POTENSI SINGKONG SEBAGAI BAHAN MAKANAN A

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

POTENSI SINGKONG SEBAGAI BAHAN MAKANAN ALTERNATIF
DALAM UPAYA MEMPERLUAS KHASANAH KULINER
NUSANTARA MELALUI PENDEKATAN MARKETING
Agung Haskara
Lukman Hakim
Sampoerna School of Business

ABSTRAK
Indonesia memiliki masyarakat yang identik dengan nasi sebagai makanan pokok utama. Walaupun
Indonesia mempunyai beberapa jenis makanan pokok lain seperti jagung, gandum, sorgum dan singkong.
Bahan makanan tersebut tetap tidak berpengaruh terhadap anggapan masyarakat untuk lebih memilih selain
nasi sebagai makanan pokok utama. Saat ini impor beras semakin naik dan mengakibatkan harga juga semakin
naik. Untuk itu diperlukan langkah pemerintah untuk mengga lakan bahan makanan utama pengganti yang
belum terlaksana dengan baik di masyarakat. Singkong merupakan salah satu komoditas bahan makanan pokok
terbesar tetapi belum diberdayakan secara maksimal baik di masyarakat maupun di level industri. Banyak
olahan makanan yang dapat diciptakan dari singkong, mulai dari makanan ringan (snack) seperti keripik

sampai makanan utama (main course). Makalah ini bertujuan untuk memperluas khasanah kuliner dari bahan
dasar singkong, dan bagaimana pendekatan marketing dapat mengetaui cara memaksimalkan komoditas
singkong. Langkah ini juga diharapkan dapat mendukung keberadaan produk kuliner singkong menuju dan
bersaing di tingkat global market.
Kata kunci: singkong, anggapan, makanan pokok, pendekatan marketing, global market

PENDAHULUAN/LATAR BELAKANG
Beras merupakan makanan pokok utama penduduk Indonesia. Beberapa dekade yang lalu,
Indonesia memang disebut sebagai Macan Asia dengan menjadi negara yang bisa melakukan
swasembada beras di wilayah se-Asia Tenggara. Namun, sekarang kondisi mulai berubah dimana
pemerintah harus mengimpor beras dari negara tetangga yaitu, Kamboja dan Thailand. Tingkat
konsumsi penduduk Indonesia akan beras sekitar 140kg per orang per tahun. Jumlah itu jauh diatas
tingkat konsumsi penduduk Kamboja, Thailand, dan Malaysia yang hanya berkisar 65-70kg per orang
per tahun. Sejalan dengan tingkat konsumsi beras yang semakin naik, lambat laun harga pun juga
akan naik sesuai permintaan pasar.
Untuk menghindari kenaikan harga tersebut, penduduk Indonesia perlu berhemat sampai ke
angka 100kg per orang per tahun untuk bisa mengekspor beras. Bahan pangan alternatif lain yang
menjadi polemik adalah jagung dan gandum. Diperkirakan hingga akhir tahun 2012, pasokan jagung
dunia akan menurun mengingat Amerika Serikat sebagai eksportir utama jagung sebesar 42% di dunia
sedang dilanda kemarau. Terlebih lagi tingkat konsumsi gandum yang lambat laun terus meningkat

hingga mencapai 10 juta ton per tahun. Apabila Indonesia tetap tergantung dengan impor gandum
dikhawatirkan akan menyedot devisa negara yang cukup besar.
Sebenarnya, di negeri ini tersedia bahan pangan alternatif lain contohnya singkong. Bahan
pokok alternatif ini belum diberdayakan secara maksimal oleh masyarakat. Dari sisi kewirausahaan
sekalipun masih sedikit olahan-olahan dari singkong yang tersedeia untuk mencukupi kebutuhan
1

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

pangan masyarakat. Terlebih lagi untuk membawa singkong go International. Dibutuhkan referensi
ide-ide kreatif para entrepreneur untuk mengolah lebih kreatif lagi panganan-panganan berbahan
dasar singkong. Selain untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat, hal ini juga untuk mengubah
paradigma masyarakat tentang makanan dari singkong.
Dengan adanya peluang substitusi tersebut, diperlukan pengkajian lebih mendalam berkaitan
dengan potensi makanan yang berasal dari singkong. Diharapkan makalah ini dapat membuka
wawasan bagi para pengusaha muda untuk membuat portfolio baru dalam hal kuliner yang kompetitif
baik di skala nasional maupun internasional.


TUJUAN
Dengan adanya makalah ini, diharapkan terjadi diskusi lebih mendalam tentang komoditas
singkong nasional. Adapun tujuan dibentuknya makalah ini adalah,
1. Meningkatkan nilai tambah tanaman singkong, baik untuk konsumsi skala kecil
(keluarga) maupun skala besar (industri).
2. Membuka wawasan masyarakat, khususnya para entrepreneur untuk menciptakan produk
baru berbahan dasar singkong.
3. Menciptakan lapangan kerja baru dan penyerapan tenaga kerja.
4. Mengedukasi masyarakat tentang manfaat dan peran singkong sebagai makanan pokok
alternatif.
5. Membantu pemerintah dalam sosialisasi program pemerintah berkaitan dengan
diversifikasi makanan pokok.
6. Memperkenalkan langkah pemasaran yang strategis bagi pelaku usaha olahan simgkong,
khususnya pengusaha di daerah.

