Laporan sejarah indonesia tentang keraja

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Segala puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat , taufik serta hidayah-Nya telah terselesaikan tugas sejarah
kami tentang “Kerajaan Kutai dan Kerajaan Tarumanegara
Makalah ini kami susun secara sistematis dan praktis. Kami telah
berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan data-data yang kami peroleh
dari berbagai sumber .
Dalam menyusun makalah ini tidak menutup kemungkinan terdapat
kesalahan oleh karena itu kami mohon kerendahan hati para pembaca untuk
memakluminya .
Mudah-mudahan makalah ini dapat membawa manfaat bagi kita semua ...
amin.
Wassalamualaikum wr.wb

Penyusun
Nur Hafirah

i


DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................

i

Daftar Isi.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang............................................................................
B.Rumusan masalah.........................................................................

C.Tujuan.........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai..............................
B.Letak dan Wilayah Kekuasaan....................................................
C.Kehidupan di Kerajaan Kutai .......................................
D.Raja-Raja di Kerajaan Kutai.........................................
E.Prasasti-Prasasti Kerajaan Kutai....................................
F.Runtuhnya Kerajaan Kutai...........................................
BAB IV PENDAHULUAN

A.Latar Belakang............................................................................
B.Rumusan masalah.........................................................................
C.Tujuan.........................................................................................
BAB V PEMBAHASAN
A.Sejarah Berdirinya Kerajaan Kutai..............................
B.Letak dan Wilayah Kekuasaan....................................................
C.Kehidupan di Kerajaan Kutai .......................................
D.Raja-Raja di Kerajaan Kutai.........................................
E.Prasasti-Prasasti Kerajaan Kutai....................................
F.Runtuhnya Kerajaan Kutai...........................................
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan..................................................................................
B.Saran................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
Patut disyukuri bahwa Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki
latar belakang kebanggaan sejarah yang luar biasa yakni sebagai

kerajaan tertua di Indonesia, dimana pada abad ke IV telah berdiri

kerajaan bercorak Hindu India yang bernama Kerajaan Kutai
Mulawarman atau lebih sering
dikenal dengan Kerajaan Mulawarman.
Penafsiran

para

ahli

sejarah

menyimpulkan

bahwa

sesungguhnya Kerajaan Kutai Mulawarman adalah Kerajaan Kutai
yang berdiri di Martapura, Muara Kaman sehingga sering disebut
Kerajaan


Martapura

atau

Martadipura.

Kesimpulan

tersebut

berdasarkan catatan sejarah dari Cina dan India yang menyebut
dengan tegas

adanya kerajaan Kho Thay ( Bahasa Cina ) yang

berarti kerajaan besar dan Quetaire ( Bahasa
India) yang berarti hutan belantara.
B.RUMUSAN MASALAH
Latar belakang berdirinya kerajaan kutai

Proses perkembangan kerajaan kutai
Proses keruntuhan kerajaan kutai
C. Tujuan

1. Untuk membantu mempermudah pembelajaran, serta melengkapi
pematerian
2. Kita bisa mengenal dan mengetahui sejarah Kerajaan Kutai dan
Tarumanegara.

BAB II
PEMBAHASAN
A. LATAR BELAKANG BERDIRINYA KERAJAAN KUTAI

Zaman sejarah di Indonesia dimulai dengan ditemukannya
tulisan di daerah Kutai Kalimatan Timur diperkirakan letaknya
disekitar aliran sungai Mahakam. Para ahli memperkirakan ini
merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia dan menyebutnya
Kerajaan Kutai sesuai dengan nama daerah penemuannya.
Peta Kecamatan Muara Kaman


Melihat letaknya yang berada di jalur perdagangan India (di
barat) dan Cina (di Timur), banyak pengaruh dari luar yang masuk ke
kerajaan Kutai. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya benda-benda
dari kedua wilayah tersebut. Barang-barang seperti keramik, arca dewa
Trimurti, serta arca Ganesha, kemungkinan merupakan bagian dari
perlengkapan upacara keagamaan selain untuk kehidupan sehari-hari.
Kerajaan Kutai diperkirakan berdiri pada abad ke-5 Masehi, ini
dibuktikan dengan ditemukannya 7 buah Yupa (prasasti berupa tiang
batu) yang ditulis dengan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang

berasal dari India yang sudah mengenal Hindu. Yupa mempunyai 3
fungsi utama, yaitu sebagai prasasti, tiang pengikat hewan untuk
upacara korban keagamaan,
dan lambang kebesaran raja.
Dari tulisan yang tertera pada yupa nama raja Kundungga
diperkirakan merupakan nama asli Indonesia, namun penggantinya
seperti Aswawarman, Mulawarman itu menunjukan nama yang diambil
dari nama India dan upacara yang dilakukannya menujukan kegiatan
upacara agama Hindu. Dari sanalah dapat kita simpulkan bahwa
kebudayaan Hindu telah masuk di Kerajaan Kutai.

Kerajan Kutai Mulawarman (Martadipura) didirikan oleh
pembesar kerajaan Campa (Kamboja) bernama Kudungga, yang
selanjutnya menurunkan Raja Asmawarman, Raja Mulawarman,
sampai 27 (dua puluh tujuh) generasi Kerajaan Kutai Mulawarman
yaitu sebagai berikut: Kudungga, Asmawarman, Mulawarman, Sri
Warman, Mara Wijaya Warman, Gayayana Warman, Wijaya Tungga
Warman, Jaya Naga Warman, Nala Singa Warman, Nala Perana
Warmana Dewa, Galingga Warman Dewa, Indara Warman Dewa,
Sangga Wirama Dewa, Singa Wargala Warmana Dewa, Candra
Warmana, Prabu Mulia Tungga Dewa, Nala Indra Dewa, Indra Mulia
Warmana Tungga, Srilangka Dewa, Guna Perana Tungga, Wijaya
Warman, Indra Mulia, Sri Aji Dewa, Mulia Putera, Nala Pendita, Indra
Paruta Dewa, dan Darma Setia.

Sementara itu pada abad XIII di muara Sungai Mahakam
berdiri Kerajaan bercorak Hindu Jawa yaitu Kerajaan Kutai
Kertanegara yang didirikan oleh salah seorang pembesar dari Kerajaan
Singasari yang bernama Raden Kusuma yang kemudian bergelar Aji
Batara Agung Dewa Sakti dan beristerikan Putri Karang Melenu
sehingga kemudian menurunkan putera bernama Aji Batara Agung

Paduka Nira.
Proses asimilasi (penyatuan) dua kerajaan tersebut telah dimulai
pada abad XIII dengan pelaksanaan kawin politik antara Aji Batara
Agung Paduka Nira yang mempersunting Putri Indra Perwati Dewi
yaitu seorang puteri dari Guna Perana Tungga salah satu Dinasti Raja
Mulawarman (Martadipura), tetapi tidak berhasil menyatukan kedua
kerajaan tersebut. Baru pada abad XVI melalui perang besar antara
kerajaan Kutai Kertanegara pada masa pemerintahan Aji Pangeran
Sinum Panji Ing dengan Kerajaan Kutai Mulawarman (Martadipura)
pada masa pemerintahan Raja Darma Setia.
Dalam pertempuran tersebut Raja Darma Setia mengalami
kekalahan dan gugur di tangan Raja Kutai Kertanegara Aji Pangeran
Sinum Panji, yang kemudian berhasil menyatukan kedua kerajaan
Kutai Tersebut sehingga wilayahnya menjadi sangat luas dan nama
kerajaannyapun berubah menjadi Kerajaan Kutai Kertanegara Ing
Martadipura yang kemudian menurunkan Dinasti Raja-raja Kutai
Kertanegara sampai sekarang.

Literatur sejarah menyebutkan bahwa sejak abad XIII sampai
tahun 1960 yang menjadi Raja (sultan) Daerah Swapraja (Kerajaan

