PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBAN (1)

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA UNTUK MEMBANGUN
KEHIDUPAN BERAGAMA
TUGAS MAKALAH
DIBUAT UNTUK MEMENUHI SARAT MENGUMPULKAN TUGAS PANCASILA AND
CITIZENSHIPS DARI DOSEN HERLIANTORO, S.H., M.H., M.B.A
.

NAMA KELOMPOK :

1. DIMAS WILLY PRAYOGA
2. MONICA WITTY RAMADHANI
3. NIA DARNIA
4. RYSMI WULANDARI
5. TETI HAYATI
6. YOGA

1510631020064
1510631020143
1510631020160
1510631020196
1510631020216

1510631020242

PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2015

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang pengarahan dalam Pancasila and Citizenships.
Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai referensi dan kerja sama rekan rekan kelompok yang mau
bekerjasama menyusun makalah ini dengan sebaik baiknya, sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak dan berbagai sumber referensi yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat, maupun tata bahasanya. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang pancasila
sebagai paradigma pembangunan kehidupan beragama untuk rekan rekan semua
dapat memberikan pemahaman serta manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca,
dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.

Karawang, 27-November-2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................................. ii
BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 4
C. Tujuan Makalah ............................................................................................................. 4
BAB II: LANDASAN TEORI ......................................................................................... 6
A. pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ........................... 6
B. Pancasila penting sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama ............... 10
C. Mengaplikasikan pancasila menjadi paradigma Kehidupan Beragama ...................... 11
D. Pluralisme Agama yang ada di Indonesia .................................................................... 12
E. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia .................................................................... 10
F. Solusi Konflik Antar Umat Beragama di Indonesia .................................................... 16
BAB III: MASALAH DAN DISKUSI ............................................................................ 21
A. Permasalahan Agama dan Sosial di Tolikara .............................................................. 16
B. kehidupan antarumat beragama di Indonesia terbaik di dunia ................................... 18
BAB IV: PENUTUP ......................................................................................................... 26
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 26
B. SARAN ....................................................................................................................... 27

ii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Dilihat dari butir-butir pancasila dapat dikembangkan mengenai pancasila
sebagai paradigm kehidupan beragama dapat dilihat dari adanya lima sendi utama

penyusun Pancasila atau secara umum merupakan isi Pancasila:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa,
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,
3. Persatuan Indonesia,
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Sendi utama Pancasila tersebut tercantum pada paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.
Butir-butir pengamalan Pancasila
Kelima asas dalam Pancasila dijabarkan menjadi 36 butir pengamalan sebagai
pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Ini ditetapkan dalam Ketetapan MPR
no. II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia Pancakarsa.
Adapun pengembangan butir pancasila yang menyinggung mengenai pancasila
sebagai paradigm kehidupan beragama dapat dilihat dari butir sila ke 1, yang


berisikan:
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

1

2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.


Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Kalimat pada sila
pertama ini tidak lain menggunakan istilah dalam bahasa Sansekerta ataupun bahasa
Pali.
Kata ketuhanan yang berasal dari kata tuhan yang diberi imbuhan ke- dan –an
bermakna sifat-sifat tuhan. Dengan kata lain ketuhanan berarti sifat-sifat tuhan atau
sifat-sifat yang berhubungan dengan tuhan.
Kata Maha berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali yang bisa berarti mulia atau
besar (bukan dalam pengertian bentuk). Kata Maha bukan berarti sangat. Kata “esa”
juga berasal dari bahasa Sansekerta atau Pali. Kata “esa” bukan berarti satu atau
tunggal dalam jumlah. Kata “esa” berasal dari kata “etad” yang lebih mengacu pada
pengertian keberadaan yang mutlak atau mengacu pada kata “ini”.
Dari penjelasan yang disampaikan di atas dapat dikesimpulan bahwa arti dari
Ketuhanan Yang Maha Esa bukanlah berarti Tuhan Yang Hanya Satu, bukan
mengacu pada suatu individual yang kita sebut Tuhan Yang jumlahnya satu. Tetapi
2

sesungguhnya Ketuhanan Yang Maha Esa berarti Sifat-sifat Luhur atau Mulia Tuhan
yang mutlak harus ada. Jadi yang ditekankan pada sila pertama dari Pancasila ini
adalah sifat-sifat luhur atau mulia, bukan Tuhannya.

Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin
kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya, seperti pengertiannya terkandung dalam:
1) Pembukaan UUD 1945 alinea ketiga, yang antara lain berbunyi: “Atas berkat
rahmat Allah Yang Maha Kuasa….” dari bunyi kalimat ini membuktikan bahwa
negara Indonesia bukan negara agama, yaitu negara yang didirikan atas landasan
agama tertentu, melainkan sebagai negara yang didirikan atas landasan Pancasila
atau negara Pancasila.
2) Pasal 29 UUD 1945
3) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa
4) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya

Berdasarkan butir-butir pancasila yang telah ada dapat dikembangkan mengenai
pengembangan kehidupan beragama bahwa :
1) Pernyataan pengakuan bangsa Indonesia pada adanya dan kekuasaan Tuhan
Yang Maha Esa. Pernyataan ini tidak saja dapat terbaca dalam Pembukaan UUD
1945 dimana perumusan Pancasila itu terdapat tetapi dijabarkan lagi dalam tubuh
UUD 1945 itu sendiri pasal 29 ayat 1, yang berbunyi sebagai berikut : “ Negara

berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa ”. Adanya pernyataan pengakuan
dasar Ketuhanan Yang Maha Esa secara yuridis constitutional ini, mewajibkan
pemerintah/aparat Negara untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang
luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Dengan demikian
dasar ini merupakan kunci dari keberhasilan bangsa Indonesia untuk menuju

