BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Auditing - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teoritis

2.1.1. Auditing

  Berdasarkan Committee on Basic Accounting Concept-a statement of basic

  auditing concept (1991 : 2), menyatakan pengertian auditing sebagai

  Suatu proses sistematis yang secara objektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta mengomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, 2002 : 9).

  Berdasarkan defenisi di atas maka terdapat unsur-unsur penting yang mendasari istilah auditing sebagai berikut:

  1. Suatu proses sistematis Auditing sebagai suatu proses sistemetis adalah berupa rangkaian langkah atau prosedur yang logis, bererangka dan terorganisasi. Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi, dan bertujuan.

  2. Memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif Tercapainya tujuan auditing ini, diperlukan bukti-bukti dengan mutu dan jumlah yang memadai. Bukti audit diperoleh sebagai informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang sedang diaudit disajikan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan, atau tidak. Bahan bukti audit dapat diperoleh melalui pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, pengamatan auditor, tanya jawab dengan klien, pelaksanaan ulang (reperformance), dan prosedur analitis. Bukti audit yang telah ditetapkan dievaluasi secara objektif tanpa memihak dan berprasangka, baik kepada klien maupun kepada pihak ketiga ( pemakai hasil audit). Memperoleh dan mengevaluasi bukti dalam proses audit merupakan aktivitas utama auditor dalam pelaksanaan audit.

  3. Pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi Pernyataan mengenai kejadian atau kegiatan ekonomi merupakan hasil proses akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang dalam bentuk yang teratur dan logis dengan tujuan untuk menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan. Proses akuntansi menghasilkan pernyataan yang disajikan dalam laporan keuangan yang dapat berupa laporan pusat pertanggungjawaban tertentu dalam perusahaan.

4. Menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan dan kriteria yang telah ditetapkan.

  Tujuan auditor melakukan proses audit adalah menentukan apakah pernyataan pihak yang diaudit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang digunakan untuk menguji informasi dari proses akuntansi dapt berupa; peraturan atau kebijakan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu, anggaran atau ukuran kinerja lainnya yang ditetapkan perusahaan, prinsip akuntansi yang berlaku umum (SAK) yang ditetapkan FASB (Financial

  Accounting Standards Board) serta badan pengatur lainnya. Misalnya seorang auditor yang bekerja di instansi pajak, di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menggunakan kriteria undang-undang, prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan peraturan yang dikeluarkan pemerintah, perusahaan swasta, serta instansi pajak yang terkait. Jadi, kriteria yang dipakai dalam suatu audit tergantung kepada tujuan audit yang bersangkutan.

  5. Penyampaian hasil kepada pihak yang berkepentingan. Penyampaian hasil ini dilakukan melalui laporan tertulis dalam bentuk laporan audit yang merupakan penyampaian hasil-hasil temuan kepada para pemakai laporan. Laporan audit menyatakan tingkat kesesuaian antara informasi yang diperiksa dengan kriteria yang ditetapkan. Laporan yang satu dapat berbeda dengan laporan lainnya tetapi pada dasarnya semuanya harus mampu menyampaikan kepada pihak yang berkepentingan yaitu para pemegang saham, manajemen perusahaan, kreditur, calon investor dan kreditur, masyarakat luas dan kantor pemerintah.

2.1.2. Opini Audit

  Menurut IAI 2001: SA Seksi 110 paragraf 01 bahwa tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah “untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia”. Opini audit disampaikan auditor dalam paragraf pendapatan dalam bagian laporan audit yang menyatakan kesimpulan auditor berdasarkan hasil audit yang dilakukan melalui beberapa tahap audit. Laporan audit ini sangat penting karena laporan tersebut menginformasikan kepada pengguna laporan tentang apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperoleh atas temuan audit. Opini audit berkaitan langsung dengan standar auditing yang berlaku umum dan temuan-temuan audit. Auditor diwajibkan untuk menyatakan pendapat tentang laporan keuangan secara keseluruhan, termasuk kesimpulan menyangkut apakah perusahaan dalam menyusun laporan keuangannya sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum atau tidak.

