T2__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 Di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga (Studi Kinerja Pegawai Non Akademik) T2 BAB II

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sebuah organisasi perlu melakukan perubahan
dan

peningkatan

secara

terus

menerus

untuk

menjaga kelangsungan sebuah organisasi dan dalam
upaya memenuhi kepuasan terhadap pelanggan.
Untuk itu perlu pengembangan manajeman yang
berkualitas. Gaspersz (2011), mengatakan bahwa
keberhasilan pengembangan manajemen kualitas

suatu organisasi sangat tergantung dua hal pokok,
yaitu: (1) keinginan besar dan komitmen dari
manajemen puncak untuk menerapkan prinsipprinsip kualitas dalam organisasi, dan (2) prinsipprinsip

kualitas

itu

diakomodasi

dalam

sistem

manajemen kualitas. Salah satu sistem manajemen
kualitas internasional adalah ISO 9001.
Organisasi pendidikan yang menerapkan Sistem
Manajemen

Mutu


(SMM)

berbasis

ISO,

dalam

penyusunan dokumen sistem mutu harus mengacu
pada

ISO,

yaitu

manajemen

mutu.


panduan

sistem

Di

dokumen

dalam

dokumen
sistem

manajemen mutu ada tiga tingkatan, yaitu Manual
Mutu, Prosedur, dan Instruksi Kerja (Wijatno, 2009).
Dari penjelasan tersebut menggambarkan bahwa
18

sistem manajemen mutu seharusnya diterapkan
dalam lembaga atau organisasi pendidikan. Dalam

sistem manajemen mutu yang berbasis ISO, ada tiga
komponen atau tingkatan dokumen yang harus
dipenuhi,

yaitu

Manual

Mutu,

Prosedur,

dan

Instruksi Kerja.
Ketiga dokumen tersebut merupakan dokumen
tertulis yang digunakan sebagai pedoman maupun
panduan dalam peningkatan manajemen mutu.
Dokumen ini dimaksudkan untuk memudahkan
anggota organisasi dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya.
panduan

sistem

Wijatno

(2009),

manajemen

mutu

mengatakan
dinyatakan

bahwa dokumen merupakan dasar penerapan SMM,
sehingga dokumen ditulis secara jelas dan rapi dan
dapat dimengerti dengan mudah oleh setiap anggota
organisasi yang memerlukannya. Tanpa adanya

dokumen yang teratur dan rapi, penerapan SMM
tidak dapat dilaksanakan dengan baik dan tidak
dapat dijamin konsistensinya.

2.1. Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008
Quality Management System (QMS) atau yang
sering dikenal dengan Sistem Manajemen Mutu
(SMM)

menurut

Gaspersz

(2011),

merupakan
19

sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktekpraktek standar untuk manajemen sistem yang
bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses

dan produk (barang dan jasa) terhadap kebutuhan
persyaratan tertentu yang ditentukan oleh pelanggan
dan

organisasi.

Prosedur

terdokumentasi

dan

praktek-praktek standar sistem manajemen mutu
tersebut ada dalam sistem manajemen mutu ISO
9001. Menurut Gaspersz (2011), ISO 9001 adalah
suatu

standar

internasional


untuk

sistem

manajemen mutu.
Definisi dari ISO 9000 untuk SMM atau QMS
adalah

struktur

organisasi,

tanggung

jawab,

prosedur-prosedur, proses-proses dan sumber daya
untuk penerapan
menetapkan


manajemen mutu. ISO 9001

persyaratan-persyaratan

dan

rekomendasi untuk desain dan penilaian suatu
SMM,

yang

bertujuan

untuk

menjamin

bahwa


organisasi memberikan produk (barang dan jasa)
yang

memenuhi

persyaratan-persyaratan

yang

ditetapkan.
ISO merupakan kependekan dari International
Organization
yang

for Standardization, yakni lembaga

mencatatkan

standar-standar


pada

level

internasional (Sobana, 2012). Dalam buku ISO 9000
20

Standar

Kualitas

Dunia,

Patterson

(2010)

menyebutkan bahwa ISO adalah suatu federasi
seluruh dunia yang didirikan pada tahun 1946
untuk meningkatkan standar dunia bagi produksi,
perdagangan

dan

komunikasi

dan

terdiri

atas

lembaga-lembaga anggota sekitar 90 negara yang
berkantor pusat di Jenewa, Swiss. Sasaran ISO ialah
memudahkan perdagangan internasional melalui
pengembangan standar dunia untuk sistem, produk,
dan layanan.
Pada sistem manajemen mutu ISO 9001:2008,
terdapat delapan prinsip manajemen mutu yang
berintegrasi pada klausul-klausul ISO itu sendiri
(Suardi, 2004), yaitu:
(1) Fokus pada Pelanggan (Costumer
focus); (2) Kepemimpinan (Leadership); (3) Keterlibatan Personel
(Involving people); (4) Pendekatan
Proses (Process approach); (5) Pendekatan Sistem Pengelolaan (Systems
approach); (6) Peningkatan Berkesinambungan (Continuos improvement); (7) Pembuatan Keputusan
Berdasarkan Fakta (Factual decision
making); (8) Hubungan Saling Menguntungkan dengan Mitra Kerja/
Pemasok (Mutually beneficial supplier
relationships).