3

pada apa yang benar baik dan adil. Dasar ini merupakan pengikat moril bagi
pemerintah dalam menyelenggarakan tugas-tugas Negara, seperti memajukan
kesejahteraan

umum

dan

mencerdaskan

kehidupan


bangsa,

dan

ikut

melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
2)

Negara menjamin kemerdekaan tiap penduduk untuk beribadat menurut agama
dan kepercayaannya (pasal 29 ayat 2 UUD 1945).Jaminan kemerdekaan
beragama yang secara yuridis constitutional ini membawa konsekuensi
pemerintah sebagai berikut:
a) Pemerintah wajib memberi dorongan dan kesempatan terhadap kehidupan
keagamaan yang sehat.
b) Pemerintah memberi perlindungan dan jaminan bagi usaha-usaha penyebaran
agama, baik penyebaran agama dalam arti kualitatif maupun kuantitatif.
c) Pemerintah melarang adanya paksaan memeluk/meninggalkan suatu agama.
d) Pemerintah melarang kebebasan untuk tidak memilih agama.

Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kehidupan beragama bangsa
Indonesia tidak bisa dipisahkan dengan sila-sila yang lain. Oleh karena itu
kehidupan beragama harus dapat membawa persatuan dan kesatuan bangsa,
harus dapat mewujudkan nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan beradap, harus
dapat menyehatkan pertumbuhan demokrasi, sehingga membawa seluruh rakyat
Indonesia menuju terwujudnya keadilan dan kemakmuran lahir dan batin. Dalam
hal ini berarti bahwa sila pertama memberi pancaran keagamaan, memberi
bimbingan pada pelaksanaan sila-sila yang lain.

3) Sebagai sarana untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa, maka asas
kebebasan memelu agama ini harus diikuti dengan asas toleransi antar pemeluk
agama, saling menghargai dan menghormati antara pemeluk agama yang satu
dengan pemeluk agama yang lain dalam menjalankan ibadah menurut agama
mereka masing-masing.

4

4) Kehidupan beragama tidak bisa dipisahkan sama sekali dari kehidupan
duniawi/kemasyarakatan. Agama sebagai alat untuk mengatur kehidupan di
dunia, sehingga dapat mencapai kehidupan akhirat yang baik. Semakin kuat

keyakinan dalam agama, semakin besar kesadaran tanggungjawabnya kepada
Tuhan bangsa dan Negara, semakin besar pula kemungkinan terwujudnya
kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan bagi bangsa itu sendiri
1.2 RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
Kehidupan Beragama?
2. Kenapa Pancasila penting sebagai Paradigma Pengembangan di Kehidupan
Beragama?
3. Bagaimana Mengaplikasikan Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
Kehidupan Beragama?
4. Bagaimana keadaan Pluralisme dan Kehidupan Beragama di Indonesia saat ini?
5. Bagaimana cara mengatasi atau menyelesaikan konflik atau masalah yang
terjadi di antara umat beragama?
1.3 TUJUAN
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Pancasila Sebagai Pengembangan
Kehidupan Beragama
2. Mengetahui Kenapa perlu adanya Pancasila sebagai Paradigma Pengembangan
di Kehidupan Beragama
3. Mengetahui cara untuk mengaplikasikan Pancasila Sebagai Pengembangan
Kehidupan Beragama
4. Mengetahui Keadaan Pluralisme dan Kehidupan Beragama di Indonesia
5. Mengetahui cara mengatasi dan menyelesaikan konflik atau masalah yang
terjadi di antara umat beragama

5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 pancasila sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama
A. Paradigma Pengembangan
Istilah paradigma awalnya dipergunakan dan berkembang dalam dunia
ilmu pengetahuan, terutama dalam filsafat ilmu pengetahuan. Kata paradigma
(paradigm) mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus umum
bahasa Indonesia paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa yang
sebagian bersifat konstan (tetap) dan sebagian berubah-ubah. Paradigma dapat
juga diartikan sebagai suatu gagasan sistem pemikiran (kerangka berfikir).
Menurut Thomas S. Kuhn dalam bukunya yang berjudul The Structure of
Scientific Revolution (1970:49), paradigma adalah asumsi-asumsi teoritis
(suatu sumber nilai), yang merupakan sumber hukum, metode, tatacara
penerapan dalam ilmu tersebut. Sedangkan menurut Drs. Kaelan, MS.
Paradigma berkembang menjadi terminologi yang mengandung konotasi
pengertian sumber nilai kerangka berfikir, orientasi dasar, sumber, asas, serta
arah dan tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dalam suatu
bidang tertentu termasuk dalam bidang pembangunanm, reformasi, maupun
dalam pendidikan.
Paradigma sebagai alat bantu para illmuwan dalam merumuskan apa yang
harus dipelajari, apa yang harus dijawab, bagaimana seharusnya dalam
menjawab dan aturan-aturan yang bagaimana yang harus dijalankan dalam
mengetahui persoalan tersebut

6

Sedangkan kata Pengembangan (development) menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu proses, cara, perbuatan mengembangkan ataun
menjadi/mengarah bertambah sempurna

Kata Pengembangan menunjukkan adanya pertumbuhan, perluasan yang
terikat dengan keadaan yang harus digali dan harus dibangun agar dicapai
kemajuan dimasa yang akan datang. Atas dasar arti kata pembangunan, dapat
dipahami bahwa dalam pembangunan terdapat proses perubahan yang terus
menerus diupayakan untuk meraih kemajuan dan perbaikan untuk
mewujudkan tujuan yang dicita-citakan. Pembangunan adalah usaha manusia
untuk memerangi kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan untuk menuju
masyarakat uang sejahtera berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan Pengembangan atau Pembangunan adalah proses perubahan
ke arah kondisi yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara
terencana

(Kartasasmita,

1997).

