JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

SUSUNAN REDAKSI Pelindung :

Rektor Universitas Komputer Indonesia Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto

Penanggung Jawab :

Dekan FISIP Universitas Komputer Indonesia Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA

Pengarah :

Andrias Darmayadi, S.IP., M.Si., Ph.D Dr. Dewi Kurniasih, S.IP., M.Si. Drs. Manap Solihat, M.Si.

Pemimpin Redaksi :

Dewi Triwahyuni, S.IP., M.Si.

Anggota Redaksi :

Inggar Prayoga, S.I.Kom., M.I.Kom Poni Sukaesih Kurniati, S.IP., M.Si.

Tatik Fidowaty, S.IP., M.Si. Rino Adibowo, S.IP., M.I.Pol. Sangra Juliano, S.I.Kom., M.I.Kom Sylvia OctaPutri, S.IP.

Tata Usaha :

RatnaWidiastuti, A.Md

Terima Kasih Kepada Mitra Bestari

Prof. Dr. Samugyo Ibnu Redjo, Drs., MA Prof. Dr. Hj. Aelina Surya, Dra.

KEBIJAKAN EDITORIAL

Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu (JIPSi) adalah Jurnal yang memuat artikel ilmiah tentang gagasan konseptual, kajian teori, aplikasi teori dan hasil riset. JIPSi ini dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan dan informasi terkini dalam bidang ilmu politik dan ilmu komunikasi. JIPSi diterbitkan secara berkala oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Komputer Indonesia (FISIP Unikom) setiap enam bulan sekali.

JIPSi menerima artikel dalam dua bahasa, yaitu Bahasa Indoensia dan Bahasa Inggris. Artikel yang dikirimkan harus orisinal dan belum atau sedang dipublikasikan oleh Jurnal lain.

Artikel yang dimuat dalam JIPSi telah melalui proses seleksi mitra bestari atau editor dengan memperhatikan persyaratan baku publikasi Jurnal, metodologi penelitian dan kontribusi dalam pengembangan ilmu politik dan ilmu komunikasi. Naskah dikirimkan dengan format Ms.Word melalui email: Redaksi.Jipsi@gmail.com atau mengirimkan hard copy dilengkapi dengan soft copy/CDRW ke alamat redaksi JIPSI.

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi redaksi :

REDAKSI JIPSi

Jurnal Ilmu Politik dan Ilmu Komunikasi Gedung Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Komputer Indonesia Kampus II, Lt.I Jalan Dipatiukur No.112-116 Bandung 40132 Telp. (022) 2533676

Email: Redaksi.Jipsi@gmail.com Website: http://jipsi.fisip.unikom.ac.id Twitter: @RedaksiJIPSI

JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi Volume IV No.II/ Desember 2014

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP PERLUASAN MONEY LAUNDERING

DAN DRUGS TRAFFICKING DI INDONESIA

Rahmi Fitriyanti Dosen Hubungan Internasional FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Email: pipitfitriyanti77@gmail.com

Abstract

The formulation of the issues raised in this article is “How does globalization affect the expansion of the money laundering due to the activity of drugs trafficking?” The answer is to find out how the relationship between the effects of globalization with the current spread of money laundering and drugs trafficking. The goal was to determine strategies to overcome and combat money laundering for the sake of inhibiting the expansion of trafficking drugs to be taken into consideration for the government in making policy in the face of the TOC. Money laundering is intended to “move or remove” the perpetrators of the crime that resulted in proceeds of crime, separating the proceeds of crime from the crimes committed, enjoy the proceeds of crime without any suspicion directed at the perpetrators, as well as the re-investment of the proceeds of crime for action the next crime into legitimate business. Through the act of money laundering in violation of the law, then the proceeds of crime will be easily converted into a fund that seems to come from a legitimate source or legal. The modus operation of the crime of trafficking drugs, along with money laundering practices became more complex with

a variety of technological and financial engineering are quite complicated. The ability of local actors are also becoming more sophisticated. They use Internet technology as a medium to convey the method of compounding drugs to reduce the risk of arrest against the courier. The development of science and technology in the field of communication also integrate the financial system. Including banking system that many offer funding through the mechanism of interstate traffic funds that can be done in a short time. Negative impact due to escalation of crime in the national and international scale. So, the answer to this problem is expected to contribute to the development of international relations, both among practitioners and academics.

Keywords: money laundering, drugs trafficking, transnational organized crime (TOC), globalization

Abstrak

Rumusan masalah yang diangkat dalam artikel ini adalah “Bagaimana globalisasi berdampak terhadap perluasan money laundering akibat aktivitas drugs trafficking?” Jawabannya dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana keterkaitan antara dampak globalisasi dengan arus penyebaran money laundering dan drugs trafficking. Tujuannya adalah mengetahui strategi mengatasi dan memberantas money laundering demi menghambat perluasan drugs trafficking agar dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakannya dalam menghadapi TOC. Money laundering ini dimaksudkan untuk “memindahkan atau menjauhkan” para pelakunya dari kejahatan yang menghasilkan proceeds of crime, memisahkan proceeds of crime dari kejahatan yang dilakukan, menikmati hasil kejahatan tanpa adanya kecurigaan yang ditujukan pada para pelakunya, serta melakukan re-investasi hasil kejahatan untuk aksi kejahatan selanjutnya ke dalam bisnis yang sah. Melalui tindakan money laundering yang melanggar hukum, maka perolehan hasil kejahatan akan dengan mudah diubah menjadi dana yang seolah-olah berasal dari sumber yang sah atau legal. Modus operandi tindak pidana drugs trafficking yang disertai dengan praktik money laundering pun semakin kompleks dengan berbagai teknologi serta rekayasa keuangan yang cukup rumit. Kemampuan para pemain lokal juga semakin canggih. Mereka menggunakan teknologi internet sebagai media untuk menyampaikan metode peracikan obat-obatan terlarang untuk mengurangi risiko penangkapan terhadap kurirnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang komunikasi juga mengintegrasikan sistem keuangan. Termasuk sistem perbankan yang banyak menawarkan dana melalui mekanisme lalu-lintas dana antarnegara yang dapat dilakukan dalam waktu singkat. Dampaknya negatif karena meningkatkan eskalasi tindak pidana dalam skala nasional maupun internasional. Maka, jawaban terhadap permasalahan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan Hubungan Internasional, baik itu di kalangan praktisi maupun akademisi.