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan adalah study literature atau berupa secondary data yang
berasal dari beberapa sumber. Sumber berasal dari media cetak seperti; buku, majalah, koran, dan
media cetak lainnya. Data-data hasil riset berasal dari internet yaitu, website resmi FAO (Food and

Agriculture Organization) dan World Bank. Semua data dikondisikan se-valid mungkin mengingat
banyak sumber dari internet yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Tujuan dari
metode study literature iadalah untuk menentukan teori beserta data-data yang jelas berkaitan dengan
pembuatan makalah.
Metode kedua adalah melalui focus group discussion yang diadakan di area kampus
Sampoerna School of Business (SSB). Sampel diambil dari mahasiswa-mahasiswi SSB yang berasal
dari berbagai daerah di hampir penjuru Indonesia, mulai dari ujung utara Sumatera sampai ujung
timur Jawa. Sampel di ambil secara acak di tiap daerah dan terbagi menjadi tiga focus group
discussion yang mana masing-masing group mewakili tiap angkatan, yaitu angkatan 2011, dan 2012.
Dengan adanya focus group discussion ini, diharapkan bisa mengupas secara mendalam permasalahan
yang terjadi sehubungan dengan komoditas singkong beserta olahannya, serta masukan-masukan
tentang cara pengembangan produk baru dan perbaikan yang tepat akan pengolahan produk olahan
singkong.

2

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390


Metode ketiga yang digunakan adalah interview. Sasaran interview adalah para pelaku bisnis
olahan singkong yang ada di sekitar Jabodetabek. Pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan alasan
mengapa menggunakan bahan makanan yang dianggap masih tradisional dimana aneka jenis makanan
modern semakin marak; strategi marketing apa yang digunakan untuk menambah jumlah penjualan;
dan bagaimana cara mempertahankan kuliner tradisional yang makin lama semakin terpuruk. Sasaran
interview adalah “Chiquita Pastry” dan seorang reseller keripik super pedas “Maicih”. Metode ini
untuk membedah langkah strategis para pelaku bisnis dalam mengolah manajemen pemasaran mereka
agar produk bisa diterima masyarakat dan laku dipasaran.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Asal-Usul Ubi Kayu (Singkong)
Ubi Kayu atau singkong atau dengan nama latin Manihot esculenta , bukan merupakan
tanaman asli kawasan Asia Tenggara. Ubi kayu (singkong) adalah bahan makanan pokok penduduk
asli Amerika Selatan bagian Utara, Selatan Mesoamerika, dan Kepulauan Karibia. Ketika bangsa
Spanyol menaklukan daerah-daerah tersebut, budidaya tanaman singkong pun dilanjutkan oleh
pemerintahan kolonial Portugis dan Spanyol. Seperti halnya kentang manis, kentang putih, jagung,
kacang-kacangan, dan tomat. Singkong juga tumbuhan yang didatangkan dari dunia baru, yaitu
Amerika (Dixon, 1982). Beberapa sumber mengatakan bahwa singkong di adopsi ke Jawa pada awal
abad ke-17. Sumber yang lain mengatakan tanaman ini mulai diperkenalkan awal abad ke-18 di Jawa

oleh bangsa Portugis. Ubi kayu (singkong) mulai ditanam secara komersial di wilayah Indonesia
sekitar tahun 1810.
Kandungan Gizi dan Manfaat Singkong
Umbi Kayu adalah tanaman umbi-umbian yang berbentuk seperti semak-semak dengan tinggi
1-5 meter, memiliki batang yang bercabang dengan warna hijau, coklat, atau berwarna pucat.
Daunnya berbentuk menjari dengan 3-9 jari tiap daun. Sel kelamin tumbuhan pada singkong terdapat
pada bunga yang sama. Umbinya berwarna putih tetapi kadang berwarna kuning atau kemerahan
(Purseglove, 1968).
Singkong mempunyai keunggulan dalam pemenuhan kebutuhan pokok, yaitu kaya akan
karbohidrat dan lemak. Dibandingkan bahan pokok yang lain, singkong menempati urutan pertama
dalam pemenuhan kalori. Dibawah ini merupakan tabel efisiensi perbandingan jumlah kalori masingmasing bahan makanan pokok.

Jenis
Kalori/Hari
Tanaman
Singkong
Jagung
Padi
Sorgum
Gandum


250
200
176
114
110

Tabel 1. Tabel Efisiensi Perbandinagan Jumlah Kalori. Sumber: Soenarjo, (1986)

Tidak hanya dalam hal pemenuhan energi, singkong juga mengandung beberapa kandungan
gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti vitamin C dan B1, zat besi, kalsium, fosfor, dan lain-lain. Di
3

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

masyarakat umum, singkong mempunyai khasiat tertentu yang baik bagi tubuh. Menurut Prof.
Hembing Wijayakusuma, seorang pakar tanaman obat, singkong dapat mengatasi rematik, sakit

kepala, luka bernanah, diare, bahkan sebagai obat cacingan. Pemanfaatan bagian umbi dan daun dapat
menimbulkan efek farmakologis sebagai antioksidan, antikanker, antitumor, dan menambah nafsu
makan. Berikut kandungan gizi yang terdapat dalam setiap 100 gram singkong.

Kalori
Air
Fosfor
Karbohidrat
Vitamin C
Protein
Kalsium
Besi
Vitamin B1
Lemak

121 kal
62,50 gram
40,0gram
34,00 gram
30,00 miligram

1,20 gram
33,00 miligram
0,70 miligram
0,10 miligram
0,30 gram

Tabel 2. Kandungan Gizi Singkong dalam setiap 100 gram. Sumber: Wikipedia, (2012)

Hampir semua bagian dari umbi ini dapat dimanfaatkan baik untuk skala konsumsi rumah
tangga maupun skala industri. Sebagian besar singkong dimanfaatkan dalam bentuk gaplek (potongan
kecil-kecil singkong kering), tepung, maupun langsung umbinya. Sebagai sumber pangan kaya
karbohidrat, singkong diolah menjadi gaplek, pelet, chips, tapioka dan onggok. Industri dengan proses
fermentasi dapat menghasilkan produk asam cuka, butanol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol
dan monosodium glutamat. Sedankan melalui proses hidrolisis, singkong dapat diolah menjadi produk
gula invert, high fructose syrup, dektrosa, sirup glukosa, sukrosa, dan maltrosa.

