PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF BERKHASIAT OBAT MENGGUNAKAN JAMUR ENDOFIT Repository - UNAIR REPOSITORY

  Pidato Disampaikan pada Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang Ilmu Kimia Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Airlangga di Surabaya pada Hari Sabtu, Tanggal 22 Oktober 2011

  Oleh

  

NOOR ERMA SUGIJANTO

UNIVERSITAS AIRLANGGA

BADAN HUKUM MILIK NEGARA

PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF BERKHASIAT OBAT

MENGGUNAKAN JAMUR ENDOFIT

  

Buku ini khusus dicetak dan diperbanyak untuk acara

Pengukuhan Guru Besar di Universitas Airlangga

Tanggal 22 Oktober 2011

Dicetak : Pusat Penerbitan dan Percetakan Unair (AUP)

  

Isi di luar tanggung jawab Pencetak

  "Barangsiapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar (dari persoalan yang dihadapinya). Dan memberinya rejeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakal kepada

  Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu"

  (Q.S. Ath Thalaq 2–3)

  Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi sesamanya

  (Nabi Muhammad SAW)

  Aku minta pada Allah swt. setangkai bunga mawar segar, diberi-Nya aku kaktus berduri. Aku minta pada Allah swt. binatang mungil nan cantik, diberi-Nya aku ulat berbulu. Aku sedih, protes dan kecewa. Betapa tidak adilnya ini namun kemudian, kaktus itupun berbunga, indah bahkan sangat indah, dan ulat itupun tumbuh dan berubah menjadi kupu-kupu yang amat cantik. Ternyata, itulah jalan (skenario) Allah swt., indah pada waktunya

  (Anonim)

  Bermimpilah, bekerja keraslah untuk mewujudkannya dan selanjutnya serahkan pada Tuhan. Tuhan punya mimpi yang lebih besar untukmu bila kau memasrahkan diri pada-Nya

  (Oprah Winfrey)

  Yesterday is history, tomorrow is mystery, today is a gift that we call present (Kung Fu Panda I)

  Bismillahirrohmanirrahim Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh Yang terhormat,

  Ketua, Sekretaris dan Anggota Majelis Wali Amanat Universitas Airlangga,

  Ketua, Sekretaris dan Anggota Senat Akademik Universitas Airlangga,

  Para Guru Besar Universitas Airlangga, Para Guru Besar Tamu, Rektor dan Para Wakil Rektor Universitas Airlangga, Dekan Fakultas Farmasi, para Dekan dan Wakil Dekan, para

  Direktur, Pimpinan Lembaga serta Pusat, di Lingkungan Universitas Airlangga,

  Pimpinan Pemerintah Kotamadya dan Daerah, Para Sejawat, Dosen dan Segenap Sivitas Akademika Universitas

  Airlangga, Para Undangan dan Hadirin yang saya muliakan, Segala puji bagi Allah, Pencipta dan Penguasa alam semesta.

  Kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah swt. atas segala limpahan rahmat, karunia, hidayah dan, ridho-Nya, sehingga kita dapat menghadiri dan menyaksikan acara peresmian pengukuhan jabatan saya sebagai Guru Besar dalam bidang Ilmu Kimia Farmasi di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

  Melalui mimbar akademik yang mulia ini perkenankanlah saya menyampaikan pidato pengukuhan dengan judul:

  

PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF BERKHASIAT OBAT

MENGGUNAKAN JAMUR ENDOFIT

  Hadirin yang saya muliakan,

  Penggunaan bahan alam khususnya tanaman berperan penting pada penemuan obat baru, di samping yang berasal dari mikroba dan organisme laut (Proksch et al., 2003). Hampir 49% obat baru yang didaftarkan di Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat berasal dari bahan alam atau turunannya (Strobel and Daisy, 2003). Menurut data FDA tahun 1982–2002, obat yang disetujui beredar khususnya untuk antibakteri dan antikanker yang berasal dari bahan alam dan turunannya memiliki kontribusi masing-masing 79% dan 64% (Chin et al., 2006). Di antara berbagai sumber bahan kimia alami, mikroorganisme merupakan penghasil beragam metabolit bioaktif dan dapat diaplikasikan sebagai bahan agrokimiawi, antibiotik, imunosupresan, antiparasitik dan antikanker (Gunatilaka, 2006). Secara historis, dari semua mikroorganisme yang telah diteliti, Actinomycetes dan jamur merupakan penghasil potensial metabolit berkhasiat dengan profil yang sangat bervariasi (Gunatilaka, 2006). Mikroorganisme khususnya bakteri dan jamur, beberapa di antaranya diketahui berkolaborasi dengan tumbuhan, dikenal sebagai mikroba endofit. Jamur endofit lebih banyak diteliti dan dimanfaatkan daripada bakteri (Strobel and Daisy, 2003).

  

PEMANFAATAN JAMUR SEBAGAI SUMBER BAHAN

BAKU OBAT

  Sejak lebih 1000 tahun yang lalu Kekaisaran China dan Jepang, menggunakan jamur kuping, shiitake, maitake dan Ganoderma sp. sebagai obat untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Berbagai senyawa dalam jamur-jamur (mushroom) tersebut kemudian memang terbukti berperan meningkatkan respons sistem imun (Morris, 2001). Penemuan penisilin (1928) diikuti streptomisin dan antibiotika yang lain membuka terobosan baru untuk mengeksplorasi berbagai metabolit berkhasiat dari jamur (Proksch et al., 2003). Jamur merupakan sumber penting bahan baku obat seperti berbagai jenis antibiotika, alkaloida ergot, asam sitrat, siklosporin sebagai imunosupresan, lovastatin sebagai antihiperlipidaemia, dan peptida- polisakarida yang berfungsi imunostimulan (Morris, 2001; Demain and Solomon, 1986). Saat ini di antara beragam jenis jamur, jamur endofit merupakan organisme yang sangat menarik untuk diteliti karena berlimpahnya biodiversitas, kekayaan kimiawi metabolitnya, keragaman bioaktivitasnya dan kaitan fungsi ekologisnya (Tan and Zou, 2001).