Kata Kunci: money laundering, drugs trafficking, transnational organized crime (TOC), globalisasi

JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014

1. Pendahuluan

Pidana Pencucian Uang. Sebab, sistem manajemen pengawasan wilayah perbatasan

1.1. Latar Belakang Masalah

juga turut berperan dalam keberhasilan Upaya berbagai negara untuk menanggulangi persoalan kejahatan

menyediakan keamanan bagi rakyatnya lintas batas melalui pendekatan secara dipengaruhi oleh keyakinan bahwa komprehensif dan integratif (comprehensive kualitas keamanan yang dapat disediakan and integrative approach). negara akan tergantung pada kemampuan

Kegiatan TOC berkembang meluas di negara, termasuk peran seluruh elemen seluruh dunia --termasuk di Indonesia— masyarakatnya dalam mengorganisir aparat akibat kemajuan era globalisasi di bidang keamanan pada koridor prinsip-prinsip teknologi, semakin meningkatnya demokrasi. perdagangan internasional, serta situasi

Persoalan perbatasan antarnegara geopolitik yang sangat terbuka pasca Perang menjadi isu nonmiliter yang sangat Dingin. penting dalam agenda keamanan nasional,

Guna memperluas jaringannya, terutama jika dikaitkan dengan ancaman

organisasi bisnis ilegal ini memanfaatkan dari kejahatan transnasional. Dalam hal

kemajuan teknologi komunikasi, informasi, ini, negara gagal (failed state) yang tidak

dan transportasi yang berkembang pesat. dapat melindungi wilayah perbatasannya

akan menghadapi berbagai persoalan Dalam hal ini, Shelley berpendapat ketidakamanan yang disebabkan oleh bahwa aktivitas organisasi kejahatan munculnya aktor nonnegara. Misalnya, transnasional meningkat karena dipicu seperti kelompok penjahat transnasional oleh meluasnya jangkauan bisnis legal yang (transnational organized crime) yang

didorong oleh berbagai kemudahan sebagai menjalankan aksi kejahatannya berupa konsekuensi dari kemajuan teknologi dan perdagangan narkotika, pencucian uang semakin terkaitnya ekonomi dunia satu (money laundering), dan sebagainya dengan 61 sama lain. memanfaatkan kelemahan kontrol di

Di antara bisnis illegal dalam kategori wilayah perbatasan untuk merencanakan, TOC adalah drugs trafficking, di mana hasil mempersiapkan, serta melakukan aktivitas kejahatannya tersebut dicuci bersih melalui kejahatannya. money laundering). Karenanya, pengaruh

Money laundering dikategorikan globalisasi terhadap perdagangan narkotika sebagai suatu kejahatan yang berdimensi transnasional tampak pada: internasional. Sebab, jenis kejahatan

1) Pertumbuhan sistem komunikasi dan ini biasanya juga melibatkan sistem

informasi global serta pembangunan keuangan internasional sehingga disebut

sistem keuangan global yang secara sebagai kejahatan lintas batas antarnegara

singkat dan mudah memberikan (transnational crime).

kesempatan pada perluasan jaringan Akibat besarnya dampak negatif yang

organisasi criminal

dapat ditimbulkan oleh TOC terhadap 2) Ketegangan akibat globalisasi, perekonomian suatu negara telah

krisis ekonomi global, serta transisi mendorong negara-negara di dunia dan

politik --terutama di negara-negara organisasi internasional untuk melakukan

61 Louise Shelley, “Transnational Organized Crime: An Imminent

pencegahan serta pemberantasan Tindak

Threat to the Nation-State?”, Journal of International Affairs, Vol. 48/2, Winter, 1995, h. 465.

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014 JIPSi

berkembang— telah memarginalisasi Indonesia yang dilatih di Akademi populasi masyarakat sehingga Penegakan Hukum Internasional di meningkatkan keinginan untuk

Bangkok, Thailand 64

bergabung dalam bisnis kejahatan

4) Lemahnya pengawasan terhadap karena dianggap dapat membantu

persoalan pencucian uang. Kasus membebaskan mereka dari kemiskinan

ini biasanya berhubungan dengan

3) Meningkatnya mobilitas antarnegara perdagangan narkotika, di mana akibat kemajuan transportasi dan

mafia akan memindahkan pasarnya ke komunikasi. Hal ini sangat penting bagi

negara-negara yang pengawasan dalam perkembangan sindikat internasional

penggunaan narkotikanya dinilai dalam membentuk dan memperluas

longgar seperti di Indonesia jangkauan serta jaringan organisasi

5) Tingkat kepastian hukum yang rendah. mereka secara efektif. 62

6) Adanya ketidakpastian politik, Terjadinya krisis ekonomi yang berke-

Pandangan yang sedikit berbeda

63 pan jangan akibat lemahnya legitimasi dikemukakan oleh Peter Chalk bahwa

pemerintah.

“pertumbuhan organisasi kriminal dalam bisnis perdagangan narkotika secara

1.2 Rumusan Masalah

global disebabkan oleh konsumerisme dan komersialisme Barat. Hal ini merupakan

Berdasarkan latar belakang masalah, pendorong berkembangnya organisasi maka rumusan masalah yang dikaji adalah kriminal perdagangan narkotika.” Sedang-

“Bagaimana globalisasi berdampak terhadap kan peningkatan kerawanan bisnis perluasan money laundering akibat aktivitas narko tika di Indonesia disebabkan oleh drugs trafficking?” lemahnya berbagai pelaksanaan hukum dan legitimasi pemerintahan. Oleh karena

1.3 Maksud dan Tujuan

itu, pemberantasan perdagangan narkotika tetap tergantung pada konsistensi dan

Jawaban penelitian ini dimaksudkan konsekuensi para aparatur penegak hukum,

untuk mengetahui bagaimana keterkaitan pejabat pemerintah, serta dukungan antara dampak globalisasi dengan arus masyarakat.

penyebaran money laundering dari hasil- hasil TOC seperti drugs trafficking. Sedang-

Di Indonesia terdapat sejumlah faktor kan tujuannya adalah mengetahui strategi pendukung suburnya aktivitas lalu lintas mengatasi dan memberantas money bisnis narkotika, antara lain :

laundering demi menghambat perluasan drugs trafficking.

1) Lemahnya pengawasan di berbagai perbatasan Indonesia,

1.4. Kegunaan Penelitian

2) Meningkatnya persoalan korupsi,

3) Kurangnya pelatihan bagi polisi dan Dengan demikian, penelitian ini petugas bea cukai karena sepanjang diharapkan berguna bagi akademisi tahun 1999 hanya 67 polisi antinarkoba

dan pemerintah dalam membuat serta menerapkan kebijakannya agar lebih

waspada dalam menghadapi TOC.

62 Brian White, Richard Little, and Micahel Smith (eds.), op cit.,

h. 236. 63 Peter Chalk, “Cross-border Crime and Grey Area Phenomena in Southeast Asia”, Boundary and Security Bulletin, Vol. 6/3, Autumn, 1998, h. 67-68.

