Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara

Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan Perahu yang Didaratkan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Kwandang
Kabupaten Gorontalo Utara
1,2Frengky

Amrain, 2Abd. Hafidz Olii, 2Alfi S.R. Baruwadi

frengky_amrain@yahoo.com
Jurusan Teknologi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Negeri Gorontalo

Abstrak
Usaha bagan perahu banyak digeluti oleh nelayan di sekitar Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kwandang.
Kelayakan usaha merupakan penilaian terhadap suatu usaha tentang layak tidaknya usaha tersebut untuk
dijalankan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo Utara pada bulan April 2014
sampai Januari 2015. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui produktivitas dan kelayakan usaha bagan perahu.
Dengan metode yang digunakan yaitu metode survei. Pengambilan data dilakukan dengan mengumpulkan data
primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan yaitu analis produktivitas dan kelayakan usaha. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa produktivitas bagan perahu 0,143 ton/GT atau 143,19 Kg/GT. Kelayakan usaha
bagan perahu yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) Kwandang
dilihat dari nilai Revenue Cost Ratio (R/C) 1,39 atau ≥ 1, Payback Period (PP) 1,06 tahun atau selama 1 tahun
22 hari, dan NVP +Rp. 301.768.360. Hal ini menujukkan bahwa usaha bagan perahu layak untuk dilaksanakan.

Kata kunci : Produktivitas, Kelayakan Usaha, Bagan Perahu.

I. PENDAHULUAN
Produktivitas merupakan perbandingan
antara hasil yang dicapai (output) dengan
keseluruhan sumberdaya yang dipergunakan
(input), atau dapat dikatakan sebagai ukuran
tingkat efisien dan efektifitas dari setiap sumber
yang digunakan selama proses produksi
berlangsung, dengan membandingkan antara
jumlah yang dihasilkan terhadap setiap sumber
yang digunakan atau seluruh sumber (Manurung,
2006). Hal ini serupa dengan produktivitas
perikanan
tangkap.
Perikanan
tangkap
merupakan salah satu usaha pemanfaatan
sumberdaya laut yang mengandalkan jasa laut
sebagai wadah selama proses produksi (proses

penangkapan) berlangsung. Dalam melakukan
usaha penangkapan ikan, perlu diketahui apakah
usaha yang dijalankan mengalami keuntungan,
kerugian atau impas. Untuk melancarkan usaha
penangkapan ikan maka perlu dilakukan studi
kelayakan usaha perikanan tangkap.
Menurut Subago (2005) dalam Suliyanto
(2010), studi kelayakan merupakan penelitian
yang mendalam terhadap suatu ide bisnis

tentang layak atau tidaknya ide tersebut untuk
dilaksanakan. Salah satu usaha penangkapan
ikan yang sering dilakukan nelayan adalah usaha
penangkapan ikan yang sering dilakukan nelayan
adalah usaha penangkapan ikan menggunakan
bagan. Bagan merupakan alat penangkap ikan
yang berpindah-pindah daerah penangkapannya
yang mengandalkan perahu serta bantuan lampu.
Usaha penangkapan ini telah banyak digeluti
masyarakat Gorontalo khususnya di bagian utara.

Masyarakat Gorontalo Utara telah lama
melakukan
usaha
penangkapan
ikan
menggunakan bagan perahu (boat lift net) yang
kemudian hasil usaha penangkapan ikan
didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Kwandang. Namun, sejauh ini penelitian
tentang usaha yang dijalankan oleh nelayan
pesisir Gorontalo Utara khususnya yang
mendartkan hasil penangkapan ikan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)
Kwandang belum diketahui apakah usaha
tersebut mengalami keuntungan, kerugian atau
impas.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Takril (2008), tang usaha bagan perahu yang
berada di Polewalient, Kabupaten Polewali