21

Senada

dengan

pendapat

tersebut,

Gasper

(2013), dalam bukunya All-in-One Integrated Total
Quality Talent Management, bahwa ada delapan
prinsip Total Quality Management yaitu: Fokus
Pelanggan,
Orang,

Kepemimpinan,

Pendekatan

Proses,

Keterlibatan

Orang-

Pendekatan

Sistem

terhadap Manajemen, Peningkatan Terus-Menerus,
Pendekatan Faktual dalam Pembuatan Keputusan,
dan

Hubungan

Pemasok

yang

Saling

Meng-

untungkan.
Dari beberapa pendapat dan uraian diatas
dapat disimpulkan bahwa implementasi SMM ISO
9001:2008
Quality

memenuhi

Management

Kepemimpinan,

delapan
yaitu:

prinsip

Fokus

Keterlibatan

Total

Pelanggan,-

Orang-Orang,-

pendekatan Proses, Pendekatan Sistem terhadapManajemen,

Peningkatan

Terus-Menerus

Pen-

dekatan Faktual dalam Pembuatan Keputusan, dan
Hubungan

dengan

mitra

kerja

yang

Saling

Menguntungkan.
2.2. Manfaat Penerapan Sistem Manajemen Mutu
ISO
Ada beberapa manfaat dari penerapan ISO
9001:2008 bagi perusahaan, instansi atau suatu
organisasi. Beberapa manfaat dapat dicatat sebagai
22

berikut:

(1)

Meningkatkan

kepercayaan

dan

kepuasan pelanggan melalui jaminan mutu yang
terorganisir dan sistematik. Proses dokumentasi
dalam

ISO

9001:2008

menunjukkan

bahwa

kebijakan, prosedur dan instruksi yang berkaitan
dengan mutu telah direncanakan dengan baik; (2)
Perusahaan yang telah bersertifikat ISO 9001:2008
diijinkan untuk mengiklankan pada media massa
bahwa sistem manajemen mutu dari perusahaan
atau instansi itu telah diakui secara internasional.
Hal ini berarti meningkatkan image perusahaan atau
instansi serta daya saing dalam memasuki pasar
global; (3) Audit sistem manajemen mutu dari
perusahaan yang telah memperoleh sertifikat ISO
9001:2008 dilakukan secara periodik oleh registrar
dari lembaga registrasi, sehingga pelanggan tidak
perlu melakukan audit sistem mutu. Hal ini akan
menghemat biaya dan mengurangi duplikasi audit;
(4) Perusahaan atau instansi yang telah memperoleh
sertifikat ISO 9001:2008 secara otomatis terdaftar
pada lembaga registrasi, sehingga apabila pelanggan
potensial ingin mencari pemasok bersertfikat ISO
9001:2008, akan menghubungi lembaga registrasi.
Jika nama perusahaan atau instansi itu telah
terdaftar

pada

lembaga

registrasi

bertaraf
23

internasional,

maka

hal

itu

berarti

terbuka

kesempatan pasar baru; (5) Meningkatkan mutu dan
produktivitas dari manajemen melalui kerjasama
dan

komunikasi

yang

lebih

baik,

sistem

pengendalian yang konsisten serta pengurangan dan
pencegahan pemborosan. Meningkatkan kesadaran
mutu dalam perusahaan; (6) Memberikan pelatihan
secara sistematik kepada seluruh karyawan dan
manajer organisasi melalui prosedur-prosedur dan
instruksi-instruksi yang terdefinisi secara baik; (7)
Terjadi perubahan positif dalam hal kultur mutu
dari anggota organisasi, karena manajemen dan
karyawan

terdorong

sertifikasi ISO

untuk

mempertahankan

yang umumnya hanya berlaku

selama tiga tahun (Dharma, 2007).
Menurut Suardi (2004), manfaat implementasi
ISO antara lain adalah: membuat sistem kerja dalam
suatu perusahaan atau instansi menjadi standar
kerja yang terdokumentasi, ada jaminan bahwa
perusahaan

atau

instansi

mempunyai

sistem

manajemen mutu dan produk yang dihasilkan
sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat berfungsi
sebagai standar kerja untuk melatih karyawan yang
baru, menjamin bahwa proses yang dilaksanakan
24

sesuai

dengan

sistem

manajemen

mutu

yang

ditetapkan, semangat pegawai ditingkatkan karena
mereka merasa adanya kejelasan kerja sehingga
dapat bekerja dengan efisien, adanya kejelasan
hubungan

antara

melaksanakan
manajemen

bagian

suatu

sangat

yang

pekerjaan,

tinggi,

dapat

terlibat

dalam

kepercayaan
mengarahkan

karyawan agar berwawasan mutu dalam memenuhi
permintaan

pelanggan,

baik

internal

maupun

eksternal, dapat menstandarisasi berbagai kebijakan
dan prosedur operasi yang berlaku di seluruh
organisasi, dan menetapkan suatu dasar yang kokoh
dalam membangun sikap dan keinginan bagi setiap
kemajuan atau peningkatan.
Manfaat lainnya yaitu memberikan pelatihan
secara sistematik kepada seluruh pegawai melalui
prosedur-prosedur dan instruksi yang terdefinisi
secara baik. Terjadinya perubahan positif dalam
mutu, karena pimpinan dan pegawai mendorong
untuk mempertahankan sertifikat ISO 9001 yang
umumnya hanya berlaku selama tiga tahun. Untuk
memperoleh manfaat optimal dalam implementasi
SMM ISO 9001, maka sejak awal top manajemen
perlu mengkomunikasikan manfaat implementasi
kepada seluruh jajarannya (Patterson, 2010).
25

