Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

53
PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TONGKOL KOMO (Euthynnus affinis Cantor 1849) YANG DIDARATKAN DI KUD GABION PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA
BELAWAN SUMATERA UTARA
OLEH: FEBRINA RAHMADANTI PUTRI
110302042
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

54
PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TONGKOL KOMO (Euthynnus affinis Cantor 1849) YANG DIDARATKAN DI KUD GABION PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA
BELAWAN SUMATERA UTARA SKRIPSI OLEH:
FEBRINA RAHMADANTI PUTRI 110302042
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

55
PERTUMBUHAN DAN LAJU EKSPLOITASI IKAN TONGKOL KOMO (Euthynnus affinis Cantor 1849) YANG DIDARATKAN DI KUD GABION PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA
BELAWAN SUMATERA UTARA
SKRIPSI

FEBRINA RAHMADANTI PUTRI 110302042
Skripsi Sebagai Satu diantara Beberapa Syarat untuk dapat Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015
Universitas Sumatera Utara

LEMBAR PENGESAHAN

56

Judul Penelitian
Nama Mahasiswa NIM Program Studi

: Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara
: Febrina Rahmadanti Putri
: 110302042
: Manajemen Sumberdaya Perairan

Disetujui Oleh Komisi Pembimbing


Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. Ketua
Mengetahui

Desrita, S.Pi, M.Si Anggota

Dr. Ir. Yunasfi, M.Si Ketua Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan

Universitas Sumatera Utara

57
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Febrina Rahmadanti Putri NIM : 110302042 menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul “Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affnis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara” adalah hasil karya saya dan bukan merupakan duplikasi sebagian atau seluruhnya dari karya orang lain, kecuali bagian yang sumber informasi dicantumkan.
Pernyataan ini dibuat dengan sebenar-benarnya secara sadar dan bertanggung jawab dan saya bersedia menerima sanksi pembatalan skripsi apabila terbukti melakukan duplikasi terhadap skripsi atau karya ilmiah orang lain yang sudah ada.
Medan, Agustus 2015
Febrina Rahmadanti Putri NIM. 110302042
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

58


FEBRINA RAHMADANTI PUTRI. Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara. Dibimbing oleh DARMA BAKTI dan DESRITA.
Ikan Tongkol Komo satu diantara komoditas perikanan di Medan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan ini merupakan ikan yang laris di pasar lokal, sehingga menjadi target utama penangkapan. Namun, hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap populasi ikan Tongkol Komo. Penelitian ini dilakukan di KUD Gabion pada bulan November 2014 sampai April 2015, yang bertujuan untuk mengkaji pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan, faktor kondisi, dan laju eksploitasi guna memberikan suatu usulan pengelolaan yang sesuai bagi sumberdaya ikan tersebut. Data primer adalah Ikan Tongkol Komo yang diamati sebanyak 371 sampel untuk diukur pengukuran panjang total dan bobot basah, sedangkan data sekunder adalah data suhu permukaan laut. Kelompok ukuran ikan dipisahkan dengan metode Bhattacarya dalam software FISAT II. Pendugaan parameter pertumbuhan Von Bertalanffy dimana panjang asimtotik (L∞) = 628,95 mm, Koefisien pertumbuhan (K) = 0,24 per tahun dan umur saat panjang nol (t0) = -0,30 dari rumus empiris Pauly. Kemudian didapat persamaan pertumbuhan ikan Tongkol Komo adalah Lt = 628,95 (1‐e [-0,24(t+0,30)]). Nilai b didapat dari hubungan panjang bobot ikan Tongkol Komo 2,963. Pola pertumbuhan ikan Tongkol Komo berupa alometrik negatif dengan persamaan pertumbuhan W=0,00002L2,963. Nilai tertinggi dan terendah faktor kondisi 0,40 dan 2,11. Laju mortalitas total (Z) ikan Tongkol Komo 2,097 per tahun dengan laju mortalitas alami (M) 0,30 per tahun dan laju mortalitas penangkapan 1,79 per tahun sehingga diperoleh laju eksploitasi 0,85 dan nilai laju eksploitasi ini telah melebihi nilai eksploitasi optimum 0,5.
Kata Kunci : Ikan Tongkol Komo, Panjang-bobot, Pola Pertumbuhan, Faktor Kondisi, Mortalitas, Selat Malaka.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

59

FEBRINA RAHMADANTI PUTRI. Growth and the Rate of Exploitation Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis Cantor 1849) Landed on KUD Gabion Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara. Under the supervision of DARMA BAKTI dan DESRITA.
Eastern Little Tuna is one of fisheries commodity that has high economic value in Medan. This type of fish is the most demand in the local market, thus it becomes the main target catch for fisherman. However, that activity has negative impact for the population of Eastern Little Tuna. This study was done at KUD Gabion on November 2014 until April 2015, and the aims were to study about the growth pattern, growth parameter, factor condition, and also the rate of exploitation in order to provide appropriate management model for the fish resource. The primary data is the total length and wet weight of 371 samples of Eastern Little Tuna, while the secondary data is the temperature of sea surface. The cohort length of fish is separated by Bhattacarya method in FISAT II software. The Von Bertalanffy growth parameters estimated were asymtotic length (L∞) = 628,95 mm, growth coefficient (K) = 0,24 year-1 and the age at zero length (t0) = -0,30 from Pauly’s empirical equation. Then, the growth equation for Eastern Little Tuna is Lt = 628.95 (1‐e[-0.24(t+0,30)]), whereas value of b obtained from relations of lenght – weight Eastern Little Tuna is 2,963. A growth pattern of Eastern Little Tuna is negative allometric with an equation growth W=0,00002L2,963. The highest and the lowest value of factor condition are 0,40 and 2,11. The rate of total mortality (Z) Eastern Little Tuna is 2,097 year-1 with natural mortality rate (M) 0,30 year-1 and fishing mortality rate (F) 1,79 year-1 thus the rate of exploitation is obtained with the amount 0,85 and the value of this exploitation rate has exceeded the value of the optimum exploitation, which is 0,5.
Keywords : Eastern Little Tuna, Length-Weight, Growth, Factor Condition, Mortality, Malacca Strait.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