Menurut

Sumodiningrat

(2001),

pembangunan adalah proses natural untuk mewujudkan cita-cita bernegara,
yaitu terwujudnya masyarakat makmur sejahtera secara adil dan merata.
Paradigma Pengembangan adalah suatu model, pola yang merupakan
sistem berfikir sebagai upaya mewujudkan perubahan yang direncanakan
sesuai dengan cita-cita kehidupan masyarakat menuju hari esok yang lebih
baik secara kuantitatif maupun kualitatif. (Inuk Inggit Merdekawati, 2008:
26)
Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara
normatif menjadi dasar, kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek
pembangunan nasional yang dijalankan di Indonesia. Hal ini sebagai
konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas Pancasila
sebagai dasar negara dan ideologi nasional.

7

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia, Sementara negara
merupakan organisasi atau persekutuan hidup manusia, dengan demikian
pancasila sebagai landasan dan tolak ukur dari penyelenggaraan bernegara
termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-Nilai dasar Pancasila dikembangkan dari hakikat manusia yang
menurut Pancasila adalah manusia adalah makhluk monopluralis. Ciri-ciri
kodrat manusia sebagai mahkluk monopluralisme adalah sebagai berikut:
a. Susunan kodrat manusia terdiri dari jiwa dan raga
b. Sifat kodrat manusia sebagai individu dan social
c. Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan.
Pembangunan nasional merupakan upaya meningkatkan harkat dan
martabat manusia terdiri dari aspek jiwa, raga, pribadi, sosial dan aspek
ketuhanan. Secara singkat, pembangunan nasional merupakan upaya dalam
peningkatan manusia secara totalitas.
Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya dengan
Pancasila sebagai dasar, tujuan, dan pedomannya.
Visi dan Misi Pembangunan Nasional
 Visi
Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis,
berkeadilan, berdaya saing, maju, dan sejahtera dalam wadah negara
Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat,
mandiri, beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air,
berkesadaran hukum dan lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin.

8

 Misi
Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, misi yang
diterapkan adalah sebagai berikut :
1) Pengamalan

Pancasila

secara

konsisten

dalam

kehidupan

bermasyarkat, berbangsa dan bernegara.
2) Penegakan kedaulatan

rakyat

dalam segala aspek kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
3) Peningkatan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari
untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam kehidupan persaudaraan umat beragama yang
berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai.
B. Pancasila dan Agama
Pancasila yang di dalamnya terkandung dasar filsafat hubungan negara
dan agama merupakan karya besar bangsa Indonesia melalui The Founding
Fathers Negara Republik Indonesia. Konsep pemikiran para pendiri negara

yang tertuang dalam Pancasila merupakan karya khas yang secara
antropologis merupakan local genius bangsa Indonesia (Ayathrohaedi dalam
Kaelan, 2012). Begitu pentingnya memantapkan kedudukan Pancasila, maka
Pancasila pun mengisyaratkan bahwa kesadaran akan adanya Tuhan milik
semua orang dan berbagai agama. Tuhan menurut terminologi Pancasila
adalah Tuhan Yang Maha Esa, yang tak terbagi, yang maknanya sejalan
dengan agama Islam, Kristen, Budha, Hindu dan bahkan juga Animisme
(Chaidar, 1998: 36).
Sejak dekade 1920-an, ketika Indonesia mulai dibayangkan sebagai
komunitas politik bersama, mengatasi komunitas cultural dari ragam etnis dan
agama, ide kebangsaan tidak terlepas dari Ketuhanan (Latif, 2011: 67).

9

Secara lengkap pentingnya dasar Ketuhanan ketika dirumuskan oleh
founding fathers negara kita dapat dibaca pada pidato Ir. Soekarno pada 1 Juni

1945, ketika berbicara mengenai dasar negara (philosophische grondslag)
yang menyatakan, “Prinsip Ketuhanan! Bukan saja bangsa Indonesia berTuhan, tetapi masing-masing orang Indonesia hendaknya ber-Tuhan.
Tuhannya sendiri. Yang Kristen menyembah Tuhan menurut petunjuk Isa Al
Masih, yang Islam menurut petunjuk Nabi Muhammad s.a.w, orang Budha
menjalankan ibadatnya menurut kitab kitab yang ada padanya. Tetapi marilah
kita semuanya ber-Tuhan. Hendaknya Negara Indonesia ialah negara yang
tiap-tiap orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan leluasa. Segenap
rakyat hendaknya ber-Tuhan. Secara kebudayaan yakni dengan tiada
“egoisme agama”. Dan hendaknya Negara Indonesia satu Negara yang berTuhan” (Zoelva, 2012).
Dalam hubungan antara agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat
berjalan saling menunjang dan saling mengokohkan. Keduanya tidak
bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Juga tidak harus dipilih salah
satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang lain. Selanjutnya
Kiai Achamd Siddiq menyatakan bahwa salah satu hambatan utama bagi
proporsionalisasi ini berwujud hambatan psikologis, yaitu kecurigaan dan
kekhawatiran yang datang dari dua arah (Zada dan Sjadzili (ed), 2010: 79).