Gambar 1. Gaplek

Gambar 3. Tepung singkong


Gambar 2. Umbi Singkong

Komoditas Singkong di Indonesia
Produksi singkong dunia di tahun 2012 diprediksi akan mengalami kenaikan sebesar 6% atau
mencapai angka 250 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan permintaan singkong
sebagai bahan makanan pokok terjadi di kawasan Afrika, sedangkan di Asia Tenggara pemanfaatan
4

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

singkong lebih kepada penggunaan untuk industri, khususnya ethanol. Hal tersebut merupakan dua
kegunaan singkong yang berbeda dari dua kawasan penghasil singkong terbesar di dunia. Thailand
sebagai salah satu produsen singkong terbesar di dunia juga mengalami kelangkaan dan butuh sumber
alternatif lain, yaitu gandum.
Di sisi lain, kondisi tersebut justru menguntungkan negara tetangga, seperti Kamboja,
Vietnam, Laos, termasuk Indonesia. Pada tahun 2011, Indonesia menempati posisi pertama produsen
terbesar se-Asia. Pergeseran posisi ini sudah terjadi sejak dua tahun terakhir secara berturut-turut

yaitu 2010 dan 2011. Kondisi ini menunjukan prospek produksi singkong di Indonesia begitu tinggi
tidak hanya di kawasan Asia tapi juga di dunia. Dengan jumlah komoditas singkong yang sangat
melimpah, seharusnya tidak ada permasalahan kekurangan bahan makanan pokok di republik ini
apabila dibudidayakan dan diolah secara optimal.
Menurut riset yang dilakukan oleh John Dixon, singkong dikonsumsi oleh 65% penduduk Indonesia
yang mayoritasnya adalah warga miskin. Penduduk yang mengonsumsi singkong kebanyakan adalah
warga yang berdomisili di Jawa dan Bali. Alasan mereka mengonsumsi singkong adalah
ketidakmampuan mereka untuk mengonsumsi beras. Berikut ini adalah data yang dikutip dari BPS,
Survey Nasional Ekonomi Nasional, Pengeluaran Untuk Konsumsi Penduduk (dalam kilogram per
kapita) dapat kita lihat bahwa konsumsi singkong dalam daerah kota maupun pedesaan sangat kecil.

Tabel 3. Pengeluaran untuk konsumsi Penduduk. Sumber: Badan Pusat Statistik

Sayangnya, pemanfaatan singkong selama ini lebih banyak diberdayakan di sektor industri,
seperti gaplek, tepung singkong, atau diolah menjadi pakan ternak, daripada sebagai bahan pangan
utama seperti di kawasan Afrika. Mengingat biaya ekspor beras, jangung, dan gandum yang semakin
meningkat, seharusnya singkong dapat dijadikan jalan keluar alternatif permasalahan tersebut.

5

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

2008
Dunia
Asia
Thailand
Indonesia
Viet Nam
India
China,
mainland
Cambodia
Philippines
Other Asia

2010

2011

239 843
80 404
25 156
21 593
9 396
9 056

2009
(000 ton)
241 890
85 785
30 088
22 039
8 557
9 623

237 917
78 086
22 006
23 908
8 522
8 060

250 062
82 587
21 912
25 936
8 863
8 743

8 300

8 700

8 000

8 500

3 676
1 942
1 285

3 497
2 044
1 237

4 247
2 101
1 242

5 158
2 185
1 289

Tabel 4. Produksi Komoditas Singkong di Dunia. Sumber: FAO, (2011)

Permasalahan Tidak Berkembangnya Singkong di Indonesia
Indonesia memiliki banyak varian konsumsi bahan makanan pokok salah satunya adalah
singkong. Sebenarnya pemerintah sudah mencanangkan untuk melakukan diversifikasi pangan untuk
mengatasi ketergantungan terhadap salah satu bahan makanan pokok. Namun, pada kenyataannya
program ini sangat sulit dijalankan di lapangan. Kendala yang dihadapi bisa berasal dari segi
masyarakat atau dari pemerintah sendiri yang kurang gencar dalam mennsosialisasikan programprogram diversifikasi pangan.
Diversifikasi pangan pun menjadi harapan dan tekad pemerintah. Peraturan Presiden Nomor
22 tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis
Sumberdaya Pangan Lokal merupakan salah satu langkah penting bagi upaya ketahan pangan
berkelanjutan dan pengembangan kualitas manusia Indonesia yang prima (Fitri, 2009). Berkaitan
dengan masalah ini terdapat beberapa alasan mengapa ubi kayu (singkong) tidak mudah untuk
diaplikasikan sebagai bahan konsumsi pengganti beras.
Paradigma Singkong Adalah Makanan Kelas Menegah-Bawah
Adanya paradigma bahwa ubi kayu (singkong) adalah makanan kelas menengahbawah adalah kendala terbesar yang harus diatasi. Mayoritas responden dari hasil focus group
discussion bahwa singkong itu produk yang ketinggalan zaman, tua, dan tidak enak.
Berdasarkan hasil tadi dapat disimpulkan bahwa paradigma masyarakat urban terhadap
olahan singkong identik dengan makanan kampungan. Di dalam masyarkat Indonesia muncul
resistensi bahwa selain mengonsumsi beras, dapat dikatakan kurang bergengsi, terlebih lagi di
daerah kota metropolitan yang mana paradigma ini tertancap sangat kuat. Bahkan, di daerah
pedesaan tingkat konsumsi ubi kayu (singkong) pun bisa dikatakan sedikit akhir-akhir ini dan
hanya keluarga yang benar-benar tidak mampu saja yang mengonsumsi singkong sebagai
makanan pokok, contohnya di daerah Gunung Kidul yang mana masyarakatnya mayoritas
tidak mampu untuk membeli beras.
Kurangnya Penetrasi Program Diversifikasi Makanan Pokok oleh Pemerintah
Kurangnya sosialisasi dari pemerintah ikut menyumbang kemunduran tingkat
konsumi ubi kayu (singkong) di masyarakat. Walaupun terdapat Peraturan Presiden yang
mengatur kebijakan diversifikasi pangan, namun minimnya penetrasi program yang pasti
6

