belumlah tentu mereka yang benar-benar berperan, melainkan ternyata ada ‘aktor’ yang memegang kendali dari ‘balik layar’. Dengan demikian, secara legalitasde jurepihak yang namanya tercantum dalam dokumen tertulis (tentunya dengan pembebanan atas tanggung jawab dan kewajiban sebagaimana mestinya) belumlah tentu adalah pihak yang secarade factojuga menikmati apa yang menjadi haknya secara hukum.


(37)

penggunaan nominee dalam praktik bisnis dewasa ini adalah merupakan suatu hal yang cukup lazim dan dikenal meluas di dunia.48

Negara-negara seperti British Virgin Island, Republic of Seychelles, Cayman Islands, Mauritius, Caribbean Islands, Channel Islands, atau Panama49 (dan negara-negara tax-haven50 lainnya yang menjadi primadona bagi kalangan pengusaha) menganggap praktik nominee ini adalah suatu hal yang sifatnya wajar dan tidak bertentangan dengan aturan hukum, bahkan ada diantara negara-negara tersebut telah mengatur mengenai penggunaan nomineedalam Companies Acts-nya.51 Dengan kata lain, nominee dilegalkan keberadaannya, walaupun untuk masing-masing negara tentunya akan dibatasi dengan kewajiban pemenuhan terhadap syarat-syarat tertentu. Dalam pengertian bahwa dewasa ini pengaturan tentangnominee tidak hanya sebatas

48 Lihat Kala Anandarajah and Foo E Lin, “Developments in the Law Relating to Nominee

Directors (Part II)”, dapat diakses di http://www.lawgazette.com.sg/2004-3/March04-featured4.htm, terakhir kali diakses pada tanggal 25 Juni 2012, dikatakan, ..”. in Singapore, as in many other jurisdictions, sees many individuals acting as nominee directors on boards of companies at the request of the employers. (… di Singapura, sebagaimana di banyak wilayah yurisdiksi lainnya, diketahui bahwa banyak individu yang bertindak sebagai direktur nominee yang duduk di dalam direksi perusahaan sebagaimana permintaan dari pemberi kerja.)”

49

Lihat Maeve McClenaghan, “Unmasking the nominee directors who help keep thousands transactions secret”, (Bureau Reviews, The Bureau of Investigative Journalism, 26 November 2012), dapat diakses di http://www.thebureauinvestigates.com/2012/11/26/unmasking-the-nominee-directors-who-help-keep-thousands-of-transactions-secret/, terakhir kali diakses pada tanggal 10 Oktober 2012.

50 Lihat Sudargo Gautama, Pengantar Hukum Perdata Internasional Indonesia, (Bandung: Penerbit Binacipta, 1987), hlm. 165-166, dikatakan, ”Untuk mengelakkan pajak-pajak, seringkali juga didirikan badan hukum di tempat-tempat tertentu di negara tertentu, sedangkan pusat-pusat perdagangan adalah di negara lainnya. Kapal-kapal (khususnya tanker) juga sering didaftarkan di Panama atau Liberia karena adanya fasilitas-fasilitas tertentu.”

51Sebagai bahan perbandingan dapat ditinjau lebih lanjut beberapa ketentuan yang mengatur tentang PT dari beberapa Negara, yakni International Business Companies Act (Cap. 291) (untuk

British Virgin Island);Companies (Special Licences) Act, 2003 (untuk Republic of Seychelles); dan


(38)

terhadap Pemegang Saham saja, tetapi juga telah mencakup pengaturan terhadap keberadaan Direksi.52

Dalam kaitannya dengan praktik nominee ini, memang tentunya mesti diikuti dengan kajian terhadapnominee arrangement53yang akhir-akhir ini secara kasat mata telah semakin berkembang di Indonesia, bahkan kini telah menjadi semacam praktik yang lazim di rezim UUPT yang seyogianya melarang praktik semacam itu (walaupun tidak secara tegas kemudian larangan itu dilengkapi dengan sanksi hukumnya, sehingga terkesan menjadi ketentuan hukum yang ‘ompong’). Meskipun secara legal hal tersebut tidaklah dapat dibenarkan juga, akan tetapi masih saja bisa ditemukan praktik-praktik semacam itu dalam dunia bisnis.54 Hal ini boleh tentu

dapat terjadi disebabkan oleh instrumen hukum yang ada cenderung masih ‘lemah’ dan menjadi dapat dimultitafsirkan dalam realita aktualnya oleh berbagai pihak