2.2 Pancasila penting sebagai paradigma pengembangan kehidupan beragama
Pada saat ini, Indonesia sedang mengalami kemunduran ke arah kehidupan
beragama yang tidak berkemanusiaan. Pancasila memiliki peran untuk
mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling
menghargai dan menghormati, serta saling mencintai sebagai manusia yang
beradab.
10

Pancasila memberikan dasar nilai yang fundamental bagi umat bangsa
Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di Negara
Indonesia.
Negara memberikan kebebasan kepada warganya untuk memeluk dan
menjalankan agamanya sesuai dengan keyaninan dan kepercayaannya masing –
masing, yang menunjukkan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan
kebebasan untuk berkehidupan agama dan menjamin atas demokrasi di bidang
agama karena setiap agama memiliki hak – hak dan dasar masing – masing.
2.3. Mengaplikasikan pancasila menjadi paradigma Kehidupan Beragama
1. Setiap warga Negara Indonesia patut percaya dan berkeyakinan untuk memeluk
suatu agama.
2. Dengan adanya kepercayaan dalam memeluk agama, setiap warga Negara
Indonesia memiliki arah hidup agar ketika melakukan sesuatu selalu ingat kepada
Tuhan Yang Maha Esa yang mengakibatkan untuk melakukan kehidupan bernegara
sesuai dengan nilai-nilai agama dan nilai-nilai pancasila.
3. Dalam kehidupan bermasyarakat diharuskan setiap warga Negara Indonesia
mengedepankan nilai toleransi dan saling menghargai antarsesama umat beragama,
tidak satupun membenarkan dan menyalahkan suatu agama.
4. Dengan menerapkan nilai-nilai pancasila dapat dijadikan tolak ukur dalam
melakukan segala aktivitas beribadah dengan hikmad tanpa adanya diskriminasi dari
agama lainnya
5. Mengandung makna adanya Causa Prima (sebab pertama) yaitu Tuhan Yang Maha
Esa.
6. Negara memberi fasilitas bagi tumbuh kembangnya agama dan dan iman warga
negara dan mediator ketika terjadi konflik agama.

11

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain
diciptakan oleh penciptaannya. Pencipta itu adalah Causa Prima yang mempunyai
hubungan dengan yang diciptakannya. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib
menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi laranganNya. Dalam konteks bernegara,
maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, dengan sendirinya dijamin
kebebasan memeluk agama masing-masing. Sehubungan dengan agama itu perintah
dari Tuhan dan merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh manusia sebagai
makhluk yang diciptakan oleh Tuhan, maka untuk menjamin kebebasan tersebut di
dalam alam Pancasila seperti kita alami sekarang ini tidak ada pemaksaan beragama,
atau orang memeluk agama dalam suasana yang bebas, yang mandiri. Oleh karena itu
dalam masyarakat Pancasila dengan sendirinya agama dijamin berkembang dan
tumbuh subur dan konsekuensinya diwajibkan adanya toleransi beragama.

2.4 Pluralisme Agama yang ada di Indonesia
Pluralisme agama adalah mengakui adanya kemajemukan, keragaman dan
Perbedaan, baik yang prinsip maupun tidak, yang meliputi keberbedaan
keyakinan atau agama. Konsekuensi dari pluralitas agama agama adalah
kewajiban untuk mengakui sekaligus menghormati agama lain, sehingga sikap
keagamaan yang perlu dibangun dalam menghadapi pluralitas agama adalah
prinsip kebeebasan dalam memeluk suatu agama.
Pluralitas merupakan realitas hidup manusia dan keberadaannya tidak bisa
dianulir. Untuk membangun perdamaian adanya kesadaran pluralisme agama
merupakan hal yang mutlak.

12

Hal yang harus dilakukan untuk menebarkan kesadaran pluralisme agama di
masyarakat adalah:
1. Sosialisasi kesadaran pluralisme agama harus ditebarkan pada berbagai
elemen yang ada di masyarakat. Karena persoalan kurangnya kesadaran
pluralisme agama bisa terdapat pada siapa saja, maka tidak salah ketika
masyarakat

umum

mudah

terprovokasi

isu-isu

yang

bernuansa

primordialisme
2. Melakukan penguatan kesadaran pluralisme agama tidak hanya dalam
bentuk formal yang dilembagakan seperti atas nama Lembaga Kajian, Forum
Dialog dan semacamnya, karena akan menyebabkan tidak longgar bahkan
terbatas dalam ruang-ruang tertutup. Tapi perlu membumi yang bersifat
longgar dan dapat berakses ke mana saja.
3. Membuat tema dan program pluralisme agama yang akrab dengan kehidupan
masyarakat dimana kita tinggal jangan bersifat melangit seperti seminar,
diskusi yang dikonsumsi oleh kalangan terbatas, masyarakat luas tidak ikut
mengakses. (Hamdan Farchan, 2005:1)

2.5 Kerukunan Umat Beragama di Indonesia
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan
untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut
serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.
Ada tiga kerukunan umat beragama, yaitu sebagai berikut:
1. Kerukunan intern umat beragama.
a. Pertentangan di antara pemuka agama yang bersifat pribadi jangan
mengakibatkan perpecahan di antara pengikutnya.
13

b. Persoalan intern umat beragama dapat diselesaikan dengan semangat
kerukunan atau tenggang rasa dan kekeluargaan
2. Kerukunan antar umat beragama
a. Keputusan Menteri Agama No.70 tahun 1978 tentang pensyiaran agama
sebagai rule of game bagi pensyiaran dan pengembangan agama untuk
menciptakan kerukunan hidup antar umat beragama.
b. Pemerintah memberi perintah pedoman dan melindungi kebebasan
memeluk agama dan melakukan ibadah menurut agamanya masing-masing.
c. Keputusan Bersama Mendagri dan Menag No.l tahun 1979 tentang tata
cara pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri bagi lembaga
keagamaan di Indonesia.