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

untuk beralih dari satu makanan pokok ke jenis bahan utama yang lain membuat peraturan ini
sia-sia belaka. Situasi ini justru mempersulit pemerintah untuk menghentikan impor bahanbahan konsumsi pokok yang memang semakin mahal. Jika tidak segera diselesaikan, tingkat
ketergantungan masyarakat akan suatu bahan pokok akan semakin tinggi dan justru akan
menjadi bom waktu bagi negara ini.
Kurangnya Inovasi Produk Baru
Penyebab ketiga adalah kurangnya variasi jenis olahan dari singkong yang bisa
mendorong masyarakat untuk beralih ke jenis makanan olahan singkong. Kebanyakan ubi
kayu (singkong) diolah dalam bentuk kurang menarik seperti gorengan yang dijual pedagang
pada umumnya atau dikusus biasa seperti yang dilakukan penduduk di pedesaan. Olahan ubi
kayu (singkong) di tingkat branded consumer good juga bisa dikatakan kurang bervariasi.
Seringkali hanya diubah ke dalam bentuk keripik yang mana belum bisa dikatakan sebagai
salah satu makanan padat gizi untuk konsumsi keseharian. Perlunya inovasi produk baru dari
bahan dasar singkong, dapat berpengaruh banyak pada minat masyarakat dalam mengonsumsi
makanan olahan dari singkong. Berdasarkan respon dari responden group discussion,
“ingkong itu akan laku jika bentuknya bukan singkong banyak dilontarkan oleh
narasumber. Hal ini membuktikan bahwa pengembangan sesuatu yang baru memang
mutlak diperlukan.
Dari ketiga permasalahan di atas, kembali lagi bagaimana mengubah paradigma
masyarakat untuk mengonsumsi ubi kayu (singkong). Tidak hanya itu, dari sisi pelaku
ekonomi seperti produsen makanan dan para entrepreneur juga harus didorong untuk selalu
berinovasi dalam menciptakan produk-produk yang mempunyai daya saing atau competitive
advantage baik di tingkat nasional, regional, dan bahkan internasional. Pada subbab berikut
akan dijelaskan macam-macam olahan dari ubi kayu (singkong) yang dapat diangkat di pasar
dan bagaimana mengangkat potensi singkong sebagai makanan khas lokal yang mempunyai
daya saing tinggi bila disandingkan dengan makanan modern lainnya.

Pemecahan Masalah
Aneka Rupa Olahan Singkong
Singkong yang merupakan bahan dasar makanan dapat diolah menjadi aneka kuliner yang
menarik dan lezat. Paradigma yang masih melekat di kepala masyarakat Indonesia bahwa singkong
merupakan makanan kelas menengah-bawah adalah kendala psikologis utama. Untuk mengubah
pandangan bahwa singkong adalah makanan kelas menegah-bawah, maka harus ada terobosan baru
mengenai aneka makanan olahan singkong. Hampir seluruh bagian dari umbi-umbian ini dapat
dimanfaatkan, mulai dari makanan ringan (snack) seperti keripik sampai diolah menjadi makanan
utama (main course). Berikut ini adalah macam-macam olahan makanan yang terbuat dari bahan
singkong,
Keripik Maicih
Pasti banyak masyarakat yang mengetahui keberadan keripik super pedas ini, terlebih
bagi kalangan anak muda, keripik ini menjadi suatu icon makanan gaul masa kini. Produk
yang mulai meledak di pasaran pada awal tahun 2011 ini menjadi semakin menarik ketika
7

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

sentuhan kreativitas produk dan juga marketingnya mempunyai keunikan tersendiri. Pada
dasarnya keripik berperisa pedas merupakan hal yang lumrah di kalangan umum. Namun,
pemilik Maicih memberi level tertentu untuk tingkat kepedasan yang berbeda. Hal ini
membuat konsumen tertarik untuk mencoba keripik Maicih level demi level.
Ditambah lagi marketing penetration yang lebih banyak mengandalkan social media,
yaitu Twitter. Walaupun terkesan irit marketing budgeting, cara ini sangat ampuh untuk
menarik konsumen yaitu dengan menggunakan kata “Bergentayangan” sebagai tanda dimana
penjual Maicih berada. Lokasi yang nomaden memberi kesan eksklusifitas pada produk satu
ini. Ide yang kreatif dari sisi produk sampai marketing inilah kunci sukses mengapa panganan
tradisional ini begitu digandrungi kalangan muda akhir-akhir ini.

Gambar 4. Keripik Maicih

Getuk Singkong
Kuliner satu ini mungkin banyak digemari oleh kalangan orang tua, namun tidak
banyak remaja atau bahkan anak-anak yang suka dengan panganan sederhana ini. Berbahan
baku singkong yang ditumbuk dan dicampur dengan gula pasir dan sedikit parutan kelapa,
kemudian digiling halus dan dipotong sepanjang kurang lebih 7cm. Walaupun terkesan
sederhana, namun sebuah toko yang berada di daerah Jakarta selatan bernama Chiquita Pastry
mampu menghadirkan kuliner tradisional dengan penampilan dan cita rasa yang fresh dan
khas. Toko ini mempunyai puluhan aneka makanan yang berbahan dasar singkong.
Meskipun dengan bahan singkong, kreasi kuliner yang dihasilkan tidak kalah dengan
kudapan modern masa kini, seperti donat, jar/rainbow cake, atau brownies, baik deri segi
penampilan ataupun rasa. Chiquita Pastry mampu mengubah makanan yang biasa menjadi
kuliner yang menarik dengan rasa yang begitu menggoda, salah satunya adalah getuk tapir
(keju-coklat).