JAMUR ENDOFIT, DISTRIBUSI DAN BIODIVERSITASNYA

  Mikroba endofit adalah bakteri termasuk Actinomycetes, atau jamur yang sebagian atau seluruh daur hidupnya berada inter- atau intra-seluler di dalam jaringan tanaman inang yang sehat tanpa menunjukkan tanda-tanda sakit (Tan and Zou, 2001). Endofit diisolasi dari bagian tengah jaringan tanaman yang permukaannya telah disterilkan dan dikultivasi pada medium yang sesuai. Endofit jenis kapang/jamur lebih sering diisolasi daripada bakteri (Strobel and Daisy, 2003).

  Endofit merupakan komponen penting biodiversitas mikroba. Koloni endofit dapat ditemukan pada alga, lumut, paku-pakuan dan hampir semua spesies tanaman yang memiliki jaringan pengangkutan (Tan and Zou, 2001). Kondisi lingkungan tanaman inang juga memengaruhi populasi endofit. Di daerah tropis profil endofit didapatkan lebih beragam (Arnold et al., 2003). Diversitas biologis mengakibatkan diversitas kimiawi; dibutuhkan inovasi kimiawi yang terjadi terus-menerus untuk mendukung agar organisme tersebut tetap survive dalam ekosistem yang berevolusi secara aktif. Hutan hujan tropis merupakan salah satu contoh ekosistem tersebut, sehingga sangat berpeluang sebagai sumber endofit yang baru dan berharga yang akan menghasilkan senyawa bioaktif dengan struktur molekul yang juga baru dan berharga

  (Strobel et al., 2004). Umumnya dari satu tanaman inang dapat diisolasi beberapa hingga ratusan spesies bakteri dan jamur endofit (Tan and Zou, 2001; Strobel and Daisy, 2003). Di bumi ini tumbuh hampir 300.000 spesies tumbuhan, bila masing-masing mengandung lebih dari satu mikroba endofit, dapat dibayangkan betapa besar kekayaan biodiversitas endofitnya. Relatif sedikit di antara tumbuhan tersebut telah diteliti endofitnya, sehingga peluang mendapatkan mikroba endofit baru dan senyawa metabolitnya yang baru dan berkhasiat sangat terbuka (Strobel and Daisy, 2003).

PERAN FISIOLOGIS DAN EKOLOGIS JAMUR ENDOFIT

  Endofit hidup di dalam jaringan tanaman dan mendapatkan nutrisi dari tanaman inang. Adanya endofit meningkatkan daya adaptasi tanaman inang dan toleransinya terhadap stres lingkungan misalnya kekeringan dan tanah yang miskin hara. Metabolitnya dapat meningkatkan daya tahan maupun pertumbuhan tanaman inang, misalnya dengan dihasilkannya senyawa fitohormon: indole 3 asetat (IAA), cytokines dan diketahui juga endofit dapat memperbaiki asupan nutrisi seperti unsur nitrogen (Elbeltagy

  

et al., 2002). Asam 3-nitropropionat (3-NPA) merupakan metabolit

  endofit yang memiliki dampak biologis dan ekologis. 3-NPA terlibat dalam proses nitrifikasi siklus nitrogen pada tanaman Leguminose sekaligus menunjukkan aktivitas nematisida yang kuat (Hipkin et al., 2004).

  Endofit berperan penting dalam peningkatan daya tahan inang terhadap virus, bakteri dan jamur patogen dengan menghasilkan senyawa antivirus, antifungi, antibakteri, insektisida alami (Li and Tao, 2009) atau mempertahankan diri dari hama nematoda, mamalia dan serangga (White et al., 2000; Stone, et al., 2004). Antara endofit dengan inangnya dapat terjalin simbiosis mutualistis hingga fito-patogen laten (Tan and Zou, 2001; Nalini et al., 2004) melibatkan berbagai metabolit yang diproduksi oleh endofit maupun inangnya, dan berpeluang memiliki kegunaan dalam pertanian dan obat (Strobel, 2002). Endofit meningkatkan daya saing inang terhadap spesies lain melalui efek alelopati (Tan and Zou, 2001). Endofit diketahui berperan penting dalam sistem fito-remediasi (Siciliano et al., 2001).

  

JAMUR ENDOFIT SEBAGAI SUMBER BAHAN ALAMI

BERKHASIAT

  Interaksi endofit dan lingkungannya dalam memproduksi metabolit sekunder berpotensi sebagai sumber alternatif bahan alami berkhasiat karena begitu besar keragaman ceruk biologis yang unik (dalam hal ini tumbuhan inang) yang tumbuh dalam kondisi biotipe khusus sehingga peluang metabolit yang dihasilkan juga beragam (Strobel and Daisy, 2003). Pestalotiopsis spp. misalnya, merupakan endofit yang paling sering diisolasi di berbagai tumbuhan hutan dibelahan bumi ini, namun metabolit yang dihasilkan bisa sangat berbeda di lingkungan yang berbeda. Sebagai contoh, P. microspora menghasilkan asam ambuat, tetapi spesies yang sama dari strain yang diisolasi dari Torreya taxifolia memproduksi pestaloside dan asam torreyanat, sedang pestasin dan isopestasin diperoleh dari

  

P. microspora yang diisolasi dari inang Terminalia morobensis

  (Verma et al., 2009). Endofit menghasilkan senyawa dengan berbagai bioaktivitas seperti antibakteri, antifungi, hormon pertumbuhan tanaman, immunosuppresan, antikanker, antivirus, antimalaria, insektisida, larvasida, herbisida, enzim, dan imunomodulator. Endofit menyimpan potensi tak terbatas sebagai sumber bahan alami berharga untuk bahan baku obat, enzim dan senyawa berkhasiat dalam pertanian dan industri (Tan and Zou, 2001; Strobel and Daisy, 2003; Nalini et al., 2004).