Kutai Kertanegara) berdasarkan tahun pemerintahannya adalah sebagai
berikut:
1. 1300 - 1325 Aji Batara Agung Dewa Sakti
2. 1350 - 1370 Aji Batara Agung Paduka Nira
3. 1370 - 1420 Aji Maharaja Sultan
4. 1420 - 1475 Aji Raja Mandarsyah
5. 1475 - 1525 Aji Pangeran Tumenggung Jaya Baya (Aji Raja Puteri)
6. 1525 - 1600 Aji Raja Mahkota
7. 1600 - 1605 Aji Dilanggar
8. 1605 - 1635 Aji Pangeran Sinum Panji Mendopo
9. 1635 - 1650 Aji Pangeran Dipati Agung
10. 1650 - 1685 Aji Pageran Mejo Kesumo
11. 1685 - 1700 Aji Begi gelar Aji Ratu Agung
12. 1700 - 1730 Aji Pageran Dipati Tua
13. 1730 - 1732 Aji Pangeran Dipati Anum Panji Pendopo
14. 1732 - 1739 Sultan Aji Muhammad Idris
15. 1739 - 1782 Aji Imbut gelar Sultan Muhammad Muslihuddin
16. 1782 - 1850 Sultan Aji Muhammad Salehuddin
17. 1850 - 1899 Sultan Aji Muhammad Sulaiman
18. 1899 - 1915 Sultan Aji Alimuddin

19. 1915 - 1960 Sultan Aji Muhammad Parikesit
20. 1960 - sekarang, Sultan Haji Aji Muhammad Salehuddin II

B. PROSES PERKEMBANGAN KERAJAAN KUTAI
Letak geografis Kerajaan Kutai yang berada menjorok ke
daerah pedalaman,menyebabkan Kutai menjadi tempat yang menarik
sebagai persinggahan bagi para pedagang dari Cina dan India. Hal
inilah yang menyebabkan pengaruh Hindu masuk ke Kutai, serta
membuat kegiatan perdagangan menjadi bagian dari kehidupan
masyarakat Kutai. Letak dari Kutai yang berada disekitar aliran Sungai
Mahakam merupakan potensi yang besar bagi penduduk Kutai untuk
melakukan kegiatan bertani.Masyarakat di kerajaan Kutai tertata, tertib,
dan teratur. Hal ini disebabkan oleh adanya sistem pemerintahan raja.
Selain itu mereka juga sangat menjaga akar tradisi budaya nenek
moyangnya.

Dalam

kaitan


ini,

mereka

melestarikan

tradis

imegalithikum melalui pembuatan tiang batu (yupa) untuk mengenang
apa yang mereka buat.
Prasasti yupa dari kerajaan kutai

Masyarakat Kutai juga adalah masyarakat yang respon terhadap
perubahan dankemajuan budaya. Hal ini dibuktikan dengan kesediaan
masyarakat Kutai yangmenerima dan mengadaptasi budaya luar (India)
ke dalam kehidupan masyarakat.Selain dari itu masyarakat Kutai
dikenal sebagai masyarakat yang menjunjung tinggispirit keagamaan
dalam

kehidupan

kebudayaanya.

Penyebutan

Brahmana

sebagai pemimpin spiritual dan ritual keagamaan dalam yupa-prasasti
yang mereka tulismenguatkan kesimpulan itu.Dalam Kehidupan sosial
terjalin hubungan yang harmonis antara rajamulawarman dengan kaum
Brahmana, seperti dijelaskan dalam prasasti Yupa, bahwaraja
Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor

sapi kepada kaum

Brahmanadi dalam tanah suci bernama Waprakeswara.
Kehidupan Kerajaan
Kehidupan sosial di Kerajaan Kutai merupakan terjemahan dari
prasasti-prasasti yang ditemukan oleh para ahli. Diantara terjemahan
tersebut adalah sebagai berikut :


Masyarakat di Kerajaan Kutai tertata, tertib dan teratur



Masyarakat di Kerajaan Kutai memiliki kemampuan

beradaptasi dengan budaya luar (India), mengikuti pola
perubahan zaman dengan tetap memelihara dan melestarikan
budayanya sendiri.
Kehidupan budaya masyarakat Kutai sebagai berikut :


Masyarakat Kutai adalah masyarakat yang menjaga akar

tradisi budaya nenek moyangnya.



Masyarakat yang sangat tanggap terhadap perubahan dan

kemajuan kebudayaan.


Menjunjung tingi semangat keagamaan dalam kehidupan

kebudayaannya.

