BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air 2.1.1. Pengertian Air - Analisa Kadmium (Cd) Pada Air Sumur di Sekitar Persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air

  2.1.1. Pengertian Air

  Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dengan fungsi yang tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lain. Hampir seluruh kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri, membersihkan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan aktivitas-aktivitas lainnya (Achmad, 2004).

  Berdasarkan Permenkes RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat- syarat dan pengawasan kualitas air bahwa yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat yang kualitasnya memenuhi syarat dan dapat diminum langsung.

  Di Indonesia, jumlah dan pemakaian air bersumber pada air tanah, air permukaan dan air atmosfer yang ketersediannya sangat ditentukan oleh air atmosfer atau sering dikenal dengan air hujan (Kusnoputranto, 2000).

  2.1.2. Sumber Air Air yang berada di permukaan bumi dapat berasal dari berbagai sumber.

  Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa, air permukaan dan air tanah (Chandra, 2006).

  2.1.2.1. Air Angkasa (Hujan)

  Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walau pada saat prepitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer yang disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya karbondioksida, nitrogen, dan amonia.

  2.1.2.2 Air Permukaan

  Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, telaga, waduk, rawa, terjun, sumur permukaan, sebagian besar berasal dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya.

  2.1.2.3 Air Tanah

  Air tanah berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Presipitasi membuat air tersebut bergerak ke permukaan tanah dalam bentuk hujan, salju, dan lain-lain. Setelah kembali ke permukaan tanah, air kembali melewati siklus air melalui satu atau beberapa tahapan berikut ini :

  • Evaporasi langsung kembali ke atmosfer

  Air akan kembali membentuk uap / awan dan pada akhirnya akan jatuh kembali ke permukaan tanah.

  • Aliran ke permukaan badan air Air mengalir diatas permukaan tanah menuju kolam, parit, danau atau lautan.

  Air dari badan air akan berevaporasi kembali ke atmosfer, atau pada anak sungai / parit dan akan berlanjut mengalir ke lautan.

  • Meresap ke dalam tanah

  Air dapat diserap oleh tumbuh-tumbuhan dan kemudian dikembalikan ke atmosfer dalam bentuk uap air setelah melewati transpirasi tanaman.

  Air tanah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber air lain. Pertama, air tanah biasanya bebas dari kuman penyakit dan tidak perlu mengalami proses purifikasi atau penjernihan. Persediaan air tanah juga cukup tersedia sepanjang tahun, saat musim kemarau sekalipun. Sementara itu, air tanah juga memiliki beberapa kerugian atau kelemahan dibandingkan dengan sumber air lainnya. Air tanah mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi yang tinggi dari zat-zat mineral seperti magnesium, kalsium dan logam berat seperti besi yang dapat menyebabkan kesadahan air. Selain itu, untuk mengisap dan mengalirkan air ke atas permukaan diperlukan pompa.

2.1.3. Syarat Air Bersih

  Berdasarkan Permenkes RI No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang syarat- syarat pengawasan kualitas air, syarat-syarat air bersih antara lain :

1. Persyaratan Biologis

  Persyaratan biologis berarti air bersih itu tidak mengandung mikroorganisme yang nantinya menjadi infiltran tubuh manusia. Mikroorganisme itu dapat dibagi dalam empat bagian, yaitu parasit, bakteri, virus, dan kuman. Dari keempat jenis mikroorganisme tersebut umumnya yang menjadi parameter kualitas air adalah bakteri seperti Eschericia coli.

  2. Persyaratan Fisik Persyaratan fisik air bersih terdiri dari kondisi fisik air pada umumnya, yakni derajat keasaman, suhu, kejernihan, warna, dan bau. Aspek fisik ini selain penting untuk aspek kesehatan langsung yang terkait dengan kualitas fisik seperti suhu dan keasaman, tetapi juga penting untuk menjadi indikator tidak langsung pada persyaratan biologis dan kimia, seperti warna air dan bau.

  3. Persyaratan Kimia Persyaratan kimia menjadi penting karena banyak sekali kandugan kimiawi air yang memberi akibat buruk pada kesehatan karena tidak sesuai dengan proses berat khususnya air raksa, timah hitam, dan kadmium dapat menjadi gangguan pada tubuh dan berubah menjadi racun.

  4. Persyaratan Radioaktif Persyaratan radioaktif sering juga dimasukkan sebagai bagian persyaratan fisik, namun sering dipisahkan karena jenis pemeriksaannya sangat berbeda,dan pada wilayah tertentu menjadi sangat serius seperti di sekitar reaktor nuklir.

2.1.4. Pemanfaatan Air

  Dari sekian banyak manfaat air, jumlah air yang benar-benar dikonsumsi hanya sebagian kecil saja, yakni yang tergolong penyediaan air minum/bersih.

  Namun demikian dari kelompok ini pun, yang benar dikonsumsi sangat sedikit.

  Misalnya saja, orang hanya minum 2 liter/orang/hari, demikian pula jumlah air yang dikonsumsi hewan atau tumbuhan, hanya sedikit saja. Sebagian besar hanya digunakan sebagai media. Misalnya, penyediaan air bersih ini sebagian besar akan kembali kealam sebagai air bekas cucian, bekas membersihkan rumah, bekas menggelontor kotoran, bekas mandi, dll (Soemirat,2009). Adapun kegunaan air adalah : 1.

  Air untuk minum 2. Air untuk keperluan rumah tangga 3. Air untuk industri 4. Air untuk mengairi sawah 5. Air untuk kolam perikanan, dll (Wardhana,2001)

  Di dalam tubuh manusia sendiri, air berkisar antara 50-70% dari seluruh berat Sebagai contoh, oksigen perlu dilarutkan dahulu, sebelum dapat memasuki pembuluh darah yang ada di sekitar alveoli. Segala reaksi biokimia di dalam tubuh manusia/hewan terlaksana di dalam lingkungan air. Air sebagai bahan pelarut, membawa segala jenis makanan ke seluruh tubuh. Ringkasnya, dalam segala fungsi kehidupan seperti bereaksi terhadap segala stimulus, tumbuh, bermetabolisme, bereproduksi, air selalu memegang peranan penting. Kekurangan air menyebabkan penyakit batu ginjal dan kandung kemih, karena terjadi kristalisasi unsur-unsur yang ada di dalam cairan tubuh.