Mandar, Sulawesi Barat menujukkan masih
tergolong lestari (sustainable), dengan hasil
analisis kelayakan usaha penangkapan ikan
pelagis kecil dengan bagan (lift net) diperoleh
nilai BEP produksi per tahun sebesar Rp
40.473.338,97 dengan volume produksi per tahun
sebesar 28.663,67 ton. Sehubungan dengan hal
ini, maka penulis melakukan penelitian tentang
“Produktivitas dan Kelayakan Usaha Bagan
Perahu (boat lift net) yang Didaratkan di
Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN)
Kwandang Kabupaten Gorontalo Utara”. Dengan
dilakukannya penelitian ini, maka dapat
memberikan informasi kepada nelayan tentang
layak tidaknya usaha yang dijalankan saat ini
ditengah permasalahan Bahan Bakar Minyak
(BBM) yang semakin meningkat harganya.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini berlangsung selama 9 bulan

terhitumg sejak bulan April 2014 sampai Januari
2015, bertempat di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Kwandang Desa Katialada,
Kecamatan Kwandang, Kabupaten Gorontalo
Utara. Lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1 Lokasi Penelitian PPN Kwandang
(Sumber: Google earth, 29\014)

Metode penelitian yang digunakan yaitu
metode survei. Metode survei adalah
penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh
fakta-fakta. Penelitian ini dilakukan dengan
mengumpulkan data sekunder, yaitu meliputi data
produksi tangkapan, trip bagan perahu selama 3

tahun terhitung dari tahun 2011 sampai 2013
yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Kwandang dan gambaran umum lokasi

penelitian. Data primer meliputi data wawancara
tentang jenis-jenis ikan yang tertangkap, bobot
hasil tangkapan per trip, nilai hasil tangkapan,
investasi, biaya tetap, dan biaya operasional
untuk 1 unit alat tangkap bagan perahu.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan
metode sampling data, yaitu mengambil 10% dari
jumlah keseluruhan pemilik kapal bagan perahu
yang mendaratkan hasil tangkapan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara (PPN) Kwandang.
Analisis Produktivitas Alat Tangkap (Bagan
Perahu)
Produksi per trip (Catch per Unit Effort)
bagan perahu dihitung berdasarkan volume hasil
tangkapan ikan dan jumlah trip bagan perahu
(CPUE), dengan persamaan (Saputra; dkk,
2011).

Produktivitas bagan perahu dihitung dalam
satuan ukuran kapal (GT), dengan persamaan

(Saputra; dkk, 2011).
Analisis Usaha Perikanan
1. Analisis laba/rugi
Menurut Effendi dan Oktariza, 2006 bahwa
analisis laba rugi bertujuan untuk mengetahui
besarnya keuntungan atau kerugian dari usaha
yang dikelola. Suatu usaha yang menguntungkan
akan memiliki nilai penerimaan lebih besar
daripada total pengeluaran. Adapun rumus yang
digunakan dalam menghitung laba/rugi yaitu
sebagai berikut.

2. Revenue Cost Ratio (R/C)
Menurut Effendi dan Oktariza, 2006 bahwa
analisis R/C merupakan alat analisis untuk
melihat keuntungan relatif suatu usaha dalam
satu tahun terhadap biaya yang dipakai dalam
kegiatan tersebut. Suatu usaha dikatakan layak
bila R/C lebih besar dari 1 (R/C >1). Hal ini
menggambarkan semakin tinggi nilai R/C maka

tingkat keuntungan suatu usaha

semakin tinggi. Adapun rumus yang digunakan
untuk menghitung R/C yaitu sebagai berikut.

3. Payback Period (PP)
Menurut Effendi dan Oktariza, 2006 bahwa
analisis payback period (PP) bertujuan untuk
mengetahui waktu tingkat pengembalian investasi
yang ditanam pada suatu jenis usaha. Secara
umum, rumus yang digunakan dalam menghitung
PP adalah sebagai berikut.

4. Net Present Value (NPV)
Menurut Suliyanto (2010), metode Net
Present Value (NPV) merupakan metode yang
dilakukan dengan cara membandingkan nilai
sekarang dari aliran kas masuk bersih (proceeds)
dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran
suatu investasi (outlays). Jika hasil perhitungan

NPV positif berarti investasi akan memberikan
hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan rate
of retrun minimum yang diinginkan. Sebaliknya
jika NPV negatif berarti investasi akn memberikan
hasil yang lebih rendah dibandingkan rate of
return minimum yang diinginkan, maka investasi
sebaiknya ditolak. Rumus yang digunakan untuk
menghitung Net Present Value (NPV) adalah
sebagai berikut.

