T2__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Pelaksanaan Program Kelas Bilingual Di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga T2 BAB I

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memasuki abad 21, masyarakat dihadapkan pada
era globalisasi dimana proses tatanan masyarakat yang
mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Hal
senada juga diungkapkan oleh Asmani (2011:5), yang
berpendapat bahwa revolusi teknologi, transportasi,
informasi, dan komunikasi menjadikan dunia ini tanpa
batas. Kita bisa mengetahui sesuatu yang terjadi di
belahan dunia lain hanya dalam waktu singkat, bahkan
hitungan detik melalui media internet, televisi, surat
kabar, maupun ponsel. Globalisasi pada kenyataannya
telah memberi peluang dan fasilitas yang luar biasa
bagi siapa saja yang mau dan mampu memanfaatkannya, baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk
kepentingan manusia seutuhnya seperti yang diungkapkan oleh Mastuhu (2007:49).
Era globalisasi menuntut kemampuan daya saing
yang kuat dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen dan sumber daya manusia (SDM). Pengetahuan dan teknologi menjadi hal yang diprioritaskan
karena perkembangannya telah membawa perubahan
di hampir semua aspek kehidupan manusia. Sejalan
dengan arus globalisasi, kebutuhan akan kemampuan

berbahasa Inggris semakin terasa. Oleh sebab itu, tidak
mengherankan apabila para ahli yang berkecimpung di
dunia pendidikan merasa perlu memberikan pelajaran
Bahasa

Inggris

secara

intensif

dan

berkelanjutan
1

kepada peserta didik di sekolah menengah bahkan
sejak anak-anak masih duduk di bangku sekolah dasar.
Kemampuan penguasaan Bahasa Inggris menjadi salah
satu cara untuk meningkatkan kualitas daya manusia

yang siap bersaing dalam persaingan global.
Menyadari

pentingnya

proses

peningkatan

kualitas sumber daya manusia maka pemerintah telah
berupaya untuk menyiapkan SDM yang unggul melalui
pembenahan sistem pendidikan nasional. UndangUndang

Nomor

20

Tahun

2003


tentang

Sistem

Pendidikan Nasional Bab VII pasal 33 ayat 3 yang
berbunyi, “Bahasa asing dapat digunakan sebagai
bahasa pengantar pada satuan pendidikan tertentu
untuk

mendukung

peserta

didik”

kemampuan

dijadikan


dasar

berbahasa

asing

keberadaaan

kelas

bilingual.
Sebagai implementasi dari peraturan tersebut
maka Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
akan melaksanakan proses layanan pendidikan yang
berkualitas dan menghasilkan lulusan yang diakui
secara nasional dan internasional (Depdiknas, 2008).
Salah satu realisasi dari layanan pendidikan yang
berkualitas ini adalah dengan menyelenggarakan kelas
bilingual


atau

bahkan

Sekolah

Rintisan

Bertaraf

Internasional (RSBI). Bagi Indonesia, walaupun sekolah
RSBI sudah ditiadakan, tetapi pembelajaran bilingual
dapat

dijadikan

salah

satu


strategi

yang

dapat

digunakan untuk menghadapi persaingan global.
Pembelajaran

secara

bilingual

yang

dikem-

bangkan di Indonesia masih dilakukan pada pelajaran
2


matematika dan IPA. Terdapat dua faktor utama yang
mendorong pentingnya kelas bilingual yaitu pertama,
sumber daya manusia yang tangguh sangat diperlukan
karena

mengingat

sumber

daya

manusia

yang

menguasai teknologi dan ilmu-ilmu yang mendasarinya
yaitu matematika dan ilmu pengetahuan alam. Kedua,
mengingat sebagian besar ilmu seperti matematika,
fisika, biologi, kimia dan teknologi disebarluaskan

dalam Bahasa Inggris.
Dalam

proses

pelaksanaan

program

kelas

bilingual tentu masih terdapat beberapa kendala dan
masalah

yang

dihadapi.

Kenyataan


di

lapangan

menunjukkan bahwa sekolah-sekolah dalam hal ini
guru

yang

mengetahui
inovatif

merupakan
berbagai

yang

pembelajaran

ada.

yang

tenaga

model
Hal

pengajar

pembelajaran

ini

dilakukan

belum
bilingual

menyebabkan
di


sekolah

praktik
bersifat

campuran, tidak memiliki strategi-strategi tertentu yang
mengacu pada salah satu model pembelajaran bilingual
inovatif. Arnyana (2006) dalam penelitiannya menyatakan bahwa, guru-guru masih cenderung mengajar
dengan menggunakan proporsi Bahasa Inggris dan
bahasa Indonesia yang tidak tentu, keadaan seperti ini
tidak memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berbahasa Inggris dengan baik.
Arnyana (2006), juga menemukan bahwa pelaksanaan pembelajaran bilingual yang dilaksanakan di
sekolah rintisan bertaraf internasional menimbulkan
salah

konsep

dari

materi

yang

sedang

dikaji.