60


Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara” sebagai satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih : 1. Orang tua dan keluarga besar Hartoyo yang selalu memberikan doa dan
dukungan baik dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Desrita, S.Pi, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Yunasfi, M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan dan Pindi Patana, S.Hut, M.Sc. selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan serta seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Manajemen Sumberdaya Perairan. 4. Pegawai Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan yang telah memberikan izin sehingga penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan penelitian di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Medan Belawan, Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

61 5. Seluruh teman-teman MSP 2011 yang telah membantu kelancaran penelitian
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Sahabat-sahabat khususnya untuk Henny Magdalena Simamora, Larissa
Amanda Indianti Siahaan, Ika Putri Diniati, Anggun Dyah Prameswari, Devita Rachmaghnia, dan Anindia Aulia Pratiwi.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan penelitian ini. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan dari berbagai pihak guna mendapatkan hasil yang lebih baik. Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua yang membaca, khususnya dibidang pengelolaan sumberdaya perairan dan perikanan.
Medan, Juni 2015 Penulis
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

62

Penulis dilahirkan di Jakarta, pada tanggal 28 Februari 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Sulasno, SE. dan Ibu Yulisnawati, SE. Pendidikan pertama penulis dimulai di SD Negeri 02 Pagi Jakarta pada tahun 1998 – 2004. Kemudian dilanjutkan di SMP Negeri 51 Jakarta pada tahun 2004 – 2007 dan terakhir menyelesaikan pendidikannya di SMA Negeri 71 Jakarta pada tahun 2007 – 2010. Penulis diterima di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara pada tahun 2011 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Pada bulan Juli – Agustus 2014 penulis melaksanakan kegiatan praktek kerja lapangan (PKL) di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT) Sukabumi, Jawa Barat. Selama masa perkuliahan, penulis aktif sebagai anggota Ikatan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (IMMASPERA) dan sebagai Asisten Praktikum Fisika Kimia Perairan tahun 2013 sampai dengan tahun 2015, Asisten Praktikum Dinamika Populasi Ikan pada tahun 2014 dan Asisten Praktikum Biologi Perikanan pada tahun 2015 di Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.


Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

63

Halaman

KATA PENGANTAR ..................................................................................

i

DAFTAR ISI..................................................................................................

ii

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................

iii


PENDAHULUAN Latar Belakang .................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................ Kerangka Pemikiran............................................................................ Tujuan Penelitian ................................................................................ Manfaat Penelitian ..............................................................................

1 3 4 5 5

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Tongkol Komo............................................................................ Habitat dan Distribusi Ikan Tongkol Komo ...................................... Alat Tangkap Ikan Tongkol Komo .................................................... Hubungan Panjang dan Bobot ............................................................ Pertumbuhan........................................................................................ Faktor Kondisi..................................................................................... Mortalitas dan Laju Eksploitasi..........................................................

6 8 10 14 15 18 19

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat.............................................................................. Alat dan Bahan.................................................................................... Metode Penelitian ............................................................................... Analisis Data ....................................................................................... Sebaran frekuensi Panjang........................................................ Hubungan Panjang dan Bobot .................................................. Parameter Pertumbuhan ............................................................ Faktor Kondisi ........................................................................... Mortalitas dan Laju Eksploitasi................................................

20 21 21 22 22 23 24 25 26

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ..................................................................................................... Sebaran Frekuensi Panjang....................................................... Kelompok Ukuran ..................................................................... Hubungan Panjang dan Bobot .................................................. Faktor Kondisi ........................................................................... Parameter Pertumbuhan ............................................................ Mortalitas dan Laju Eksploitasi................................................

28 28 29 31 33 33 35

Universitas Sumatera Utara

64


Pembahasan ......................................................................................... Sebaran Frekuensi Panjang....................................................... Kelompok Ukuran ..................................................................... Hubungan Panjang dan Bobot .................................................. Faktor Kondisi ........................................................................... Parameter Pertumbuhan ............................................................ Mortalitas dan Laju Eksploitasi................................................ Alternatif Pengelolaan ..............................................................
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .......................................................................................... Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

36 36 38 39 41 42 45 46
48 48

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

65

No. Teks

Halaman

1. Diagram Kerangka Pemikiran...........................................................


4

2. Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis)..........................................

6

3. Peta Sebaran Ikan Tongkol Komo....................................................

9

4. Cara Kerja Alat Tangkap Purse Seine ..............................................

11

5. Alat Tangkap Jaring Insang ..............................................................

12

6. Pengoperasian Pancing Rawai ..........................................................


13

7. Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Tongkol Komo ..........................

20

8. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Tongkol Komo Musim Barat .....

28

9. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Tongkol Komo Peralihan I .........

29

10. Sebaran Frekuensi Panjang Ikan Tongkol Komo Total ..................

29

11. Kelompok Ukuran Panjang Total Tongkol Komo Musim Barat....


30

12. Kelompok Ukuran Panjang Total Tongkol Komo Peralihan I .......

30

13. Kelompok Ukuran Panjang Total Tongkol Komo Total.................

30

14. Hubungan Panjang dan Bobot Tongkol Komo Musim Barat .........

31

15. Hubungan Panjang dan Bobot Tongkol Komo Peralihan I.............

32

16. Hubungan Panjang dan Bobot Tongkol Komo Total ......................


32

17. Hubungan Panjang dan Umur Tongkol Komo Musim Barat .........

34

18. Hubungan Panjang dan Umur Tongkol Komo Peralihan I .............

34

19. Hubungan Panjang dan Umur Tongkol Komo Total ......................

35

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

66

No. Teks

Halaman

1. Hasil Pemisahan kelompok Ukuran ikan Tongkol Komo...............

31

2. Hubungan panjang-bobot ikan Tongkol Komo ...............................

33

3. Nilai faktor kondisi ikan Tongkol Komo ......................................... 4. Parameter pertumbuhan K, L∞, dan t0 ikan Tongkol Komo .......... 5. Laju Mortalitas dan Laju Eksploitasi ikan Tongkol Komo.............