64 http://www.serojasatucom/news/narkoba/ SaatnyaMenyatakanPerangTerhadapNarkotika.htm

JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014

2. Kajian Pustaka dan Kerangka Pe-

ini sering dipindahtangankan secara

mikiran

rahasia ke berbagai yurisdiksi asing untuk “mengaburkan” jejaknya yang

2.1. Transnational Organized Crime

biasanya berakhir di institusi perbankan

(TOC)

atau offshore financial centre. Sebab, Organisasi kejahatan transnasional

lembaga keuangan tersebut biasanya memiliki karakteristik lintas negara.

akan menolak upaya perebutan dana Dalam hal ini, kejahatan terorganisir

yang dilakukan oleh otoritas nasional diidentifikasikan sebagai bentuk kejahatan

dari negara di mana kejahatan awal itu yang “menyediakan barang atau jasa secara

dilakukan. ilegal untuk mendapatkan keuntungan. 65 5. Transmisi sinyal digital pada dasarnya

Phil Williams dalam essay-nya yang berjudul adalah semacam ‘virtual’ yang berbeda “Transnational Crime and Corruption”

dari perbatasan teritorial.... Karena mengemukakan

sifat ruang informasi yang mengglobal, Kriminal Transnasional yang meliputi:

dimensi Organisasi

maka karakter kejahatan digital banyak yang melekat pada sifatnya yang

1. Para pelaku kejahatan kontemporer

transnasional”. 66

yang berpotensi melintasi perbatasan dalam melaksanakan kegiatannya

Sedangkan elemen-elemen yang terda-

serta dalam upayanya menghindari pat dalam kejahatan transnasional menurut penegakan hukum guna mencari lokasi

Bunbongkarn 67 adalah 1). Adanya lalu lintas, yang aman.

baik yang dilakukan oleh orang (penjahat

2. Berbentuk produk terlarang seperti kriminal, buronan, atau mereka yang narkoba atau produk legal yang dicuri

sedang melakukan kejahatan, atau korban dan diselundupkan keluar negeri – seperti dalam kasus penyelundupan (mobil), atau produk legal yang diambil

manusia); atau oleh benda (senjata api… secara illegal dari dalam suatu negara

uang yang akan digunakan dalam kejahatan dengan melanggar pembatasan ekspor

cuci uang, benda-benda yang digunakan

(seni dan barang antik), ataupun dalam kejahatan seperti obat terlarang…. 2). produk legal yang diimpor ke negara Pengakuan internasional terhadap sebuah lain dengan melanggar pembatasan bentuk kejahatan. Pada tataran nasional, impor atau embargo internasional.

sebuah tindakan antisosial baru bisa

3. Berupa illegal aliens yang memasuki dianggap sebagai tindakan kriminal jika ada berbagai negara.

aturan hukum tertulis yang mengaturnya.

4. Merupakan hasil kegiatan terlarang Sedangkan pada tataran internasional, yang dilakukan oleh perusahaan sebuah tindakan bisa dianggap tindak

kriminal transnasional maupun kriminal jika dianggap demikian oleh domestik yang hanya mengejar minimal dua negara. Pengakuan ini bisa keuntungan semata. Dalam banyak berasal dari konvensi internasional, yurisdiksi, uang yang diperoleh melalui

perjanjian ekstradisi, atau adanya kesamaan kegiatan kriminal seperti perdagangan

dalam hukum nasionalnya. narkoba sangat rawan disita oleh

66 Brian White, Richard Little, and Micahel Smith (eds.), Issues

pihak yang berwajib. Akibatnya, uang

in World Politics (Second Edition), Palgrave, New York, 2001, h. 239.

65 Rohan Gunaratna, “Organized Crime Component in Terrorist 67 Suchit Bunbongkarn, Carolina Hernandez, and John Network”, Bahan Presentasi dalam The 10 th Meeting of CSCAP

McFarlane, “Introduction”, dalam C. Hernandez and G. Working Group on Transnational Crime, CSIS, Jakarta, 8-9

Pattugalan (eds.), Transnational Crime and Regional Security November 2001.

in the Asia Pacific, ISDS & CSCAP, Manila, 1999, h. 4.

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014 JIPSi

Ancaman terhadap keamanan ini juga keluarga mereka sehingga secara langsung berkaitan dengan ancaman secara internal.

akan melemahkan sumber daya manusia. Dalam hal ini, Barry Buzan berpendapat bahwa “keamanan juga dapat terganggu

2.3. Money Laundering

dengan adanya ancaman internal yang disebut sebagai kerawanan (vulnerabilities). 68 Pencucian uang terjadi di hampir Hal ini bermakna bahwa keamanan suatu semua negara di dunia dengan satu skema, negara sangat erat kaitannya dengan yaitu melibatkan transfer uang melalui keamanan manusia (Human Security).

beberapa negara untuk mengaburkan Jika kehidupan manusia di suatu negara asal-usul jejak “perjalanan” uang tersebut.

terlindung dengan baik, maka negara Tindak kejahatan ini umumnya melibatkan tersebut akan aman.

dan menghasilkan uang dalam jumlah besar, khususnya yang diperoleh dari

2.2. Drugs Trafficking perdagangan gelap narkoba. Guna

menutupi jejak perolehan kekayaan dari

Kemajuan pesat di bidang teknologi hasil kejahatan tersebut, para pelaku TOC transportasi, informasi, serta meningkatnya

melakukan berbagai modus operandi untuk mobilitas masyarakat sejak era 1990-an, menyembunyikan atau menyamarkan asal- meningkatkan pula berbagai persoalan usul harta kekayaan tersebut agar dapat global yang melampaui lintas batas negara digunakan dan terbebas dari jeratan hukum. yang diiringi oleh peningkatan kerawanan

Salah satu cara yang digunakan dan ancaman terhadap keamanan para pelaku kejahatan adalah dengan domestik, regional, serta internasional. memasukkan hasil tindak pidana tersebut ke Berbagai kemudahan akibat kemajuan dalam sistem keuangan (financial system), di bidang teknologi turut berperan terutama ke dalam sistem perbankan. dalam meningkatkan mobilitas dan lalu Dengan demikian, asal-usul harta kekayaan lintas organisasi perdagangan narkotika tersebut tidak dapat dilacak oleh aparat transnasional. penegak hukum. Modus inilah yang disebut

Dampak penyebaran transnastional dengan pencucian uang (money laundering). organized crime akibat drugs trafficking dan

Pencucian uang atau yang dikenal money laundering tidak hanya menimpa

dengan istilah Money Laundering sebenar- negara-negara maju. Bahkan, beberapa kota nya mengarah kepada perilaku mafia yang besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung,

memproses uang hasil kejahatan mereka Surabaya, Medan, Semarang, dan Denpasar

untuk digabungkan ke dalam bisnis yang dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini

sah. Tujuannya, agar “status uang” tersebut telah menjadi sasaran pembuangan “limbah”

“bersih” atau tampak sebagai uang yang berbagai jenis narkotika internasional.

halal sehingga asal-usul uang tersebut dapat Sementara itu, akibat negatif yang tertutupi. ditimbulkan oleh perdagangan dan

Pelaku TOC berusaha “menyamarkan peredaran narkotika lebih luas daripada jenis jejak” dan asal-usul uang yang diperoleh pencemaran lainnya. Di antaranya adalah melalui kegiatan ilegal mereka sehingga penderitaan seumur hidup bagi pecandu uang tersebut seolah-olah tampak berasal serta beban yang tak habis-habisnya bagi dari sumber yang legal. Sebab, jika tidak

68 Barry Buzan, People, States and Fear: An Agenda for

begitu, mereka tak dapat menggunakan

International Security Studies in the Postcold War Era, Harvester Whealsheat, London, 1991, h. 142.

uangnya. Bahkan, justru dapat menyeret

JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014

mereka sebagai pelaku tindak kriminal bahwa aset tersebut berasal dari kegiatan sehingga uang yang mereka peroleh pun yang illegal.” akan disita oleh pemerintah.

