6 JURNAL CANDRA NAINGGOLAN.pdf

  

Arisan Candra Nainggolan JURNAL Suluh Pendidikan FKIP-UHN

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 Halaman 40-48 JSP | FKIP | UHN |hal 40

  

THE IMPROVEMENT OF STUDENTS ABILITY IN MATHEMATICS PROBLEM

SOLVING CLASS VIII SMP RAYON VII KOTAMADYA MEDAN THROUGH PMR

Arisan Candra Nainggolan

  

Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Katolik Santo Thomas SU

E-mail: candranainggolan1@gmail.com

Abstrac

  This research is aimed to know The increasing of students mathematics problem solving ability who got better realistic Mathematics approaching than students with ordinary mathematics learning. The population of this research are the students of eighth grade junior high school in the Regional VII in Medan. Randomly, chosen two school as the research subject, they are Putri Cahaya junior high school and Raksana junior high school. Data Analysis carried on t by having t test and analysis of variance two point (ANOVA). The research shows that totally, the students whose learning with realistic mathematics approaching significantly better in increasing students mathematics problem solving ability than the students with ordinary mathematics learning. Based on this research, the researcher suggests that the learning with realistic mathematics approaching in increasing of mathematics problem solving ability can be used as an alternative for the mathematics teachers in delivery the mathematics material innovatively, able to create conducive and comfortable learning situation and give opportunity to students to express their idea in using their own language.

  Keywords: Realistic Mathematics Approach, Problem Solving.

1. PENDAHULUAN

  Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk dipelajari, mulai kita kecil, Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika seolah- olah menjadi mata pelajaran yang wajib. Banyak aktivitas yang dilakukan manusia berhubungan dengan matematika, contohnya menghitung ongkos angkot, berbelanja, berjualan, dan lain-lain. Sebagaimana diungkapkan Hidayati (2011) bahwa Penerapan matematika dalam kehidupan nyata sangat banyak tentunya dalam dunia ini, menghitung uang, laba dan rugi, masalah pemasaran barang, dalam teknik, bahkan hampir semua ilmu di dunia ini pasti menyentuh yang namanya matematika.

  Pentingnya pendidikan matematika tidak sejalan dengan kualitas pendidikan matematika yang sesungguhnya. Pranoto (2011) menyatakan bahwa Kemenangan siswa Indonesia diberbagai ajang olimpiade internasional rupanya tak membuat kualitas siswa Indonesia meningkat. Justru sebaliknya, sekitar 76,6 persen siswa setingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) ternyata dinilai ”buta” matematika.

  Demikian juga dengan hasil Ujian Nasional Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kota Medan, masih belum menggembirakan, bahkan ada beberapa siswa berada pada level dibawah standar kelulusan. Sebagaimana dikemukakan Basri (2010) selaku Kepala Dinas Pendidikan kota Medan menyatakan dari 6.858 siswa Sekolah Menengah Pertama

  Arisan Candra Nainggolan Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah..........

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 41

  (SMP) sesumatera utara yang tidak lulus Ujian Nasional (UN) tahun 2010, sebanyak 2.155 orang atau 5,23 persen berasal dari kota Medan. Hal yang sama juga terjadi pada sekolah SMP Putri Cahaya Medan, dari pengamatan peneliti dalam empat tahun terakhir ini tidak pernah siswa tamatanya lulus Ujian Nasional (UN) 100%. Tahun 2008 terdapat tiga orang tidak lulus, tahun 2009 terdapat dua orang tidak lulus dan tahun 2010 terdapat tiga orang tidak lulus serta tahun 2011 terdapat satu orang tidak lulus. Dimana setiap tahunnya karena nilai pelajaran matematika yang tidak memenuhi standard kelusan.