33 34 35

6. Curah Hujan Daerah Medan Belawan ..............................................

37

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

67

No. Teks

Halaman

1. Data Panjang dan Bobot Ikan Tongkol Komo .................................

54

2. Tempat Penelitian ..............................................................................

59

3. Kapal Nelayan....................................................................................

59

4. Timbangan Digital .............................................................................

59

5. Millimeter Block................................................................................

59

6. Pengukuran Panjang ..........................................................................

59

7. Pengukuran Bobot .............................................................................

59

8. Alat Tangkap Pukat Cincin ...............................................................

60

9. Pengukuran Mata Jaring....................................................................

60

10. Kelimpahan Ikan di KUD Gabion ....................................................

60

11. Data Suhu Permukaan Laut...............................................................

61

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

58

FEBRINA RAHMADANTI PUTRI. Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara. Dibimbing oleh DARMA BAKTI dan DESRITA.
Ikan Tongkol Komo satu diantara komoditas perikanan di Medan yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan ini merupakan ikan yang laris di pasar lokal, sehingga menjadi target utama penangkapan. Namun, hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap populasi ikan Tongkol Komo. Penelitian ini dilakukan di KUD Gabion pada bulan November 2014 sampai April 2015, yang bertujuan untuk mengkaji pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan, faktor kondisi, dan laju eksploitasi guna memberikan suatu usulan pengelolaan yang sesuai bagi sumberdaya ikan tersebut. Data primer adalah Ikan Tongkol Komo yang diamati sebanyak 371 sampel untuk diukur pengukuran panjang total dan bobot basah, sedangkan data sekunder adalah data suhu permukaan laut. Kelompok ukuran ikan dipisahkan dengan metode Bhattacarya dalam software FISAT II. Pendugaan parameter pertumbuhan Von Bertalanffy dimana panjang asimtotik (L∞) = 628,95 mm, Koefisien pertumbuhan (K) = 0,24 per tahun dan umur saat panjang nol (t0) = -0,30 dari rumus empiris Pauly. Kemudian didapat persamaan pertumbuhan ikan Tongkol Komo adalah Lt = 628,95 (1‐e [-0,24(t+0,30)]). Nilai b didapat dari hubungan panjang bobot ikan Tongkol Komo 2,963. Pola pertumbuhan ikan Tongkol Komo berupa alometrik negatif dengan persamaan pertumbuhan W=0,00002L2,963. Nilai tertinggi dan terendah faktor kondisi 0,40 dan 2,11. Laju mortalitas total (Z) ikan Tongkol Komo 2,097 per tahun dengan laju mortalitas alami (M) 0,30 per tahun dan laju mortalitas penangkapan 1,79 per tahun sehingga diperoleh laju eksploitasi 0,85 dan nilai laju eksploitasi ini telah melebihi nilai eksploitasi optimum 0,5.
Kata Kunci : Ikan Tongkol Komo, Panjang-bobot, Pola Pertumbuhan, Faktor Kondisi, Mortalitas, Selat Malaka.

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

59

FEBRINA RAHMADANTI PUTRI. Growth and the Rate of Exploitation Eastern Little Tuna (Euthynnus affinis Cantor 1849) Landed on KUD Gabion Belawan Ocean Fishing Port Sumatera Utara. Under the supervision of DARMA BAKTI dan DESRITA.
Eastern Little Tuna is one of fisheries commodity that has high economic value in Medan. This type of fish is the most demand in the local market, thus it becomes the main target catch for fisherman. However, that activity has negative impact for the population of Eastern Little Tuna. This study was done at KUD Gabion on November 2014 until April 2015, and the aims were to study about the growth pattern, growth parameter, factor condition, and also the rate of exploitation in order to provide appropriate management model for the fish resource. The primary data is the total length and wet weight of 371 samples of Eastern Little Tuna, while the secondary data is the temperature of sea surface. The cohort length of fish is separated by Bhattacarya method in FISAT II software. The Von Bertalanffy growth parameters estimated were asymtotic length (L∞) = 628,95 mm, growth coefficient (K) = 0,24 year-1 and the age at zero length (t0) = -0,30 from Pauly’s empirical equation. Then, the growth equation for Eastern Little Tuna is Lt = 628.95 (1‐e[-0.24(t+0,30)]), whereas value of b obtained from relations of lenght – weight Eastern Little Tuna is 2,963. A growth pattern of Eastern Little Tuna is negative allometric with an equation growth W=0,00002L2,963. The highest and the lowest value of factor condition are 0,40 and 2,11. The rate of total mortality (Z) Eastern Little Tuna is 2,097 year-1 with natural mortality rate (M) 0,30 year-1 and fishing mortality rate (F) 1,79 year-1 thus the rate of exploitation is obtained with the amount 0,85 and the value of this exploitation rate has exceeded the value of the optimum exploitation, which is 0,5.
Keywords : Eastern Little Tuna, Length-Weight, Growth, Factor Condition, Mortality, Malacca Strait.

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

68

Latar Belakang Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (PPSB) merupakan satu dari
dua PPS di wilayah Sumatera selain PPS Bungus yang ada di Kota Padang. PPSB terletak di Medan Belawan yang termasuk wilayah administrasi Kota Medan dan secara geografis pada posisi 3o 46’22,50” Lintang Utara dan 98o 41’59,33” Bujur Timur. PPSB dikatakan sebagai sentra industrialisasi perikanan yang penting karena letaknya di antara perairan Pantai Timur Sumatera (Selat Malaka), Laut Cina Selatan dan perairan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Potensi sumberdaya ikan yang relatif cukup besar, sebagai pintu masuk kegiatan ekonomi beberapa negara di Asia (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Hongkong). Merupakan pusat kegiatan perikanan diantaranya pendaratan dan pemasaran ikan dan pengolahan hasil tangkapan masyarakat perikanan khususnya nelayan di Sumatera Utara (Saptanto dan Tenny, 2012).
Satu dari sumberdaya ikan pelagis besar yang bernilai ekonomis tinggi yang didaratkan di PPSB adalah ikan Tongkol Komo. Hal ini sesuai dengan Statistik PPSB (2014) yang menyatakan bahwa produksi ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan yang paling laris di pasar lokal adalah jenis ikan pelagis besar dan pelagis kecil yang terdiri atas Tongkol, Kembung, dan Selar, sehingga kebutuhan ikan Tongkol Komo menyebabkan ikan ini sebagai target tangkapan oleh nelayan PPSB. Mengharapkan volume produksi yang semakin meningkat mendorong semua pelaku perikanan untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan tongkol sebanyak banyaknya tanpa memperhatikan

