Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Air Sungai Batang Ayumi Kelurahan Kantin Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

  Lampiran I

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

PENCEMARAN AIR SUNGAI BATANG AYUMI TAHUN 2013

  Nama : Umur : Pendidikan Terakhir : Pekerjaan : Lama bermukim :

I. Pengetahuan 1.

  Air sungai merupakan salah satu sumber air bersih.

  Ya Tidak 2. Air sungai yang bersih adalah tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau.

  Ya Tidak 3. Sungai berwarna kuning kecoklatan dikatagorikan kotor.

  Ya Tidak 4. Air sungai mengeluarkan bau, hal ini menandakan menurunnya kualitas air sungai

  Ya Tidak 5. Baik atau buruknya kualitas air sungai dapat mempengaruhi populasi ikan

  Ya Tidak 6. Peningkatan pertumbuhan eceng gondok merupakan salah satu indikator pencemaran sungai.

  Ya Tidak 7. Sampah rumah tangga yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan penurunan kualitas air sungai.

  Ya Tidak 8. Air buangan dapur yang langsung dibuang ke sungai menyebabkan penurunan kualitas air sungai.

  Ya Tidak

9. Air buangan kamar mandi yang langsung dibuang ke sungai merupakan salah satu penyebab pencemaran air sungai.

  Ya Tidak 10. Saluran pembuangan tinja yang langsung dibuang ke sungai dapat memperburuk kualitas air sungai.

  Ya Tidak 11. Tahukah ibu jarak pembuangan tinja dengan air sungai mempengaruhi kualitas air sungai?

  Ya Tidak 12. Penggunaan ditergen dapat mempengaruhi kualitas air sungai.

  Ya Tidak 13. Sampah plastik yang dibuang ke sungai sulit terurai dan dapat memperngaruhi kualitas air sungai.

  Ya Tidak 14. Minyak tidak dapat menyatu dengan air sehingga minyak yang dibuang ke sungai dapat menghalangi air untuk berikatan dengan oksigen

  Ya Tidak 15. Limbah/sampah rumah tangga dapat mencemari sungai?

  Ya Tidak Alasannya: 16. Kualitas air sungai yang memburuk dapat menyebabkan penyakit seperti diare dan gatal-gatal (alergi kulit)

  Ya Tidak 17. Menurut ibu, apakah sampah yang mudah membusuk (daun, sayur-sayuran, ikan,dll) dapat mempengaruhi kualitas air sungai?

  Ya Tidak 18. Tahukah ibu oksigen sangat dibutuhkan dalam air?

  Ya Tidak

  19. Sampah dari bahan yang sukar membusuk (misalnya plastik) yang dibuang ke sungai lebih mencemari daripada sampah dari bahan yang sukar membusuk (daun-daunan sayuran, sisa ikan) Ya Tidak 20. Jika air sungai tercemar kesehatan dan ketenangan kita khususnya yang tinggal di daerah aliran sungai serta kehidupan biota air dapat terganggu.

  Ya Tidak

II. Sikap 1.

  Masyarakat turut bertanggungjawab menjaga kebersihan air sungai, setujukah anda dengan pernyataan tersebut? Ya Tidak 2. Apakah anda turut berpartisipasi menjaga kualitas air sungai?

  Ya Tidak 3. Pemerintah juga turut bertanggungjawab atas pencemaran air sungai.

  Ya Tidak 4. Apakah anda mau bekerjasama dengan pemerintah untuk menjaga kebersihan air sungai?

  Ya Tidak 5. Air sungai dapat digunakan langsung sebagai air bersih

  Ya Tidak 6. Sungai salah satu sumber daya yang dapat digunakan secara cuma-cuma.

  Ya Tidak 7. Tidak boleh membuang sampah sembarangan ke sungai.

  Ya Tidak 8. Jika air sungai bersih kita dapat mencuci piring dan alat masak di sungai

  Ya Tidak 9. Tidak boleh membuang bangkai hewan ke sungai

  Ya Tidak 10. Penurunan kualitas air sungai perlu dikhawatirkan.

  Ya Tidak

11. Sungai dapat dijadikan sebagai tempat pembuangan sampah dan limbah cair.

  Ya Tidak 12. Alam akan menetralisir sendiri bahan pencemar di sungai namun masyarakat harus turut menjaga kualitas air sungai

  Ya Tidak 13. Pada hakikatnya sungai bukan tempat pembuangan sampah dan limbah cair.

  Ya Tidak 14. Limbah rumah tangga sebaiknya tidak dibuang ke sungai

  Ya Tidak 15. Sumber air bersih harus terhindar dari bahan pencemar.

  Ya Tidak

III. Tindakan 1.

  Ibu tidak membuat saluran instalasi pembuangan air limbah rumah tangga.

  Ya Tidak 2. Apakah bapak/ibu menggunakan sungai sebagai air bersih?

  Ya Tidak 3. Ibu tidak membuang sampah jenis plastik, bahan logam, dan sampah dari pepohonan ke sungai?

  Ya Tidak 4. Ibu memilih penggunaan ditergen yang ramah lingkungan.

  Ya Tidak 5. Ibu menggunakan air sungai untuk mencuci peralatan dapur

  Ya Tidak 6. Ibu menggunakan air sungai untuk mencuci pakaian?

  Ya Tidak 7. Ibu atau anggota keluarga lain menggunakan air sungai untuk mencuci kenderaan.

  Ya Tidak 8. Ibu memanfaatkan air sungai untuk menyiram tanaman

  Ya Tidak 9. Apakah ibu membangun jamban berjarak 10 meter dari sungai

  Ya Tidak

10. Apakah Ibu menggunakan air sungai sebagai sumber air minum?

  Ya Tidak 11. Apakah ibu tidak membuang sisa minyak ke sungai (minyak goreng, minyak tanah, oli bekas, dll) ke badan air.

  Ya Tidak 12. Rumah tidak memiliki septic tank.

  Ya Tidak 13. Rumah Ibu memiliki saluran dan penampungan air limbah sehingga tidak langsung dibuang ke badan air.