Pencucian uang juga diartikan Istilah money laundering pertama kali

sebagai “proses untuk menyembunyikan digunakan di Amerika Serikat yang merujuk

atau menyamarkan harta kekayaan yang pada kegiatan pencucian hak milik mafia,

diperoleh dari hasil kejahatan guna yaitu hasil usaha yang diperoleh secara gelap

menghindari penuntutan dan penyitaan”. dan kemudian hasilnya dicampur dengan Selain itu, juga diartikan sebagai “kegiatan perolehan dana yang bersifat legal sehingga

pemutihan uang atau pencucian uang yang menjadikan seluruh hasil tersebut seolah-

bertujuan melindungi atau menutupi suatu olah diperoleh dari sumber yang sah (legal).

aktivitas kriminal yang menjadi sumber dari dana atau uang yang akan dibersihkan”.

Money laundering merupakan modus baru kejahatan nonkonvensional sebagai

Dalam hal ini, Financial Action Task efek samping era globalisasi. Oleh karena Force on Money Laundering (FATF) yang itu, jenis kejahatan ini merupakan kejahatan

pada 2005 beranggotakan 33 negara yang bersifat lintas-batas teritorial negara. merumuskan bahwa “money laundering Lahirnya ”ide kreatif” tentang praktik adalah proses menyembunyikan atau kejahatan money laundering turut didorong

menyamarkan asal-usul hasil kejahatan. oleh maraknya berbagai kejahatan baru Proses tersebut digunakan untuk yang juga bersifat lintas negara sehingga kepentingan ‘penghilangan jejak’ sehingga memerlukan trik-trik khusus untuk memungkinkan pelakunya menikmati menghindari upaya law enforcement

keuntungan-keuntungan itu dengan tanpa bagi survival dan development di antara mengungkap sumber perolehannya”. pelakunya. Jenis-jenis TOC yang terkait

Kegiatan kriminal ini tentu sangat dengan money laundering di antaranya

merugikan masyarakat dan negara karena adalah perdagangan ilegal narkotika,

dapat mempengaruhi atau merusak psikotropika, korupsi, penyuapan,

stabilitas perekonomian nasional, khusus- perjudian, terorisme, perdagangan senjata

nya keuangan negara. Daya rusak yang ilegal, serta perdagangan budak, wanita,

ditimbulkan oleh kejahatan ini membuat dan anak-anak.

banyak negara --termasuk Indonesia— menetapkan UU No. 15 Tahun 2002 tentang

Money Laundering secara umum dapat Tindak Pidana Pencucian Uang yang diartikan sebagai “suatu tindakan atau kemudian diubah menjadi UU No. 25 Tahun perbuatan memindahkan, menggunakan 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian atau melakukan perbuatan lainnya atas Uang. hasil dari satu tindak pidana yang kerap

Tindak pidana pencucian uang dilakukan oleh organization crime, maupun dirumuskan secara lebih spesifik oleh individu yang melakukan tindakan korupsi,

Bambang Setijoprodjo (Hukum Bisnis, Vol. perdagangan narkotika, dan tindak pidana

3, 1998: 5) sebagaimana dikutipnya dari Prof. lainnya, dengan tujuan menyembunyikan

Dr. M. Giovanoli dan Mr. J. Koers sebagai atau mengaburkan asal usul uang yang

berikut:

berasal dari hasil tindak pidana tersebut, sehingga dapat digunakan seolah-olah

1. Money laundering merupakan suatu sebagai uang yang sah tanpa terdeteksi

proses dan dengan cara seperti itu

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014 JIPSi

maka aset yang diperoleh dari tindak No. 15/2002 tentang Tindak Pidana pidana dimanipulasikan sedemikian

Pencucian membedakan tindakan rupa sehingga aset tersebut seolah-olah

money laundering ke dalam Seseorang berasal dari sumber yang sah (legal).

melakukannya secara langsung mau-

2. Money laundering merupakan suatu pun tidak langsung dalam suatu cara untuk mengedarkan hasil

transaksi yang menggunakan uang kejahatan ke dalam suatu peredaran

atau kekayaan lainnya yang diperoleh uang yang sah dan menutupi asal-usul

dari hasil kejahatan; atau uang tersebut.

b. Seseorang menerima, memiliki,

3. Dalam Section 81 (3) dari Proceeds menyembunyikan, memberikan, atau of Crime Act merumuskan money

memasukkan uang, dan seseorang laundering sebagai berikut: “Yaitu

yang mengetahui atau seharusnya seseorang dapat dikatakan melakukan

menduga bahwa uang atau kekayaan pencucian uang jika:

lainnya itu diperoleh atau diketahui, baik secara langsung maupun tidak

Menurut ketentuan Article 38 (3) langsung melalui sejumlah bentuk Finance of Act 1993 Luxemburg, pencucian

kegiatan yang melawan hukum.” uang dapat didefinisikan sebagai “suatu

dua bentuk, yakni, 1). Tindak pidana perbuatan yang terdiri atas penipuan,

yang aktif, di mana sesorang dengan menyembunyikan, pembelian, pemilikan,

sengaja menempatkan, mentransfer, menggunakan, mananamkan, pengiriman,

menghibahkan, membayar, menitip- yang dalam Undang-Undang yang mengatur

kan, membawa ke luar negeri, serta mengenai kejahatan atau pelanggaran

menukarkan uang-uang hasil tindakan secara tegas menetapkan status perbuatan

pidana dengan tujuan mengaburkan tersebut sebagai tindak pidana khusus, yaitu

atau menyembunyikan asal-usul uang suatu keuntungan ekonomi yang diperoleh

itu, sehingga muncul seolah-olah dari tindak pidana lainnya”.

menjadi uang yang sah. 2). Pencucian uang yang pasif, dikenakan kepada

Sedangkan UU No. 25/2003 setiap orang yang menerima atau tentang Tindak Pidana Pencucian Uang mendefinisikan pencucian uang sebagai menguasai penempatan, pentransferan,

pembayaran, penerimaan hibah, “perbuatan menempatkan, mentransfer, sumbangan, penitipan, serta penukaran membayarkan, membelanjakan, menghi- uang yang berasal dari tindak pidana bah kan, menyumbangkan, menitip kan, tersebut dengan tujuan yang sama, membawa ke luar negeri, menukarkan, atau yaitu untuk menyembunyikan asal- perbuatan lainnya atas harta kekayaan yang usulnya. Hal ini dianggap sama dengan diketahuinya atau patut diduga merupakan

pencucian uang.