Universitas Sumatera Utara

69
keberlanjutan dari kegiatan tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan hasil tangkapan dari stok sumberdaya ikan tongkol sehingga status stok ikan tersebut menjadi tangkap lebih (overfishing). Overfishing dapat dihindari dengan tidak menangkap ikan yang belum dewasa atau belum siap memijah agar ikan tersebut dapat beregenerasi terlebih dahulu.
Pemanfaatan sumberdaya ikan Tongkol Komo akan semakin meningkat setiap tahun seiring dengan peningkatan permintaan pasar. Produksi tongkol masih mengandalkan usaha penangkapan dari perairan umum. Usaha penangkapan tongkol umumnya dilakukan dengan alat tangkap pukat cincin, jaring insang dan pancing rawai. Ketersediaan ikan Tongkol Komo di pasaran tidak terjamin apabila hanya mengandalkan usaha penangkapan di alam. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian terkait pertumbuhan ikan Tongkol Komo di PPSB agar diperoleh informasi yang menjadi dasar pengelolaan sumberdaya ikan Tongkol Komo.
Dalam ilmu Biologi Perikanan, hubungan panjang bobot ikan merupakan pengetahuan yang signifikan dipelajari, terutama untuk kepentingan pengelolaan perikanan. Pentingnya pengetahuan ini sehingga Bayliff (1966) yang diacu oleh Manik (2009) menegaskan, hubungan panjang bobot ikan dan distribusi panjangnya perlu diketahui, terutama untuk mengkonversi statistik hasil tangkapan, menduga besarnya populasi dan laju mortalitasnya.
Penelitian ini perlu dilakukan untuk mendeskripsikan parameter pertumbuhan ikan Tongkol Komo yang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Informasi mengenai parameter pertumbuhan tersebut dapat dijadikan dasar pengelolaan sumberdaya ikan Tongkol Komo, terutama habitatnya di Selat
Universitas Sumatera Utara

70
Malaka. Pengelolaan yang sesuai ditujukan agar sumberdaya ikan Tongkol Komo dapat dimanfaatkan secara optimal tanpa mengurangi atau bahkan memusnahkan sumberdaya ikan Tongkol Komo tersebut di alam.
Perumusan Masalah Sifat dasar dari sumberdaya ikan adalah milik bersama (common
property), yang pemanfaatannya dapat digunakan pada waktu yang bersamaan. Penangkapan yang terus meningkat dapat membahayakan kelestarian ikan Tongkol Komo di Perairan Selat Malaka. Karena semakin meningkatnya upaya penangkapan terhadap suatu sumberdaya ikan maka akan mengakibatkan menurunnya populasi ikan tersebut dikemudian hari. Oleh karena itu untuk menjaga keberlanjutan sumberdaya ikan Tongkol Komo di Perairan Selat Malaka diperlukan suatu pengkajian mengenai pertumbuhan yang mencakup struktur ukuran panjang dan pola pertumbuhan agar dapat mengetahui ukuran ikan Tongkol Komo yang sebaiknya ditangkap oleh nelayan agar tidak merusak kelestarian dari populasi ikan Tongkol Komo.
Berdasarkan deskripsi di atas, permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah pengukuran data panjang dan bobot yang dilakukan dapat
memprediksi pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan (L∞ dan K) dan faktor kondisi ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis)? 2. Bagaimanakah status eksplotasi ikan Tongkol Komo di Perairan Selat Malaka?
Universitas Sumatera Utara

71
Kerangka Pemikiran Usaha penangkapan ikan Tongkol Komo merupakan salah satu aktivitas
umum yang dilakukan pengusaha-pengusaha perikanan tangkap di PPSB, sehingga perlu dilakukan pengelolaan sumberdaya ikan Tongkol Komo agar tetap dapat dipertahankan keberadaannya baik kualitas maupun kuantitasnya, dengan melihat pertumbuhan ikan Tongkol Komo berupa hubungan panjang bobot, pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan, faktor kondisi dan laju eksploitasi ikan Tongkol Komo sehingga dapat dilakukan pengelolaan yang tepat. Secara ringkas kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.
Usaha Penangkapan Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis)
Alat Tangkap Ikan Tongkol Komo yang digunakan Nelayan yaitu Jaring insang dan pukat cincin
Hasil Tangkapan Ikan Tongkol Komo

Pertumbuhan Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis)
- Distribusi sebaran panjang Tongkol Komo - Hubungan panjang bobot Tongkol Komo - Pola pertumbuhan - Faktor kondisi - Parameter pertumbuhan (L∞, K, t0) -

Laju Eksploitasi

Pengelolaan Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran

Universitas Sumatera Utara

72 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pola pertumbuhan, parameter pertumbuhan (L∞, K, t0),
faktor kondisi ikan Tongkol Komo di perairan Selat Malaka dengan menggunakan data panjang bobot ikan Tongkol Komo. 2. Menduga laju eksploitasi dan status eksploitasi ikan Tongkol Komo. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai ukuran ikan Tongkol Komo yang layak tangkap dalam upaya pengaturan dan pengendalian penangkapan ikan Tongkol Komo agar tercapai pemanfaatan sumberdaya ikan yang berkelanjutan di perairan Selat Malaka.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

73

Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis)

Klasifikasi ikan Tongkol Komo menurut Collette, dkk., (2011) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum

: Chordata

Kelas

: Actinopterygii

Ordo

: Perciformes

Famili

: Scombridae

Genus

: Euthynnus

Spesies

: Euthynnus affinis

Sinonim

: Euthynnus yaito, Thynnus affinis, Wanderer wallisi

Nama umum : Tongkol Komo, Kawakawa, Eastern Little Tuna, Black Skipjack,

Mackerel Tuna, Oceanic Bonito, Bonito (Gambar 2.)

