Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Cal

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan

59

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa
Universitas Islam Indonesia terhadap Indeks
Prestasi Kumulatif Mahasiswa
Irwan Nuryana Kurniawan, Arief Fahmie
Tim Penelitian Institusi Fakultas Psikologi
Universitas Islam Indonesia Yogyakarta
Abstract
This research aims to know, is the UPCM Test can predict the successful of the acceptance
student in UII measuring by GPA. The hypothesis of This research is that there is a positive
correlation between score of the UPCM Test with the student's GPA. The sample of this
research consist of 2400 respondents from 12 study program in the UII from 1999 and
20000 periods. The measuring of UPCM Test variable and the student's GPA are by using
seconder data taken from the Center Information of UII. The hypothesis of this research is
generally measured by statistic by using the double regression analysis with stews method.
The result of this research shows that UPCM Test is not becomes as a significant predictor
yet and consistence for getting the student's academic grade forwards. The next research
about the UPCM tests qualities, reliability and distribution restriction score of academic

grade variable, and also the psychology factor as a non cognitive will give a comprehensive
description for UPCM Test predictions.

Key words: The validity predictive, UII UPCM, and GPA
Pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang telah dilakukan dengan manusia sejak
dahulu. Secara sadar atau tidak sadar manusia telah mendidik diri sendiri maupun orang lain
dengan berbagai cara. Metode, materi, tujuan, dan permasalahan yang ada di sekitar proses
pendidikan tentu pada awalnya dalam bentuk yang sederhana dan seiring dengan berjalannya
waktu akan berkembang ke arah yang kompleks.
Perkembangan kehidupan manusia dari jaman ke jaman juga terjadi dalam bidang
pendidikan. Secara sederhana, bila dibandingkan 10 tahun yang lalu maka dinamika di dunia
pendidikan akan berbeda dengan 10 tahun yang akan datang. Masrun (2000) mengungkapkan
bahwa dalam dunia modern, di mana masalah yang dihadapi pendidikan sangat kompleks,
maka bentuk sistem maupun tujuan pendidikan jelas berbeda dengan dunia yang masih diliputi
oleh suasana hidup yang serba primitif. Bahkan di negara-negara yang sudah berkembang,
tujuan pendidikan tetap menunjukkakn lebih banyak perbedaan daripada persamaan.
Berbagai inovasi baru dikembangkan dan menghasilkan kompleksitas yang baru pula.
Banyak metode dan sistem yang baru diterapkan di dunia pendidikan untuk meningkatkan kualitas
proses pembelajaran. Tentu saja sejalan dengan perkembangan tersebut permasalahan yang
muncul juga semakin bervariasi.

Salah satu aspek penting dalam dunia pendidikan adalah kualitas prestasi belajar. Prestasi
belajar yang tingi selalu menjadi harapan bagi semua pihak. Pihak sekolah menganggap bahwa
prestasi akademik merupakan salah satu indikator efektivitas proses belajar mengajar, sekaligus
dapat digunakan untuk meningkatkan citra sekolah tersebut. Bagi orangtua, prestasi yang tinggi
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan
60

merupakan kebanggan dalam mengarahkan dan membiayai sekolah anak mereka;
sedangkan bagi siswa sendiri tentu sebagai sarana untuk membuktikan kemampuan
akademiknya.
Universitas Islam Indonesia telah melakukan berbagai macam usaha secara menyeluruh
untuk mendapatkan mahasiswa yang memiliki prestasi akademik yang tinggi. Salah satu usaha
yang dilakukan UII adalah menyeleksi secara ketat calon-calon mahasiswanya lewat proses
seleksi yang dinamakan Tes UPCM (Ujian Potensi Calon Mahasiswa). Tes UPCM UII adalah tes
yang dilakukan calon mahasiswa UII dengan materi bahasa Inggris, Matematika, Logika, Analitik,
dan Agama Islam. Tes UPCM UII yang dimulai diterapkan sejak tahun 1997 ini, bertujuan untuk

mengetahui apakah calon mahasiswa mempunyai potensi yang cukup untuk mengikuti sistem
perkuliahan di UII sehingga dapat memperoleh gelar sarjana. Calon mahasiswa harus memiliki
skor minimal tertentu agar dapat dinyatakan lolos seleksi. Diharapkan dari skor UPCM dapat
diprediksi bahwa calon mahasiswa tersebut dapat mempunyai IPK yang memuaskan. Kajian
tentang validitas prediktif UPCM berkaitan dengan IPK perlu dilakukan sehingga diperoleh
gambaran kelayakan UPCM UII sebagai alat untuk menyeleksi calon mahasiswa dan memprediksi
prestasi belajar mahasiswa setelah menempuh studi di UII.
Rumusan Masalah
Menjadi pertanyaan adalah sudahkah Tes UPCM UII terbukti mampu memprediksi prestasi
belajar mahasiswa UII? Hal ini penting diketahui mengingat sampai saat penelitian ini akan
dilakukan, salah satu sasaran mutu yang ditetapkan UII yaitu tepat waktu masa studi minimal
80%, sampai saat ini masih belum dapat dicapai. Belum tercapainya sasaran mutu tersebut
kemungkinan berhubungan dengan masih banyaknya mahasiswa UII yang memiliki prestasi
belajar yang rendah. Salah satu bukti adanyan permasalahan tentang lamanya masa studi
terkait dengan prestasi belajar yang rendah, ditemukan dalam penelitian Pusat Psikologi Terapan
F. Psikologi UII (2003) di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UII.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut:
apakah benar Tes UPCM UII mampu memprediksi IPK mahasiswa UII?
Tinjauan Pustaka
Prestasi belajar merupakan indikator dari kualitas proses belajar seseorang yang dapat