Lebih

lanjut

dijelaskan

bahwa

dengan

implementasi ISO, maka perlu meyakinkan kepada
seluruh pegawai bahwa: (1) ISO berarti stabilitas
pekerjaan, dimana pegawai tidak berada dalam
keinginan pimpinan yang mudah berubah tidak
menentu; (2) sertifikati ISO mengharuskan masukan
dari pegawai untuk menuliskan prosedur praktis
dan

ramah

pengguna;

meningkatkan
pegawai

hubungan

terlibat

dalam

(3)

sertifikasi

kebersamaan,
pengambilan

ISO

dimana

keputusan

kelompok tentang prosedur; (4) ISO akan memberi
konsistensi

tujuan

kepada

institusi;

(5)

ISO

menyediakan sarana pelatihan standar panduan dan
pegangan yang ramah pengguna; (6) ISO membuat
fokus kepada sesuatu yang diinginkan pelanggan; (7)
Standar ISO adalah akal sehat di atas kertas, yaitu
tulis apa yang dilakukan, dan lakukan apa yang
tertulis.
Dari

beberapa

pendapat

tersebut

dapat

diringkas bahwa penerapan SMM ISO mempunyai
manfaat baik internal (bagi organisasi) maupun
eksternal (bagi pelanggan). Manfaat bagi organisasi
antara lain adanya standarisasi sistem kerja yang
terdokumentasi,

peningkatan

kepercayaan

pe-

langgan, dan adanya sertifikat yang tercatat secara
26

internasional. Sedangkan bagi pihak luar atau
pelanggan

antara

lain

adanya

jaminan

mutu,

peningkatan kepuasan pelanggan, dan perbaikan
yang berkelanjutan. Hal ini akan meningkatkan
kepercayaan pelanggan.

2.3. Persyaratan Standar dari Sistem Manajemen
Mutu ISO
Sistem

manajemen

mutu

ISO

9001:2008

merupakan sistem manajemen mutu yang berfokus
pada proses dan pelanggan, maka pemahaman
terhadap persyaratan-persyaratan dari ISO akan
membantu

organisasi

dalam

menetapkan

dan

mengembangkan sistem manajemen mutu secara
sistematik untuk memenuhi kepuasan pelanggan
(customer satisfaction) dan peningkatan proses terusmenerus (continious process improvement). Dalam
implementasi ISO, ada beberapa klausul yang perlu
diperhatikan oleh manajemen organisasi (Gaspersz:
2003), yaitu:
1. Klausul 1. Ruang Lingkup
Ruang lingkup ISO 9001: 2000 telah
dikembangkan atau diperluas. Dalam hal ini
persyaratan-persyaratan
standar
telah
menekankan untuk memenuhi kepuasan
pelanggan melalui efektivitas dari aplikasi
sistem mutu, termasuk proses-proses untuk
27

2.

3.

4.

5.

6.

meningkatkan terus-menerus dan jaminan
kesesuaian.
Klausul 2. Referensi Normatif
Klausul ini hanya memuat referensi-referensi
dari ISO 9001:2000.
Klausul 3. Istilah dan Definisi
Klausul ini menyatakan bahwa istilah dan
definisi-definisi yang diberikan dalam ISO
9000:2000 (Quality Management System).
Klausul 4. Sistem Manajemen Mutu
Klausul ini lebih menekankan pada kebutuhan
untuk peningkatan terus-menerus (continual
improvement). Manajemen organisasi harus
menetapkan
langkah-langkah
untuk
implementasi
sistem
manajemen
mutu
9001:2000.
Klausul 5. Tanggung Jawab Manajemen
Klausul ini menekankan pada komitmen dari
manajemen puncak menuju perkembangan
dan peningkatan sistem manajemen mutu ISO
9001:2000. Klausul ini juga memaksa
keterlibatan
manajemen
puncak
dengan
kebutuhan-kebutuhan pelanggan, menetapkan
kebijakan untuk mutu, menetapkan tujuantujuan mutu, perencanaan sistem manajemen
mutu, menetapkan tanggung jawab dan
wewenang organisasi, mengangkat secara
formal seorang yang mewakili manajemen dan
menjamin proses komunikasi internal yang
tepat, serta harus melakukan peninjauan
ulang sistem manajemen mutu.
Klausul 6. Manajemen Sumber Daya Manusia
Klausal
ini
menyatakan
bahwa
suatu
organisasi hasus menetapkan dan memberikan
sumber-sumber daya yang diperlukan secara
tepat, personel yang bertanggung jawab dalam
melaksanakan tugas harus didefinisikan dalam
28

sistem manajemen mutu ISO 9001:2000 serta
memiliki kompetensi yang berkaitan dengan
pendidikan
yang
relevan,
pelatihan,
keterampilan dan pengalaman.
7. Klausul 7. Realisasi Produk
Klausul ini menyatakan bahwa organisasi
harus menjamin bahwa proses realisasi produk
berada di bawah pengendalian agar memenuhi
persyaratan produk.
8. Klausul
8.
Pengukuran,
Analisis
dan
Peningkatan
Menurut
klausul
ini
organisasi
harus
menetapkan rencana-rencana dan menerapkan
proses-proses
pengukuran,
pemantauan,
analisis dan peningkatan yang diperlukan agar
menjamin kesesuaian dari produk, menjamin
kesesuaian dari sistem manajemen mutu dan
meningkatkan terus-menerus efektivitas dari
sistem manajemen mutu.
Dari kutipan tersebut menggambarkan bahwa
implementasi SMM ISO diatur dalam delapan
klausul yang meliputi: ruang lingkup, referensi
normatif, istilah dan definisi, sistem manajemen
mutu, tanggung jawab manajemen, sumber daya
manusia,

realisasi

produk,

serta

pengukuran

analisis dan peningkatan.
2.4. Kinerja Pegawai
Didalam
pengertian
gambaran

beberapa

tentang

literatur,

kinerja.

mengenai

ada

Kinerja

tingkat

beragam

merupakan
pencapaian
29

pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan
dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
organisasi
strategis

yang
suatu

tertuang
organisasi

dalam

perencanaan

(Moehriono,

2012).