2.1.5. Sarana Air Bersih

2.1.5.1. Sumur

  Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang tinggal di daerah pedesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu:

  a. Sumur Gali Sumur gali adalah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai air minum dengan kedalaman 7-10 meter dari permukaan tanah. Sumur gali menyediakan air permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkena kontaminasi melalui rembesan. Umumnya, rembesan berasal dari tempat pembuangan kotoran manusia dan hewan, juga dari limbah sumur itu sendiri (Depkes

  Dipandang dari segi kesehatan, penggunaan sumur gali kurang baik bila cara pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya pencemaran, dapat diupayakan pencegahannya, yaitu dengan cara memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, dinding sumur (cincin) minimal dengan kedalaman 3 meter dari permukaan tanah dan terbuat dari bahan kedap air, lantai sumur sekurang-kurangnya berdiameter 1 meter jaraknya dari dinding sumur dan kedap air, saluran pembuangan air limbah (SPAL) minimal 10 meter dan permanen, tinggi bibir sumur minimal 0,8 meter dari permukaan tanah, memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000)..

  b. Sumur Bor Dengan cara pengeboran, lapisan air tanah yang lebih dalam ataupun lapisan tanah yang jauh dari tanah permukaan dapat dicapai sehingga sedikit dipengaruhi kontaminasi. Umumnya, air dari sumur bor bebas dari pengotoran mikrobiologi dan secara langsung dapat dipergunakan sebagai air minum (Depkes RI, 1985)

  Menurut Chandra (2007), berdasarkan kedalamannya sumur terbagi dua yaitu:

  a. Sumur Dangkal (shallow well) Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan diperhatikan.

  b. Sumur Dalam (deep well) Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi.

2.1.5.2. Perlindungan Mata Air

  Perlindungan mata air adalah suatu bangunan penangkap mata air yang menampung air dari mata air. Walaupun mata air biasanya berasal dari air tanah yang terlindung, ada kemungkinan terjadi kontaminasi pada tempat penangkapan juga kontaminasi langsung terhadap mata air yang disebabkan oleh manusia atau binatang, harus dicegah melalui bangunan perlindungan.

2.1.5.3. Penampungan Air Hujan

  Penampungan air hujan untuk penyediaan air minum/air bersih biasanya memanfaatkan suatu permukaan yang luas, seperti atap rumah yang miring ke arah talang yang menampung air hujan dan disalurkan ke dalam tangki reservoir. Hujan pertama biasanya membawa kotoran yang ada pada atap, sehingga tidak dialirkan ke dalam tangki.

2.1.6. Peranan Air Dalam Penyebaran Penyakit

2.1.6.1. Penyakit Menular

  Menurut Slamet (2007), air merupakan bagian dari lingkungan yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam penggunaannya, air dapat menjadi penyebab terjadinya penyakit yang dibagi ke dalam 4 (empat) cara yaitu :

  1. Air Sebagai Penyebar Mikroba Patogen (Water Borne Disease) Penyakit disebarkan secara langsung oleh air dan hanya dapat menyebar apabila mikroba penyebab terjadinya penyakit masuk ke dalam sumber air yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis mikroba yang ada di dalam air yaitu virus, bakteri, protozoa dan metazoa. Penyakit yang disebabkan karena mikroba patogen ini seperti cholera, thypus abdominalis, hepatitis A, poliomyelitis, disentri. Keluhan yang dapat muncul seperti mencret dan kotoran berlendir.

  2 . Air Sebagai Sarang Vektor Penyakit (Water Related Insecta Vector) Air dapat berperan sebagai sarang insekta yang menyebarkan penyakit pada masyarakat. Insekta sedemikian disebut sebagai vektor penyakit. Vektor penyakit yang sedemikian dapat mengandung penyebab penyakit. Penyebab penyakit dalam tubuh vektor dapat berubah bentuk, berubah fase pertumbuhan atau pun bertambah banyak atau tidak mengalami perubahan apa-apa. Penyakit yang dapat muncul seperti filariasis, demam berdarah, malaria.

  3. Kurangnya Penyediaan Air Bersih (Water Washed Disease) Kurang tersedianya air bersih untuk menjaga kebersihan diri, dapat menimbulkan berbagai penyakit kulit dan mata. Hal ini terjadai karena bakteri yang ada pada kulit dan mata mempunyai kesempatan untuk berkembang. Keluhan yang dapat muncul seperti kulit merah, gatal-gatal dan mata merah, gatal dan berair.

  4. Air Sebagai Sarang Hospes Sementara (Water Based Disease) Penyakit ini memiliki host perantara yang hidup di dalam air. Penyakit yang dapat muncul adalah schistosomiasis dan dracontiasis.

2.1.6.2. Penyakit Tidak Menular

  Air dapat menimbulkan kerugian dan gangguan yang disebabkan oleh bahan- bahan kimia atau zat radioaktif yang ada di dalam air, terutama logam berat. Logam- logam berat hasil buangan limbah industri menimbulkan kasus pada beberapa daerah atau negara, misalnya keracunan merkuri (Hg) yang menyebabkan cacat bawaan pada bayi yang dikenal sebagai penyakit Minamata di Jepang, logam kadmium (Cd) yang dapat menyebabkan kenaikan darah karena kadmium (Cd) mempengaruhi kinerja otot polos pembuluh darah secara langsung maupun tidak langsung lewat ginjal, bahkan kerusakan dan penghambatan kinerja sistem fisiologis tubuh, kerja paru-paru, liver, kemandulan, serta imunitas juga syaraf dan kerapuhan pada tulang (Effendi, 2007).

  Besi (Fe) dan mangan (Mn) merupakan logam yang sering bersamaan keberadaannya di alam maupun dalam air. Logam ini dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil. Kelebihan logam ini dapat menimbulkan efek-efek kesehatan, seperti serangan jantung, gangguan pembuluh darah bahkan kanker hati. Logam ini bersifat akumulatif terutama di organ penyaringan sehingga dapat mengganggu fungsi fisiologis tubuh (Wardhana, 2004).

  Senyawa kalsium banyak terdapat di alam sebagai batu kapur, gips dan kalsium klorida. Kalsium dalam kadar tertentu dibutuhkan oleh tubuh untuk minum dapat menyebabkan pengerakan pada ketel-ketel pemanas, pipa distribusi air minum dan perabot rumah tangga.