Gambar 5. Getuk Tapir Chiquita Pastry

8

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

Kusuka dan Qtela
Cemilan yang satu ini mungkin sudah tidak asing buat kita. Iklan yang cukup menarik
dan pengemasan dan pemrosesan yang bisa dibilang modern. Kedua produk ini memiliki rupa
seperti snack yang biasa ditemukan pada pusat perbelanjaan di penjuru daerah. Iklan yang
sering diputar saat prime time terbilang sukses dalam menarik perhatian pemirsa televisi.
Rasa dari keripik yang terbilang cukup modern seperti barbeque, smoked beef, dan
udang saus padang dengan sukses dapat menarik minat pembeli. Pembeli dengan range mulai
dari anak-anak hingga dewasa gemar mengonsumsi snack ini.

Gambar 6. Keripik singkong Qtela

Keripik Daun Singkong Sri Lestari
Pengolahan tumbuhan yang memiliki khasiat medis adalah hal yang pertama kali
menjadi tujuan utama. Pengolahan dengan cara tradisional dan pengemasan di plastik-plastik
kecil dilakukanoleh Sri Lestari. Keripik ini dijual dengan cara dititipkan pada toko
cinderamata dan pasar.
Pertama-tama, bisnisnya hanya berkutat di daerah Sleman, namun kemudian
merambah ke berbagai daerah seperti Bantul, Klaten, Solo, Jepara, Bekasi, Cikarang,
Tangerang, dan Bali. Tak hanya wisatawan lokal, di beberapa lokasi, keripiknya pun diborong
oleh wisatawan mancanegara.

Gambar 7. Keripik daun singkong

Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Marketing
Di Indonesia, consumers goods merupakan salah satu industri yang lebih dahulu bergerak
melakukan upaya pemasaran dengan giat. Hal itu dikarenakan sejak dahulu industri ini relatif lebih
bebas dari faktor monopoli, karena itu rational marketing sudah dipraktikan cukup lama di industri ini
9

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

(Hermawan Kartajaya, 2010). Langkah pemasaran yang tepat memang suatu hal yang waijb bagi
seseorang yang ingin mengembangkan kuliner berbahan singkong. Ditambah lagi konsumen yang
semakin cerdas akan memilih sebuah produk, cara pemasaran yang inovatif dan jitu harus diterapkan.
Berdasarkan interview yang dilakukan kepada pemilik Chiquita Pastry dan salah satu reseller
Maicih di daerah Jakarta, dapat diambil kesimpulan bahwa untuk memasarkan makanan yang bersifat
tradisional memang dibutuhkan langkah pemasaran yang strategis. Strategi yang diambil tidak hanya
memberikan edukasi kepada potential customer mengenai sebuah produk, tapi juga bagaimana
meningkatkan profit di dalam persaingan yang semakin ketat. Di industri makanan, semakin banyak
competitor dan jenis makanan yang ditawarkan. Dari hasil interview dengan pelaku usaha kuliner
tradisional disertai teori-teori strategi pemasaran yang kerap diterapkan di consumer goods market,
makanan dari bahan singkong harus menerapkan serta mengembangkan beberapa konsep pemasaran
di bawah ini,

Product Development

Rasa jenuh pasti muncul di benak masyarakat ketika mendengar kata simgkong. Di
pikiran mereka pasti tertancap singkong rebus atau goreng jika mendengar olahan dari bahan
ini. Terlebih untuk kalangan muda ataupun anak kecil, nama gethuk pasti masih terdengar
awam di telinga mereka. Oleh karena itu, pengembangan produk baru dari bahan singkong
sangatlah diperlukan. Seperti yang dilakukan oleh Chiquita Pastry, toko ini mengembangkan
lebih dari 50 produk baru dari bahan dasar singkong. Rasa yang lezat dan dipadu dengan
karakter makanan yang beraneka macam akan membuat olahan singkong digemari
masyarakat luas. Menurut Marketing Manager Chiquita Pastry, pangsa pasar makanan
tradisional di Indonesia begitu besar, terutama di kota besar seperti Jakarta dimana penduduk
pendatang memiliki kerinduan akan aneka jajanan tempo dulu (Jeane, 2012). Dari hasil focus
group discussion yang sudah dilakukan, 100% sample menyukai olahan singkong yang
variatif. Mereka yakin bahwa produk-produk baru ini pasti laku keras di masyarakat.
Packaging

Penampilan bisa mengubah mindset seseorang akan suatu produk. Packaging adalah
hal yang penting untuk kategori produk makanan. Selain mempercantik tampilan dari sebuah
produk, packaging juga bisa menambah nilai dari produk tersebut. Bisa dibayangkan ketika
calon pembeli dihadapkan oleh dua buah produk, yang satu menggunakan plastik biasa dan
satunya di package secara apik pasti mereka akan memilih packaging yang apik. Walaupun
dari segi harga bisa lebih mahal, namun calon pembeli pasti lebih memilih produk dengan
packaging terbaik. Produk lebih terkesan cantik, aman, dan bernilai. Maicih menerapkan
strategi packaging pada produknya, hal penting ini selain menambah nilai dari sebuah produk,
jumlah penjualan pun ikut terangkat. Hal yang sama dilakukan pula oleh Chiquita Pastry pada
product packagingnya. Point inini merupakan salah satu kunci sukses mereka demi mengubah
paradigma orang-orang bahwa getuk dan sejenisnya adalah makanan rendahan.
Promotion

Promotion adalah salah satu point penting di dalam Marketing Mix. Kegiatan yang
dapat memunculkan brand awareness sebuah produk sampai meningkatkan angka penjualan
ke posisi puncak. Menurut Gary Amstrong dan Philip Kotler dalam buku Foundation of

10

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

Marketing, kegiatan promosi dibagi menjadi tiga bentuk: consumer promotion tools (kupon,
sistem pengembalian uang, sampai pembelian servis premium), trade promotion tools
(diskon, pemberian merchandise) dan business promotion tools (penyelenggaraan kontes,
bazar, dan sebuah pertemuan khusus).

Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan promosi adalah bagaimana promosi
tersebut dilakukan, berapa lama promosi tadi akan diterapkan dan kapan waktu yang tepat
untuk melakukan promosi. Perencanaan yang tepat akan menghindari over budgeting dan
memaksimalkan hasil dari kegiatan promosi. Pemanfaatan internet adalah cara paling mudah
dalam promosi. Dengan adanya media sosial, websites, sampai blog membuat kegiatan
promosi tidak terbatas dengan wilayah kota bahkan seluruh negara bisa mengaksesnya.
Twitter adalah kunci sukses Maicih dalam media promosi mereka. Tidak hanya itu,
menjadi sponsor launching sebuah buku sampai mengadakan event musik pun menjadi salah
satu media promosi produk keripik Maicih. Dengan menggunakan media sosial ini dan dipadu
dengan konsep promosi yang cerdas, omzet penjualan Maicih bisa mencapai miliyaran rupiah.
Sejak tahun 2003, dimana website masih sangat awam dan terbilang mahal untuk
dikembangkan, Chiquita Patry sudah menerapkan internet based promotion untuk
memperkenalkan produk dan segala informasi berkaitan usaha mereka. Dampaknya, sekarang
produk Chiquita Pastry sudah banyak dikenal masyarakat khususnya di segmen perkantoran.
Marketing Channel

Marketing Channel adalah serangkaian organisasi independen yang membantu
menyalurkan sebuah produk atau servis untuk kegiatan konsumsi oleh konsumen akhir atau
konsumen bisnis (Amstrong & Kotler, 2011). Dengan keberadaan perantara ini, produk akan
menyebar semakin luas dan bisa memenuhi kebutuhan konsumen. Berdasarkan buku
Marketing Management karya Russell S. Winner dan Ravi Dhar, perantara pemasaran terdiri
atas banyak macam, contohnya, reseller , retailer , agen, broker , dan distributor. Distributor
dan reseller adalah salah satu bentuk perantara yang paling cocok untuk kategori produk
makanan.

Di dalam sistem marketing channel Maicih, para reseller mempunyai sebutan jendral.
Dan Chiquita Pastry mempunyai tiga cabang toko yang terintegrasi dalam Foodcourt
Ambasador, The Food Temptation Mall Kelapa Gading, dan ITC Kuningan. Dengan adanya
perantara ini, omzet akan meningkat sejalan dengan penetrasi lapangan yang dilakukan dan
masyarkat akan lebih mudah mengetahui dan mengenal produk lebih jauh.
Keempat langkah strategis marketing diatas merupakan suatu jalan keluar bagi
pengembangan singkong sebagai sebuat komoditas yang dapat diunggulkan. Dengan
perencanaan yang matang, pengembangan produk yang berkelanjutan, serta pemilihan media
marketing yang tepat akan membuat produk berbahan singkong disukai oleh masyarakat
secara luas.

11

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

KESIMPULAN
Singkong selama ini dianggap sebagai makanan kelas menengah-kebawah oleh masyarakat,
khususnya daerah perkotaan. Kurangnya perhatian dari pemerintah, sedikitnya inovasi dari para
pengusaha dalam menciptakan produk dari bahan singkong serta beberapa faktor eksternal lainnya
membuat bahan pokok alternatif ini kurang berkembang. Singkong dapat diubah menjadi sebuah
komoditas yang menarik dan diterima masyarakat jika produsen dapat mengemasnya menjadi produk
yang inovatif, unik, dan menarik. Sistem promosi dan marketing nyeleneh juga memiliki kontribusi
yang cukup besar dalam membuat booming produk-produk yang berbahan dasar singkong. Product
development, packaging, promotion, marketing channel yang tepat dapat mendobrak mindset yang
beredar di kepala masyarakat dan membuat singkong menjadi sumber pangan yang dapat diterima dan
disukai masyarakat.

12

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

Daftar Pustaka
Amstrong & Kotler. (2011). Foundation of Mareting: An Introduction 10th edition , New Jersey,
Prentice Hall.
Cock, J. H. (1982). Cassava: A Basic Energy Source in the Tropics. Science, New Series, 218(4574),
757-762. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/1689734.
Dixon, J. A. (1982). Cassava in Indonesia: its Economic Role and Use as Food. Contemporary
Southeast Asia , 3(4), 361-373. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/25797682 .

Emery, R. F. (1960). Agricultural Production Trends and Problems in Indonesia. Far Eastern Survey,
29(8), 113-120. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/3024617 ..

Kurniasari, A. N. (2012, March 15). Sri Sukses dengan Keripik Daun [Web log post]. Retrieved from
http://www.harianjogja.com/baca/2012/03/15/sri-sukses-dengan-keripik-daun170628?replytocom=87756
Lancaster, P. A., & Brooks, J. E. (1983). Cassava Leaves as Human Food. Economic Botany, 37(3),
331-348. Retrieved from http://www.jstor.org/stable/4254509 ..
Lancaster, P. A., Ingram, J. S., Lim, M. Y., & Coursey, D. G. (1982). Cassava-Based Foods: Survey
of

Processing

Techniques.

Economic

Botany,

36(1),

12-45.