Pengertian tersebut dapat dimaknai kinerja bagi
pegawai dan bagi organisasi.
Bangun, (2012) mengatakan kinerja (performance) adalah hasil pekerjaan yang dicapai seseorang
berdasarkan persyaratan-persyaratan pekerjaan (job
requirement). Lebih lanjut dijelaskan bahwa suatu
pekerjaan mempunyai persyaratan tertentu untuk
dapat

dilakukan

disebut

juga

dalam

sebagai

mencapai
standar

tujuan

pekerjaan

yang
(job

standart). Dari dua pendapat tersebut terdapat
persamaan dimana kinerja diartikan sebagai hasil
kerja atau gambaran pencapaian hasil pekerjaan
seseorang atau organisasi untuk mencapai tujuan
tertentu.
Untuk mengetahui kinerja seorang pegawai
maka perlu dilakukan evaluasi kinerja bagi pegawai.
Ada

beberapa

pendapat

pakar

tentang

definisi

evaluasi kinerja dilihat dari sudut pandang masingmasing. Menurut Wirawan (2009), evaluasi kinerja
sebagai

proses

penilai-pejabat

penilaian-(appraiser)

yang

melakukan

mengumpulkan

informasi
30

mengenai

kinerja

ternilai-pegawai

yang

dinilai-

(appraise) yang didokumentasikan secara formal
untuk

menilai

kinerja

membandingkannya
secara

periodik

keputusan

dengan

untuk

manajemen

ternilai
standar

membantu
SDM.

dengan
kinerjanya

pengambilan

Evaluasi

kinerja

mengenai kinerja ternilai-pegawai/karyawan yang
dinilai-bukan

kinerja

organisasi.

Kinerja

para

karyawan/pegawai menentukan kinerja organisasi,
sehingga
pegawai

tinggi

rendahnya

menentukan

organisasi.

tinggi

kinerja

karyawan/

rendahnya

kinerja

Penilaian kinerja dimaksudkan untuk

membantu keputusan manajemen SDM dan untuk
mengetahui kinerja sebuah organisasi.
Senada dengan pendapat tersebut, menurut
Bangun (2012), penilaian kinerja adalah proses yang
dilakukan

organisasi

untuk

mengevaluasi

atau

menilai keberhasilan karyawan dalam melaksanakan
tugasnya.

Penilaian

dapat

dilakukan

dengan

membandingkan hasil kerja yang dicapai karyawan
dengan standar pekerjaan. Membandingkan hasil
kerja dengan standar pekerjaan berarti apabila hasil
kerja pegawai (seseorang) diatas standar pekerjaan
termasuk katagori baik, sebaliknya bila hasil yang
dicapai dibawah standar maka termasuk katagori
31

rendah. Dalam hal ini penilaian kinerja dapat dilihat
dari

kuantitas

dan

kualitas

pekerjaan

yang

diselesaikan dalam satuan waktu atau periode
tertentu.

Bila

seorang

karyawan

dapat

menyelesaikan pekerjaan dalam jumlah dan kualitas
melampaui standar yang telah ditetapkan, maka
kinerjanya baik/tinggi, sedangkan bila sebaliknnya
maka kinerjanya termasuk tidak baik/rendah.
Menurut Rivai, dkk. (2008), penilaian kinerja
merupakan kajian sistematis tentang kondisi kerja
karyawan yang dilaksanakan secara formal yang
dikaitkan

dengan

standar

kerja

yang

telah

ditentukan perusahaan. Selain itu, kinerja sebagai
suatu sistem pengukuran, dan evaluasi, memenuhi
atribut-atribut

yang

berhububungan

dengan

pekerjaan karyawan, perilaku dan keluaran, dan
tingkat absensi untuk mengetahui tingkat kinerja
karyawan pada saat ini.
Menurut Moeheriono (2012), evaluasi kinerja
diartikan

sebagai

kegiatan

untuk

menilai

atau

melihat keberhasilan dan kegagalan suatu instansi
pemerintah atau unit kerja dalam melaksanakan
tugas dan fungsi yang dibebankan kepadanya.
Evaluasi kinerja merupakan analisis dan interpretasi
keberhasilan atau kegagalan pencapaian kinerja,
32

dan sekaligus sebagai suatu proses umpan balik
atas kinerja yang lalu dan mendorong adanya
perbaikan produktivitas di masa mendatang.
Menurut
adalah

Gaspersz

berkaitan

mengevaluasi

(2013),

dengan

kinerja

evaluasi

metode

pekerjaan

kinerja

bagaimana

karyawan

dan

menajemen. Evaluasi kinerja adalah bagian dari
pengembangan karier dan pertumbuhan organisasi
menuju

keunggulan.