  Adanya sulfat dalam jumlah besar yang berkaitan dengan magnesium pada air minum dapat menimbulkan reaksi laxative. Selain itu sifat korosif air terhadap logam akan lebih besar dengan adanya sulfat dengan kadar yang tinggi. Pada umumnya sulfat tidak dihilangkan pada proses pengolahan air minum, bahkan kadar sulfat ini dapat meningkat karena penggunaan alumunium sulfat untuk flokulasi kimiawi pada penjernihan air. Walau pengaruhnya tidak sebesar senyawa khlorida dan karbonat, sulfat juga mempengaruhi rasa air minum (Slamet, 2004).

2.2. Pencemaran Air

  Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama dan cermat. Untuk mendapatkan air yang baik, sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang mahal karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari hasil kegiatan manusia, baik limbah dari kegiatan rumah tangga, limbah kegiatan industri dan kegiatan-kegiatan lainnya (Wardhana, 2001).

  Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001, pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.

  Menurut Effendi (2003), polutan dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara masuknya ke dalam lingkungan, yaitu :

  1. Polutan Alamiah Polutan memasuki lingkungan (badan air) secara alami, misalnya akibat letusan gunung berapi, tanah longsor, banjir, dan fenomena alam lainnya.

  2. Polutan Antropogenik Polutan yang masuk ke lingkungan (badan air) akibat aktivitas manusia, misalnya kegiatan domestik (rumah tangga), kegiatan perkotaan, maupun kegiatan industri.

  Berdasarkan sifat toksiknya, polutan dibedakan menjadi dua yaitu :

  1. Polutan Toksik Polutan ini biasanya bukan berupa bahan-bahan yang alami, misalnya pestisida, detergen, dan bahan artifisial lainnya. Polutan ini dapat mengakibatkan kematian (lethal) maupun bukan kematian (sub-lethal), misalnya terganggunya pertumbuhan, tingkah laku, dan karakteristik morfologi berbagai organisme akuatik.

  2. Polutan Tidak Toksik Polutan ini biasanya telah berada pada ekosistem secara alami yang terdiri dari bahan-bahan tersuspensi dan nutrien (unsur hara). Bahan tersuspensi dapat mempengaruhi sifat fisika perairan, antara lain meningkatkan kekeruhan sehingga berlebihan dapat memicu terjadinya eutrofikasi perairan dan pertumbuhan mikroalga dan tumbuhan air secara pesat, yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem akuatik secara keseluruhan.

2.2.2. Indikator Pencemaran Air

  Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya perubahan atau tanda yang dapat diamati yang digolongkan menjadi :

  • Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, adanya perubahan warna, bau dan rasa.
  • Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat kimia yang terlarut, perubahan pH.
  • Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan mikroorganisme yang ada di dalam air, terutama ada tidaknya bakteri patogen.

  Indikator yang umum diketahui pada pemeriksaan pencemaran air adalah pH atau konsentrasi ion hidrogen, oksigen terlarut (Dissolved Oxygen), kebutuhan oksigen biokimia (Biochemical Oxygen Demand), serta kebutuhan oksigen kimiawi (Chemical Oxygen Demand).

  1. pH atau konsentrasi ion hidrogen Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah normal, maka air tersebut bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas normal akan bersifat basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5 (Effendi, 2003).

  2. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) Tanpa adanya oksigen terlarut, banyak mikroorganisme dalam air tidak dapat hidup karena oksigen terlarut digunakan untuk proses degradasi senyawa organik dalam air. Oksigen dapat dihasilkan dari atmosfir atau dari reaksi fotosintesa alga. Oksigen yang dihasilkan dari reaksi fotosintesis alga tidak efisien, karena oksigen yang terbentuk akan digunakan kembali oleh alga untuk proses metabolisme pada saat tidak ada cahaya. Kelarutan oksigen dalam air tergantung pada temperatur dan tekanan atmosfir (Warlina, 1985).

  Kadar oksigen terlarut yang tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dalam jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini bervariasi antar organisme. Keberadaan logam berat yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi sistem respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita (Effendi, 2003).

  3. Kebutuhan Oksigen Biokimia (Biochemical Oxygen Demand) Dekomposisi bahan organik terdiri atas 2 tahap, yaitu terurainya bahan organik menjadi anorganik dan bahan anorganik yang tidak stabil berubah menjadi atau nitrat (nitrifikasi). Pada penentuan nilai BOD, hanya dekomposisi tahap pertama yang berperan, sedangkan oksidasi bahan organik (nitrifikasi) dianggap sebagai zat pengganggu. Dengan demikian, BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme dalam lingkungan air untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan organik yang ada dalam air menjadi karbondioksida dan air.

  Jumlah mikroorganisme dalam air lingkungan tergantung pada tingkat kebersihan air. Air yang bersih relatif mengandung mikroorganisme lebih sedikit dibanding yang tercemar. Air yang telah tercemar oleh bahan buangan yang bersifat antiseptik atau bersifat racun, seperti fenol, kreolin, deterjen, insektisida, dan sebagainya, jumlah mikroorganismenya juga relatif sedikit (Effendi, 2003).

  4. Kebutuhan Oksigen Kimiawi (Chemical Oxygen Demand) COD adalah jumlah oksigen yang diperlukan agar bahan buangan yang ada dalam air dapat teroksidasi melalui reaksi kimia, baik yang dapat didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi. Jika pada perairan terdapat bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya tannin, fenol, polisakarida, dan sebagainya, maka lebih cocok dilakukan pengukuran COD daripada BOD (Effendi, 2003).

2.2.3. Sumber Pencemaran Air

  Menurut (Mukono, 2006), terdapat beberapa sumber pencemaran air yaitu : 1. Domestik (Rumah Tangga) 2.

  Industri Polutan yang dihasilkan tergantung pada jenis industrinya. Jenis polutan yang dapat mencemari air tergantung pada bahan baku, proses industri, bahan bakar, dan sistem pengelolaan limbah cair yang digunakan oleh industri tersebut.

  3. Pertanian dan Perkebunan Polutan airnya dapat berupa : a. Zat kimia, misalnya berasal dari penggunaan pupuk dan pestisida.

  b.

  Mikrobiologi, misalnya virus, bakteri, parasit yang berasal dari kotoran ternak dan cacing tambang di lokasi pertanian. c.

  Zat radioaktif, berasal dari penggunaannya dalam proses pematangan buah, mendapatkan bibit unggul, dan mempercepat pertumbuhan tanaman.