Gambar 2. Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis)
Universitas Sumatera Utara

74
Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis), juga dikenal sebagai tuna kecil, dari family Scombridae yang meliputi tongkol, tuna dan cakalang (bonito). Ikan Tongkol Komo memiliki bentuk tubuh fusiform, memanjang dan penampang lintangnya membundar. Bentuk tubuh yang demikian memungkinkan ikan berenang dengan sangat cepat. Bentuk kepala meruncing, mulut lebar dan miring ke bawah dengan gigi yang kuat pada kedua rahangnya, serta tipe mulut terminal. Bentuk sisiknya sangat kecil dan termasuk tipe stenoid. Pada batang ekor ikan terdapat 3 buah “keel” (rigi-rigi yang bagian tengahnya mempunyai puncak yang tajam). Keel tengah berbentuk memanjang dan tinggi dibandingkan dengan dua keel lain yang mengapitnya (Fishbase, 2014).
Ikan Tongkol Komo adalah tuna kecil khas bergaris-garis gelap dengan pola pada punggung dan bintik-bintik gelap 2-5 di atas sirip ventral. Ini dapat dibedakan dari spesies yang sama dengan pola bergaris dengan bintik-bintik dan jika dibedakan dengan Tongkol krai/tongkol abu (Auxis thazard), kurangnya ruang antara sirip dorsal. Ikan Tongkol Komo dapat tumbuh dengan panjang cagak (FL) 100 cm dan sekitar 20 kg bobot badan tetapi lebih sering sekitar 60 cm dan 3 kg. Makanan mereka adalah ikan kecil, khususnya clupeids (ikan haring, pilchards) dan silversides, serta cumi-cumi, krustasea dan zooplankton. Predator mereka termasuk billfish dan hiu (NSW Government, 2008).
Ikan Tongkol Komo mempunyai sirip lengkap yaitu sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, dua sirip punggung, satu sirip anal dan satu sirip ekor. Warna daerah punggung biru tua, kepala agak hitam, terdapat belang-belang hitam pada daerah punggung yang tidak bersisik di atas garis sisi. Perut berwarna putih, pewarnaan tubuh yang demikian ini, dimana warna bagian dorsal gelap dan
Universitas Sumatera Utara

75
bagian ventral terang, dinamakan counter shading sebagai salah satu upaya penyamaran (Fishbase, 2014).
Habitat dan Distribusi Ikan Tongkol Komo Ikan Tongkol Komo merupakan ikan pelagis, spesies yang mendiami
perairan neritik suhu berkisar 18–29°C Seperti scombridae lainnya, E. affinis cenderung membentuk gerombolan multispesies berdasarkan ukuran, yaitu dengan Thunnus albacares, Katsuwonus pelamis, Auxis sp., dan Megalaspis cordyla (carangidae), yang terdiri dari 100 sampai lebih dari 5000 spesies. Meskipun ikan matang secara seksual mungkin ditemui sepanjang tahun, ada puncak pemijahan musiman bervariasi sesuai dengan daerah: contohnya MaretMei di perairan Filipina; selama periode Monsun Timur Laut (Northeast Monsoon) (Oktober-November-April-Mei) sekitar Seychelles; dari tengah periode Monsun Timur Laut (Northeast Monsoon) ke awal Monsun Tenggara (Southeast Monsoon) (Januari-Juli) dari Afrika Timur; dan dari bulan Agustus sampai Oktober di Indonesia (FAO, 2014).
Ikan Tongkol Komo atau Kawakawa merupakan spesies tuna pelagis yang bermigrasi secara luas di perairan tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik. Di bagian barat Samudra Pasifik, spesies ini didistribusikan di sepanjang benua Asia dari Malaysia timur laut melalui daratan Cina, Taiwan, dan ke selatan Jepang (Yesaki, 1994). Kondisi oseanografi yang mempengaruhi migrasi ikan tuna yaitu suhu, salinitas, kecerahan, arus, oksigen terlarut, kandungan fosfat, dan ketersediaan makanan. Sedangkan faktor-faktor oseanografi yang langsung mempengaruhi penyebaran tuna besar dan Tongkol adalah suhu, arus, dan salinitas (Hela dan Laevastu, 1961).
Universitas Sumatera Utara

76 Ikan Tongkol Komo adalah spesies pelagis besar yang ditemukan di perairan tropis Indo-Pasifik (Gambar 3). Meskipun juga menghuni perairan laut, ikan Tongkol Komo lebih memilih untuk tetap dekat dengan pantai dan ukuran juvenil bahkan ditemukan di teluk dan pelabuhan. Ini adalah spesies yang beruaya dan sering membentuk gerombolan besar yang sering bercampur dengan spesies scombridae lainnya (NSW Government, 2008).
Gambar 3. Peta Sebaran Ikan Tongkol Komo (FAO, 2014) Satu-satunya informasi yang tersedia untuk Samudera Hindia: 1,4 kg betina (48 cm panjang cagak), sedangkan betina dengan bobot 4,6 kg (65 cm panjang cagak). Rasio jenis kelamin pada ikan dewasa adalah sekitar 1:1, sedangkan laki-laki mendominasi dalam tahap dewasa. E. affinis adalah predator yang sangat oportunistik makan tanpa pandang bulu pada ikan, udang dan cumi. Pada gilirannya, ada saatnya dimangsa oleh marlins dan hiu (FAO, 2014).
Universitas Sumatera Utara

77
Alat Tangkap Terdapat 6 alat tangkap yang menangkap ikan pelagis besar yaitu payang,
pukat cincin, Gill net, bagan tancap, rawai tetap dan pancing tonda. Namun berdasarkan pendekatan General Linier model berdasarkan urutan alat tangkap yang memangkap ikan Tongkol Komo adalah rawai tetap, gill net, pancing tonda, pukat cincin, payang dan bagan tancap (Lelono, 2011). Purse Seine (Pukat Cincin)
Purse seine (pukat cincin) adalah jaring yang berbentuk empat persegi panjang, tanpa kantong dan digunakan untuk menangkap gerombolan ikan permukaan (pelagic fish). Alat tangkap ini digolongkan dalam kelompok jaring lingkar (surrounding nets). Von Brandt (1984) diacu oleh Iriana, dkk., (2012) menyatakan bahwa pukat cincin merupakan alat tangkap yang lebih efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis kecil di sekitar permukaan air. Pukat cincin di buat dengan dinding jaring yang panjang, dengan panjang jaring bagian bawah sama atau lebih panjang dari bagian atas. Dengan bentuk konstruksi jaring seperti ini, tidak ada kantong yang berbentuk permanen pada jaring pukat cincin. Karakteristik jaring purse seine terletak pada cincin yang terdapat pada bagian bawah jaring yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Universitas Sumatera Utara

78
Gambar 4. Cara Kerja Alat Tangkap Pukat cincin (Dirjen KKP, 2015) Pukat cincin adalah alat (gear) yang digunakan untuk menangkap ikanikan “pelagic shoaling species” yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombol), berada di dekat permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula densitas shoal tersebut tinggi yang berarti jarak ikan dengan ikan yang lainnya haruslah sedekat mungkin. Pukat cincin pertama kali dipergunakan di perairan Rodhe Island untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia tyrannus). Pada tahun 1870 panjang pukat cincin diubah dari 65 fathom menjadi 250 fathom (1 fathom = 1,825 m). Dan bentuk inilah pukat cincin diperkenalkan ke negara-negara Scandivania pada tahun yang sama (Sudirman dan Mallawa, 2012).
Universitas Sumatera Utara

79 Gillnet (Jaring Insang)
Jaring insang adalah suatu alat tangkap yang berbentuk empat persegi panjang yang dilengkapi dengan pelampung, pemberat ris atas dan pemberat ris bawah. Besar mata jaring disesuaikan dengan sasaran yang akan ditangkap. Jaring ini terdiri dari satuan-satuan jaring yang biasa disebut tinting (piece). Dalam operasi penangkapan jaring insang terdiri dari beberapa tinting yang digabung menjadi satu sehingga merupakan satu perangkat (unit) yang panjang. Jaring insang termasuk alat tangkap selektif, besar mata jaring dapat disesuaikan dengan ukuran ikan yang akan ditangkap (Subani dan Barus, 1989 dalam Aprillia, 2011). Alat tangkap jaring insang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Alat Tangkap Jaring Insang (PERMEN 8, 2008)
Universitas Sumatera Utara

80 Long Line (Pancing Rawai)
Hasil tangkapan pancing rawai bisa berupa ikan kerapu, kembung, tongkol dan lainnya. Pancing rawai adalah alat tangkap pancing yang berjumlah 400 mata pancing. Pengoperasian dilaksanakan pada siang dan malam, pada saat siang hari disebut perlakuan pertama, kemudian pada malam hari adalah perlakuan berikutnya, dilakukan secara bergantian siang dan malam. Sementara untuk mengetahui perbedaan jenis umpan, pada waktu siang hari pengoperasian pancing menggunakan umpan ikan juwi kemudian juga menggunakan umpan udang putih, begitu juga pada malam hari dilakukan perlakuan yang sama, sehingga dapat diketahui hasil tangkapan terbanyak dapat tertangkap dengan perbedaan waktu pengoperasian dan umpan yang sudah ditentukan. Umpan ikan juwi dan umpan udang putih kemudian diikatkan pada mata pancing (Rikza, dkk., 2013). Pengoperasian alat tangkap rawai dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Pengoperasian Pancing Rawai (Musthofa, 2011)
Universitas Sumatera Utara

81
Hubungan Panjang dan Bobot Dalam biologi perikanan, hubungan panjang bobot ikan merupakan salah
satu informasi pelengkap yang perlu diketahui dalam kaitan pengelolaan sumberdaya perikanan, misalnya dalam penentuan selektifitas alat tangkap agar ikan–ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap (Vanichkul dan Hongskul (1966) diacu oleh Merta (1993). Lebih lanjut Richter (2007) dan Blackweel (2000) yang diacu oleh Mulfizar, dkk., (2012), menyebutkan bahwa pengukuran panjang bobot ikan bertujuan untuk mengetahui variasi bobot dan panjang tertentu dari ikan secara individual atau kelompok–kelompok individu sebagai suatu petunjuk tentang kegemukan, kesehatan, produktifitas dan kondisi fisiologis termasuk perkembangan gonad. Analisa hubungan panjang bobot juga dapat mengestimasi faktor kondisi atau sering disebut dengan index of plumpness, yang merupakan salah satu hal penting dari pertumbuhan untuk membandingkan kondisi atau keadaan kesehatan relatif populasi ikan atau individu tertentu.
Hubungan panjang bobot sangat penting dalam biologi perikanan, karena dapat memberikan informasi tentang kondisi stok. Data biologi berupa hubungan panjang bobot melalui proses lebih lanjut akan menghasilkan keluaran terakhir berupa tingkat penangkapan optimum dan hasil tangkapan maksimum lestari. Hubungan panjang bobot dapat menyediakan informasi yang penting untuk salah satu spesies ikan dari suatu daerah. Meskipun informasi tentang hubungan panjang bobot untuk salah satu spesies ikan dapat menggunakan ikan dari daerah lain dalam pengkajian (Masyahoro, 2009).
Universitas Sumatera Utara

82
Hubungan panjang dan bobot hampir mengikuti hukum kubik, yaitu bobot ikan merupakan hasil pangkat tiga dari panjangnya, nilai pangkat (b) dari analisis tersebut dapat menjelaskan pola pertumbuhan. Nilai b yang lebih besar dari 3 menunjukkan bahwa tipe petumbuhan ikan tersebut bersifat allometrik positif, artinya pertumbuhan bobot lebih besar dibandingkan petumbuhan panjang. Nilai b lebih kecil dari 3 menunjukkan bahwa tipe pertumbuhan ikan bersifat allometrik negatif, yakni pertumbuhan panjang lebih besar daripada pertumbuhan bobot. Jika nila b sama dengan 3, tipe pertumbuhan ikan bersifat isometrik yang artinya pertumbuhan panjang sama dengan petumbuhan bobot. Tipe pertumbuhan memberikan informasi mengenai baik atau buruknya pertumbuhan ikan yang hidup di lokasi pengamatan, sehingga akan ada gambaran mengenai ekosistem yang sesuai atau tidak untuk tempat ikan tersebut (Effendie, 1979).
Pertumbuhan Pertumbuhan ikan merupakan perubahan dimensi (panjang, bobot,
volume, jumlah dan ukuran) persatuan waktu baik individu, stok maupun komunitas, sehingga pertumbuhan ini banyak dipengaruhi faktor lingkungan seperti makanan, jumlah ikan, jenis makanan, dan kondisi ikan. Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikan kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai (Moyle dan Cech 2004 dalam Tutupoho 2008). Widodo dan Suadi (2006) Berpendapat laju pertumbuhan ikan di tentukan oleh: (i) faktor genetik yang berbentuk dalam setiap spesies, (ii) jumlah pakan, (iii) temperature, (iv) siklus hormonal, dan (v) beberapa faktor lain seperti suasana berdesak-desakkan (crowding) yang menekan pertumbuhan ikan.
Universitas Sumatera Utara