Evaluasi

kinerja

biasanya

berkaitan dengan kinerja PQCSDME (Productivity,
Quality,

Cost,

Service/Safety,

Delivery,

Morale,

Environtment).
Penilaian kinerja juga dapat di definisikan
dalam beberapa versi seperti yang dikemukakan oleh
Nawawi (2011), mendefinisikan penilaian kinerja
sebagai

berikut:

(1)

penilaian

kinerja

adalah

pendadaran (deskripsi) secara sistematis (teratur)
tentang relevansi antara tugas-tugas yang diberikan
dengan pelaksanaannya oleh seorang pekerja; (2)
penilaian kinerja adalah usaha mengidentifikasi,
mengukur (menilai) dan mengelola (manajemen)
pekerjaan yang dilaksanakan oleh para pekerja
(SDM) di lingkungan suatu organisasi/perusahaan;
(3) penilaian kinerja adalah kegiatan mengidentifikasi pelaksanaan pekerjaan dengan menilai aspek33

aspeknya, yang difokuskan pada pekerjaan yang
berpengaruh pada kesuksesan organisasi/perusahaan; (4) penilaian kinerja adalah kegiatan pengukuran
(measurement) sebagai usaha menetapkan keputusan tentang sukses atau gagal dalam melaksanakan
pekerjaan oleh seorang pekerja.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa, penilaian kinerja
diidentifikasikan
kinerja

hanya

sebagai
dapat

berikut:

dilakukan

(1)

penilaian

pada

kegiatan-

kegiatan dalam pelaksanaan pekerjaan yang terlihat
atau dapat diamati, pada saat pekerja melaksanakan
pekerjaannya; (2) penilaian kinerja terikat pada
tenggang

waktu

yang

terbatas,

yang

disebut

“periode penilaian (appraisal period)”; (3) penilaian
kinerja hanya dapat bermanfaat apabila mampu
memberikan gambaran tentang kekurangan dan
kelebihan

pekerja

dalam

melaksanakan

tugas-

tugasnya; (4) penilaian kinerja merupakan bagian
dari keseluruhan kegiatan manajemen pelaksanaan
pekerjaan,

bukan

sekedar

bagian

kegiatan

manajemen SDM; (5) penilaian kinerja berhubungan
dengan

pelaksanaan

pekerjaan

yang

bersifat

tersebut,

evaluasi

kompleks.
Dari

beberapa

pendapat

kinerja berkaitan dengan proses penilaian terhadap
34

individu atau organisasi, membandingkan hasil kerja
dengan

persyaratan

atau

standar

yang

telah

ditetapkan, dan dilakukan dalam periode waktu
tertentu. Evaluasi dimaksudkan untuk pengembangan peningkatan produktivitas, pengembangan karir,
dan

membantu

pengambilan

keputusan

pihak

manajemen sumber daya manusia.
Berdasarkan

beberapa

pendapat

tersebut,

menurut penulis evaluasi kinerja merupakan proses
penilaian kinerja pegawai/karyawan atau organisasi
dalam waktu tertentu untuk mengetahui tingkat
pencapaian hasil pekerjaan dengan standar yang
telah ditentukan guna peningkatan produktivitas,
pengembangan karir, dan membantu pengambilan
keputusan manajemen sumber daya manusia.

2.5. Manfaat Penilaian Kinerja
Pelaksanaan

penilaian

kinerja

bagi

sebuah

organisasi akan memperoleh beberapa manfaat.
Bangun (2012) menyebutkan ada lima manfaat
yaitu: Evaluasi antar individu dalam organisasi,
pengembangan diri setiap individu dalam organisasi,
pemeliharaan sistem, dan dokumentasi. Evaluasi
antar individu dalam organisasi bermanfaat untuk
menilai kinerja setiap inividu, ini bermanfaat dalam
35

menentukan jumlah dan jenis kompetensi yang
merupakan

hak

bagi

setiap

individu

dalam

setiap

individu

dalam

organisasi.
Pengembangan
organisasi

diri

bertujuan

untuk

pengembangan

karyawan. Setiap individu dalam organisasi dinilai
kinerjanya, bagi karyawan yang memiliki kinerja
rendah perlu dilakukan pengembangan baik melalui
pendidikan maupun pelatihan. Pemeliharaan sistem
bermanfaat untuk pengembangan perusahaan dari
individu, evaluasi pencapaian tujuan oleh individu
atau

tim,

perencanaan

sumber

daya

manusia,

penentuan dan identifikasi kebutuhan pengembangan organisasi, dan audit sistem sumber daya
manusia. Sedangkan dokumentasi akan memberi
manfaat dalam posisi pekerjaan karyawan dimasa
yang akan datang. Manfaat penilaian yang dimaksud
berkaitan dengan keputusan-keputusan manajemen
sumber daya manusia, pemenuhan secara legal
manajemen sumber daya manusia, dan sebagai
kriteria untuk pengujian validitas.
Evaluasi kinerja dapat berfungsi dan digunakan
berbagai hal. Wirawan (2009), menjelaskan sedikitnya ada 14 fungsi evaluasi kinerja, yaitu: (1)
memberikan

balikan

kepada

pegawai

ternilai
36

mengenai kinerjanya; (2) alat promosi dan demosi;
(3) alat motivasi ternilai; (4) sebagai alat pemutusan
hubungan kerja dan merampingkan organisasi (5)
menyediakan alasan hukum untuk pengambilan
keputusan personalia; (6) penentuan dan pengukuran tujuan kinerja; (7) konseling kinerja yang buruk;
(8) mendukung perencanaan sumber daya menusia;
(9) menentukan kebutuhan pengembangan sumber
daya manusia (SDM); merencanakan dan memvalidasi; (10) merencanakan dan memvalidasi perekrutan

tenaga

organisasi;

baru;