  

JA M U R EN D OF I T DA N M ETA BOL I T N YA YA NG

KARAKTERISTIK SAMA DENGAN TANAMAN INANG

  Pada 1955 Yabuta mempublikasikan, giberelin dapat dihasilkan dari jamur endofit Gibberella fujikuroi. Awalnya penemuan ini diragukan para peneliti, sebab selama ini yang diketahui giberelin merupakan fitohormon yang dihasilkan tanaman tingkat tinggi. Hal ini diduga terjadi akibat adanya pertukaran genetik intergenerik antara tanaman inang dan endofitnya (Stierle and Strobel, 1995). Penemuan Yabuta ini, menginspirasi Stierle dan Strobel untuk menemukan jamur endofit yang dapat menghasilkan paclitaxel/ Taxol® khususnya dari tumbuhan penghasil Taxol®. Taxol® digunakan sebagai sitostatika kanker payudara dan rahim dengan mekanisme menghambat pembentukan tubulin pada pembelahan sel kanker. Harganya sangat mahal karena ketersediaan pasokan

  

paclitaxel yang sulit. Antikanker paclitaxel/Taxol® sangat sulit

  disintesis ataupun diisolasi dari tanaman Taxus sp., yang tumbuhnya sangat lambat, terbukti dapat diperoleh dari kultur in-vitro jamur endofit Taxomyces andreanae yang diisolasi dari Taxus brevifolia (Stierle and Strobel, 1995). Penemuan tersebut menjadi titik awal yang fenomenal, selanjutnya penelitian pencarian bahan aktif dari jamur endofit sebagai sumber potensial bahan obat mengalami percepatan yang luar biasa.

  Menurut Tan dan Zou kemungkinan selama proses evolusi terjadi rekombinasi genetik endofit dengan inangnya sehingga beberapa endofit terbukti mampu menghasilkan senyawa alami yang karakteristik bagi inangnya (Tan and Zou, 2001). Transfer gen ternyata dapat terjadi secara alami dari bakteri ke sel tanaman (Dutton, 1995). Beberapa fakta mendukung kemungkinan di atas, di antaranya jamur endofit Entrophospora infrequens, yang diisolasi dari Nothapodytes foetida memproduksi camptothecin, prekusor antikanker topotecan dan irinotecan yang dihasilkan inangnya (Puri et al., 2005). Senyawa 10-hydroxycamptothecin dapat diproduksi oleh Xylaria sp.M20, endofit yang diisolasi dari

  

Camptotheca acuminata, tumbuhan penghasil camptothecin (Liu

et al., 2010). Vinkristin, obat antikanker yang poten dapat dihasilkan

Fusarium oxysporum, endofit yang diisolasi dari Catharanthus

roseus, tumbuhan inang penghasil Vinkristin (Verma et al., 2009).

  Gentiopikrin juga dihasilkan jamur endofit yang diisolasi dari

  

Gentiana macrophylla, tumbuhan obat penghasil gentiopikrin

  (Yin et al., 2009). Rekayasa genetika membuktikan melalui fakta berikut ini. Rekayasa genetika untuk menghasilkan phenazine suatu antifungi yang diproduksi Pseudomonas chlororaphisO6 telah dilakukan terhadap Rhizobium etli USDA9032 yang bukan penghasil phenazine dengan memasukkan cosmid clone pLAFRI (pO6phz) sebagai gen pembawa dan pRK2013 sebagai helper plasmid. Terbukti gen tersebut terekspresikan, R.etli tersebut mampu memproduksi

  

phenazine, berbeda dengan R.etli kontrol, namun ternyata efek

sampingnya menghambat viabilitas sel (Krishnan et al., 2007).

  

JA M U R EN D OF I T DA N M ETA BOL I T N YA YA NG

BERKHASIAT OBAT, ENZIME DAN BIOKONTROL

  Berbagai faktor pada inang misalnya umur, musim, lingkungan, dan lokasi memengaruhi kondisi biologis endofit. Beragamnya jenis inang dengan ekosistem yang berbeda, beragam pula metabolit sekunder yang dihasilkan oleh endofit sebagai fungsi adaptasi (Strobel and Daisy, 2003). Paclitaxel/Taxol®, dilaporkan dapat diproduksi oleh Pestalotiopsis guepini yang diisolasi dari Wollemia

  

nobilis, dan jamur Seimatoantlerium tepuiense yang diisolasi dari

Maguireothamnus speciosus juga Periconia sp. dan Seimatoantlerium

nepalense. Dihasilkannya Taxol® oleh endofit yang tidak diisolasi

  dari Taxus sp. menunjukkan senyawa ini diproduksi karena juga memiliki aktivitas antifungi yang menghambat Pythium sp. dan

  

Phytophthora sp., jamur yang patogen bagi tanaman. Disimpulkan

  bahwa paclitaxel ini diproduksi untuk melindungi inang dari jamur patogen tersebut (Strobel and Daisy, 2003). Endofit juga dapat menghasilkan metabolit yang tidak berkaitan dengan metabolit inangnya, misalnya asam sitonat A, memiliki aktivitas antifungi dan antiviral (Guo et al., 2000).

  Pengembangan antibiotika baru, pesat pada paruh akhir abad ke-20 yang lalu, namun saat ini relatif stagnan. Dalam 5 tahun terakhir belum ada lagi antibiotika baru sebagai novel drug yang dapat mengatasi berbagai kelemahan antibiotika yang ada. Dalam hal ini fungi endofit memiliki prospek menjawab tantangan tersebut. Brunner dan Petrini, menunjukkan 75% dari 80 jenis fungi endofit yang diuji mampu menghasilkan antibiotika (Brunner and Petrini, 1992). Saat ini pencarian obat baru dari metabolit jamur endofit sangat diminati, diasumsikan endofit mampu melindungi inangnya dari spesies patogen, karena adanya metabolit tersebut. Hal ini merupakan mekanisme pertahanan diri inang agar tidak punah seperti terbukti pada tanaman obat Kennedia nigricans yang digunakan suku Aborigin sebagai obat luka, ditemukan endofit Streptomyces munumbi. Endofit ini menghasilkan antibiotik munumbisin A, B, C, D, yang aktif terhadap Bacillus anthraxis dan Mycobacterium tuberculosis, juga dihasilkan senyawa-senyawa lain yang berfungsi sebagai antifungi, antimalaria dan antikanker (Strobel, 2002).