diketahui dari suatu pengukuran yang dibakukan. Prestasi belajar secara umum dipengaruhi
oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi fisik dan psikologis
(Azwar, 1996). Fisik dalam arti panca indra dan kondisi fisik secara umum, sedangkan psikologis
terdiri dari kemampuan kognitif (bakat, inteligensi) dan non kognitif (minat, motivasi, kepribadian).
Faktor eksternal terdiri dari fisik dan sosial. Fisik meliputi kondisi tempat belajar, sarana, materi
pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar, sedangkan sosial yang terdiri dari dukungan sosial
dan pengaruh budaya. Prestasi belajar di perguruan tinggi tentu juga disebabkan oleh faktorfaktor yang seperti yang telah disebutkan. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh
Sorenson (Alsa dan Hardjito, 2001) yang mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar adalah inteligensi, kondisi fisik dan psikis anak, kemmpuan belajar, sikap siswa
terhadap guru dan pelajaran, dan bimbingan belajar yang diterima siswa; sedangkan Walgito
(Alsa dan Hardjito, 2001) mengemukakan bahwa faktor individu siswa, lingkungan, instrumen,
dan bahan yang dipelajari akan mempengaruhi prestasi belajar.
Di perguruan tinggi keberhasilan belajar ditunjukkan dengan prestasi belajar yang dicapainya
berdasar evaluasi hasil belajar (Andrianto, dkk, 2001). Ukuran yang digunakan adalah Indeks
Prestasi Kumulatif (IPK). Indeks Prestasi adalah nilai yang diperoleh mahasiswa setelah mengikuti
sejumlah mata kuliah. Nilai IPK berkisar antara 0,0 sampai dengan 4,0 di mana semakin besar
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296


Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan

61

nilai IPK maka semakin tinggi pula prestasi belajarnya, sebaliknya semakin kecil nilai IPK
maka semakin rendah pula prestasi belajarnya. Komponen pemberian nilai untuk tiap mata
kuliah biasanya terdiri dari tugas atau praktikum, ujian tengah semester, dan ujian akhir.
Perhitungan IPK adalah jumlah nilai tiap mata kuliah dikalikan SKS mata kuliah tersebut lalu
dibagi jumlah SKS yang telah diselesaikan.
Azwar (1997) mengatakan bahwa salah satu indikator terpenting suatu alat ukur psikologis
dapat dinyatakan sebagai alat ukur yang baik jika alat ukur psikologis tersebut memiliki validitas
yang tinggi—selain reliabel, standar, ekonomis, dan praktis. Validitas, menurut Messick (1999)
merupakan the appropriateness or correctness of inferences, decisions, or descriptions made
about individuals, groups, or institutions from test results. Tidak ada tes yang valid secara umum.
Kebenaran validitas harus ditekankan pada ketepatan sebuah kesimpulan untuk mereka yang
mengikuti pengetesan.
Meskipun terdapat berbagai sumber pembuktian yang berbeda, validitas merupakan sebuah
konsep yang tunggal. Menurut Azwar (1997) dan Messick (1999) secara umum pembuktian
validitas terbagi menjadi tiga bentuk: Content, Construct and Criterion-related evidence.
Content-related Validity

Sampel-sampel pertanyaan dalam sebuah tes seharusnya merepresentasikan isi,
keterampilan atau perilaku yang penting dari domain of interest. Bukti validitas isi biasanya
diperoleh dengan bertanya pada orang yang ahli tentang aitem-aitem test yang dikembangkan
dan meminta mereka melakukan penilaian atas ketepatan setiap aitem dan mencakup
keseluruhan domain.
Criterion-related Validity
Kadang-kadang, hasil tes digunakan untuk membuat inferensi tentang bagaimana
kemungkinan penampilan seseorang dalam domain yang berbeda. Bukti validitas berdasar kriteria
dibutuhkan untuk mendukung kesimpulan tentang performansi seseorang saat ini atau masa
mendatang dengan menunjukkan bahwa skor tes secara sistematik berhubungan dengan
indikator-indikator atau kriteria-kriteria lain.
Construct-related Validity
Dari hasil tes kita membuat kesimpulan tentang tingkatan sejauhmana seseorang memiliki
sejumlah trait or konstrak teoritis yang diungkap. Validitas konstrak menanyakan: Sebenarnya
skor tes ini menggambarkan apa?
Bukti validitas konstrak melibatkan pembuatan hipotesis dan mengumpulkan informasi
selama periode waktu tertentu, menggunakan berbagai sumber dan metode. Sebagai tambahan,
untuk meyakinkan bahwa inferensi yang diambil dari tes adalah tepat, para pengguna tes
seharusnya juga mempertimbangkan konsekuensi-konsekuensi dari penggunaan skor tes untuk
pembuatan keputusan. Adakah konsekuensi-konsekuensi sosial, baik potensial maupun aktual,