(11)

alat

manajemen

(12)

pemberdayaan

kinerja

pegawai;

(13)

menghukum anggota; dan (14) Penelitian.
Beberapa pendapat tersebut menggambarkan
bahwa penilaian kinerja mempunyai dua manfaat
utama, yaitu bagi organisasi dan bagi individu
pegawai yang bersangkutan. Manfaat bagi organisasi
antara lain sebagai bahan atau dasar mutasi atau
demosi, sebagai alat ukur produktivitas, dan sebagai
bahan

pengambilan

keputusan

bagi

HRD.

Sedangkan manfaat bagi pegawai antara lain sebagai
balikan atas hasil kerja yang sudah dilakukan,
motivasi, dan pengembangan diri.

37

2.6. Model Evaluasi Discrepancy
Untuk mengevaluasi suatu program ada banyak
model yang dapat digunakan. Masing-masing model
mempunyai fokus dan penekanan yang berbedabeda. Isaac (1986), membedakan empat hal yang
digunakan

untuk

membedakan

ragam

model

evaluasi, yaitu berorientasi pada tujuan program
(good

oriented),

berorientasi

pada

keputusan

(decision oriented), berorientasi pada orang-orang
yang menanganinya (transactional oriented), dan
berorientasi pada pengaruh (research oriented).
Evaluasi

program,

menurut

Kaufman

dan

Thomas (dalam Arikunto, 2012), sedikitnya ada
delapan model sebagai berikut:
1. Goal Oriented Evaluation Model, yang
dikembangkan oleh Tyler.
2. Goal Free Evaluation Model, yang
dikembangkan oleh Scriven.
3. Formatif Summatif Evaluation Model,
dikembangkan oleh Michael Scriven.
4. Countenance Free Evaluation Model,
dikembangkan oleh Stake.
5. Responsive Free Evaluation Model,
dikembangkan Stake.
6. CSE-UCLA Free Evaluation Model,
menekankan pada “kapan” evaluasi
dilakukan.
7. CIPP
Free
Evaluation
Model,
dikembangkan oleh Stufflebeam.
38

8. Discrepancy Model, yang dikembangkan
oleh Provus.
Penelitian evaluasi implementasi ISO 9001:2008
di

UKSW

ini

menggunakan

Discrepancy

Model

(kesenjangan), sehingga tidak semua model-model
evaluasi tersebut dibahas dalam bagian ini. Dari segi
istilah,

berarti

Discrepancy

“kesenjangan”.

Discrepancy Model ini dikembangkan oleh

Malcom

Provus, yang menekankan pada pandangan adanya
kesenjangan di dalam pelaksanaan program. Malcom
Provus (dalam Wirawan, 2012) menyatakan bahwa
evaluasi

merupakan

suatu

proses

yang

terus

menerus dirancang untuk membantu administrator
program.
Dalam model ini, evaluasi program dilakukan
untuk

mengetahui

atau

mengukur

besarnya

kesenjangan yang ada pada setiap komponen. Selain
itu model ini menekankan pada kesenjangan yang
sebetulnya

merupakan

persyaratan

umum

bagi

semua kegiatan evaluasi, yaitu mengukur perbedaan
antara yang seharusnya di capai dengan yang sudah
riil dicapai (Arikunto, 2010).
Kesenjangan atau gap mengindikasikan adanya
disparitas atau perbedaan antara satu dengan yang
lainnya.

Istilah

Gap

analisys

lebih

banyak
39

digunakan dalam bidang manajemen atau ekonomi,
dan menjadi salah satu alat yang digunakan untuk
mengukur kualitas pelayanan. Gap analisys

atau

analisis kesenjangan merupakan salah satu langkah
dalam

perencanaan

maupun

tahapan

evaluasi

kinerja. Metode ini juga sering digunakan dalam
pengelolaan manajemen internal suatu lembaga.
Dalam melakukan evaluasi dengan Discrepancy
Model, ada tahapan yang dilakukan yaitu: (1)
Definisi, pada tahap ini kegiatan untuk merumuskan
tujuan, proses, tujuan dan pengalokasian sumber
daya dalam melakukan aktivitas untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan; (2) Instalasi, yaitu
rancangan
untuk

program

digunakan

sebagai

mempertimbangkan

standar

langkah-langkah

operasional program; (3) Proses, yaitu evaluasi
dipusatkan pada upaya untuk memperoleh data
tentang kemajuan program, untuk menentukan
apakah

sudah

diharapkan;

(4)

sesuai

dengan

Produk,

yaitu

tujuan
evaluasi

yang
untuk

menentukan apakah tujuan program sudah tercapai;
(5) Analisis Biaya-Manfaat (Cost Benefit Analysis),
yaitu

menganalisis

hasil

yang

diperoleh

dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

40

Dari penjelasan tersebut, dapat disimpulkan
bahwa dalam evaluasi discrepancy ada lima tahapan
atau aspek yang harus dilakukan, yaitu: definisi,
instalasi,

proses,

produk,

dan

analisis

biaya

manfaat.