  Polutan air dapat dikelompokkan sebagai berikut : a. Fisik Pasir atau lumpur yang tercampur dalam limbah air.

  b.

  Kimia Bahan pencemar yang berbahaya antara lain merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), pestisida dan jenis logam berat lainnya.

  c.

  Mikrobiologi Berbagai macam bakteri, virus, parasit, dan lain-lainnya. Misalnya, berasal dari pabrik yang mengolah hasil ternak, rumah potong, dan tempat pemerahan susu d.

  Radioaktif Beberapa bahan radioaktif yang dihasilkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dapat menimbulkan pencemaran air.

2.3. Pencemaran Logam Berat

  Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terpisahkan dari benda-benda yang berasal dari logam. Logam digunakan untuk membuat alat perlengkapan rumah tangga, seperti sendok, garpu, pisau, dan berbagai jenis peralatan rumah tangga lainnya (Widowati, Sastiono & Jusuf 2008). Menurut Palar (2008), logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup. Sebagai contoh adalah merkuri (Hg), kadmium (Cd), timbal (Pb), dan krom (Cr).

  Polutan logam mencemari lingkungan, baik di lingkungan udara, air, dan tanah yang berasal dari proses alami dan kegiatan industri. Proses alami antara lain siklus alamiah sehingga bebatuan gunung berapi bisa memberikan kontribusi ke lingkungan udara, air, dan tanah. Kegiatan manusia yang bisa menambah polutan bagi lingkungan berupa kegiatan industri, pertambangan, pembakaran bahan bakar, serta kegiatan domestik lain yang mampu meningkatkan kandungan logam di lingkungan udara, air, dan tanah (Widowati, Sastiono & Jusuf, 2008).

2.3.1. Pencemaran Logam Berat Pada Tanah

  tanah apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan pencemaran tanah. Jenis limbah yang berpotensi merusak lingkungan hidup adalah limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat logam-logam berat. Subowo dalam Widaningrum (2007) menyatakan bahwa adanya logam berat dalam tanah pertanian dapat menurunkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian selain dapat membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi pangan yang dihasilkan dari tanah yang tercemar logam berat tersebut.

  Kandungan logam berat dalam tanah sangat berpengaruh terhadap kandungan logam pada tanaman yang tumbuh di atasnya, kecuali terjadi interaksi di antara logam itu sehingga terjadi hambatan penyerapan logam tersebut oleh tanaman. Menurut Darmono (1995), interaksi logam berat dan lingkungan tanah dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : a) proses sorbsi atau desorbsi, b) difusi pencucian, dan c) degradasi.

2.3.2. Pencemaran Logam Berat Pada Perairan

  Banyak logam berat yang bersifat toksik maupun esensial terlarut dalam air dan mencemari air tawar maupun air laut. Sumber pencemaran ini banyak berasal dari pertambangan, peleburan logam dan jenis industri lainnya, dan juga dapat berasal dari lahan pertanian yang menggunakan pupuk atau anti hama yang mengandung logam (Darmono, 2001).

  Logam-logam berat yang terlarut dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu akan berubah fungsi menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan.

  Pencemaran logam berat dapat merusak lingkungan perairan dalam hal stabilitas, ekosistem perairan akibat pencemaran logam berat dapat ditentukan oleh faktor kadar dan kesinambungan zat pencemar yang masuk dalam perairan, sifat toksisitas dan bioakumulasi. Pencemaran logam berat dapat menyebabkan terjadinya perubahan struktur komunitas perairan, jaringan makanan, tingkah laku, efek fisiologi, genetik dan resistensi.

2.4. Kadmium (Cd)

2.4.1. Pengertian Umum

  Kadmium (Cd) adalah logam kebiruan yang lunak, termasuk golongan II B tabel berkala dengan konigurasi elekron [Kr] 4d105s2. unsur ini bernomor atom 48, mempunyai bobot atom 112,41 g/mol dan densitas 8,65 g/cm3. Titik didih dan titik lelehnya berturut-turut 765 ˚C dan 320,9˚C. Kadmiun (Cd) merupakan racun bagi tubuh manusia. Waktu paruhnya 30 tahun dan terakumulasi pada ginjal, sehingga ginjal mengalami disfungsi kadmium (Cd) yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar diperoleh melalui makanan dan tembakau, hanya sejumlah kecil berasal dari air minum dan polusi udara.

  Pemasukan kadmium (Cd) melalui makanan adalah 10 – 40 μg/hari, sedikitnya 50% diserap oleh tubuh. Rekomendasi pemasukan kadmium (Cd) menurut gabungan FAO/WHO dengan batas toleransi tiap minggunya adalah 420 μg untuk orang dewasa dengan berat badan 60 kg. Pemasukan kadmium (Cd) rata-rata pada tubuh manusia ialah 10 – 20 % dari batas yang telah direkomendasikan.

  Unsur kadmium (Cd) dapat mengurangi serapan ion-ion hara karena daya afinitas yang tinggi dari logam berat tersebut pada kompleks pertukaran kation. Di bersamaan dengan senyawa spalerite (ZnS). Kadmium merupakan logam lunak (ductile) berwarna putih perak dan mudah teroksidasi oleh udara bebas dan gas amonia (NH3). Di perairan, kadmium (Cd) akan mengendap karena senyawa sulfitnya sukar larut.

  Kadmium (Cd) dari hasil sampingan peleburan dan refining bijih Zn rata-rata memiliki kadar kadmium (Cd) sebesar 0,2 – 0,3%. Sumber lain adalah dari penggunaan sisa lumpur kotor sebagai pupuk tanaman yang kemudian terbawa oleh aliran angin dan air.

  Karakteristik kadmium (Cd) yang lainnya adalah bila dimasukkan ke dalam

  

2+ - larutan yang mengandung ion OH , ion-ion Cd akan mengalami pengendapan. Endapan yang terbentuk biasanya dalam bentuk senyawa terhidratasi yang berwarna putih. Bila logam kadmium (Cd) digabungkan dengan senyawa karbonat, fosfat, arsenat dan oksalat-ferro sianat maka akan terbentuk senyawa berwarna kuning (Palar,2008).

  Adapun sifat fisik dan sifat kimia kadmium (Cd), yaitu : 1)

  Sifat Fisik a.

  Logam berwarna putih keperakan b.

  Mengkilat c. Lunak/Mudah ditempa dan ditarik d.