dari interpretasi tes yang dilakukan dan apakah mendukung tujuan pengukuran? Apakah hal
tersebut juga konsisten dengan nilai-nilai sosial lain?
Validitas yang dikaji dalam penelitian ini adalah validitas prediktif yang didefinisikan sebagai
ketepatan suatu alat ukur untuk memprediksikan performansi di masa yang akan datang atau
secara ringkas disebut hubungan antara hubungan antara skor prediktor dengan kriteria. Tinggi
rendahnya validitas prediktif ditentukan oleh besarnya hubungan antara prediktor dan kriteria,
dan selanjutnya disebut koefisien validitas prediktif. Validitas prediktif merupakan salah satu
jenis dari validitas criterion-related, sedangkan jenis yang lain adalah validitas konkuren.
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan
62

Perbedaan validitas prediktif dengan validitas konkuren adalah waktu pengukuran kriteria.
Pengukuran kriteria untuk mengetahui validitas konkuren dilakukan bersamaan dengan
pengukuran prediktor, contohnya tes seleksi masuk bagi mahasiswa baru UII sebagai prediktor
dan besarnya sumbangan Tri Dharma mahasiswa baru yang harus dibayar ketika registrasi
mahasiswa baru UII. Sedangkan pengukuran kriteria untuk mengetahui validitas prediktif

dilakukan setelah beberapa waktu dari pengukuran prediktor, contohnya Tes UPCM UII sebagai
prediktor dan Indeks Prestasi Akademik Kumulatif sebagai kriteria pada saat seleksi masuk bagi
karyawan. Sebagai ilustrasi, perbandingan antara validitas prediktif dan validitas konkuren dapat
dilihat pada gambar berikut:

UPCM UII

Penalaran Analitis
Agama Islam
Bahasa Inggris

Penalaran Logis
Matematika
Bahasa Indonesia

Indeks Prestasi
Kumulatif
Mahasiswa

Besarnya

Sumbangan Tri
Dharma UII

Gambar 1.
Bagan Alur Penelitian
Kuat lemahnya hubungan antara prediktor dan kriteria ditentukan dengan besarnya harga
mutlak koefisien yang bergerak dari 0,0 sampai dengan 1,0. Koefisien tersebut bersifat kontinum,
artinya koefisien bergerak dalam koefisien 0 sampai dengan 1 dan semakin besar nilai
koefisiennya maka semakin kuat hubungan antara prediktor dan kriteria. Koefisien 0 berarti
bahwa tidak terdapat hubungan sama sekali antara prediktor dan kriteria, sedangkan koefisien
1 menunjukkan bahwa hubungan tersebut sempurna. Suatu alat ukur yang baik tentu diharapkan
memiliki koefisien sebesar 1,0 tetapi dalam kenyataan sangat sulit untuk mencapainya sehingga
terdapat kesepakatan umum yang menyatakan bahwa koefisien validitas dianggap memuaskan
bila melebihi nilai koefisien 0,3 (Azwar, 1996).
Validitas prediktif UPCM UII juga mengikuti konsep umum dari validitas. UPCM UII, sebagai
alat untuk mengukur kemampuan kognitif calon mahasiwa, dikatakan sebagai alat ukur yang
baik bila mempunyai kriteria reliabel, valid, standar, ekonomis, dan praktis. Validitas UPCM UII
adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan UPCM UII melaksanakan fungsi ukurnya.
Berkaitan validitas prediktif maka validitas prediktif UPCM UII dapat didefinisikan sebagai
ketepatan UPCM UII untuk memprediksikan performansi di masa yang akan datang yang disebut

dengan Indeks Prestasi Kumulutatif (IPK). Tinggi rendahnya validitas prediktif ditentukan oleh
besarnya hubungan antara skor UPCM UII yang dimiliki seorang calon mahasiswa dengan IPK
yang diperoleh ketika dia telah menjadi mahasiswa.
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan
63

Landasan Teori
Setiap tahun beribu-ribu pelajar sekolah menengah atas berbondong-bondong
mendaftarkan diri untuk masuk ke perguruan tinggi, termasuk Universitas Islam Indonesia.
UPCM UII adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah para pendaftar tersebut
mempunyai potensi yang cukup untuk mengikuti sistem perkuliahan di UII. Peserta harus
memiliki skor minimal tertentu agar dapat dinyatakan lolos seleksi.
Bila dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar maka UPCM UII
merupakan alat untuk memilih calon mahasiswa yang mempunyai kemampuan kognitif yang
sesuai dengan persyaratan dari bidang ilmu yang akan ditekuni mereka. Diharapkan dari skor
UPCM dapat diprediksi bahwa calon mahasiswa tersebut dapat mempunyai IPK yang