Sistem Sosial - Politik Kerajaan Kutai

Kehidupan politik kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha membawa
perubahan baru dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat
Indonesia. Struktur sosial dari masa Kutai hingga Majapahit
mengalami perkembangan yang ber-evolusi namun progresif. Dunia
perekonomian pun mengalami perkembangan: dari yang semula sistem
barter hingga sistem nilai tukar uang.
Dari berbagai peninggalan yang ditemukan diketahui bahwa
kehidupan masyarakatnya Kutai sudah cukup teratur. Walau tidak
secara jelas diungkapkan, diperkirakan masyarakat Kutai sudah terbagi
dalam pengkastaan meskipun tidak secara tegas. Dari penggunaan
bahasa Sansekerta dan pemberian hadiah sapi, disimpulkan bahwa
dalam masyarakat Kutai terdapat golongan brahmana, golongan yang
sebagaimana juga di India memegang monopoli penyebaran dan
upacara keagamaan. Di samping golongan brahmana, terdapat pula
kaum ksatria. Golongan ini terdiri dari kerabat dekat raja. Di luar kedua
golongan ini, sebagian besar masyarakat Kutai masih menjalankan adat

istiadat dan kepercayaan asli mereka. Jadi, walaupun Hindu telah
menjadi agama resmi kerajaan, namun masih terdapat kebebasan bagi
masyarakat untuk menjalankan kepercayaan aslinya.
Diperkirakan bahwa pertanian, baik sawah maupun ladang,
merupakan mata pencarian utama masyarakat Kutai. Melihat letaknya
di sekitar Sungai Mahakam sebagai jalur transportasi laut, diperkirakan
perdagangan masyarakat Kutai berjalan cukup ramai. Bagi pedagang
luar yang ingin berjualan di Kutai, mereka harus memberikan “hadiah”
kepada raja agar diizinkan berdagang.
Pemberian “hadiah” ini biasanya berupa barang dagangan yang
cukup mahal harganya; dan pemberian ini dianggap sebagai upeti atau
pajak kepada pihak Kerajaan. Melalui hubungan dagang tersebut, baik
melalui jalur transportasi sungai-laut maupan transportasi darat,
berkembanglah hubungan agama dan kebudayaan dengan wilayahwilayah sekitar. Banyak pendeta yang diundang datang ke Kutai.
Banyak pula orang Kutai yang berkunjung ke daerah asal para pendeta
tersebut.

C. PROSES KERUNTUHAN KERAJAAN KUTAI

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama
Maharaja Dharma Setiatewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai
Kartanegara ke-13,Aji Pangeran Anum Panji Mendapa.Perlu diingat
bahwa Kutai ini (Kutai Martadipura) berbeda denganKerajaan Kutai

Kartanegarayang

ibukotanya

pertama

kali

berada

diKutai

Lama(Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang
disebutkan dalamsastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara
selanjutnya menjadi kerajaan Islamyang disebutKesultanan Kutai
Kartanegara.
Nama-Nama Raja Kutai
1. Maharaja Kudungga
2. Maharaja Asmawarman
3. Maharaja Irwansyah
4. Maharaja Sri Aswawarman
5. Maharaja Marawijaya Warman
6. Maharaja Gajayana Warman
7. Maharaja Tungga Warman
8. Maharaja Jayanaga Warman
9. Maharaja Nalasinga Warman
10. Maharaja Nala Parana Tungga
11. Maharaja Gadingga Warman Dewa
12. Maharaja Indra Warman Dewa
13. Maharaja Sangga Warman Dewa
14. Maharaja Singsingamangaraja XXI
15. Maharaja Candrawarman
16. Maharaja Prabu Nefi Suriagus
17. Maharaja Ahmad Ridho Darmawan
18. maharaja Riski Subhana
19. Maharaja Sri Langka Dewa
20. Maharaja Guna Parana Dewa
21. Maharaja Wijaya Warman
22. Maharaja Indra Mulya
23. Maharaja Sri Aji Dewa
24. Maharaja Mulia Putera

25. Maharaja Nala Pandita
26. Maharaja Indra Paruta Dewa
27. Maharaja Dharma Setia

Kerajaan Tarumanegara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang
pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4
hingga abad ke-7 m, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di
nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanegara
adalah kerajaan hindu beraliran wisnu. Kerajaan Tarumanegara
didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang
kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395).
Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali gomati, sedangkan putranya
di tepi kali Candrabaga. Maharaja Purnawarman adalah raja Kerajaan
Tarumanegara yang ketiga (395-434 m). Ia membangun ibukota
kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Kota
itu diberi nama Sundapura pertama kalinya nama Sunda digunakan.
Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan
Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai
penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan
1.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana.
Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian
pemerintahan kepada raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun
tersebut yang menjadi penguasa Kerajaan Tarumanegara adalah
Suryawarman (535 - 561 M) raja Kerajaan Tarumanegara ke-7. Dalam
masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman,
banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan
pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap
Kerajaan Tarumanegara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman
melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.
Kehadiran prasasti Purnawarman di pasir muara, yang memberitakan

raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa ibukota
sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini
berarti, pusat pemerintahan Kerajaan Tarumanegara telah bergeser ke
tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan rajatapura
atau salakanagara (kota perak), yang disebut argyre oleh ptolemeus
dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat
pemerintahan raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).
Ketika pusat pemerintahan beralih dari rajatapura ke Tarumanegara,
maka salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah.
Jayasingawarman pendiri Kerajaan Tarumanegara adalah menantu raja
Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang maharesi dari salankayana di
India yang mengungsi ke nusantara karena daerahnya diserang dan
ditaklukkan maharaja samudragupta dari kerajaan magada.
Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang
memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk
mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan
perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M Manikmaya,
menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah
Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh
manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota tarumangara dan
kemudian menjadi panglima angkatan perang Kerajaan Tarumanegara.
Perkembangan daerah timur menjadi lebih Berkembang Ketika Cicit
Manikmaya Mendirikan Kerajaan Galuh Dalam Tahun 612 M.

Gambar : Peta Letak Prasasti Kerajaan Tarumanegara

A. KEHIDUPAN DI KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Kehidupan Politik
Raja Purnawarman adalah raja besar yang telah berhasil
meningkatkan kehidupan rakyatnya. Hal ini dibuktikan dari prasasti
Tugu yang menyatakan raja Purnawarman telah memerintah untuk
menggali sebuah kali. Penggalian sebuah kali ini sangat besar artinya,
karena pembuatan kali ini merupakan pembuatan saluran irigasi untuk
memperlancar pengairan sawah-sawah pertanian rakyat.
2. Kehidupan Sosial
Kehidupan sosial Kerajaan Tarumanegara sudah teratur rapi, hal
ini terlihat dari upaya raja Purnawarman yang terus berusaha untuk
meningkatkan kesejahteraan kehidupan rakyatnya. Raja Purnawarman
juga sangat memperhatikan kedudukan kaum brahmana yang dianggap
penting dalam melaksanakan setiap upacara korban yang dilaksanakan
di kerajaan sebagai tanda penghormatan kepada para dewa.
3. Kehidupan Ekonomi
Prasasti tugu menyatakan bahwa raja Purnawarman
memerintahkan rakyatnya untuk membangun saluran air di Sungai
Gomati sepanjang 6122 tombak atau sekitar 12 km. Pembangunan
terusan ini mempunyai arti ekonomis yang besar bagi masyarakat,
Karena dapat dipergunakan sebagai sarana untuk mencegah banjir
disaat musim penghujan. Selain itu juga digunakan sebagai irigasi
pertanian serta sarana lalu-lintas pelayaran perdagangan antardaerah di
Kerajaan Tarumanegara dengan dunia luar dan daerah-daerah di
sekitarnya.
4. Kehidupan Budaya
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf dari prasastiprasasti yang ditemukan sebagai bukti kebesaran Kerajaan
Tarumanegara, dapat diketahui bahwa tingkat kebudayaan masyarakat
pada saat itu sudah tinggi. Selain sebagai peninggalan budaya,
keberadaan prasasti-prasasti tersebut menunjukkan telah

berkembangnya kebudayaan tulis menulis di kerajaan Tarumanegara.
B. RAJA-RAJA DI KERAJAAN TARUMANEGARA
Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12
orang raja. Pada tahun 669 M, Linggawarman, raja Tarumanagara
terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri
mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi
istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana
menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya.
Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada
menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa. Kekuasaan
Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa,
karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke
kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam
kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini,
hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari
Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Kerajaan Tarumanegara mencapai puncak kejayaan pada masa
pemerintahan raja Purnawarman. Raja purnawarman adalah raja besar,
hal ini dapat diketahui dari Prasasti Ciaruteun yang isinya, "Ini (bekas)
dua kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu ialah kaki Yang Mulia Sang
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang gagah berani di dunia".
Raja-raja Tarumanegara:
1. Jayasingawarman 358-382 M
2. Dharmayawarman 382-395 M
3. Purnawarman 395-434 M
4. Wisnuwarman 434-455 M
5. Indrawarman 455-515 M
6. Candrawarman 515-535 M
7. Suryawarman 535-561 M
8. Kertawarman 561-628 M
9. Sudhawarman 628-639 M
10. Hariwangsawarman 639-640 M
11. Nagajayawarman 640-666 M