52Ambil contoh pula dari negara tetangga, Singapura, dimana dalam aturannya membenarkan penggunaannominee, baik sebagai pemegang saham maupun untuk ditempatkan dalam jajaranBoard

(baca: direksi), dimana dalam praktiknya ini adalah merupakan hal yang lazim. Pertimbangannya tidak lain adalah untuk mendukung pertumbuhan perusahaan yang dampaknya adalah semakin mendorong tingkat perekonomian. Dengan kata lain, pembatasan-pembatasan yang dilakukan oleh Pemerintah Singapura dalam kenyataannya dapat menjadi ‘fleksibel’ yang tentunya senantiasa menjadikan aturan yang ada sebagai rambu acuan. Lihat lebih lanjut ketentuan dalam Singapore Companies Act (Chp. 50).

53 Lihat Yulianto Dwi Prasetyo, “Konsekwensi Penggunaan Nama Orang Lain (Nominee

Arrangement) Untuk PT ataupun Property di Indonesia”, dapat diakses di

http://bpngresik.blogspot.com/2011/08/konsekwensi-penggunaan-nama-orang-lain.html, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Mei 2012, dikatakan, “Nominee Arrangement (pinjam nama) dalam praktik sehari-hari semakin marak dan menjadi lazim diterapkan dalam rangka pemilikan saham dengan status pemegang saham dalam suatu PT atau sebagai salah seorang persero dalam suatu CV, ... Hal tersebut umumnya sering ditempuh sebagai upaya menyiasati ketentuan hukum yang membatasi … subjek hukum tertentu. Misalkan adanya … ketentuan dalam penanaman modal yang mensyaratkan bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) dan segala prosedurnya bagi PT yang memiliki pemegang saham asing. Dengan demikian, kemudian akan dipilih cara penggunaan nama seorang WNI atau badan hukum Indonesia sebagai ‘pemilik pengganti’ daripada tanah atau saham tersebut.”


(39)

dengan kepentingan yang berbeda, sehingga mengakibatkan dimungkinkan terjadi penyelundupan hukum.55

Direksi PT jelas bertanggung jawab penuh terhadap jalannya PT yang dikelolanya tersebut. Dalam membuat keputusan atau pengambilan setiap kebijakan oleh Direksi PT dalam rangka pengelolaan PT tentunya akan membawa dampak munculnya implikasi hukum terhadap pertanggungjawaban Direksi PT yang bersangkutan.56 Namun tanggung jawab yang dimaksudkan tentunya perlu mendapat

suatu pembatasan sejauh mana dapat menjangkau Direksi PT, terlepas daripada statusnya yang sebagai nominee atau tidak, dan juga mempertimbangkan itikad baik dan tanggung jawab dari setiap anggota Direksi yang memimpin jalannya operasional PT tersebut.57

55Lihat Sudargo Gautama,Op. cit., hlm. 166, dikatakan, “Tujuan penyelundupan hukum tidak lain adalah untuk menghindarkan suatu akibat hukum yang tidak dikehendaki, atau untuk mewujudkan suatu akibat hukum yang dikehendaki. Penyelundupan hukum terjadi jika seorang dengan berdasarkan dan mempergunakan kata-kata dari Undang-undang, tetapi melawan jiwa dan tujuannya, secara ‘tipu muslihat’ melakukan perbuatan-perbuatan yang ternyata diadakan dengan maksud agar supaya dapat mengelakkan kaidah-kaidah hukum yang tertulis atau yang tidak tertulis.”

56 Lihat Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk-bentuk Badan Usaha di Indonesia, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), hlm.103, dikatakan, “Ada 3 (tiga) macam tanggung jawab anggota Direksi yang diatur dalam Pasal 97 UUPT, yaitu sebagai berikut:

a. Bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan dengan itikad baik;

b. Bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya;

c. Bertanggung jawab secara renteng dalam hal direksi terdiri atas 2 (dua) orang atau lebih atas kerugian yang sama seperti pada poin b. di atas.”