memuaskan. Kajian tentang validitas prediktif UPCM berkaitan dengan IPK perlu dilakukan
sehingga diperoleh gambaran kelayakan UPCM UII sebagai alat untuk menyeleksi calon
mahasiswa dan memprediksi prestasi belajar mahasiswa setelah menempuh studi di UII. UPCM
UII mirip dengan Scholastic Aptitude Test (SAT I) yang digunakan di Amerika Serikat sebagai
tes masuk perguruan tinggi. Berbeda dengan SAT II yang merupakan tes prestasi maka SAT
I adalah tes potensi yang menitikberatkan pada pengukuran kemampuan verbal dan
matematika. Materi tes berbeda dengan kurikulum sekolah menengah umum sehingga
memungkinkan bagi siswa yang punya potensi tinggi tetapi prestasinya rendah untuk masuk
perguruan tinggi (Atkinson, 2001).
UPCM UII adalah tes yang dilakukan untuk mengetahui apakah calon mahasiswa
mempunyai potensi yang cukup untuk mengikuti sistem perkuliahan di UII sehingga dapat
memperoleh gelar sarjana. Materi UPCM adalah Bahasa Inggris, Matematika, Logika, Analitik,
dan Agama Islam. Calon mahasiswa harus memiliki skor minimal tertentu agar dapat dinyatakan
lolos seleksi. Bila dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar maka
UPCM UII merupakan alat untuk memilih calon mahasiswa yang mempunyai kemampuan
kognitif yang sesuai dengan persyaratan dari bidang ilmu yang akan ditekuni mereka.
UPCM UII merupakan salah sat jenis tes psikologi sehingga mengikuti konsep umum dari
validitas. Validitas UPCM UII adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan UPCM UII
melaksanakan fungsi ukurnya. Berkaitan validitas prediktif maka validitas prediktif UPCM UII
dapat didefinisikan sebagai ketepatan UPCM UII untuk memprediksikan prestasi belajar setelah
menempuh kuliah dengan satuan ukurannya adalah Indeks Prestasi Kumulutatif (IPK).
Diharapkan dari skor UPCM dapat diprediksi bahwa calon mahasiswa tersebut dapat
mempunyai IPK yang memuaskan. Konsep ini sesuai dengan pengertian tes bakat dan tes
prestasi. Anastasi (Woolfolk, 1995) mengatakan bahwa tes prestasi adalah tes yang mengukur
prestasi belajar sedangkan tes bakat digunakan untuk memprediksi apakah seseorang dapat
mengikuti proses belajar mengajar.
Tinggi rendahnya validitas prediktif ditentukan dengan besarnya harga mutlak koefisien
yang bergerak dari 0,0 sampai dengan 1,0. Koefisien tersebut bersifat kontinum, artinya
koefisien bergerak dalam koefisien 0 sampai dengan 1 dan semakin besar nilai koefisiennya
maka semakin kuat hubungan antara UPCM dan IPK. Koefisien 0 berarti bahwa tidak terdapat
hubungan sama sekali sedangkan koefisien 1 menunjukkan bahwa hubungan tersebut
sempurna. Penyusunan UPCM UII tentu diupayakan agar dapat mempunyai validitas prediktif
yang tinggi atau dengan kata lain nilai koefisien hubungan antara UPCM dan IPK mendekati
1,0.
Bagaimanakah UPCM UII dapat berhubungan dengan IPK mahasiswa? Alasan apa yang
mendasari bahwa UPCM UII dapat menjadi prediktor yang valid bagi IPK mahasiswa? Prestasi
belajar secara umum dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal meliputi fisik dan psikologis (Azwar, 1996). Fisik dalam arti panca indra dan kondisi
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan
64

fisik secara umum, sedangkan psikologis terdiri dari kemampuan kognitif (bakat, inteligensi)
dan non kognitif (minat, motivasi, kepribadian). UPCM UII tergolong tes bakat sedangkan IPK
dapat disimpulkan sebagai skor dari tes prestasi UPCM UII yang berisi Matematika, Agama
Islam, Bahasa Inggris, Logika, dan Analitik merupakan alat ukur untuk mengetahui bakat yang
dimiliki seorang calon mahasiswa sehingga dapat berprestasi dengan baik. Contohnya untuk
belajar di Fakultas Psikologi dibutuhkan mahasiswa yang mempunyai kemampuan bahasa
Inggris yang tinggi sedangkan Logika, Analitik, dan Matematika dalam taraf sedang, sedangkan
di Fakultas Hukum skor yang tinggi di tes Matematika tidak dibutuhkan. Hal in sejalan dengan
yang dilakukan di Amerika Serikat yang menggunakan SAT I untuk persyaratan masuk
perguruan tinggi. SAT I merupakan tes terhadap kemampuan mental dasar yang dapat
memberikan gambaran prestasi belajar di masa yang akan datang (Atkinson, 2001).
Hipotesa Penelitian
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara nilai-nilai
komponen UPCM dengan indeks prestasi akademik mahasiswa UII.
Metodologi Penelitian
Identifikasi variabel
Variabel Independen
Variabel Dependen

: Skor Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa Universitas Islam
Indonesia (UPCM UII).
: Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).

Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah mahasiswa S1 angkatan tahun 1999-2000 UII pada 2400
mahasiswa UII angkatan 1999 dan angkatan 2000 yang tersebar pada 12 program studi yaitu
Ekonomi Akuntansi, Manajemen, Ekonomi Pembangunan, Hukum, Psikologi, Teknik Industri,
Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Arsitektur, Teknik Informatika, Teknik Kimia,
dan Farmasi.
Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
data sekunder, yaitu skor UPCM UII dan nilai IPK. Skor UPCM UII diperoleh dari skor UPCM
UII tahun 1999 dan 2000 sedangkan nilai IP dihitung dari nilai IP mahasiswa angkatan tahun
1999 dan 2000 dari program studi Ekonomi Akuntansi, Manajemen, Ekonomi Pembangunan,
Hukum, Psikologi, Teknik Industri, Teknik Elektro, Teknik Mesin, Teknik Sipil, Teknik Arsitektur,
Teknik Lingkungan, Teknik Kimia, dan Farmasi. Kedua data tersebut dapat diperoleh dari Pusat
Informasi UII.
Metode analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi dengan
stepwise methods untuk melihat apakah UPCM UII dapat digunakan sebagai prediktor yang
valid bagi IPK mahasiswa berdasar semester dan program studi. Perhitungan dalam analisis
data menggunakan Program SPSS 11.00 for Windows.
Hasil Penelitian
Hasil analisis data dan pembahasan per program studi tersebut di atas menunjukkan
bahwa daya prediksi Tes UPCM terhadap prestasi akademik mahasiswa UII dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan
65

Subtes UPCM menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik
mahasiswa UII
Sebuah tes dikatakan memiliki validitas prediktif yang baik, menurut Anastasi dan Urbina
(1997), dan Kline (1986), jika tes tersebut mampu meramalkan secara konsisten sesuatu yang
menjadi tujuan tes tersebut disusun. Artinya ketika sebuah tes disusun dengan tujuan memprediksi
keberhasilan akademik seseorang dalam mengikuti sebuah program pendidikan, maka tes
tersebut harus mampu meramalkan secara konsisten-semester demi-semester, kemungkinankemungkinan prestasi akademik yang dicapai selama mengikuti program pendidikan tersebut.
Pada kelompok ini, subtes UPCM Matematika/Aritmatika merupakan prediktor yang signifikan
dan konsisten terhadap prestasi akademik yang diperoleh mahasiswa UII, secara sendiri-sendir
maupun bersama-sama subtes UPCM yang lain. Pada ke-12 program studi yang mahasiswanya
dijadikan dasar analisis penelitian ini, UPCM Matematika/Aritmatika memenuhi persyaratan
untuk menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten. Artinya apakah seorang mahasiswa UII
akan menunjukkan prestasi akademik yang tinggi, sedang, atau rendah dapat diramalkan secara
signifikan dan konsisten dengan melihat peroleh skor UPCM subtes Matematika/Aritmatika.
Bahkan, untuk Program Studi Ekonomi Akuntansi, skor UPCM subtes Matematika/Aritmatika
merupakan prediktor yang signifikan dan konsisten bagi mahasiswanya untuk meraih prestasi
akademik, baik tahun demi tahun maupun prestasi akademik kumulatif,. di program studi tersebut.
Beberapa subtes UPCM lainnya juga mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten
bagi prestasi akademik mahasiswa UII, tetapi hanya pada program studi tertentu dan angkatan
tertentu. Misalnya, Penalaran Logis untuk prestasi akademik mahasiswa angkatan 1999 Program Studi Ekonomi Manajemen UII, Skor Total UPCM maupun Bahasa Inggris untuk prestasi
akademik mahasiswa angkatan 1999 dan 2000 Program Studi Teknik Informatika UII
Subtes UPCM menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik
mahasiswa UII program studi tertentu, tetapi memerlukan kajian lebih lanjut
Pada kelompok ini sebenarnya terdapat subtes UPCM, baik sendiri maupun bersama subtes
lain, yang mampu menjadi prediktor signifikan dan konsisten prestasi akademik mahasiswa UII
program studi tertentu. Akan tetapi subtes tersebut sebenarnya tidak berhubungan langsung
dengan prestasi akademik mahasiswa di program studi tersebut. Contohnya adalah daya prediksi
yang baik dari subtes Agama untuk prestasi akademik secara keseluruhan dari mahasiswa
Program Studi Teknik Arsitektur angkatan 2000. Dalam tugas-tugas ilmu keteknikan, secara
teoritis kemampuan matematika/aritmatika, penalaran logis, dan penalaran analitis sangat
dibutuhkan. Akan tetapi, pada kenyataannya ketiga subtes yang mengukur kemampuan tersebut
tidak dapat menjadi prediktor yang signifikan dan justru subtes Agama yang menjadi prediktor.
Subtes UPCM tidak mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap
prestasi akademik mahasiswa UII
Pada kelompok ini, tidak ada satupun subtes, baik sendiri maupun bersama, yang dapat
menjadi prediktor yang baik bagi prestasi akademik mahasiswa. Hal ini berarti bahwa berapapun
nilai UPCM yang diperoleh mahasiswa maka hal tersebut tidak dapat dijadikan patokan untuk
memprediksi prestasi akademik yang akan diraihnya pada waktu kuliah. Contoh dari kelompok
ini adalah pada prestasi akademik mahasiswa Program Studi Ekonomi Manajemen UII Angkatan
2000. Pada program studi ini, seluruh subtes baik sendiri maupun bersama-sama tidak dapat
dijadikan patokan untuk memprediksi prestasi akademik dari tahun pertama sampai tahun
keempat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa UPCM UII belum
sepenuhnya mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten bagi pencapaian prestasi
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan
66