Retrieved

from

http://www.jstor.org/stable/4254349.
Manfaat Singkong untuk Kesehatan. (n.d.). singkong.net. Retrieved October 15, 2012, from
http://www.singkong.net/manfaat-singkong/60-manfaat-singkong-untuk-kesehatan.html
Mewahnya

rasa

pizza

singkong.

(n.d.).

Retrieved October 8,

2012,

from

http://bisnisukm.com/mewahnya-rasa-pizza-singkong.html
Prakash, A. (n.d.). Cassava: International market profile. Competitive Commercial Agriculture in
Sub–Saharan Africa (CCAA) Study.

Produk Olahan Berbasis Singkong Semakin Berkembang (February 9). [Web log post]. Retrieved
from http://arifh.blogdetik.com/produk-olahan-berbasis-singkong-semakin-berkembang/
Usaha Keripik Singkong Pedas, Untungnya Mengalir Deras (2011, September 19). [Web log post].
Retrieved

from

http://bisnisukm.com/usaha-keripik-singkong-pedas-untungnya-mengalir-

deras.html
Usaha makanan berbahan singkong. (n.d.). Ciputra Entrepreneurship.

13

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

Retrieved October 8, 2012, from http://www.ciputraentrepreneurship.com/bisnis-mikro/8694usaha-makanan-berbahan-singkong-.html
Winer & Dhar. (2011). Marketing Management, New Jersey, Prentice Hall.

14

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

Lampiran
Hasil dari Interview
Pertanyaan untuk Interview (Chiquita Pastry)

1. Apa yang mendasari Anda untuk berbisnis kuliner tradisional?
Berawal dari anggapan teman yang meremehkan olahan makanan dari singkong, saya
tertantang untuk memulai bisnis makanan tradisional yaitu berbahan dasar singkong.
Kemudian, prospek dari panganan ini juga masih relatif besar, khususnya di daerah kota
besar seperti Jakarta, dimana masyarakat masih jarang menemui panganan khas terbuat
dari singkong dan kalaupun ada rasanya pun biasa saja.
2. Menurut Anda bagaimana prospek kuliner tradisional saat sekarang ini? (Terutama di daerah
metropolitan)
Prospek panganan dari bahan singkong terutama di daerah Jakarta sangatlah besar, selain
minim competitor, bahan dasar singkong sendiri mudah di dapatkan dengan harga yang
relatif murah dan juga jumlahnya yang melimpah.
3. Darimana Anda mendapat supplier bahan utama untuk proses produksi? Apakah harganya
terjangkau?
Saya mendapatkan supplier khususnya singkong dari pasar-pasar terdekat. Kualitas singkong
yang ada di pasar tidak kalah dengan singkong import, seperti singkong Thailand. Justru
pemilihan bahan dasar yang tepat bisa mengurangi biaya produksi.
4. Berapa lama Anda menekuni usaha kuliner tradisional ini?
Kurang lebih 9 tahun sejak tahun 2003
5. Menanggapi pola pikir masyarakat yang masih menganggap makanan dari olahan singkong
adalah makanan kelas menengah kebawah, apa meneurut Anda?
Sebenarnya tidak juga seperti itu, karena orang-orang khususnya yang tinggal di kota besar
seperti Jakarta merindukan makanan-makanan tradisional seperti ini. Sayangnya, media
untuk mendapatkannya masih sangat terbatas dan kalaupun ada taste yang diperoleh tidak
sesuai selera yang diinginkan.
6. Bagaimanan cara Anda memasarkan produk ini sampai diterima masyarakat?
Saya lebih menggunakan cara word-of-mouth dalam menerapkan strategi pemasaran.
Pangsa pasar saya lebih ke daerah perkantoran, seperti acara meeting atau event-event
lainnya di kantor. Dengan membei sample makanan ke orang-orang kemudian sample
produk baru bersamaan ketika ada acara meeting, hal itu memberikan dampak yang besar
ke penjualan. Dari hal itu, mereka akan menyebarkan informasi ke teman atau keluarga
mereka.

15

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

7. Langkah marketing apa saja yang Anda lakukan untuk meningkatkan omzet penjualan?
Saya selalu menjaga kualitas produk dan juga membuat packaging se-apik mungkin.
Walaupun penjualan meningkat, kualitas bahan baku dan pengolahannya harus tetap
terjaga. Kemudian dari sisi pemasaran, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya yaitu
dengan cara buzz marketing/word-of-mouth, selain itu juga dengan menggunakan social
media seperti facebook atau twitter dan juga Blackberry Messenger dan tak ketinggalan juga
perbaikan di website.
8. Bagaimana langkah Anda selama ini untuk mengubah paradigma masyarakat khususnya
potential customer tentang produk Anda?
Dengan terus mengembangkan produk yang baru dan pastinya menjaga kualitas produk, hal
itu juga secara tidak langsung akan membuat customer berpikir bahwa olahan dari bahan
singkong juga lezat dan berdaya saing tinggi tidak kalah dengan makanan barat lainnya.

16

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

Pertanyaan untuk Interview (Maicih Reseller)