  Ya Tidak 14. Ikut melakukan gotong royong membersihkan badan air

  Ya Tidak 15. Ibu/bapak/anggota keluarga lain ikut berpartisipasi dalam organisasi masyarakat yang mengawasi pencemaran air sungai?

  Ya Tidak

IV. Budaya 1.

  Apakah anda mempunyai kebiasaan buang hajat disungai? Ya Tidak 2. Apakah anda lebih merasa nyaman mencuci di sungai?

  Ya Tidak 3. Sungai adalah tempat berkumpul dengan tetangga lainnya.

  Ya Tidak 4. Anak-anak tidak suka bermain disungai (marlubuk) walaupun air sungai kotor.

  5. Tidak Ya 5.

  Ibu merasa leluasa melakukan kegiatan disungai karena ada slogan “sambil” yaitu mencuci sekaligus memandikan anak, bercerita dengan tetangga dan lain-lain.

  6. Tidak Ya

6. Kamar mandi berukuran kecil sehingga merasa sempit untuk mencuci.

  5. Tidak Ya 7.

  Buang air besar di WC kurang menyenangkan karena gelap, sempit dan hanya sendiri.

  8. Tidak Ya 8.

  Menghemat waktu karena mencuci pakaian atau piring bisa langsung dicelupkan ke dalam air.

  Ya Tidak 9. Biasanya rumah di pinggir sungai hanya memiliki 1 kamar mandi, sehingga sungai dijadikan kamar mandi alternatif.

  9. Tidak Ya 10.

  Sungai tidak perlu antri sehingga siapapun dan berapa orangpun tidak harus menunggu untuk BAK, BAB atau mencuci.

  Ya Tidak

V. TOMA (Tokoh Masyarakat) 1.

  Tokoh masyarakat merupakan orang yang paling berpengaruhi dimasyarakat.

  Ya Tidak 2. Tokoh masyarakat berperan aktif dalam menjaga kualitas air sungai.

  Ya Tidak 3. Tokoh masyarakat telah membentuk organisasi masyarakat untuk menjaga kualitas air sungai.

  Ya Tidak 4. Tokoh masyarakat telah menghimbau untuk tidak membuang sampah ke sungai.

  Ya Tidak 5. Tokoh masyarakat telah menghimbau untuk tidak membuang limbah dari dapur, saluran pembuangan air kamar mandi dan tinja ke sungai.

  Ya Tidak

6. Tokoh masyarakat telah melakukan musyawarah dengan penduduk lain untuk menanggulangi terjadinya tindakan yang mencemari air sungai.

  Ya Tidak 7. Sudah dilakukan pengawasan untuk menjaga kualitas air sungai yang diprakarsai tokoh masyarakat.

  Ya Tidak 8. Sudah dilakukan tindakan untuk menanggulangi pencemaran sungai yang diprakarsai oleh tokoh masyarakat.

  Ya Tidak Tindakannya, antara lain: 9. Tokoh masyarakat selalu mengikut sertakan warga dalam kegiatan/musyawarah untuk merencanakan penanggulangan pencemaran air bersih Ya Tidak 10. Tokoh masyarakat sebagai tokoh yang segani telah membuat kesepakatan antar warga, jika melakukan tindakan yang mencemari sungai diberi sanksi

  (hukuman). Ya Tidak

  Lampiran II

LEMBAR OBSERVASI SANITASI DASAR LINGKUNGAN KELURAHAN

KANTIN DOLOK KOTA PADANGSIDIMPUAN TAHUN 2013

  (KEPMENKES RI NOMOR 829/MENKES/SK/VII/1999 TENTANG PERSYARATAN KESEHATAN PERUMAHAN)

  No Komponen yang Dinilai Kriteria Nilai Bobot Sanitasi Dasar

  25

  1 Sarana Air Bersih a.

  Tidak ada b.

  1 Ada, bukan milik sendiri, berbau, berwarna dan berasa c.

  2 Ada, milik sendiri berbau, berwarna, tidak berasa d.

  3 Ada, milik sendiri tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa e.

  4 Ada, bukan milik sendiri, tiak berbau, tidak berwarna, tidak berasa

  2 Jamban (sarana a.

  Tidak ada pembuangan kotoran) b.

  1 Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan kesungai/kolam c.

  2 Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan kesungai atau selokan d.

  3 Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septic tank e.

  4 Ada, leher angsa, septic tank

  3 Sara Pembuangan Air a.

  Tidak ada, sehingga Limbah (SPAL) tergenang tidak teratur di halaman b.

  1 Ada, diresapkan tetapi mencemari sumber air (jarak sumber air < 10 meter c.

  2 Ada, dialirkan keselokan terbuka d.

  3 Ada, diresapkan dan tidak mencemari sumber air (jarak dengan sumber air > 10 meter e.

  4 Ada, dialirkan keselokan tertutup (saluran kota) untuk diolah lebih lanjut

  4 Sarana Pembuangan a.

  Tidak ada Sampah b.

  1 Ada, tetapi tidak kedap air c.

  2 Ada, kedap air dan tidak tertutup d.

  3 Ada, kedap air dan tertutup TOTAL HASIL PENILAIAN

  Total Hasil Penilaian : ∑ Nilai X Bobot

  Kriteria 1. :

  ≥ 334 Sehat 2.

  Tidak Sehat : < 334

  Lampiran IV Prosedur Pemeriksaan Kualitas Air oleh BTKL ANALISA TOTAL SUSPENDED SOLID (TSS) RUANG LINGKUP

  Metode ini digunakan untuk menentukan residu tersuspensi yang terdapat dalam sampel air dan air limbah secara gravimetric.

  PRINSIP Sampel yang telah homogen disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang.

  Residu yang tertahan pada saringan dikeringkan sampai mencapai berat konstan pada suhu 103°C s/d 105°C. Kenaikan berat saringan mewakili padatan tersuspensi total (TSS). Jika padatan tersuspensi menghambat saringan dan memperlama penyaringan, diameter pori-pori saringan perlu diperbesar atau mengurangi volume sampel.

  METODE

  SNI 06-6989.3-2004

  BAHAN a.

  Kertas saring dengan beberapa jenis : 1.