akademik mahasiswa UII di masa yang akan datang. Belum sepenuhnya UPCM UII mampu
menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik mahasiswanya
kemungkinan berkaitan dengan Tes UPCM itu sendiri maupun dengan prestasi akademik
mahasiswa.
Pembahasan
Terkait dengan tes UPCM, belum sepenuhnya tes UPCM UII mampu menjadi prediktor
yang signifikan dan konsisten terhadap prestasi akademik mahasiswa UII kemungkinan
disebabkan oleh kualitas UPCM yang belum sempurna, baik kualitas pelaksanaan tes UPCM
maupun kualitas isi tes UPCM itu sendiri.
Proses pelaksanaan tes yang tidak terstandar, menurut Azwar
(1999) akan membuat
hasil tes yang dicapai tidak mampu mencerminkan sepenuhnya potensi yang ingin diungkap
dari orang yang dikenai tes. Bahkan, bisa jadi orang-orang yang memiliki potensi tinggi untuk
sukses dalam kuliah tidak lolos seleksi disebabkan tidak terstandarnya prosedur pelaksanaan
tes. Pelaksanaan tes dikatakan terstandardisasi, menurut Aiken (1997) ketika seluruh peserta
tes mendapatkan situasi dan perlakuan yang sama.
Pada beberapa pelaksanaan tes UPCM peneliti melihat standardisasi pelaksanaan tes
UPCM belum sepenuhnya terpenuhi. Sejumlah peserta tes UPCM mengikuti ruangan tes yang
nyaman, bahkan beberapa ruangan ber-AC, sementara peserta lain mengikuti tes UPCM dengan
kondisi ruangan tes yang kurang nyaman seperti kursi yang tidak ada tempat untuk menulis.
Belum lagi masalah psikologis berupa kecemasan peserta tes akibat sulitnya mencari kursi
tempat dia akan mengikuti ujian. Belum terstandarnya pelaksanaan UPCM ini dapat
mengakibatkan mereka-mereka yang mendapat kondisi yang nyaman akan mampu mengerjakan
tes UPCM dengan baik, dan peluang mereka lolos menjadi lebih besar meskipun potensi mereka
tidak begitu tinggi. Sebaliknya, tekanan psikologis yang kuat akibat ketidaknyamanan yang dia
terima akan membuat mereka-mereka yang sebenarnya potensi untuk sukses di kuliah menjadi
tidak lolos seleksi akibat mereka tidak optimal dalam pengerjaan tes UPCM.
Belum sepenuhnya tes UPCM UII mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten
terhadap prestasi akademik mahasiswa UII kemungkinan juga terkait dengan kualitas tes UPCM
itu sendiri. Kualitas tes UPCM akan sangat dipengaruhi oleh sejauh mana proses pembuatan
tes UPCM UII telah mengikuti tahapan-tahapan dalam pengembangan tes-tes psikologi dan
pendidikan yang baku.
Proses pengembangan tes-tes psikologi dan pendidikan yang baku, menurut Kline (1986)
dan Aiken (1997) mencakup tahapan-tahapan berikut, yaitu Test Conceptualization, Test Construction, Test Try-out, Items Analysis, Revision. Pada tahapan test conceptualization, Tes UPCM
belum dirumuskan secara definitif tentang kompetensi umum minimal apa yang disyaratkan
setiap program studi yang ada di lingkungan UII sehingga siapapun calon mahasiswa yang
diterima karena memenuhi
kompetensi umum minimal tersebut diprediksikan akan sukses mengikuti proses akademik
di UII hingga selesai. Selain itu, karena setiap prodi memiliki kekhasan tersendiri dan kekhasan
menuntut kompetensi spesifik minimal yang berbeda-beda antar setiap prodi, maka penting
juga untuk dirumuskan kompetensi spesifik minimal yang mesti dipenuhi setiap calon mahasiswa
sehingga peluang mereka untuk sukses dalam studi yang mereka jalani lebih besar lagi.
Dalam tahapan test construction, tes UPCM sebelum diujikan sebagai tes masuk UII, sudah
harus dipastikan bahwa butir-butir soal UPCM memenuhi persyaratan sebagai sebuat tes yang
baik yaitu memiliki indeks reliabiltas soal, indeks validitas soal, indeks diskriminasi soal, dan
indeks kesukaran soal yang optimal. Untuk memastikan bahwa persyaratan tersebut betul-betul
terpenuhi, maka soal-soal tes UPCM harus dujicobakan terlebih dahulu kepada subjek yang
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan
67

