Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur

(1)

TANGKAP PADA PELABUHAN PERIKANAN IDI

KABUPATEN ACEH TIMUR

T E S I S

O l e h

H I D A Y A T U L L A H

117018026/MEP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA PERIKANAN

TANGKAP PADA PELABUHAN PERIKANAN IDI

KABUPATEN ACEH TIMUR

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Pada Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

O l e h

H I D A Y A T U L L A H

117018026/MEP

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

PERIKANAN IDI KABUPATEN ACEH TIMUR Nama Mahasiswa : Hidayatullah

Nomor Pokok : 117018026

Program Studi : Ekonomi Pembangunan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ramli, SE. MS) Ketua

(Prof. Dr. Lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE) Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec)

Direktur,


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 01 Agustus 2013

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ramli, SE, MS

Anggota : 1. Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE 2. Dr. Murni Daulay, SE, M.Si

3. Irsyad Lubis, SE, M.Soc.sc, Ph.D 4. Dr. HB. Tarmizi, SU


(5)

Judul Tesis

ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA PERIKANAN TANGKAP PADA PELABUHAN PERIKANAN IDI

KABUPATEN ACEH TIMUR

Dengan ini penulis menyatakan bahwa Tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian Tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, 01 Agustus 2013 Yang Membuat Pernyataan


(6)

i

ANALISIS PENDAPATAN PENGUSAHA PERIKANAN TANGKAP PADA PELABUHAN PERIKANAN IDI

KABUPATEN ACEH TIMUR

ABSTRAK

Sub sektor perikanan merupakan sektor riil yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan. Terutama berpengaruh terhadap masyarakat yang berada di kawasan pesisir khususnya. Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Aceh Timur memiliki sumber daya perikanan yang potensial. Hal tersebut dilihat dari peningkatan produksi perikanan setiap tahun, sehingga dibentuk suatu kawasan pelabuhan perikanan, dengan nama Pelabuhan Perikanan Idi. Terbentuknya kawasan Pelabuhan Perikanan Idi diharapkan berpengaruh terhadap pendapatan pengelola produksi perikanan baik sebagai pengusaha maupun nelayan pemilik dan nelayan buruh.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berkaitan dengan fenomena keadaan tersebut dengan judul “Analisis

Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi

Kabupaten Aceh Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban permasalahan tentang pengaruh variabel internal yang terdapat pada pengusaha perikanan tangkap sendiri dan variabel eksternal terdapat pada Pelabuhan Perikanan Idi, terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik.

Penelitian ini menggunakan model analisis jalur (Path Analysis). Pengolahan data menggunakan SPSS versi 19 dan menggunakan responden sebanyak 128 orang. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan, harga dan pendapatan.

Hasil penelitian dengan nilai koefisien estimasi masing-masing variabel menunjukkan bahwa modal, pengalaman, lembaga keuangan dan teknologi mempunyai pengaruh yang positif terhadap produksi perikanan. Modal, tempat pelelangan ikan, teknologi, harga dan produksi perikanan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha perikanan atau nelayan pemilik. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi terhadap produksi sebesar 68,7 persen. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik sebesar 95,9 persen.

Kata Kunci: Modal, Pengalaman, TPI, Lembaga Keuangan, Teknologi, Produksi, Harga dan Pendapatan.


(7)

THE ANALYSIS OF THE INCOME OF CAUGHT FISH DEALERS AT FISHING PORT OF IDI, ACEH TIMUR DISTRICT

ABSTRACT

Fishery sub-sector constitutes a real sector which plays an important role in increasing people’s welfare. It especially influences the people who live along the coastal area. Geographically, Aceh Timur district has potential fish resources. It can be seen from the increase in fish production each year so that a fishing harbor area which is called Pelabuhan Perikanan Idi is established. The establishment of the fishing harbor area at Idi is expected to influence the income of fish production dealers, as business people, fishermen and laborers.

Based on the above problems, the researcher was interested in analyzing the

phenomena under the title, “The Analysis of the Income of Catching Fish Dealers

at Pelabuhan Perikanan Idi, Aceh Timur District.” The objective of the research

was to find the solution of the problems about the influence of internal variables in catching fish dealers and external variables at Pelabuhan Perikanan Idi on the income of caught fish dealers or of fishermen.

The research used Path Analysis model. The data were processed by using an SPSS version 19 software program with 129 respondents. The variables used in the research were capital, experience, TPI (fish market), financial institution, technology, fish production, price, and income.

The result of the research showed that the value of coefficient estimation of each variable indicated that capital, experience, financial institution, and technology had positive influence on fish production. Capital, fish market, technology, price, and fish production had positive influence on the income of fish dealers or of fishermen. There was the amount of the direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, and technology on production at 68.7%. There was the amount of direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, technology, fish production, and price on the income of caught fish dealers or of fishermen at 95.9%.

Keywords: Capital, Experience, TPI, Financial Institution, Technology, Production, Price, Income


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis panjatkan hanya kepada

ALLAH SWT, karena dengan izin-Nya jualah tesis ini dapat penulis selesaikan. Tesis yang berjudul “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap

pada Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur” ini dibuat untuk melengkapi kewajiban pada Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara Medan.

Pemilihan topik ini didasari pada pemikiran tentang tingkatan kesejahteraan masyarakat pesisir yang berprofesi sebagai nelayan. Penulis mengkonsentrasikan penelitian kepada para pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik, dengan alasan mereka sebagai pelaku ekonomi yang berperan dalam proses produksi.

Keberhasilan pengerjaan dan penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Erman Munir, M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Sya’ad Afifuddin, M.Ec, selaku Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS, selaku Sekretaris Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara, sekaligus selaku Ketua Komisi Pembimbing dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan tesis ini.

5. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Universitas


(9)

Sumatera Utara Medan, sekaligus selaku Anggota Komisi Pembimbing dengan ketulusan, kearifan dan kesabaran telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam membimbing penyusunan tesis ini.

6. Ibu Dr. Murni Daulay, SE, M.Si, Bapak Irsyad Lubis, SE, M.Soc.sc, Ph.D, Bapak Dr. HB. Tarmizi, SU, selaku dosen pembanding yang telah memberikan banyak masukan dan saran demi kesempurnaan tesis ini.

7. Bupati Aceh Timur Hasballah Bin M. Thaib dan Wakil Syahrul Bin

Syama’un. Kepala Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Bapak Bustami, SH.MA, Pimpinan beserta staf UPTD Pelabuhan Perikanan Idi, Keuchik Gampong Kuala Idi, Pusong dan Blang Tualang. Rekan-rekan Pegawai pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kabupaten Aceh Timur, serta seluruh responden yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu dan memfasilitasi penulis.

8. Ibu Hj. Nurlina, SE. M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Langsa yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil. Rekan-rekan pengajar dan staf pada Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Langsa.

9. Rekan-rekan seperjuangan MEP angkatan 21 Tahun 2011, terutama Budi Mulia Warman Harahab, Martin Ginting, M. Arsyad yang telah bersama-sama dalam suka maupun duka menempuh studi serta rekan-rekan mahasiswa lain yang tidak dapat penulis sebutkan seluruhnya.

10.Seluruh staf pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada kedua orang tua Ayahanda H. M. Yacub, dan Ibunda tercinta Hj. Cut Ratna yang telah membesarkan dan memberikan pendidikan agama dengan penuh pengorbanan dari masa kecil hingga menjadi dewasa, serta Mertua Ayahanda Husen dan Ibunda tersayang Sya’diah yang telah membimbing penulis serta adinda Zulfadhli dan anggota keluarga lainnya dalam penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih yang teristimewa juga penulis sampaikan kepada Istri tercinta Hariyati, S.Pd yang telah memikul beban tanggung jawab sebagai kepala keluarga selama penulis menyelesaikan studi di Universitas Sumatera Utara Medan dan anak-anakku tersayang Zhahratul Aulia dan Hasanoel Bulqiah yang


(10)

v

telah mengorbankan waktu bersama keluarga dengan tulus ikhlas dan selalu menjadi penyemangat hidup dan menjadi motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

Penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila terdapat kesalahan dalam penulisan tesis ini. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang bersifat perbaikan demi kesempurnaan tesis ini serta untuk perbaikan karya ilmiah penulis pada masa selanjutnya. Penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi pihak-pihak lain yang membutuhkannya serta menjadi sumbangsih pemikiran penulis kepada Pemerintah Kabupaten Aceh Timur khususnya pembangunan kawasan pesisir di wilayah Kabupaten Aceh Timur.

Medan, Agustus 2013

HIDAYATULLAH


(11)

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Hidayatullah

2. Tempat, Tanggal Lahir : Idi, 11 September 1984

3. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil

Pemerintah Kabupaten Aceh Timur

4. Agama : Islam

5. Orang tua

a Ayah : H. M. Yacub

b Ibu : Hj. Cut Ratna

6. Isteri : Hariyati, S.Pd

7. Anak : 1. Zhahratul Aulia

2. Hasanoel Bulqiah

8. Alamat : Jln. Islamic Center PB. Beuramo Langsa

Barat Langsa Hp. 085270906878 9. Pendidikan

a. SD Negeri Keude Geurubak Idi Rayeuk, 1996 b. SMP Negeri 3 Idi Rayeuk, 1999

c. SMA Negeri 1 Idi Rayeuk, 2002

d. Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Langsa, 2009


(12)

vii DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 7

1.3.Tujuan Penelitian ... 8

1.4.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1.Teori Pembagunan Ekonomi ... 10

2.2.Teori Pendapatan, Produksi dan Harga ... 13

2.1.1. Pengertian Pendapatan ... 13

2.2.2. Pengertian Produksi Perikanan ... 15

2.2.3. Pengertian Harga ... 16

2.3.Nelayan dan Perikanan ... 17

2.3.1. Nelayan ... 19

2.3.2. Struktur Ekonomi Masyarakat Nelayan ... 23

2.3.3. Modal Awal Produksi Perikanan Tangkap ... 24

2.3.4. Teknologi Penangkapan Ikan ... 25

2.3.5. Pasar Produksi Perikanan ... 25

2.3.6. Strategi dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat Nelayan .. 26

2.3.7. Kemitraan Masyarakat Nelayan ... 29

2.3.8. Kebijakan Pemerintah ... 30

2.3.9. Partisipasi Lembaga Keuangan ... 31

2.3.10. Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan ... 32

2.4.Pelabuhan Perikanan ... 34

2.4.1. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan ... 35

2.4.2. Peranan Pelabuhan Perikanan ... 39

2.4.3. Fasilitas Pelabuhan Perikanan ... 41

2.4.4. Fungsi Pelabuhan Perikanan ... 44

2.5.Penelitian Sebelumnya ... 46

2.6.Kerangka Pemikiran ... 49

2.7.Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN ... 51

3.1.Tempat dan Waktu Penelitian... 51


(13)