  

K E R AG A M A N K I M I AW I DA N P E M B E N T U K A N

METABOLIT JAMUR ENDOFIT

  Metabolit endofit meliputi berbagai senyawa kimia seperti alkaloid, amina, amida, turunan indole, pyrrolizidine, steroid, terpen, terpenoid, sesquiterpen dan diterpen, flavonoid, turunan iso- kumarin, kuinon, fenil-propanoid, lignan, peptida, fenol dan asam fenolik, alifatik, metabolit terklorinasi, dan pentaketide (Gunatilaka, 2006; Tan and Zou, 2001; Verma et al., 2009). Beberapa metabolit endofit dan aktivitasnya yang telah dilaporkan, disarikan dan disajikan dalam tabel 1, 2 dan 3.

  • Perpustakaan Universitas Airlangga PIDATO GURU BESAR PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF...

  2008 Quercus sp. Cytonaema sp. Cytonics acid A dan B Antivirus hCMV Guo et al., 2000 Kennedia nigriscans Streptomyces sp.

  Khan et al., 2007 ADLN

  (NCIM 1330) lectin Antitumor, imunomodulator.

  Cytospora sp. cytokyrin A dan B Antikanker (A) Brady et al., 2000 Tidak teridentifikasi Fusarium solani

  Sitotoksik Agusta et al., 2006 Conocarpus erecta

  Diaporthe phaseolorum (+)-epicytoskyrin dan (+) -1,1'-bislunatin

  Antibiotik Strobel and Daisy, 2003 Camellia sinensis (L)

  NRRL 30562 munumbicin A, B, C dan D

  Antikanker Puri et al., 2005 Taxus baccata Botryodiplodia theobromae paclitaxel/Taxol Antikanker Venkatachalan et al.,

  9 Tabel 1. Endofit, tanaman inang, metabolit dan aktivitas yang dihasilkan. Tanaman Inang Jamur Endofit Metabolit Aktivitas Biologis Ref Panax ginseng Paecilomyces sp. Falcarinol/panaxynol Antikanker, pestisida alami Xu et al., 2009

  Entrophospora infrequens camptothecin, prekusor topotecan dan irinotecan

  HIV pada sel C 8166 Yu et al., 2008 Nothapodytes foetida

  Phomoeuphorbin A, B, C (aktif), D (tidak aktif) Menghambat replikasi

  Liu et al., 2009 Trewia nudifora Phomopsis euphorbiae

  Pestalotiopsis fici Pestalofone A-E, A,B dan E (aktif) Menghambat replikasi HIV pada sel C 8166

  Qin et al., 2009 Tidak teridentifikasi

  Menghambat Artemia salina & Mucor miehei

  Ginkgo biloba Chaetomium globosum Chaetomugillin A, D chaetoglobosin A dan C

  NOOR ERMA SUGIJANTO

10 Tanaman Inang Jamur Endofit Metabolit Aktivitas Biologis Ref

  Podophyllum hexandrum Trametes hirsuta podophyllotoxin, podophyllotoxin glycoside, demethoxy podophyllotoxin

  Antikanker, Antioksidan. Puri et al., 2006 Grevillea pteridifolia

  Streptomyces sp.

  • Perpustakaan Universitas Airlangga PIDATO GURU BESAR PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF...

  NRRL 30566 Kakadumycin A (peptide) Antibiotika Gunatilaka, 2006 Catharanthus roseus Fusarium oxysporum vincristine Antikanker Verma et al., 2009

  Tanaman dari Kinshasa Pseudomassaria sp Metabolit

  L-783,281 Antidiabetes Strobel and Daisy, 2003 Tumbuhan

  Mangrove Phomopsis sp.

  ZHU-H76 Phomopsin A, B, C Cytosporone B, C

  Antifungi Huang et al., 2008 Tripterygium wilfordii

  Fusarium subglutinans Subglutinols A dan B Imunosupresan Tejesvi et al., 2007 Alyxia reinwardtii Lecythophora sp.

  30.1 dan 30.5 Lecythomycin, as. Kojat, 7-O-asetil as. kojat, (2R)-3- (2-hidroksipropil) benzen- 1,2-diol,, p-hidroksi asam benzoat, emodin, 7-kloroemodin, ergosterol- 5,8-peroksida

  Antibakteri & antifungi Sugijanto, et al., 2009; 2011 Lanjutan Tabel 1

  ADLN

  NOOR ERMA SUGIJANTO

  • Perpustakaan Universitas Airlangga PIDATO GURU BESAR PRODUKSI BAHAN BIOAKTIF...
  • 5 '- metil- 4'- heksenyl-) benzofuran dan 5 hidroxy
  • 2- (1'-oxo - 5 '- metil- 4'- heksenyl-) benzofuran Larva dan ulat pada cemara Strobel and Daisy, 2003

  11 Tabel 2. Endofit sebagai bahan biokontrol Tanaman Inang Jamur Endofit Metabolit Aktif Terhadap Ref Cinnamomum zeylanicum

  Muscodor albus Volatile organics compounds = VOCs Antifungi, antibakteri

  Strobel, 2006 Picea glauca Phialocephala scopiformis rugulosin Insekta

  Choristoneura fumiferana Sumarah and Miller, 2006

  Bontia daphnoides Nodulisporium sp. nodulisporic acid Lalat Strobel and Daisy, 2003

  Picea mariana Conoplea elegantula Derivat isokumarin/ ramulosin Larva & insekta

  Choristoneura fumiferana Findlay et al., 1995

  Gaultheria procumbens Endofit tidak diidentifikasi 5 hidroxy -2- (1'-hidroxy

  Paullina paullinioides Muscodor vitigenus naftalen repelen insekta Cephus cinctus Strobel and Daisy, 2003

  Prumnopitys andina Penicillium janczewskii peniprequinolone Nematosida Gunatilaka, 2006 Betula pendula Roth Melanconium betulinium

  3- hidroksi asam propionate Nematosida Gunatilaka, 2006

  ADLN

  NOOR ERMA SUGIJANTO

  Mikroorganisme mampu menghasilkan bahan kimia alami yang luar biasa beragam dan merupakan sumber yang tak terbatas dengan berbagai struktur kimia yang unik sebagai hasil proses evolusi. Metabolit, ini dihasilkan sebagai sarana komunikasi maupun respons perubahan di habitatnya, termasuk adaptasi terhadap stres lingkungan.

  Tabel 3. Endofit sebagai penghasil enzim Tanaman Inang Jamur Endofit Enzim Ref

  Bambu-Thai Fusarium sp. dan fungi yang lain mannanase, sellulase, xylannase Thongkantha, 2003

  Camellia sinensis dan 5 tanaman Thailand

  14 fungi endofit mannanase, sellulase, xylannase, protease

  Lumyong et al., 2002 Tanaman Mediterranea (27 spesies) 94 fungi endofit lipase Torres et al., 2003 Arabidopsis thaliana dan Nicotiana tabacum

  Piriformospora indica enzim-enzim pertumbuhan

  Sherameti, et al., 2005 Poa ampla Neotyphodium sp. 1,6 glukanase Moy et al., 2002

  Dalam hal pembentukan metabolit sekunder pada tanaman dan endofitnya, menjadi pertanyaan, siapakah produsen sebenarnya, inang atau endofitnya, ataukah hasil kolaborasi keduanya? Peran endofit dan tanaman inang dalam akumulasi metabolit sekunder memang rumit dan hingga kini belum jelas, untuk itu ada beberapa asumsi. Pirozynski mengutarakan bahwa gen lignin tumbuhan berasal dari jamur mikorhiza, sedang Miller menduga terjadi transfer gen secara horisontal (Sumarah and Miller, 2009). Relasi sebenarnya antara endofit dengan inangnya sulit dibuktikan, namun mengingat kedekatan selama proses evolusi, transfer informasi dalam bentuk sistem genetik antar keduanya sangat mungkin terjadi (Strobel, 2003). Menurut Wink yang menggunakan bukti pendekatan molekular, hampir 80% metabolit sekunder dapat diproduksi oleh jamur endofit, sehingga diduga tumbuhan justru memperoleh gen biosintesis dari jamur (Sumarah and Miller, 2009). Hal ini diperkuat sekuensing genome pada kapang yang menunjukkan berlimpahnya gen-gen yang terlibat dalam biosintesis metabolit sekunder melebihi perkiraan sebelumnya, sehingga beragam senyawa baru akan dapat dihasilkan dan diisolasi dari jamur endofit. Analisis genome pada

  

Aspergillus nidulans, misalnya diperoleh 27 poliketide sintase dan

  14 non ribosomal peptida sintetase (Chiang et al., 2009). Bukti yang lain, mekanisme yang terjadi pada Pestalotiopsis microsporaNe32 yang mampu menangkap DNA baru yang ditransformasikan, mengekpresikannya dan mereplikasinya (Strobel, 2003).

  Penemuan endofit yang menghasilkan bahan aktif sama dengan inangnya, menimbulkan pengkajian kembali teori kemotaksonomi dan pergeseran paradigma dalam pencarian bahan aktif dari bahan alam yang semula hanya mengandalkan tumbuhan atau kultivasi biomassanya saja. Kemampuan endofit menghasilkan beragam metabolit berkhasiat obat memiliki arti ekonomi penting di masa depan, di antaranya berpeluang mengatasi kebutuhan bahan baku obat yang meningkat pesat dan menyelamatkan tanaman obat dari kepunahan, sehingga kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada dapat dipertahankan.

  

RISET TENTANG JAMUR ENDOFIT INDONESIA SERTA

KONTRIBUSINYA MELALUI TRI DHARMA PERGURUAN

TINGGI DI UNIVERSITAS AIRLANGGA

  Telah diketahui dan disadari bersama Indonesia termasuk

  

mega-centre keanekaragaman hayati, memiliki ± 30.000 spesies

  tumbuhan, 940 spesies di antaranya tergolong tumbuhan berkhasiat dan 180 spesies telah dimanfaatkan industri jamu/obat tradisional

  (Sukandar, 2007). Jelas, biota hutan dan laut Indonesia menyimpan senyawa kimia yang tidak ternilai harganya, namun belum banyak dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesejahteraan umat manusia, khususnya bagi masyarakat Indonesia. Diperlukan program penelitian yang terintegrasi agar dari kekayaan hayati tersebut diperoleh produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Menurut Boyer (1997), dosen sebagai pendidik mempunyai empat tugas utama yang saling terkait, yaitu: ™ Melakukan upaya untuk memelihara dan menemukan pengetahuan baru (discovery) ™ Melakukan upaya untuk mengintegrasikan berbagai pengetahuan dan pengalaman dengan formulasi yang strategis

  (integration) ™ Menerapkan pengetahuan untuk menciptakan suatu barang atau jasa (application) ™ Berbagi pengetahuan melalui pengajaran dan yang sejenisnya (knowledge sharing).

  Ke-empat upaya tersebut perlu ditumbuh-kembangkan dalam diri dosen sebagai pendidik dan ilmuwan yang harus dilambari kesadaran tentang nilai-nilai kehidupan bahwa bekerja adalah bagian dari ibadah dan untuk tujuan dapat menghasilkan produk yang bermanfaat bagi masyarakat, hal ini sejalan dengan

  

Excellence with Morality yang menjadi Tagline Universitas

Airlangga. Dalam hal ini komitmen kami sebagai civitas akademika

  Universitas Airlangga untuk melestarikan dan mengembangkan kekayaan alam tersebut melalui Tri Dharma Peruruan Tinggi, meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Airlangga.

  Sejak 1987 di Fakultas Farmasi Unair telah dilakukan

  

penelitian tentang jamur, kapang maupun jamur konsumsi

  (shiitake) sebagai sumber bahan makanan dan obat maupun kajian tentang kemampuan beragam jamur untuk melakukan reaksi-reaksi biotransformasi khususnya terhadap senyawa steroid serta proses bioremediasi terhadap logam-logam. Hasil-hasil riset tersebut telah dipublikasikan di berbagai Jurnal Ilmiah Nasional dan disajikan dalam berbagai Seminar Ilmiah. Dalam perjalanannya, disadari pentingnya kegiatan riset tersebut mencakup pengembangan keilmuan untuk berperan serta dalam pengembangan khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi juga membantu peningkatan kualitas hidup masyarakat. Bertitik tolak dari pemikiran di atas, juga didorong keprihatinan minimnya bahan obat yang diperoleh dari kekayaan alam Indonesia sementara ketergantungan bahan baku obat dari negara lain hingga 95% (Anonim, 2007) maka grup riset kami di Fakultas Farmasi Unair sejak 2003 berupaya untuk berkontribusi dalam penelitian tentang pemanfaatan jamur endofit Indonesia sebagai sumber bahan bioaktif berkhasiat obat. Tujuan jangka panjang penelitian ini, memperoleh temuan antimikroba baru yang poten dan berkhasiat, tapi aman digunakan sehingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat dan dipatenkan.

