BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air 2.1.1. Sifat air - Analisa Kadar Klorida Pada Air Minum Dan Air Sumur Dengan Metode Argentometri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

2.1.1. Sifat air

  Air memiliki karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0°C (32°F) - 100°C, air berwujud cair. Suhu 0°C merupakan titik beku (freezing point) dan suhu 100°C merupakan titik didih (boiling point) air. Tanpa sifat tersebut, air yang terdapat didalam jaringan tubuh makhluk hidup maupun air yang terdapat dilaut, sungai, danau dan badan air yang lain akan berada dalam bentuk gas atau padatan , sehingga tidak akan terdapat kehidupan di muka bumi, karena sekitar 60 % - 90 % bagian sel makhluk hidup adalah air.

  2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas atau pun dingin seketika. Perubahan suhu air yang lambat mencegah terjadinya stress pada makhluk hidup karena adanya perubahan suhu yang mendadak dan memelihara suhu bumi agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik sebagai pendingin mesin.

  3. Air memerlukan panas yang tinggi dalam proses penguapan. Penguapan (evaporasi) adalah proses perubahan air menjadi uap air. Proses ini memerlukan energi panas dalam jumlah yang besar. Sebaliknya, proses perubahan uap air menjadi cairan (kondensasi) melepaskan energi panas yang besar. Pelepasan energi ini merupakan salah satu penyebab mengapa kita merasa sejuk pada saat berkeringat. Sifat ini juga merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan terjadinya penyebaran panas secara baik di bumi.

  4. Air merupakan pelarut yang baik. Air mampu melarutkan berbagai jenis senyawa kimia. Air hujan mengandung senyawa kimia dalam jumlah yang sangat sedikit, sedangkan air laut dapat mengandung senyawa kimia hingga 35.000 mg/liter. Sifat ini memungkinkan unsur hara (nutrient) terlarut diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan memungkinkan bahan – bahan toksik yang masuk kedalam jaringan tubuh makhluk hidup dilarutkan untuk dikeluarkan kembali. Sifat ini juga memungkinkan air digunakan sebagai pencuci yang baik dan pengencer bahan pencemar (polutan) yang masuk kebadan air.

  5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi. Suatu cairan dikatakan memiliki tegangan permukaan yang tinggi jika tekanan antar molekul cairan tersebut tinggi.

  Tegangan permukaan yang tinggi menyebabkan air memiliki sifat membasahi suatu bahan secara baik. Tegangan permukaan yang tinggi juga memungkinkan terjadinya sistem kapiler, yaitu kemampuan untuk bergerak dalam pipa kapiler (pipa dengan lubang yang kecil). Dengan adanya sistem kapiler dan sifat pelarut yang baik, air dapat membawa nutrient dari dalam tanah ke jaringan tumbuhan (akar, batang, dan daun). Adanya tegangan permukaan memungkinkan beberapa organisme, misalnya jenis – jenis insekta, dapat merayap di permukaan air.

  6. Air merupakan satu – satunya senyawa yang merenggang ketika membeku. Pada saat membeku, air merenggang sehingga es memiliki nilai densitas (massa/volume) yang lebih rendah daripada air. Dengan demikian, es akan mengapung di air. Sifat ini mengakibatkan danau –danau didaerah yang beriklim dingin hanya membeku pada bagian permukaan (bagian di bawah pemukaan masih berupa cairan) sehingga kehidupan organisme akuatik tetap berlangsung. Sifat ini juga dapat mengakibatkan pecahnya pipa air pada saat air di dalam pipa membeku. Densitas (berat jenis) air maksimum sebesar 1

  3

  g/cm terjadinya pada suhu 3,95 °C. Pada suhu lebih besar maupun lebih kecil dari 3,95 °C, densitas air lebih kecil dari satu (Effendi,2003).

2.1.2 Penggolongan Air

  Menurut Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan hidup Nomor: KEP-02/MEN KLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan Air, maka air dapat dibagi atas beberapa kriteria yaitu:

  • tanpa pengolahan terlebih dahulu. Contoh: mata air.

  Golongan A: Yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung

  • sebagai air minum dan keperluan rumah tangga. Contoh: air sungai.