  Rendahnya nilai matematika siswa harus ditinjau dari lima aspek pembelajaran umum matematika sebagaimana yang dirumuskan dalam National Council of

  Teachers of Mathematic(NCTM,2000):

  Menggariskan peserta didik harus mempelajari matematika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Untuk mewujudkan hal itu, pembelajaran matematika dirumuskan lima tujuan umum yaitu: pertama, belajar untuk berkomunikasi; kedua, belajar untuk bernalar; ketiga, belajar untuk koneksi; dan kelima, pembentukan sikap postif terhadap matematika.

  Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak terlepas dari sesuatu yang namanya masalah, sehingga pemecahan masalah merupakan fokus utama dalam pembelajaran matematika. Sebagaimana Gusti (2010) menyatakan bahwa: kemampuan memecahkan masalah adalah tujuan umum dalam pengajaran matematika dan jantungnya matematika.

  Metode mengajar guru yang selalu melati siswa untuk menyelesaikan masalah maka siswa tersebut akan menjadi lebih analitis didalam mengambil keputusan didalam kehidupan sebagaimana yang dikemukakan Hudojo (2003) menjelaskan bahwa mengajar matematika untuk menyelesaikan masalah-masalah memungkinkan siswa menjadi lebih analitis di dalam mengambil keputusan di dalam kehidupan, dengan perkataan lain, bila siswa dilatih untuk menyelesaikan masalah maka siswa tersebut akan mampu mengambil keputusan sebab siswa tersebut telah memiliki keterampilan tentang bagaimana mengumpulkan informasi yang relevan, menganalisis informasi dan menyadari betapa perlunya meneliti kembali hasil yang telah diperolehnya.

  Namun di lapangan pembelajaran yang dilakukan guru masih memprihatinkan. Solichan (2011) menyatakan bahwa proses pembelajaran matematika yang diterapkan di sekolah secara umum masih jauh dari kualitas standar, walaupun banyak guru yang sudah mendapatkan sosialisasi tentang model pembelajaran yang inovatif. Siswa diposisikan sebagai obyek, siswa dianggap tidak tahu atau belum tahu apa-apa, sementara guru memposisikan diri sebagai yang mempunyai pengetahuan, otoritas tertinggi adalah guru. Materi pembelajaran matematika diberikan dalam bentuk jadi, cara memahami dengan baik apa yang mereka pelajari.

  Dari uraian di atas, menunjukkan bahwa pemecahan masalah merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan kognitif siswa dan mempengaruhi hasil belajar matematika siswa. Hasil belajar matematika siswa SMP Putri Cahaya Medan sampai saat ini masih belum memperlihatkan hasil yang baik. Sebagai contoh terlihat dari jawaban siswa tentang suatu soal yang mengukur pemecahan masalah matematika siswa di SMP Putri Cahaya Medan kelas IX- 1 tahun pelajaran 2011/2012. Adapun model soal tes yang diberikan adalah: “Satu

  Arisan Candra Nainggolan Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah..........

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015

  keranjang apel terdiri dari apel hijau dan apel Dari hasil yang diperoleh, ternyata merah. Seperlima diantaranya berupa apel hanya 15% dari siswa yang memahami hijau. Rata-rata berat apel hijau adalah 110 masalah soal selengkapnya, melaksanakan gram sedangkan rata-rata berat apel merah proses yang benar dan mendapat solusi atau adalah 80 gram. Berapakah rata-rata berat hasil yang benar. Siswa yang memahami dari seluruh apel tersebut?” masalah soal selengkapnya dan menggunakan

  Adapun jawaban siswa adalah seperti strategi yang benar, tetapi ada sedikit salah pada Gambar 1.1. berikut: perhitungan seperti Gambar 1.1a sebanyak 10%. Memahami masalah soal selengkapnya dan melaksanakan prosedur yang benar, memberikan jawaban yang benar tetapi salah struktur atau perhitungan seperti Gambar 1.1b sebanyak 20%. Salah menginterprestasi sebagian soal atau mengabaikan kondisi soal, menggunakan prosedur yang benar tetapi mengarah kejawaban yang salah secara prosedur dan perhitungan seperti Gambar 1.1c sebanyak 30%. Salah menginterprestasi soal dan menggunakan prosedur yang salah seperti Gambar 1.1d sebanyak 25% dan tidak dapat memahami soal sehingga sama sekali tidak dijawab sebanyak 15%.