2.7. Tinjauan Penelitian yang Relevan
Penelitian

dilakukan

oleh

Muhyadi

(2010),

tentang evaluasi penerapan SMM ISO 9001:2008
dan penerapan model presensi bagi dosen dan
karyawan berbasis TI di Fakultas Ilmu Sosial dan
Ekonomi (FISE) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY),
menunjukkan bahwa: (1) Penerapan sistem presensi
wajah dan SMM ISO 9001:2008 di FISE UNY secara
umum berdampak positif terhadap kinerja dosen, (2)
Penerapan sistem presensi wajah dan SMM ISO
9001:2008 belum sepenuhnya berdampak positif
pada kondisi dan kinerja karyawan, (3) Menurut
persepsi mahasiswa, penerapan sistem presensi
wajah dan SMM ISO 9001:2008 berdampak positif
terhadap pelaksanaan proses perkuliahan, ujian,
dan

layanan

akademik,

(4)

Penerapan

sistem

presensi wajah dan SMM ISO 9001:2008 berdampak
positif terhadap ketepatan waktu perkuliahan.

41

Penelitian
evaluasi

tersebut

discrepancy

menggunakan
dengan

model

tujuan

untuk

mengetahui dampak penggunaan sistem presensi
wajat dan SMM ISO terhadap kinerja dosen, kinerja
karyawan, pelaksanaan proses perkuliahan, ujian
dan layanan akademik, serta terhadap ketepatan
waktu perkulihan. Persamaan penelitian ini dengan
penelitian

penulis

digunakan,

yaitu

discrepancy.

pada

model

menggunakan

Sedangkan

evaluasi
model

yang

evaluasi

perbedaannya

pada

tahapan atau aspek evaluasi, yaitu meliputi tahap
definisi, instalasi, proses, produk, dan analisis biaya
manfaat.
Penelitian

evaluasi

program

dengan

menggunakan model evaluasi yang lain dilakukan
oleh

Surahman

(2014),

yaitu

tentang

Evaluasi

Pelaksanaan Program Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008

di

SMK

Saraswati

Salatiga

(kajian

Manajemen Kesiswaan). Penelitian ini menggunakan
model

evaluasi

CIPP

(Context,

Input,

Process,

Product). Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek
konteks, terdapat kesesuaian pemahaman kebijakan
mutu SMM ISO 9001:2008 dengan visi, misi, tujuan
dan rencana strategis SMK Saraswati dan kebijakan
pemerintah. Input guru mencukupi untuk semua
42

kompetensi keahlian. Aspek proses, menunjukkan
bahwa

perencanaan

peserta

didik

dengan

menggunakan sensus ke SMP-SMP sangat perlu.
Aspek produk, lulusan siswa tahun pelajaran 2010
sampai tahun 2012 mencapai 100%.
Penelitian tersebut adalah penelitian evaluasi
yang

sama

dengan

penelitian

penulis,

yang

mebedakan adalah model evaluasi yang digunakan.
Penelitian tersebut menggunakan model evaluasi
CIPP, sedangkan penelitian ini menggunakan model
evaluasi discrepancy.
Penelitian

dilakukan

oleh

Herniani

(2012),

dengan tujuan mengevaluasi implementasi tentang
sistem penjaminan mutu melalui SMM ISO 9001:
2008

pada

STBA

Teknologi

Lampung.

Hasil

penelitian menunjukkan bahwa menggunakan SMM
ISO 9001:2008 akan meningkatkan prestasi dan
berdampak pada pencitraan serta kinerja pada
perguruan tinggi.
Penelitian tersebut mengevaluasi implementasi
SMM ISO untuk mengetahui dampak terhadap
prestasi, pencitraan, serta kinerja pada perguruan
tinggi, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk
mengevaluasi

implementasi

SMM

ISO

dan

dampaknya dengan kinerja pegawai.
43

Zubedi (2011), tentang Evaluasi Pelaksanaan
SMM (ISO 9001:2000 dan ISO 9001:2008) di SMK
Rintisan

di

Temanggung.

Hasil

penelitian

menunjukkan bahwa tingkat pemahaman terhadap
klausul-klausul

SMM

ISO

tinggi

atau

baik,

walaupun masih ada beberapa warga sekolah yang
tingkat pemahamannya masih rendah.
Beberapa penelitian tentang dampak implementasi ISO terhadap kinerja telah dilaksanakan
oleh peneliti sebelumnya. To, W.M., Lee, Petter K.C,
dan

Yu,

Billy

T.W,

2011,

meneliti

tentang

implementasi ISO 9001:2000 dalam survei sektor
publik A di Makao SAR, Repubik Rakyat Cina.
Tujuan

penelitian

pelaksanaan

ISO

adalah

untuk

9001:2000.

mempelajari

Hasil

penelitian

menunjukkan bahwa ISO 9001:2000 berguna dalam
rangka

meningkatkan

kinerja

organisasi

dalam

organisasi publik.
Penelitian lain dilakukan oleh Jain, Sanjiv
Kumar dan Ahuja, Inderpreet Singh (2012) tentang
evaluasi ISO 9000. Penelitian bertujuan untuk
mengevaluasi

kontribusi

ISO

9000

untuk

memperbaiki kinerja di industri manufaktur di India.
Penelitian

dilakukan

terhadap

96

organisasi

manufaktur di India. Hasil penelitian menunjukkan,
44

berfokus pada kontribusi signifikan ISO 9000 faktor
keberhasilan
manajemen
menerus

pelaksanaan
puncak,

dan

inisiatif

mempengaruhi

seperti

praktek

kontribusi

perbaikan

implementasi

peningkatan

ISO

kinerja

terus
9000,

industri

pengolahan di industri India.
Hasil penelitian yang bertujuan untuk melihat
faktor penentu keberhasilan dan masalah dalam
pemeliharaan ISO 9000 dilakukan oleh Wahid,
Rosliana Ab., 2012. Penelitian bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor penentu dan masalah dalam
pemeliharaan
pelayanan