  Golongan B: Yaitu air yang dapat dipergunakan sebagai air baku untuk diolah

  • peternakan. Contoh: air tanah.

  Golongan C: Yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan

  • dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri, listrik tenaga air. Contoh: Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) (Effendi, 2003).

  Golongan D: Yaitu air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan

2.1.2. Pencemaran Air

  

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI no 173/Menkes/VII/77 yaitu pencemaran air

  adalah suatu peristiwa masuknya zat kedalam air yang mengakibatkan kualitas (mutu) air tersebut menurun sehingga dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah RI no 20 tahun 1990 yaitu pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air turun sampai ketingkat tertentu yang membahayakan , yang mengakibatkan air tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya ( Mukono,2005). Pencemaran air dapat merupakan masalah regional maupun lingkungan global dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan lahan tanah atau daratan. Pada saat udara yang tercemar jatuh ke bumi bersama air hujan , maka air tersebut sudah tercemar. Beberapa jenis bahan kimia untuk pupuk dan pestisida pada lahan pertanian akan terbawa air kedaerah sekitarnya sehingga mencemari air pada permukaan lokasi yang bersangkutan. Pengolahan tanah yang kurang baik akan dapat menyebabkan erosi sehingga air permukaan tercemar dengan tanah endapan. Dengan demikian banyak sekali penyebab terjadinya pencemaran air ini, yang akhirnya akan bermuara kelaut-an, menyebabkan pencemaran pantai dan laut sekitarnya (Darmono ,2001).

2.1.3. Penanggulangan Terhadap Pencemaran Air

  

Pencemaran dapat menimbulkan dampak yang sangat luas dan merugikan sehingga

  perlu dilakukan usaha untuk menanggulanginya. Ada dua macam cara untuk menanggulangi pencemaran tersebut yaitu :

1. Penanggulangi secara non teknis

  Yaitu suatu usaha untuk menanggulangi dan mengurangi pencemaran dengan cara menciptakan peraturan perundangan yang dapat merencanakan, mengatur segala macam kegiatan industri yang meliputi :

  • Penyajian informasi lingkungan (PIL)
  • Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL)
  • Perencanaan kawasan kegiatan industri dan Teknologi • Pengaturan dan pengawasan Kegiatan • Menanamkan perilaku disiplin 2.

  Penanggulangi secara teknis Yaitu suatu usaha menanggulangi pencemaran dengan cara teknis Penanggulangi dengan cara ini adalah :

  • Mengubah proses
  • Mengelolah limbah • Menambah alat bantu (Wardhana,1999).

2.1.4. Dampak dari pencemaran Air

  Menurut Mukono (2005) dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran Air adalah sebagai berikut a.

  Mineral Beberapa jenis mineral yang dapat memberikan dampak lingkungan pada pencemaran air

  1. Cu (tembaga) Dalam jumlah besar menyebabkan rasa tidak enak dilidah dan menimbulkan kerusakan pada ginjal dan hati.

  2. Pb (timah hitam) Keracunan Pb menimbulkan anemia, gangguan ginjal dan pada dalam jangka lama Pb berkumpul pada gigi dan tulang.

  b. Mikrobiologi dalam air Contoh penyakit yang ditimbulkan seperti disentri, disebabkan oleh Entamoeba histolitytica.

  c.

  Pepstisida Diantaranya yang paling berbahaya adalah senyawa organo klor seperti DDT

  (Dichlor Diphenyl Trichloretan). DDT dapat larut dalam lemak sehingga memungkinkan terakumulasi dalam tubuh organisme. Percemaran air oleh pestisida dapat menyebabkan kanker kulit, keracunan, kerusakaan jaringan dan pada konsentrasi tertentu akan menyebabkan kematian (Mukono,2005).

2.2. Air Tanah

  Air Tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi dan menyerap kedalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan menyebabkan terjadinya kesadahaan pada air. Contoh air tanah adalah air sumur.

  Sumur merupakan sumber utama persedian air bersih bagi penduduk yang tinggal didaerah perdesaan maupun diperkotaan indonesia. Secara teknis sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis : 1.

  Sumur dangkal (Shallow well) Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air hujan diatas permukaan bumi terutama didaerah dataraan rendah. Jenis sumur ini banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari kegiatan mandi- cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu sekali diperhatikan.