  Dari jawaban siswa terlihat bahwa

  a b

  pemecahan masalah siswa rendah, siswa kurang memahami masalah, rencana penyelesaian yang dilakukan siswa tidak terarah sehingga proses perhitungan belum memperlihatkan jawaban yang benar. Siswa jawaban akhir yang telah didapat, padahal jika hal ini dilakukan memungkinkan bagi siswa untuk meninjau kembali jawaban yang telah dibuat.

  Kasus di atas diperkuat Saragih (2007) yang menyatakan bahwa siswa kelas II SMP mengalami kusulitan untuk menjawab soal pemecahan masalah yaitu sebagai berikut: “Seorang petani membeli 12 kg pupuk urea seharga Rp. 4500. Berapa rupiah uang yang diperlukan jika ia membeli sebanyak 72 kg?”.

  c d

  Kondisi senada juga terjadi pada hasil penelitian Bella (2011) mengenai soal

Gambar 1.1 Hasil Pekerjaan Siswa yang

  pemecahan masalah siswa yaitu sebagai

  Berhubungan dengan Pemecahan Masalah

  berikut: “Amir, Budi dan Citra memiliki uang

  JSP | FKIP | UHN |hal 42

  Arisan Candra Nainggolan Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah..........

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 43

  yang sama banyak. Tentukan banyaknya uang Amir yang harus diberikan kepada Citra dan Budi sehingga uang Budi menjadi Rp.

  7000,00 lebih banyak dari uang Amir, sedangkan uang Citra menjadi Rp. 2000 kurangnya dari uang Budi”. Dari 30 siswa, 11 orang di antaranya tidak menjawab soal tersebut, 16 orang menjawab dengan jawaban yang salah dan 3 orang menjawab dengan benar.

  Menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran matematika di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pentingnya pemecahan masalah dan sikap siswa yang akhirnya mengakibatkan rendahnya hasil belajar matematika. Perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang dapat mengakomodasi peningkatan pemecahan masalah dan sikap siswa terhadap matematika.

  NCTM (2000) menyarankan reformasi pembelajaran matematika yaitu: Mengubah kelas dari sekedar kumpulan siswa menjadi komunitas matematika, menjauhkan otoritas guru untuk memutuskan suatu kebenaran, mementingkan pemahaman dari pada hanya mengingat prosedur. Mementingkan membuat dugaan, penemuan, pemecahan masalah dan jawaban secara mekanis, mengaitkan matematika dengan ide-ide dan aplikassinya dan tidak memperlakukan matematika sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang terasingkan.

  Untuk merealisasikan reformasi pembelajaran matematika seperti yang dikemukakan di atas maka diperlukan suatu pengembangan materi pembelajaran matematika. Sebagaimana yang dikemukakan Saragih (2007) diperlukan suatu pengembangan materi pembelajaran matematika yang dekat dengan kehidupan siswa, sesuai dengan tahap berpikir siswa, serta metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran yang tidak hanya berujung pada tes akhir. Pendekatan Matematika Realistik (PMR) memiliki dua filosofi, pertama matematika harus dekat dengan anak-anak dan relevan dengan situasi kehidupan setiap hari. Namun demikian, kata 'realistis', merujuk bukan hanya untuk koneksi dengan dunia nyata, tetapi juga mengacu pada situasi masalah yang nyata dalam pikiran siswa. Kedua gagasan matematika sebagai aktivitas manusia, (Hidayati, 2011). Dari filosofi PMR tersebut jelas bahwa PMR merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan reformasi pembelajaran matematika yang diinginkan. Menurut Nazwandi (2010) PMR adalah: Pendekatan pengajaran yang bertitik tolak dari hal-hal yang real bagi siswa, menekankan ketrampilan procees of doing