12. Linggawarman 666-669 M
C. PRASASTI-PRASASTI KERAJAAN TARUMANEGARA
1. Prasasti Ciaruteun

Prasasti Ciaruteun atau prasasti Ciampea ditemukan ditepi sungai
Ciarunteun, dekat muara sungai Cisadane Bogor prasasti tersebut
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta yang terdiri dari 4
baris disusun ke dalam bentuk Sloka dengan metrum Anustubh. Di
samping itu terdapat lukisan semacam laba-laba serta sepasang telapak
kaki Raja Purnawarman. Gambar telapak kaki pada prasasti Ciarunteun
mempunyai 2 arti yaitu:
a. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan raja atas daerah
tersebut (tempat ditemukannya prasasti tersebut).
b. Cap telapak kaki melambangkan kekuasaan dan eksistensi
seseorang (biasanya penguasa) sekaligus penghormatan sebagai
dewa. Hal ini berarti menegaskan kedudukan Purnawarman yang
diibaratkan dewa Wisnu maka dianggap sebagai penguasa
sekaligus pelindung rakyat.
2. Prasasti Jambu

Prasasti Jambu atau prasasti Pasir Koleangkak, ditemukan di bukit
Koleangkak di perkebunan jambu, sekitar 30 km sebelah barat Bogor,
prasasti ini juga menggunakan bahwa Sansekerta dan huruf Pallawa
serta terdapat gambar telapak kaki yang isinya memuji pemerintahan
raja Purnawarman.
3. Prasasti Kebon Kopi

Prasasti Kebon Kopi ditemukan di kampung Muara Hilir kecamatan
Cibungbulang Bogor . Yang menarik dari prasasti ini adalah adanya
lukisan tapak kaki gajah, yang disamakan dengan tapak kaki gajah
Airawata, yaitu gajah tunggangan dewa Wisnu.
4. Prasasti Muara Cianten

Prasasti Muara Cianten, ditemukan di Bogor, tertulis dalam aksara ikal
yang belum dapat dibaca. Di samping tulisan terdapat lukisan telapak
kaki.
5. Prasasti Pasir Awi

Prasasti Pasir Awi berada di daerah 0°10’37,29” BB (dari Jakarta) dan
6°32’27,57”, tepat berada di puncak perbukitan Pasir Awi (600 m dpl),
Bojong Honje-Sukamakmur Bogor.

6. Prasasti Cidanghiyang

Prasasti Cidanghiyang atau prasasti Lebak, ditemukan di kampung
lebak di tepi sungai Cidanghiang, kecamatan Munjul kabupaten
Pandeglang Banten. Prasasti ini baru ditemukan tahun 1947 dan berisi
2 baris kalimat berbentuk puisi dengan huruf Pallawa dan bahasa
Sansekerta. Isi prasasti tersebut mengagungkan keberanian raja
Purnawarman.
7. Prasasti Tugu

Prasasti Tugu di temukan di daerah Tugu, kecamatan Cilincing Jakarta
Utara. Prasasti ini dipahatkan pada sebuah batu bulat panjang
melingkar dan isinya paling panjang dibanding dengan prasasti
Tarumanegara yang lain, sehingga ada beberapa hal yang dapat
diketahui dari prasasti tersebut.