3.3.Teknik Penentuan dan Pengambilan Sampel ... 52

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.5.Jenis dan Sumber Data ... 54

3.6.Uji Vaiditas dan Reabilitas ... 55

3.6.1. Uji Validitas ... 55

3.6.2. Uji Reabilitas ... 56

3.7.Metode Analisis Data ... 56

3.7.1. Bagan Struktur Analisis ... 57

3.7.2. Analisis Jalur (Path Analysis) ... 58

3.8.Uji Kesesuaian (Test Goodnes Of Fit) ... 63

3.8.1 Uji Statistik t. ... 64

3.8.2. Uji Statistik F ... 64

3.8.3. Koefisien Determinasi R2 ... 65

3.9.Definisi Operasional Variabel ... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1.Hasil Penelitian ... 67

4.1.1. Gambaran Umum Pelabuhan Perikanan Kuala Idi Rayeuk ... 68

4.1.2. Visi dan Misi Pelabuhan Perikanan Idi ... 70

4.1.3. Tugas dan Fungsi Pelabuhan Perikanan Idi ... 70

4.1.4. Hasil Tangkapan dan Pemasaran Ikan ... 73

4.1.5. Karakteristik Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik Sebagai Responden ... 77

4.1.5.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkatan Umur ... 77

4.1.5.2. Pendidikan Responden ... 78

4.1.5.3. Jumlah Tanggungan Keluarga ... 79

4.1.5.4. Volume Melaut ... 81

4.1.5.5. Jenis Ikan Hasil Tangkapan ... 82

4.1.6. Penjelasan Responden atas Variabel Penelitian ... 83

4.1.6.1. Penjelasan Responden atas Variabel Modal Produksi Perikanan Tangkap ... 83

4.1.6.2. Penjelasan Responden atas Variabel Pengalaman ... 85

4.1.6.3. Penjelasan Responden atas Variabel Tempat Pelelangan Ikan (TPI) ... 87

4.1.6.4. Penjelasan Responden atas Variabel Lembaga Keuangan ... 90

4.1.6.5. Penjelasan Responden atas Variabel Teknologi ... 94

4.1.6.6. Penjelasan Responden atas Variabel Produksi ... 98

4.1.6.7. Penjelasan Responden atas Variabel Harga ... 99

4.1.6.8. Penjelasan Responden atas Pendapatan ... 100

4.1.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas ... 104

4.1.7.1. Uji Validitas ... 104

4.1.7.2. Uji Reliabilitas ... 104

4.1.8. Analisa Persamaan Struktural I ... 104


(14)

ix

4.1.8.3. Kemampuan Penjelasan Variabel Eksogen

terhadap Endogen Persamaan Struktural I... 108

4.1.8.4. Perbandingan Tingkat Produksi Menggunakan Variabel Teknologi ... 108

4.1.9. Analisa Persamaan Struktural II ... 110

4.1.9.1. Uji Parsial Persamaan Struktural II ... 112

4.1.9.2. Uji Serentak Persamaan Struktural II ... 114

4.1.9.3. Kemampuan Penjelasan Variabel Eksogen terhadap Endogen Persamaan Struktural II ... 115

4.1.9.4. Perbandingan Tingkat Produksi Menggunakan Variabel Teknologi ... 115

4.2.Pembahasan Analisis Jalur (Path Analyisis) ... 117

4.2.1. Pengaruh Langsung (Direct Effect) Model Persamaan I ... 122

4.2.2. Pengaruh Langsung (Direct Effect) Model Persamaan II ... 123

4.2.3. Pengaruh Tidak Langsung (Indirect Effect) ... 124

4.2.4. Total Pengaruh (Total Effect) ... 125

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 127

5.1.Kesimpulan ... 127

5.2.Saran ... 127


(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1. Produksi Perikanan di Pelabuhan Perikanan Pantai Kuala Idi

Rayeuk Tahun 2006-2012 ... 3

1.2. Perkembangan Jumlah Nelayan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2008-2012 ... 4

3.3. Definisi Operasional Variabel ... 66

4.1. Jumlah Produksi Jenis Ikan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2007-2012 ... 75

4.2. Data Pemasaran Ikan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2012 ... 76

4.3. Kelompok Umur Responden ... 78

4.4. Jenjang Pendidikan Responden ... 79

4.5. Jumlah Tanggungan Responden ... 80

4.6. Volume Melaut Nelayan Pemilik dan Nelayan Buruh ... 81

4.7. Jenis Ikan Hasil Tangkapan Nelayan pada Pelabuhan Perikanan Idi ... 82

4.8. Modal Sekali Melaut Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 84

4.9 Perbandingan Tingkat Modal dengan Teknologi yang digunakan ... 84

4.10. Perbandingan Tingkat Modal dengan Volume Melaut ... 85

4.11. Lama Profesi sebagai Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 86

4.10. Perbandingan Tingkat Produksi dengan Pengalaman ... 87

4.13. Tanggapan Responden Tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa Menjadi Pengendali Harga ... 88

4.14. Tanggapan Responden Tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Menciptakan Harga Keseimbangan Pasar ... 89

4.15. Tanggapan Responden Tentang Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Mempermudah Distribusi Ikan ... 90

4.16. Tanggapan Responden Tentang Lembaga Keuangan Yang Menjalin Kerjasama Dengan Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 91

4.17. Tanggapan Responden Tentang Sangat Perlu Pihak Lembaga Keuangan Untuk Menjadi Mitranya Para Pengusaha Perikanan Tangkap Atau Nelayan Pemilik ... 92

4.18. Tanggapan Responden Tentang Pernah Para Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik Mendapatkan Bantuan Pinjaman dari Lembaga Keuangan ... 93

4.19. Tanggapan Responden Tanggapan Tentang Proses Pencairan Dana pada Lembaga Keuangan Sangat Rumit ... 94

4.20. Ukuran Armada/Boat Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 95


(16)

xi

4.23. Jenis Alat Tangkap Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan

Pemilik ... 97

4.24. Jumlah Produksi Perikanan Berdasarkan Tanggapan Pengusaha Perikanan Pantai atau Nelayan Pemilik ... 99

4.25. Harga Penjualan Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Tanggapan Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik ... 100

4.26. Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap atau Nelayan Pemilik dari Hasil Pembagian Penjualan Produksi Perikanan ... 102

4.27. Pendapatan Pawang Boat atau Nahkoda Kapal dari Hasil Pembagian Penjualan Produksi Perikanan ... 103

4.28. Pendapatan Anak Buah Kapal (ABK) dari Hasil Pembagian Penjualan Produksi Perikanan ... 103

4.29. Hasil Uji Persamaan Struktural I ... 105

4.30 Hasil Uji Persamaan Produksi terhadap Harga ... 110


(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Kerangka Konseptual ... 49 3.1. Bagan Struktur Analisis Jalur ... 57 4.1. Lokasi Pelabuhan Perikanan Idi ... 69 4.2. Perbandingan Produksi Ikan Tiap Bulan Pertahun pada Pelabuhan

Perikanan Idi 2006 – 2012 ... 74 4.3. Tujuan Pemasaran Produksi Ikan Pelabuhan Perikanan Idi ... 77 4.4. Tingkat Jenjang Pendidikan Pengusaha Perikanan Tangkap atau

Nelayan Pemilik ... 79 4.5. Jumlah Tanggungan Dalam Keluarga ... 80 4.6. Jenis Ikan Produksi Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi

Tahun 2012 ... 83

4.7. Tanggapan Responden Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa

Mengendalikan Harga ... 88

4.8. Tanggapan Responden Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa

Menciptakan Keseimbangan Harga ... 89

4.9. Tanggapan Responden Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Bisa

Mempermudah Distribusi Ikan ... 90 4.10. Tanggapan Responden Lembaga Keuangan Menjalin Kerja Sama

dengan Pengusaha Perikanan Tangkap ... 91

4.11. Tanggapan Responden Tentang Lembaga Keuangan Menjadi

Mitranya Pengusaha Perikanan Tangkap ... 92

4.12. Tanggapan Responden Tentang Pernah Pengusaha Perikanan

Tangakap Mendapat Bantuan Pinjaman dari Lembaga Keuangan ... 93 4.13. Tanggapan Responden Tentang Proses Pencairan Dana Sangat Rumit

pada Lembaga Keuangan ... 94 4.14. Tanggapan Responden Tingkat Harga Penjualan Ikan ... 100 4.15. Bagan Hasil Estimasi Struktur Analisis Jalur ... 118


(18)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 133

2. Data Primer Penelitian ... 139

3. Hasil Uji Validitas ... 151

4. Hasil Uji Reliabilitas ... 153

5. Hasil Regresi Persamaan Produksi Terhadap Harga ... 155

6. Hasil Regresi Persamaan I ... 157


(19)

KABUPATEN ACEH TIMUR

ABSTRAK

Sub sektor perikanan merupakan sektor riil yang berperan penting dalam peningkatan kesejahteraan. Terutama berpengaruh terhadap masyarakat yang berada di kawasan pesisir khususnya. Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Aceh Timur memiliki sumber daya perikanan yang potensial. Hal tersebut dilihat dari peningkatan produksi perikanan setiap tahun, sehingga dibentuk suatu kawasan pelabuhan perikanan, dengan nama Pelabuhan Perikanan Idi. Terbentuknya kawasan Pelabuhan Perikanan Idi diharapkan berpengaruh terhadap pendapatan pengelola produksi perikanan baik sebagai pengusaha maupun nelayan pemilik dan nelayan buruh.

Berdasarkan permasalahan tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

yang berkaitan dengan fenomena keadaan tersebut dengan judul “Analisis

Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada Pelabuhan Perikanan Idi

Kabupaten Aceh Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan jawaban permasalahan tentang pengaruh variabel internal yang terdapat pada pengusaha perikanan tangkap sendiri dan variabel eksternal terdapat pada Pelabuhan Perikanan Idi, terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik.

Penelitian ini menggunakan model analisis jalur (Path Analysis). Pengolahan data menggunakan SPSS versi 19 dan menggunakan responden sebanyak 128 orang. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan, harga dan pendapatan.