  Penelitian jamur endofit ini dimulai dengan melakukan isolasi jamur endofit dari beberapa tumbuhan obat Indonesia, di antaranya

  

Alyxia reinwardtii, Aglaia odorata, Solanum wrightii Benth,

Agave amaniensis, Dioscorea sp. dan Costus spesiosus Koen.

  Isolasi dari Aglaia odorata, didapatkan 135 isolat (Sugijanto

  

et al., 2003), beberapa di antaranya diidentifikasi sebagai Eurotium

rubrum, Cladosporium oxysporum, dan Aspergillus

penicilloides (Diesel, 2005). Ekstrak beberapa endofit tersebut

  dari riset yang belum dipublikasikan menunjukkan metabolitnya memiliki aktivitas antimikroba dan antioksidan yang menarik untuk diteliti lebih lanjut.

  Alyxia reinwardtii (pulasari), Apocynaceae tumbuh di iklim

  tropis, tumbuh lambat dan hanya hidup di lingkungan dengan ketinggian dan kelembaban tertentu, dimanfaatkan untuk jamu dan terancam punah (Yuliani, 2001), karenanya tumbuhan ini dipilih untuk diisolasi jamur endofitnya. Identifikasi jamur endofitnya secara biologi molekuler dibantu oleh Dr. Arnulf Diesel dari Universität

  

Düsseldorf, sebagai Hypocrea cf.koningii, Kabatiella caulivora

  strain A dan B, Cladosporium oxysporum, dan Aspergillus

  

penicilloides (Sugijanto et al., 2009 b). Jamur endofit yang lain

  dari Alyxia reinwardtii BL diidentifikasi sebagai: Lecythophora

  

sp. strain 30.1 dan 30.5 yang oleh CBS di Utrecht dinyatakan

sebagai spesies baru.

  Lecythophora sp. strain 30.1 dan 30.5 menghasilkan

senyawa ba r u, suatu mak rolakton glikosida yang

  dinamakan lecythomycin, atau 23-metil-3-(1-O-mannosil)-

  

oksasiklotetrakosan-1-on yang terbukti memiliki khasiat sebagai

antifungi terhadap Aspergillus fumigatus dan Candida kruzei

  (Sugijanto et al., 2011). Pada saat ini obat baru yang berkhasiat antifungi sangat diperlukan, mengingat terbatasnya pilihan yang ada dan merebaknya kasus infeksi karena jamur. Metabolit yang lain, lima senyawa yang aktif sebagai antimikroba yaitu asam

  

kojat, emodin, 7-kloremodin, asam p-hidroksi benzoat, dan

5,8- ergosterol peroksida. Selain itu juga diproduksi (2R)-3-(2-

hidroksipropil)-benzena-1,2-diol yang untuk pertama kalinya

dilaporkan sebagai bahan alam, dan asam 7-O-asetil kojat

  (Sugijanto et al., 2009 a). Emodin dan 7-kloroemodin memiliki aktivitas antivirus (Cohen et al, 1996), selain itu juga antitumor,

  

antiinflamasi dan bakterisida (Rosso et al, 2003). Aktivitas

  biologis kelima senyawa metabolit tersebut selain sebagai antibakteri, antifungi, dan antivirus beberapa di antaranya berguna sebagai zat

  

pemutih pada sediaan kosmetika, pengawet, dan pengatur

pertumbuhan tanaman (asam kojat), antioksidan, antitumor

  dan sitotoksik (emodin, 7-kloremodin, 5,8- ergosterol peroksida) terhadap sel kanker (Hefni, 2004).

  Sementara itu dari ekstrak Kabatiella caulivora varietas A dan B yang diisolasi dari A. reinwardtii juga menunjukkan khasiat sebagai antibakteri dan antifungi (Maftuchah et al., 2009; Sugijanto et al., 2009 d) sedang ekstrak Cladosporium

  

oxysporum lebih aktif sebagai bakterisida (Sugijanto et al., 2009

  c). Saat ini sedang dalam proses penelitian ragam metabolit dan bioaktivitas jamur endofit yang diisolasi dari Aglaia odorata sebagai antimikroba, juga diteliti aktivitasnya sebagai antikanker dan pestisida alami. Bahan bahan tersebut dapat dikembangkan menjadi bahan baku obat melalui beberapa tahapan lagi.

  Adanya potensi untuk menghasilkan metabolit baru yang beragam dari satu strain mikroba dapat dikembangkan melalui perubahan secara sistematis dalam berbagai parameter kultivasi yang dikenal sebagai pendekatan OSMAC (one strain many

  

compounds), juga ekperimen ko-kultur, aktivasi regulator spesifik

  dan regulasi epigenetik perlu terus dilanjutkan untuk menemukan senyawa baru dan sistem gen biosintetiknya (Chiang et al., 2009). Pendekatan efisiensi melalui kimia kombinatorial (combinatorial

  

chemistry) juga menjadi salah satu alternatif solusi (Gunatilaka,

2006).

  Proses pemberdayaan strain unggul dilakukan melalui modifikasi genetik terhadap berbagai sifat yang dipengaruhi oleh perbedaan spesies dan strain. Apabila jamur endofit ini mampu memproduksi senyawa novel dan aktif secara biologis walaupun kadarnya relatif kecil seperti pada awal ditemukannya penisilin dahulu, dapat diupayakan peningkatan kemampuan kapasitas suplainya melalui beberapa cara. Salah satu di antaranya senyawa tersebut digunakan sebagai lead compound, yang selanjutnya dilakukan síntesis kimia secara total, atau semi sintesis. Peningkatan kapasitas juga dapat dilakukan melalui inovasi kultivasi biomassanya atau dengan cara optimasi proses fermentasi, dan rekayasa genetika. Melalui rekayasa genetika, saat ini dapat dilakukan transfer kluster gen yang bertanggung jawab pada biosíntesis metabolit tertentu ke vektor yang sesuai untuk difermentasikan dalam skala besar sebagai alternatif produksi bahan obat (Proksch et al., 2003 a, b; Proksch

  et al., 2002; Moore and Hertweck, 2002).