Hal-hal yang dapat diketahui dari prasasti Tugu adalah:
a. Prasasti Tugu menyebutkan nama dua buah sungai yang terkenal
di Punjab yaitu sungai Chandrabaga dan Gomati. Dengan adanya
keterangan dua buah sungai tersebut menimbulkan tafsiran dari
para sarjana salah satunya menurut Poerbatjaraka. Sehingga
secara Etimologi (ilmu yang mempelajari tentang istilah) sungai
Chandrabaga diartikan sebagai kali Bekasi.
b. Prasasti Tugu juga menyebutkan anasir penanggalan walaupun
tidak lengkap dengan angka tahunnya yang disebutkan adalah
bulan phalguna dan caitra yang diduga sama dengan bulan
Februari dan April.
c. Prasasti Tugu yang menyebutkan dilaksanakannya upacara
selamatan oleh Brahmana disertai dengan seribu ekor sapi yang
dihadiahkan raja.
D. SUMBER-SUMBER SEJARAH
Bukti keberadaan Kerajaan Taruma diketahui melalui sumbersumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari
dalam negeri berupa tujuh buah prasasti batu yang ditemukan empat di
Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti
ini diketahui bahwa kerajaan dipimpin oleh Rajadirajaguru
Jayasingawarman pada tahun 358 M dan beliau memerintah sampai
tahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar
sungai Gomati (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah
kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara. Sedangkan sumber-sumber dari
luar negeri yang berasal dari berita Tiongkok antara lain:
1. Berita Fa-Hsien, tahun 414 M dalam bukunya yang berjudul FaKao-Chi menceritakan bahwa di Ye-po-ti hanya sedikit dijumpai
orang-orang yang beragama Buddha, yang banyak adalah orangorang yang beragama Hindu dan sebagian masih animisme.
2. Berita Dinasti Sui, menceritakan bahwa tahun 528 dan 535 telah
datang utusan dari To- lo-mo yang terletak di sebelah selatan.
3. Berita Dinasti Tang, juga menceritakan bahwa tahun 666 dan 669
telah datang utusaan dari To-lo-mo.

Berdasarkan tiga berita di atas para ahli menyimpulkan bahwa
istilah To-lo-mo secara fonetis penyesuaian kata-katanya sama dengan
Tarumanegara. Maka berdasarkan sumber-sumber yang telah dijelaskan
sebelumnya maka dapat diketahui beberapa aspek kehidupan tentang
kerajaan Tarumanegara. Kerajaan Tarumanegara diperkirakan
berkembang antara tahun 400-600 M. Berdasarkan prasast-prasati
tersebut diketahui raja yang memerintah pada waktu itu adalah
Purnawarman. Wilayah kekuasaan Purnawarman menurut prasasti
Tugu, meliputi hampir seluruh Jawa Barat yang membentang dari
Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon.

BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN
Inilai lain dan bedanya Nasionalisme Indonesia zaman sekarang
daripada dahulu. Masyarakat Kutai yang membuka zaman sejarah
Indonesia pertama kalinya ini menampilkan nilai sosial dan politik dan
ketuhanan dalam bentuk kerajaan, kenduri, serta sedekah kepada para
Brahmana. Dan juga Dari apa yang telah di sampikan pada kerajaan
Tarumanegara tadi, dapat di simpulkan pengaruh kebudayaan India di
Indonesia tidak hanya menunjuk pada perkembangan ajaran Hindu –
Budha, tetapi juga pada aspek lain missal aspek politik, ekonomi, sosial
budaya dan lain sebaginya Dalam proses akulturasi, Indonesia sangat
berperan aktif. Hal ini terlihat dari peninggalan – peninggalan yang

tidak sepenuhnya merupakan hasil jiplakan kebudayaan

India

Meskipun corak dan sifat kebudayaan di pengaruhi India. Namun
dalam perkembangannya Indonesia mampu menghasilkan kebudayaan
kepribadian sendiri
B.

Saran

Dari keberadaanya kerajaan Kutai Dan Kerajaan Tarumanegara di
wilayah kita pada masa yang lalu. Maka kita wajib mensyukurinya.
Rasa syukur tersebut dapat di wujudkan dalam sikap dan perilaku
dengan hati yang tulus serta di dorong rasa tanggung jawab yang tinggi
untuk melestarikan dan memelihara budaya nenek moyang kita. Jika
kita ikut berpartisipasi dalam menjamin kelestariannya berarti kita ikut
mengangkat derajat dan jati diri bangsa. Oleh karena itu marilah kita
bersama – sama menjaga dan memelihara peninggalan budaya bangsa
yang menjadi kebanggaan kita semua

LAPORAN TENTANG (KERAJAAN KUTAI DAN
KERAJAAN TARUMANEGARA)
DI SUSUN
O
L
E
H
NAMA : NUR HAFIRAH
KELAS : X – SAINS 2

SMAN 1 DOMPU