3. Kerukunan umat beragama dengan pemerintah.
a. Semua

pihak

menyadari

kedudukannya

masing-masing

sebagai

komponen orde baru dalam menegakkan kehidupan berbangsa dan
bernegara.
b. Antara pemerintah dengan umat beragama ditemukan apa yang saling
diharapkan untuk dilaksanakan.
c. Pemerintah mengharapkan tiga prioritas, umat beragama, diharapkan
partisipasi aktif dan positif dalam:
1) Pemantapan ideologi Pancasila;
2) Pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional;
3) Suksesnya pembangunan nasional
(www.ealerning.gunadarma.ac.id,2007:5)
Sebab-musabab timbulnya ketegangan intern umat beragama, antar umat
beragama, dan antara umat, beragama dengan pemerintah dapat bersumber dari
berbagai aspek antara lain:
1. Sifat dari masing-masing agama, yang mengandung tugas dakwah atau misi
14

2. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan
agama pihak lain
3. Minimnya rasa menghargai para pemeluk agama lain, sehingga kurang
menghormati bahkan memandang rendah agama lain
4. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan
toleransi dalam kehidupan masyarakat
5. Kecurigaan masing-masing akan kejujuran pihak lain, maupun antara umat
beragama dengan pemerintah, dan
6. Kurangnya saling pengertian dalam menghadapi masalah perbedaan
pendapat (Ajat Sudrajat, 2008:151)
Dalam menghadapi konflik agama yang terjadi di Indonesia dan sesuai
prinsip-prinsip kerukunan hidup beragama di Indonesia, kebijakan umum yang
harus dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Kebebasan beragama tidak membenarkan menjadikan orang lain yang telah
menganut agama tertentu menjadi sasaran propaganda agama yang lain.
2. Menggunakan bujukan berupa memberi uang, pakaian, makanan dan lainnya
supaya orang lain pindah agama adalah tidak dibenarkan.
3. Penyebaran pamflet, majalah, buletin dan buku-buku dari rumah ke rumah
umat beragama lain adalah terlarang.
4. Pendirian rumah ibadah harus benar-benar sesuai dengan kebutuhan umat dan
dihindarkan timbulnya keresahan penganut agama lain karena mendirikan
rumah ibadah di daerah pemukiman yang tidak ada penganut agama tersebut.
5. Sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang penuh
keimanan dan ketaqwaan, kerukunan yang dinamis antar dan antara umat
beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa secara bersamasama makin memperkuat landasan spiritual, moral dan etika bagi
pembangunan nasional. Sebagai warga negara Indonesia, umat Islam
15

Indonesia harus berpartisipasi secara langsung dalam pembangunan negara
Indonesia, bersama pemeluk agama lain. Islam tidak membenarkan umat
Islam bersikap eksklusif dalam tugas dan kewajiban bersama sebagai anggota
warga negara Indonesia. (www.ealerning.gunadarma.ac.id.2007:17)
Manusia Indonesia satu bangsa, hidup dalam satu negara, satu ideologi
yaitu Pancasila, hal tersebut sebagai titik tolak pembangunan. Perbedaan suku,
adat dan agama bukanlah menjadi tombak permusuhan melainkan untuk
memperkokoh persatuan. Kerukunan umat beragama dapat menjamin stabilitas
sosial sebagai syarat mutlak pembangunan. Selain itu kerukunan juga dapat
dikerahkan dan dimanfaatkan untuk kelancaran pembangunan.
Ketidak rukunan menimbulkan bentrok dan perang agama serta
mengancam kelangsungan hidup bangsa dan negara. Kehidupan keagamaan dan
kepercayaan harus dikembangkan sehingga terbina hidup rukun diantara sesama
umat beragama untuk memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa dalam
membangun masyarakat. Selain itu, kebebasan beragama merupakan beban dan
tanggungjawab untuk memelihara ketentraman masyarakat.
2.6 Solusi Konflik Antar Umat Beragama di Indonesia
A. Solusi dari konflik antar umat beragama yang terjadi di Indonesia, antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman sila Ketuhanan Yang Maha
Esa Prinsip tata cara Pengamalan Sila Pertama Pancasila berikut ini:
a. Bangsa Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing menurut
kemanusiaan yang adil dan beradab.
b. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan
penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya.
16

d. Tidak memaksakan sesuatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
Dalam batang tubuh UUD 1945 (Pasal 29 UUD 1945) tersirat
mengenai pengaturan dan ketentuan kehidupan agama bagi penduduk
Indonesia, Negara menjamin kemerdekaan kepada penduduk untuk
memeluk agama yang diyakininya.
Kebebasan memeluk agama adalah salah satu hak yang paling asasi
diantara hak-hak asasi manusia, sebab kebebasan agama itu langsung
bersumberkan kepada martabat manusia sebagai mahluk Tuhan. Manusia
selain merupakan mahluk ciptaan Tuhan juga merupakan mahluk sosial,
yang berarti bahwa manusia memerlukan pergaulan dengan manusia
lainnya. Setiap manusia perlu bersosialisasi dengan anggota masyarakat
lainnya. Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya
masing-masing dimana pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan
norma agamanya. Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama
yang berbeda, maka hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama.
(http://verkay11-ricky.blogspot.com)
B. Dialog antar umat beragama
Untuk mencairkan kebekuan yang terjadi antar umat beragama,
alternatif yang bisa dikemukakan adalah dengan mekanisme dialog
keagamaan atau yang dikenal pula dengan istilah dialog antar iman. Dialog
antar umat beragama ini diperkirakan bisa mengantarkan para pemeluk
agama pada satu corak kehidupan yang inklusif dan terbuka.
Ada beberapa model yang bisa dilakukan untuk melaksanakan dialog
antar umat beragama atau antar iman yang di kemukakan oleh Kimball
sebagai berikut.

