Teks Cerita Sejarah Diri Pribadi Pribadi

Teks Cerita Sejarah Diri Pribadi

Nama saya Risma Farlis Pradita. Saya saat ini berumur 17 tahun yang berarti saya lahir
pada tanggal 6 April 2000. Saya merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah saya bernama
Fakhrurrozie. Ayah saya bekerja sebagai Karyawan di PT Pertamina Persero. Ayah saya lahir
pada tanggal 5 Mei 1969. Ibu saya bernama Dewi Erlisa. Ibu saya bekerja sebagai Ibu Rumah
Tangga yang mengurus keluarga sehari – hari. Ibu saya lahir pada tanggal 1 September 1970.
Ayah dan Ibu saya menikah pada tahun 1995 dan dikaruniai anak perempuan pertama yang
bernama RIski Farlis Utami, yang merupakan saudara perempuan saya. Saudara Perempuan saya
pada saat ini sedang menjadi mahasiswi di Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta. Saudara
Perempuan saya lahir pada tanggal 2 April 1996, kami berdua memiliki perbedaan umur
sebanyak 4 tahun 4 hari.
Saya memiliki hobi menari, berolahraga, dan menyanyi. Namun, satu hobi yang hanya
menonjol di dalam diri saya adalah menari. Saya sekarang merupakan pelajar di SMA Patra
Mandiri 1 Palembang. Pada saat saya berumur 5 tahun atau lebih tepatnya saat saya di Taman
Kanak – Kanak. Saya sering mengikuti lomba menari dan menyanyi atau paduan suara. Dan
untuk pertama kalinya saya memenangkan juara 3 pada lomba paduan suara. Dan saya pernah
mengisi acara dengan Tarian Zapin ketika di TK.
Pada saat saya memasuki Sekolah Dasar (SD) pada umur 6 tahun yang berarti saya hanya
1 tahun di Taman Kanak – Kanak, saya mengikuti tes bersama teman saya yang duduk
disamping saya. Pada waktu itu saya di tes bersama guru yang bernama Bapak Asman. Saya

disuruh menyanyikan lagu yang saya ketahui. Namun dikarenakan saya sedikit pemalu pada
waktu itu saya tidak menyanyikan lagu apapun. Setelah saya di tes dan saya melihat
pengumuman, saya memasuki kelas 1A. Saya pernah mengikuti Lomba Saritilawah dan
memenangkan juara 2.
Saya memiliki kejadian memalukan pada saat saya di sekolah. Ketika saya kelas 2 SD
saya menggunakan sepatu kakak perempuan saya, entah kenapa pada waktu itu saya hanya ingin
menggunakan sepatu kakak saya yang sudah lama tidak terpakai. Namun ketika tanda bel sudah
berbunyi menandakan bahwa waktunya pulang, tetapi saya hanya diam ditempat dan merasakan
ada yang aneh di sepatu saya. Saya selalu menapakkan kaki saya dan tidak mengangkatnya. Guru
saya menanyakan kenapa saya belum pulang ketika teman teman saya sudah pulang semua. Dan
ketika saya mengangkat kaki saya, sol sepatu yang saya gunakan ternyata lepas, dan saya harus
menanggung malu. Dikarenakan saya sngat malu dan pada saat itu saya masih kecil, saya
menangis sekencang kencangnya. Untung saja pada saat itu kakak perempuan saya ada di kelas
6SD. Lalu guru saya memanggil kakak saya dan kebetulan kakak saya sedang ada jadwal sholat
berjamaah dan membawa sandal yang digunakannya untuk mengambil wudhu. Dan saya
berhenti menangis ketika kakak saya datang dan memberikan sendalnya.
Pada saat saya berumur sekitar 8 tahun di sekolah saya pernah dikunjungi Dancow untuk
mengadakan kompetisi menari. Saya mengikuti kompetisi menari dan dilatih oleh Tante Desi.
Saya pada waktu itu mengikuti lomba menari secara berkelompok bersama 4 teman saya, yang


bernama Luthfiyah, Naufal, Lintar, dan Raihan. Kami sering latihan untuk memenangkan lomba
itu. Dan beruntungnya pada lomba tahap pertama kami memenangkan lomba tersebut dan
berlanjut ke tahap selanjutnya. Dikarenakan setiap tahap memiliki tingkat kesulitan yang
berbeda, kami tetap terus berlatih keras untuk memenangkan lomba tersebut. Tahap kedua yaitu
tahap dimana kami mewakili nama sekolah sebagai perwakilan, dilaksanakan di Palembang
Trade Center (PTC) Mall. Kami mengikuti perlombaan dan melakukan yang terbaik untuk
memenangkan juara 1, dikarenakan jika kami memenangkan juara 1 kami akan dikirim ke
Jakarta untuk mewakili Palembang dalam ajang lomba tersebut. Ketika kami menonton tarian
dari sekolah lain, timbulah rasa pesimis dari kami, karena kemungkinan untuk memenangkan
lomba itu sangatlah kecil dengan lawan yang begitu bagus. Dan diakhir acara pengumuman pun
dimulai. Dengan raut wajah yang sedih kami tidak mengharapkan untuk memenangkan lomba
tersebut. Ketika pemandu acara menyebutkan beberapa kode yang menuju kepada kami, kami
langsung merubah raut wajah menjadi optimis. Kami tidak membayangkan jika kami akan
memenangkan lomba tersebut. Dan akhirnya saat yang ditunggu tiba, pemandu acara
menyebutkan nomor urutan kami dan nama sekolah kami. Kami sangat senang Karena kami
sudah berhasil melakukan yang terbaik dan memenangkan lomba tersebut. Dan tahap terakhir,
tahap dimana kami dikirim ke Jakarta untuk mewakili nama sekolah.
Pada saat kami di Jakarta kami hanya boleh memiliki wali dua orang dewasa dan satu
perwakilan dari Dancow yang akan membimbing kami nantinya. Namun, ibu saya ikut
mengantar dan ikut ke Jakarta hanya untuk menonton saya dan tidak menjadi perwalian kami.