hasil tindak pidana dengan maksud untuk menyembunyikan, atau menyamarkan asal

Berdasarkan UU No. 25/2003 tentang usul harta kekayaan sehingga seolah-olah Tindak Pidana Pencucian Uang, maka

menjadi Harta Kekayaan yang sah”. pihak-pihak yang terlibat dalam Tindak

a. Dengan demikian, secara umum money Pidana Pencucian Uang adalah: laundering terdiri dari tiga unsur,

1. Penyedia Jasa Keuangan (PJK) yang yaitu, adanya 1) Unsur perbuatan, 2).

dengan sengaja tidak menyampaikan Unsur pengetahuan, dan 3). Unsur

laporan kepada Pusat Pelaporan Anali- tujuan. Sedangkan secara yuridis, UU

sis Transaksi Keuangan (PPATK)

JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014

mengenai: a). Transaksi keuangan yang mencurigakan; b). Transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai dalam jumlah kumulatif sebesar Rp500 juta atau lebih atau yang nilainya setara yang dilakukan dalam satu kali transaksi atau beberapa kali transaksi dalam satu hari kerja. Syarat agar PJK dapat dikenakan hukuman harus ada unsur “dengan sengaja” tidak melapor. Jika tidak melaporkannya karena lalai, maka PJK tersebut tidak dapat dikenai sanksi (hukuman). Oleh karenanya, PPATK, Penyidik, dan Penuntut Umum harus sedemikian cermat membuktikan apakah ada unsur kesengajaan atau tidak.

2. Perbuatan yang dikategorikan sebagai transaksi keuangan yang mencurigakan adalah: a). Transaksi keuangan yang menyimpang dari profil, karakteristik, atau kebiasaan pola transaksi dari nasabah yang bersangkutan; b). Transaksi keuangan oleh nasabah yang patut diduga dilakukan dengan tujuan menghindari pelaporan transaksi yang bersangkutan yang wajib dilakukan oleh PJK sesuai ketentuan Undang- undang;

3. Transaksi keuangan yang dilakukan atau batal dilakukan dengan menggunakan harta kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. Setiap orang yang tidak melaporkan uang tunai berupa rupiah sejumlah Rp100 juta atau lebih atau mata uang asing yang nilainya setara dengan itu yang dibawa ke dalam atau ke luar wilayah negara Republik Indonesia (vide Pasal 9). Sebelum pasal ini diamandemen, hanya mengatur mata uang rupiah saja sehingga dapat dimanfaatkan oleh pelaku pencucian uang untuk menukarkan mata uang rupiah yang akan dibawa ke dalam atau ke luar wilayah negara RI dengan mata

uang lainnya sehingga tidak terkena ketentuan wajib lapor.

4. PPATK, penyidik saksi, penuntut umum, hakim, atau orang lain yang bersangkutan dengan tindak pidana pencucian uang yang sedang diperiksa melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 39 ayat (1) dan Pasal 41 ayat (1), yaitu berkaitan dengan kewajiban merahasiakan identitas pelapor.

5. PPATK, pejabat dan pegawai PPATK, penyidik, penuntut umum, hakim, dan siapapun juga yang memperoleh dokumen dan/atau keterangan dalam rangka pelaksanaan tugasnya menurut Undang-undang ini, wajib merahasiakan dokumen dan/atau keterangan tersebut kecuali untuk memenuhi kewajiban menurut Undang-undang ini.

Dengan demikian, pemicu kejahatan pencucian uang sebenarnya adalah aktivitas kriminal yang memungkinkan para pelaku kejahatan menyembunyikan jejak asal- usul perolehan suatu dana atau uang hasil kejahatan mereka. Tindak kejahatan ini membuat mereka dapat menikmati dan menggunakan hasil kejahatannya secara bebas, seolah-olah tampak sebagai hasil kegiatan yang legal atau sah secara hukum.

2.4. Globalisasi

Menurut Thomas L. Friedman,

globalisasi memiliki dimensi ideologi dan teknlogi. Dimensi teknologi, yaitu kapitalisme dan pasar bebas, sedangkan dimensi teknologi adalah teknologi informasi yang telah menyatukan dunia.

Sedangkan dalam pandangan Dr. Nayef R.F. Al-Rodhan, globalisasi merupakan

proses yang meliputi penyebab, kasus, dan konsekuensi dari integrasi transnasional dan transkultural kegiatan manusia dan nonmanusia.

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014 JIPSi

Perkembangan teknologi sebagai jasa, modal, pengetahuan, dan orang di pendukung berkembangnya globalisasi seluruh perbatasan.

dikemukakan oleh Joseph Kalpper (1990),

Sedangkan Baylis, Smith, and Owen yaitu globalisasi secara intensif terjadi pada

memandang bahwa globalisasi dalam Teori awal abad ke-20 dengan berkembangnya

Sistem Dunia bukanlah sesuatu yang baru teknologi komunikasi. Kontak budaya tak

lagi memrlukan kontak fisik karena kontak karena hanya merupakan tingkat akhir dari kapitalisme internasional. Globalisasi

melalui media telah memungkinkan. Karena kontak ini tidak bersifat fisik dan individual, bukannya mempersatukan dunia, tetapi

justru semakin memperlebar jarak antara maka sifatnya massal dan melibatkan

negara-negara core, semi-periphery, dan

sejumlah besar orang. Sedangkan Emanuel

periphery. 69

Ritcher menambahkan bahwa globalisasi berperan menyatukan masyarakat ke dalam

Dalam hal ini, terdapat beberapa suatu jaringan kerja global secara bersamaan

isu penting yang menjadikan globalisasi yang sebelumnya terpencar-pencar dan sebagai era baru dari politik dunia. Pertama,

terisolasi ke dalam saling ketergantungan tranaformasi ekonomi yang sangat cepat dan persatuan dunia.

menyebabkan munculnya politik dunia baru. Negara bukan lagi merupakan unit

Adanya keterkaitan seluruh dunia tertutup dan tidak bisa lagi mengontrol antarnegara-bangsa sebagai proses yang perekonomiannya. Ekonomi dunia semakin mendasari pengaturan social, seperti, interdependen, dengan perdagangan dan kekuasaan, budaya, pasar, politik, hak, keuangan yang semakin meluas. Kedua, nilai, norma, ideologi, identitas, kewarga- revolusi komunikasi secara fundamental negaraan, dan solidaritas yang melekat telah mengubah cara kita berhubungan dalam globalisasi karena adanya percepatan secara masif, penyebarannya yang fleksibel, dengan bagian dunia lain. Kita sekarang

hidup dalam dunia di mana kejadian di satu serta perluasan arus individu secara lokasi dapat segera diketahui dan dilihat di transnasional, produk, gambar, maupun

bagian dunia lainnya.

informasi keuangan juga dikemukakan oleh

Beerkens.