17

a. Dialog Parlementer. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan tokohtokoh umat beragama di tingkat dunia.
b. Dialog Kelembagaan. Dialog ini dilakukan dengan melibatkan
Organisasi-organisasi keagamaa.
c. Dialog Teologi. Tujuannya adalah untuk membahas persoalan-persoalan
teologis –filosofi.
d. Dialog dalam Masyarakat.

Dialog ini dilakukan dalam bentuk

kerjasama dari komunitas agama yang plural yang menggarap dan
menyelesaikan masalah-masalah praktis dalam kehidupan sehari-hari.
e. Dialog Kerohanian. Tujuannya adalah untuk mengembangkan dan
memperdalam kehidupan spiritual di antara berbagai agama. ( Ajat
Sudrajat, 2009:158 ) .
C. Meningkatkan rasa toleransi
Toleransi adalah sikap menghargai dan menghormati setiap orang yang
berbeda-beda baik secara etnis, ras, bahasa, budaya, politik, pendirian,
kepercayaan maupun tingkah laku. Toleransi beragama adalah sikap hormat
menghormati sesama pemeluk agama yang berbeda, sikap menghormati
kebebasan menjalankan ibadah sesuai ajaran agama masing-masing, dan
tidak boleh memaksakan suatu agama kepada orang lain. Tolenransi
beragama tidak berarti bahwa ajaran agama yang satu bercampur aduk
dengan ajaran agama lainnya.
Manfaat-manfaat yang diperoleh dari sikap toleransi antara lain:
a. Menghindari Terjadinya Perpecahan
Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan
dalam mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu
kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial.
Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya
18

dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam
kehidupan umat manusia ini.

b. Memperkokoh Silaturahmi dan Menerima Perbedaan
Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan
memperkokoh tali silaturahmi antar umat beragama dan menjaga hubungan
yang baik dengan manusia lainnya. Pada umumnya, manusia tidak dapat
menerima perbedaan antara sesamanya, perbedaan dijadikan alasan untuk
bertentangan satu sama lainnya. Perbedaan agama merupakan salah satu
faktor penyebab utama adanya konflik antar sesama manusia.
Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa
dimungkinkan jika masing-masing

pihak

menghargai

pihak lain.

Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama
boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa
tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan
kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya
perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan
kesejahteraan.
c. Menumbuhkan kesadaran bahwa masyarakat terdiri dari berbagai pemeluk
agama yang berbeda dan kebersamaan merupakan hal yang tidak dapat
dihindarkan utnuk menjaga kententraman kehidupan
d. Menjalin kontak dengan agama lain, walaupun mungkin tidak sampai pada
belajar tentang ajaran agama lain.
dengan agama lain.

19

Sehingga, menjalin interaksi sosial

e. Informasi yang adil tentang agama lain.

Mungkin ini merupakan

kelanjutan kontak diatas, namun bisa juga terjadi karena banyaknya media
massa yang tidak mengenal batas kelompok
f. Sikap pemerintah, seperti negara Pancasila, yang tidak memperlakukan
umat-umat beragama degan berat sebelah
g. Pendidikan yang tidak hanya mempertemukan beberapa anak pemeluk
agama yang berbeda-beda namun juga mencerahkan pikiran dan
memungkinkannya untuk membuka diri terhadap orang lain. (Hamdan
Farchan, 1999:5)
h. Segala macam bentuk ketidakadilan struktural agama harus dihilangkan
atau dibuat seminim mungkin.
i. Saling mentautkan hati di antara umat beragama, mempererat persahabatan
dengan saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan kembali kesadaran
bahwa setiap agama membawa misi kedamaian.
j. Perlu dikembangkan adanya identitas bersama (common identity) misalnya
kebangsaan

(nasionalisme-Indonesia)

agar

masyarakat

menyadari

pentingnya persatuan dalam berbangsa dan bernegara.
k. Kesenjangan sosial dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin, dan
sedapat - dapatnya dihapuskan sama sekali.
(http://denaizzkakakecil.wordpress.com/)

20

BAB III
MASALAH DAN DISKUSI
3.1 Permasalahan Agama dan Sosial di Tolikara
JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Pencari Fakta (TPF) Komite Umat untuk
Tolikara (Komat), melaporkan kesimpulan terkait insiden pembakaran sejumlah kios
yang ikut menghanguskan mushola, di Tolikara, Papua, saat pelaksanaan shalat Idul
Fitri lalu. Ketua TPF Komat, Ustadz Fadlan Garamatan mengatakan, berdasarkan
temuan TPF, dapat disimpulkan insiden Tolikara bukan kasus kriminal biasa.
Aksi penyerangan ini juga disebut Komat bukan spontanitas, namun sudah
direncanakan secara sistematis. "Ini bukan kriminal biasa. Diduga ada upaya sengaja
menciptakan, mengusik kehidupan beragama secara sistematis. Faktanya ada massa
yang mengepung jemaah shalat Id dari tiga titik. Ada suara komando untuk
menyerang," kata Fadlan dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (31/7/2015).
TPF juga menyimpulkan, pihak Gereja Injili di Indonesia (GIDI) sudah
melakukan pelanggaran HAM berat, karena menghalangi umat lain untuk beribadah.
Hal tersebut dapat dilihat dari surat GIDI yang ditemukan oleh anggota intel Polres,
Bripka Kasrim, yang berada di Pos Moleo. "Presiden GIDI abai atas beredarnya surat
ini," ucap Fadlan.
TPF juga menemukan fakta lain bahwa lahan Mushola Baitul Muttaqin yang
terbakar dalam insiden, memiliki sertifikat resmi. Dia membantah Mushola tersebut
tidak berizin. "Ini sekaligus mematahk an anggapan bahwa masjid ini berdiri di atas
tanah ulayat," ucapnya.
Kesimpulan yang disampaikan Komat tidak jauh berbeda dengan yang pernah
disampaikan Kapolri Jenderal Badrodin Haiti, beberapa waktu lalu. Menurut
Badrodin, kerusuhan itu sengaja dipersiapkan oleh auktor intelektual.