  Titik lebur rendah e. Akan kehilangan kilapnya jika berada dalam udara yang basah atau lembab dan akan mengalami kerusakan bila terkena uap amonia dan sulfur hidroksida

  Sifat Kimia a.

  Cd tidak larut dalam basa b.

  Larut dalam H2SO4 encer dan HCl encer Cd c. Cd tidak menunjukkan sifat amfoter d.

  Bereaksi dengan halogen dan nonlogam seperti S, Se, P e. Cd adalah logam yang cukup aktif f. Dalam udara terbuka, jika dipanaskan akan membentuk asap coklat CdO g.

  Memiliki ketahanan korosi yang tinggi h. CdI2 larut dalam alkohol

2.4.2. Sumber Kadmium (Cd)

  Kadmium (Cd) yang terdapat di dalam lingkungan pada kadar yang rendah berasal dari kegiatan penambangan seng (Zn), timah (Pb), dan kobalt (Co) serta kuprum (Cu). Sementara dalam kadar tinggi, kadmium (Cd) berasal dari emisi industri, antara lain dari hasil sampingan penambangan, peleburan seng (Zn), dan timbal (Pb).

  Sumber pencemaran dan paparan kadmium (Cd) berasal dari polusi udara, keramik berglazur, rokok, air sumur, makanan yang tumbuh di daerah pertanian yang tercemar kadmium (Cd), fungisida, pupuk, serta cat. Paparan dan toksisitas kadmium (Cd) berasal dari rokok, tembakau, pipa rokok yang mengandung kadmium (Cd), perokok pasif, plastik berlapis kadmium (Cd), serta air minum

  Dalam lingkungan,menurut Clark (1986) sumber kadmium (Cd) yang masuk ke perairan berasal dari: 1) Uap, debu dan limbah dari pertambangan timah dan seng. 2) Air bilasan dari elektroplating. 3)

  Besi, tembaga dan industri logam non ferrous yang menghasilkan abu dan uap serta air limbah dan endapan yang mengandung kadmium.

  4) Seng yang digunakan untuk melapisi logam mengandung kira-kira 0,2 % Cd sebagai bahan ikutan (impurity); semua Cd ini akan masuk ke perairan melalui proses korosi dalam kurun waktu 4-12 tahun.

  5) Pupuk fosfat dan endapan sampah

  2.4.3. Kegunaan Kadmium (Cd)

  Kadmium (Cd) merupakan logam yang sangat penting dan banyak kegunaannya, khususnya untuk electroplating (pelapisan elektrik) serta galvanisasi karena kadmium (Cd) memiliki keistimewaan non korosif. Kadmium (Cd) banyak digunakan dalam pembuatan alloy, pigmen warna pada cat, keramik, plastik, stabilizer plastik, katode untuk Ni-Cd pada baterai, bahan fotografi, pembuatan tabung TV, karet, sabun, kembang api, percetakan tekstil, dan pigmen untuk gelas dan email gigi (Widowati, Sastiono & Jusuf, 2008).

  Pemanfaatan kadmium (Cd) dan persenyawaannya meliputi: a. Senyawa CdS dan CdSeS yang banyak digunakan sebagai zat warna.

  b. Senyawa Cd sulfat (CdSO ) yang digunakan dalam industri baterai yang berfungsi

  4 c. Senyawa Cd-bromida dan Cd-ionida yang digunakan untuk fotografi.

  d. Senyawa dietil-Cd yang digunakan pembuatan tetraetil-Pb.

  e. Senyawa Cd-stearat untuk perindustrian polivinilkorida sebagai bahan untuk stabilizer.

  Kadmium (Cd) dalam konsentrasi rendah banyak digunakan dalam industri pada proses pengolahan roti, pengolahan ikan, pengolahan minuman serta industri tekstil.

  2.4.4. Efek Kadmium (Cd)

  Kadmium (Cd) menjadi populer sebagai logam berat yang berbahaya setelah timbulnya pencemaran sungai di wilayah Toyama Jepang yang menyebabkan keracunan pada manusia. Pencemaran kadmium pada air minum di Jepang menyebabkan penyakit “itai-itai”. Gejalanya ditandai dengan ketidaknormalan tulang dan beberapa organ tubuh menjadi mati. Keracunan kronis yang disebabkan oleh kadmium (Cd) adalah kerusakan sistem fisiologis tubuh seperti pada pernapasan, sirkulasi darah, penciuman, serta merusak kelenjar reproduksi, ginjal, jantung dan kerapuhan tulang (Palar, 2008).

  Kadmium (Cd) merupakan logam berat yang sangat berbahaya karena tidak dapat dihancurkan oleh organisme hidup dan dapat terakumulasi ke lingkungan, membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik secara adsorbsi dan kombinasi (Rochyatun dan Rozak, 2007).

  Dijelaskan oleh Zhou et al., (2008) bahwa aktivitas manusia (antropogenik) merupakan penyebab utama kontaminasi logam berat kadmium (Cd) pada lingkungan dengan mudah dalam sedimen maupun organisme.

  Kadmium (Cd) tidak diketahui memiliki fungsi biologis di dalam sel tetapi memiliki sifat reaktif yang sangat tinggi dan dapat menginaktifkan berbagai macam aktivitas enzim yang diperlukan oleh sel. Setelah diabsorbsi, logam berat kadmium (Cd) akan terakumulasi di dalam organ target yang utamanya adalah ginjal kemudian menimbulkan toksisitas (Rico et al., 2007).

a. Efek kadmium (Cd) Terhadap Tumbuhan dan Hewan

  Kadmium (Cd) aliran limbah dari industri terutama berakhir di tanah dan badan air. Hal ini dapat berasal dari produksi misalnya seng, implikasi bijih fosfat dan pupuk. Kadmium (Cd) juga terdapat di udara melalui pembakaran sampah rumah tangga dan pembakaran bahan bakar fosil. Sumber lain yang penting dari emisi kadmium (Cd) adalah produksi pupuk fosfat buatan. Bagian dari kadmium (Cd) yang berakhir di tanah setelah pupuk diterapkan pada lahan pertanian dan sisanya dari kadmium (Cd) yang berakhir di permukaan air ketika limbah dari produksi pupuk dibuang oleh perusahaan produksi. Kadmium (Cd) dapat diangkut melalui jarak yang jauh ketika diserap oleh lumpur. Lumpur ini kaya kadmium (Cd) yang dapat mencemari air permukaan maupun tanah.