2. Sumur Dalam (deep well)

  Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra,2005).

  Kadar air tanah bervariasi antara batas-batas yang luas. Kadar air tanah dapat dikurangi, setelah pengeringan buatan, sampai pada air yang dihidrasi secara terpadu, dipihak lain, suatu tanah lapang dapat dipadati air sama sekali, dengan semua rongga yang tak ditempati benda padat, diisi dengan air. Antara kedua hal yang ekstrim ini , pori-pori tanah dapat diisi dengan air sampai pada bermacam-macam tingkat, dengan memberi kebebasan pada air untuk bergerak. Pergerakan air diatur oleh ukuran (besar kecil) dan susunan pori-pori tanah. Ruang pori-pori didalam tanah merupakan saluran- saluran yang tidak berputus-putus tetapi tak teratur, bervariasi dalam ukuran antara saluran-saluran yang tak terhingga kecilnya sampai saluran-saluran yang berdiameter sekian banyak millimeter (Otto,1984).

2.3. Klorida

  Kotoran manusia, khususnya urine, mengandung sejumlah klorida oleh karena sebagian dari pada garam yang terdapat didalam makanan dan minuman turut dibuang dalam sampah tubuh itu . Tubuh manusia mengeluarkan delapan sampai lima belas gram sodium klorida seharinya (Otto,1984).

  Klorida dalam konsentrasi yang layak adalah tidak berbahaya bagi manusia. Klorida dalam jumlah kecil dibutuhkan untuk desinfektan, dapat menyebabkan rasa asin, dan dapat merusak pipa-pipa air. Konsentrasi maksimal klorida dalam air yang ditetapkan sebagai standar persyaratan oleh Dep. Kes. R.I. adalah sebesar 200,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang dianjurkan, dan 600,0 mg/l sebagai konsentrasi maksimal yang diperbolehkan (Sutrisno, 2004).

  Ion klorida adalah anion yang dominan diperairan laut. Sekitar ¾ dari klorin (Cl

  2 )

  yang terdapat dibumi berada dalam bentuk larutan , Unsur klor dalam air terdapat dalam

  • bentuk ion klorida (Cl ). Ion klorida adalah salah satu anion anorganik utama yang ditemukan diperairan alami dalam jumlah lebih banyak daripada anion halogen lainnya .Klorida biasanya terdapat dalam bentuk senyawa natrium klorida (NaCl) , kalium klorida (KCl) , dan kalsium klorida (CaCl 2 ).
Kadar klorida mencapai ratusan mg/liter. Keberadaan klorida pada perairan alami berkisar antara 2-20 mg/liter. Air yang berasal dari daerah pertambangan mengandung klorida sekitar 1.700 ppm. Kadar klorida 250 mg/liter dapat mengakibatkan air menjadi asin. Air laut mengandung klorida sekitar 19.300 mg/liter dan urine mengandung klorida hingga 200.000 mg/liter. Kadar klorida yang tinggi, misalnya pada air laut , yang diikuti oleh kadar kalsium dan magnesium yang juga tinggi dapat meningkatan sifat korosivitas air. Perairan yang demikian mudah mengakibatkan terjadinya perkaratan peralatan yang terbuat dari logam (Mahida, 1984).

  Klorida tidak bersifat toksik bagi mahluk hidup, bahkan berperan dalam pengaturan tekanan osmotik sel. Perairan yang diperuntukkan bagi keperluan domestik , termasuk air minum , pertanian, dan industri. Sebaiknya memiliki kadar klorida lebih kecil dari 100 mg/liter.

  Klorin sering digunakan sebagai desinfektan untuk menghilangkan mikroorganisme yang tidak dibutuhkan , terutama bagi air yang diperuntukkan bagi kepentingan domestik. Proses penambahan klor dikenal dengan istilah klorinasi. Klorin yang digunakan sebagai desinfektan adalah gas klor yang berupa molekul klor (Cl

  2 ) atau

  kalsium hipoklorit. Namun, penambahaan klor secara kurang tepat akan menimbulkan bau dan rasa pada air (Effendi, 2003).