Hasil penelitian dengan nilai koefisien estimasi masing-masing variabel menunjukkan bahwa modal, pengalaman, lembaga keuangan dan teknologi mempunyai pengaruh yang positif terhadap produksi perikanan. Modal, tempat pelelangan ikan, teknologi, harga dan produksi perikanan mempunyai pengaruh positif terhadap pendapatan pengusaha perikanan atau nelayan pemilik. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi terhadap produksi sebesar 68,7 persen. Besarnya pengaruh langsung (direct effect) variabel modal, pengalaman, tempat pelelangan ikan, lembaga keuangan, teknologi, produksi perikanan dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik sebesar 95,9 persen.

Kata Kunci: Modal, Pengalaman, TPI, Lembaga Keuangan, Teknologi, Produksi, Harga dan Pendapatan.


(20)

ii

THE ANALYSIS OF THE INCOME OF CAUGHT FISH DEALERS AT FISHING PORT OF IDI, ACEH TIMUR DISTRICT

ABSTRACT

Fishery sub-sector constitutes a real sector which plays an important role in increasing people’s welfare. It especially influences the people who live along the coastal area. Geographically, Aceh Timur district has potential fish resources. It can be seen from the increase in fish production each year so that a fishing harbor area which is called Pelabuhan Perikanan Idi is established. The establishment of the fishing harbor area at Idi is expected to influence the income of fish production dealers, as business people, fishermen and laborers.

Based on the above problems, the researcher was interested in analyzing the

phenomena under the title, “The Analysis of the Income of Catching Fish Dealers

at Pelabuhan Perikanan Idi, Aceh Timur District.” The objective of the research

was to find the solution of the problems about the influence of internal variables in catching fish dealers and external variables at Pelabuhan Perikanan Idi on the income of caught fish dealers or of fishermen.

The research used Path Analysis model. The data were processed by using an SPSS version 19 software program with 129 respondents. The variables used in the research were capital, experience, TPI (fish market), financial institution, technology, fish production, price, and income.

The result of the research showed that the value of coefficient estimation of each variable indicated that capital, experience, financial institution, and technology had positive influence on fish production. Capital, fish market, technology, price, and fish production had positive influence on the income of fish dealers or of fishermen. There was the amount of the direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, and technology on production at 68.7%. There was the amount of direct effect of the variables of capital, experience, TPI, financial institution, technology, fish production, and price on the income of caught fish dealers or of fishermen at 95.9%.

Keywords: Capital, Experience, TPI, Financial Institution, Technology, Production, Price, Income


(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Subsektor perikanan berperan penting dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah. Sumber daya alam ini diharapkan dapat mensejahterakan rakyat pada daerah tersebut. Namun sangat disayangkan subsektor ini belum dapat dikelola dengan baik, terutama terhadap para petani ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja (Mulyadi, 2005:15). Pada saat terjadi krisis ekonomi, peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Akan tetapi ironisnya, sektor perikanan selama ini belum mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal jika sektor ini dikelola dengan serius akan memberikan kontribusi yang lebih besar untuk pembangunan ekonomi nasional serta dapat menekan tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan pengusaha perikanan tangkap.

Nelayan merupakan salah satu masyarakat marginal yang sering tersisih dari akomudasi kebijakan pemerintah Wahyono (2004) dalam Abdurrahman at al. Problem yang dihadapi masyarakat nelayan sangatlah kompleks, bermuara minimnya penghasilan mereka, seperti halnya masyarakat petani dan buruh (protelar), masyarakat nelayan tercekik jerat kemiskinan yang menyerupai


(22)

2

Sektor perikanan yang menjadi pelaku kegiatan ekonomi yaitu pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik serta nelayan buruh. Pengusaha perikanan tangkap yang merupakan sebagai pengelola produksi perikanan, ada juga yang berprofesi sebagai nelayan atau disebut nelayan pemilik. Kesejahteraan masyarakat yang berprofesi sebagai pelaku usaha perikanan diukur dari tingkat pendapatan yang didapat, tidak seimbang dengan produksi (hasil laut) yang didapat. Pengusaha perikanan tangkap belum mampu mengoptimalkan hasil tangkap menjadi produk – produk yang lain yang dapat meningkatkan nilai tambah dari ikan hasil tangkapan. Hal ini dipengaruhi oleh masalah permodalan dan juga masalah – masalah lain yang mempengaruhi kepada tingkat pendapatan. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan penulis yang mengkonsentrasikan kehidupan para pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik di kawasan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk.

Hasil seleksi Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menjadikan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk termasuk dalam 3 (tiga) pelabuhan perikanan teladan untuk seluruh Indonesia. Secara analisis ekonomi menjadikan nelayan yang berada di kawasan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki peluang dan prospek ekonomi yang bisa meningkatkan kesejahteraan kepada pengusaha perikanan tangkap dan juga kepada para nelayan. Ini sangat menjanjikan bagaimana peluangnya pengusaha perikanan tangkap dan juga para nelayan dimasa yang akan datang baik dalam penangkapan ikan, pengolahan ikan (industri perikanan) dan pemasaran hasil laut tersebut.

Pengusaha perikanan tangkap dan nelayan yang berada di kawasan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk saat ini menjadi bagian dari pertumbuhan


(23)

ekonomi di Kecamatan Idi Rayeuk yang merupakan ibu kota Kabupaten Aceh Timur. Kemajuan yang pesat ditandai dengan ramainya aktifitas di sepanjang tepi pantai yang menghubungkan antara Desa Pusong dan Desa Blang Tualang.

Selama kurun waktu 7 tahun terakhir Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk telah menjadi sebuah kawasan yang berkembang dengan pesat. Hal ini ditandai oleh pertumbuhan ekonomi maupun pertumbuhan fisik dengan berbagai aspek perluasannya. Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk berpotensi menjadi salah satu simbul distribusi hasil perikanan tangkap dari sumber daya yang dimiliki Propinsi Aceh, peluang secara ekonomis dapat menguntungkan para nelayan dalam meningkatkan kesejateraan. Berikut data perkembangan produksi perikanan di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk.

Tabel 1.1. Produksi Perikanan di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk Tahun 2006-2012

No Bulan Jumlah Produksi Ikan (Ton)

2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012

1 Januari 220,30 180,50 272,13 1736,30 558,03 529,78 1.985,61 2 Februari 271,20 201,35 441,75 1642,11 921,52 613,60 1.814,88 3 Maret 287,24 44,09 629,12 1042,59 819,86 539,92 678,82 4 April 298,47 360,14 1334,18 943,85 943,85 554,61 2.404,43 5 Mei 498,75 411,90 725,60 777,67 739,50 1.657,51 417,24 6 Juni 477,54 364,69 444,03 950,80 943,68 1.950,00 871,39 7 Juli 495,16 593,87 1743,45 1474,35 1474,35 1.084,11 512,83 8 Agustus 430,88 666,40 1623,53 334,24 321,49 2.028,32 861,83 9 September 578,40 838,69 1692,83 430,68 285,86 2.945,79 1.678,94 10 Oktober 664,56 599,38 1466,14 863,63 1466,14 2.418,54 3.189,23 11 November 628,26 765,44 1261,92 298,77 885,42 1.209,16 2.956,02 12 Desember 268,56 94,05 492,79 401,00 404,89 1.113,81 394,12

Total 5.119,32 5.120,50 12.127,47 10.895,99 9.764,59 16.645,15 17.765,34

Sumber : UPTD Palabuhan Perikanan Idi Tahun 2012

Data tabel diatas menunjukkan hasil produksi Perikanan di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk. Produksi perikanan pada Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk


(24)

4

mengalami peningkatan dimulai dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2012 produksi ikan mencapai 17.765,34 Ton.

Pada dasarnya para pengusaha perikanan tangkap yang ada di kawasan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki ruang yang sangat srategis sebagai salah satu pelabuhan pemasaran ikan untuk lokal maupun ke luar negeri. Jumlah warga yang berprofesi sebagai nelayan buruh (ABK) dan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik kapal (boat) dapat ditunjukkan berdasarkan tabel 1.2 berikut.

Tabel 1.2. Perkembangan Jumlah Nelayan di Pelabuhan Perikanan Idi Tahun 2008-2012

No Jenis Nelayan Jumlah Nelayan (orang)

2008 2009 2010 2011 2012

1 Nelayan Buruh 6310 6594 6741 7780 8058

2 Nelayan Pemilik 124 145 158 171 188

Total 6.434 6.739 6.897 7.951 8.246

Sumber: UPTD Pelabuhan Perikanan Idi 2012.

Pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik merupakan pengelola penyedia sarana dan fasilitas untuk kegiatan melaut, pada tahun 2012 pengusaha perikanan tangkap berjumlah 188 orang. Anak buak kapal (ABK) dalam kegiatan melaut hanya sebagai pemberi jasa kepada pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik, jumlah anak buah kapal (ABK) pada tahun 2012 8.058 orang.

Pengusaha perikanan tangak atau nelayan pemilik dan anak buah kapal (ABK) yang ada di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk, masih menggunakan sistem atau cara tradisional dalam mencari ikan. Hanya sebahagian yang sudah mengadopsikan menggunakan teknologi modern. Pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik yang telah mengadopsikan teknologi modern dalam mencari


(25)

dan menangkap ikan, sudah terikat kontrak dengan para importir dari luar, dikarenakan para importir tersebut yang telah membiayai para pengusaha atau nelayan pemilik tersebut, maka para importir tersebut yang menekan harga dan merugikan para nelayan pemilik dan nelayan buruh.

Masalah yang dihadapi oleh para nelayan yang ada di kawasan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk yaitu dalam hal permodalan. Selain dari pada modal masalah yang dihadapi sekarang oleh para pengusaha perikanan tangkap yang ada di Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk yaitu ketersedian fasilitas tempat pelelangan ikan (TPI) yang bisa mempengaruhi terhadap harga. Masalah lain yang dihadapi oleh para pengusaha perikanan yaitu ketika musim tangkap ikan dengan jumlah hasil yang melimpah akan tetapi harga ikan mengalami penurunan, dan tidak ada cara bagi pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik untuk dapat menyimpan ikan tersebut dalam jangka waktu yang lama seperti halnya belum tersedianya Cold Storage, pabrik es. Industri pengolahan ikan hasil tangkapan juga belum tersedia, produksi turunan yang bisa dihasilkan hanya pengasinan ikan (ikan asin).