57 Lihat Munir Fuady, (III), Op. cit., hlm. 38-39, dikatakan, “Tanggung jawab dalam suatu perseroan terbatas pada prinsipnya atas harta yang ada dalam perseroan tersebut. Itu pula sebabnya disebut “terbatas” (limited), yakni terbatas dari segi tanggung jawabnya. Dengan demikian, pada prinsipnya pihak … direksi … tidak pernah bertanggung jawab secara pribadi. Artinya, jika ada gugatan dari pihak manapun, pihak pemegang harta pribadi dari … direksi … pada prinsipnya tidak boleh ikut disita. Namun demikian, Direksi tetap akan bertanggung jawab secara pribadi jika dia bersalah atau lalai di dalam menjalankan tugasnya selaku Direksi.”


(40)

Yang menjadi fokus permasalahan yang akan dikaji lebih lanjut dalam penelitian ini adalah sejauh mana batasan tanggung jawab dari Direksi PT yang dalam kenyataannya adalah bersifat tidak bebas, dalam artian menjalankan kehendak pihak-pihak tertentu dalam kapasitasnya sebagai nominee. Apakah kemudian kedudukannya sebagai anggota Direksi nominee tersebut dapat dijadikan sebagai alasan untuk mengelak dari tanggung jawab selayaknya direksi PT. Alasan utama yang diajukan nantinya bahwa dirinya bukan Direksi PT yang bertanggung jawab karena hanya bertindak dalam rangka menjalankan perintah atau maksud kehendak dari Pemegang Saham atau kehendak pihak lain. Padahal secara de jure sangatlah jelas bahwa hanya Direksi PT yang nama-namanya secara terang dan jelas dicantumkan di dalam akta/Anggaran Dasar PT tersebut, yang kemudian diberikan wewenang dan tanggung jawab dalam pengurusan untuk kepentingan PT yang bersangkutan.58

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan kepada judul tesis, dan pemaparan latar belakang penelitian, maka rumusan permasalahan yang akan dibahas dalam tesis ini, sebagai berikut:

1. Apakah yang menjadi dasar hukum dan alasan-alasan eksistensi/keberadaan DirekturNomineedalam pengelolaan PT?

58Lihat M. Yahya Harahap, (I),Op. cit., hlm 390, dikatakan, “… apabila Perseroan itu telah berstatus sebagai badan hukum karena telah mendapat pengesahan dari Menteri. Pada diri Direksi dengan sendirinya menurut hukum (van rechtswege,ipso jure), melekat kuasa menurut undang-undang untuk mewakili Perseroan di dalam dan di luar pengadilan.”


(41)

2. Bagaimana batasan-batasan terhadap tanggung jawab dan kewajiban Direktur

Nomineedalam pengelolaan PT?

3. Apa akibat hukum yang mungkin timbul dalam pengelolaan PT yang dilakukan oleh DirekturNominee?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam rangka penyusunan tesis ini mempunyai tujuan yang hendak dicapai, sehingga penelitian ini akan menjadi lebih terarah. Tujuan utama daripada penelitian tesis ini adalah sebagai sarana untuk melengkapi tugas akhir sebagai syarat perolehan gelar ‘Magister Kenotariatan’ pada Sekolah Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Studi Magister Kenotariatan. Selain itu, tujuan lain daripada penelitian ini adalah memberikan gambaran atas perumusan masalah yang ada, sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ketentuan yang menjadi rujukan dan dasar hukum

eksistensi/keberadaan DirekturNomineedalam pengelolaan PT.

2. Untuk mengetahui sejauh mana batasan tanggung jawab dan kewajiban Direktur

Nomineedalam pengelolaan PT.

3. Untuk mengetahui akibat hukum yang mungkin timbul dalam pengelolaan PT yang dilakukan oleh DirekturNominee.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian dalam tesis ini adalah sebagai berikut:


(42)

1. Secara teoritis

Tesis ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbang saran yang cukup berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan secara umum, dan ilmu hukum pada khususnya, dan lebih khususnya lagi adalah dalam bidang studi kenotariatan. Selain itu, tesis ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi penyempurnaan perangkat aturan dan ketentuan yang mengatur tentang PT di kemudian hari, khususnya mengenai direksinominee.

2. Secara praktis

Melalui penelitian tesis ini, diharapkan dapat memberikan masukan dan pemahaman yang lebih mendalam bagi:

a. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan memberikan kontribusi positif bagi pemerintah untuk melakukan studi dan kajian lebih lanjut mengenai pengaturan terhadap pengurus PT, khususnya untuk mengakomodir keberadaan direksinominee.

b. Notaris

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi yang cukup

bermanfaat bagi Notaris di dalam menghadapi permasalahan yang

menyangkut eksistensi badan hukum dan direksi suatu PT secara legal. Dengan demikian, notaris semestinya tetap harus mengedepankan kecermatan dan ketelitian di dalam mempersiapkan akta-akta sehubungan dengan perbuatan hukum yang dilakukan oleh PT atau direksi PT (terlepas daripada


(43)

kapasitas direksi PT tersebut dalam artian riil atau hanya sebatas nominee

semata).

c. Mahasiswa Kenotariatan dan Umum

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan studi maupun komparasi yang bermanfaat bagi mahasiswa kenotariatan, dan juga dapat dijadikan sebagai sarana pendukung untuk lebih menggali lagi konsep dan nilai-nilai yang terkandung dalam ketentuan yang mengatur tentang Direksi dari suatu PT.

Kemudian untuk praktisi hukum dan masyarakat umum, tentunya dapat menjadikan hasil penelitian di dalam tesis ini sebagai masukan guna menambah pengetahuan tentang keberadaan DirekturNominee dalam PT, dan sebagai referensi juga seandainya nanti ditunjuk sebagai Direktur Nominee

pada suatu PT.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran dan dari informasi yang diperoleh, di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara pada khususnya dan kepustakaan Universitas Sumatera Utara pada umumnya, penelitian dengan judul

ANALISA TERHADAP BATASAN TANGGUNG JAWAB DIREKTUR

NOMINEE DALAM PERSEROAN TERBATAS” belum pernah dilakukan oleh peneliti lain sebelumnya. Walaupun dalam beberapa penelitian sebelumnya di lingkungan Sekolah Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara,


(1)

Anonim, “Fiduciary Liability of LLC Managers and Members”, Client Alert (edisi

Agustus 2011), dapat diakses di

http://www.chadbourne.com/files/Publication/d50cfecb-ac99-4b26-b8a2- 7f9c6adf7557/Presentation/PublicationAttachment/9bcc8ebd-2b3e-4488-

8548-83d8d2522e1f/Corporate-FiduciaryLiabilityofLLCManagers_ca(Lee).pdf, terakhir diakses pada tanggal 10 September 2012.

Anonim, “Directors’ Responsibilities”, dapat diakses di

http://occ.gov/publications/publications-by-type/comptrollers-handbook/directors1.pdf, terakhir diakses pada tanggal 15 September 2012. Anonim, “Law Director Essay”, dapat diakses di

http://www.antiessays.com/free-essays/212152.html, terakhir kali diakses pada tanggal 12 November 2012. Anonim, “Corporate Director’s Breach of Fiduciary Duty to Creditors”, 1992, dapat

diakses di

http://international.westlaw.com/find/default.wl?carerlt=CLID_QRYRLT858 184085712_CaRE_0_N_1&mt=WLIGeneralSubscription&tempinfo=CLID_ QRYRLT858184085712_CL1&utid=5&tf=749&ncare=1&spa=USumU-0000&tc=6&rs=WLIN12.10&serialnum=0110538546&rpcat=AJP&care=Y& vr=2.0&sv=Split&fn=_top&careo=A, terakhir kali diakses pada tanggal 20 November 2012.

Arthur Fleischer, Jr. & Alexander R. Sussman, “Directors’ Fiduciary Duties in Takeovers and Mergers”, 31st Annual Securities Regulation Institute, 21-23

Januari 2004, dapat diakses di

http://friedfrank.com/siteFiles/ffFiles/sri_directors_duties.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 20 November 2012.

Anonim, “Directors’ and Officers’ Duties”, dapat diakses di http://www.lexisnexis.com.au/aus/academic/text_updater/documents/harrisch 16.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Desember 2012.

Anonim, “ERISA Fiduciary Responsibility: Fiduciary Reliance on Registered Investment Advisors”, (California, Multnomah Group Inc.), dapat diakses di http://www.thecfdd.com/files/researchtrends/Research10.pdf, terakhir diakses pada tanggal 22 Desember 2012.

Anonim, “Kasus Sisminbakum: Nyanyian Seusai Kasasi”, 21 Juni 2010, dapat

diakses di

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2010/06/21/HK/mbm.20100621.H K133870.id.html, terakhir diakses pada tanggal 23 Desember 2012.


(2)

Baker & McKenzie, “Nominee Directors in Australia: Guidelines (References are to Memorandum on Australian directors duties and liabilities)”, dapat diakses di http://www.bakermckenzie.co.jp/e/material/dl/seminar/emi/2-3.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Desember 2012.

Baker & McKenzie, “Duties of Employees Who are appointed or Nominated as a Director of a Company in Australia”, dapat diakses di http://www.bakermckenzie.co.jp/e/material/dl/seminar/emi/2-3.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Desember 2012.

Bismar Nasution, “Pertanggungjawaban Direksi dalan Pengelolaan Perseroan”, 23 Desember 2009, dapat diakses di http://bismar.wordpress.com/, terakhir diakses pada tanggal 25 November 2012,

Bryn Davis, “Nominee Directors and Managing Conflicts in M&A Transactions: Relying on the Vibe or An Analytical Framework?”, dapat diakses di http://www.minterellison.com/Pub/NL/201111_MAd, terakhir kali diakses pada tanggal 14 Juli 2012.

Carter G. Bishop, “A Good Faith Revival of Duty of Care Libility in Business Organization Law”,Paper 07-03, (Boston: Suffolk University Law School, 24

Januari 2007), dapat diakses di

htt://ppapers.ssrn.comsol3papers.cfmabstract_id=1001990, terakhir kali diakses pada tanggal 25 Oktober 2012.

Chandra Bowo Nagoro, ”Penerapan Prinsip-Prinsip GCG pada Bank BUMN (Studi

Kasus pada Bank BRI)”, dapat diakses di

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/371085057.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 20 November 2012.

Charlie Xiao-chuan Weng, “Assessing the Applicability of the Business Judgment Rule and the “Defensive” Business Judgment Rule in the Chinese Judiciary: A Perspective on Takeover Dispute Adjudication”, Fordham International Law Journal, Vol. 34, Issue 1, 2010, dapat diakses di http://ir.lawnet.fordham.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=2284&context=ilj, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Desember 2012.

Cyril Moscow, “Director Confidentiality”, (Law and Contemporary Problems, Vol. 74:197), dapat diakses di http://www.itnea.net/the_role.htm, terakhir kali diakses pada tanggal 21 November 2012.

Cyril Moscow, “The Representative Director Problem”, dapat diakses di http://www.honigman.com/db30/cgi-bin/pubs/Moscow.pdf, terakhir diakses pada tanggal 1 Desember 2012.


(3)

Danka Starovic and Cathy Hayward, The Role of the Non-Executive Director: Making Corporate Governance Work, (London: The Chartered Institute of

Management Accountants, tth), dapat diakses di

http://www.cimaglobal.com/Documents/ImportedDocuments/NEDSmakingco rpgovwork_techguide_2003.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 21 November 2012.

Diana Kusumasari, “Fiduciary Duty Direksi dan Dewan Komisaris PT”, 16 Juni

2011, dapat diakses di

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl4058/fiduciary-duty-direksi-dan-dewan-komisaris-pt, terakhir diakses pada tanggal 25 November 2012.

Diana Kusumasari, “Tercatat Sebagai Direksi/Komisaris/Manajer PT Tapi Tidak

Digaji”, 03 Januari 2012, dapat diakses di

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d0ccf5a610da/tercatat-sebagai-direksi_komisaris_manajer-pt-tapi-tidak-digaji, terakhir diakses pada tanggal 20 Desember 2012.

Erman Rajagukguk, “Tanggung Jawab Direksi dan “Business Judgment Rule”, dapat diakses di http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/3108512.pdf, terakhir diakses pada tanggal 18 Juni 2012.

Erwin Siregar, “Membongkar Gurita Perusahaan Milik Ibas Yudhoyono”, dapat diakses di http://sumbawanews.com/berita/membon...ibas-yudhoyono, terakhir kali diakses pada tanggal 11 Juni 2012.

Financial Action Task Force-Groupe d’action financière, “The Misuse of Corporate Vehicles, Including Trust and Company Service Providers”, (France: FATF/OECD, 13 Oktober 2006), dapat diakses di http://www.fatf-gafi.org/media/fatf/documents/reports/Misuse%20of%20Corporate%20Vehicl es%20including%20Trusts%20and%20Company%20Services%20Providers.p df, terakhir kali diakses pada tanggal 23 Oktober 2012.

Financial Supervision Commission, “Guidance on the responsibilities and duties of directors under the laws of the Isle of Man”, (Isle of Man, Agustus 2011),

dapat diakses di

http://www.gov.im/lib/docs/fsc/guidanceontheresponsibilitiesand.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Desember 2012.

Fred B.G. Tumbuan, “Tugas dan Wewenang Organ Perseroan Terbatas Menurut Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas”, Newsletter No. 70, September 2007, dapat diakses di http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/70sep071625.pdf, terakhir diakses pada tanggal 23 Desember 2012.


(4)

Ian M Ramsay (ed.), “The Corporate Governance Debate and the Role of Directors’

Duties”, dapat diakses di

http://papers.ssrn.comsol3papers.cfmabstract_id=924312&httpapers.ssrn.com sol3papers.cfmabstract_id=924312, terakhir diakses pada tanggal 18 Oktober 2012.

James M. Farley, “Could Pinnochio Ever be a Director?”, (Canada: McCarthy

Tétrault, 4 November 2008), dapat diakses di

http://www.mccarthy.ca/article_detail.aspx?id=41487, terakhir diakses pada tanggal 4 Juli 2012.

Kala Anandarajah and Foo E Lin, “Developments in the Law Relating to Nominee Directors (Part II)”, dapat diakses di http://www.lawgazette.com.sg/2004-3/March04-featured4.htm, terakhir kali diakses pada tanggal 25 Juni 2012. Matthew S. Brown, “Corporate Governance in 2009, Change You Can Believe In”,

dapat diakses di http://www.kattenlaw.com/files/Publication/95af0a88-45e1- 4de0-a769-92fb4c07cbcc/Presentation/PublicationAttachment/1a1ae979-d60f-4ab5-a153-9bd06b9dde51/Directors_Roundtable_Powerpoint.pdf, terakhir diakses pada tanggal 1 Desember 2012.

McClure Naismith, “Nominee Directors: Inherent Conflict?”, hlm. 1, dapat diakses di

http://www.lincscot.co.uk/media/3684/nominee%20directors%20-%20inherent%20conflict.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 1 Desember 2012.

Nike K. Rumokoy, “Pertanggungjawaban Perseroan selaku Badan Hukum dalam Kaitannya dengan Gugatan atas Perseroan (dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas sebagai Acuan Pembahasan)”, dapat diakses di http://repo.unsrat.ac.id/48/1/2.Nike.pdf, terakhir diakses pada tanggal 27 Juni 2012.

Priyono B. Sumbogo, “Cerita Direktur Utama Yang Divonis”,Nomor 45, Edisi 07-13 Maret 2011, dapat diakses di http://www.forumkeadilan.com/forum-utama.php?tid=191, terakhir diakses pada tanggal 1 Mei 2012.

Retno Wulandari, “Director’s Responsibilities in a Limited Liability Company”, FW&P, Januari-April 2010, dapat diakses di http://franswinarta.com/Article-Director's_Responsibilities_in_a_Limited_Liability_Company.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 1 November 2012.

Robert Goddard, “UK: England and Wales: nominee directors + the section 996

discretion”, 3 April 2009, dapat diakses di


(5)

http://corporatelawandgovernance.blogspot.com/2009/04/uk-england-and-wales-nominee-directors.html, terakhir kali diakses pada tanggal 21 Oktober 2012.

Ross Grantham, “The Limited Liability of Company Directors”, Research Paper No 07-03, (TC Beirne School of Law, 2007), dapat diakses di http://papers.ssrn.comsol3papers.cfmabstract_id=991248&httppapers.ssrn.co msol3papers.cfmabstract_id=991248, terakhir kali diakses pada tanggal 15 Oktober 2012.

R.P. Austin, “Representatives and Fiduciary Responsibilities - Notes on Nominee Directorships and Life Arrangements”, Bond Law Review: Vol. 7: Iss. 1, Article 3, dapat diakses di http://epublications.bond.edu.au/blr/vol7/iss1/3, terakhir diakses pada tanggal 14 Juli 2012.

Sarah Paterson and Maximilian Schlote, “Nominee directors and insolvent companies”, Slaughter and May, Juli 2011, dapat diakses di http://www.slaughterandmay.com/media/1555668/nominee-directors-and-insolvent-companies.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 22 Oktober 2012. Susan Watson & Chris Noonan, “The corporate shield: What happens to directors

when companies fail?”, Business Review (University of Auckland, 2005),

dapat diakses di

http://www.uabr.auckland.ac.nz/files/articles/Volume11/v11i1-the-corporate-shield.pdf, terakhir kali diakses pada tanggal 12 Oktober 2012.

Sutan Remy Sjahdeini, “Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Direksi &

Komisaris BUMN Persero”, dapat diakses di

http:sremys.com/artikel/Tugas,Wewenang,%20Dan%20Tanggung%20Jawab %20Direksi%20&%20Komisaris%20BUMN%20Persero.pdf, terakhir diakses pada tanggal 15 Mei 2012.

The Companies and Securities Law Review Committee, ”The Duties and Liabilities of Nominee Directors and Alternate Directors: Discussion Paper No. 7”,

dapat diakses di

http://www.takeovers.gov.au/content/Resources/cslrc/cslrc_discussion_paper_ no_7.aspx, terakhir kali diakses pada tanggal 2 Juli 2012.

Tony Chong, “The role of, and issues with, nominee directors”, dapat diakses di http://www.lavanlegal.com.au/index.php/publications/publicationdetail/the_ro le_of_and_issues_with_nominee_directors, terakhir diakses pada tanggal 12 Oktober 2012.


(6)

V. Umakanth, “Stock Options for Nominee Directors”, 6 Agustus 2008, dapat diakses di http://indiacorplaw.blogspot.com/2008/08/stock-options-for-nominee-directors.html, terakhir kali diakses pada tanggal 21 November 2012.

Westlaw Journal, “Corporate Officers & Directors Liability”, Volume 26, Issue 6, 13

September 2010, dapat diakses di

http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=nominee+director+westlaw&sour ce=web&cd=11&cad=rja&ved=0CC0QFjAAOAo&url=http%3A%2F%2Fw ww.buckleysandler.com%2Fuploads%2F36%2Fdoc%2Fwestlaw%2520comp ensation%2520risk%2520sep10.pdf&ei=rcvBUMnaBMjorQe3u4CYBw&usg =AFQjCNGrf75O37WIz4KsdwVuk-jOkS0TBQ, terakhir kali diakses pada tanggal 21 November 2012.

Wibowo Tunardy, “Badan Hukum Sebagai Subyek Hukum”, 26 Mei 2008, dapat diakses di http://www.jurnalhukum.com/badan-hukum-sebagai-subyek-hukum/, terakhir kali diakses pada tanggal 25 Agustus 2012.

Yahya A.Z., “Perbandingan Hukum Tanggung Jawab Direktur (PT) Antara Sistem Hukum Civil Law dengan Common Law”, 21 Juli 2009, dapat diakses di http://yahyazein.blogspot.com/2009/07/perbandingan-hukum-tanggung-jawab.html, terakhir diakses pada tanggal 01 Desember 2012.

Yulianto Dwi Prasetyo, “Konsekwensi Penggunaan Nama Orang Lain (Nominee Arrangement) Untuk PT ataupun Property di Indonesia”, dapat diakses di http://bpngresik.blogspot.com/2011/08/konsekwensi-penggunaan-nama-orang-lain.html, terakhir diakses pada tanggal 1 Mei 2012.

Zulfi Chairi, “Tanggung Jawab Direksi Dalam Menerapkan Prinsip Good Corporate

Governance”, dapat diakses di

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1591/1/perdata-zulfi2.pdf, terakhir diakses pada tanggal 20 Juni 2012.

Peraturan Perundang-undangan

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756).

Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pedoman Pasal 26 tentang Pedoman Jabatan Rangkap, Jakarta: Komisi Pengawas Persaingan Usaha Republik Indonesia, tth.