Keterangan :
k = Discount rate yang digunakan
At = Cash flow pada periode t
n = Periode yang terakhir dimana cash flow
diharapkan.
5. Break Event Point (BEP)
Menurut Effendi dan Oktariza, 2006 bahwa
analisis BEP merupakan alat analisis untuk
mengetahui batas nilai produksi atau volume
produksi suatu usaha mencapai titik impas (tidak

untung dan tidak rugi). Usaha dinyatakan layak
bila nilai BEP produksi lebih besar dari jumlah
unit sedang diproduksi saat ini. Sementara BEP
harga harus lebih rendah daripada harga berlaku

saat ini. Adapun rumus yang digunakan dalam
menghitung BEP yaitu sebagai berikut.

Identifikasi Ikan
Identifikasi ikan yang dilakukan selama
berada dilokasi penelitian yaitu dengan cara
mengidentifkasi ikan yang mengacu pada buku
Peristiwady (2000) dan buku taksonomi dan kunci
identifikasi ikan jilid 1 dan 2 Saanin (1968 dan
1984).
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Produktivitas Tangkapan Bagan Perahu
yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Kwandang
Berdasarkan informasi yang diperoleh

terdapat 47 bagan perahu yang mendaratkan
hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Kwandang dengan daerah
tangkapan di kawasan Laut Sulawesi khususnya
di kawasan perairan Tolinggula, Sumalata, Dunu,
Pulau Raja, Monano, Ponelo, Gentuma,
Atinggola, Buko. Pada umumnya ikan yang
dominan tertangkap yaitu ikan teri (Stolephorus
spp), lemuru (Sardinella longiceps), kembung
(Rastrelliger spp), layang (Decapterus spp), dan
lain-lain. Menurut Takril (2008), ikan hasil
tangkapan utama untuk bagan perahu yaitu teri
(Stolephorus spp), kembung (Rastrelliger spp)
dan layang (Decapterus russelli) sehingga
spesies lainnya tergolong hasil tangkapan
sampingan (by-catch). Ikan hasil tangkapan
bagan perahu dari tahun 2011 sampai 2013 yang
di daratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
Kwandang yaitu ikan alu-alu, beloso, ikan
sebelah, cakalang, lencam, peperek, belanak,
kembung, layang, lemuru, selar, tembang, teri,
tetengkek, tongkol, cumi-cimi, dan ikan lainnya.
Lebih jelasnya presentase ikan hasil tangkapan
bagan perahu dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Presentase ikan hasil tangkapan bagan
perahu.
(Sumber: Sumber : Data Sekunder; Juni 2014)

Ikan hasil tangkapan bagan perahu yang
didaratkan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Kwandang sangat beragam, namun
terdapat beberapa jenis ikan yang dominan
tertangkap selama tiga tahun terakhir yaitu ikan
teri, lemuru dan ikan kembung. Berdasarkan data
yang diperoleh dari Pelabuhan Perikanan
Nusantara
(PPN)
Kwandang,
bahwa
perkembagan
produksi
tangkapan
ikan
menunjukkan adanya peningkatan pada tahun
2012 dan 2013 jika dibandingkan pada tahun
2011. Namun pada tahun 2013 produksi
tangkapan menurun bila dibandingkan tahun
2012. Dimana pada tahun 2011 produksi
tangkapan
1.297.805 Kg, 2012 produksi
tangkapan 2.280.738 Kg, dan tahun 2013
produksi tangkapan 2.149.557 Kg, untuk lebih
jelasnya data dapat dilihat pada Lampiran 1.
Perkembangan produksi ikan hasil tangkapan
yang di daratkan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Kwadang seperti yang terdapat pada
Gambar 3.