Pengertian ini senada dengan Ketiga, ruang dan waktu menjadi

pandangan Scholte bahwa globalisasi

kurang berarti. Batasan geografis dan semakin mengurangi batas-batas antar-

kronologis semakin berkurang dengan negara, antara lain, hambatan tarif ekspor semakin cepatnya komunikasi dan media

impor, lalu lintas devisa, maupun migrasi. modern. Keempat, munculnya pemerin-

Karenanya, Laurence E. Rothenberg

tahan global, yakni dengan pergerakan pun berpendapat bahwa globalisasi adalah sosial dan politik internasional dari state ke percepatan, intensifikasi interaksi, dan

sub-state, transnasional, dan internasional. integrasi antara orang-orang, perusahaan, Kelima, budaya resiko (cultural risk), di

maupun pemerintah dari negara yang mana manusia menyadari setiap risiko yang berbeda. Sebab, menurut Joseph Stiglitz, mereka hadapi bersifat global. Contohnya, globalisasi adalah integrasi yang lebih money laundering sebagai implikasi drugs mendekatkan negara dan penduduk dunia…

trafficking dalam transnational organized dengan mengurangi sejumlah besar biaya

transportasi dan komunikasi, maupun

69 John Baylis, Steve Smith, & Patricia Owens, The Globalization

rintangan dalam perputaran arus barang,

of World Politics: An Introduction to International Relations, Oxford, Oxford University Press, 2011, H. 550

JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014

crime. Negara tidak bisa sendirian dalam kemajuan sains dan teknologi, komunikasi mengatasi persoalan-persoalan TOC terse-

dan informasi, kemenangan kapitalisme but.

dan merebaknya liberalisasi dunia, serta penekanan kekuasaan politik dan ekonomi

Kritik terhadap globalisasi di antaranya atas negara-negara di seluruh dunia dalam

adalah adanya anggapan bahwa globalisasi suatu bentukyang direntang sebagai

hanyalah fase baru dari kapitalisme.

interdependensi.

Keberatan lainnya adalah globalisasi mem- pu nyai efek-efek yang tidak merata karena mungkin hanya sebagai “tingkatan terbaru”

3. Hasil dan Pembahasan

dari imperialisme barat, di mana globalisasi

3.1. Latar Belakang Money Laundering

akan meningkatkan eksploitasinya terhadap negara-negara berkembang atas nama

Tujuan utama dari kejahatan money keterbukaan.

laundering ini ialah untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya bagi

Proses konvergensi akibat globalisasi individu maupun kelompok pelaku TOC saat ini telah menyentuh hampir di segala tersebut. Kejahatan ini dimaksudkan untuk bidang kehidupan manusia meskipun “memindahkan atau menjauhkan” para dina mikanya tidak selalu mulus karena pelakunya dari kejahatan yang menghasilkan kecenderungannya yang diiringi fragmentasi.

proceeds of crime, memisahkan proceeds Hal ini disebabkan globalisasi yang of crime dari kejahatan yang dilakukan, memiliki sifat integrasi, interdependensi, menikmati hasil kejahatan tanpa adanya multilateralisme, keterbukaan, dan berbagai

kecurigaan yang ditujukan pada para interpretasi lainnya. Sehingga mengarah pelakunya, serta melakukan re-investasi pada konsep globalisme, penekanan ruang,

hasil kejahatan untuk aksi kejahatan universalisme, homogenitas, dan pemusatan

selanjutnya ke dalam bisnis yang sah. pada satu titik (keterpaduan). Sementara

Melalui tindakan money laundering itu, sisi fragmentasinya menunjukkan yang melanggar hukum seperti ini, maka adanya kecenderungan tertentu yang

pendapatan atau harta kekayaan yang bertolak belakang, seperti, hal-hal bersifat

diperoleh dari hasil kejahatan akan dengan dis-integrasi autarki, unilateralisme, keter-

mudah diubah menjadi dana yang seolah- tutupan (closure), dan bahkan isolasi olah berasal dari sumber yang sah atau

yang semuanya mengarah pada paham legal. Berdasarkan data Dana Moneter nasionalis, ruang yang merentang, Internasional (IMF), nilai transaksi separatisme, heterogenitas, dan divergensi pencucian uang mencapai 2% hingga 3% (penyimpangan).

dari produk domestik bruto (PDB) global Para globalist berkeyakinan bahwa arus

tahunan, yakni 1,82 triliun dolar AS. Jumlah globalisasi dunia saat ini tidak mungkin dapat

tersebut telah menempatkan praktik pencucian uang menempati posisi ketiga

dibendung lagi. Bagi negara-negara yang tak secara global, yakni setelah bisnis nilai tukar

mampu menghadapi dan emngantisipasi (foreign exchange) dan bisnis perminyakan.

dampaknya sesuai kapabilitas negara serta Bahkan, nilai money laundering di kawasan daya tahan kekuatan nasionalnya masing- Asia-Pasifik diperkirakan sebesar 250 miliar masing akan tergilas oleh kemajuan zaman. dolar AS per tahun, di mana transaksi tunai

Substansi globalisasi yang sebenarnya dan pengiriman uang (remittance) begitu terletak pada isu sentral globalisasi yang dominan di banyak negara kawasan Asia- terkait dengan interdependensi dalam Pasifik.

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014 JIPSi

3.2. Modus Operandi Drugs Trafficking

sumber kejahatan lainnya, misalnya uang

dalam Kaitannya dengan Money

yang diperoleh dari hasil korupsi. Kemajuan

Laundering

teknologi yang berkembang pesat lalu membuat para pelaku bisnis ilegal berusaha

Meskipun pengawasan dan pemberan- untuk selalu memperbarui modus-modus

tasan narkotika di negara-negara Eropa operandinya karena bisnis ini merupakan

Barat dan Amerika berjalan sangat ketat, industri kedua terbesar di dunia.

serta adanya ancaman hukuman mati dan hukuman seumur hidup yang telah

Pengelolaan modus bisnis perdagangan diterapkan di Singapura dan Malaysia, tak narkotika ini juga menyerupai manajemen ada satu pun negara yang dapat terbebas kelompok-kelompok bisnis legal. Nilai sepenuhnya dari ancaman bahaya drugs

bisnis ilegal narkotika diperkirakan lebih trafficking dan money laundering yang saling

dari 400 miliar dolar AS per tahun. Bahkan, terkait erat ini. Apalagi, disinyalir bahwa United Nations International Drug Control perkembangan bisnis narkotika yang pesat Programme (UNDCP) mengungkapkan ini dikendalikan oleh mafia internasional.