  mathematics, berdiskusi dan berkolaborasi,

  berargumentasi dengan teman sekelas sehingga mereka dapat menemukan sendiri (student inventing sebagai kebalikan dari

  teacher telling) dan pada akhirnya

  menggunakan matematika itu untuk menyelesaikan masalah baik secara individu maupun kelompok. Pada pendekatan ini peran guru tak lebih dari seorang fasilitator, berfikir, mengkomunikasikan reasoningnya, melatih nuansa demokrasi dengan menghargai pendapat orang lain. Pada pembelajaran dengan PMR Siswa harus aktif mengkonstruksi sendiri pengetahuan matematika. Siswa didorong dan diberi kebebasan untuk mengekspresikan jalan pikirannya.

  Konteks pada PMR memiliki peran penting. Darhim (2003) menyatakan bahwa masalah kontekstual pada PMR digunakan sejak awal pembelajaran dan digunakan terus, hal tersebut bertujuan sebagai sumber dan sebagai terapan konsep matematika. Turmudi (2008) menyatakan masalah Konteks pada

  Arisan Candra Nainggolan Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah..........

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 44

  PMR berfungsi juga sebagai sumber untuk proses belajar. Dengan demikian, dalam PMR konteks masalah dan situasi kehidupan nyata digunakan baik untuk membentuk dan menerapkan konsep-konsep matematika.

  Karakteristik yang kedua pada PMR yaitu Instrumen vertikal yang sering disebut pemodelan. Menurut Darhim (2003) ada tiga hal pokok pada langkah-langkah menyelesaikan soal cerita dalam Pembelajaran matematika secara biasa , yaitu: Pertama soal cerita harus sesuai dengan kehidupan sehari-hari yang pada PMR disebut masalah kontekstual, walaupun belum ada jaminan soal cerita yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari pasti kontekstual bagi siswa, kedua, soal cerita diubah ke dalam bentuk kongkrit atau model diagram (Gambar) kemudian baru dilanjutkan ke dalam simbol yang dalam PMR disebut menggunakan model, ketiga langkah selanjutnya baik PMR dan Pembelajaran matematika secara biasa sama, yaitu menyelesaikan model yang telah dibuat.

  Dari pendapat di atas, jelas bahwa PMR dan Pembelajaran matematika secara biasa mengandung aspek pemodelan dalam menyelesaikan masalah. Terkadang secara biasa sering tak terlihat karena dalam menyelesaikan masalah siswa yang hanya pandai mengikuti langkah atau aturan yang sama yang diajarkan gurunya saat pembelajaran berlangsung (Mudzakkir, 2006).

  Selain faktor pembelajaran, terdapat faktor lain yang diduga dapat berkontribusi terhadap perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Adapun faktor lain tersebut adalah faktor level sekolah dan faktor kemampuan awal matematis (KAM). Adapun tujuan pengelompokan siswa berdasarkan level sekolah dan kemampuan awal matematis siswa adalah untuk melihat adakah pengaruh bersama antara pembelajaran yang digunakan dan level sekolah maupun kemampuan awal matematis siswa terhadap perkembangan kemampuan pemecahan masalah matematis matematis siswa.

  Berdasarkan uraian di atas, dirasakan perlu upaya mengungkap apakah PMR dan Pembelajaran matematika secara biasa memiliki perbedaan kontribusi terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Hal itulah yang mendorong dilakukan suatu penelitian yang memfokuskan pada penerapan pendekatan matematika realistik terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP).

  Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini difokuskan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan PMR lebih baik daripada siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan PMB ditinjau dari keseluruhan siswa, level sekolah (tinggi dan sedang) dan Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang dan pendekatan yang digunakan (PMR dan PMB) dengan level sekolah (tinggi dan sedang) dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah maupun matematis siswa?, 3) apakah terdapat interaksi antara pendekatan yang digunakan (PMR dan PMB) dengan Kemampuan Awal Matematis (KAM) siswa (tinggi, sedang dan rendah) dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah maupun matematis siswa?.

  Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang pengaruh PMR terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa. Secara lebih khusus penelitian ini bertujuan

  Arisan Candra Nainggolan Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah..........

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015

  mengkaji secara komprehensif:1)peningkatan Kelas Pre-tes Treatmen Post-tes kemampuan pemecahan masalah matematis t siswa yang memperoleh pembelajaran dengan PMR (Eksperimen) O

  X O pendekatan Matematika Realistik (PMR) PMB (Kontrol) O O - lebih baik daripada siswa yang memperoleh

  Keterangan : Pembelajaran Matematika secara Biasa

  X = Pendekatan Matematika (PMB), ditinjau dari keseluruhan siswa, Level

  Realistik sekolah dan KAM, 2) tidak terdapat interaksi O = Pretes dan Postes antara pendekatan yang digunakan (PMR dan

  Instrumen yang digunakan dalam PMB) dengan level sekolah dalam penelitian ini adalah tes kemampuan peningkatan kemampuan pemecahan masalah pemecahan masalah matematis, lembar matematis siswa, 3) tidak terdapat interaksi pengamatan aktivitas siswa, lembar antara pendekatan yang digunakan (PMR dan pengamatan kemampuan guru mengelola PMB) dengan KAM dalam peningkatan pembelajaran, dan bentuk proses kemampuan pemecahan masalah maupun penyelesaian masalah yang dilakukan siswa matematis siswa. dalam menyelesaikan masalah pada masing- masing pembelajaran. Tes terlebih dahulu

2. METODE PENELITIAN

  divalidasi oleh beberapa ahli dan dilakukan Penelitian ini dilaksanakan di SMP uji coba lapangan.

  Putri Cahaya dan SMP Raksana Medan kelas Dari penjelasan di atas, skema berikut

  VIII. Pada bulan Mei s/d bulan Juni tahun akan memberikan gambaran yang lebih 2012 selama 7 kali pertemuan (14 jam terperinci mengenai rangkuman alur kerja pelajaran = 14 x 40 menit) untuk masing- dari penelitian yang dilakukan pada gambar masing kelas sampel.

  3.1 berikut. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP yang ada di Rayon

  07 Kotamadya Medan tahun pelajaran 2011/2012. Dari sekolah level tinggi dan dari sekolah level sedang terpilih SMP Raksana. pada SMP Putri Cahaya dilakukan undian untuk memilih kelompok pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik yaitu kelas VIII(4), sedangkan kelas VIII(2) menggunakan pembelajaran matematika secara biasa. Pada SMP Raksana diperoleh bahwa kelas VIII(3) dengan kelompok pendekatan matematika realistik dan kelas VIII(1) dengan kelompok pembelajaran matematika secara biasa.

  Desain dalam penelitian ini menggunakan kelompok kontrol pretes dan postest yang dinyatakan dalam tabel berikut: Gambar 3.1. Alur kerja dari penelitian yang dilakukan.

  JSP | FKIP | UHN |hal 45

  Arisan Candra Nainggolan Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah..........

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015

  dengan pendekatan PMR . Melihat hasil

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

  penelitian yang telah dikemukakan di atas,

a. Hasil Penelitian

  Tujuan utama penelitian ini adalah menunjukkan bahwa pembelajaran dengan untuk mendeskripsikan peningkatan secara menggunakan PMR lebih baik dalam komprehensif tentang proses dan hasil belajar meningkatkan kemampuan pemecahan matematis siswa yang mendapat pendekatan masalah matematis siswa dibandingkan matematika realistik dan siswa yang dengan PMB. mendapat pembelajaran matematika secara biasa. Hasil belajar matematika yang

  c. Kemampuan Pemecahan Masalah

  dimaksud adalah kemampuan pemecahan

  Matematis berdasarkan

  masalah matematis siswa. Adapun data hasil

  Pembelajaran, Level Sekolah dan

  kemampuan pemecahan masalah matematis Kemampuan Matematis Siswa. siswa sebagai berikut: Hasil penelitian menunjukan bahwa peningkatan kemampuan pemecahan masalah