  Auditor dapat memilih tipe pendapat yang akan dinyatakan atas laporan keuangan perusahaan. Tipe pendapat dalam Mulyadi (2002 : 20) tersebut adalah pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelas (unqualified opinion with

  explanatory language) , pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), pendapat tidak wajar (adverse opinion) dan pernyataan tidak

  memberikan pendapat (disclaimer of opinion). Berdasarkan IAI, 2001: SA seksi 508, kelima pendapat tersebut dijelaskan sebagai berikut: a.

  Pendapat Wajar tanpa Pengecualian (unqualified opinion) Pendapat wajar tanpa pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat wajar tanpa pengecualian diberikan auditor jika tidak terjadi pembatasan dalam lingkup audit dan tidak terdapat pengecualian yang signifikan mengenai kewajaran dan penerapan standar akuntansi keuangan dalam penyusunan laporan keuangan, konsistensi penerapan standar akuntansi keuangan tersebut, serta pengungkapan memadai dalam laporan keuangan. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan standar akuntansi keuangan, jika memenuhi syarat berikut ini:

  1. Standar akuntansi digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan.

  2. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup jelas.

  3. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan dijelaskan dengan cukup dalam laporam keuangan.

  b.

  Pendapat Wajar tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelasan (unqualified opinion report with explanatory language).

  Keadaan tertentu mungkin mengharuskan auditor menambahkan suatu paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan auditnya. Keadaan yang menjadi penyebab ditambahkannya suatu paragraf penjelas dalam laporan audit baku adalah:

  1. Pendapat auditor sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.

  2. Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan-keadaan yang luar biasa, laporan keuangan disajikan menyimpang dari suatu prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh IAI.

  3. Jika terdapat kondisi dan peristiwa yang semula menyebabkan auditor yakin tentang adanya kesangsian mengenai kelangsungan hidup entitas, namun setelah mempertimbangkan rencana manajemen, auditor berkesimpulan bahwa rencana manajemen tersebut dapat secara efektif dilaksanakan dan pengungkapan mengenai hal itu memadai.

  4. Di antara periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan prinsip akuntansi atau dalam metode penerapannya.

  5. Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan auditor atas laporan keuangan komparatif.

  6. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) namun tidak disajikan atau tidak di-review.

  7. Ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi berlaku umum.

  8. Informasi tambahan yang diharuskan oleh IAI telah dihilangkan, yang penyajiannya menyimpang jauh dari panduan yang dikeluarkan dewan tersebut dan auditor tidak dapat melengkapi prosedur audit yang berkaitan dengan informasi tersebut, atau auditor tidak dapat menghilangkan keragu-raguan yang besar apakah informasi tersebut sesuai dengan panduan yang dikeluarkan oleh IAI.

  9. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan auditan secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

  c.

  Pendapat wajar dengan Pengecualian (qualified opinion) Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal yang berhubungan dengan yang dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana:

  1. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak menyatakan tidak memberikan pendapat.

  2. Laporan keuangan berisi penyimpanagan dari prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia, yang berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak meyatakan pendapat tidak wajar. Auditor harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan dalam satu atau lebih paragraf terpisah yangd icantumkan sebelum paragraf pendapat .

  d.

  Pendapat tidak Wajar (adverse opinion) Pendapat tidak wajar menyatakan bahwa laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas entitas tertentu sesuai dengan prinsi akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Jika auditor memberikan pendapat tidak wajar maka informasi yang disajikan klien sama sekali tidak dapat dipercaya sehingga tidak dapat dipakai oleh pemakai informasi untuk mengambil keputusan.

  e.

  Pendapat tidak Memberikan Pendapat (disclaimer opinion) Pernyataan tidak memberikan pendapat menyatakan bahwa auditor tidak menyatakan pendapat atas laporan keuangan. Pernyataan tidak memberikan pendapat adalah cocok jika auditor tidak melaksanakan audit yang lingkupnya memadai untuk memungkinkannya memberikan pendapat atas laporan keuangan.