Kenyataan-kenyataan seperti ini menunjukkan bahwa
tujuan pembelajaran yang dicapai tidak sesuai dengan
3

harapan yang telah ditetapkan. Temuan empirik ini
memberikan gambaran bahwa tujuan pembelajaran
bilingual tidak tercapai yaitu menanamkan konsepkonsep

pelajaran

dan

meningkatkan

kemampuan

berbahasa Inggris.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Istiani (2009),
dengan judul “Implementasi pembelajaran Bilingual
Sebagai Wujud Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
Di SMP Negeri 2 Klaten Tahun Ajaran 2008/2009”
mengungkapkan bahwa masih terdapat kendala dalam
melaksanakan kelas bilingual antara lain: kurangnya
kesiapan guru dalam mengajar dengan menggunakan
Bahasa Inggris, kurangnya kemampuan awal bahasa
Inggris dari peserta didik, serta kesulitan peserta didik
dalam memahami materi berbahasa Inggris. Hal-hal
tersebut dinilai menjadi penyebab kurang optimalnya
pelaksanaan kelas bilingual.
Meskipun

terdapat

kendala

yang

ditemukan

dalam pelaksanaan kelas bilingual, namun pembelajaran bilingual mempunyai dampak yang positif bagi
perkembangan kognitif anak. Ninawati (2012), mengungkapkan bahwa mempelajari bahasa asing selama
usia anak-anak memiliki keuntungan karena manusia
mempunyai

kapasitas

istimewa

untuk

menguasai

bahasa pada masa anak-anak, tanpa melihat apakah
bahasa tersebut bahasa ibu atau bahasa lainnya. Selain
itu, dia juga menemukan bahwa mempelajari bahasa
Inggris pada usia anak di sekolah dasar merupakan hal
yang tepat dan anak yang bilingual memiliki lebih
banyak keuntungan dibanding dengan monolingual. Hal
4

tersebut menjadi salah satu pertimbangan sekolah
dasar yang membuka kelas bilingual.
Salah satu sekolah dasar swasta yang telah
menerapkan kelas bilingual adalah SD Kristen 3 Eben
Haezer Salatiga. Menurut hasil wawancara dengan
kepala sekolah yang dilakukan pada tanggal 16 Mei
2014 diperoleh informasi bahwa sekolah tersebut telah
menerapkan kelas bilingual sejak tahun pelajaran
2003/2004, jauh sebelum pemerintah menetapkan
penyelenggaraan Program Rintisan Sekolah Bertaraf
Internasional (RSBI) di tahun 2007. Dari hasil wawancara juga diperoleh keterangan bahwa kelas bilingual
yang dilaksanakan di SD Kristen 3 Eben Haezer
Salatiga menjadi salah satu program unggulan sekolah
yang pada awalnya ditawarkan oleh pihak Yayasan
Eben Haezer yang menaunginya. Hal tersebut didasari
karena adanya kebutuhan untuk meningkatkan SDM di
era globalisasi dengan membekali kemampuan Bahasa
Inggris di bidang pengetahuan dan teknologi.
Kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer
Salatiga diperuntukkan bagi peserta didik dari kelas
satu sampai kelas 6. Dalam kelas tersebut, Bahasa
Inggris

menjadi

bahasa

pengantar

untuk

mata

pelajaran matematika dan IPA. Pada awalnya guru-guru
pengampu

di

sekolah

membuat

materi

sendiri

berdasarkan kurikulum sekolah, Namun, sekarang
sekolah telah menggunakan buku-buku bilingual yang
sudah dicetak oleh salah satu penerbit.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala
sekolah SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga yang
dilakukan, diperoleh keterangan bahwa selama pelaksa5

naan program kelas bilingual belum pernah dilakukan
evaluasi secara mendalam. Evaluasi yang dilakukan
hanya sebatas mengetahui kendala dan mencari solusi.
Dari uraian di atas, peneliti memandang penting
untuk

dilakukan

evaluasi

mengenai

pelaksanaan

program kelas bilingual dengan menggunakan metode
CIPP (Context, Input, Process, Product). Metode ini dipilih
karena

evaluasi

yang

dilakukan

meliputi

evaluasi

konteks, masukan, proses dan hasil sehingga evaluasi
yang dilakukan bisa mendalam. Wirawan (2012:17) juga
mengungkapkan

bahwa

semua

program

perlu

dievaluasi untuk menentukan apakah layanan atau
intervensinya telah mencapai tujuan yang ditetapkan.
Evalusai yang akan dilakukan oleh peneliti, dalam hal
ini program kelas bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer
Salatiga, bertujuan untuk mengetahui apakah program
tersebut sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan
dan apakah sudah berjalan dengan baik. Hasil yang
diperoleh dalam penelitian dapat digunakan untuk
memberi masukan kepada sekolah sebagai pembuatan
atau pengembangan program selanjutnya.

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana

konteks

(context)

program

kelas

bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga?
2. Bagaimana

masukan

(input)

program

kelas

bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga?

6

3. Bagaimana

proses

(process)

program

kelas

bilingual di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga?
4. Bagaimana hasil (product) program kelas bilingual
di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga?
1.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Adapun

tujuan

yang

hendak

dicapai

dalam

penelitian ini adalah :
1. Mengevaluasi konteks program kelas bilingual di
SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga
2. Mengevaluasi masukan program kelas bilingual
di SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga
3. Mengevaluasi proses program kelas bilingual di
SD Kristen 3 Eben Haezer Salatiga
4. Mengevaluasi hasil program kelas bilingual di SD
Kristen 3 Eben Haezer Salatiga
1.3.2

Manfaat Penelitian
Penelitian

ini

diharapkan

dapat

memberikan

bahan masukan dan evaluasi yang konstruktif dalam
menerapkan program sekolah, dalam hal ini kelas
bilingual. Hasil penelitian juga bisa digunakan sekolah
dalam

upaya

meningkatkan

keberhasilan

suatu

program yang sesuai dengan tujuan program yang
sudah dibuat serta sebagai bahan rekomendasi bagi
kepala sekolah untuk menentukan tindak lanjut dari
program kelas bilingual yang sedang dilaksanakan.

7