IDENTIFIKASI HUBUNGAN UPAH MINIMUM REGIO

Yeti Ulfah Tuzyahroya
21040113120042

IDENTIFIKASI HUBUNGAN UPAH MINIMUM REGIONAL DAN
KEBUTUHAN HIDUP LAYAK SERTA INDEKS GINI
KABUPATEN BLORA TAHUN 2009-2015
PENDAHULUAN
Kebutuhan masing-masing masyarakat untuk hidup di setiap daerah adalah berbeda-beda sesuai
dengan gaya hidup mereka. Biaya yang dikeluarkan untuk bertahan hidup di setiap daerah memiliki
perbedaan sesuai dengan tingkat harga barang yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat. Barang
yang dikonsumsi oleh masyarakat pada masing-masing daerah berbeda tergantung dari produksi
barang tersebut. Dapat diambil contoh ketika seseorang hidup di daerah pedesaan dengan di
perkotaan, ia akan memiliki kebutuhan hidup yang berbeda. Ketika orang tersebut hidup di daerah
pedesaan, ia tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli bahan pokok seperti beras dengan harga
yang tinggi seperti di perkotaan, dimana daerah perkotaan tidak memproduksi beras itu sendiri.
Contoh seperti inilah yang menyebabkan adanya perbedaan tingkat kebutuhan hidup minimal bagi
setiap daerah.
Berkaitan dengan kebutuhan hidup minimal di suatu daerah, maka dapat ditentukan upah
minimum sebagai dasar acuan penetapan pendapatan minimal pekerja di suatu daerah. Tujuan
penetapan upah minimum ada dua yaitu secara makro dan mikro, tujuan secara makro yaitu: 1)
pemerataan, bahwa kenaikan upah minimum akan mempersempit kesenjangan antara pekerja/buruh

tingkat bawah dan tingkat paling atas; 2) peningkatan daya beli pekerja/buruh yang akan mendorong
ekonomi rakyat; 3) memperbaiki/ merubah struktur upah terhadap struktur biaya produksi; 4)
memberikan insentif bagi perkerja/ buruh untuk bekerja lebih giat sehingga akan meningkatkan
produktivitas perusahaan. Tujuan mikro penentuan upah minimum antara lain: 1) sebagai jaring
pengaman agar upah terendah tidak semakin merosot; 2) mengurangi kesenjangan antara upah
terendah dengan upah tertinggi; 3) meningkatkan penghasilan pekerja/ buruh tingkat terendah; 4)
meningkatkan etos dan disiplin kerja; 5) memperlancar antara pekerja/ buruh dan pengusaha.
Kabupaten Blora merupakan salah satu kabupaten yang masuk dalam wilayah administrasi
Jawa Tengah. Besarnya upah minimum Blora menempati posisi terbesar ketiga di kawasan eks
Karesidenan Pati setelah Kudus dan Jepara. Nilai upah minimum di Kabupaten Blora belum tentu
mengindikasikan bahwa tingkat kesenjangan di sana rendah. Tingkat kesenjangan di suatu wilayah
dapat diketahui dari indeks gini dari wilayah tersebut.

Tugas Mata Kuliah Sustainable Develop e t

Yeti Ulfah Tuzyahroya
21040113120042

TINJAUAN PUSTAKA
a.


Kebutuhan Hidup Layak (KHL)
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 tahun 2012, kebutuhan

hidup layak (KHL) adalah standar kebutuhan seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak
secara fisik untuk kebutuhan satu bulan. Nilai masing-masing komponen dan jenis KHL diperoleh
melalui survei harga yang dilakukan secara berkala. Kualitas dan spesifikasi teknis masing-masing
komponen dan jenis KHL disepakati sebelum dilaksanankan survei dan ditetapkan oleh Ketua Dewan
Pengupahan Provinsi atau Kabupaten/Kota.
b. Upah Minimum Regional (UMR)
Pada Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/MEN/1999 menjelaskan bahwa upah
minimum merupakan upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.
Upah minimum ditetapkan

oleh Gubernur berdasarkan KHL dan dengan memperhatikan

produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Penetapan upah minimum tersebut, gubernur harus
membahas secara simultan dan mempertimbangkan faktor-faktor berikut:





Nilai KHL yang diperoleh dan ditetapkan dari hasil survei;



tenaga pada periode yang sama;

Produktivitas makro yang merupakan hasil perbandingan antara jumlah PDRB dengan jumlah



Pertumbuhan ekonomi merupakan pertumbuhan nilai PDRB;



pencari kerja di daerah tertentu pada periode yang sama;

Kondisi pasar kerja merupakan perbandingan jumlah kesempatan kerja dengan jumlah


Kondisi usaha yang paling tidak mampu (marginal) yang ditunjukkan oleh perkembangan
keberadaan jumlah usaha marginal di daerah tertentu pada periode tertentu.

c. Indeks Gini
Indeks gini merupakan suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan
distribusi pendapatan dalam suatu wilayah. Indeks gini memiliki nilai antara 0 hingga 1, dimana
semakin besar angkanya maka semakin besar ketimpangan yang terdapat pada suatu daerah.