memiliki karakteristik yang sama dengan calon mahasiswa UII. Melalui try-out tes UPCM
tersebut kita akan mendapatkan informasi tentang kualitas soal-soal UPCM UII, mana soal-soal
yang layak dipakai, mana soal-soal yang perlu diperbaiki, dan mana soal-soal yang tidak layak
sama sekali digunakan untuk menseleksi calon mahasiswa UII.
Jika try-out ini tidak mungkin dilakukan dengan alasan kerahasiaan soal UPCM UII, maka
sebenarnya ada yang dapat dilakukan yaitu menjadikan data-data pengerjaan soal UPCM tahun
sebelumnya sebagai dasar untuk melakukan tahapan pengembangan tes berikutnya yaitu items
analysis. Data-data tersebut dipakai untuk menganalisis apakah soal-soal UPCM yang disajikan
pada tahun sebelumnya itu memang soal-soal yang valid dan reliabel sehingga UII memang
benar-benar mendapatkan mahasiswa yang secara potensial akan sukses dalam proses studinya.
Faktor lain yang menyebabkan tes UPCM UII belum sepenuhnya mampu menjadi prediktor
yang signifikan dan konsisten dalam memprediksi prestasi akademik mahasiswa UII adalah
UPCM hanya mengukur aspek kognitif. Syah (1997) mengatakan faktor psikologis yang
mempengaruhi prestasi belajar adalah tingkat kecerdasan, sikap, bakat, dan motivasi. UPCM
cenderung mengukur bakat dan tingkat kecerdasan calon mahasiswa sedangkan kemampuan
afeksi, seperti motivasi, kecerdasan emosi, daya adaptasi, minat, belum diujikan dalam proses
penerimaan mahasiswa baru. Hal ini diperkuat oleh penelitian-penelitian yang dilakukan Lalonde
& Gardner Gal & Ginsberg dalam Nasser (1999) yang menemukan bahwa bakat dalam pelajaran
matematika sama pentingnya dengan motivasi berprestasi dan tingkat kecemasan dalam
menentukan prestasi belajar. Tentu saja bahwa aspek afeksi tidak harus semuanya diukur dalam
proses seleksi mahasiswa. Tindakan yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah penelitian
yang lebih mendalam tentang proses belajar mengajar di UII sehingga diperoleh gambaran
tentang faktor-faktor afeksi yang mempengaruhi prestasi belajar. Hasil tersebut selanjutnya dapat
dipakai sebagai dasar penyusunan ujian seleksi yang mampu mengukur aspek kognisi dan
afeksi.
Faktor lain yang perlu dicermati berkaitan dengan belum tinggi daya prediksi UPCM terhadap
IPK adalah tidak diketahui reliabilitas dari IPK yang dalam penelitian ini menjadi kiteria. Hal ini
disebabkan tinggi rendah reliabilitas akan menentukan korelasi antara prediktor, dalam penelitian
ini UPCM, dengan kiteria, dalam hal ini IPK. Azwar (1999) menyebutkan bahwa kondisi tersebut
adalah efek atenuasi yang akan menghasilkan perkiraan yang lebih rendah dari yang
sesungguhnya (underestimation) terhadap validitas tes. Efek atenuasi dalam penelitian ini terjadi
karena IPK yang dijadikan data penelitian berasal dari seluruh dosen di UII sehingga terdapat
variasi dalam proses pemberian nilai akhir suatu mata kuliah.
Faktor lain yang mungkin menyebabkan Tes UPCM UII belum sepenuhnya menjadi prediktor
yang signifikan dan konsisten bagi prestasi akademik mahasiswa UII adalah suatu keadaan
yang disebut dengan restriksi sebaran (restriction of range). Restriksi sebaran, menurut Azwar
(1999) merupakan keadaan menyempitnya variasi skor, baik pada distribusi skor prediktor maupun
distribusi skor kriteria, dikarenakan berkurangnya jumlah subjek atau sangat homogennya skor
subjek. Restriksi sebaran ini tampaknya terjadi pada Tes UPCM maupun IPK mahasiswa karena
kedua distribusi skor yang dikorelasikan adalah distribusi skor Tes UPCM UII yang lolos seleksi
saja dan distribusi skor IPK yang homogen yaitu mahasiswa yang telah lulus dan telah menempuh
studi selama empat tahun. Kondisi ini akan mengakibatkan underestimasi terhadap koefisien
validitas yang sesungguhnya.
Simpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah UPCM UII belum sepenuhnya mampu menjadi prediktor
yang signifikan dan konsisten bagi pencapaian prestasi akademik mahasiswa UII di masa yang
akan datang. Hal ini disebabkan terdapat subtes yang mampu menjadi prediktor namun ada
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296

Validitas Prediktif Ujian Penerimaan Calon Mahasiswa... oleh: Irwan Nuryana Kurniawan
68