1. Apa yang mendasari Anda untuk berbisnis kuliner tradisional?
Awalnya saya hanya ingin coba-coba dan juga melihat keripik singkong yang lagi booming,
hal itu adalah kesempatan yang bagus untuk memulai berbisnis.
2. Menurut Anda bagaimana prospek kuliner tradisional saat sekarang ini? (Terutama di daerah
metropolitan)
Prospek makanan tradisional, khususnya keripik-keripik tradisional sangat bagus akhir-akhir
ini. Walaupun sudah banyak pesaing yang berjalan di jenis makanan yang sama, selagi
produknya bagus dan sudah punya nama, pasti laku di pasaran.
3. Darimana Anda mendapat supplier bahan utama untuk proses produksi? Apakah harganya
terjangkau?
Kebetulan saya punya kenalan agen maicih, jadi ya gampang buat dapat pasokan barangnya.
4. Berapa lama Anda menekuni usaha kuliner tradisional ini?
Saya baru memulai, belum ada satu tahun ini.
5. Menanggapi pola pikir masyarakat yang masih menganggap makanan dari olahan singkong
adalah makanan kelas menengah kebawah, apa menurut Anda?
Sebenarnya makanan seperti keripik bukanlah hal yang baru bagi masyarakat, jadi anggapan
itu tidak terlalu benar juga.
6. Bagaimanan cara Anda memasarkan produk ini sampai diterima masyarakat?
Saya membuka stand di daerah Depok, dan hanya bermodal mobil. Dengan penyampaian
yang jelas, jujur dan mudah dimengerti oleh pelanggan, hal itu sudah cukup untuk
mengedukasi pembeli akan produk keripik ini. Terlebih lagi keripik maicih sudah cukup
terkenal, khususnya di kalangan anak muda.
7. Langkah marketing apa saja yang Anda lakukan untuk meningkatkan omzet penjualan?
Peran serta sosial media seperti twitter dan juga layanan Blackberry Messenger sangat
membantu untuk media promosi. Ditambah lagi produk yang higienis disertai kemasan yang
rapi membuat orang-orang tak ragu lagi untuk membeli keripik ini.
8. Bagaimana langkah Anda selama ini untuk mengubah paradigma masyarakat khususnya
potential customer tentang produk Anda?

17

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

Dengan penyampaian yang tepat dan tidak berlebih-lebihan tentang produk kita, hal itu
sudah cukup untuk membuat calon pembeli percaya akan kualitas produk.

Hasil dari Group Discussion
Pertanyaan untuk Group discussion (Angkatan 2012)
1. Ada apa di pikiran Kalian ketika mendengar kata singkong?
Singkong adalah makanan tradisional yang identik dengan anggapan makanan kelas
menengah ke bawah.
2. Apa kalian suka singkong (singkong rebus atau goreng)? (ya/tidak)
3 responded suka
2 responded tidak suka
3. Jika tidak mengapa?
Karena olahan dari bahan singkong hanya sedikit sehingga terkesan membosankan, seperti
direbus biasa atau selah satu jenis gorengan di pinggir jalan. Jadi tidak ada sesuatu yang
menarik untuk olahan singkong.
4. Menurut Kalian apa yang membuat masyarakat, khususnya daerah perkotaan tidak suka
makan singkong?
Mungkin masih menempelnya paradigman bahwa singkong makanan kelas menengah
kebawah, khususnya daerah metropolitan seperti Jakarta. Dan juga karena kurangnya variasi
kuliner dari bahan singkong sehingga masyarakat lebih memilih makanan lain.
5. Menurut Kalian bagaimana cara menghilangkan bahwa singkong adalah makanan kelas
menengah-kebawah?
Perlunya pengembangan produk/makanan dari bahan singkong sehingga masyarakat lebih
tertarik untuk mengonsumsi lebih. Dan juga cara pemasaran ke masyarakat juga harus
gencar mengingat makanan yang lain mulai tumbuh dengan media-media marketing yang
canggih.
6. Apa yang seharusnya dilakukan pada olahan singkong ini, jika dilihat dari sisi Marketing?
Promotion: Promosi yang dilakukan harus gencar. Walaupun olahan singkong adalah
makanan tradisional, tetapi ketika diinformasikan secara menarik, pasti akan membuat
masyarakat lebih tertarik untuk mengonsumsi kuliner dari singkong.

18

Konferensi Nasional Riset Manajemen VI
Jakarta, 28 November 2012

ISSN : 2086-0390

Taste/Rasa: Rasa ada hubungannya dengan pengembangan produk-produk atau olahan
makanan baru. Orang-orang pasti merasa bosan dengan jenis makanan yang sudah ada dan
ingin sesuatu yang baru.
Packaging: Penampilan yang apik akan membuat masyarakat lebih tertarik untuk ingin tahu
dan mencoba. Packaging merupakan hal yang wajib diperhatikan jika ingin olahan singkong
ini dilirik oleh masyarakat.
Channel: Channel dalam arti kata seperti distributor atau toko-toko cabang. Dengan adanya
mereka, akan memperluas jangkauan suatu produk untuk bisa memenuhi kebutuhan
customer.

Pertanyaan untuk Group discussion (Angkatan 2011)
1. Ada apa di pikiran Kalian ketika mendengar kata singkong?
Singkong adalah makanan yang ketinggalan zaman dan terkesan kuno
2. Apa kalian suka singkong (singkong rebus atau goreng)? (ya/tidak)
2 orang suka
4 orang tidak suka
3. Jika tidak mengapa?
Oalahan singkong hanya itu-itu saja dan kurang menarik.
4. Menurut Kalian apa yang membuat masyarakat, khususnya daerah perkotaan tidak suka
makan singkong?
Mungkin karena kurangnya variasi dari makanan tersebut dan juga sudah banyak beraneka
jenis makanan modern, khususnya makanan cepat saji yang menggerus keberadaan kulinerkuliner tradisional.
5. Menurut Kalian bagaimana cara menghilangkan bahwa singkong adalah makanan kelas
menengah-kebawah?
Dengan variasi makanan yang baru dan juga promosi yang tepat. Pasti masyarakat secara
perlahan akan menerimanya.
6. Apa yang seharusnya dilakukan pada olahan singkong ini, jika dilihat dari sisi Marketing?
Promotion: Pemilihan media promosi yang tepat, seperti gencarnya promosi di media sosial
akan membantu keberadaan kuliner singkong.
Rasa: Pengembangan produk secara terus menerus pasti akan sangat diperlukan untuk
bersaing dengan makanan yang lain.
Packaging: Kemasan yang cantik dan menarik pasti dapat menarik calon pembeli.
19