  Whatman 934 AH, dengan ukuran pori 1.5 μm 2. Gelman A/F, dengan ukuran pori 1.0 μm 3. Saringan dengan ukuran pori 0.45 μm b. Air suling

  PERALATAN a.

  Desikator yang berisi silica gel b.

  Oven, untuk pengoperasian pada suhu 103°C s/d 105°C c. Neraca analitik dengan ketelitian 0.1 mg d.

  Corong penyaring e. Gelas ukur f. Erlenmeyer g.

  Botol semprot h. Pengaduk magnetic i. Penjepit

PROSEDUR ANALISA

A. PENIMBANG KERTAS SARING KOSONG 1.

  Letakkan kertas saring di atas corong penyaring. Sebagai penampung gunakan Erlenmeyer.

2. Bilas kertas saring dengan air suling sebanyak 20 ml.

  3. Keringkan kertas saring tersebut dalam oven pada suhu 103°C s/d 105°C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selam 10 menit, kemudian timbang.

  4. Ulangi langkah pada butir 3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0.5 mg.

B. PENIMBANGAN RESIDU TERSUSPENSI 1.

  Siapkan kertas saring yang sudah disimpan tadi di atas corong penyaring.

  Sebgai penmapung gunakan erlemeyer.

  2. Pipet 100 ml sampel, masukkan ke dalam gelas ukur, lakukan pengadukan untuk mendapatkan smapel yang lebih homogeny.

  3. Saring sampel, dan lakukan pembilasan dengan air suling sebanyak 10 ml dan dilakukan 3 kali pembilasan.

  4. Keringkan kertas saring tsb dalam oven pada suhu 103°C s/d 105°C selama 1 jam, dinginkan dalam desikator selama 10 menit, kemudian timbang.

  5. Ulangi langkah pada butir 3 sampai diperoleh berat konstan atau sampai perubahan lebih kecil dari 4% terhadap penimbangan sebelumnya atau lebih kecil dari 0.5 mg.

  PERHITUNGAN TSS (mg/L) = (A-B) x 1000 Vol. sampel (mL)

  Dimana : A adalah berat kertas saring+residu kering (mg) B adalah berat kertas saring kosong (mg) Catatan : a.

  Jika penyaringan sempurna membutuhkan waktu lebih dari 10 menit, perbesar diameter kertas saring atau kurangi volume sampel b.

  Jika berat kering residu kurang dari 2.5 mg, perbesar volume sampel sampai 1000 ml.

ANALISA DETERJEN ANIONIK RUANG LINGKUP

  Metode meliputi cara penentuan deterjen anionic pada air, air limbah, dan air laut pada konseentrasi 0 s/d 0.275 mg/L.

  PRINSIP Penyerapan pada panjang gelombang 605 nm dengan menggunkan spektrofotometer. METODE

  Spektrofotometri

  PERALATAN 1.

  Spektrofotometer 2. Gelas Ukur 3. Corong Pisah 500 mL

  BAHAN 1.

  Benzena 2. Bulffer Solution, Sulfate Type 3. Detergent Reagent Powder Pillow

PROSEDUR ANALISA 1.

  Pilih program analisa untuk anionic detergents atau dengan menekan angka 1850

  2. Layar spektrofotometer akan menampilkan tulisan : HACH PROGRAM : 1850 Detergents, Anion 3. Masukkan 500 mL sampel ke dalam corong pisah 500 mL 4. Tambahkan 10 mL Sulfate Buffer Solution, tutup dan kocok 5 detik 5. Tambahkan satu bungkus Detergent Reagent Powder Pillow, tutup dan kocok 6. Tambahkan 30 mL benzene, tutup dan kocok selama 1 menit 7. Atur timer untuk 30 menit reaksi 8. Setelah timer berbunyi menandakan 30 menit reaksi telah selesai, buang lapisan bawah pada larutan yang terdapt dalam corong pisah

  9. Masukkan 25 ml lapisan atas yang tersisa ke dalam kuvet 10.

  Isi kuvet kedua dengan 25 mL benzene (sebagai blanko) 11. Masukkan kuvet yang berisi blanko ke dalam spektrofotometer, tutup dan tekan tombol ZERO

  12. Keluarkan kuvet yang berisi blanko tadi, dan ganti dengan kuvet yang berisi sampel. Tutup dan baca konsentrasi deterjen yang terbacaa di layar spektrofotometer

  

ANALISA CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

RUANG LINGKUP

  Metode ini meliputi cara penentuan COD pada air dan air limbah pada konsentrasi 0 s/d 2.5 mg/L

  METODE

  Spektrofotometri

  PERALATAN 1.

  Spektrofotometer NOVA 60 2. COD reactor

  BAHAN 1.

  Reagent COD A 2. Reagent COD B

PROSEDUR ANALISA 1.

  Ke dalam tabung reaksi (kuvet) dicampurkan 0.4 mL reagent COD A dan 2.3 mL reagent COD B. Biarkan bercampur sempurna

2. Tambahkan 3 mL sampel 3.

  Panaskan di COD reactor selama 2 jam pada suhu 140°C 4. Setelah 2 jam, keluarkan dan biarkan sampai mencapai suhu kamar 5. Tempatkan kuvvet ke dalam ruang sel, dan konsentrasi COD akan terbaca di laya

  

ANALISA DISSOLVED OXYGEN (DO)

RUANG LINGKUP

  Metode ini meliputi cara uji kadar oksigen terlarut (Dissolved Oxygen, DO) dari sampel air dan air limbah dengan menggunakan metose yodometri (modifikasi azida) untuk kadar oksigen terlarut sama atau di bawah kejenuhannya

  PRINSIP

  Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi hidroksida mangan dengan valensi yang lebih tinggi ( Mn IV). Dengan adanya ion

  • iodide (I ) dalam suasana asa,, ion mangan (IV) akan kembali menjadi ion mangan II dengan membebaskan iodine (I 2 ) yang setara dnegan kandungan oksigen terlarut.

  Iodin yang terbentuk kemudian dititrasi dengan sodium thiosulfat dengan indikator amilum.

  METODE

  SNI 06-6989.14-2004

  BAHAN a.