KEBUTUHAN HIDUP LAYAK DAN UMR KABUPATEN BLORA
Kebutuhan hidup layak diperoleh dari hasil survei dan ditetapkan oleh Ketua Dewan
Pengupahan Provinsi atau Kabupaten/Kota. KHL Kabupaten Blora setiap tahunnya mengalami
kenaikan, tercatat hingga tahun 2015 mecapai Rp 1.156.492. Kebutuhan hidup layak Kabupaten Blora
dari tahun 2009-2015 rata-rata mencapai Rp 960.848. Kebutuhan hidup layak masyarakat mengalami
perubahan setiap tahunnya, hal ini dikarenakan adanya beberapa faktor yaitu adanya kenaikan harga
barang dan gaya hidup/ perubahan pola konsumsi masyarakat, serta biaya pendidikan dan kesehatan
yang semakin meningkat.

Tugas Mata Kuliah Sustainable Develop e t

Yeti Ulfah Tuzyahroya

21040113120042

Tabel 1 Kebutuhan Hidup Layak Kabupaten Blora Tahun 2009-2015
Tahun

Kebutuhan Hidup Layak

Pertumbuhan

2009

Rp 710.546

-

2010

Rp 760.890

7%


2011

Rp 829.851

9%

2012

Rp 868.348

5%

2013

Rp 941.021

8%

2014


Rp 1.008.527

7%

2015

Rp 1.156.492

15%

Rp 960.848

Rata-rata

-

Sumber : Dinas Naker Transos Kab. Blora, 2016

Dapat dilihat pada pada Gambar 1, pertumbuhan kebutuhan hidup layak di Kabupaten Blora

mengalami fluktuasi. Dari tahun 2009 menuju 2010 pertumbuhan angka KHL mencapai 7%,
sedangkan pada tahun selanjutnya naik menjadi 9%. Pertumbuhan yang cukup signifikan terjadi pada
tahun 2015 yaitu kebutuhan hidup layak mencapai 15% dari Rp 1.008.000 menjadi Rp 1.156.492.

16%
15%

14%
12%
10%
9%
8%

8%
7%

7%

Pertumbuhan KHM


6%
4%

5%

2%
0%
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Sumber : Dinas Naker Transos Kab. Blora,2016 ((olah data)

Gambar 1 Grafik Pertumbuhan KHL Kabupaten Blora tahun 2009-2015

Upah minimum regional/upah minimum kabupaten merupakan upah terendah minimal setiap
bulan yang harus diterima oleh pekerja di suatu daerah untuk memenuhi kebutuhan minimal hidup
layak mereka. Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa setiap tahun tingkat UMR di Kabupaten Blora selalu
mengalami peningkatan. Hal ini berbanding lurus dengan tingkat KHL (kebutuhan hidup layak) yang
ada di daerah tersebut. Tidak dapat dipungkiri memang seharusnya tingkatan UMR dengan KHL di
suatu daerah adalah sama, apabila KHL meningkat maka UMR pun akan meningkat. Sehingga

Tugas Mata Kuliah Sustainable Develop e t


Yeti Ulfah Tuzyahroya
21040113120042

masyarakat dapat memenuhi kebutuhan mereka sesuai dengan kebutuhan hidup layak setiap bulannya
dengan pendapatan sebesar UMR yang berlaku di tempat dimana mereka bekerja.
Tabel 2 Upah Minimun Kabupaten Blora Tahun 2009-2015
Tahun

UMR

Pertumbuhan

2009

Rp 675.000

-

2010


Rp 742.000

10%

2011
2012

Rp 816.200
Rp 855.500

10%
5%

2013

Rp 932.000

9%

2014

Rp 1.009.000

8%

2015

Rp 1.180.000

17%

Rp 958.540

Rata-rata

-

Sumber : Dinas Naker Transos Kab. Blora, 2016

Grafik pola pertumbuhan UMR memiliki pola yang serupa dengan pertumbuhan KHL di
Kabupaten Blora. Dapat dilihat pada Gambar 2, hampir sama dengan grafik pertumbuhan KHL, grafik
pertumbuhan UMR di Kabupaten Blora pun megalami fluktuasi. Naik dan turunnya pertumbuhan
UMR ini dipengaruhi oleh KHL, semakin tinggi nilai KHL maka nilai UMR juga akan semakin
ditingkatkan. Pertumbuhan yang cukup signifikan terjadi pada tahun 2015 yaitu upah minimum
mencapai 17% dari Rp 1.009.000 menjadi Rp 1.180.000.