2.1.3. Going Concern

  Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Kelangsungan

  hidup entitas dianggap sebagi kemampuan perusahaan mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek.

  Going concern dipakai sebagai suatu asumsi dalam pelaporan keuangan

  sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang berlawanan. Menurut IAI, 2001 : SA Seksi 341, paragraf 01, menyatakan bahwa,

  Informasi yang secara signifikan berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup entitas adalah berhubungan dengan ketidakmampuan entitas dalam memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa lainnya.

  Auditor harus teliti melihat adanya ketidakpastian dalam perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adapun faktor-faktor yang dapat menimbulkan ketidakpastian mengenai kemampuan perusahaan untuk mempertahankan keberlangsungan usahanya adalah sebagai berikut (Arens, 2008 : 66): a.

  Kerugian operasi atau kekurangan modal kerja yang berulang dan signifikan.

  b.

  Ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajibannya ketika jatuh tempo.

  c.

  Kehilangan pelanggan utama, terjadi bencana yang tidak dijamin oleh asuransi seperti gempa bumi, banjir, atau masalah ketenagakerjaan yang tidak biasa.

  d.

  Pengadilan, perundang-undangan, atau hal-hal serupa lainnya yang sudah terjadi dan dapat membahayakan kemampuan entitas untuk beroperasi.

2.1.4. Opini audit going concern

  Pernyataan Standar Auditing (PSA) 29 paragraf 11 huruf d (IAI, 2001: SA Seksi 508, paraf 11) menyatakan bahwa kesangsian yang besar tentang kemampuan satuan usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), yang dinyatakan oleh auditor.

  Auditor bertanggung jawab untuk mengevaluasi apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan entitas mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Namun “auditor tidak bertanggung jawab memprediksi kondisi yang akan datang bahwa entitas kemungkinan akan berakhir kelangsungan hidupnya setelah menerima laporan auditor yang tidak memperlihatkan kesangsian besar, dalam jangka waktu satu tahun setelah tanggal laporan audit” (IAI, 2001: SA Seksi 341). Hal ini tidak berarti menunjukkan bahwa kinerja auditor dalam mengaudit tidak memadai. Oleh karena itu tidak dicantumkannya kesangsian going concern dalam laporan auditor tidak seharusnya dipandang sebagai jaminan kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.

  Menurut IAI, 2001: SA Seksi 341, paraf 06 kondisi dan peristiwa yang menjadi pertimbangan seorang auditor dalam memberikan opini going concern, namun pertimbangan auditor tidak terbatas pada kondisi dan peristiwa tersebut, sebagai berikut: a.

  Trend negatif, contohnya kerugian operasi yang berulang kali terjadi, kekurangan modal kerja, arus kas negatif dari kegiaan usaha, rasio keuangan penting yang jelek.

  b.

  Petunjuk lain tentang kesulitan keuangan, contohnya kegagalan dalam memenuhi kewajiban utangnya atau perjanjian serupa, penunggakan pembayaran dividen, penolakan oleh pemasok terrhadap pengajuan permintaan kredit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhan untuk mencari sumber atau metode pembelanjaan baru, atau penjualan sebagian besar aktiva.

  c.

  Masalah intern, contoh pemogokan kerja atau kesulitan hubungan perburuhan yang lain, ketergantungan besar atas sukses projek tertentu, komitmen jangka panjang yang tidak bersifat ekonomi, kebutuhan untuk secara signifikian memperbaiki operasi. d.

  Masalah luar yang telah terjadi, contoh pengajuan gugatan pengadilan, keluarnya undang-undang yang mengancam keberadaan perusahaan, kehilangan franchise, lisensi atau paten yang penting, kehilangan pelanggan atau pemesok utama, serta kerugian akibat bencana besar seperti gempa bumi, banjir, kekeringan, yang tidak diasuransikan atau diasuransikan namun dengan pertanggungan yang tidak memadai.