Pada saat para nelayan ingin melakukan pendekatan dengan pihak perbankan, ini juga menjadi kendala bagi para nelayan. Hal ini dikarenakan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dalam mengajukan permohonan permodalan (kredit) tidak ada jaminan yang bisa menguatkan pihak perbankan. Nelayan pemilik hanya bisa memberikan jaminan yaitu alat untuk mencari ikan (boat), sedangkan bagi pihak perbankan ini tidak bisa menjadi jaminan, karena dengan pertimbangan alasan yaitu boat memiliki nilai penyusutan sehingga ini tidak bisa menjadi jaminan yang kuat bagi pihak perbankan. Serta


(26)

6

lahan tangkapan juga tidak bisa menjadi jaminan bagi pihak perbankan disebabkan lautan merupakan milik bersama para nelayan sehingga tidak ada kawasan laut yang menjadi hak perorangan para nelayan. Disisi lain untuk dapat meningkatkan hasil produksi yang lebih maksimal nelayan hanya mengandalkan kemampuan dari pengalaman yang telah dimiliki selama bekerja sebagai pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dan kerja sama yang baik dengan nelayan buruh. Selain itu juga pasar yang menjadi tumpuan bagi pera nelayan masih bersifat lokal, hanya didistribukan hasil tangkapan untuk daerah disekitar Kabupaten Aceh Timur atau bersifat domestik.

Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk yang telah diresmikan oleh Gubernur Aceh pada tanggal 26 Januari 2012 menjadi Pelabuhan Perikanan Pantai Idi Rayeuk, Aceh Timur, yang merupakan proyek APBN/APBA 2008-2011. Program pembangunan tersebut menjadi program utama pemerintah Aceh dalam upaya

mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat. “Untuk wilayah Aceh Timur khusunya Idi Rayeuk, yang merupakan sektor andalan yaitu perikanan, sambutan Gubernur Aceh pada peresmian Jetti Pelabuhan Perikanan Idi.

Pembangunan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk ini adalah salah satu prospek bisnis yang sangat potensial. Mengingat dari dahulu Idi Rayeuk merupakan salah satu daerah penghasil ikan yang cukup terkenal di Aceh, hanya saja selama ini ikan dari wilayah Aceh, banyak yang dibawa ke keluar daerah yang selanjutnya diekspor melalui pelabuhan-pelabuhan lain di luar Propinsi Aceh. Nelayan Aceh bekerja keras di laut, sementara yang mendapat keuntungan yaitu para eksportir atau tengkulak yang berada di luar daerah. Diresmikannya pelabuhan laut dan jetti Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk itu, ikan dari pantai Aceh


(27)

Timur, akan bisa menyentuh langsung pasar Internasional, sehingga harganya dapat lebih menguntungkan para nelayan setempat.

Secara kelembagaan Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk di kelola dan diawasi oleh unit pelaksana teknis Dinas Perikanan Propinsi Aceh atau Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk. (UPTD) Pelabuhan Perikanan Idi Rayeuk memiliki program pembangunan dan pengembangan. Adapun tujuan pengembangan yaitu menata kawasan perikanan dan menyediakan fasilitas yang diperlukan, mengkaji berbagai potensi kawasan untuk meningkatkan usaha perikanan Pelabuhan Perikanan Idi, meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan pendapatan para nelayan, serta agar tersusunnya suatu rencana teknis pembangunan kawasan di Pelabuhan Perikanan Idi dan meningkatkan profesionalisme pengusaha perikanan dan memotivasi nelayan untuk meningkatkan kesejahteraannya.

Berdasarkan beberapa uraian dan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis merasa penting untuk mengidentifikasi penelitian ini dengan memberikan judul tesis yaitu “Analisis Pendapatan Pengusaha Perikanan Tangkap pada

Pelabuhan Perikanan Idi Kabupaten Aceh Timur”.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apakah modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI), dan lembaga keuangan berpengaruh terhadap produksi perikanan?


(28)

8

2. Apakah modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI), lembaga keuangan, melalui produksi perikanan dan harga berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk menganalisis pengaruh modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI) dan lembaga keuangan terhadap produksi perikanan. 2. Untuk menganalisis pengaruh modal, pengalaman, teknologi, tempat pelelangan ikan (TPI) dan lembaga keuangan melalui produksi perikanan dan harga terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik.

1.4.Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1. Dengan mengetahui modal, pengalaman dan teknologi sebagai variabel internal berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik melalui produksi perikanan dan harga, sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik untuk dapat meningkatkan kemampuan diri pada subsektor perikanan. 2. Dengan mengetahui pengaruh tempat pelelangan ikan (TPI) dan lembaga

keuangan sebagai variabel eksternal berpengaruh terhadap pendapatan pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik melalui produksi


(29)

perikanan dan harga, sebagai bahan pertimbangan bagi lembaga atau instansi pemerintahan dalam memberikan peranan, fasilitas dan fungsi dari Pelabuhan Perikanan tersebut.

3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai kegiatan ekonomi pada sub sektor perikanan khusunya kesejahteraan nelayan.

4. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dengan penelitian ini akan menjadi bahan masukan dan referensi atau bahan rujukan bagi peneliti khususnya penelitian yang berkaitan dengan pengaruh pelabuhan perikanan terhadap kesejahteraan masyarakat.


(30)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Pembangunan Ekonomi

Pembangunan adalah upaya multidimensional yang meliputi perubahan pada berbagai aspek termasuk di dalamnya stuktur sosial, sikap masyarakat, serta institusi nasional upaya mengesampingkan tujuan awal yaitu pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta perluasan kesempatan kerja (Widodo, 2006:4).

Sedangkan pembangunan yang mengarah kepada kesejahteraan

masyarakat pada intinya diukurnya pembangunan tersebut, menurut Jayadinata (1999), meliputi tiga kegiatan yang saling berhubungan, yaitu (a) menimbulkan peningkatan kemakmuran dan peningkatan pendapatan serta kesejahteraan sebagai tujuan, dengan tekanan perhatian pada lapisan terbesar (dengan pendapatan terkecil) dalam masyarakat; (b) memilih metode yang sesuai untuk mencapai tujuan itu; (c) menyusun kembali (restructuring) masyarakat dengan maksud agar terjadinya pertumbuhan sosial ekonomi yang kuat

Perekonomian di Negara-negara Dunia Ketiga pada umumnya tidak memiliki banyak sumber daya keuangan dan tenaga kerja yang terampil sehingga mereka tidak bisa menyia-nyiakannya dalam kegiatab usaha yang lebih produktif. Proyek-proyek investasi harus dipilih secara cermat, bukan semata-mata berdasarkan analisa produktivitas parsial seperti yang ditunjukkan oleh rasio modal output dari sebuah industri, namun juga harus lebih dikaitkan dengan program-program pembangunan secara keseluruhan (Todaro dan Smith, 2006:7).


(31)

Tantangan utama pembangunan adalah untuk memperbaiki kehidupan. Kualitas kehidupan yang lebih baik memang mensyaratkan adanya pendapatan yang tinggi. Namun kiranya pendapatan bukanlah satu-satunya ukuran kesejahteraan. Banyak hal lain yang tidak kalah pentingnya yang harus diperjuangkan, mulai dari pendidikan, peningkatan standar kesehatan dan nutrisi, pemberantasan kemiskinan, perbaikan kondisi lingkungan hidup, pemerataan kesempatan, pemerataan kebebasan individual dan penyegaran kehidupan budaya.

Menurut Jhingan (1999:65), untuk menentukan optimasi pembangunan dapat dilihat dari distribusi pendapatan, komposisi output, selera, biaya nyata dan perubahan tertentu lain yang berkaitan dengan pendapat tersebut. Oleh sebab itu untuk menghindari keracunan pengukuran, ukuran pandapatan nasional rill perkapita dapat digunakan sebagai ukuran dalam pembangunan ekonomi.

Ukuran pencapaian hasil pembangunan paling tidak harus mencapai lima unsur yang dapat dilihat secara objektif. Pertama, pembangunan pada awalnya dilihat dalam kerangka pertumbuhan ekonomi masyarakat di suatu negara. Pembangunan akan berhasil, manakala indikator pertumbuhan ekonomi masyarakat cukup tinggi, diukur dari produktivitas masyarakat dan negara pada setiap tahun. Secara teknis ekonomis, produktif diukur melalui Product National Bruto (PNB), atau Gross National Product (GNP), dan Product Domestic Bruto

(PDB)atau Gross Domestic Product (GDP).

Kedua, dicapainya pemerataan disuatu masyarakat dalam suatu negara ukuran yang dilakukan adalah memakai perhitungan indeks gini, yang dapat mengukur adanya ketimpangan pembagian pendapatan masyarakat. Negara yang


(32)

12

berhasil penbangunannya dengan demikian adalah negara yang produktivitasnya tinggi, penduduknya makmur dan sejahtera relatif.

Ketiga, kualitas kehidupan yang diukur dari tingkat kesejahteraan penduduk disuatu negara dengan menggunakan tolok ukur PQLI (Physical Quality of Life Index) yang berasal dari tiga indikator meliputi angka rata-rata harapan hidup bayi setelah satu tahun, angka rata-rata jumlah kematian bayi dan angka rata-rata persentasi buta dan melek huruf.

Keempat, kerusakan linkungan hidup harus pula diperhitungkan. Negara yang tinggi produktivitas dapat berada pada sebuah proses pemiskinan penduduk. Hal itu bisa terjadi karena produktivitas yang tinggi tidak memperdulikan dampak terhadap lingkungan hidup semakin rusak, sumber daya terkuras hebat, padahal kecepatan alam untuk merehabilitasi dirinya lebih lambat dibandingkan dengan proses perusakan lingkungan. Pabrik-pabrik memang berhasil meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi mereka juga menghasilkan limbah kimia yang merusak alam sekitarnya. Pembangunan ternyata tidak memiliki daya kelestarian yang memadai, akibat pembangunan tidak berkelanjutan atau tidak sustainable.

Kelima, pembangunan harus dapat menciptakan keadilan sosial dan kesinambungan. Pembangunan yang sedang berlangsung seringkali menghasilkan kondisi ketimpangan yang sangat mencolok bagi masyarakat. Pembangunan membuat orang kaya semakin kaya, sementara yang miskin semakin terpuruk, kondisi ini jelas akan mendatangkan kerawanan sosial. Oleh karena itu konfigurasi kekuatan sosial disuatu masyarakat akan mengarah kepada kemungkinan pertentangan yang semakin tajam.