  Anion yang memberi garam-garam perak yang tidak dapat larut dalam asam nitrat encer , tak boleh ada ; ini meliputi bromida , iodida , tiosianat, sulfida, tiosulfat, heksasianoferat(II), dan heksasianoferat(III). Logam-logam berat mengganggu, dan harus disingkirkan dengan pengendapan. Jika klorida itu tak dapat larut, ia perlu dididihkan, dengan larutan natrium karbonat jenuh yang sangat berlebih, atau meleburnya dengan natrium karbonat dan mengekstraksi leburan dengan air (Vogel,1994).

  Analisa klorida dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya analisa titrimetri dengan menggunakan metode argentometri. Metode yang sering digunakan pada penetapan klorida adalah metode argentometri. Metode argentometri (titrasi pengendapan) dapat dilakukan dengan beberapa cara yang melibatkan ion perak, diantaranya adalah cara Mohr, cara Volhard, dan cara Fajans. Pada titrasi ini biasanya digunakan larutan baku perak nitrat 0,1 M dan larutan baku Kalium Tiosianat 0,1 M.

  Kedua pereaksi ini dapat diperoleh sebagai zat baku utama, namun Kalium Tiosianat sedikit mudah menyerap air sehingga larutannya perlu dibakukan dengan larutan perak nitrat. Namun, karena amonium tiosianat sangat mudah menyerap air, maka harus dibakukan dulu dengan larutan baku perak nitrat memakai cara titrasi Volhard (Rivai, 1995). Faktor yang menyebabkan kelebihan titran berpengaruh kecil, tetapi untuk larutan encer, masalahnya menjadi serius. Maka diperlukan faktor koreksi, yang dicapai dengan titrasi blanko (blank titration), yaitu diambil suspensi CaCO

  3 yang bebas ion

  • Cl dengan volume dan indikator sebanyak yang digunakan dalam titrasi sebenarnya, lalu ditambah AgNO

  3 sampai tercapai wama tertentu; jumlah AgNO 3 dikurangkan

  dari hasil titrasi sebenarnya, yang dilakukan sampai mencapai warna seperti blanko tersebut (Harjadi, 1990).

2.4. Penentuan klorida dalam air

  • metode merkurium (II) kloranilat , Metode merkur ium (II) tiosianat dan metode titrasi argentometri.

  Penentuan kadar klorida dalam air dapat dilakukan melalui beberapa metode yaitu

2.4.1 Metode merkurium (II) kloranilat.

  Garam merkurium (III) asam dari klora nilat (2,5-dikloro-3,6-dihidroksi-p- benzokuinona dapat digunakan untuk penetapan jumlah kecil ion klorida. Reaksinya adalah:

  • 4-

  HgC

6 Cl

  2 O 4 + 2Cl + H 2 + HC

  6 Cl

  2 O

  → HgCl Banyaknya ion klora nilat-asam yang ungu kemerahan yang disebabkan itu sebanding dengan konsentrasi ion-klorida. 2-Metoksi-etanol ditambahkan untuk menurunkan keter- larutan merkurium (II) kloranilat dan menekan disosiasi merkurium (II) klorida, asam nitrat ditambahkan (konsentrasi 0,05M) untuk memberikan absorbansi maksimum.

  Pengukuran dilakukan pada 530 nm dalam daerah nampak atau 305 nm dalam daerah ultraviolet. Batas deteksi 0,2 ppm ion klorida; batas atas sekitar 120 ppm. Kebanyakan kation, tetapi ion ammonium tidak mengganggu dan harus disingkirkan. Perak kloronilat tak dapat digunakan dalam penetapan karena menghasilkan perak klorida koloidal.

2.4.2. Metode merkurium (II) tiosianat.

  Prosedur kedua untuk penetapan ion klorida dan dalam kuantitas bergantung pada pengge seran ion tiosianat oleh ion klorida dari dalam merkur ium(II) tiosianat ; dengan hadirnya ion besi(III) akan terbentuk kompleks besi(III) tiosianat yang sangat berwarna, dan intensitas warnanya itu berbanding lurus dengan konsentrasi ion-klorida yang asli.

  3+ 2+ -

  2Cl + Hg (SCN)

  2 + 2Fe 2 + 2[Fe(SCN)]

  ↔ HgCL Metode ini dapat ditetapkan pada jangka kuantitas ion-klorida 0,5-100µg (Vogel,1994).