  Panduan bagi seorang auditor untuk mempertimbangkan pernyataan pendapat atau pernyataan tidak memberikan pendapat dalam hal auditor menghadapai masalah kesangsian atas kemampuan entitas dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dapat dilihat dalam gambar 2.1. Apakah ada kondisi dan/atau peristiwa

  Tidak

  yang berdampak SA Seksi 508 terhadap

  [PSA No. 29} kelangsungan hidup entitas?

  Ya

  Apakah auditor

  Ya Tidak

  Apakah ada sangsi atas rencana kelangsungan manajemen? hidup entitas?

  Tidak memberikan

  Ya

  pendapat Apakah rencana

  Tidak

  manajemen dapat dilaksanakan?

  Tidak

  Tidak memberikan

  Ya

  pendapat Apakah cukup pengungkapan?

  Tidak Ya

  Pendapat Pendapat wajar tanpa pengecualian Pendapat wajar wajar tanpa dengan paragraf penjelas. Berkaitan dengan pengecualian dengan kelangsungan hidup entitas pengecualian atau atau penekanan atas suatu hal pendapat tidak (emphasis of a matter) wajar

Gambar 2.1 Pedoman pernyataan pendapat Going concern (sumber: IAI, 2001: SA Seksi 341. Lampiran

2.1.5. Akuntansi Perbankan

2.1.5.1. Pengertian bank

  Menurut UU Nomor 10 Tahun 1998, pasal 1, “bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Berdasarkan definisi tersebut, bank memiliki tiga fungsi utama secara umum yaitu: a.

  Menghimpun dana dari masayarakat.

  Bank menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Bank akan membayar sejumlah tertentu atas penghimpunan dana masyarakat yang besarnya tergantung jenis simpanannya. Penghimpunan dana dalam bentuk simpanan merupakan sumber dana bank yang terbesar. Dalam perkembangannya penghimpunan dana tidak hanya dengan simpanan seperti menawarkan produk giro, tabungan dan deposito, akan tetapi produk penghimpun dana lainnya, seperti surat berharga, pasar uang antarbank dan obligasi. Masyarakat dapat menempatkan dan menarik dananya kapanpun, sesuai dengan jenis simpanan yang dimilikinya.

  b.

  Menyalurkan dana kepada masyarakat Penyaluran dana yang dilakukan bank sebagian besar dalam bentuk kredit/pinjaman. Atas kredit/pinjaman yang diberikan, bank akan memperoleh balas jasa berupa bunga. Dalam perkembangannya , bank dapat menyalurkan dananya dengan membeli sertifikat Bank Indonesia, menyalurkan dana melalui pasar uang antarbank, surat-surat berharga, obligasi, dan lain-lain. Bank menyalurkan dananya dalam aktiva produktif yaitu aktiva yang dapat menghasilkan keuntungan.

  c.

  Memberikan pelayanan dalam bentuk jasa-jasa perbankan Pelayanan jasa bank merupakan aktivitas pendukung, yang dapat berupa jasa bank dalam negeri dan jasa bank luar negeri. Jasa bank dalam negeri terkait dengan transaksi antarbank dalam negeri, seperti jasa transfer, pemindahbukuan, kliring, save deposit box, surat-surat berharga, dan lain-lain.jas bank luar negeri terkait dengan transaksi dengan bank asing di luar negeri, seperti letter of credit,

  

travellers check,swif , negosiasi wesel expor, dan lain-lain. Imbalan atas

pelayanan jasa perbankan merupakan pendapatan fee dan komisi.

2.1.5.2. Akuntansi bank

  Menurut Affif, dkk. (1996 : 195), “Akuntansi perbankan dapat didefenisikan seni yang secara sistematis mencatat, menyajikan dan menafsirkan transaksi- transaksi keuangan seperti menerima setoran, memberikan kredit, memindahkan dana-dana dan jasa lainnya yang berlaku dalam bisnis bank". Hasil dari transaksi akuntansi bank berupa laporan keuangan bank.

  Laporan keuangan bank bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan, dan bertujuan juga untuk pengembilan keputusan. “Laporan keuangan lengkap terdiri dari: neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan” (PAPI : 2008 : 1).