  Setelah diperoleh bukti-bukti bahwa calon bahan obat tersebut memiliki khasiat pada uji in-vitro, atau pengujian dengan kultur sel terisolasi atau organ terisolasi, selanjutnya untuk dapat menjadi bahan obat harus dilakukan pengujian pada hewan utuh, kemudian serangkaian uji praklinik dan uji klinik. Uji praklinik merupakan persyaratan untuk calon obat yang akan menginformasikan efikasi (efek farmakologi), profil farmakokinetik dan toksisitasnya. Pada penelitian toksisitas, dievaluasi kemungkinan adanya toksisitas akut dan kronis, kerusakan genetik, pertumbuhan tumor dan kejadian cacat pada waktu lahir. Setelah calon bahan obat tersebut menunjukkan kemanfaatan dan aman pada hewan coba, selanjutnya dilakukan uji klinik pada manusia. Uji pada manusia harus diteliti dulu kelayakannya oleh komite etik mengikuti Deklarasi Helsinki. Uji klinik meliputi empat fase, yaitu fase I, II, III dan IV. Fase I, calon obat diuji pada sukarelawan sehat untuk menentukan hubungan dosis dengan efek yang ditimbulkannya dan profil farmakokinetik obat pada manusia. Fase II, calon obat diuji pada pasien tertentu, diharapkan calon obat tersebut mempunyai efek yang potensial dengan efek samping rendah atau tidak toksik. Dalam fase ini dilakukan juga pengembangan dan uji stabilitas bentuk sediaan obat. Fase III, dalam uji ini obat baru tersebut dibandingkan efek dan keamanannya dengan obat pembanding yang sudah diketahui. Setelah calon obat baru dapat dibuktikan berkhasiat, sekurang- kurangnya sama dengan obat pembanding dan aman, barulah oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan diijinkan diproduksi dan dipasarkan serta diresepkan oleh dokter di Indonesia. Fase IV, setelah obat dipasarkan dilakukan studi pascapemasaran untuk mengevaluasi dan memonitoring efek terapeutik dan efek samping obat pada penggunaan jangka panjang. Beberapa obat ditarik dari peredaran, apabila hasil evaluasi fase IV ini membahayakan penggunanya (Sukandar, 2007).

  Dibutuhkan penelitian bertahap dan berkelanjutan untuk mempelajari jamur endofit tersebut hingga diperoleh metabolit yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan obat. Beragam produk bioaktif yang potensial secara ekonomi dan menarik dihasilkan endofit, namun masih lebih banyak lagi yang belum diketemukan. Berbagai pertanyaan muncul dan membutuhkan jawaban melalui penelitian berikutnya sebelum potensi sintesis endofit ini digunakan secara optimal dalam menghasilkan bahan obat.

  Ditinjau dari sisi dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta aspek inovasi dan kemandirian, program penelitian yang terintegrasi akan berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam aspek

  

pendidikan di Universitas Airlangga, proses pembelajaran

yang berorientasi pada mahasiswa dikembangkan melalui

  upaya Kurikulum Berbasis Kompetensi. Metode pembelajaran yang dikembangkan untuk menumbuhkan budaya belajar mandiri dan semangat untuk mampu berakselerasi terhadap perubahan yang bersifat global diberikan antara lain dalam bentuk penyusunan skripsi. Mahasiswa dilibatkan dalam penelitian endofit ini untuk menyusun skripsi dan tesis, dan sejak diawali pada tahun 2003 telah

  

34 orang mahasiswa yang mendukung riset ini. Pada sisi lain

  tumbuh gairah dan minat mahasiswa untuk berkompetisi dalam lomba-lomba kreativitas di antaranya tentang Kewirausahaan, misalnya yang menjadi pemenang pada tahun 2002 dengan judul: Minuman Kesehatan Teh Shiitake. Mahasiswa secara aktif juga mengikuti dan memenangkan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) dalam bentuk Penelitian, Gagasan Tertulis dan Artikel Ilmiah yang diadakan oleh DirJen DikTi Kemendiknas.

  Dalam hal pengabdian kepada masyarakat, pada tahun 2000 melalui IPTEKDA III yang didanai LIPI telah dilakukan kegiatan pelatihan usaha budi daya jamur (mushroom) untuk pemberdayaan pengusaha kecil dan menengah di Batu. Inisiasi dan keahlian yang diajarkan pada masyarakat setempat tersebut kemudian ditularkan ke keluarga dan lingkungannya sehingga sekarang daerah tersebut berkembang sebagai sentra budi daya jamur dan perekonomian masyarakat, Alhamdulillah, juga meningkat. Pengabdian mayarakat juga dilakukan dalam bentuk penyuluhan bahaya kontaminasi racun jamur (mikotoksin) pada makanan disajikan dalam berbagai pertemuan PKK dan Darma Wanita merupakan upaya penyadaran masyarakat tentang pentingnya kualitas dan keamanan pangan yang dikonsumsi.

  Masalah dalam ketersediaan obat, kesinambungan suplai bahan baku obat dan pengembangan obat baru dari bahan alam yang sumbernya relatif terbatas mendesak untuk dicari solusinya. Kemampuan endofit memproduksi senyawa berkhasiat nan mahal seperti Taxol® atau paclitaxel, camptothecin, podophyllotoxin meski dalam kadar kecil, membuka peluang dikembangkan peningkatan produksinya melalui bioteknologi (Proksch et al., 2002). Ditinjau dari sisi praktis, produksi senyawa berkhasiat melalui fermentasi mikroba endofit mempunyai keuntungan dapat diproduksi secara cepat dalam skala industri, reprodusibel, tidak tergantung cuaca dan musim. Kemampuannya juga dapat ditingkatkan melalui rekayasa genetika (Stierle and Strobel, 1995).