  Tabel. 4.1 Rerata Skor Pretes, Postes dan N- siswa yang memperoleh pembelajaran dengan Gain Kemampuan Pemecahan Masalah

  PMR secara signifikan lebih baik Matematika dibandingkan dengan siswa yang memperoleh

  Kemampuan Pemecahan Masalah pembelajaran matematika secara biasa. Hal Stk

  PMR PMB ini ditunjukan dengan peningkatan nilai rerata

  Pre-tes Pos-tes N-Gain Pre-Tes Pos-tes N-Gain

  pembelajaran PMR sebesar 0,699 lebih tinggi

  N

  80

  80

  80 81 81 81 daripada PMB sebesar 0,572. 10,5 38,1 0,69 10,9 33,2 0,57 x

  Demikian pula kemampuan awal

  Std. 1,79 4,401 0,107 2,216 4,613 0,109

  matematis memberikan pengaruh yang

  Min

  7 26 0,43 4 25 0,36 Ma.

  15 49 0,97 16 41 0,78 signifikan terhadap kemampuan pemecahan

  masalah matematis siswa. Peningkatan nilai rerata pada siswa kemampuan awal Tabel. 4.2 Rangkuman Uji t Kelompok matematis tinggi dengan PMR (0,814) lebih

  Data PMR dan PMB.

  Skor N-Gain Kemampuan tinggi daripada PMB (0,689). Pada siswa Pendekatan

  Pemecahan Masalah Pembelajaran Perb. rata-rata t Sig. H

  rerata yang memperoleh PMR (0,701) lebih

  N_Gain

PMR * PMB 0,699 > 0,572 7,47 0,00 Ditolak tinggi daripada PMB (0,562). Demikian pula

  peningkatan nilai rerata pada siswa H : Tidak terdapat perbedaan rata-rata berkemampuan awal matematis rendah peningkatan kemampuan pemecahan dengan PMR (0,575) lebih tinggi daripada masalah matematis siswa yang PMB (0,468). pembelajarannya menggunakan PMR dengan siswa yang pembelajarannya

  d. Interaksi Antara Faktor Pembelajaran, menggunakan PMB. Faktor Level sekolah dan Faktor

b. Pembahasan Hasil Penelitian Kemampuan Awal Matematis Siswa

  Pada bagian ini akan diuraikan

  dalam Mempengaruhi Peningkatan

  deskripsi dan interpretasi data hasil

  Kemampuan Pemecahan Masalah

  penelitian. Deskripsi dan interpretasi Matematika Matematis Siswa. dilakukan terhadap kemampuan pemecahan

  Hasil analisi varians (ANAVA) dua masalah matematis melalui pembelajaran jalur menunjukan bahwa tidak ada interaksi

  JSP | FKIP | UHN |hal 46

  Arisan Candra Nainggolan Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah..........

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 47

  antara pendekatan pembelajaran dengan level sekolah terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah koneksi matematis siswa. Begitu juga antara pendekatan pembelajaran dengan faktor kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang dan rendah) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis. Artinya selisih rataan gain ternormalisasi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan level sekolah (tinggi dan sedang) serta kemampuan awal matematis (tinggi, sedang, dan rendah) yang diajar dengan PMR tidak berbeda secara signifikan dengan diajar melalui PMB.