2.4.3. Titrasi Argentometri

  2.4.3.1. Prinsip Argentometri

  Reaksi pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahaan titran , tidak ada pengotor yang menggangu dan diperlukan indikator untuk melihat titik akhir titrasi. Dimana zat yang hendak ditentukan kadarnya diendapkan oleh larutan baku AgNO . Zat tersebut misalkan garam-garam halogenida (Cl, Br, I) , sianida (CN) ,

  3 tiosianida (SCN) dan fosfat (Underwood dan Day,1994).

  2.4.3.2. Jenis-Jenis Titrasi Argentometri

1. Metode Mohr

  Metode ini terkenal dari keadaan demikian adalah yang disebut titrasi Mohr dari klorida dengan ion perak , yang dalam hal ini ion khromat yang kemerah-merahan dianggap sebagai titik akhir titrasi. Akan tetapi konsentrasi yang demikian tinggi tidak dapat digunakan didalam praktek , karena warna kuning ion khromat membuat sukar untuk mengamati pembentukan endapan yang berwarna itu. Biasanya konsentrasi khromat sebesar 0,005 sampai 0,01 M digunakan. Titrasi Mohr terbatas pada larutan- larutan dengan harga pH dari kisaran 6 sampai 10.

  Cara Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromida dengan perak dan juga ion sianida dalam larutan sedikit alkalis . Akibat absorpsi membuat titrasi ion iodida dan tiosianat tidak mungkin dapat dilaksanakan. Perak tidak dapat dititrasi secara langsung dengan klorida dengan menggunakan indikator khromat. Endapan perak khromat, yang semula ada, larut kembali hanya perlahan-lahan dekat titik ekuivalen. Akan tetapi larutan standart dalam jumlah berlebih dapat ditambahkan dan kemudian dititrasi kembali dengan menggunakan indikator khromat (Underwood dan Day, 1994).

  Kelebihaan Metode Mohr

  • biasanya digunakan untuk menitrasi ion halida seperti NaCl, dengan

  AgNO

  3 sebagai titran dan K

2 CrO 4 sebagai indikator.

  • Cara Mohr dapat juga digunakan untuk titrasi ion bromida dengan perak dan juga ion sianida dalam larutan sedikit alkalis.

  Kekurangan metode Mohr yaitu:

  • Pengaturan pH sangat perlu, agar tidak terlalu rendah ataupun tinggi. Bila terlalu tinggi, dapat terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya terurai menjadi Ag

  2 O sehingga titran terlalu banyak terpakai.

  2Ag (aq) + 2OH (aq) (s)

  2 O (s)

  2 O (l)

  ↔ 2AgOH ↓ ↔ Ag ↓ + H

  2- -

  Bila pH terlalu rendah, ion CrO

  4 sebagian akan berubah menjadi Cr

  2 O 7 karena

  reaksi

  • 2- 2-

  2H (aq) + 2CrO4 (aq)

  2 O 7 +H

  2 O (l)

  ↔ Cr Selama titrasi Mohr, larutan harus diaduk dengan baik. Bila tidak, maka akan terjadi kelebihan titrant yang menyebabkan indikator mengendap sebelum titik ekivalen tercapai (Rivai, 1995).

2. Metode Volhard

  Metode Volhard menggunakan NH

  4 SCN atau KSCN sebagai titrant, dan larutan 3+

  Fe sebagai indikator. Sampai dengan titik ekivalen harus terjadi reaksi antara titrant dan Ag sehingga membentuk endapan putih.

  Ag + SCN

  (aq) (aq) (s)