pula yang tidak mampu menjadi prediktor, bahkan ditemukan subtes yang menjadi prediktor
negatif artinya semakin rendah skor pada subtes tersebut maka semakin tinggi indeks prestasinya.
Saran
Saran yang dapat disampaikan adalah:1) Penggunaan UPCM sebagai dasar upaya
peningkatan prestasi akademik perlu dilakukan dengan hati-hati karena UPCM belum sepenuhnya
mampu menjadi prediktor yang signifikan dan konsisten bagi indeks prestasi akademik. 2)
Diperlukan penelitian–penelitian lanjutan dengan topik sebagai berikut: a) Analisis item terhadap
UPCM; b) Faktor-faktor non kognitif yang mempengaruhi prestasi akademik.
Pustaka Acuan
Aiken, L. R. 1997. Psychological Testing and Assessment (7th ed). Boston: Allyn and Bacon.
Alsa, A., Hardjito, P. 2001. Pola Belajar Siswa Kelas VI SD dan Nilai EBTANAS Murni. Psikologika,
No. 12, 43-50.
Anastasi, A., dan Urbina, S. 1997. Psychological Testing (7th ed). New Jersey: Prentice-Hall,
Inc.
Andrianto, S., Hartiwi, Muslimah. 2001. Buku Panduan Akademik Tahun 2001 Fakultas Psikologi
Universitas Islam Indoensia. Yogyakarta: Jentera Intermedia.
Atkinson, R.C. 2001. Achievement Versus Aptitude Tests In College Admissions. www.ucop.edu/
pres/speeches/achieve.htm - 25k. 20-07-2004.
Azwar, S. 1996. Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______.1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
______.1999. Tes Prestasi: Fungsi dan Pengembangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Hermawanta, R.F. 2000. Validitas NEM SLTP guna Memprediksi Prestasi Belajar Siswa SMU 2
Wates Kulonprogo Angkatan tahun 1997/1998. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta:
Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Kline, P. 1986. A Handbook of Test Construction: Introduction to Psychometric Design. London:
Methuen & Co Ltd.
McIntire, S.A., Miller, L.A. 2000. Foundation of Psychological Testing. Boston: McGraw-Hill Companies.
Masrun. 2000. Beberapa Peranan Psikologi dalam Pendidikan. Dalam Peran Psikologi di Indonesia. Editor: Supratiknya; Faturochman; Haryanto, S. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Messick, S. 1989. Validity. In R. L. Linn (Ed.), Educational measurement (3rd ed., pp. 13-103).
Washington, DC: American Council on Education.
Nasser, F. 1999. Prediction of college students achievement in introductory statistics course.
http://www.stat.auckland.ac.nz/~iase/publications.php?show=5.21-07-2004.
Syah, M. 1997. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Airlangga.
th

Woolfolk, A.E. 1995. Educational Psychology. 6 edition. Boston: Allyn & Bacon.
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296

Profil Penerapan Manajemen Masjid... oleh: M. Hajar Dewantoro
69

Profil Penerapan Manajemen Masjid
di Kecamatan Ngemplak Sleman
M. Hajar Dewantoro
Fakultas Ilmu Agama Islam
Universitas Islam Indonesia Jogjakarta
Abstract
This research aims at acquiring a description of mosque managerial implementation surrounding Ngemplak Sleman Sub districts. The used theory is perfect mosque management
that becomes a guide line of religious Affairs Department Mosque of DIY. Using survey,
simple random sampling and description technique, prove that managerial implementation
of mosques management surroundings Ngemplak Sleman Sub District have relatively worked,
despire can not conducted optimally , either viewed in aspect of riayah, idarah and imarah.
Viewed in aspect of riayah (physical building), most of mosques, Religious Foundation
land have been certified for Religious foundation. Building mosques have been generally
sufficient as worship place. Weekly and every daily mouse clearing keeps be being maintained well. Viewed in aspect of idarah (management) of mosque, most ofthem have implemented a planning, a staffing, and controling, though have not been very perfect. Viewed in
imarah (management) of mosque, the worship implementation of either five times prayer or
jum’at prayer have been active enough, despite the number of community is not too significant caused by work activity. The recitation and qur’anic education garden have been a
very good media of people education and building in the frame work of managing their
mosque. Community economy potency such as; qur’ban, zakat, infak, and shadaqah have
been working,yet have not been managed optimally.
Key wards : Management, Riayah, idarah, imarah.
Reformasi yang telah berjalan di Republik Indonesia lebih dari lima tahun belum mampu
membasmi “penyakit” korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Otonomi daerah sebagai buah
reformasi banyak disinyalir memicu desentralisasi penyakit KKN dari pusat (Jakarta) ke daerah.
Menurut Abdurrahman Wahid, reformasi bukannya mengikis penyakit masyarakat seperti KKN,
tapi justru menyuburkannya. Selain itu, tindak kriminal merajalela sementara aparat keamanan
dan penegak hukum tidak mampu mengatasinya. Situasi demikian berlarut hingga pada satu
titik masyarakat tidak lagi percaya pada pemerintah. Kini, obrolan disobidience people banyak
kita dengarkan dari perbincangan masyarakat. Di sisi lain, pemerintah kesulitan mengatasi
kompleksitas permasalahan yang harus diselesaikan.
Berbagai pendapat telah dilontarkan para ahli dalam rangka mencari solusi keluar dari
kompleksitas permasalahan bangsa. Umumnya mereka berpijak pada potensi dan asset yang
dimiliki republik ini. Di antaranya yang telah diformulasikan dalam skenario “Paska IMF Indonesia Bangkit” (Ramli dkk, 2000). Selain itu, optimalisasi potensi masjid banyak terlupakan dalam
perbincangan para ahli. Padahal pada situasi krisis demikian, optimalisasi segenap potensi dan
asset bangsa benar-benar dibutuhkan.
Ahmad Yani (2000: 1-10) menyimpulkan ada lima potensi masjid yang dapat dikembangkan.
Pertama, masjid sebagai sarana pembina iman. Jika iman umat terpatri dalam sanu bari, maka
Fenomena: Vol. 3 No. 1 Maret 2005

ISSN : 1693-4296