  Berdasarkan hasil dan analisis penelitian di atas dan temuan selama pelaksanaan pembelajaran dengan PMR, diperoleh beberapa kesimpulan. Adapun kesimpulan yang diperoleh 1) ditinjau dari keseluruhan siswa, rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan PMR lebih baik daripada yang pembelajarannya dengan menggunakan PMB, 2) ditinjau dari level sekolah (tinggi, pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan PMR lebih baik daripada yang pembelajarannya dengan menggunakan PMB untuk setiap level sekolah (tinggi, sedang), 3) ditinjau dari KAM (tinggi, sedang dan rendah), rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan PMR lebih baik daripada yang pembelajarannya dengan menggunakan PMB untuk setiap kategori KAM (tinggi, sedang dan rendah), 4) tidak ada interaksi antara pendekatan pembelajaran dengan level sekolah (tinggi, sedang) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, 5) tidak ada interaksi antara pembelajaran dengan KAM (tinggi, sedang dan rendah) terhadap kemampuan pemecahan masalah matematis siswa.

  b. Saran

  Berdasarkan hasil penelitian, maka disampaikan beberapa saran antara lain: 1) dalam PMR perlu memperhatikan hal-hal berikut: (a) tersedianya bahan ajar dalam bentuk masalah kontekstual yang berfungsi sebagai informal matematika (model off) yang dapat mengantarkan sampai ke formal matematika (model for) dalam proses belajar. (b) diperlukan pertimbangan bagi guru dalam melakukan intervensi sehingga usaha siswa untuk mencapai perkembangan aktualnya lebih optimal. (c) pendekatan matematika realistik hendaknya diterapkan pada materi yang esensial menyangkut benda- benda yang real disekitar tempat belajar, agar siswa lebih cepat memahami pelajaran yang sedang dipelajari, 2) PMR dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar sehingga dapat dijadikan masukan bagi sekolah untuk dikembangkan sebagai strategi pembelajaran yang efektif 3) pendekatan matematika realistik dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, maka diharapkan dukungan dari kepala sekolah untuk mensosialisasikan penggunaan pendekatan matematika realistik di sekolah melalui MGMP matematika, pelatihan guru-guru matematika atau melalui seminar.

4. SIMPULAN DAN SARAN

a. Simpulan

DAFTAR PUSTAKA

  Basri. H. (2010). 2.115 Siswa Di Medan

  Tidak Lulus UN,

  (Online), (http://www.disdik.pemkomedan.go. id, diakses 25 Maret 2011).

  Arisan Candra Nainggolan Peningkatan Kemampuan Pemecahan masalah..........

  Alfabeta Mudzakkir, H.S. (2006). Strategi

  Turmudi. (2008). Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika. PT.

  Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematik Siswa Sekolah Menegah Pertama melalui Pendekatan Matemaatika Realistik. Disertasi S3 UPI.

  Saragih, S. (2007). Mengembangkan

  wordpress.com, diakses 15 september 2011)

  Mateamtika Realistik Indonesia) Satu Inovasi Dalam Pendidikan Matematika Di Indonesia, (Online), (http:// nazwandi

  Mathematics. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. NCTM: Reston VA. Nazwandi. (2010) PMRI (Pembelajaran

  Tesis. UPI-Bandung. Tidak diterbitkan. National Council of Teachers of

  Pembelajaran Think-talk-write untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa Sekolah Menengah Pertama (Eksperimen pada Siswa Kelas II SMP di Kabupaten Garut.

  Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung:

  ISSN: 2356-2595 Volume-2, Edisi-1, Maret 2015 JSP | FKIP | UHN |hal 48

  (Online), (http://deking.wordpress.com, diakses 10 Maret 2011). Hudojo, H. (2003).

  (http://one.indoskripsi.com, diakses 10 Oktober 2010). Hidayati. (2011). Manfaat Belajar Matematika.

  Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Instruction) Dalam Pembelajaran Matematika. (Online),

  Gusti. (2010). Penerapan

  Matematika Kontekstual Terhadap Hasil Belajar dan Sikap Siswa Sekolah Dasar Kelas Awal Dalam Matematika. Disertasi UPI Bandung.

  pada PPS UNIMED : tidak diterbitkan. Darhim. (2003). Pengaruh Pembelajaran

  Masalah Matematika Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Tesis

  Bella, M.R. (2010). Peningkatan Pemecahan

  Luser Cita Pustaka.