(33)

Konseptualisasi pembangunan merupakan proses perbaikan yang bersinambungan pada suatu masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera, maka terdapat beberapa cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara tolok ukur pembangunan bukan hanya pendapatan perkapita, tetapi juga harus disertai oleh membaiknya distribusi pendapatan, berkurangnya kemiskinan dan mengecilnya tingkat pengangguran. Argumentasinya bahwa pertumbuhan ekonomi haruslah diiringi dengan pemerataan hasil-hasil pertumbuhan untuk dapat dianggap sebagai keberhasilan pembangunan. Perkembangan ekonomi dengan demikian mengandung pengertian bahwa bukan hanya terjadi pendapatan perkapita yang meningkat, tetapi seiring dengan itu meningkat pula kapabilitas rakyat yang ditunjukkan oleh meluasnya pemilikan harta atau sumber-sumber ekonomi dikalangan rakyat.

2.2. Teori Pendapatan, Produksi dan Harga 2.2.1. Pengertian Pendapatan

Pendapatan perorangan (personal income) adalah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan. Pendapatan perseorangan juga mengurangi pajak pendapatan perusahaan dan kontribusi pada tunjangan sosial (Mankiw, 2006:9). Pendapatan adalah penghasilan yang didapat dari aktivitas pribadi/perseorangan dalam bentuk berbeda berdasarkan dari sembilan sektor jenis lapangan usaha.

Pendapatan merupakan nilai maksimun yang diterima seseorang yang digunakan untuk konsumsi dan tabungan. Pendapatan digunakan untuk dua tujuan


(34)

14

yaitu untuk pengeluaran konsumsi (pembelian barang dan jasa) dan ditabung di lembaga keuangan (Sukirno, 2006:60).

Pendapatan masyarakat dapat berupa gaji, upah, sewa dan laba yang diterima dari jasa produktif (productive service). Pendapatan tersebut diterima akibat penggunaan faktor-faktor produksi untuk mewujudkan barang dan jasa, sehingga diperoleh berbagai jenis pendapatan, yaitu tanah dan harta tetap lainnya memperoleh sewa, tenaga kerja memperoleh gaji dan upah, modal memperoleh bunga dan keahlian keusahawanan memperoleh keuntungan (Sukirno, 2006:85). Pendapatan yang diakui setelah adanya proses produksi diikuti dengan terjadinya proses penjualan. Pendapatan yang diberikan dari pihak pengguna jasa tersebut didapat dari hasil penjualan barang produksi yang dibeli oleh masyarakat, dihitung secara kuantitatif selisih biaya produksi dengan penjualan. Pendapatan dan keuntungan atau laba merupakan kompenen dari penghasilan income.

Pendapatan yang diperoleh pengusaha perikanan atau nelayan pemilik dan nelayan buruh dalam unit usaha perikanan keluatan mengikuti sistem bagi hasil. Sistem bagi hasil tangkapan yang mempertimbangkan aset produksi dengan orang yang bekerja dalam proses produksi mulai dikenal sistem mata pencaharian

berkembang dan mengikuti adanya hak milik perorangan, serta

mempertimbangkan investasi perorangan dalam usaha penangkapan ikan (Wahyono 2003 dalam Mulyadi 2005:75). Sistem bagi hasil ini ditentukan dari jenis teknologi yang dikembangkan dan besarnya kontribusi modal yang di investasikan. Model relasi pemilik modal dan buruh nelayan pada umunya saling menguntungkan kedua belah pihak. Hubugan antara pemilik modal dan nelayan yang berlangsung selama ini bergerak dalam betuk saling ketergantungan kedua


(35)

belah pihak, meskipun dalam kenyataanya di berbagai komunitas nelayan memperlihatkan bahwa pihak anak buah kapal (ABK) berada pada posisis yang kurang menguntungkan, hal ini karena pendapatan dari para buah kapal (ABK) sangat kecil.

2.2.2. Pengertian Produksi Perikanan

Produksi yang digambarkan melalui fungsi produksi menghubungkan input dan output. Fungsi produksi menentukan tingkat output maksimum yang biasa di produksi dengan sejumlah input tertentu atau sebaliknya (Arsyad, 2011:206). Fungsi produksi ini ditentukan oleh tingkat teknologi, peralatan, tenaga kerja, bahan-bahan baku dan lain-lain yang digunakan dalam proses produksi. Telah dinyatakan sebelumnya bahwa fungsi produksi menunjukkan sifat hubungan diantara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Faktor-faktor produksi dikenal pula dengan dengan istilah input, dan jumlah produksi selalu dikenal dengan output. Fungsi produksi selalu dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai berikut (Sukirno, 2008:195):

Q = f (K,L,R,T)

Dimana K adalah stok sejumlah modal, L adalah jumlah tenaga kerja dan ini meliputi bagai jenis tenaga kerja dengan berbagai jenis keahlian dan kewirausahaan. R adalah kekayaan alam, dan T adalah tingkat teknologi yang digunakan. Sedangkan Q adalah jumlah produksi yang dihasilkan oleh barbagai jenis faktor-faktor produksi tersebut (Sukirno, 2008:195).

Teori produksi dalam ilmu ekonomi membedakan analisisnya kepada dua pendekatan yaitu, teori produksi dengan satu faktor berubah dan teori produksi dengan dua faktor berubah (Sukirno, 2008:195). Teori produksi dalam teori


(36)

16

sederhana yaitu menggambarkan tentang hubungan di antara tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Teori produksi dengan dua faktor berubah menggambarkan bagaimana tingkat produksi akan mengalami perubahan apabila dimisalkan satu faktor produksi yaitu tenaga kerja, terus menerus ditambah tetapi faktor-faktor produksi lainnya dianggab tetap jumlahnya, yaitu tidak dapat diubah lagi (Sukirno, 2008:195).

Produksi perikanan yang diproleh baik pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik hanya memiliki nilai lebih apabila tidak hanya digunakan untuk dimakan, tetapi untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup sehari-hari (Mulyadi, 2005:51). Masalah pemasaran merupakan aspek penting dalam kehidupan nelayan pemilik dan nelayan buruh. Permasalahannya adalah akses pemasaran yang tidak dimiliki oleh pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik, terutama nelayan pemilik yang berada dilokasi pulau terpencil kondisi ini mengakibatkan ikan hasil tangkapan mudah membusuk, ssehingga ini menjadi masalah besar yang dihadapi para pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik dan juga nelayan buruh.

2.2.3. Pengertian Harga

Harga menggkoordinasikan keputusan-keputusan para produsen dan konsumen dalam sebuah pasar. Harga-harga yang lebih tinggi cenderung mengurangi pembelian konsumen dan mendorong produksi. Harga-harga yang lebih rendah mendorong konsumsi dan menghambat produksi. Harga adalah roda penyeimbangan dari mekanismen pasar (Samuelson dan Norhdaus, 2004:29).


(37)

Pasar menyediakan kemungkinan terjadinya transaksi antara pembeli dan penjual. Jumlah barang yang dijual dengan harga tertetu.

Dalam pasar persaingan sempurna, biasanya berlaku satu harga yaitu harga pasar (market price) (Pindyck dan Rubinfeld, 2003:9). Harga pasar ditetapkan oleh intraksi pembeli dan penjual. Dalam pasar persaingan sempurna biasanya hanya satu harga saja yang berlaku. Dalam pasar persaingan tidak sempurna penjual yang berbeda-beda dapat menetapkan harga yang berbeda pula. Maka harga pasar adalah harga rata-rata.

Harga suatu barang yang diperjualbelikan adalah ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar. Keseimbangan pasar tersebut terjadi apabila jumlah barang yang ditawarkan sama besar degan jumlah barang yang diminta (Sukirno, 2000:27). Hukum harga menyatakan bahwa perubahan penawaran akan menyebabkan berubahnya harga dalam arah yang berlawanan dengan asumsi permintaan tetap. Apabila permintaan tetap kenaikan penawaran akan menyebabkan penurunan harga dan sebaliknya penurunan penawaran akan menyebabkan naiknya harga.

2.3. Nelayan dan Perikanan

Analisis ekonomi masyarakat pesisir beberapa pengertian mendasar dapat dikaji dalam bentuk hubungan ekonomi kelautan diantaranya yaitu, berdasarkan pendapat Kusumanto mendefinikasikan ekonomi kelautan yaitu sebagai ilmu atau pemikiran ekonomi dalam mendayagunakan sumberdaya kelautan sebagai basis dalam mendorong pertumbuhan dan pemerataan pembangunan guna peningkatan kesejahteraan rakyat secara berkelanjutan (Apridar et al, 2011:13). Dewan


(38)

18

Kelautan Indonesia mengelompokkan ekonomi kelautan mencakup perikanan, perhubungan, energi, dan sumberdaya mineral kelautan, wisata bahari, jasa kelautan, industri kelautan, dan non keluatan (Apridar et al, 2011:13).

Perlu kita ketahui bahwa pembangunan perikanan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan, baik sebagai pengelola produksi perikanan tangkap atau nelayan pemilik dan juga nelayan buruh dengan meningkatkan produktifitasnya, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Hasil dari peningkatan produksi ini, disamping memenuhi kebutuhan protein hewani, juga untuk meningkatkan devisa negara melalui peningkatan ekspor dan penekanan impor (Reksohadiprodjo dan Pradono, 2007:118). Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan ini ialah, (1) intensifikasi, (2) ekstensifikasi, (3) diversifikasi, (4) rehabilitasi, (5) peningkatan pengadaan sarana pemasaran ikan, (6) peningkatan prasarana pelabuhan perikanan dan jaringan irigasi untuk pertambakan.

Usaha intensifikasi perikanan laut dilakukan melalui penyebaran nelayan tradisional keperairan lepas pantai dan samudera atau keperairan pantai yang lain yang potensial. Di Indonesia, modernisasi alat tangkap para nelayan tradisional didorong. Ekstensifikasi dilakukan dengan cara mengarahkan penangkapan ikan ke daerah utara, barat dan Indonesia bagian timur. Diversifikasi dilakukan dengan jalan modernisasi alat tangkap dengan melalui koperasi. Rehabilitasi ditujukan pada sarana dan prasarana penangkapan ikan. Penyuluhan dan latihan terus dilakukan, informasi pasar terus diberikan, bimbingan oleh perusahaan besar juga dilaksanakan (Reksohadiprodjo dan Pradono, 2007:118).


(39)

2.3.1 Nelayan

Secara terminolgi nelayan buruh amat jarang penggunaan dalam soal kehidupan nelayan di Indonesia. Sehingga dalam UU Perikanan No 45 Tahun 2009 hasil revisi UU No 31 Tahun 2004 tak ada terminologi yang mendekati posisi Nelayan Buruh, UU ini hanya mendefinisikan yakni

1. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan.

2. Nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton GT. 3. Pembudidaya Ikan adalah orang yang mata pencaharianya melakukan

pembudidayaan ikan

4. Pembudi Daya Ikan Kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Imron (2003) dalam Mulyadi Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergatung langsung pada hasil laut, baik dengan cara penangkapan ataupun budi daya. Mereka pada umumnya tinggal dipinggir pantai, sebuah lingkungan pemukiman yang dekat dengan lokasi kegiatan (Mulyadi, 2005:7).

Pengusaha perikanan tangkap merupakan pelaku kegiatan ekonomi yang menjalankan usahanya di sektor perikanan tangkap. Menjalankan tugas sebagai penyedia sarana penangkapan ikan, baik berupa armada (boat/kapal) alat tangkap dan modal. Para pengusaha perikanan tangkap ada yang hanya sebatas penyedia


(40)

20

sarana penangkapan ikan dan ada juga yang ikut langsung dalam proses penangkapan ikan di laut atau disebut nelayan pemilik. Penelitian Kusumawati at al (2010) usaha penangkapan ikan merupakan suatu kegiatan ekonomi sehingga dalam menjalankan aktifitasnya selalu didasarkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan ekonomi agar usaha yang dijalankan dapat menghasilkan keuntungan. Salah satu prinsip-prinsip ekonomi adalah efisiensi.

Selain itu juga nelayan merupakan bagian dari unit penangkapan ikan yang sangat memegang peranan penting dalam mengoperasikan suatu alat tangkap ikan karena keberhasilan suatu operasi penangkapan ikan sangat ditentukan oleh keahlian nelayan. Unit penangkapan ikan terdiri dari 3 (tiga) komponen yaitu kapal perikanan, alat tangkap, dan nelayan (Danial, 2007).

Secara terminologi Nelayan di Indonesia juga di klasifikasikan sebagai Nelayan Buruh, kehidupan nelayan buruh di Indonesia semakin terjepit akibat tidak mendapat perlindungan yang baik secara sosial, ekonomi maupun hukum. Nelayan buruh dianggab bukan bagian dari komunitas yang amat berperan dalam penggeloan sumberdaya perikanan di Indonesia. Penyebutan sebagai Anak Buah Kapal (ABK) hanya angin surga padahal mereka tetaplah buruh, mereka butuh jaminan perlindungan sosial, kesehatan dan hukum dari negara kerana itu amanat dari UUD 1945 (Apridar et al, 2011:90).

Penelitian Sabian Ustman (2007) dalam Apridar et al menggolonggkan karakteristik masyarakat nelayan di tinjau dari sudut pandang kepemilikan aset berupa faktor produksi dan teknologi menjadi:


(41)

1. Nelayan yang tidak memiliki alat produksi berupa kelotok atau pukat beserta segala perangkatnya, digolonggkan sebagai nelayan buruh (anak buah) sehingga pekerjaan diatur oleh juragan.

2. Pengusaha perikanan tangkap atau nelayan yang memiliki alat produksi kelotot atau pukat beserta segala perangkatnya yang disebut juragan, sementara yang menanamkan investasi (pemodal) disebut penampung. Mereka ini tidak termasuk nelayan yang bekerja/mengantungkan dirinya pada pekerjaan nelayan.

Kusnadi dalam Apridar et al menyatakan bahwa nelayan buruh adalah masyarakat miskin yang dominan di desa-desa nelayan. Faktor kemiskinan inilah yang mendorong mereka terlibat dalam jaringan utang piutang yang kompleks di komunitasnya (Apridar et al, 2011:92).

Sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan atau benang merah soal karakteristik nelayan buruh yakni:

a) Tidak memiliki faktor produksi (kalap dan alat tangkap) dan mengoperasikan alat tangkap yang bukan miliknya

b) Bermodalkan tenaganya dalam proses penangkapan ikan

c) Bekerja pada pemiliki faktor produksi (juragan/bos)

d) Berpendidikan rendah

e) Minim dan tidak miliki informasi akses pasar

f) Terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan bermukim di desa – desa miskin

g) Memiliki ketergantungan ekonomi secara permanen terhadap pemiliki modal


(42)

22

Pada dasarnya penggolongan masyarakat nelayan dapat ditinjau dari tiga sudut pandang.

1. Dari segi pengusaan alat-alat produksi atau peralatan tangkap (perahu, jaring, dan perlengkapan lainnya.) struktur masyarakata nelayan terbagi dalam kategori nelayan pemilik (alat-alat produksi) dan nelayan buruh. Nelayan buruh tidak memiliki alat-alat produksi. Dalam kegiatan produksi sebuah unit perahu, nelayan buruh hanya menyumbangkan tenaganya dengan memperoleh hak-hak yang sangat terbatas

2. Ditinjau dari tingkat skala investasi modal usahanya struktur masyarakat nelayan terbagi kedalam kategori nelayan besar dan nelayan kecil. Disebut nelayan besar karena jumlah modal yang diinvestasikan dalam usaha perikanan relatif banyak, sedangkan pada nelayan kecil malah sebaliknya.

3. Dipandang dari segi tingkat teknologi yang digunakan, masyarakat nelayan terbagi kedalam nelayan modern dan nelayan tradisional. Nelayan modern menggunakan teknologi penangkapan ikan yang lebih canggih dibandingkan dengan nelayan tradisional.

Berdasarkan uraian diatas nelayan buruh dapat bekerja pada unit-unit penangkapan ikan yang dimiliki nelayan besar atau nelayan modern dan nelayan kecil dan atau nelayan tradisional. Sekalipun demikian nelayan buruh yang bekerja pada unit-unit penangkapan ikan yang lebih modern atau canggih, seperti perahu sleret (one boat purse seine), yang digunakan untuk menanggkap jenis-jenis ikan pelagis, tidak mesti lebih baik tingkat kesejahteraan hidupnya dibandingkan dengan nelayan buruh yang bekerja pada unit-unit penangkapan


(43)

tradisional, seperti sampan pancing, yang digunakan untuk menangkap ikan tongkol, cakalang, dan layang (pelagic fish) atau perahu jaring senar, yang dipakai untuk menangkap jenis-jenis ikan dasar (demersal fish).

Ketimpangan sistem bagi hasil antara nelayan pemilik dangan nelayan buruh lebih besar terjadi pada unit-unit penangkapan yang lebih canggih/modern, sehingga kecendrungan ini sangat merugikan nelayan buruh. Data dan sebagian hasil studi yang ada selama ini telah menunjukkan bahwa dibandingkan dengan nelayan pemilik, tingkat kehidupan sosial ekonomi nelayan buruh sangat rendah dan bahkan dapat dikatakan sebagai lapis sosial yang paling miskin di desa-desa pesisir (Kusnadi, 2006:4).

2.3.2. Stuktur Ekonomi Masyarakat Nelayan

Struktur sosial ekonomi masyarakat nelayan oleh sebagian besar orang termasuk para birokrat, dilihat dari suatu yang homogen, seragam dan sebangun ini bisa dilihat sebagimana mereka memperlakukan masyarakat nelayan secara seragam melalui berbagai program seragam yang diluncurkan bagi masyarakat nelayan. Pandangan keliru ini terutama pada masa Orde Baru, paradigma dan berpikir dan berpraksis negara bersifat sentralis, homogen dan hirarkis.

Kenyataannya masyarakat nelayan beraneka ragam dalam berbagai dimensi, dilihat dimensi pekerjaan, masyarakat nelayan terdiri atas 2 (dua) kelompok, yaitu kelompok yang terikat (langsung) dan yang tidak terikat dengan aktifitas kelautan/perikanan. Kelompok yang terikat (langsung) dengan aktifitas kelautan/perikanan terdiri dari 2 (dua) sub kelompok yaitu: sub kelompok

pencari/penangkap hasil kelautan/perikanan dan pembudidaya hasil


(44)

24

alat produksi /tangkap seperti toke, juragan, bos atau nama lain. Mereka juga beragam, bisa berada pada lapisan atas, menengah atau bawah. Kemudian juga masuk didalamnya nelayan pekerja (buruh), nelayan mandiri, dan pedagang ikan (kecil, menengah dan besar). Selanjutnya pembudidaya hasil kelautan/perikanan mencakup alat produksi pekerja (buruh), nelayan pembudidaya mandiri, dan pedagang hasil budidaya kelautan/perikanan (kecil, menengah dan besar). Kelompok yang tidak terikat (langsung) dengan aktifitas kelautan/perikanan seperti pada gang/pemilik warung makanan, pedagang kebutuhan sehari – hari, petugas koperasi dan sebagainya. Pada umumnya masyarakat nelayan yang menyelesaikan pendidikan menengah dan tinggi berasal dari kelompok pembudidaya hasil kelautan/perikanan, sebagian juga berasal dari dari para juragan pemilik alat produksi/alat tangkap ikan (Damsar dan Elfina, 2005).

2.3.3. Modal Awal Produksi Perikanan Tangkap

Modal produksi perikanan tangkap adalah biaya produski nelayan pemilik maupun nelayan buruh selama melaut. Biaya produksi atau bisa disebutkan ongkos produksi terdiri dari dua kategori, yaitu biaya produksi berupa pengeluaran nyata (actuali cost) dan ongkos yang tidak merupakan pengeluaran nyata (inputed cost) (Mulyadi, 2005:88).

Pengeluran nyata ada yang kontan dan ada yang tidak kontan. Pengeluran kontan adalah bahan bakar dan oli, bahan pengawet (es dan garam), pengeluaran untuk makanan/konsumsi nelayan, pengeluaran untuk reparasi dan pengeluaran untuk retribusi pajak. Pengeluaran tidak kontan adalah gaji/upah nelayan anak buah kapal (ABK) yang umumnya bersifat bagi hasil dan dibayar sesudah hasil tangkapan dijual. Pengeluaran tidak nyata lainnya penyusutan dari kapal (boat),


(45)

mesin-mesin dan alat-alat tangkap. Pengeluaran ini hanya merupakan penilaian yang tidak pasti, yang dilakukan disini hanya taksiran kasar.

2.3.4. Teknologi Penangkapan Ikan

Teknologi penangkapan ikan oleh para nelayan di indonesia pada umumnya masih mengalami keterbatasan teknologi dalam penangkapan ikan (Mulyadi, 2005:50). Alat tangkap yang digunakan masih sangat sederhana, sehingga wilayah tangkapan masih sangat terbatas hanya sekitar diperairan pantai. Hal ini terkecuali jika pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik bersedia mengeluarkan biaya yang besar untuk meningkatkan teknologi yang lebih modern dalam penangkapan ikan.