2.1.5.3. Audit Perbankan

  Banyaknya masalah-masalah yang dihadapi sebagian besar bank, maka tuntutan untuk melaksanakan kegiatan audit adalah suatu keharusan. Audit pada perusahaan perbankan berguna untuk membantu bank menekan resiko yang dihadapinya. Adapun resiko yang dihadapi bank meliputi: a.

  Resiko Ekstern Resiko yang disebabkan adanya perubahan dalam keadaan ekonomi baik karena adanya perubahan dalam negeri, termasuk kebijakan pemerintah atau sebagai akibat adanya pengaruh perekonomian internasional.

  b.

  Resiko Intern Resiko yang disebabkan adanya misjudgement, penyelewengan- penyelewengan, pelanggaran terhadap peraturan yang berlaku, dan praktik perbankan yang tidak sehat.

  c.

  Resiko Kredit Menurut Tawaf (1999 : 11), penyebab timbulnya resiko kredit pada bank, antara lain disebabkan oleh:

  • Prosedur pemberian kredit yang tidak sehat.
  • Perubahan keadaan ekonomi pada umumnya atau pada sektor industri tertentu.
  • Konsentrasi pemberian kredit kepada debitur, grup debitur atau sektor ekonomi tertentu.
  • Penurunan kemampuan usaha debitur.

  d.

  Resiko Likuiditas Bank menghadapi resiko likuiditas apabila bank terlalu besar memberikan kredit yang dibiayai dengan pinjaman jangka pendek atau penyebaran kredit yang tidak merata. Apabila bank mengalami kekurangan likuiditas, dan auditor menemukan bukti bahwa bank menjual aktiva tertentu untuk memenuhi kebutuhan likuiditas tersebut, maka auditor harus mempertimbangkan kewajaran dasar akuntansi aktiva yang akan dijual oleh bank.

  e.

  Resiko Bawaan/Inheren Resiko ini kemungkinan disebabkan terjadinya kekeliruan dan ketidakberesan atau unsur pelanggaran hukum oleh bank.

  Sehubungan dengan berbagai resiko yang dihadapi oleh bank, maka menurut Tawaf (1999 : 12), Bank wajib memelihara modal yang cukup, sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Ketentuan tersebut memperkuat perlunya struktur pengendalian intern yang dapat memberikan keyakinan yang memadai (reasonable

  assurance ) atas kewajaran pemupukan modal dan penggungkapan tentang modal yang diwajibkan.

  Dalam pelaksanaan operasi perbankan yang tidak pernah lepas dari berbagai resiko, maka fungsi audit perbankan sangat penting karena fungsi audit perbankan tersebut adalah untuk membantu semua tingkatan manajemen yang ada pada bank dalam mengamankan kegiatan operasional bank yang melibatkan dana masyarakat yang luas. Dalam struktur bank, terlihat bahwa modal yang disetor oleh pemilik bank tidak sebanding dengan dana yang ditanamkan masyarakat pada bank tersebut. Dari sisi ini, tampak bahwa peran dan pengamanan dana masyarakat merupakan prioritas utama terhadap pemeriksaan bank oleh auditor.

2.1.6. Kualitas Audit

  Audit yang berkualitas adalah audit yang dilaksanakan oleh auditor yang kompeten dan orang yang independen. Auditor yang kompeten adalah auditor yang memiliki kemampuan teknologi, memahami dan melaksanakan prosedur audit yang benar, memahami dan menggunakan metode penyampelan yang benar, dll. Sebaliknya auditor yang independen adalah auditor yang jika menemukan pelanggaran, akan secara independen melaporkan pelanggaran tersebut.

  “Probabilitas auditor akan melaporkan adanya pelanggaran atau independensi auditor tergantung pada tingkat kompetensi mereka” (Novanda, dkk, 2012).