  4 .4H

  2 O; MnSO 4 .2H

  2 O atau MnSO

  4. H

  2 O

  Mangan Sulfat, MnSO b.

  Air Suling c. Natrium Hidroksida, NaOH atau Kalium Hidroksida, KOH d.

  Natrium Iodida, NaI atau Kalium Iodida, KI e. Amilum/Kanji f.

  3 Natrium Azida, NaN g.

  Asam salisilat h.

  2 SO 4 pekat

  Asam sulfat, H i.

  2 S

  2 O 3.

  5H

  2 O

  Sodium thisulfat, Na j.

  2 Cr

  2 O

  7 Kalium dikromat, K PERALATAN a.

  Botol winkler 250 mL atau 300 lmL b.

  Buret 25 mL c. Pipet volume 5 mL, 10 mL, dan 50 mL d.

  Pipet ukur 5 mL e. Erlenmeyer 125 mL f. Gelas piala 400 mL g.

  Labu ukur 1000 mL

  PERSIAPAN PEMBUATAN PEREAKSI

  1. Larutan Mangan Sulfat

  Larutkan 480 g MnSO 4.

  4H

  2 O atau 400 g MnSO 4.

  4H

  2 O, atau 364 g

  MnSO 4.

  4H

  2 O dengan air suling ke dalam labu ukur 1000 mL, tepatkan sampai

  tanda tera

  2. Larutkan alkali iodide azida

  Larutkan 500 g NaOH atau 700 g KOH dan 135 g NaI atau 150 g KI dengan air suling, encerkan sampai 1000 mL. Tambahkan larutan 10 g NaN

  3 dalam 40 mL air suling.

  3. Larutan kanji (amilum)

  Larutkan 2 g amilum dan 0.2 g asam salisilat, HOC

  6 H

  4 COOH sebagai pengawet dalam 100 mL air suling yang dipanaskan (mendidih).

  4. Larutan Sodium Thiosulfat 0.025 N

  Timbang 6.205 g Na

  2 S

  2 O 3 .5H

  2 O dan larutkan dengan air suling yang telah

  didihkan (bebas oksigen),tambahkan 1.5 mL NaOH 6 N atau 0.4 g NaOH dan encerkan hingga 1000 mL lakukan standarisasi dengan kalim dikromat

5. Larutan baku kalium dikromat, K

  

2 Cr

  2 O 7 0.025 N

  Larutkan 1.2259 g K

2 Cr

  2 O 7 (yang telah dikeringkan pada 150°C) selama 2 jam

  dengan air suling dan tepatkan sampai 1000 mL

6. Larutan sodium thiosulfat 0.025 N

  Timbang 6.025 g Na

  2 S

  2 O 3.

  5H

  2 O dan larutkan dengan air suling yang telah

  didihkan (bebas oksigen), tambahkan 1.5 mL NaOH 6 N atau 0.4 g NaOH dan encerkan hingga 1000 mL. Lakukan standarisasi degan kalium dikromat

7. Larutkan baku Kalim Dikromat K

  

2 Cr

  2 O 7 0.025 N

  Larutkan 1.2259 g K Cr O (yang telah dikeringkan pada 150°C) selama 2 jam

  2

  2

  7

  dengan air suling dan tepatkan sampai 1000 mL

  STANDARISASI LARUTAN NATRIUM TIOSULFAT a.

2 Cr

  2 O 7 (p.a) dalam air suling dan larutkan hingga 1000 mL

  Larutkan 4.904 g K untuk mendapatkan larutan 0.1 N. Simpan di botol tertutup b.

  Ke dalam 80 mL air suling, tambahkan sambil diaduk 1 mL H

2 S

  yang digunakan N

  3 V 1 adalah mL Na

  2 S

  2 O

  3 V

  2

  adalah mL K

  2 Cr

  2 O

  7

  2 adalah normalitas larutan K

  2 S

  2 O

  7 PROSEDUR ANALISA 1.

  Ambil sampel yang sudah disiapkan 2. Tambahkan 1 mL MnSO

  4 dan 1 mL alkali iodide azida dengan ujung pipet tepat di atas permukaan larutan.

  3. Tutup segera dan homogenkan hingga terbentuk gumpalan sempurna.

  4. Biarkan gumpalan mengendap 5 menit sampai 10 menit.

  5. Tambahkan 2 mL H

  2 SO 4 pekat, tutup dan homogenkan hingga endapan larut sempurna.

  6. Pipet 50 mL, masukkan ke dalam Erlenmeyer 150 mL.

  2 O

  N adalah normalitas Na

  2 SO 4 pekat, 10

  2 S

  mL 0.1 N K

  2 Cr

  2 O

  7

  dan 1 g KI, aduk dan simpan di tempat gelap selama 6 menit c.

  Titrasi dengan 0.1 Na

  2 S

  2 O 3 sampai terjadi perubahan warna d.

  Hitung normalitas larutan Na

  2 O 3 sampai terjadi perubahan warna e.

  1 Dimana :

  Hitung normalitas larutan Na

  2 O 3 dengan rumus sebagai berikut :

  N Na

  2 S

  2 O

  3

  = N

  2

  x V

  2 V

2 Cr

  7.

2 S

  2 O 3 dengan indikator amilum / kanji sampai warna biru

  Titrasi dengan Na tepat hilang.

  Catatan : Penambahan volume pereaksi di atas berdasarkan botol winkler 250 mL sampai dengan 300 mL, bila menggunakan botol winkler dengan volume yang lain agar dihitung secara proporsional.

  PERHITUNGAN

  Oksigen terlarut (mg/L) = V x N x 8000 x F

  50 Dengan pengertian : V = mL Na

  2 S

  2 O

  3 N = N Na

  2 S

  2 O

  3 F = faktor (volume botol dibagi volume botol dikurangi volume pereaksi MnSO 4 dan

  alkali iodide azida)

ANALISA BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) RUANG LINGKUP

  Metode ini meliputi cara penentuan Kebutuhan Oksigen Biokimia pada air dan air limbah berdasarkan selisih oksigen terlarut sebelum dan sesudah pengeraman.