  ↔ AgSCN ↓ (putih) Cara Volhard didasarkan pada pengendapan perak tiosianat dalam larutan asam nitrat, dengan menggunakan ion besi (III) untuk meneliti ion tiosianat berlebih. Cara ini dapat digunakan untuk titrasi langsung dari perak dengan larutan tiosianat standar atau untuk titrasi tak langsung dari ion klorida. Pada keadaan terakhir ini perak nitrat berlebih ditambahkan dan kelebihannya dititrasi dengan tiosianat standar. Anion-anion lain seperti bromida dan iodida dapat ditentukan dengan prosedur sama. Anion asam-asam lemah seperti oksalat ,karbonat dan arsenat, dengan garam-garam peraknya yang larut dalam asam,dapat ditentukan dengan pemgendapan pada pH lebih tinggi dan penyaringan garam peraknya. Endapan kemudian dilarutkan dalam asam nitrat dan perak dititrasi langsung dengan tiosianat. Cara Volhard secara luas digunakan untuk perak dan klorida karena kenyataan bahwa titrasi dapat dilakukan dalam larutan asam. Cara-cara umum lain untuk perak dan klorida memerlukan larutan hampir netral agar titrasi berhasil baik. banyak kation mengendap pada keadaan demikian , dan karenanya mengganggu pada cara-cara ini. merkuri merupakan kation umum satu-satu-nya yang mengganggu dengan cara Volhard (Underwood dan Day,1994).

  Kelebihaan metode Volhard yaitu : • Cara Volhard dapat digunakan untuk titrasi langsung dan tidak langsung.

  • Penentuan kadar perak dapat menggunakan titrasi langsung.
  • Cara titrasi tidak langsung dapat digunakan untuk menentukan kadar klorida, dimana pada cara tidak langsung, cuplikan klorida direaksikan dengan perak nitrat berlebih. Kelebihan perak nitrat dititrasi dengan tiosianat standar yang diketahui konsentrasinya. Titik akhir titrasi dapat diketahui dengan terbentuknya warna merah dari kompleks besi (III) tiosianat

  Kekurangan metode Volhard yaitu :

  • Konsentrasi indikator dalam titrasi Volhard juga tidak boleh sembarang, karena titrant bereaksi dengan titrat maupun dengan indikator, sehingga kedua reaksi itu saling mempengaruhi.
  • Sedikit kelebihan titrant kemudian bereaksi dengan indikator, membentuk ion kompleks yang sangat kuat warnanya (merah).

  3+ 2+ - SCN (aq) + Fe (aq) (aq) (Rivai, 1995).

  ↔ FeSCN

  • Merkuri merupakan kation umum satu-satu-nya yang mengganggu dengan cara Volhard (Underwood dan Day,1994).

2.4.2.3. Metode Fajans

  Dalam titrasi Fajans digunakan indikator adsorpsi. Indikator adsorpsi ialah zat yang dapat diserap pada permukaan endapan (diadsorpsi) dan menyebabkan timbulnya warna.

  Penyerapan ini dapat diatur agar terjadi pada titik ekivalen, antara lain dengan memilih macam indikator yang dipakai dan pH.

  Cara kerja indikator adsorpsi ialah sebagai berikut: indikator ini ialah asam lemah atau basa lemah organik yang dapat membentuk endapan dengan ion perak.

  Misalnya fluoresein yang digunakan dalam titrasi ion klorida. Dalam larutan, fluoresein akan meng-ion (untuk mudahnya ditulis HFl saja).

  • - +

  HFl (aq) +Fl (aq)

  (aq)

  ↔ H

  • Ion Fl inilah yang diserap oleh endapan AgX dan menyebabkan endapan berwarna merah muda. Apabila suatu senyawa organik berwarna diserap pada permukaan suatu endapan . Perubahaan struktur organik mungkin terjadi, dan warnanya sebagian besar kemungkinan telah berubah dan mungkin menjadi lebih jelas. Peristiwa ini dapat dipakai untuk mengetahui titik akhir dari titrasi pengendapan garam-garam perak. Senyawa organik yang dipergunakan demikian , disebut sebagai “ indikator adsorpsi”.
Mekanisme bekerja dari indikator demikian berbeda dari apapun. Beberapa fluoresein yang disubstitusikan dapat bekerja sebagai indikator untuk titrasi perak. Jika perak nitrat ditambahkan kepada suatu larutan natrium klorida , maka partikel perak klorida yang terbagi halus itu cenderung menahan pada permukaannya (menyerap) beberapa ion klorida berlebih yang ada didalam larutan (Underwood dan Day,1994).

  Kelebihan metode Fajans yaitu:

  • Titrasi menggunakan indikator adsorpsi biasanya cepat, akurat dan terpercaya

  Kelemahan metode Fajans yaitu: