BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka. 2.1.1. Teori Struktur Modal. - Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Perbankan Yang Listing Di BEI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka.

2.1.1. Teori Struktur Modal.

  Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Struktur modal sendiri merupakan bagian dari struktur keuangan yang dapat diartikan sebagai pembelanjaan permanen yang keputusan keuangan lainnya mencerminkan keseimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Apabila struktur keuangan tercermin pada keseluruhan pasiva dalam neraca, maka struktur modal hanya tercermin pada utang jangka panjang dan unsur unsur modal sendiri, dimana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Dengan demikian maka struktur modal hanya merupakan sebagian saja dari struktur keuangan(Laili, 2001).Sedangkan menurut Van Horne dan Wachowicz (1998), struktur modal adalah bauran (proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang ditunjukkan oleh hutang, ekuitas saham preferen dan saham biasa.

  Kebutuhan akan modal sangat penting dalam membangun dan menjamin kelangsungan perusahaan selain faktor pendukung lainnya. Modal dibutuhkan setiap perusahaan, apalagi jika perusahaan tersebut akan melakukan ekspansi. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan berapa besarnya modal yang dibutuhkan untuk memenuhi atau membiayai usahanya. Kebutuhan akan modal tersebut dapat dipenuhi dari berbagai sumber dan mempunyai jenis yang berbeda- beda. Modal terdiri atas ekuitas (modal sendiri) dan hutang (debt), perbandingan hutang dan modal sendiri dalam struktur finansial perusahaan disebut struktur modal (Suad Husnan, 2004).

2.1.1.1 The Modigliani-Miller Model.

  Teori mengenai struktur modal modern bermula pada 1958, ketika dua professor yaitu mengatakan bahwa dengan menggunakan hutang (bahkan dengan menggunakan hutang yang lebih banyak), perusahaan bisa meningkatkan nilainya kalau ada pajak. Dengan kata lain, kalau tujuan pembelanjaan perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan maka perusahaan perlu menggunakan hutang.

  Asumsi MM mencakup hal – hal (Brigham dan Houston, 2001) : 1.

  Tidak ada biaya broker (perantaraan) 2. Tidak ada pajak perorangan 3. Para investor dapat meminjam suku bunga yang sama dengan peusahaan 4. Investor dan manajemen mempunyai informasi yang sama mengenai peluang investasi perusahaan dimasa mendatang

  5. Semua hutang perusahaan tidak mengandung resiko, berapapun jumlah utang yang digunakan

6. EBIT tidak dipengaruhi oleh jumlah hutang.

  Penggunaan asumsi-asumsi tersebut membuat teori ini dianggap tidak relevan karena asumsi-asumsi tersebut hampir tidak mungkin dapat dipenuhi.

  Meskipun demikian, penelitian ini menimbulkan minat peneliti – peneliti lain juga termasuk penelitian oleh Franco Modigliani dan Milton Miller sendiri. MM juga memberikan beberapa petunjuk kepada kita tentang apa yang diperlukan bagi struktur modal agar menjadi relevan sehingga akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan. Hasil kerja MM ini menandai awal dari riset atas struktur modal modern, dan riset selanjutnya dipusatkan untuk melemahkan asumsi-asumsi MM dalam upaya pengembangan teori struktur modal yang lebih realistis. Perbaikan asumsi tersebut dapat diringkas sebagai berikut : 1.

  Adanya efek dari pajak.

2. Adanya efek dari biaya kebangkrutan (bankruptcy cost).

  3. Trade of Theory, yang intinya perusahaan membandingkan manfaat penggunaan utang dengan tingkat bunga yang lebih tinggi dan kebangkrutan.

  4. Signalling Theory, yaitu pengaruh yang disebabkan akibat adanya informasi asimetri (informasi yang hanya diketahui oleh manajemen, atau informasi yang berbeda/lebih baik mengenai prospek perusahaan dari pada yang dimiliki investor). Model MM sebelumnya menganggap bahwa informasi yang dimiliki investor sama dengan yang dimiliki manajemen. Informasi ini sangat berpengaruh terhadap keputusan struktur modal yang optimal.

2.1.1.2. Pecking Order Theory.

  Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai urut-

  urutan preferensi dalam memilih sumber pendanaan. Perusahaan-perusahaan yang profitable umumnya meminjam dalam jumlah yang sedikit. Hal tersebut disebabkan karena mereka memerlukan external financing yang sedikit. Perusahaan–perusahaan yang kurang profitable cenderung mempunyai hutang yang lebih besar karena alasan dana internal yang tidak mencukupi kebutuhan dan karena hutang merupakan sumber eksternal yang disukai. Dana eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena pertimbangan biaya emisi hutang jangka panjang yang lebih murah dibanding dengan biaya emisi saham. Penamaan pecking order theory dilakukan oleh Myers pada tahun 1984. Teori ini disebut pecking order karena teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hierarki sumber dana yang paling disukai. Secara ringkas teori tersebut menyatakan bahwa (Brealey and Myers, 1995 dalam Suad Husnan,2004); 1.

  Perusahaan lebih menyukai internal financing (pendanaan dari hasil operasi perusahaan).

  2. Perusahaan akan berusaha menyesuaikan rasio pembagian deviden dengan kesempatan investasi yang dihadapi, dan berupaya untuk tidak melakukan perubahan pembayaran yang terlalu besar.

  3. Pembayaran dividen yang cendrung konstan dan fluktuasi laba yang diperoleh mengakibatkan dana internal kadang – kadang berlebih ataupun kurang untuk investasi.

  4. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu. Penerbitan sekuritas akan dimulai dari penerbitan obligasi, kemudian obligasi yang dapat dikonversikan menjadi model sendiri, baru akhirnya menerbitkan saham baru. Sesuai dengan teori ini, tidak ada target rasio hutang, karena ada dua jenis modal sendiri yang preferensinya berbeda. Yaitu laba ditahan (dipilih lebih dahulu) dan penerbitan saham baru (dipilih paling akhir).Rasio hutang setiap perusahaan akan dipengaruhi oleh kebutuhan dana untuk investasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri).

  (Saidi, 2004).

2.1.1.3 Balancing Theory.

  Sejak tahun 1976, teori keuangan memakai model ekonomi standar untuk menggambarkan perilaku perusahaan. Model tersebut menganggap perusahaan seperti sebuah kotak hitam yang memproses input menjadi suatu output dan perusahaan diasumsikan akan memberikan respon rasional terhadap adanya insentif ekonomi.

  Model struktur modal dalam lingkup Balancing theories (Myers,1984 dan Bayles and Diltz,1994) disebut sebagai teori keseimbangan yaitu menyeimbangkan komposisi hutang dan modal sendiri. Teori ini pada intinya yaitu menyeimbangkan antara manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat masih besar ,hutang akan ditambah.

  Tetapi bila pengorbanan karena menggunakan hutang sudah lebih besar maka hutang tidak lagi ditambah. Pengorbanan karena menggunakan hutang tersebut bisa dalam bentuk biaya kebangkrutan (Bankruptcy cost) dan biaya keagenan

  

(agency cost) . Biaya kebangkrutan antara lain terdiri dari legal fee yaitu biaya

  yang harus dibayar kepada ahli hukum untuk menyelesaikan klaim dan distress

  

price yaitu kekayaan perusahaan yang terpaksa dijual dengan harga murah

  sewaktu perusahaan dianggap bangkrut. Semakin besar kemungkinan terjadi kebangkrutan dan semakin besar biaya kebangkrutan, semakin tidak menarik menggunakan hutang. Hal ini disebabkan karena adanya biaya kebangkrutan, biaya modal sendiri akan naik dengan tingkat yang makin cepat. Sebagai akibatnya, meskipun memperoleh manfaat penghematan pajak dari penggunaan hutang yang besar berdampak oleh kenaikan biaya modal sendiri yang tajam, sehingga berakhir dengan menaikkan biaya perusahaan.

  Masulis (1980),dalam Suad Husnan (1998), juga membahas biaya kebangkrutan saat membuktikan dampak perubahan komposisi hutang terhadap harga saham. Masulis menunjukkan bahwa abnormal returns pada hari pengumuman dan sehari setelah pengumuman dari perusahaan-perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang, ternyata positif.

  Sedangkan perusahaan yang menurunkan leverage ternyata memperoleh

abnormal returns yang negatif pada hari pengumuman dan sehari setelahnya.

  

Abnormal returns yang positif berarti bahwa keuntungan yang diperoleh para

  pemodal lebih besar dari keuntungan yang seharusnya. Abnormal returns yang positif bagi perusahaan yang meningkatkan proporsi penggunaan hutang berarti bahwa peningkatan leverage dinilai memberikan manfaat bagi pemodal dalam bentuk penghematan pajak. Disamping itu mereka juga menunjukkan bahwa nampaknya manfaat dari penghematan pajak lebih dari kerugian karena kemungkinan munculnya biaya kebangkrutan.

  Menurut MM dalam Dermawan Sjahrial (2009), Biaya lain yang timbul adalah biaya keagenan yaitu biaya yang muncul kerena perusahaan menggunakan hutang dan melibatkan hubungan antara pemilik perusahaan (pemegang saham) dan kreditur. Ada kemungkinan pemilik perusahaan yang menggunakan hutang melakukan tindakan yang merugikan kreditur, sebagai misal perusahaan melakukan investasi pada proyek-proyek beresiko tinggi. Biaya keagenan ini antara lain terdiri dari biaya kehilangan kebebasan karena kreditur melindungi diri dengan perjanjian-perjanjian pada saat memberikan kredit, dan biaya memonitor perusahaan untuk menjamin perusahaan menaati perjanjian yang dibebankan pada perusahaan dalam bentuk bunga hutang yang lebih.

2.1.1.4. Trade Off Theory.

  Teori Trade off menjelaskan adanya hubungan antara pajak, resiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan (Brealey dan Myers,1991).Teori ini merupakan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan hutang.

  Modeltrade-off mengasumsikan bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil trade-off dari keuntungan pajak dengan menggunakan hutang dengan biaya yang akan timbul sebagai akibat penggunaan hutang tersebut (Hartono, 2003), dalam Laksmi,2010. Esensi trade-off theory dalam struktur modal adalah menyeimbangkan manfaat dan pengorbanan yang timbul sebagai akibat penggunaan hutang. Sejauh manfaat lebih besar, tambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan. Trade-off theory telah mempertimbangkan berbagai faktor seperti corporate tax, biaya kebangkrutan, dan personal tax dalam menjelaskan mengapa suatu perusahaan memilih struktur modal tertentu (Suad Husnan, 2001). Kesimpulannya adalah penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tetapi hanya pada sampai titik tertentu. Setelah titik tersebut, penggunaan hutang justru menurunkan nilai perusahaan (Hartono, 2003).

  Walaupun model trade-off theory tidak dapat menentukan secara tepat struktur modal yang optimal, namun model tersebut memberikan kontribusi penting yaitu (Hartono, 2003); dalam laksmi,2010: 1.

  Perusahaan yang memiliki aktiva yang tinggi, sebaiknya menggunakan sedikit hutang.

  2. Perusahaan yang membayar pajak tinggi sebaiknya lebih banyak menggunakan hutang dibandingkan perusahaan yang membayar pajak rendah.

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal.

  Dalam menentukan keseimbangan antara besarnya jumlah utang dan jumlah modal sendiri yang tercermin dalam struktur modal perusahaan, perlu memperhitungkan adanya factor-faktor yang mempengaruhi struktur modal. Pendapat yang dominan dikembangkan oleh Miller dan Modigliani (1958).bahwa struktur modal yang optimal terdiri dari keseimbangan antara resiko kebangkrutan dan penghematan pajak yang disebabkan oleh utang. Struktur modal seharusnya memberikan tingkat pengembalian yang besar kepada pemegang saham dari pada yang mereka terima dari penerbitan ekuitas perusahaan.

  Beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal menurut Weston dan Brigham, (1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan adalah stabilitas perusahaan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan perusahaan.

  Suad Husnan(2001), menyatakan bahwa yang paling mempengaruhi struktur modal adalah lokasi distribusi keuntungan, stabilitas penjualan dan keuntungan, kebijakan deviden, pengendalian dan risiko kebangkrutan. Sedangkan menurut Bambang Riyanto (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain; tingkat bunga, stabilitas pendapatan, susunan aktiva, kadar risiko aktiva, besarnya jumlah modal yang dibutuhkan, keadaan pasar modal, sifat manajemen, besarnya suatu perusahaan.

  Dalam penelitian ini, variabel yang digunakan antara lain growth of asset,

  

price earning ratio, return on asset,dan ukuran perusahaan sebagai faktor yang

mempengaruhi struktur modal perusahaan.

2.1.2.1. Pertumbuhan aktiva (Growth of Asset)

  Asset merupakan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan.Perusahaan yang memiliki aktiva dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang yang lebih besar karena memiliki aktiva sebagai penjaminnya (Weston dan Copeland, 1997).Semakin besar asset diharapkan semakin besar hasil operasi yang dihasilkan oleh perusahaan. Peningkatan asset yang diikuti peningkatan hasil operasi akan semakin menambah kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan. Dengan meningkatnya kepercayaan pihak luar terhadap perusahaan, maka proporsi hutang akan semakin besar dibandingkan modal sendiri.

  Perusahaan yang memiliki asset tetap dalam jumlah besar dapat menggunakan hutang dalam jumlah besar hal ini karena dari skalanya perusahaan besar akan lebih mudah akses ke sumber dana dibandingkan dengan perusahaan kecil, besarnya asset tetap dapat digunakan sebagai jaminan perusahaan (Sartono, 2001).

  Menurut Weston dan Brigham (1997), perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit cenderung lebih banyak menggunakan banyak utang. Sedangkan menurut balancing theory, perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang besar cenderung risiko kebangkrutan (pailit) yang relatif lebih rendah dibandingkan perusahaan yang memiliki struktur aktiva yang lebih rendah. Asset menunjukkan aktiva yang digunakan untuk aktivitas operasional perusahaan.

  Semakin besar aset diharapkan semakin besar hasil operasional yang dihasilkan perusahaan.

  Laili Hidayat (2001), mengemukakan bahwa struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penelitian dari Sekar Mayang Sari (2001), serta Bhaduri (2002), mendukung penelitian Laili tersebut, di mana struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal. Sehingga dalam penelitian ini, struktur aktiva mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal.

2.1.2.2. Price Earning Ratio (PER).

  Rasio pengukuran yang paling komprehensif tentang prestasi perusahaan adalah PER, karena rasio penilaiaan tersebut mencerminkan perpaduan antara pengaruh rasio resiko, yaitu: rasio liquiditas dan rasio laverage serta rasio pengembalian aktivitas dan profitabilitas (Weston & Copeland,1997). PER merupakan perbandingan antara harga pasar suatu saham (Market Price) dengan earning per share (EPS) dari saham bersangkutan.

  Kegunaan dari PER ini adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai kinerja suatu perusahaan terhadap kinerja perusahaan yang dicerminkan EPS-nya.

  Semakin besar PER suatu saham, maka saham tersebut semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya. Sedangkan saham dengan PER rendah akan semakin bagus yang berarti saham tersebut semakin murah (Robert Ang, 1997). Peningkatan PER dinilai investor menunjukan kinerja yang semakin baik, juga berdampak semakin menarik perhatian kreditor terhadap perusahaan. Peningkatan jumlah utang yang relatif lebih besar dari pada modal sendiri akan meningkatkan

  

debt ratio . Dengan demikian price earning ratio (PER) berpengaruh terhadap

DER.

  Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fitrijanti & Jogiyanto (2002), pada sektor non keuangan menunjukan bahwa PER terbukti berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER).

2.1.2.3. Return on Asset (ROA).

  ROA adalah salah satu rasio rentabilitas yang terpenting yang digunakan untuk memprediksi harga atau return saham perusahaan publik. Rentabilitas merupakan rasio keuangan yang digunakan untuk analisis fundamental. Rasio- rasio keuangan yang digunakan untuk analisis fundamental dapat dikelompokkan dalam 5 jenis yaitu : rasio likuiditas, aktivitas, rentabilitas, solvabilitas dan rasio pasar (Robert Ang, 1997)

  ROA digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan total asset yang dimilikinya.

  ROA adalah rasio antara laba sesudah pajak atau net income after tax terhadap total asset. Semakin beras ROA menunjukan kinerja perusahaan semakin baik, karena return semakin besar. ROA juga merupakan perkalian antara faktor net

  income margin dengan perputaran aktiva. Net income margin menunjukan

  kemampuan memperoleh laba dari setiap penjualan yang diciptakan oleh perusahaan, sedangkan perputaran aktiva menunjukan seberapa jauh perusahaan mampu menciptakan penjualan dari aktiva yang dimilikinya.

  Apabila salah satu dari faktor ini meningkat (atau keduanya), maka ROA juga akan meningkat. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan akan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham (Husnan, 1998). Laba bank diperoleh dari bunga kredit dan fee based income, bila kualitas kredit dan fee based income rendah, maka pendapatan bank akan rendah dan kemungkinan bank menderita rugi. Sebaliknya bila kualitas kredit dan fee based income tinggi, maka penapatan bank akan tinggi dan laba bank akan meningkat. Ukuran yang ditentukan Bank Indoneisa untuk ROA bank dinilai sehat apabila rasio minimal 1,215% pada tahun yang bersangkutan.

  Penelitian yang dilakukan Hsien dan Chi (2003), menunjukan ROA berpengaruh positif terhadap struktur modal atau DER.

2.1.2.4. Ukuran Perusahaan ( firm size)

  Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki oleh perusahaan (Saidi, 2004).Dalam penelitian ini, pengukuran terhadap ukuran perusahaan mengacu pada penelitian Saidi (2004), dimana ukuran perusahaan di- proxy dengan nilai logaritma natural dari total asset (natural logarithm of asset).

  Perusahaan yang lebih besar cenderung memiliki sumber permodalan yang lebih terdiversifikasi sehingga semakin kecil kemungkinan untuk bangkrut dan lebih mampu memenuhi kewajibannya, sehingga perusahaan besar cenderung mempunyai hutang yang lebih besar daripada perusahaan kecil (Rajan dan Zingales, 1995 dalam R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto, 1999). Logaritma dari total assets dijadikan indikator dari ukuran perusahaan karena jika semakin besar ukuran perusahaan maka asset tetap yang dibutuhkan juga akan semakin besar.

  Menurut Riyanto (2001) perusahaan yang lebih besar dimana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualannya dibandingkan perusahaan yang lebih kecil. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan, kecenderungan untuk memakai dana eksternal juga semakin besar. Hal tersebut dikarenakan perusahaan besar memiliki kebutuhan dana yang besar dan salah satu alternatif pemenuhan dananya adalah dengan menggunakan dana eksternal yaitu dengan menggunakan hutang. Sehingga semakin besar ukuran perusahaan cenderung untuk menggunakan hutang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan dananya daripada perusahaan kecil.

2.2. Penelitian Terdahulu.

  Penelitian yang berhubungan dengan struktur modal telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya, sehingga beberapa poin penting dari hasil penelitian sebelumnya dapat dijadikan dasar dalam penelitian ini. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu mengenai struktur modal.

  Titman and Wessel(1988), menganalisis delapan faktor yang mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan. Hasil penelitian ini adalah aset yang dijadikan jaminan (collateral value of assets), penghematan pajak selain hutang (non-debt tax shield), pertumbuhan (growth), dan volatilitas pendapatan (earning volatility) terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan. Sedangkan faktor-faktor yang lain seperti keunikan (uniqueness), jenis industri (industry classification), ukuran perusahaan (firm

  size ),dankeuntungan (profitability)terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal perusahaan.

  R. Agus Sartono dan Ragil Sriharto (1999), dalam penelitiannya yang berjudul Faktor-Faktor Penentu Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia, berusaha menganalisis variabel-variabel apa saja yang berpengaruh terhadap sturktur modal. Penelitian ini memberikan hasil bahwa variabel size, dan

  growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan

  variabel tangibility of assets, growth opportunities, dan uniqueness tidak berpengaruh terhadap struktur modal .

  Penelitian tentang struktur modal juga dilakukan oleh Sartono dan Sriharto (1999). Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil yang diperoleh bahwa ukuran perusahaan, profitabilitas dan pertumbuhan mempengaruhi secara kuat struktur modal di Indonesia.

  Dengan menggunakan periode tahun 1996, Mayangsari (2001), menganalisis variabel-variabel yaitu: struktur asset, tingkat pertumbuhan, besaran perusahaan, profitabilitas, operating leverage, dividend payout ratio dan perubahan modal kerja berpengaruh pada sumber pendanaan perusahaan manufaktur di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel-variabel yang signifikan mempengaruhi kebijakan pendanaan eksternal adalah besaran perusahaan, profitabilitas, struktur asset, dan perubahan modal.

  Laili Hidayati, et al (2001), melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Keuangan Perusahaan Manufaktur yang go public di Indonesia. Dari penelitiannya itu diambil kesimpulan bahwa

  

firm size dan profitability berpengaruh signifikan negatif terhadap faktor leverage.

Fixed assets ratio berpengaruh positif dan signifikan terhadap faktor leverage.

  Sedangkan market to book ratio, corporate tax rate, non debt tax shields ratio, volatility, dan assets uniqueness tidak terbukti mempengaruhi struktur keuangan.

  Hsien dan Chi (2003), melakukan penelitian dengan judul The Determinants of The Capital Structure of Commercial Banks in Taiwan, dengan variabel dependen adalah DER dan variabel independennya adalah ROA, NPM, dan LDR, menunjukan bahwa variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struk tur modal atau DER.

  Penelitian yang dilakukan oleh Saidi (2004), tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dengan menggunakan variabel independen antara lain : ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan asset, profitabilitas dan struktur kepemilikan, menghasilkan suatu temuan yang menyatakan bahwa secara simultan, semua variable independen berpengaruh terhadap struktur modal. Namun, secara parsial hanya variabel risiko bisnis berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal.

  Nugroho (2009), yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2005-2007. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa risiko bisnis dan ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Sedangkan struktur aktiva dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal.

  Penelitian yang dilakukan Laksmi (2010), yang menganalisis pengaruh

  

size , resiko bisnis, pertumbuhan asset, dan profitabilitas terhadap struktur modal

  pada sektor automotive and allied product, Hasilnya adalah variabel ukuran perusahaan (size) dan resiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER), kemampulabaan (profitability) yang di proxy dengan net profit

  

margin (NPM) berpengaruh negative dan signifikan terhadap struktur modal serta

  pertumbuhan asset (growth of assets) berpengaruh signifikan terhadap struktur modal (DER).

  Penelitian yang dilakukan oleh Arli (2010), pada Perusahaan Manufaktur yang go public di Indonesia 2005-2007, dengan variabel independen yang terdiri dari ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva dan profitabilitas mendapatkan hasil bahwa risiko bisnis (DOL) dan Pertumbuhan aktiva (GROW) tidak berpengaruh terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh positif dan signifikan terhadap struktur modal dan Profitabilitas (NPM) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap struktur modal.

  Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian terdahulu. Perbedaan antara penelitian yang akan dilakukan dan penelitian terdahulu terletak pada periode pengamatan yang digunakan yaitu tahun 2010-2012. Periode penelitian yang lebih up date dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi dari pengaruh variabel-variabel independen tersebut terhadap struktur modal. Selain itu sampel perusahaan yang digunakan yaitu perusahaan perbankan yang listing di Bursa Efek Indonesia.

  2.3. Kerangka Pemikiran. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pertumbuhan Aktiva Price Earning Ratio Struktur modal (DER) Return on Aseet Ukuran Perusahaan

  Mengacu kepada beberapa penelitian mengenai struktur modal yang telah dilakukan peneliti sebelumnya, maka variabel penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen yang berupa struktur modal perusahaan yang diproksi dengan DER. Variabel independen dalam penelitian ini berupa pertumbuhan aktiva, price earning ratio,

  

return on asset ,dan ukuran perusahaan sebagai factor yang mempengaruhi

struktur modal perusahaan.

  Berdasarkan landasan teori, tujuan penelitian dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar 2.1, kerangka pemikiran tersebut menunjukkan variabel independen baik secara parsial maupun simultan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan perbankan yang listing di BEI.

2.4. Hipotesis.

  Suatu hipotesis akan diterima jika hasil analisis data empiris membuktikan bahwa hipotesis tersebut benar, begitu pula sebaliknya. Dalam penelitian ini, hipotesis yang dapat dikemukakan berdasarkan kerangka pemikiran adalah : antara pertumbuhan aktiva, price earning ratio, return on asset,dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal (DER).

  Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penulis membuat hipotesis sebagai berikut:

1. H1 : Pertumbuhan Aktiva memiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity Ratio , ceteris paribus.

  2. H2 :Price Earning Ratio memiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity Ratio , ceteris paribus.

  3. H3 :Return on Asset memiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity Ratio, ceteris paribus.

  4. H4 :Ukuran Perusahaanmemiliki pengaruh terhadap tingkat Debt to Equity Ratio , ceteris paribus.

  5. H5 : Pertumbuhan total asset (GROWTH), Price Earning Ratio(EPS), Return

  

on Asset (ROA), Ukuran Perusahaan (SIZE) secara simultan terhadap Debt to

Equity Ratio, ceteris paribus.

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Perbankan Yang Listing Di BEI

1 44 75

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Perbankan Syariah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profit Distribution Manajement Pada Unit Usaha Syariah Di Indonesia

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Teori Keagenan - Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberadaan Komite Manajemen Risiko Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 2011-2014

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Return saham - Pengaruh Struktur Aset, Struktur Modal Dan Profitabilitas Terhadap Return Saham Perusahaan Perbankan Yang Telah GO Publik Dan Terdaftar DI BEI Tahun 2010-2013

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal - Pengujian Peckingorder Theory Dalam Pembentukan Struktur Modal Pada Perusahaan Consumer Goods Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2010-2013

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Profitabilitas - Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Struktur Modal 2.1.1.1. Pengertian Struktur Modal - Pengaruh Growth Opportunity, Liquidity, Profitability, dan Tangibility terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efe

0 0 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Auditing - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

0 0 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Sektor Aneka Industri Dan Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Perbankan - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011

0 0 13