ISO
di

9000

dalam

Malaysia.

dua

Hasil

organisasi
penelitian

menunjukkan bahwa manajemen dan perspektif
karyawan pada faktor penentu keberhasilan dari ISO
9000. Faktor tersebut adalah komitmen manajemen
puncak,

keterlibatan

penghargaan,

karyawan,

perbaikan

terus

kerjasama

tim.

Sementara

dihadapi

oleh

kedua

mempertahankan

sistem

itu,

motivasi

dan

menerus,

dan

masalah

yang

perusahaan
mutu

dapat

dalam
diringkas

sebagai kurangnya kerjasama antara orang-orang,
kurangnya komitmen, kurangnya kesadaran dan
pemahaman ISO 9000, dan kurangnya komunikasi.

45

Beberapa penelitian tersebut, berfokus pada
dampak implementasi SMM ISO dengan kinerja
organisasi. Penelitian ini sedikit berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnya, dimana penelitian
ini menggunakan model evaluasi discrepancy dengan
tujuan untuk melihat implementasi SMM ISO dari
aspek definisi, instalasi, proses, produk, dan analisis
biaya manfaat. Selain itu juga untuk mengetahui
dampaknya terhadap kinerja pegawai. Penelitian ini
diharapkan dapat di jadikan masukan dan bahan
pertimbangan

bagi

pimpinan

universitas

dalam

pengambilan keputusan tentang implementasi SMM
ISO di UKSW Salatiga.

2.8. Kerangka Pikir Penelitian
Implementasi SMM ISO 9001:2008 di UKSW
merupakan salah satu kebijakan dari pimpinan
universitas

(top

peningkatan

mutu

manajemen)
dan

dalam

pemenuhan

upaya

kepuasan

pelanggan. SMM ISO 9001:2008 di implementasikan
di dua belas unit kerja/bagian di UKSW yang
diharapkan

dapat

mempunyai

dampak

positif

terhadap peningkatan mutu dan kinerja pegawai.
Namun selama implementasi program belum pernah

46

dilakukan evaluasi di dua belas unit kerja yang
menerapkannya.
Hasil penelitian evaluasi ini diharapkan dapat
dijadikan bahan kajian dan masukan bagi pimpinan
universitas maupun pimpinan unit/bagian untuk
pengambilan kebijakan berikutnya. Penelitian ini
bertujuan

untuk

mengetahui

aspek

definisi,

instalasi, proses, produk, dan analisis biaya-manfaat
implementasi SMM ISO 9001:2008 di UKSW Salatiga
dilihat dari persepsi pelaksana layanan maupun
pengelola sistem manajemen mutu. Selain itu juga
bertujuan untuk menganalisis dampak implementasi
SMM ISO 9001:2008 terhadap kinerja pegawai non
akademik di Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.
Penelitian dilakukan di dua belas unit kerja
atau bagian yang mengimplementasikan SMM ISO.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan
sebagai

masukan

dan

bahan

pertimbangan

Pimpinan Universitas dalam implementasi SMM ISO
di UKSW Salatiga.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka
pikir penelitian digambarkan seperti gambar 2.1
sebagai berikut:

47

KERANGKA PIKIR
PERSYARATAN
PELANGGAN

KEBIJAKAN PIMPINAN UNIVERSITAS

IMPLEMENTASI ISO 9001:2008

12 UNIT KERJA/BAGIAN
IMPLEMENTATOR ISO

HASIL EVALUASI
SEBAGAI BAHAN
PERTIMBANGAN/
MASUKAN BAGI
PIMPINAN

KINERJA PEGAWAI
PEMENUHAN
KEPUASAN
PELANGGAN

PELAKSANAN
EVALUASI

EVALUASI IMPLEMENTASI
ISO 9001:2008
DENGAN DISCREPANCY MODEL

Gambar 2.1: Kerangka Pikir Penelitian

Gambar
persyaratan

2.1.

menunjukkan

pelanggan

bahwa

mendorong

adanya

pimpinan

universitas mengambil kebijakan mengimplementasikan SMM ISO 9001:2008 di dua belas unit kerja
atau bagian. Implementasi SMM ISO diharapkan
dapat meningkatkan kinerja pegawai dan pada
akhirnya dapat memenuhi kepuasan pelanggan.
Evaluasi dilakukan pada implementasi SMM ISO di
dua belas unit kerja atau bagian dan dampaknya
terhadap kinerja pegawai. Alur tersebut ditunjukkan
48

dengan garus lurus. Hasil penelitian ini diharapkan
dapat memberikan masukan atau menjadi bahan
pertimbangan

atau

referensi

pengambilan

keputusan

ditunjukkan

pada

garis

pimpinan

selanjutnya.

dalam

Hal

putus-putus

ini
pada

gambar 2.1.

49

Dokumen yang terkait

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25