  PRINSIP

  Oksigen terlarut bereaksi dengan ion mangan (II) dalam suasana basa menjadi hidroksida mangan dengan valensi yang lebih tinggi (Mn IV). Dengan adanya ion

  • iodide (I ) dalam Suasana asam, ion mangan (IV) akan kembali menjadi ion mangan (II) dengan membebaskan iodine (I 2 ) yang setara dengan kandungan oksigen terlarut.

  Iodin yang terbentuk kemudian dititrasi dengan sodium thiosulfat dengan indikator amilum. Perbedaan antara oksigen terlarut sebelum dan sesudah pengeraman selama 5 x 24 jam merupakan kandungan Kebutujan Oksigen Biokimia

  METODE

  SNI 06-6989.14-2004

  PERALATAN a.

  Botol winkler 250 mL atau 300 mL b.

  Aerator c. Buret

  BAHAN

  a. Air Suling

  b. Larutan Buffer Fosfat

  Larutkan 2.125 g K HPO , 8.35 g Na HPO .7H O, 0.43 g NH Cl ke dalam

  2

  4

  

2

  4

  2

  4

  labu ukr 250 mL, tepatkan dengan air suling sampai tanda tera

  c. Larutan Magnesium Sulfat MgSO

  

4

Larutkan 5.625 g MgSO 4.

  7H

2 O ke dalam labu ukur 250 mL, tepatkan dengan

  air suling sampai tanda tera

  d. Larutkan Kalsium Klorida, CaCl

  

2

Larutkan 6.875 g CaCl 2 anhidrat ke dalam labu ukur 250 mL, tepatkan

  dengan air suling sampai tanda tera

  e. Larutkan besi (III) Klorida, FeCl

  

3

Larutkan 0.0625 g FeCl 3 .6H

2 O ke dalam labu ukur 250 mL, tepatkan dengan

  air suling sampai tanda tera

f. Larutan H

  2 SO

  4

   1 N dan NaOH 1 N

  Untuk menetralkan pH sampel

PROSEDUR ANALISA 1.

  Berdasarkan hasil pengukuran DO segera ( di lapangan), bisa kita ketahui berapa kali pengenceran yang harus dilakukan terhadap sampel, sesuai tabel berikut :

  NO HARGA DO SEGERA, mg/L PENGENCERAN 1 8-9 1 kali 2 6-8 2-5 kali 3 5-6 5-10 kali 4 3-5 10-15 kali 5 1-3 15-20 kali 6 0-1 20-25 kali 7 0-0.1 25-100 kali 2.

  Disiapkan air pengencer, dimana unutk setiap 1 L air suling ditambahkan 1 mL buffer fosfat, 1 mL larutan CaCl

  2

  , 1 mL larutan MgSO

  4

  , 1 mL FeCl

  3

  . Campuran tersebut diaerasi dengan aerator selama 30 menit, tutup.

  3. Sampel yang sudah diencerkan dipindahkan ke dalam 2 botol winkler 300 mL (hati-hati, jangan sampai terjadi aerasi). 1 botol untuk inkubasi selama 5 hari pada 20 C, 1 botol lagi untuk ditentukan DO 0 hari (segera).

  4. Air pengencer yang digunakan juga dipindahkan ke dalam 2 botol winkler 300 mL, 1 botol untuk inkubasi selama 5 hari pada 20 C, 1 botol lagi untuk ditentukan DO 0 hari (segera).

  5. Penentuan DO : Lihat prosedur analisa DO

  PERHITUNGAN

  Misalkan hasil DO segera = 5, berarti sampel harus diencerkan 10 kali .(30 mL sampel + air pengencer s/d 300 mL) Simbol dalam perhitungan :

  • (0) = a mg/L

  DO sampel

  • = b mg/L

  (0)

  DO larutan pengencer DO sampel

  • (5) = c mg/L
  • (5) = d mg/L

  DO sampel pengencer Koreksi volume pengencer = 300-30 = 0.9

  300 Maka : BOD larutan pengencer = (b-d) x koreksi volume pengencer

  (5) BOD sampel (5) = (a-c)- BOD larutan pengencer (5) x faktor pengenceran

  Ket : Pada contoh di atas, faktor pengenceran adalah 10

PENGUJIAN DEPLOTASI

  Deplotasi = a – c x 10 % (b + d) / 2

  Deplotasi yang diinginkan adalah antara 20 % s/d 80 %. Kalau tidak tercapai maka harus diulangi pengencernya dengan kurang dari 10 kali atau lebih dari 10 kali

  

INSTRUKSI KERJA METODE COLIFORM

  1. Tujuan

  Instruksi kerja ini digunakan sebagai pegangan dalam pelaksanaan pengujian bakteri fecal coliform dalam air dengan menggunakan metode Most Propable Number (MPN).

  2. Ruang Lingkup Untuk melaksanakan pengujian bekteri Coliform dalam air.

  3. Acuan

  American Public Health Association. Standar Methods for Examination of water & Wastewater 21 st Edition. APHA. USA. 2005. Hal 9-48-9-50 ( Part 9221A-9221C).

  4. Peralatan dan Bahan

  4.1 Alat 1.

  Inkubator 2. Tabung reaksi 3. Inokulum equipment 4. Pipet ukur 10 ml 5. Pipet ukur 1 ml

  4.2 Bahan 1.

  Lauryl Tryptose Broth (LTB) 2. Brilliant Green Lactose Broth 3. Larutan pengencer

5. Cara Uji

5.1 Tes Perkiraan 1.

  Air minum: Disiapkan 10 tabung dengan volume media LTB 10 ml untuk volume sampel 10 ml dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/L Air bukan air minum Disiapkan 5 porsi tabung ubtuk setiap volume sampel : 10; 1; 0,1 ml atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemar atau air pengolahan. Dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/L = 10 ml sampel. Dengan konsentrasi media LTB: 35,6 gr/L = 1; 0,1 ml sampel.

  2. Masukkan sampel yang sudah dihomogenkan secara aseptik ke dalam masing-masing tabung media LTB.

  3. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan media bercampur rata.

  4. C ± 0,5 C selama 24 ± 2 jam.

  Inkubasikan pada suhu 35 Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasi kembali sampai 48 jam± 3 jam.