18%

17%

16%
14%
12%

10%

10%

10%

9%
Pertumbuhan UMK

8%

8%
6%
5%

4%
2%
0%
2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

Sumber: Sumber : Dinas Naker Transos Kab. Blora,2016 ((olah data)

Gambar 2 Grafik Pertumbuhan UMR Kabupaten Blora tahun 2009-2015

Apabila diamati lebih jauh, pada beberapa tahun terdapat ketidaksesuaian antara KHL dengan
penetapan UMR yang ada di Kabupaten Blora. Pada tahun 2009-2013, nilai KHL lebih tinggi
daripada nilai UMR di Kabupaten Blora. Selisih rata-rata antara nilai kebutuhan hidup layak dengan
Tugas Mata Kuliah Sustainable Develop e t

Yeti Ulfah Tuzyahroya
21040113120042

upah minimum pada tahun 2009-2013 tersebut adalah Rp 17.991. terjadi selisih paling besar antara
keduanya yaitu mencapai Rp 35.546 pada tahun 2009. Lebih rendahnya penetapan nilai UMR di
Kabupaten Blora pada lima tahun tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pada
tahun tersebut pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sehingga alokasi dana untuk upah pekerja
berada di bawah kebutuhan hidup layak. Selain itu dapat pula disebabkan oleh kebutuhan hidup
pekerja, daya beli, tingkat inflasi, dan kemampuan perusahaan di Kabupaten Blora.

INDEKS GINI KABUPATEN BLORA
Indeks gini merupakan suatu ukuran yang singkat mengenai derajat ketidakmerataan
distribusi pendapatan dalam suatu wilayah. Indeks gini memiliki nilai antara 0 hingga 1, dimana
semakin besar angkanya maka semakin besar kesenjangan ekonomi yang terdapat pada suatu daerah.
Tingkatan indeks gini di suatu wilayah antara lain: kesenjangan rendah indeks 0,5.
Tabel 3 Indeks Gini Kabupaten Blora Tahun 2009-2014
Tahun

Indeks Gini

2009

0,25

2010

0,26

2011

0,33

2012

0,38

2013

0,41

2014

0,42

Sumber : BPS dalam Indikator Ekonomi Kabupaten Blora, 2015

Semakin bertambah tahun, semakin tinggi tingkat kesenjangan ekonomi di Kabupaten Blora.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS Kabupaten Blora, tingkat kesenjangan di wilayah
Kabupaten Blora memasuki kesenjangan tingkat sedang sejak tahun 2012 hingga 2014 terakhir.
Meningkatnya kesenjangan tersebut disebabkan oleh adanya kenaikan upah minimum pekerja/buruh
yang tidak diimbangi dengan pemberian lapangan pekerjaan bagi masyarakat yang masih dalam
proses pencarian pekerjaan atau belum bekerja. Dalam hal ini dapat dibayangkan ketika para
pekerja/buruh memiliki pendapatan yang bertambah, di sisi lain masih ada orang yang sama sekali
belum memperoleh pendapatan untuk menutupi kebutuhan hidup minimum mereka.

KESIMPULAN
Kabupaten Blora merupakan kabupaten dengan nilai UMR tertinggi nomor 3 dalam lingkup
eks Karesidenan Pati dengan nilai UMR pada tahun 2015 mencapai Rp 1.180.000. Nilai UMR ini

Tugas Mata Kuliah Sustainable Develop e t

Yeti Ulfah Tuzyahroya
21040113120042

dihasilkan dengan melalui berbagai pertimbangan, salah satunya adalah dari mempertimbangkan nilai
kebutuhan hidup minimum/ kebutuhan hidup layak di Kabupaten Blora. Namun pada beberapa tahun
terjadi lebih rendahnya penetapan nilai UMR di Kabupaten Blora yang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya, pada tahun tersebut pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan
sehingga alokasi dana untuk upah pekerja berada di bawah kebutuhan hidup layak. Selain itu dapat
pula disebabkan oleh kebutuhan hidup pekerja, daya beli, tingkat inflasi, dan kemampuan perusahaan
di Kabupaten Blora.
Sementara itu, tingkat kesenjangan ekonomi masyarakat di Kabupaten Blora masih terhitung
sedang, bahkan mengalami kenaikan setiap tahun. Peristiwa ini seiring dengan ditetapkannya UMR
Kabupaten Blora yang meningkat setiap tahun, akan tetapi tidak ada peluang kerja baru bagi
penduduk produktif yang siap untuk bekerja dan menutupi kebutuhan hidup minimum mereka. Dalam
hal ini disarankan apabila ada upaya untuk mensejahterakan masyarakat tidak hanya dengan
menaikkan upah minimum saja namun juga perlua adanya penyediaan lapangan pekerjaan baru guna
mengurangi tingkat pengangguran dan mengurangi kesenjangan ekonomi masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Budiyono. 2007. Penetapan Upah Minimum dalam Kaitannya dengan Upaya Perlindungan bagi
Pekerja/Buruh dan Perkembangan Perusahaan. Tesis Pasca Sarjana Fakultas Hukum
Universitas Diponegoro: tidak diterbitkan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-01/MEN/1999 tentang Upah Minimum. Dalam
http://www.portalhr.com/wp-content/uploads/data/pdfs/pdf_peraturan/1204259803.pdf,
diunduh pada 10 Juni 2016.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 13 tahun 2012 tentang Komponen dan
Pelaksanaan

Tahapan

Pencapaian

Kebutuhan

Hidup

layak.

http://luk.staff.ugm.ac.id/atur/tk/Permennakertrans13-2012KebutuhanHidupLayak.pdf,
diunduh pada 10 Juni 2016.

Tugas Mata Kuliah Sustainable Develop e t

Dalam