83
Pola pertumbuhan dapat memberikan informasi tentang hubungan panjang bobot dan faktor kondisi ikan, merupakan langkah utama yang penting dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan di perairan. Pola pertumbuhan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan sangat bermanfaat dalam penentuan selektivitas alat tangkap agar ikan-ikan yang tertangkap hanya yang berukuran layak tangkap (Mulfizar, dkk., 2012).
Pertumbuhan merupakan proses utama dalam hidup ikan, selain reproduksi. Pertumbuhan adalah perubahan ukuran ikan dalam jangka waktu tertentu, ukuran ini bisa dinyatakan dalam satuan panjang, bobot maupun volume. Ikan bertumbuh terus sepanjang hidupnya, sehingga dikatakan bahwa ikan mempunyai sifat pertumbuhan tidak terbatas (Rahardjo, dkk., 2011).
Secara umum pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu keturunan (genetik), jenis kelamin, parasit dan penyakit. Faktor eksternal yang mempengaruhi pertumbuhan ikan yaitu jumlah dan ukuran makanan yang tersedia, jumlah ikan yang menggunakan sumber makanan yang tersedia, suhu, oksigen terlarut (Weatherley, 1972 yang diacu oleh Tutupoho, 2008).
Pertumbuhan sebagai salah satu aspek biologi ikan adalah suatu indikator yang baik untuk melihat kesehatan individu, populasi, dan lingkungan. Pertumbuhan yang cepat dapat mengindikasikan kelimpahan makanan dan kondisi lingkungan yang sesuai. Selain itu, pengetahuan tentang struktur populasi dapat menjadi dasar pengelolaan yang lebih baik. Pengetahuan yang tepat tentang umur ikan merupakan hal penting untuk mengungkap permasalahan daur hidup ikan,
Universitas Sumatera Utara

84
seperti ketahanan hidup, laju pertumbuhan, dan umur ikan saat matang gonad (Rounsefell dan Everhart 1962 yang diacu oleh Syahrir 2013).
Seperti telah dikemukakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor ini dapat digolongkan menjadi dua bagian yang besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor-faktor ini ada yang dapat dikontrol dan ada juga yang tidak. Faktor dalam umumnya adalah faktor yang sukar dikontrol, diantaranya ialah keturunan, sex, umur, parasit dan penyakit. Dalam suatu kultur, faktor keturunan mungkin dapat dikontrol dengan mengadakan seleksi untuk mencari ikan yang baik pertumbuhannya. Faktor luar utama yang mempengaruhi pertumbuhan ialah makanan dan suhu perairan. Namun dari kedua faktor itu belum diketahui faktor mana yang memegang peranan lebih besar (Effendie, 2002). Royce (1973) dalam Febriani (2010) menyatakan kombinasi dari kedua faktor ini biasanya sangat berpengaruh di daerah perairan temperate atau wilayah artik yang membeku pada musim dingin. Hal ini dikarenakan ketika suhu mendekati 0°C maka aktivitas metabolisme dan pertumbuhan bersifat minimal.
Pola pertumbuhan ikan dapat diketahui dengan melakukan analisis hubungan panjang bobotnya. Bobot dapat dianggap sebagai fungsi dari panjang. Nilai praktis yang didapat dari perhitungan panjang bobot dapat digunakan untuk menduga bobot dari panjang ikan atau sebaliknya, keterangan mengenai pertumbuhan, kemontokan dan perubahan dari lingkungan (Effendie, 2002).
Universitas Sumatera Utara

85
Faktor Kondisi Faktor kondisi adalah keadaan yang menyatakan kemontokkan ikan
dengan angka. Faktor kondisi ini disebut juga Ponderal’s index (Legler 1961 yang diacu oleh Effendie 1979). Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dari segi kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan melakukan reproduksi. Satuan faktor kondisi sendiri tidak berarti apapun, namun kegunaanya akan terlihat jika dibandingkan dengan individu lain atau antara satu kelompok dengan kelompok lain. Perhitungan faktor kondisi didasarkan pada panjang dan bobot ikan. Variasi nilai faktor kondisi bergantung pada makanan, umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad. Faktor kondisi yang tinggi pada ikan betina dan jantan menunjukkan ikan dalam tahap perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi yang rendah mengindikasikan ikan kurang mendapat asupan makanan (Effendie 1979).
Pada analisis hubungan panjang bobot ikan tongkol di Kepulauan Anambas yang diteliti oleh Susilawati, dkk., (2013) bahwa ikan tongkol yang memiliki pola pertumbuhan Allometrik Negatif. Tidak terjadi variasi temporal nilai faktor kondisi ikan pada setiap harinya secara ekstrim bahkan relatif nilai yang berkisar antara 1 – 3 maka dari data hasil yang diperoleh dapat diambil kesimpulan bahwa ikan dalam keadaan baik dan memiliki bentuk yang kurang pipih. Hal ini menyebabkan kemontokan ikan kurang dikarenakan pengaruh makanan, umur, jenis kelamin dan kematangan gonad. Pertumbuhan ini disebut dengan pertumbuhan allometrik karena nilainya kurang dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan bobotnya.
Universitas Sumatera Utara