Rendahnya teknologi penangkapan ikan mengakibatkan hasil tangkapan menjadi terbatas, dengan kesederhanaan alat tangkap yang dimiliki, pada musim tertentu tidak ada tangkapan yang bisa diperoleh. Kondisi ini merugikan nelayan karena secara riil rata-rata pendapatan perbulan menjadi lebih kecil. Namun apabila teknologi yang digunakann lebih modern itu tidak terlepas dari peran pihak ketiga dalam proses produski perikanan tangkap, sehingga ini akan menekan harga produksi perikanan tangkap.

2.3.5. Pasar Produksi Perikanan

Dalam suatu komunitas nelayan biasanya terdiri dua kelompok besar, yaitu kelompok produsen (para penangkap ikan) dalam kelompok pemasaran (para pedagang yang membeli dan menjual kembali ikan hasil tangkapan nelayan). Dalam hal ini kelompok pemasaran dapat dikatakan sebagai institusi yang menjebatani antara nelayan dengan pasar. Sementara itu kelompok produsen dapat


(46)

26

dibedakan menjadi nelayan pemilik perahu dan peralatan perikanan (juragan) serta nelayan yang bekerja sebagai buruh nelayan (Mulyadi, 2005:79).

Dewasa ini, hubungan hutang-piutang berdampak pada ketergantungan secara ekonomi dengan mudah dapat dilihat pada hampir semua masyarakat nelayan. Pada awalnya hubungan tersebut masih bersifat mutualisme, dalam arti nelayan sebagi klien membutuhkan pertolongan ekonomi dari patron pada saat paceklik. Sebaliknya pengusaha perikanan tangkap atau nelayan pemilik harus menjual ikan hasil tangkapannya pada patronnya. Pada tahap-tahap awal harga yang ditetapkan oleh patron terhadap ikan hasil tangkapan kliennya masih cukup memadai, tetapi lama kelamaan dengan berbagai alasan harga tersebut seringkali terus merosot. Kalau dominasi patron ini sudah sangat mencengkram kliennya, hubungan yang terjalin kemudian lebih tepat dikatakan sebagai bentuk eksploitasi (Mulyadi, 2005:81).

Kondisi semacam itu tetap lebih baik bagi nelayan pemilik meskipun berada dalam ketergantungan, tetapi hidupnya tetap terjamin bila sedang menghadapi masa paceklik ikan atau kebutuhan ekonomi yang mendesak. Adapun alternatif pinjaman dari sumber lain seperti koperasi atau bank, sangat sulit karena koperasi atau bank cenderung tidak mempercayai nelayan pemilik kalaupun dipercaya, diperlukan prosedur yang rumit serta agunan yang jelas, disamping hambatan status sosial diantara petugas dan peminjam (Mulyadi, 2005:82).

2.3.6. Strategi dan Indikator Pemberdayaan Masyarakat Nelayan

Strategi dalam pemberdayaan masyarakat nelayan yang dikembangkan untuk mencapai tujuan secara optimal. Masyarakat nelayan membuka diri terhadap partisipasi pihak-pihak lain, seperti swasta, LSM, atau perguruan tinggi


(47)

yang memiliki kepedulian terhadap masyarakat pesisir diantaranya yaitu: (Kusnadi, 2007:24)

1. Masyarakat nelayan yang diposisikan dan diperlakukan sebagai subjek pemberdayaan karena merekalah yang nantinya akan pelaku aktif atau aktor utama pembangunan di daerahnya, pemberdayaan masyarakat diletakkan sebagai mediator dan fasilitator pemberdayaan.

2. Kegitan pemberdayaan pada masyarakat nelayan bukan bersifat fisik, seperti membangun atau membantu fasilitas sarana dan prasarana ekonomi dan sosial, melainkan labih ditekankan pada kegiatan nonfisik karena substansi pemberdayaan diarahkan sepenuhnya untuk investasi pembangunan sumber daya manusia yang dalam jangka panjang.

3. Kegiatan pemberdayaan ini berbasis kelembagaan sosial ekonomi kerakyatan, serta bertujuan memperkuat eksistensi kelembagaan/organisasi sosial ekonomi.

4. Kegiatan pemberdayaan bersifat berkelanjutan, minimal 3 (tiga) tahun yang dilaksanakan secara terus–menerus disertai dengan pendampingan instensiif dan target pencapaian tujuan yang lebih jelas.

5. Tujuan kegiatan pemberdayaan akan tercapai dengan lancar apabila didukung oleh jaringan kemitraan yang luas. Artinya pembangunan sosial ekonomi masyarakat. Pencapain hasil yang optimal jika di dukung kebijakan pemerintah, partisipasi pihak swasta (pengusaha), keterlibatan lembaga perbankan, dan kotribusi dari pihak lain yang peduli terhadap pengembangan pembagunan masyarakat dikawasan pesisir.


(48)

28

Sehingga pemberdayaan masyarakat nelayan merupakan sebuah proses sosial yang cukup panjang untuk memcapai tujuan. Disamping sebagai proses sosial, pemberdayaan adalah strategi, sarana, fasilitas, media atau instrumen lain.

Adapun strategi pembangunan masyarakat nelayan yaitu membantu masyarakat untuk dapat membangun dan berkembang atas kemampuan dan kekuatan sendiri, dengan mendasarkan pada pengembangan potensi alam lingkungannya, adapun kebijakan yang diambil dalam pembangunan masyarakat nelayan meliputi: (Mulyadi, 2005:127)

1. Program masyarakat nelayan diarahkan untuk mencegah dan meniadakan kemiskinan dan kesengsaraan yang dapat terjadi di kalangan masyarakat. Untuk itu perlu selalu dilakukan usaha – usaha untuk memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan hidup minimum, sehingga dapat terpenuhinya kebutuhan ini akan dapat mendorong masyarakat desa untuk selanjutnya tumbuh dan berkembang dengan kekuatan sendiri/madiri.

2. Mendorong dan meningkatkan aktivitas, kreatifitas, prestasi dan partisipasi, masyarakat dalam pembangunan.

3. Usaha menghapus kemiskinan di kalangan masyarakat perlu diusahakan peningkatan sumber daya alam, swadaya serta produktivitas masyarakat guna dapat menciptakan kehidupan ekonomi yang berdampak pada penciptaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan dan taraf hidup masyarakat.

4. Meningkatkan dan memanfaatkan peranan lembaga – lembaga masyarakat yang berfungsi sebagai wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan.


(49)

5. Pembangunan masyarakat nelayan diarahkan untuk lebih mengutamakan desa dengan masyarakat yang relatif miskin, masyarakat terpencil, masyarakat diwilayah kritis, wilayah pantai, kepulauan, perbatasan dan sebagainya.

2.3.7. Kemitraan Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan yang melakukan kerjasama dalam bentuk Co Management dan CBCR. Co Management perikanan dapat dirumuskan sebagai pengaturan kemitraan kedinasan pemerintah, nelayan, LSM dan stakeholder lainnya (pedagang ikan, pemilik boat, para pengusaha dan sebaginya) berbagi tanggung jawab dan otoritas untuk melakukan manajemen perikanan.

Co Management meliputi berbagai bentuk kemitraan dan tingkat pembagian kekuasaan dan keterpaduan lokal (informal, tradisional, adat istiadat) dengan sistem manajemen pemerintahan terpusat ataupun otonomi daerah sedangkan Community Based Coastral Resource Management (CBCRM) ialah cental Co Management sebagai proses dimana masyarakat pantai sendiri diberikan peluang untuk tanggung jawab mengatur sumber daya alam pantai yang mendaftarkan sendiri kebutuhannya serta menentukan arah dan tujuan aspirasinya, (Mulyadi, 2005:123).

Menurut Sajise (1995) dalam Mulyadi (2005:124) Community Based Coastral Resource Management (CBCRM) sebagai pendekatan yang menitikberatkan kemampuan masyarakat serta tanggung jawab mereka mengelola sumber daya alam pentai. Pada dasarnya pendekatan tersebut ialah memberdayakan masyarakat, meningkatkan produktivitas sumber daya alam agar proses pembangunan dapat diwujudkan.


(50)

30

Co Management meliputi aneka ragam kemitraan dan jenjang keterpaduan antara berbagai kekuasaan dan integrasi antara masyarakat lokal (intelektual dan pengetua adat istiadat) dan sistem pemerintahan pusat dan daerah. Jumlah tanggung jawab dan kewenangan yang dikuasai oleh pemerintah dan masyarakat nelayan akan tergantung atas kondisi – kondisi lokal daerah masing – masing (Mulyadi, 2005:125).

2.3.8. Kebijakan Pemerintah

Salah satu akar kemiskinan masyarakat nelayan adalah keterbatasan mengakses permodalan yang ditunjang oleh kultur kewirausahaan yang tidak kondusif yang dilandasi dengan sifat usaha yang individual, tradisional dan subsistem. Kebijakan pemerintah Dahuri (2004) dalam (Mulyadi, 2005:139) adalah sebagai berikut:

1. Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (PPEM)

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat yang disingkat PPEM yang setiap tahapan kegiatan mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai pengawasan. Usaha yang didanai dan dikembangkan dalam program PPEM diproritaskan pada jenis usaha yang dapat memanfaatkan sumber daya pesisir dan laut serta usaha lainnya yang terkait. Jenis usahannya seperti penangkapan, budidaya, pengolahan hasil perikanan, pengadaan bahan alat perikanan, BBM, es, serta pupuk dan obat-obatan.

2. Program COFISH

COFISH merupakan proyek pembangunan masyarakat pantai/nelayan dan pengelolaan sumber daya perikanan yang bertujuan untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya perikanan dengan cara mengurangi kegiatan


(51)

penangkapan ikan yang merusak dan berlebihan, memperbaiki mutu sumberdaya perikanan serta habitatnya.

3. Program PUPTSK

Program Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap Skala Kecil (PUPTSK) berorientasi pada upaya untuk memberdayakan nelayan kecil, menengah berserta anggotanya di lokasi Pelabuhan Perikanan, di Indonesia seperti meningkatkan produksi dan produktivitas yang optimal, meningkatkan mutu dan pengolahan ikan serta pemasaran.

4. Program KUB

Program Kelompok Usaha Bersama (KUB) adalah suatu kelompok yang melakukan kegiatan usaha dibidang perikanan berdasarkan hasil kesepakatan atau musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh kepentingan kebutuhan keinginan bersama.