RINGKASAN DAN HARAPAN

  Endofit merupakan sumber bahan alam bioaktif berharga sebagai antimikroba, antikanker, antivirus, insektisida, enzim dan beragam manfaat yang lain. Peningkatan hasil produksi dapat dicapai dengan melakukan optimasi media kultivasi dan kondisi pertumbuhan tetapi pendekatan ini dibatasi oleh kemampuan maksimal organisme untuk mensintesa metabolit. Potensi produktivitas organisme diatur oleh genomenya, untuk meningkatkan potensi hasil haruslah dilakukan modifikasi genome mikroorganisme atau dilakukan seleksi genotip unggul terhadap kultur yang ada. Proses pemberdayaan strain unggul meliputi modifikasi genetik terhadap berbagai sifat yang memengaruhi produksi secara berkelanjutan, dievaluasi dan keunggulan tersebut harus dapat dipertahankan. Diperlukan sinergi pendekatan melalui genetika molekular, genomik, biokimia, kimia bahan alam, kimia analisis, toksikologi, farmasetika dan farmasi klinik untuk memperoleh metabolit bahan alami berkhasiat dari endofit sebagai bahan obat.

  Berdasarkan situasi saat ini dan tren masa depan, bangsa Indonesia memerlukan pengembangan ilmu dan keilmuan bukan hanya untuk pengembangan keilmuan saja tetapi juga untuk membebaskan bangsa Indonesia dari ketergantungan produk negara lain. Khususnya dalam hal obat, diketahui saat ini ketergantungan terhadap bahan baku obat dari negara lain hingga 95% dengan nilai impor pada tahun 2007 senilai 211,7 juta USD dan 59% di antaranya adalah bahan baku antibiotik (Anonim, 2007). Mengingat kondisi tersebut, upaya untuk membangun kemandirian dalam pemenuhan bahan baku obat harus menjadi prioritas kita bersama melibatkan akademisi, dunia usaha dan pemerintah.

  Universitas Airlangga BHMN sebagai salah satu Universitas

  di Indonesia yang menurut penilaian Quacquarelli Symonds (QS)

  

World University Ranking 2011/2012 pada tanggal 5 September

  2011, berada di kelompok peringkat 451–500 dunia (86 Asia), semua civitas akademiknya terus berupaya berkontribusi untuk menjawab tantangan masalah yang dihadapi bangsa di samping bekerja keras untuk meningkatkan kualitas dan daya saing bangsa.

  Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri lebih dari 18.000 pulau dengan panjang pantai mencapai 80.000 km tercatat sebagai hot spot of marine biodiversity yang menyimpan kekayaan hayati perikanan dan kelautan luar biasa (Proksch et al., 2003). Tanah, hutan dan laut Indonesia, ditunjang iklimnya yang tropis dengan keragaman ekosistem yang ada ibarat sepotong tanah surga yang jatuh di katulistiwa. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, seperti yang dinyanyikan oleh Koes Plus, memiliki kekayaan biodiversitas yang berlimpah, seperti diakui oleh dunia international menunggu kerja keras kita semua untuk menjadikannya aset berharga bagi kesejahteraan masyarakat melalui ilmu pengetahuan dan teknologi. Indonesia yang memiliki kekayaan hutan hujan tropis dengan beragam tumbuhan dan endofit berkhasiat di dalamnya amat disayangkan belum dapat memanfaatkan kekayaan tersebut secara optimal. Kerja sama berbagai disiplin ilmu dengan industri dibutuhkan untuk pengembangan lebih lanjut produksi senyawa berkhasiat dari endofit.

  Berbagai keterbatasan dan hambatan yang dihadapi tidaklah menyurutkan langkah yang telah dimulai, Insya Allah semua pekerjaan yang diawali dengan niat baik dan dilakukan dengan sungguh-sungguh pada saatnya nanti Allah swt akan memberinya buah manis berupa keberhasilan, Amiien.

UCAPAN TERIMA KASIH

  Hadirin yang terhormat,

  Saya menyadari sebagai manusia dengan segala keterbatasan dan ketidaksempurnaan yang saya miliki, perjalanan karir akademik saya sampai pada tingkat sekarang ini tidak mungkin tercapai tanpa pertolongan, bimbingan, perlindungan dan rahmat-karunia Allah yang dilimpahkan-Nya pada kami; oleh karena itu kami sampaikan segala puji syukur kehadirat-Nya, dan solawat serta salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat dan para pengikutnya. Saya merasakan karunia nikmat ini juga sebagai ujian-Nya, apakah hamba ini masih mampu mensyukurinya. Saya juga menyadari bahwa rahmat Allah yang berlimpah terwujud melalui kasih sayang dan didikan orang tua, guru dan bantuan serta dorongan dan nasihat dari berbagai pihak, oleh karena itu perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada mereka semuanya.

  Pertama, kepada Pemerintah Republik Indonesia, melalui Menteri Pendidikan Nasional Prof. Dr. Ir. H. Mohammad Nuh,

  

DEA saya sampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya untuk memangku jabatan Guru Besar dalam bidang Ilmu Kimia Farmasi.

  Dalam kesempatan ini saya sampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat Ketua Senat Akademik Universitas Airlangga Prof. Sam Soeharto,

  

dr., Sp.MK; Sekretaris Senat Akademik Prof. Dr. Noor Cholies

Zaini, Apt., juga kepada yang terhormat Rektor Universitas

  Airlangga, Prof. Dr. H. Fasich, Apt, para Wakil Rektor Prof.

  

Dr. H. Achmad Syahrani, M.S., Apt; Dr. Moh. Nasih, S.E.,

M.T., Ak.; Prof. Soetjipto, dr., M.S., Ph.D., Mantan Sekretaris

  Senat Akademik Prof. Dr. Frans Limahelu, S.H., LLM, mantan Wakil Rektor Prof. Dr. Muhammad Zainudin, Apt.; Prof. Dr.

  

Muslich Anshori, M.Sc., S.E., Ak. dan seluruh anggota Senat