  Kadmium (Cd) dapat terserap untuk bahan organik dalam tanah. Ketika kadmium (Cd) hadir di tanah itu bisa sangat berbahaya, karena serapan melalui makanan akan meningkat. Tanah yang diasamkan meningkatkan serapan kadmium (Cd) oleh tanaman. Hal ini merupakan potensi bahaya binatang yang tergantung pada tanaman untuk bertahan hidup. Kadmium (Cd) dapat terakumulasi dalam tubuh jumlah besar kadmium (Cd) dalam ginjalnya karena ini. Cacing tanah dan organisme tanah penting lainnya sangat rentan untuk keracunan kadmium (Cd). Cacing bisa mati pada konsentrasi sangat rendah dan memiliki konsekuensi bagi struktur tanah. Ketika konsentrasi kadmium (Cd) di tanah tinggi mereka dapat mempengaruhi proses mikroorganisme tanah dan ancaman ekosistem seluruh tanah (Khan, 2008).

  Dalam ekosistem air kadmium (Cd) dapat terakumulasi dalam remis, tiram, udang, lobster dan ikan. Kerentanan terhadap kadmium (Cd) dapat sangat bervariasi antara organisme perairan. Organisme air laut dikenal lebih tahan terhadap keracunan kadmium daripada organisme air tawar. Hewan yang makan atau minum kadmium

  (Cd) kadang-kadang mendapatkan tekanan darah tinggi, penyakit hati dan saraf atau kerusakan otak.

b. Efek kadmium (Cd) Terhadap Kesehatan Manusia

  Menurut Darmono (2001), efek kadmium (Cd) terhadap kesehatan manusia dapat bersifat akut dan kronis. Kasus keracunan akut kadmium (Cd) kebanyakan melalui saluran pernapasan, misalnya menghisap debu dan asap kadmium (Cd) terutama kadmium oksida (CdO). Gejala yang timbul berupa gangguan saluran pernapasan, mual, muntah, kepala pusing dan sakit pinggang.

  Keracunan kronis terjadi bila memakan kadmium (Cd) dalam waktu yang lama. Gejala akan terjadi setelah selang waktu beberapa lama dan kronis seperti: a.

  Keracunan pada nefron ginjal yang dikenal dengan nefrotoksisitas, yaitu gejala proteinuria atau protein yang terdapat dalam urin, juga suatu keadaan sakit manis atau diabetes yang dikenal dengan glikosuria, dan aminoasidiuria atau kandungan asam amino dalam urine disertai dengan penurunan laju filtrasi (penyaringan) glumerolus ginjal.

  b.

  Kadmium (Cd) kronis juga menyebabkan gangguan kardiovaskuler yaitu kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan penurunan tekanan darah maupun tekanan darah yang meningkat (hipertensi). Hal tersebut terjadi karena tingginya aktifitas jaringan ginjal terhadap kadmium (Cd). Gejala hipertensi ini tidak selalu dijumpai pada kasus keracunan kadmium (Cd) kronis.

  c.

  Kadmium (Cd) dapat menyebabkan keadaan melunaknya tulang yang umumnya diakibatkan kurangnya vitamin B yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan kalsium dan fosfat dalam ginjal yang dikenal dengan nama osteomalasea atau penyakit Itai-itai . Kekurangan kalsium dapat menyebabkan osteoporosis sehingga orang tidak dapat berdiri dengan tegak tetapi membungkuk.

  Efek kronis terjadi dalam selang waktu yang sangat panjang. Peristiwa ini terjadi karena kadmium (Cd) yang masuk ke dalam tubuh dalam jumlah yang kecil sehingga dapat ditolerir oleh tubuh. Efek akan muncul saat daya racun yang dibawa kadmium (Cd) tidak dapat lagi ditolerir tubuh karena adanya akumulasi kadmium (Cd) dalam tubuh. Efek kronis dapat dikelompokkan menjadi lima kelompok (Palar, 2008), yaitu:

  a) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Ginjal

  Ginjal merupakan organ utama dari dari sistem urinaria hewan tingkat tinggi bahan termasuk logam kadmium (Cd). Kadmium (Cd) dapat menimbulkan gangguan dan bahkan kerusakan pada sistem kerja ginjal terutama ekskresi protein. Kerusakan ini dapat dideteksi dari tingkat atau kandungan protein yang terdapat dalam urin.

  Petunjuk lain berupa adanya asam amino dan glukosa dalam urin, ketidaknormalan kandungan asam urat serta kalsium (Ca) dan posfor (P) dalam urin.

  b) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Paru-paru

  Keracunan yang disebabkan oleh kadmium (Cd) lebih tinggi bila terinhalasi melalui saluran pernapasan daripada saluran pencernaan. Efek kronis kadmium (Cd) akan muncul setelah 20 tahun terpapar kadmium (Cd). Akan muncul pembengkakan paru-paru (pulmonary emphysema) dengan gejala awal gangguan saluran napas, mual, muntah dan kepala pusing.

  c) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Tulang Serangan yang paling hebat karena kadmium (Cd) adalah kerapuhan tulang.

  Efek ini telah menggoncangkan dunia internasional sehingga setiap orang dilanda rasa takut terhadap pencemaran. Efek ini timbul akibat kekurangan kalsium dalam makanan yang tercemar kadmium (Cd), sehingga fungsi kalsium darah digantikan oleh logam kadmium (Cd) yang ada. Pada akhirnya kerapuhan pada tulang-tulang penderita yang dinamakan itai-itai disease.

  d) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Darah dan Jantung Efek kronis kadmium (Cd) dapat pula menimbulkan anemia karena CdO. dalam darah dengan rendahnya hemoglobin.

  e) Efek Kadmium (Cd) Terhadap Sistem Reproduksi

  Daya racun yang dimiliki oleh kadmium (Cd) juga mempengaruhi sistem reproduksi dan organ-organnya. Pada konsentrasi tertentu kadmium (Cd) dapat mematikan sel-sel sperma pada laki-laki. Hal inilah yang menjadi dasar bahwa akibat terpapar uap logam kadmium (Cd) dapat mengakibatkan impotensi. Impotensi yang terjadi dapat dibuktikan dengan rendahnya kadar testoteron dalam darah.