Gambar 3 Perkembangan Produksi Ikan Hasil
Tangkapan Bgaan Perahu
(Sumber: Sumber : Data Sekunder; Juni 2014)

Berdasarkan data produksi tangkapan di atas
menujukkan bahwa terjadi peningkatan produksi
tangkapan pada tahun 2012, namun pada tahun
2013 terjadi penurunan produksi tangkapan ikan.
Dari hasil wawancara dengan pengusaha bagan
perahu, salah satu penyebab penurunan produksi
tangkapan yaitu faktor alam. Keadaan cuaca
sudah mulai sulit diprediksi, sedangkan pada
umumnya
pengusaha
bagan
perahu
mendasarkan perkiraan cuaca berdasarkan
pengetahuan turun-temurun. Terjadinya fluktuasi
jumlah produksi dari tahun 2012 sampai tahun
2013, diduga oleh meningkatnya pengusaha
bagan perahu sehingga hal ini dapat
menyebabkan peningkatan trip penangkapan,
dengan meningkatnya pengusaha bagan perahu
dan trip penangkapan ikan maka dapat
menyebabkan padatnya penangkapan ikan pada
daerah penangkapan. Jika dibandingkan dengan
produksi tangkapan ikan pelagis kecil pada tahun
2010 dengan nilai 384.750 ton dan dilihat dari
volume tangkapan ikan teri yang merupakan
target utama bagan perahu dengan jumlah 181
ton per tahun yang disebabkan jumlah armada
penangkapan yang masih kurang dan tidak
mengalami peningkatan dari tahun 2003-2010,
serta trip penangkapan yang dipengaruhi oleh
keadaan cuaca (Baruadi dkk, 2012). Hal ini
menunjukan adanya penurunan produksi
tangkapan bagan perahu dari tahun 2011 sampai
2013.
Trip atau usaha penangkapan yang dilakukan
oleh nelayan dalam satu hari, dari tahun ke tahun
menunjukkan
adanya
peningkatan.Trip
penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan
bagan perahu yang mendaratkan hasil
tangkapannnya di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Kwandang seperti yang terdapat pada
Gambar 4.

Gambar 4 Trip Penangkapan Ikan yang Dilakukan
Oleh Nelayan Bagan Perahu
(Sumber: Sumber : Data Sekunder; Juni 2014)

Berdasarkan data yang diperoleh dari
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang
menujukkan bahwa pada tahun 2011 trip
penangkapan 4.377, tahun 2012 trip
penangkapan 7.206, dan tahun 2013 trip
penangkapan 8.418. Jika dibandingkan dengan
hasil tangkapan unit penangkapan di Kabupaten
Polewali Mandar dalam sepuluh tahun terakhir
(1994-2003) mengalami peningkatan secara
fluktuatif. Fluktuasi hasil tangkapan tersebut
dapat diakibatkan oleh beberapa hal, diantaranya
jumlah dan efesiensi unit penangkapan ikan yang
digunakan oleh nelayan, lamanya operasi
nelayan, kelimpahan ikan yang akan ditangkap
serta keadaan lingkungan seperti suhu, salinitas,
arus dan curah hujan (Takril, 2008).
Hasil tangkapan per upaya penangkapan
(CPUE) bagan perahu yang mendaratkan ikan
hasil tangkapannnya di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Kwandang dari tahun ke tahun
tidak menetap atau menunjukkan penurunan,
dimana pada tahun 2011 CPUE mencapai 295,5
kg/trip. Kemudiaan terjadi peningkatan pada
tahun 2012 CPUE dimana mencapai 316,5
kg/trip, dikarenakan
meningkatnya jumlah
produksi dan trip penangkapan. Tahun 2013
CPUE mencapai 255,4 kg/trip, nilai ini
menujukkan adanya penuruan CPUE bila
dibandingkan tahun 2011 dan 2012.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sparred
dan Venema (1989) dalam Saputra, dkk., (2011),
CPUE merupakan indeks kelimpahan stok ikan
diperairan. Dari penjelasan ini, jika dibandingkan
dengan data CPUE di atas menunjukkan bahwa
telah terjadi penurunan stok ikan di daerah
tangkapan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang
bagan perahu yang mendaratkan ikan hasil
tangkapan di Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) Kwandang pada umumnya menggunakan
kapal dengan kekuatan 2 GT, sehingga
produktivitas bagan perahu adalah 0,143 ton/GT
atau 143,19 Kg/GT. Produktivitas bagan perahu
yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN)
Kwandang seperti yang terdapat pada Lampiran
2. Jika dibandingan dengan produktivitas tuna
menggunakan kapal dengan kekuatan 50 GT
atau lebih, maka produktivitas tuna longliner

adalah 0,045 ton/GT atau 45 Kg/GT (Saputra.,
dkk, 2011). Hasil tangkapan per upaya
penangkapan CPUE di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Kwandang seperti yang terdapat pada
Gambar 5.