  5. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negatif, bila pada tabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam± 3 jam, maka ter perkiraan dinyatakan positif.

  6. Kemudian tabung-tabung yang positif dilanjutkan ke tes penegasan.

  5.2 Tes Penegasan 1.

  Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudian dipindahkan dengan ose/lop ke dalam EC Broth.

  2. C ± 0,5 C selama 24 ± 2 jam Inkubasikan pada inkubator suhu 35

  Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi gas, diinkubasikan kembali sampai 48 jam ± 3 jam

  3. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk gas dalam 48 jam ± 3 jam, maka tes penegasan dinyatakan negative, bila pada tabung fermentasi terbentuk gas dalam waktu 48 jam ± 3 jam, maka tes penegasan dinyatakan positif. Hitung MPN total coliform dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah tabung BGLB yang positif, dari jumlah tabung BGLB yang positif dibaca pada tabel MPN.

  5.3 Cara pengujian dengan pengenceran: 1.

  Disiapkan 15 tabung media LTB single volume 10 ml.

2. Tabung kultur disusun pada rak tabung.

  3. Dilakukan pengenceran contoh uji dengan cara mengambil 1 ml contoh uji menggunakan pipet steril masukkan ke dalam tabung yang berisi 9 ml pengenceran steril secara aseptis, dikocok agar contoh uji homogen. Dari

  1 perlakuan ini diperoleh pengenceran 10 .

  1 4.

  diambil 1 ml kemudian dimasukkan Dari contoh uji dengan pengenceran 10 ke dalam tabung berisi 9 ml pengencer steril, maka diperoleh pengenceran

  2

  10 . Demikian seterusnya hingga diperoleh tingkat pengenceran yang diinginkan.

  5. Dipilih 3 seri tingkat pengenceran yang berurutan sesuai dengan kualitas contoh uji.

  6. Dari setiap seri pengenceran dinokulasikan secara aseptis masing-masing 1 ml ke dalam 5 tabung LTB single volume 10 ml.

  7. Maing-masing tabung kultur digojog agar contoh uji dan media tercampur rata.

  8. Inkubasikan dengan inkubator pada suhu 35 C ± 0,5 C selama 2 x 24 jam.

  Selanjutnya diamati pembentukan gas dalam tabung durham.

  9. Catat tabung kultur yang menunjukkan peragian laktosa yaitu dengan terbentuknya gas pada tabung durham.

  10. Terbentuknya gas dalam tabung durham dinyatakan pertumbuhan positif dan dilanjutkan pada uji penegasan.

5.4 Cara Pembuatan Larutan Pengenceran

  Pengenceran steril bisa dipakai NaCl 0,85% atau ringer solution

5.4.1 Pembuatan NaCl 0,85%

  Ditimbang NaCl pa 8,5 gr dilarutkan dalam 1 liter aquadest, dipanaskan di atas hot steater sampai larut, PH diatur 7,0 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, kemudian masukkan ke dalam tabung bertutup ulir masing-masing 9 ml, sterilkan ke dalam suhu 121 C selama a5 menit, setelah dingin sampai di tempat bersih dan kering.

  5.4.2 Pembuatan larutan ringer solution

  Diambil 2 tabel ringer, dilarutkan dalam 1 liter aquadest, dipanaskan di atas hot steater sampai larut, PH diatur 7,0 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, kemudian masukkan ke dalam tabung bertutup ulir masing-masing 9 ml, sterilkan ke dalam suhu 121 C selama a5 menit, setelah dingin sampai di tempat bersih dan kering.

  5.4.3 Perhitungan

  MPN / 100 ml = Nilai MPN ( dari tabel) x 10 Volume contoh terbesar dari seri pengenceran

6. Kendali Mutu

  Instruksi kerja dalam kendali mutu bertujuan sebagai kontrol pekerjaan pada keseluruhan pengujian bakteri fecal coli dalam air. Kendali mutu terdiri dari:

6.1 Kontrol positif 1.

  Inokulasi 1 ose biakan kontrol Enterobakter Aerogenes ATCC 51697 ke dalam media LTB

  C selama 24 jam ± 2 jam 3. Diteruskan pada tes selanjutnya sama dengan prosedur pada sampel.

2. Inkubasi pada suhu 35 ± 0,5

6.2 Kontrol negatif 1.

  Inokulasi 1 ose biakan bakteri control Staphylococcus aureus ATCC 25923 ke dalm media LTB

  C selama 24 jam ± 2 jam 3. Diteruskan pada tes selanjutnya sama dengan prosedur pada sampel

2. Inkubasikan pada suhu 35 ± 0,5

6.3 Kontrol Reagen 1.

  Siapkan 1 media LTB 2. Media ini tidak diinokulasi oleh bakteri apapun (untuk tes perkiraan) 3. Inkubasikan pada suhu 35 ± 0,5

  C selama 24 jam ± 2 jam 4. Diteruskan pada tes selanjutnya sama dengan prosedur pada sampel

  INSTRUKSI KERJA METODE COLIFAECAL

  1. Tujuan

  Instruksi kerja ini digunakan sebagai pegangan dalam pelaksanaan pengujian bakteri fecal coliform dalam air dengan menggunakan metode Most Propable Number (MPN).

  2. Ruang Lingkup Untuk melaksanaka n pengujian bekteri fecal coli dalam air.

  3. Acuan

  American Public Health Association. Standart Methods for Examination of water

  

& Wastewater 21 st Edition . APHA. USA. 2005. Hal 9-48-9-51 ( Part 9221A-

9221C, 9221E).

  4. Peralatan dan Bahan

  4.1 Alat 1.

  Inkubator 2. Tabung reaksi 3. Inokulum equipment 4. Pipet ukur 10 ml 5. Pipet ukur 1 ml

  4.2 Bahan 1.

  Lauryl Tryptose Broth (LTB) 2. EC Broth 3. Larutan pengencer

5. Cara Uji

5.1 Tes Perkiraan 1.

  Air minum: Disiapkan 10 tabung dengan volume media LTB 10 ml untuk volume sampel 10 ml dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/L Air bukan air minum Disiapkan 5 porsi tabung ubtuk setiap volume sampel : 10; 1; 0,1 ml atau pengenceran yang lebih tinggi lagi untuk air yang tercemar atau air pengolahan. Dengan konsentrasi media LTB: 71,2 gr/L = 10 ml sampel. Dengan konsentrasi media LTB: 35,6 gr/L = 1; 0,1 ml sampel. Masukkan sampel yang sudah dihomogenkan secara aseptik ke dalam masing- masing tabung media LTB.