86
Mortalitas dan Laju Eksploitasi Mortalitas dapat terjadi karena adanya aktifitas penangkapan yang
dilakukan manusia dan alami yang terjadi karena kematian akibat predasi, penyakit, dan umur. Laju mortalitas total (Z) ikan jantan lebih besar dibanding ikan betina sehingga stok ikan jantan lebih rentan dibandingkan ikan betina. Sementara laju mortalitas alami (M) ikan betina lebih besar dibanding dengan ikan jantan, hal tersebut karena laju pertumbuhan (K) ikan betina lebih besar daripada ikan jantan. Perbedaan laju mortalitas diakibatkan karena perbedaan nilai L∞ dan K. Selain itu mortalitas alami juga disebabkan akibat pemangsaan, penyakit, stress, pemijahan, kelaparan dan usia tua (Sparre dan Venema 1999). Laju mortalitas alami yang tidak sama antara ikan jantan dan betina mengakibatkan komposisi antar ikan jantan dan betina yang berbeda. Perbedaan laju mortalitas, pertumbuhan, dan tingkah laku bergerombol antar jantan dan betina mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara jumlah jantan dan betina (Putri, 2013).
Laju eksploitasi (E) merupakan bagian dari populasi ikan yang ditangkap selama periode waktu tertentu (1 tahun), sehingga laju eksploitasi juga didefinisikan sebagai jumlah ikan yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah total ikan yang mati karena semua faktor baik faktor alami maupun faktor penangkapan. Eksploitasi optimal dicapai jika laju mortalitas penangkapan (F) sama dengan laju mortalitas alami (M), yaitu 0.5 (Pauly, 1984).
Universitas Sumatera Utara

METODE PENELITIAN

87

Waktu dan Tempat Sampel ikan diperoleh dari hasil penangkapan ikan Tongkol Komo di
Selat Malaka yang didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan, Medan Belawan, Sumatera Utara (Gambar 7).

Gambar 7. Lokasi Pengambilan Sampel Ikan Tongkol Komo (Badan Penelitian dan Observasi Laut, 2014)
Ikan Tongkol Komo yang tertangkap merupakan ikan-ikan yang umumnya ditangkap dengan menggunakan pukat cincin (Lampiran 6). Waktu pengambilan sampel ikan dilakuan selama 6 bulan yaitu dari bulan November 2014 hingga bulan April 2015, setiap bulan satu kali melakukan pengukuran panjang bobot ikan pada minggu ke-4 (Lampiran 6 dan Lampiran 7).
Universitas Sumatera Utara

88
Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam pengambilan data primer antara lain alat tulis,
millimeter block (Lampiran 5) dengan tingkat ketelitian 1 mm, kamera digital, cool box, timbangan digital dengan tingkat ketelitian 1 gram (Lampiran 4). Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis) dan Program software FISAT II.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Jenis
dan sumber data yang dibutuhkan untuk keperluan penelitian adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer ikan Tongkol Komo diperoleh dari metode penarikan contoh acak sederhana (PCAS) terhadap ikan yang didaratkan di PPS Belawan (Lampiran 2), Medan Belawan, Sumatera Utara. Menurut Effendie (1979) teknik pengambilan contoh yang lazim digunakan dalam penelitian Biologi Perikanan adalah pengambilan contoh secara acak (random sampling), dengan metode ini diharapkan dapat mewakili populasi yang sedang diteliti. Sampel ikan yang diambil berjumlah 30–100 ekor tergantung kelimpahan ikan pada tiap waktu pengambilan dengan pengambilan sampel satu bulan satu kali (Lampiran 10), mulai dari bulan November 2014 sampai April 2015. Sampel ikan yang telah diambil kemudian diukur panjang total dan ditimbang bobot basahnya di KUD Gabion, Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan (Lampiran 2). Data sekunder yaitu meliputi data curah hujan dan data suhu yang digunakan sebagai data penunjang untuk analisis mortalitas dan laju eksploitasi.
Universitas Sumatera Utara

89
Analisis Data Sebaran Frekuensi Panjang
Dalam metode sebaran frekuensi panjang data yang digunakan adalah data panjang total dari ikan Tongkol Komo. Dilakukan pengukuran ikan Tongkol Komo dengan menggunakan millimeter block yang memiliki ketelitian 1 mm. Adapun langkah-langkah untuk membuat sebaran frekuensi panjang adalah sebagai berikut (Walpole 1992) : 1. Menentukan banyaknya selang kelas yang diperlukan dengan rumus:
n = 1+3,32 Log N Keterangan : n = Jumlah kelompok ukuran N = Jumlah ikan pengamatan 2. Menentukan wilayah data tersebut 3. Bagilah wilayah tersebut dengan banyaknya kelas untuk menduga lebar selang kelasnya 4. Menentukan limit bawah kelas bagi selang yang pertama dan kemudian batas bawah kelasnya, kemudian tambahkan lebar kelas pada batas bawah kelas untuk mendapatkan batas atas kelasnya 5. Mendaftarkan semua limit kelas dan batas kelas dengan cara menambahkan lebar kelas pada limit dan batas selang sebelumnya 6. Menentukan titik tengah kelas bagi masing-masing selang dengan merataratakan limit kelas atau batas kelasnya 7. Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas 8. Menjumlahkan kolom frekuensi kemudian periksa apakah hasilnya sama dengan banyaknya total pengamatan.
Universitas Sumatera Utara

90

Hubungan Panjang dan Bobot

Bobot dap

Dokumen yang terkait

Analisis Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol (Auxis thazard) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

5 78 74

Biologi Reproduksi Ikan Tongkol (Euthynnus affinis Cantor, 1849) di Perairan Selat Sunda yang Didaratkan di PPP Labuan, Banten

4 57 47

Pendugaan Potensi Lestari dan Pertumbuhan Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

2 17 108

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

1 1 15

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

0 0 2

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

0 0 5

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

0 0 14

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

0 0 4

Pertumbuhan dan Laju Eksploitasi Ikan Tongkol Komo (Euthynnus affinis Cantor 1849) yang Didaratkan di KUD Gabion Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

0 0 11

Pendugaan Potensi Lestari dan Pertumbuhan Ikan Kembung (Rastrelliger spp.) yang Didaratkan di Pelabuhan Perikanan Samudera Belawan Sumatera Utara

0 0 17