Gambar 5 Hasil Tangkapan Per Upaya Penangkapan
CPUE
(Sumber: Sumber : Data Sekunder; Juni 2014)

3.2. Kelayakan Usaha Bagan Perahu
Salah satu faktor
pengelolaan
berkelanjutan adalah faktor ekonomi, hal ini
berarti bahwa kegiatan pengelolaan sumberdaya
ikan harus dapat membuahkan pertumbuhan
ekonomi, pemeliharaan kapital, dan penggunaan
sumberdaya ikan serta investasi secara efisien.
Berdasarkan hal tersebut, kelayakan ekonomi
perlu dipertimbangkan. Kelayakan ekonomi
digunakan untuk mengestimasi nilai ekonomi
suatu usaha perikanan tangkap dan salah
satunya adalah faktor finansial. Penyesuaian
harga finansial dilakukan agar dapat
menggambarkan nilai sosial secara menyeluruh
baik untuk input maupun output usaha perikanan
tangkap (Baruadi, 2012). Salah satu analisis
finansial yang digunakan dalam menggambarkan
layak tidaknya suatu usaha perikanan tangkap
bagan perahu yaitu dengan melakukan analisis
finansial dan analisis investasi. Analisis finansial
dan analisis investasi juga digunakan pada
penelitian sebelumnya oleh Takril dalam tesisnya
pada tahun 2008 yang bertempat di Kabupaten
Polewali Mandar, Sulawesi Barat.
Menurut Takril (2008), tingkat keberhasilan
suatu usaha, dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang sebesar-besarnya. Analisis
usaha penangkapan bagan yang dianalisis
meliputi analisis finansial dan analisis investasi.
Perhitungan analisis usaha penangkapan bagan
yaitu hanya kegiatan penangkapan ikan,
sehingga jumlah trip yang dihitung pada saat
menangkap ikan. Investasi merupakan biaya

awal yang dikeluarkan untuk melakukan usaha.
Analisis finansial meliputi biaya tetap dan biaya
tidak tetap, sedangkan analisis investasi yaitu
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usaha.
Analisis finansial meliputi biaya tetap dan biaya
tidak tetap, sedangkan analisis investasi yaitu
biaya yang dikeluarkan untuk melakukan usaha.
Tabel 1 Biaya yang Dibutuhkan untuk
Usaha Bagan Perahu dalam
Satu Tahun

pengusaha bagan perahu dalam satu tahun yaitu
mencapai Rp. 432.000.000/tahun, dengan ikan
hasil tangkapan yang diperoleh 400 kg/trip
dengan harga penjualan rata-rata Rp. 5.000/kg
serta rata-rata trip dalam satu tahun mencapai
216 trip. Penerimaan usaha bagan perahu yang
mendartkan ikan hasil tangkapan di Pelabuhan
Perikanan Nusantara Kwandang seperti yang
terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2

Penerimaan Usaha Bagan
Perahu

Sumber: Data Primer diolah bulan Juni, 2014
Sumber: Data Primer diolah bulan Juni, 2014