  2. Tabung-tabung dalam rak digoyang, supaya sampel air dengan media bercampur rata.

  3. Inkubasikan pada suhu 35 C ± 0,5 C selama 24 ± 2 jam.

  Reaksi dinyatakan positif bila terbentuk asam dan gas dalam tabung fermentasi. Bila tidak ada reaksi asam atau gas, inkubasi kembali sampai 48 jam± 3 jam.

  4. Bila pada tabung fermentasi tidak terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam± 3 jam, maka tes perkiraan dinyatakan negatif, bila pada tabung fermentasi terbentuk asam dan gas dalam waktu 48 jam± 3 jam, maka ter perkiraan dinyatakan positif.

  5. Kemudian tabung-tabung yang positif dilanjutkan ke tes penegasan.

  5.2 Tes Penegasan 1.

  Setiap tabung yang positif pada tes perkiraan dikocok, kemudian dipindahkan dengan ose/lop ke dalam EC Broth.

  2. C ± 0,2 C selama 24 jam ± 2 jam.

  Inkubasikan pada inkubator suhu 44,5 3. Hitung MPN total coliform dengan menggunakan tabel MPN dari jumlah tabung EC yang positif.

  Dari jumlah tabung EC yang positif dibaca pada tabel MPN.

  5.3 Cara pengujian dengan pengenceran: 1.

  Disiapkan 15 tabung media LTB single volume 10 ml.

  2. Tabung kultur disusun pada rak tabung.

  3. Dilakukan pengenceran contoh uji dengan cara mengambil 1 ml contoh uji menggunakan pipet steril masukkan ke dalam tabung yang berisi 9 ml pengenceran steril secara aseptis, dikocok agar contoh uji homogen. Dari

  1 perlakuan ini diperoleh pengenceran 10 .

  1 4.

  diambil 1 ml kemudian Dari contoh uji dengan pengenceran 10 dimasukkan ke dalam tabung berisi 9 ml pengencer steril, maka diperoleh

  2

  pengenceran 10 . Demikian seterusnya hingga diperoleh tingkat pengenceran yang diinginkan.

  5. Dipilih 3 seri tingkat pengenceran yang berurutan sesuai dengan kualitas contoh uji.

  6. Dari setiap seri pengenceran dinokulasikan secara aseptis masing-masing 1 ml ke dalam 5 tabung LTB single volume 10 ml.

  7. Maing-masing tabung kultur digojog agar contoh uji dan media tercampur rata.

  8. C ± 0,5 C selama 2 x 24 jam.

  Inkubasikan dengan inkubator pada suhu 35 Selanjutnya diamati pembentukan gas dalam tabung durham.

  9. Catat tabung kultur yang menunjukkan peragian laktosa yaitu dengan terbentuknya gas pada tabung durham.

  10. Terbentuknya gas dalam tabung durham dinyatakan pertumbuhan positif dan dilanjutkan pada uji penegasan.

5.4 Cara Pembuatan Larutan Pengenceran

  Pengenceran steril bisa dipakai NaCl 0,85% atau ringer solution

  5.4.1 Pembuatan NaCl 0,85%

  Ditimbang NaCl pa 8,5 gr dilarutkan dalam 1 liter aquadest, dipanaskan di atas hot steater sampai larut, PH diatur 7,0 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, kemudian masukkan ke dalam tabung bertutup ulir masing-masing 9 ml, sterilkan ke dalam suhu 121 C selama a5 menit, setelah dingin sampai di tempat bersih dan kering.

  5.4.2 Pembuatan larutan ringer solution

  Diambil 2 tabel ringer, dilarutkan dalam 1 liter aquadest, dipanaskan di atas hot steater sampai larut, PH diatur 7,0 ± 0,2 dengan HCl dan NaOH, kemudian masukkan ke dalam tabung bertutup ulir masing-masing 9 ml, sterilkan ke dalam suhu 121 C selama a5 menit, setelah dingin sampai di tempat bersih dan kering.

5.4.3 Perhitungan

  MPN / 100 ml = Nilai MPN ( dari tabel) x 10 Volume contoh terbesar dari seri pengenceran

6. Kendali Mutu

  Instruksi kerja dalam kendali mutu bertujuan sebagai kontrol pekerjaan pada keseluruhan pengujian bakteri fecal coli dalam air. Kendali mutu terdiri dari:

  6.1 Kontrol positif 1.

  Inokulasi 1 ose biakan kontrol E. Coli ATCC 25922 ke dalam media LTB 2. Inkubasi pada suhu 35 ± 0,5

  C selama 24 jam ± 2 jam 3. Diteruskan pada tes selanjutnya sama dengan prosedur pada sampel.

  6.2 Kontrol negatif 1.

  Inokulasi 1 ose biakan bakteri kontrol Enterobacter aerogenes ATCC 51697 ke dalam media LTB

  C selama 24 jam ± 2 jam 3. Diteruskan pada tes selanjutnya sama dengan prosedur pada sampel.

2. Inkubasikan pada suhu 35 ± 0,5

6.3 Kontrol reagen 1.

  Siapkan 1 media LTB 2. Media tidak diinokulasikan oleh bakteri apapun (untuk tes perkiraan) 3. Inkubasikan pada suhu 35 ± 0,5

  C selama 24 jam ± 2 jam 4. Diteruskan pada tes selanjutnya sama dengan prosedur.