2.3.9. Partisipasi Lembaga Keuangan

Kerja sama Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) dengan lembaga keuangan dalam hal ini dicontohkan lembaga keuangan adalah PT. Bank Bukopin yang berkaitan dengan tindak lanjut program PPEM dimasa yang akan datang. Selain itu ada bentuk kerjasama yang dilakukan oleh departemen kelautan dan perikanan (DKP) dengan lembaga keuangan lainnya yaitu PT. Permodalan Nasional Madani (PNM) dalam hal ini berperan sebagai pemberi tambahan modal bagi operasional Bank Perkreditan Rakyat (BPR), ada juga bentuk kerja sama lainnya yang di lakukan oleh departemen kelautan dan perikanan (DKP) dengan PT. Bank Mandiri dalam bentuk Kredit Mina Mandiri (KMM) yang dilaksanakan


(52)

32

dalam upaya untuk menyediakan modal usaha masyarakat pesisir terutama segmen mengah keatas (Mulyadi, 2005:147).

2.3.10.Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan

Dalam mengukur kesejahteraan nelayan dilihat dari pendapatan yang diperoleh nelayan dipengaruhi oleh beberapa faktor Sujarno (2008) ada tiga faktor lain yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan yaitu :

1. Teknologi

Teknologi terkait dengan peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin, jaring dan pancing. Peralatan atau Biaya nelayan adalah nilai dari peralatan yang digunakan seperti harga perahu, harga peralatan penangkapan ikan, dan bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan dirumah. Ini merupakan

input bagi nelayan dalam melaut (menangkap ikan). Selain itu jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaut.

2. Sosial Ekonomi

Beberapa faktor sosial ekonomi adalah usia, pendidikan, pengalaman, peralatan, keikutsertaan dalam organisasi nelayan, dan musim. Usia mempengaruhi pendapatan nelayan karena seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas yang dapat disebut nelayan. Pendidikan yang ditempuh nelayan juga menjadi faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan. Pengalaman menentukan keterampilan nelayan dalam melaut, semakin terampil nelayan maka hasil tangkapan cenderung semakin baik. Faktor kepemilikan peralatan yang digunakan nelayan apakah nelayan memiliki peralatan sendiri atau tidak. Apabila nelayan tidak memiliki peralatan sendiri dan hanya menerima gaji, maka


(1)

4 (Constant) -1,012E8 12940611,705 -7,823 ,000

Modal Sekali Melaut 1,489 ,350 ,142 4,256 ,000

D1 Teknologi <5GT 17105869,064 7494477,931 ,067 2,282 ,024 D2 Teknologi 5-10GT 8685995,512 5421521,838 ,046 1,602 ,112 D5 Teknologi 30-50GT -11241910,818 7122772,502 -,032 -1,578 ,117 Lembaga keuangan -1194402,364 628344,688 -,036 -1,901 ,060

Produksi Perikanan 7663,870 273,294 ,946 28,043 ,000

Harga Ikan 7463,722 636,926 ,246 11,718 ,000

5 (Constant) -96880698,769 12721617,631 -7,615 ,000

Modal Sekali Melaut 1,415 ,349 ,135 4,057 ,000

D1 Teknologi <5GT 15374688,673 7459316,590 ,060 2,061 ,041 D2 Teknologi 5-10GT 7710936,321 5419292,698 ,041 1,423 ,157 Lembaga keuangan -1192003,369 632202,440 -,036 -1,885 ,062

Produksi Perikanan 7576,045 269,212 ,935 28,142 ,000

Harga Ikan 7283,318 630,435 ,240 11,553 ,000

6 (Constant) -92274399,901 12354364,789 -7,469 ,000

Modal Sekali Melaut 1,215 ,321 ,116 3,790 ,000

D1 Teknologi <5GT 8499494,543 5706582,034 ,033 1,489 ,139 Lembaga keuangan -1086661,600 630483,337 -,033 -1,724 ,087

Produksi Perikanan 7422,786 247,760 ,916 29,960 ,000

Harga Ikan 7392,050 628,408 ,244 11,763 ,000

7 (Constant) -90881585,587 12379784,100 -7,341 ,000

Modal Sekali Melaut 1,106 ,314 ,105 3,526 ,001

Lembaga keuangan -985697,788 629925,475 -,030 -1,565 ,120

Produksi Perikanan 7353,043 244,497 ,908 30,074 ,000

Harga Ikan 7441,729 630,623 ,245 11,801 ,000

8 (Constant) -1,048E8 8679824,418 -12,071 ,000

Modal Sekali Melaut 1,087 ,315 ,104 3,448 ,001

Produksi Perikanan 7345,916 245,878 ,907 29,876 ,000

Harga Ikan 7541,002 631,077 ,249 11,949 ,000


(2)

Excluded Variablesi

Model Beta In t Sig.

Partial Correlation

Collinearity Statistics Tolerance

1 D3 Teknologi 10-20GT .a . . . ,000

2 D3 Teknologi 10-20GT .b . . . ,000

Tempat Pelelangan Ikan ,006b ,307 ,760 ,028 ,797

3 D3 Teknologi 10-20GT ,014c ,555 ,580 ,051 ,518

Tempat Pelelangan Ikan ,005c ,245 ,807 ,023 ,807

D4 Teknologi 20-30GT -,013c -,555 ,580 -,051 ,592

4 D3 Teknologi 10-20GT ,021d ,804 ,423 ,073 ,534

Tempat Pelelangan Ikan ,014d ,681 ,497 ,062 ,886

D4 Teknologi 20-30GT -,019d -,804 ,423 -,073 ,610

Pengalaman -,030d -1,515 ,132 -,138 ,893

5 D3 Teknologi 10-20GT ,027e 1,053 ,294 ,096 ,549

Tempat Pelelangan Ikan ,013e ,671 ,504 ,061 ,886

D4 Teknologi 20-30GT -,002e -,108 ,914 -,010 ,725

Pengalaman -,028e -1,407 ,162 -,127 ,896

D5 Teknologi 30-50GT -,032e -1,578 ,117 -,143 ,844

6 D3 Teknologi 10-20GT -,001f -,069 ,945 -,006 ,903

Tempat Pelelangan Ikan ,011f ,565 ,573 ,051 ,891

D4 Teknologi 20-30GT -,004f -,180 ,857 -,016 ,727

Pengalaman -,029f -1,464 ,146 -,132 ,898

D5 Teknologi 30-50GT -,028f -1,396 ,165 -,126 ,855

D2 Teknologi 5-10GT ,041f 1,423 ,157 ,128 ,425


(3)

7 D3 Teknologi 10-20GT -,007g -,334 ,739 -,030 ,934

Tempat Pelelangan Ikan ,013g ,668 ,506 ,060 ,895

D4 Teknologi 20-30GT -,001g -,047 ,963 -,004 ,733

Pengalaman -,027g -1,340 ,183 -,120 ,903

D5 Teknologi 30-50GT -,025g -1,238 ,218 -,111 ,863

D2 Teknologi 5-10GT ,003g ,114 ,910 ,010 ,733

D1 Teknologi <5GT ,033g 1,489 ,139 ,134 ,712

8 D3 Teknologi 10-20GT -,006h -,315 ,753 -,028 ,934

Tempat Pelelangan Ikan ,004h ,215 ,830 ,019 ,967

D4 Teknologi 20-30GT ,002h ,098 ,922 ,009 ,740

Pengalaman -,016h -,834 ,406 -,075 ,981

D5 Teknologi 30-50GT -,026h -1,264 ,208 -,113 ,863

D2 Teknologi 5-10GT ,002h ,082 ,935 ,007 ,733

D1 Teknologi <5GT ,029h 1,301 ,196 ,117 ,721


(4)

a. Predictors in the Model: (Constant), Harga Ikan, D4 Teknologi 20-30GT, Lembaga keuangan, D1 Teknologi <5GT, D5 Teknologi 30-50GT, Tempat Pelelangan Ikan, Pengalaman, D2 Teknologi 5-10GT, Modal Sekali Melaut, Produksi Perikanan

b. Predictors in the Model: (Constant), Harga Ikan, D4 Teknologi 20-30GT, Lembaga keuangan, D1 Teknologi <5GT, D5 Teknologi 30-50GT, Pengalaman, D2 Teknologi 5-10GT, Modal Sekali Melaut, Produksi Perikanan c. Predictors in the Model: (Constant), Harga Ikan, Lembaga keuangan, D1 Teknologi <5GT, D5 Teknologi 30-50GT, Pengalaman, D2 Teknologi 5-10GT, Modal Sekali Melaut, Produksi Perikanan

d. Predictors in the Model: (Constant), Harga Ikan, Lembaga keuangan, D1 Teknologi <5GT, D5 Teknologi 30-50GT, D2 Teknologi 5-10GT, Modal Sekali Melaut, Produksi Perikanan

e. Predictors in the Model: (Constant), Harga Ikan, Lembaga keuangan, D1 Teknologi <5GT, D2 Teknologi 5-10GT, Modal Sekali Melaut, Produksi Perikanan

f. Predictors in the Model: (Constant), Harga Ikan, Lembaga keuangan, D1 Teknologi <5GT, Modal Sekali Melaut, Produksi Perikanan

g. Predictors in the Model: (Constant), Harga Ikan, Lembaga keuangan, Modal Sekali Melaut, Produksi Perikanan

h. Predictors in the Model: (Constant), Harga Ikan, Modal Sekali Melaut, Produksi Perikanan i. Dependent Variable: Pendapatan Pengusaha Perikanan/Nelayan Pemilik


(5)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value -26086060,0000 2,9279E8 1,1806E8 78338112,11885 128 Std. Predicted

Value

-1,840 2,230 ,000 1,000 128

Standard Error of Predicted Value

1579778,875 7294425,000 2849961,594 1058427,612 128 Adjusted Predicted

Value

-29511072,0000 2,9066E8 1,1823E8 78403285,35832 128 Residual -66575252,00000 62521392,00000 ,00000 16985336,52979 128

Std. Residual -3,873 3,637 ,000 ,988 128

Stud. Residual -4,211 3,735 -,005 1,031 128

Deleted Residual -78703216,00000 65946404,00000 -164699,34223 18532863,02094 128 Stud. Deleted

Residual

-4,530 3,949 -,007 1,066 128

Mahal. Distance ,080 21,877 2,977 3,452 128

Cook's Distance ,000 ,873 ,025 ,110 128

Centered Leverage Value

,001 ,172 ,023 ,027 128


(6)

Charts