21

"Kerusuhan itu ada yang men-setting. Tapi kita belum bisa memastikan adanya
pihak asing dalam kejadian itu. Tapi ada beberapa orang luar dari wilayah itu terlibat
dalam kerusuhan. Aktor intelektualnya kita masih cari," ucap Badrodin.
Hingga saat ini, penyidik dari Polda Papua telah menetapkan dua orang sebagai
tersangka terkait insiden Tolikara.
"Inisialnya HK dan JW. Mereka berdasarkan penyelidikan diduga kuat terlibat
kasus ini," ujar Kapolda Papua Irjen Yotje Mende kepada Kompas.com melalui
sambungan telepon pada Kamis (23/7/2015).
Polri juga telah memeriksa Ketua GIDI Wilayah Tolikara Pendeta Nayus Wenda
dan sang sekretaris, Pendeta Marthen Jingga. Keduanya merupakan orang yang
menandatangani surat pemberitahuan yang ditujukan ke umat Islam di Tolikara itu.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Ham (Polhukam), Tedjo
Edhy Purdijatno mengatakan, tidak ada permasalahan agama di Papua. Menurut dia,
yang terjadi di Karubaga hanya karena kesalahpahaman
Penyebab terjadinya :
Menurut Kepala Kepolisian Republik Indonesia Jenderal Badrodin Haiti
menjelaskan kronologi peristiwa keributan di Tolikara, Papua yang menyebabkan
sejumlah bangunan rusak dan hangus terbakar termasuk satu masjid. Penjelasan
kronoligis berdasarkan hasil survei langsung yang dilakuakan Polri pada Sabtu
(18/7). (Jakarta, CNN Indonesia)
Kenapa peristiwa itu terjadi? Menurut Badrodin, peristiwa bermula dari surat
edaran tentang pelarangan bagi umat Islam melaksanakan solat Idul Fitri. Setelah
ditelusuri, surat edaran tersebut dikeluarkan oleh Dewan Pekerja Wilayah Gereja
Injili di Indonesia (GIDI) Tolikara, Papua.

22

"Isi surat tersebut tentang pemberitahuan pada semua umat islam di Tolikara
yang ditandatangani oleh pendeta dan sekeretarisnya, isinya itu adalah dalam rangka
pelaksanaan seminar internasional dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) remaja
GIDI," ujar Badrodin kepada wartawan di rumah dinas Kepala Badan Intelijen
Negara, Jakarta, Kamis (23/7).
Lebih lanjut, Badrodin menyatakan, dalam surat edaran tersebut juga
disampaikan, bahwa ada pelarangan mendirikan tempat ibadah bagi semua agama
kecuali GIDI di Tolikara. "Termasuk gereja Adven yang ada disana di tutup. dan
jemaahnya masuk ke GIDI," ujarnya.
Saat surat edaran GIDI dikeluarkan, Badrodin mengaku, Kepala Polisi Resor
Tolikara telah melakukan konfirmasi dan berkordinasi dengan Presiden GIDI. Akan
tetapi, presiden GIDI menyatakan surat edaran tersebut tidak resmi, karena tidak
ditandatangani langsung olehnya.
Karena merasa surat edaran yang dikeluarkan GIDI di Tolikara bermasalah,
Kapolres melakukan komunikasi dengan Bupati Tolikara, Usman Wanimbo dan
menyepakati untuk mencabut dan tidak mengizinkan surat edaran tersebut
diberlakukan.
3.2 Agama Suryadharma Ali berpendapat, kehidupan antarumat beragama di
Indonesia terbaik di dunia
JAKARTA,

KOMPAS.com



Menteri

Agama

Suryadharma

Ali

berpendapat, kehidupan antarumat beragama di Indonesia terbaik di dunia.
Pemerintah, menurutnya, memberi perhatian yang sama kepada umat semua agama
dan kepercayaan. Hal ini disampaikan Suryadharma untuk menanggapi langkah
kelompok tertentu yang membawa masalah yang dialami kelompok minoritas ke
dunia internasional.

23

Awalnya, Suryadharma mengutip pandangan mantan Presiden Polandia, Lech
Walesa, ketika bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2010. Saat itu,
lanjutnya, Lech Walesa menyebut negara-negara Barat harus belajar kepada
Indonesia tentang kerukunan.
"Indonesia terdiri dari lebih 17.000 pulau, ada 1.200 suku, 720 bahasa daerah,
berbagai macam agama, adat istiadat, dan budaya. Dari sisi demografis, Indonesia
terpencar dalam bentangan Nusantara. Tapi Indonesia tetap pertahankan kesatuan,
tidak terpecah belah seperti Yugoslavia, Uni Soviet," kata Suryadharma saat jumpa
pers di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, Selasa (9/7/2013).
Suryadharma lalu menceritakan beberapa peristiwa yang menurutnya
monumental. Pertama, acara musabaqah tilawatil Quran tingkat nasional di Ambon
tahun 2012. Penetapan lokasi di Ambon, katanya, atas permintaan Gubernur Maluku,
tokoh-tokoh Kristen, Islam, Hindu, Buddha, Konghucu, kekuatan politik, hingga para
kepala suku.
Umat Kristiani, lanjutnya, turut berpartisipasi, baik sebagai panitia maupun
pengisi acara. Tidak hanya itu, rumah para pendeta dan pastor, hingga kantor
Keuskupan yang baru diresmikan dihuni para peserta.
Peristiwa lain, tambah Suryadharma, Pesta Paduan Suara Gerejawi Nasional
di Sulawesi Tenggara. Sebanyak 85 persen panitia acara merupakan umat Islam.
"Tidak ada sedikit pun gangguan. Buat saya, itu peristiwa monumental buat
kerukunan umat beragama," ucapnya.
Suryadharma menambahkan, dirinya banyak menerima tamu dari negara lain,
baik pejabat, aktivisi, maupun wartawan. Mereka mempertanyakan kehidupan
beragama di Indonesia. Kepada mereka, politisi PPP itu menyebut kehidupan
antarumat beragama di Indonesia terbaik di dunia.