  Lampiran VI

PRINT OUT DATA SPSS

KarakteristikResponden Pengguna Air Sungai Batang Ayumi

  Umur Ibu Saat Diwawancara Dalam Tahun Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid 20-30

  20

  31.3

  

31.3

  31.3 30-40

  12

  18.8

  

18.8

  50.0 40-50

  12

  18.8

  

18.8

  68.8 50-60

  20

  31.3 31.3 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Pendidikan Terakhir Ibu Rumah Tangga Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid tidak sekolah

  8

  12.5

  12.5

  12.5 SD

  12

  18.8

  18.8

  31.3 SMP

  18

  28.1

  28.1

  59.4 SMA

  22

  34.4

  34.4

  93.8 PERGURUAN

  4

  6.3 6.3 100.0 TINGGI Total 64 100.0 100.0

  Pekerjaan Ibu Sehari-hari Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid TIDAK BEKERJA/IBU

  29

  45.3

  45.3

  45.3 RUMAH TANGGA PNS

  11

  17.2

  17.2

  62.5 WIRASWASTA

  24

  37.5 37.5 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Jangka Waktu Tinggal di Aliran Sungai dalam Tahun Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid <5

  18

  28.1

  28.1

  28.1 5-10

  22

  34.4

  34.4

  62.5 >10

  24

  37.5 37.5 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Gambaran Pengetahuan, Sikap Tindakan, Perilaku, Budaya dan Penilaian terhadap Tokoh Masyarakat Persentase Skor Pengetahuan Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid 55-100

  22

  34.4

  34.4

  34.4 <55

  42

  65.6 65.6 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Persentase Nilai Sikap Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid 55-100

  23

  35.9

  35.9

  35.9 <55

  41

  64.1 64.1 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Persentase Nilai Tindakan Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid 55-100

  23

  35.9

  35.9

  35.9 <55

  41

  64.1 64.1 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Persentase Nilai Perilaku Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid Baik

  23

  35.9

  35.9

  35.9 Buruk

  41

  64.1 64.1 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Persentase Nilai Budaya Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid 55-100

  28

  43.8

  43.8

  43.8 <55

  36

  56.3 56.3 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Persentase Nilai Toma Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid 55-100

  22

  34.4

  34.4

  34.4 <55

  42

  65.6 65.6 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Gambaran Hasil Observasi Sanitasi Dasar Sarana Air Bersih Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid ada, bukan milik sendiri,

  23

  35.9

  35.9

  35.9 berbau, berwarna, dan berasa ada, milik sendiri tidak

  20

  31.3

  31.3

  67.2 berbau, tidak berwarna, tidak berasa ada, bukan milik sendiri,

  21

  32.8 32.8 100.0 tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa Total

  64 100.0 100.0 sarana pembuangan kotoran

  Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid tidak ada

  31

  48.4

  48.4

  48.4 ada, bukan leher angsa,

  11

  17.2

  17.2

  65.6 tidak ada tutup, disalurkan ke sungai/kolam ada, bukan leher angsa,

  22

  34.4 34.4 100.0 ada tutup, disalurkan ke sungai atau selokan Total

  64 100.0 100.0

  sarana pembuangan air limbah Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent

  Valid tidak ada, sehingga

  10

  15.6

  15.6

  15.6 tergenang tidak teratur di halaman ada, diresap tetapi

  19

  29.7

  29.7

  45.3 mencemari sumber air (jarak sumber air <10 meter) ada, dialirkan keselokan

  35

  54.7 54.7 100.0 terbuka/ ke sungai Total 64 100.0 100.0 sarana pembuangan sampah

  Valid Cumulative Frequency Percent Percent Percent Valid tidak ada

  28

  43.8

  43.8

  43.8 ada, tetapi tidak kedap air

  26

  40.6

  40.6

  84.4 ada, kedap air dan tidak

  10

  15.6 15.6 100.0 tertutup Total 64 100.0 100.0

  Hubungan Perilaku, Budaya dan Penilaian terhadap Tokoh Masyarakat dengan Parameter Kimia, Fisika dan Mikrobiologi

  • Parameter Kimia

  Perilaku Responden Cumulative Frequency Percent Valid Percent Percent

  Valid baik

  23

  35.9

  35.9

  35.9 buruk

  41

  64.1 64.1 100.0 Total 64 100.0 100.0

  Perilaku Responden * Parameter Kimia Crosstabulation parameter kimia buruk sangat buruk Total perilaku responden baik Count

  8

  15

  23 Expected Count

  3.6

  19.4

  23.0 buruk Count

  2

  39

  41 Expected Count

  6.4

  34.6

  41.0 Total Count

  10

  54

  64 Expected Count

  10.0

  54.0

  64.0

  Chi-Square Tests Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.

  

Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)

a Pearson Chi-Square 9.995 b 1 .002 Continuity Correction 7.855 1 .005 Likelihood Ratio 9.772 1 .002 Fisher's Exact Test .003 .003

Dokumen yang terkait

Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri Di Kelurahan Sitataring Kecamatan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

1 49 124

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Seksual Pranikah pada Remaja Putri yang Tinggal di Kost Lingkungan V Kelurahan Padang Bulan Kecamatan Medan Baru Tahun 2013

1 69 132

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kualitas Air Sungai Batang Ayumi Kelurahan Kantin Kecamatan Padangsidimpuan Utara Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

2 49 154

Analisa Kadmium (Cd) Pada Air Sumur di Sekitar Persawahan di Desa Mompang Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2013

6 49 97

Hubungan Kondisi Sanitasi Dasar dan Kualitas Air Sungai dengan Keluhan Kesehatan Diare Pada Pengguna Air Sungai Di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun Kota Medan Tahun 2012

3 46 106

Pengaruh Pekerjaan Wanita Terhadap Jumlah Anak (Studi Eksplanatif pada wanita yang bekerja sebagai PNS dan petani di Kel. Batang Ayumi Julu, Kec. Padangsidimpuan Utara)

8 113 105

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi di Wilayah Perkotaan dan Pedesaan Indonesia Tahun 2013

5 22 175

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Stres Kerja pada Wanita Bekerja di Wilayah Kecamatan Pamulang, Kota Tangerang Selatan Tahun 2013

2 16 221

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi - Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri Di Kelurahan Sitataring Kecamatan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Persepsi Ayah dan Ibu Tentang Pendidikan Seks Bagi Remaja Putra Dan Putri Di Kelurahan Sitataring Kecamatan Batang Ayumi Julu Kota Padangsidimpuan Tahun 2015

0 0 10