Berdasarkan hasil wawancara dengan
nelayan bagan perahu yang mendaratkan ikan
hasil tangkapannya di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Kwandang (Tabel 1), biaya investasi
yang dikeluarkan dalam usaha bagan perahu
rata-rata Rp. 129.170.000 yang terdiri dari bagan
perahu, perahu penarik atau penderek, mesin
perahu penarik, alat tangkap, mesin generator,
dan lampu. Sedangkan biaya finansial yang
dikeluarkan dalam usaha bagan perahu yaitu
biaya tetap, yang meliputi seluruh biaya yang
harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan
operasi penangkapan ikan. Biaya tetap yang
dikeluarkan para pengusaha bagan perahu yang
mendaratkan ikan hasil tangkapannya di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang ratarata mencapai Rp. 19.800.000/tahun, yang
meliputi biaya perawatan perahu, perawatan
mesin, perawatan alat tangkap, dan perawatan
lampu. Biaya tidak tetap atau biaya variabel yang
dikeluarkan pengusaha bagan perahu yang
mendaratkan ikan hasil tangkapannya di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang ratarata mencapai Rp. 290.466.000/tahun, yang
meliputi biaya solar, oli, bensin, upah ABK, dan
perbekalan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Lampiran 3. Berdasarkan biaya tetap dan
biaya tidak tetap (biaya variabel) maka total biaya
finansial yang dibutuhkan untuk usaha bagan
perahu
rata-rata
mencapai
Rp.
310.266.000/tahun. Hasil perhitungan kelayakan
usaha dapat dilihat pada Lampiran 4.
Dari analisis investasi dan analisis finansial
maka total penerimaan yang diperoleh

Menurut Effendi dan Oktariza (2006), usaha
perikanan yang akan dilakukan oleh seorang
pengusaha harus menghasilkan keuntungan
yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan analisis usaha. Analisis usaha
merupakan salah satu cara untuk mengetahui
tingkat kelayakan dari suatu jenis usaha. Tujuan
analisis usaha adalah untuk mengetahui tingkat
keuntungan, pengembalian investasi, maupun
titik impas suatu usaha. Analisis usaha pada
suatu usaha perikanan sangat diperlukan
mengingat ketikpastian usaha yang cukup besar,
apalagi usaha perikanan tangkap dan pengolah
hasil perikanan yang sangat dipengaruhi oleh
musim penangkapan.
Analisis usaha perikanan dapat dilakuan
dengan beberapa metode. Metode yang
digunakan dalam menghitung layak tidaknya
suatu usaha perikanan tangkap bagan perahu
yang mendaratkan ikan hasil tangkapan di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kwandang yaitu
analisi Laba/rugi, Revenue Cost Ratio (R/C),
Payback Period (PP), Net Present Value (NPV)
dan Break Event Point (BEP). Hasil analisis
usaha bagan perahu yang mendaratkan ikan
hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara Kwandang seperti yang terdapat pada
Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Perhitungan Analisis Laba/rugi,
Revenue Cost Ratio (R/C), Payback
Period (PP), Net Present Value (NPV)
dan Break Event Point (BEP).

Famili : Lucanidae;
Genus : Dipterygonatus;
Species : Dipterygonatus balteatus
Nama Indonesia : Lalosi

Sumber: Data Primer diolah bulan Juni, 2014

3.3. Identifikasi Ikan
Identifikasi merupakan proses pengenalan takson
biologi dengan cara membandingkan atau
menyamakan dengan contoh yang sudah ada
sebelumnya (Kamus Biologi, 2009). Dari hasil
identifikasi menunjukkan bahwa ikan ini memiliki
bentuk sisik sekeliling badan bagian pinggiran
belakangnya beduri-duri, memiliki bentuk mulut
bagian sebelah kiri terkatup sebeleh kanan
mengumpul kemuka waktu dibuka dan memiliki tipe
sirip ekor yang bercagak. Ikan ini memiliki sirip
punggung dengan jari-jari keras 14 dan jari-jari lemah
8 (D.XIV), sirip dubur terdiri dari tiga jari-jari keras di
ikuti 9 jari-jari lemah, sirip dada 16 (P1.16), sirip perut
8 (P2.8), sirip ekor terdiri dari 6 jari-jari keras di ikuti 10
jari-jari lemah (C.VI, 10). Hal ini serupa dengan yang
dikemukan oleh Peristiwady (2006), ikan ini memiliki
rumus sirip yaitu D.XIV, 8-10; A.III, 9-10; P1 16-19.
Menurut FAO (1983), ikan ini memiliki sirip punggung
keras di 14, sirip dada sinar 17 sampai 19 21-22, dan
panjang maksimum 18 cm, namun pada umumnya 15
cm.
Dari hasil pengukuran, ikan ini memiliki panjang
keseluruhannya 10 cm, panjang biasa 8,8 cm,
panjang dimuka sirip punggung 2,9 cm, panjang
batang ekor 2,5 cm, panjang dasar sirip punggung
1,85 cm, badan 1,9 cm dan tinggi batang ekor 0,8
cm. Berdasarkan identifikasi yang mengacu pada
buku Saanin (1968) dan Saanin (1984), Peristiwady
(2006), dengan ciri-ciri yang dimiliki ikan ini maka
dapat dikategorikan kedalam ordo Perciformes, famili
Lucanidae, spesies Dipterygonatus balteatus atau
yang dikenal dengan nama lokal yaitu ikan Lalosi.
Namun, menurut White., dkk, (2013), ikan ini memiliki
nama lokal Bileh Apui yang hidup di kawasan pelagis
pantai, kedalaman 0-20 m; ramping, 2 postmaksilaris
prosesus, sirip punggung dan dubur tanpa sisik
(caesionids lain dengan sirip bersisik), sirip punggung
sangat berlekuk, sirip punggung dengan 12-15 duri
dan 8-11 jari lunak, garis-garis gelap di atas gurat sisi;
Indo-Pasifik Barat; sampai 18 cm.
Klasifikasi ikan lalosi sebagai berikut :
Phylum : Chordata
Sub Phylum : Vertebrata;
Class : Pisces;
Sub Class : Telestoei;
Ordo : Perciformes;