  

2.4.5. Metabolisme (Absorbsi, Distribusi dan Ekskresi) Kadmium (Cd) dalam

Tubuh

  Menurut Widowati, Sastiono & Jusuf, (2008), kadmium (Cd) dapat masuk ke dalam tubuh hewan atau manusia melalui berbagai cara, yaitu: a. Dari udara yang tercemar, misalnya asap rokok dan asap pembakaran batu bara

  b. Melalui wadah/tempat berlapis kadmium yang digunakan untuk tempat makanan atau minuman c. Melalui kontaminasi perairan dan hasil perairan yang tercemar kadmium (Cd)

  d. Melalui rantai makanan

  e. Melalui konsumsi daging yang diberi obat anthelminthes yang mengandung kadmium (Cd).

  Menurut Palar (2008), dalam buku Pencemaran Logam Berat, sebagian besar kadmium (Cd) masuk ke dalam tubuh melalui saluran pencernaan, tetapi keluar lagi melalui feses sekitar 3-4 minggu kemudian dan sebagian kecil dikeluarkan melalui sebagai metalotionein. Metalotinein mengandung unsur sistein, dimana kadmium (Cd) terikat dalam gugus sulfhidril (-SH) dalam enzim seperti karboksil sisteinil, histidil, hidroksil dan fosfatil dari protein dan purin. Kemungkinan besar pengaruh toksisitas kadmium (Cd) disebabkan oleh interaksi antara kadmium (Cd) dan protein tersebut, sehingga menimbulkan hambatan terhadap aktivitas kerja enzim dalam tubuh.

  Plasma enzim yang diketahui dihambat oleh kadmium (Cd) ialah aktivitas dari enzim alfa anti tripsin. Terjadinya defisiensi enzim ini dapat menyebabkan emfisema dari paru dan hal ini merupakan salah satu gejala gangguan paru karena toksisitas kadmium (Cd).

  Absorpsi kadmium (Cd) melalui gastrointestinal lebih rendah dibandingkan absorpsi melalui respirasi, yaitu sekitar 5-8%. Absorpsi kadmium (Cd) meningkat bila terjadi defisiensi kalsium (Ca), besi (Fe) dan rendah protein dalam makanan. Defisiensi kalsium akan merangsang sintesis ikatan Ca-protein sehingga akan meningkatkan absorpsi kadmium (Cd), sedangkan kecukupan seng (Zn) dalam makanan dapat menurunkan absorpsi kadmium (Cd). Hal ini diduga karena seng (Zn) merangsang produksi metalotionin.

  Sistem hayati memiliki peluang untuk mengikat unsur logam berat sebagai fungsi detoksifikasi, yaitu mengikat logam berat dalam lingkaran metabolisme tanpa mengeliminasinya. Metalotionin dapat terinduksi dan ditemukan di semua golongan makhluk hidup (misalnya mamalia, ikan, maluska, zooplankton dan pitoplankton) dan berbagai tingkat jaringan/organ (misalnya hati, ginjal, insang, testis, otot, eritrosit). unsur logam berat.

  Kadmium (Cd) memiliki afinitas yang kuat terhadap ginjal dan hati. Pada umumnya, sekitar 50-75% kadmium (Cd) dalam tubuh terdapat pada kedua organ tersebut. Kadmium (Cd) ditransportasikan dalam darah yang berikatan dengan sel darah merah dan protein berat molekul tinggi dalam plasma, khususnya oleh albumin.

  Sejumlah kecil kadmium (Cd) dalam darah mungkin ditransportasikan oleh metalotionin. Kadar kadmium (Cd) dalam darah orang dewasa yang terpapar kadmium (Cd) secara berlebihan biasanya 1μg/dL, sedangkan bayi yang baru lahir mengandung kadmium (Cd) yang cukup rendah yaitu kurang dari 1 mg dari beban total tubuh.

2.5. Persawahan

  Sawah adalah lahan usaha pertanian yang secara fisik berpermukaan rata, dibatasi oleh pematang, serta dapat ditanami padi, palawija atau tanaman budidaya lainnya. Namun, kebanyakan sawah digunakan untuk bercocok tanam padi. Sistem irigasi diperlukan dan digunakan untuk mengairi sawah dengan menggunakan air yang berasal dari mata air, air sungai ataupun air hujan (Wikipedia, 2013).

  Menurut Ariady (2009), berdasarkan pengairannya lahan sawah dibedakan menjadi :

  1. Lahan Sawah Berpengairan (Irigasi) bangunan penyadap dan jaringan-jaringannya diatur dan dikuasai Dinas Pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat.

  Lahan sawah irigasi terdiri atas : a. Lahan sawah irigasi teknis b.

  Lahan sawah irigasi setengah teknis c. Lahan sawah irigasi sederhana d.

  Lahan sawah irigasi non PU

  2. Lahan Sawah Tak Berpengairan (Non Irigasi)

  Yaitu lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air alam, seperti air hujan, pasang surutnya air sungai/air laut, dan air rembesan.

  Lahan sawah non irigasi meliputi : a. Lahan sawah tadah hujan b.

  Lahan sawah pasang surut c. Lahan sawah lainnya, seperti lebak, polder, rembesan, lahan rawa yang dapat ditanami padi, dan lain-lain.

  Sistem penanaman padi di sawah didahului oleh pengolahan tanah seraya melakukan persemaian. Selanjutnya, tanah dilumpurkan dengan cara dibajak 2 sampai 3 kali. Kemudian, bibit hasil semaian ditanam. Pada penanaman padi di sawah, dosis pemupukan pada sawah tergantung pada jenis tanah, sejarah pemupukan dialami petani karena biasanya pupuk yang diberikan tidak sesuai dosis. Pupuk adalah bahan yang mengandung unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan unsur yang paling penting dan harus tersedia adalah unsur NPK. Namun, pembajakan dan pelumpuran tanah menyebabkan banyak butir-butir tanah halus dan unsur hara terbawa air irigasi.

2.6. Pupuk

  Menurut Sutedjo (1997) pupuk adalah bahan yang diberikan ke dalam tanah dengan maksud untuk mengganti kehilangan unsur hara dari dalam tanah dan bertujuan untuk meningkatkan produksi tanaman dalam keadaan faktor keliling atau lingkungan yang baik . Berdasarkan jenisnya, pupuk terbagi 2, yaitu :

1. Pupuk Organik

  Pupuk yang tidak dibuat di pabrik melainkan merupakan hasil-hasil akhir dari perubahan atau peruraian bagian-bagian atau sisa-sisa tanaman dan binatang. Pupuk ini dicirikan dengan kelarutan unsur haranya yang rendah di dalam tanah. Yang termasuk pupuk organik adalah pupuk kompos, pupuk kandang, dan lain-lain.