  Seorang auditor bertanggung jawab menyediakan informasi yang berkualitas tinggi yang akan berguna untuk pengambilan keputusan para pemakai laporan keuangan. “Auditor yang mempunyai kualitas audit yang baik lebih cenderung mengeluarkan opini audit going concern apabila klien tidak mempunyai masalah mengenai kelangsungan hidup perusahaannya” (Arga dan Linda, 2007).

  Penelitian De Angelo (1981) dalam Setyarno (2006) menyatakan bahwa “auditor skala besar memiliki insentif yang lebih untuk menghindari kritikan kerusakan reputasi dari pada auditor skala kecil”. Auditor skala besar juga lebih cenderung mengungkapkan masalah-masalah yang ada karena mereka lebih kuat menghadapi resiko proses peradilan. Argumen tersebut berarti bahwa auditor skala besar memiliki kemungkinan atau dorongan yang lebih untuk melaporkan masalah going concern kliennya. Hal ini menunjukkanbahwa KAP yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan KAP yang lebih kecil.

  Kualitas audit diproksikan dengan kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan The big four dan tidak berafiliasi dengan The big four (non big four). Ukuran kantor akuntan publik big four didasarkan pada tingkat pendapatan yang paling tinggi diperoleh selama melakukan tugas audit dan jasa lainnya. Umumnya KAP The big four memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan KAP non-big four. Hal ini disebabkan oleh tiga hal yaitu: a.

  KAP The big four umumnya memiliki reputasi yang lebih baik dibanding dengan KAP non-big four.

  b.

  KAP The big four memiliki sumber daya manusia yang banyak sehingga mampu memperoleh tenaga kerja yang lebih terampil dan kompeten.

  c.

  KAP The big four juga lebih cenderung mengungkapkan apa yang ada karena siap menghadapi resiko proses pengadilan.

2.1.7. Opini Audit Tahun Sebelumnya

  Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Opini audit tahun sebelumnya ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu auditee dengan opini audit going

  

concern / going concern audit opinion (GCAO) dan tanpa opini going concern/

non going concern audit opinion (NGCAO).

  Mutchler (1984) dalam Eko, dkk (2006 : 9) melakukan wawancara dengan praktisi auditor yang menyatakan bahwa “perusahaan yang menerima opini audit

  

going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini

  yang sama pada tahun berjalan”. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan kembali opini audit going cocern pada tahun berikutnya.

  2.1.8. Pertumbuhan Perusahaan

  Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan dengan rasio laba operasi. Rasio laba operasi perusahaan ini mengukur seberapa baik aspek pemasaran dan bagaimana efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya. Semakin tinggi rasio laba operasi perbankan ini, akan semakin kecil kemungkinan auditor menerbitkan opini audit going concern.

  2.1.9. Ukuran perusahaan Pada penelitian ini ukuran perusahaan diproksikan dengan total nilai aktiva.

  Total nilai aktiva terdiri dari jumlah current asset, fixed asset, intangible asset dan investment.

  Perusahaan besar cenderung memiliki public demand akan informasi yang lenih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil. Public demand akan informasi yang tinggi terhadap perusahaan memungkinkan tumbuhnya kepercayaan akan produk yang dihasilkan perusahaan tersebut. Kepercayaan tersebut dapat meningkatkan tingkat keberhasilan usaha perusahaan tersebut. Mutchler (1985) dalam Arga (2007:146) menyatakan bahwa “auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahan kecil karena auditor mempercayai bahwa perusahaan-perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan- kesulitan keuangannya dari pada perusahaan kecil”.

2.1.10. Profitabilitas

  “Profitabilitas adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan” (Kasmir, 2008 : 196). Profitabilitas suatu perusahaan menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan aktiva atau modal yang digunakan untuk menghasilkan laba. Tujuan dari analisa profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Analisa ini juga untuk mengetahui hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada pada neraca bank yang bersangkutan guna mendapatkan berbagai indikasi yang berguna untuk mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan. Dalam penelitian ini prifitabilitas diproksikan dengan Return on Assets (ROA).