Gambar 6 Ikan Lalosi
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)

IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Produktivitas bagan perahu yang mendaratkan
ikan hasil tangkapan di Pelabuhan Perikanan
Nusantara (PPN) Kwandang masih tergolong
rendah dan berdasarkan kreteria laba-rugi, R/C,
PP, dan NPV, usaha penangkapan ikan
menggunakan bagan perahu layak untuk
dilakukan atau masih menguntungkan.
2. Jenis ikan yang belum diketahui jenisnya oleh nelayan
setempat, dikategorikan ke dalam ordo Perciformes,
famili Lucanidae, spesies Dipterygonatus balteatus
atau yang dikenal dengan nama lokal yaitu ikan lalosi.

4.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian terhadap
produktivitas dan kelakan usaha penangkapan ikan,
disarankan perlu adanya penilitian lanjutan tentang
beberapa usaha penangkapan ikan yang akan
dikembangkan.

Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Abd. Hafidz Olii, S.Pi, M.Si., dan Bapak Alfi S.R.
Baruwadi, S.Pi, M.Si., atas bantuan yang telah
diberikan kepada penulis.

Daftar Pustaka
Baruadi, A.S.R. 2012. Pengembangan Perikanan
Tangkap Di Kabupaten Gorontalo Utara.
Disertasi (tidak dipublikasikan). Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Effendi, I. dan Oktariza, W. 2006. Manajemen
Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya.
Jakarta.
FAO. 1983. Species Identification Sheets Other
Scientific Names Still In Use. Jurnal (CAES
Caes 6. Fishing Area 51). W. Indian Ocean.
Kamus Biologi. 2009. Kamus Praktis Biologi (Edisi
Terbaru). Reality Publisher.
Saanin H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi
Ikan. Buku Cetakan Pertama. Binacipta. Bogor.
. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi
Ikan. Buku Cetakan Kedua. Binacipta. Bogor.
Saputra S.W, Solichin A, Wijayanto D. dan Kurohman
F. 2011. Produktivitas dan Kelayakan Usaha
Tuna Longliner di Kabupaten Cilacap Jawa
Tengah. Jurnal. Saintek Perikanan Vol. 6, No.
2, 2011: 84 – 91. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Diponegoro.
Suliyanto. 2010. Studi Kelayakan Bisnis: Pendekatan
Praktis. C.V Andi Offset.Yogyakarta.
Takril. 2008. Kajian Pengembangan Perikanan Bagan
Perahu di Polewali, Kabupaten Polewali
Mandar, Sulawesi Barat. Tesis. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
White. W.T., P.R. Last., Dharmadi., R. Faizah., U.
Chodrijah., B.I., Prisantoso., J.J. Pogonoski.,
M. Puckridge., S.J.M. Blaber. 2013. Market
Fishes At Indonesia. Australian Government.
Australian Center For International Agricultural
Research.