bahwa nilai bisnis ilegal ini setara dengan 8% dari nilai total perdagangan dunia. 71

Modus operandi tindak pidana drugs trafficking yang disertai dengan praktik

Meskipun nilai perdagangan lalu lintas money laundering pun semakin kompleks perdagangan narkotika internasional mulai dengan menggunakan berbagai teknologi menurun di beberapa negara, bisnis ini tetap serta rekayasa keuangan yang cukup menggiurkan. Dengan pemrosesan yang rumit. Kemampuan para pemain lokal juga

murah namun menghasilkan keuntungan semakin canggih. Mereka menggunakan yang berlipat hingga puluhan bahkan teknologi internet sebagai media untuk ratusan kali, jaringan bisnis ini tak akan menyampaikan metode peracikan obat-

merugi jika dibandingkan bisnis barang- obatan terlarang dengan tujuan mengurangi

barang produksi lainnya.

risiko penangkapan terhadap kurirnya. 70

Perkembangan ilmu pengetahuan dan Kokain yang telah diproses di Kolombia teknologi, khususnya di bidang komunikasi,

dapat diperoleh dengan harga 1.500 dolar AS telah menyebabkan terintegrasinya sistem per kg. Lalu, barang tersebut diecerkan di keuangan. Termasuk sistem perbankan pasaran AS dengan harga 44 kali lipat lebih yang banyak menawarkan dana melalui mahal, yaitu 66.000 dolar AS per kg. Begitu mekanisme lalu-lintas dana antarbangsa pula dengan heroin. Di Pakistan, menurut atau antarnegara yang dapat dilakukan laporan PBS, harganya “cuma” 2.600 dolar dalam waktu singkat. Keadaan ini AS per kg. Akan tetapi, harga pasarannya di berdampak negatif bagi masyarakat karena

AS tak kurang dari 130.000 dollar AS atau meningkatkan eskalasi tindak pidana yang

50 kali lipatnya. Sedangkan metamfetamin berskala nasional maupun internasional.

yang biaya produksinya di laboratorium ilegal hanya 300-500 dolar AS per kg, bisa

Praktik money laundering mula-mula terjual di pasaran sampai 60.000 dolar per

dilakukan terhadap uang yang diperoleh kg, atau 120-200 kali lipat. 72

dari lalu-lintas perdagangan minuman keras, narkotika, (mirasantika), dan

71 John McFarlane, “Transnational Crime as a Security Issue”

sejenis nya. Kemudian praktik ini diperluas dalam C. Hernandez and G. Pattugalan (eds.), Transnational

Crime and Regional Security in the Asia Pacific, ISDS & CSCAP,

terhadap uang yang diperoleh dari sumber-

Manila, 1999, h. 39. 72 http://www.kompas.com/kompas-cetak/0111/19/nasional/

70 Harian Suara Pembaruan, 24 Februari 2001.

bisnis.htm

JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014

Dengan demikian, para pelaku bisnis

3.3. Proses Money Laundering

ilegal ini akan dengan mudah merekrut pejabat pemerintahan, politisi, pebisnis,

Proses pelaksanaan money laundering atau bahkan para penegak hukum berawal dari asal-usul dana yang diperoleh

yang korup untuk melindungi aktivitas dari berbagai macam kegiatan TOC, di mana perdagangannya. Hal ini akan menjadikan dana tersebut pada umumnya tidak dapat Indonesia sebagai lahan subur bagi langsung dibelanjakan atau digunakan perdagangan narkotika transnasional oleh para pelaku kejahatan karena sumber karena sebagai tempat berakumulasinya perolehan dananya tentu akan mudah berbagai kepentingan antara para pelaku dilacak oleh aparat penegak hukum. bisnis ilegal tersebut dengan kalangan

Biasanya, dana yang terbilang besar dari pemerintah yang korup.

hasil kejahatan dimasukkan terlebih dahulu

Bahkan, meskipun Indonesia telah ke dalam sistem keuangan, terutama dalam memiliki UU mengenai Narkotika, yaitu UU

sistem perbankan. Model perbankan inilah No. 22 tahun 1997 tentang Narkotika serta yang sangat menyulitkan untuk dilacak UU No. 8 Tahun 1996 tentang Psikotropika,

oleh penegak hukum karena para pelaku negara ini masih rentan sebagai sasaran kejahatan tersebut seringkali menanamkan

peredaran narkotika. Padahal, dalam uang hasil kejahatannya ke dalam berbagai Pasal 82 ayat 1 (a) UU No. 22/Tahun 1997 macam bisnis legal, seperti cara-cara tentang Narkotika jo Pasal 55 ayat 1 KUHP membeli saham perusahaan-perusahaan menyebutkan ancaman hukuman maksimal

besar di bursa efek yang tentu memiliki dengan hukuman mati.

keabsahan yuridis dalam operasionalnya sehingga seolah-olah terlihat bahwa

Akan tetapi, perdagangan narkotika kekayaan para penjahat yang diputar memang tidak mudah dibasmi. Dalam melalui proses-proses tersebut sepertinya ketidaklegalan operasinya, uang yang “menjadi sah adanya”. Praktik kejahatan mereka peroleh diputar dalam bisnis- ini popular sebagai money laundering atau bisnis legal. Hal ini terkait erat dengan pencucian uang haram. Sedangkan pelaku kasus pencucian uang. Integrasi antara money laundering disebut sebagai “penjahat “uang haram” dan “uang halal” sejak

kerah putih”.

awal telah dilakukan oleh para pelakunya untuk mengantisipasi kerugian akibat

Menurut Welling, money laundering penyitaan atau pencurian. Jadi, tidak ada dimulai dari adanya “uang kotor” (dirty

seorang produsen narkotika yang memiliki money). Uang kotor ini bisa didapat melalui sebuah rekening di Bank Swiss sebesar 110 dua cara: 1). Melalui pengelakan pajak,

- 200 juta dollar AS. Mereka akan memecah yaitu memperoleh uang secara legal atau tumpukan uangnya menjadi 5, 10, atau halal tetapi uang yang dilaporkan kepada

15 juta dolar yang dilakukan melalui para pemerintah untuk keperluan perhitungan penasehat investasi di lembaga-lembaga pajak jumlahnya lebih sedikit daripada nilai keuangan. Uang tersebut lalu dimainkan yang diperoleh sebenarnya. Pada perbuatan dalam pasar keuangan internasional. Maka,

pertama ini, asal-usul semula dari uang itu tidak mengherankan jika pencucian uang

atau uang yang bersangkutan adalah halal, yang marak saat ini, dilakukan dengan

akan tetapi uang itu menjadi haram karena menggunakan dana dalam bisnis-bisnis tidak dilaporkan kepada otoritas pajak yang legal. Bahkan, dana tersebut masuk hingga berwenang. 2). Memperoleh uang melalui ke perusahaan besar kenamaan. 73 cara-cara yang melanggar hukum, seperti,

73 Ibid.

JIPSi

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014

korupsi, perdagangan narkoba (drug sales or drug trafficking), perjudian gelap (illegal gambling), penyuapan (bribery), teroris (terrorism), pelacuran (prostitution), perdagangan senjata (arms trafficking), penyelundupan minuman keras, ganja, dan pornografi (smuggling of contraband alcohol, tobacco, pornography), serta kejahatan “kerah putih” (white collar crime). Pada cara perbuatan yang kedua ini, uang tersebut sejak awal memang sudah menjadi uang haram (illegal) karena diperoleh melalui cara-cara yang illegal.