Pada saat itu yang menjadi perwalian kami adalah Ibu Yuli selaku Kepala Sekolah saya dan Tante
Desi yang melatih kami. Saya sangat sedih karena ketika di Bandara Jakarta saya dipisahkan
dengan ibu saya dan tidak boleh bersama. Dan ketika di bandara itu kami dikawal oleh banyak
pengawal dan banyak wartawan yang ada disitu, pada saat kami keluar bandara keadaan sangat
ramai sehingga saya tidak bisa menemukan ibu saya. Ketika saya sampai di bus saya terus
memikirkan dimana ibu saya akan menginap dan dimana ibu saya sekarang berada. Untungnya
ibu saya ditemani oleh ibu – ibu dari teman saya. Sangat susah untuk bertemu ibu saya pada saat
itu, Karena kami di karantina di sebuah Hotel bintang 5 yang bernama Hotel Kristal. Dalam satu
ruang hotel itu terdiri dari 3 kamar tidur dan masing masing dilengkapi oleh 3 kamar mandi,
selain itu terdapat meja makan yang tersedia berbagai macam makanan dan susu dari produk
Nestle, satu dapur, dan satu ruang TV.
Kami melakukan banyak kegiatan pada saat di hotel, kami memiliki latihan bersama
pelatih dari Jakarta yang biasa kami panggil Kak Ari Tulang. Kak Ari Tulang adalah orang yang
tegas dalam melatih. Setiap daerah harus menampilkan satu tarian yang diajarkan oleh Kak Ari
Tulang. Kak Ari Tulang sering memarahi kami pada saat latihan. Ketika kami selesai latihan,
kami kembali ke ruangan kami dan pada saat kami sudah sampai di lift, saya memlihat ibu saya
sedang menunggu di Lobby Utama. Ketika kami ingin menghampiri ibu kami, kami di halangi
oleh pengawal yang ada disitu, dan pada akhirnya kami tidak dapat bertemu ibu kami. Dan saya
menangis pada saat itu karena saya sangat merindukan ibu saya dan sudah lama tidak melihat
wajahnya. Ketika kami sampai di ruangan kami, entah bagaimana caranya tidak lama kemudian

ibu kami mendatangani ruangan kami dan saya sangat terkejut, saya memeluk ibu saya dan
menangis lagi. Kami keluar dengan mengendap endap agar pengawal disana tidak melarang

kami untuk keluar. Dan akhirnya kami keluar dan pergi ke supermarket sebelah hotel untuk
membeli beberapa keperluan. Lalu sudah saatnya ibu saya untuk pulang ke tempat penginapan
mereka Karena tidak boleh menginap di tempat yang sama bersama kami. Ruangan kami
sangatlah luas sehingga kami sering memainkan mainan petak umpet hingga dimarahi oleh Tante
Desi dan Ibu Yuli. Setiap pagi biasanya sarapan kami di siapkan oleh Bu Yuli ataupun Tante
Desi. Pada saat itu saya satu kamar bersama Tante Desi dan Luthfiyah.
Lomba pun tiba, kami menggunakan pakaian dan properti yang sudah kami siapkan. Pada
saat lomba berlangsung, lomba tersebut disiarkan oleh siaran TV RCTI. Kami berlomba di Mall
Cheetos yang ada di Jakarta yang pada saat itu merupakan Mall para artis. Dan kami memiliki
partner Cut Tari untuk menemani kami tampil dalam tarian kami. Dikarenakan setiap kota pasti
memiliki partner atau artis sendiri untuk menemani mereka dalam adegan akting yang ada di
tarian kami. Dan pada akhirnya kami tidak memenangkan lomba tersebut dan mendapat
penghargaan dari mengikuti lomba tersebut.
Saya sangat sering mengikuti banyak lomba tari modern pada saat saya berada di Sekolah
Dasar. Dan Alhamdulillah saya sering memenangkan juara pertama pada saat itu. Saya juga
pernah mengikuti lomba menyanyi islam atau Nasyid dan dikirim ke Jakarta untuk mewakili
Kota Palembang Namun ketika saya kelas lima dan enam saya tidak lagi mengikuti lomba

dikarenakan persiapan ujian nasional.
Dan pada akhirnya saya lulus dalam jenjang Sekolah Dasar dan masuk ke jenjang
Sekolah Menengah Pertama di SMP Patra Mandiri 1 Plaju. Pada saat SMP saya hanya
mendapatkan prestasi ranking 7 pada saat kelas satu SMP dan ranking 3 pada saat kelas dua SMP
dan selanjutnya ranking 2 pada saaat kelas 3 SMP. Lalu saya melanjuti jenjang selanjutnya yaitu
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 4 Palembang melaluli jalur PMPA, namun dikarenakan
suatu alsan saya pindah ke SMA Patra Mandiri 1 pada saat kelas satu semester 2. Ketika saya
kelas dua SMA saya pernah mngekiuti Lomba Paduan Suara di Bogor. Dan sekarang saya sudah
berada di kelas tiga, semester pertama dan akan menghadapi UN pada semester kedua dan
melanjutkan ke Universitas yang saya inginkan. Saya harap saya dapat menjadi orang sukses di
dunia maupun di akhirat kedepannya.

Risma Farlis Pradita
XII MIPA 2