  Menurut Sofyan (2008: 305), “Return on Asset (ROA) adalah rasio yang diperoleh dengan membagi Laba/ Rugi bersih dengan Total Asset”. Ratio ini digunakan untuk menggambarkan kemampuan manajemen bank dalam memperoleh laba dan manajerial efisiensi secara keseluruhan. Semakin tinggi nilai ROA semakin efektif pula pengelolaan aktiva perusahaan.

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

  Penelitian ini merujuk pada penelitian terdahulu dalam tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No Peneliti Judul Analisis Variabel Hasil (Tahun) Penelitian

  1 Hani dkk Going Regresi Independen: Quick ratio, (2003) Concern dan logistik return on

  • Quick ratio Opini Audit: assets, dan
  • Banking Suatu Studi interes margin ratio

  • Return on asset
  • Interest margin of loans
  • Capital ratio
  • Capital adequacy ratio
  • Kualitas audit
  • Kondisi keuangan perusahaan
  • Opini audit tahun sebelumnya
  • Pertumbuhan perusahaan

  Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini

  Regresi logisik Independen:

  Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan opini audit

  3 Santosa dan Wedari (2007)

  concern.

  sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit going

  going concern

  Dependen: Opini audit going concern

  Regresi logisik Independen:

  Going Concern.

  Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit

  2 Setyarno, dkk (2006)

  Dependen: Opini audit going concern of loans berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern sedangkan banking ratio, capital ratio, dan capital adequacy ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

  Pada Perusahaan Perbankan di BEJ

  Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap

  • Kualitas audit
  • Kondisi keuangan perusahaan
  • Opini audit tahun sebelumnya
  • Pertumbuhan perusahaan
  • Ukuran perusahaan

  • Quick ratio
  • Banking

  dan capital

  • Interest
  • Capital

  audit client tenure, kualitas

  ukuran perusahaan, kondisi keuangan,

  Debt default,

  Regresi logistik Independen:

  Analisis Pengaruh Faktor Perusahaan, Kualitas Auditor, Kepemilikan Perusahaan Terhadap Penerimaan

  5 Januarti (2009)

  berpengaruh signifikan terhadap opini audit.

  return on assets dan interest margin of loans tidak

  berpengaruh signifikan terhadap opini audit sedangkan

  adequancy ratio

  • Return on

  Dependen: Opini audit

  Quick ratio, banking ratio,

  adequacy ratio

  margin of loans

  asset

  ratio

  Regresi logistik Independen:

  Pengaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas, dan Solvabilitas Bank Terhadap Opini Audit pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

  4 Singh (2008)

  Dependen: Penerimaan opini audit going concern penerimaan opini audit going concern sedangkan kualitas audit, kondisi keuangan, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

  going concern

  • Kondisi keuangan
  • Debt default
  • Ukuran perusahaan
  • Opini audit tahun sebelumnya
  • Audit lag

  audit dan opini tahun sebelumnya

  • Auditor client tenure
  • Kualitas audit
  • Opinion shopping
  • Kepemilikan manajerial dan institusional.

  concern .

  going concern

  berpengaruh terhadap penerimaan opini audit

  Altman Model

  Model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan

  going concern

  Dependen: Opini audit

  Regresi logistik Independen:

  Kajian Berdasarkan Model Prediksi Kebangkrutan, Profitabilitas, Kualitas Audit, dan Opini Audit Sebelumnya pada Perusahaan

  Going Concern :

  Opini Audit

  7 Novanda, dkk (2012)

  Pertumbuhan kredit, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going

  • Pertumbuhan kredit
  • Ukuran perusahaan
  • Pertumbuhan perusahaan.

  going concern

  Dependen: Opini audit

  Regresi logistik Independen:

  Analisis Pertumbuhan Kredit, Ukuran Perusahaan, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Going Concern pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di BEI

  6 Julaeha (2010)

  kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan

  opinion shopping, dan

  Dependen: Opini audit going concern berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern sedangkan audit lag,

  (Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI)