  Syarat-syarat yang dimiliki pupuk organik, yaitu :

  a. Zat N harus terdapat dalam bentuk persenyawaan organik, harus mengalami peruraian menjadi persenyawaan N yang mudah diserap oleh tanaman.

  b. Pupuk tersebut tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam tanah.

  c. Pupuk tersebut mempunyai kadar persenyaawaan C organik yang tinggi, seperti hidrat arang.

  2. Pupuk Anorganik kandungan unsur hara yang tinggi. Pupuk ini sangat disukai oleh para petani karena sangat praktis dalam pemakaiannya, mudah didapat, dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Yang termasuk ke dalam jenis pupuk anorganik adalah pupuk urea, TSP, dan lain-lain.

  Kedua jenis pupuk tersebut dipakai oleh para petani di Indonesia untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan hasil pertanian. Namun, selain itu pupuk juga dapat menyebabkan pencemaran pada tanah jika penggunaannya berlebihan, terutama pada pupuk anorganik (Nailatus, 2012).

  Berdasarkan kandungan unsur haranya, pupuk dibagi menjadi :

  1. Pupuk Tunggal, yaitu pupuk yang hanya mengandung 1 macam unsur hara, misalnya :

  • Urea hanya mengandung N - ZK hanya mengandung K - TSP hanya mengandung P 2.

  Pupuk majemuk, yaitu pupuk yang mengandung lebih dari 1 macam unsur hara, misalnya :

  • DAP mengandung N dan P - Rustica Yellow mengandung N, P, dan K.

  Dosis pemupukan padi sangat relatif sekali, tergantung cuaca atau iklim, jenis tanah, ketersediaan unsur hara dalam tanah, ketersediaan bahan organik dalam tanah, varietas tanaman padi, jenis pupuk yang diberikan dan cara pemberian pupuk (Maspary, 2011).

  Waktu pemberian pupuk pada tanaman padi sangat bervariasi, yaitu : 1. Urea SP36 dan KCl (200 – 250 kg ; 100 – 150 kg ; 75 – 100 kg/ha). Satu hari sebelum tanam lakukan penyebaran pada pupuk SP36 100%. Setelah umur 7 hst lakukan penyebaran urea 30% dengan KCl 50%. Ketika umur 20 hst lakukan penyebaran urea 40% dan setelah berumur 30 hst lakukan penyebaran urea 30% dan KCl 50%.

2. Urea dan NPK Ponska (100 kg : 300 kg/ha). Umur 7 hst berikan urea 30% dan

  NPK Ponska 50%, pada umur 20 hst berikan urea 40% dan setelah umur 30 hst berikan urea 30% dan NPK ponska 50%.

  3. Urea dan NPK Pelangi (100 kg : 300 kg/ha). NPK dan Pelangi 100% diberikan saat padi berumur 1 hst. Setelah 1 minggu berikan urea 30%. Ketika umur 20 hst berikan urea 40% dan ketika padi berumur 30 hst berikan urea 30%.

  Beberapa cara aplikasi pupuk pada tanaman padi, yaitu : a. Ditaburkan secara merata pada areal sawah.

  b.

  Ditaruh di perempatan jarak tanaman padi, tidak disebar secara merata.

  c.

  Ditaruh di perempatan di antara tanaman lalu diinjak dengan satu kaki.

  Tanaman padi dan berbagai jenis tanaman lain yang tumbuh di tanah bisa terkontaminasi oleh kadmium (Cd). Faktor yang menentukan kadar kadmium (Cd) di tanah adalah cemaran kadmium (Cd) dari udara, kadar kadmium (Cd) di perairan, sistem irigasi, dan kadmium (Cd) yang berasal dari pupuk. Pupuk fosfat yang sering digunakan biasanya mengandung kadmium (Cd) tidak kurang dari 20 mg/kg. Hasil bijih barley dengan penggunaan pupuk fosfat. Penggunaan limbah/lumpur komersial sebagai pupuk yang mengandung kadmium (Cd) mencapai 1.500 mg/kg berat kering juga bisa meningkatkan kadar kadmium (Cd) dalam tanah (Klassen et al., 1986; Sumarsih, 2001 dalam Widowati, dkk, 2008).

  Di dalam batuan fosfat alam terkandung berbagai unsur seperti Ca, Mg, Al, Fe, Si, Na, Mn, Cu, Zn, Mo, B, Cd, Hg, Cr, Pb, As, U, V, F, Cl. Unsur utama di dalam fosfat alam antara lain P, Al, Fe, dan Ca. secara kimia, fosfat alam didominasi oleh Ca-P atau Al-P dan Fe-P sedangkan unsur lain merupakan unsur ikutan yang bermanfaat dan sebagian lain kurang bermanfaat bagi tanaman (Sutriadi, dkk, 2010).

Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Air Sungai Batang Ayumi Kelurahan Kantin Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

2 49 154

Analisa Kadmium (Cd) Pada Air Sumur di Sekitar Persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

6 49 97

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Analisis Kadar Besi (Fe) Pada Air Sumur di Padang Bulan Medan Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 2 16

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan 2.1.1. Pengertian perencanaan - Analisis Perencanaan Obat di Puskesmas Padangmatinggi Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 4 26

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Air - Penetapan Angka Lempeng Total Pada Air Sungai Belawan

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air 2.1.1. Sifat air - Analisa Kadar Klorida Pada Air Minum Dan Air Sumur Dengan Metode Argentometri

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air 2.1.1. Pengertian Air - Efektivitas Biji Kelor (Moringa oleifera) dalam Menurunkan Kadar Besi (Fe) dan Mangan (Mn) Air Sumur Gali di Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan Tahun 2012

0 1 33

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Air Bersih - Analisa Merkuri (Hg) pada Air Sumur Masyarakat dan Air Sungai Simalagi Akibat Penambangan Emas Tradisional di Desa Simalagi Kecamatan Huta Bargot Tahun 2012

0 2 47

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Air Sungai Batang Ayumi Kelurahan Kantin Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 49

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lingkungan Hidup - Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Air Sungai Batang Ayumi Kelurahan Kantin Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

0 0 24