Sedangkan dalam prosesnya, money laundering melalui tiga tahapan sebagai berikut:

1. Penempatan (Placement): Menempat- kan uang haram ke dalam financial system. Pada tahap ini, pelaku pencuci “uang kotor” (money launderer) memasukkan uang haram ke dalam suatu lembaga keuangan yang sah. Biasanya dilakukan dengan cara memecah jumlah uang tunai yang sangat besar ke dalam sistem keuangan, di mana pencucian uang ini bertujuan “memutuskan hubungan” uang hasil kejahatan itu dari sumbernya. Hal ini dilakukan dengan cara memindahkan uang tersebut dari satu bank ke bank lainnya serta dari satu negara ke negara lainnya sampai beberapa kali. Yang paling sering dilakukan oleh pelaku adalah memecah-mecah jumlahnya sehingga dengan pemecahan dan pemindahan beberapa kali asal-usul uang tersebut tak mungkin lagi dapat dilacak oleh otoritas moneter (penegak hukum). Selain itu, para pelaku pencuci uang menyamarkan pemindahan dana (transfer) itu seakan-akan sebagai pembayaran untuk barang dan jasa agar terlihat seperti transaksi yang sah. Atau, bisa juga dengan cara membeli sejumlah instrumen-instrumen mone-

ter seperti cheques, money orders, dan sebagainya. Kemudian, pelaku dapat menagih uang tersebut dan mendepositokannya ke dalam rekening- rekening di lokasi lainnya. Jika uang haram itu telah ditempatkan di bank, maka berarti uang itu telah masuk ke dalam sistem keuangan negara, bahkan sistem keuangan global atau internasional yang dapat dipindahkan ke bank lainnya, baik di dalam negeri maupun antarnegara serta luar negara. Akan tetapi, tahap awal inilah yang paling berisiko karena besarnya jumlah uang tunai akan sangat mencolok sehingga biasanya pihak perbankan diminta untuk melaporkan jumlah nilai transaksi.

2. Layering (Heavy Soaping) : setelah melakukan placement, maka selanjut-

nya dilakukan layering. Tahap ini

melibatkan praktik pengiriman uang melalui berbagai transaksi keuangan untuk mengubah “bentuk awal” uang tersebut agar jejak perolehannya yang mengandung unsur-unsur kriminal menjadi sulit dilacak. Pada tahap ini, pelaku pencuci uang berusaha untuk memutuskan hubungan dengan uang hasil kejahatan serta sumber uang haram itu dengan mengupayakan konversi dana agar “menjauh” dari asalnya. Biasanya, pelakunya mungkin memilih suatu tempat pusat bisnis regional (offshore financial center) atau pusat perbankan dunia yang menyediakan infrastruktur keuangan atau bisnis yang memadai. Dana yang telah dicuci hanya sekadar transit di rekening- rekening bank di beberapa tempat dan dapat dilakukan tanpa meninggalkan jejak, baik itu sumber atau tujuan akhir dari dana tersebut. Dalam proses layering,

biasanya menggunakan beberapa bank atau lebih dari satu bank untuk kegiatan transfer dan wire

JIPSi Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014

transfer account ke berbagai nama yang berbeda di sejumlah negara agar uang yang didepositokan di dalam rekening akan terus bervariasi jumlahnya. Selain itu, guna menghilangkan jejak mengenai asal-usul uang kotor tersebut, pelaku juga akan mengganti kurs uang dari mata uang awal ke mata uang asing serta diinvestasikan dalam bentuk barang, yakni dengan membeli sejumlah barang-barang mewah yang bernilai tinggi, seperti, kapal pesiar, yacht, pesawat terbang, rumah, mobil, berlian, dan sebagainya. Tujuannya adalah untuk mengubah bentuk uang awal. Tahap ini adalah langkah yang paling rumit dalam skema pencucian (laundering scheme) karena menyangkut tentang bagaimana caranya membuat uang yang awalnya adalah “dirty money” menjadi uang legal.

3. Integrasi/Keterpaduan (Integration) atau Repatriation and Integration atau Spin Dry : Pada tahap integrasi, uang yang telah dicuci dibawa kembali ke dalam sektor perekonomian dalam bentuk pendapatan yang “bersih” (sah), bahkan merupakan objek pajak. Dalam prosesnya, transfer akhir dilakukan dari rekening bank ke rekening bisnis lokal. Begitu uang tersebut dapat diupayakan sebagai uang halal melalui cara layering, maka uang yang dianggap halal tersebut dapat dibelanjakan untuk kegiatan bisnis, operasi kejahatan, atau organisasi kejahatan yang prosesnya akan diulangi lagi oleh pelaku. Para pelaku ini dapat memilih penggunaannya dengan cara menginvestasikan dana tersebut ke dalam real estate (barang-barang mewah) maupun ke dalam perusahaan. Caranya, barang-barang mewah bernilai tinggi yang sebelumnya dibeli launderer pada tahap layering kemudian akan dijual kembali, di mana pembelinya

sebenarnya juga adalah launderer yang sama melalui salah satu perusahaan yang dimiliki oleh pelaku launderer tersebut. Pada tahap ini, pelaku pidana pencucian uang itu tentu sudah sulit ditangkap. Kecuali, jika terdapat bukti berupa dokumentasi penting mengenai proses dan lalu-lintas pemindahan uang selama tahap sebelumnya (tahap layering).

Gambar 1. Tahapan-tahapan dalam Proses Money Laundering

3.4. Hambatan dalam Mengatasi Money

Laundering

Beberapa faktor penyebab negara- negara berkembang menjadi tempat yang subur bagi praktik money laundering adalah karena:

1. Adanya peraturan tentang “kerahasian bank”, di mana bank sangat ketat dalam melindungi nasabahnya sehingga menyulitkan publik untuk mengakses aliran uang.

2. Adanya “Sistem Devisa Bebas” yang memungkinkan keluar-masuknya mo- dal dengan mudah sehingga membe- rikan peluang bagi keluar-masuknya modal secara bebas.

Jurnal Ilmu Politik dan Komunikasi

Volume IV No.II/ Desember 2014 JIPSi

3. Lemahnya perangkat hukum positif.

7. Kuatnya sindikat TOC yang diiringi

4. Kebutuhan negara-negara berkembang kekuatan dana turut menghambat terhadap likuiditas yang tidak bisa

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2