  Going Concern

  Opini Audit

  • Model prediksi kebangkrutn
  • Profitabilitas • Kualitas audit
  • Opini audit tahun sebelumnya

  sedangkan model prediksi kebangkrutan dengan menggunakan Perbankan Springate yang Listing di Model , Zmije Bursa Efek wski Model , Indonesia dan

  Revised Alt man Model ,

  ROA, kualitas audit, dan opini audit sebelumnya tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern . Sumber: Data Diolah Penelitian

2.3. Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual penelitian merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori dan penelitian terdahulu yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis. Berdasarkan uraian teoritis dan tinjauan penelitian terdahulu, maka variabel independen penelitian ini adalah kualitas audit, opini audit tahun sebelumnya, pertumbuhan perusahaan, ukuran perusahaan dan profitabilitas dalam melakukan penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern. Hubungan antara faktor yang mempengaruhi penerimaan opini audit going concern dapat digambarkan dalam kerangka konseptual sebagai berikut:

  H1 Kualitas audit

  (X 1) Opini audit tahun

  H2 sebelumnya (X 2)

  Opini audit going Pertumbuhan

  concern

  perusahaan ( Y )

  H3 (X 3)

  Ukuran perusahaan H4

  (X 4) Profitabilitas

  H5 (X 5)

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial dan tidak dapat mengetahui pengaruhnya secara simultan karena hasil pengujian dengan metode regresi logistik hanya ada pengujian secara parsial.

  Pemilihan auditor independen dengan kualitas audit tinggi dapat meningkatkan kredibilitas laporan keuangan sehingga investor dan pemakai laporan keuangan lainnya memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap informasi yang terdapat dalam laporan keuangan. Oleh karena itu, auditor independen dengan kualitas audit tinggi akan cenderung melakukan prosedur audit yang lengkap dalam rangka pengumpulan bukti audit sehingga status going concern perusahaan dapat diterapkan. Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang diterima auditee pada tahun sebelumnya atau 1 tahun sebelum tahun penelitian. Apabila pada tahun sebelumnya Perusahaan menerima opini audit

  

going concern , maka akan semakin besar kemungkinan perusahaan akan tetap

menerima opini audit going concern.

  Laba operasi perusahaan yang meningkat dari tahun ketahun dapat mengindikasikan kinerja perusahaan yang baik dalam penggunaan sumberdaya yang dimilikinya. Hal ini akan memungkinkan semakin kecilnya auditor menerbitkan opini audit going concern. Ukuran perusahaan diproksikan dengan total nilai aktiva perusahaan tersebut. Mc.Keown, et. al. (1991) menyatakan bahwa “perusahaan besar memiliki sedikit kemungkinan untuk gagal dalam melangsungkan usahanya”. Profitabilitas bank yang diproksikan dengan Return

  

on Assets menunjukkan kemampuan bank untuk mengelola entitasnya secara

  efisien sehingga mampu memberikan laba kepada bank. Semakin tinggi profitabilitas maka semakin rendah kemungkinan perusahaan menerima opini audit going concern dan sebaliknya.

2.4. Hipotesis Penelitian

  Menurut Erlina (2011 : 41), hipotesis adalah “proporsi yang dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”. Proporsi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenomena.

  Dengan demikian hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan kerangka koseptual yang telah diuraikan, dapat dirumuskan hipotesis sementara sebagai berikut : H

  1 : Kualitas audit berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern .

  H : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini

  2 audit going concern.

  H

  3 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern.

  H

  

4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going

concern .

  H

  5 : Profitabilitas berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern .

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 86 82

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2010-2012

2 64 98

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 50 95

Pengaruh Debt Default, Kualitas Audit, Dan Opini Audit Terhadap Penerimaan Opini Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 74 78

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Audit - Pengaruh Profitabilitas, Capital Adequacy Ratio, Dan Leverage Terhadap Opini Audit Going-Concern Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bei

0 0 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perusahaan Dalam Auditor Switchng Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Opini Audit - Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

Pengaruh Kualitas Audit, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Dan Rasio Keuangan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Auditing - Pengaruh Profitabilitas, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan, Dan Leverage Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di BEI

0 0 42