24

Menurutnya, setelah mendengar kesimpulan yang disampaikannya, para tamu
terperangah. Suryadharma mengatakan, mereka terkejut karena sudah mendapat
masukan sepihak bahwa kehidupan umat beragama di Indonesia buruk. Ia memberi
contoh lain, yaitu sikap presiden dan wakil presiden yang selalu ikut merayakan hari
besar semua agama maupun kepercayaan.
"Saya bertanya kepada tamu, coba tolong tunjukkan ke saya negara mana
yang seperti Indonesia? Tidak ada yang bisa dia sebutkan. Ada negara mayoritas
Islam, tapi tidak berikan perhatian yang sama seperti Indonesia terhadap agama
minoritas. Ada negara yang mayoritas Nasrani juga tidak berikan penghormatan
kepada agama minoritas di negara itu. Indonesia adalah negara yang sangat hormati
pluralitas, tapi hal-hal seperti ini tidak pernah diungkap," pungkas Suryadharma.

25

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Negara Indonesia didirikan atas landasan moral luhur, yaitu berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa yang sebagai konsekuensinya, maka negara menjamin
kepada warga negara dan penduduknya untuk memeluk dan untuk beribadah sesuai
dengan agama dan kepercayaannya, sama seperti apa yang telah dijelaskan pada
butir-butir pancasila. Mengenai paradigm untuk perkembangan kehidupan beragama
dapat dilihat dari Istilah paradigma awalnya dipergunakan dan berkembang dalam
dunia ilmu pengetahuan, terutama dalam filsafat ilmu pengetahuan. Kata paradigma
(paradigm) mengandung arti model, pola atau contoh. Dalam kamus umum bahasa
Indonesia paradigma diartikan sebagai seperangkat unsur bahasa yang sebagian
bersifat konstan (tetap) dan sebagian berubah-ubah. Paradigma dapat juga diartikan
sebagai suatu gagasan sistem pemikiran (kerangka berfikir). Jadi dapat disimpulkan
bahwa pancasila sebagai paradigm perkembangan kehidupan beragama memiliki
makna bahwa pancasila dijadikan kerangka dasar, landasan utama untuk
menjalankan segala aktivitas agama di masyarakat.
Nilai-Nilai dasar Pancasila dikembangkan dari hakikat manusia yang menurut
Pancasila adalah manusia adalah makhluk monopluralis. Dalam hubungan antara
agama Islam dan Pancasila, keduanya dapat berjalan saling menunjang dan saling
mengokohkan. Keduanya tidak bertentangan dan tidak boleh dipertentangkan. Juga
tidak harus dipilih salah satu dengan sekaligus membuang dan menanggalkan yang
lain. Pentingnya pancasla pun dapat dilihat dari keadaan pada saat ini, Indonesia
sedang mengalami kemunduran ke arah kehidupan beragama yang tidak
berkemanusiaan. Pancasila memiliki peran untuk mengembalikan suasana

26

kehidupan beragama yang penuh perdamaian, saling menghargai dan menghormati,
serta saling mencintai sebagai manusia yang beradab. Mengenai kerukunan umat
beragama, kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai
dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan
untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut
serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk
mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.
Bangsa Indonesia yang beraneka agama, menjalankan ibadahnya masingmasing dimana pemeluk melaksanakan ajaranNya sesuai dengan norma agamanya.
Agar tidak terjadi pertentangan antara pemeluk agama yang berbeda, maka
hendaknya dikembangkan sikap toleransi beragama agar terlaksananya sikap yang
baik antar umat beragama.

4.2 SARAN
1. Sebagai Negara yang beraneka ragam sudah seharusnya diperlukan sikap yang
baik untuk menjalankan kehidupan beragama sesuai pancasila dengan
mengamalkan nilai-nilai pancasila.
2. Lebih menghargai setiap perbedaan agama yang ada agar terciptanya masyarakat
yang harmonis dan sejahtera.
3. Hendaknya kemauan untuk mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila secara
baik ditumbuhkan dalam diri pribadi manusia Indonesia, ditanamkan dalam jiwa
pemuda Indonesia, lalu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dapat
menjadi insan yang pancasilais.

27

DAFTAR PUSTAKA

http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-paradigma-apa-ituparadigma.html#
https://id.wikipedia.org/wiki/Agama
https://id.wikipedia.org/wiki/Paradigma
http://kbbi.web.id/kembang

www.kompas.com
Kaelan, pendidikan pancasila, Edisi Reformasi, Paradigma, Yogyakarta, 2000
Oetoyo Oesman, dan Alfian, Pancasila sebagai ideologi dalam berbagai
kehidupan bermasyarakat, berbangsan dan bernegara, Jakarta, 1996