HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN NORMAL DI PUSKESMAS KARANGRAYUNG I

  

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DENGAN KEJADIAN

RUPTUR PERINEUM PADA IBU BERSALIN NORMAL

DI PUSKESMAS KARANGRAYUNG I

Wiji Utami, Oktavia Takarina Choiroh

Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi

  

Latar Belakang: Mortalitas dan morbiditas pada wanita bersalin adalah masalah besar di

  negara berkembang, termasuk di Indonesia. Berat bayi lahir merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan kejadian perlukaan perineum selama kelahiran. Semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum, pada normalnya berat badan bayi sekitar 2.500-3.800 gram. Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal di Puskesmas Karangrayung I. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei analitik dengan pendekatan retrospektif. Sampel penelitian ini adalah 223 ibu yang bersalin normal di Puskesmas Karangrayung I yang diambil dari data rekam medis tahun 2016. Teknik pengambilan sampel adalah Random

  

Sampling dengan penggambilan Sampel Acak Sistematis. Teknik analisa data denggan

menggunakan analisa univariat dan bivariat (uji Chi Square).

  

Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan

2 2

  kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal dengan nilai Uji X Hitung > X Tabel (7,274 > 5,991). Kesimpulan: Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal.

  Kata Kunci : Berat Bayi Baru Lahir, Ruptur Perineum

  

ABSTRACT

Background: Mortality and morbidity in maternity women is a major problem in developing

  countries, including in Indonesia. Birth weight is one of the risk factors that increase the incidence of perineal injury during labor. The larger the baby born increases the risk of rupture of the perineum, at normal the baby's weight is about 2,500-3,800 grams. The perineal rupture is a tear that occurs when the baby is born either spontaneously or by means or action. Objective: This study aims to determine the relationship between the weight of newborns with the incidence of perineal rupture in normal maternal mothers in Puskesmas Karangrayung I.

  

Method: This study used an analytic survey research method with a retrospective approach. The

  sample of this research is 223 normal maternity mother at Puskesmas Karangrayung I which taken from medical record data year 2016. The sampling technique is Random Sampling with random sampling systematis. Data analysis technique using univariate and bivariate analysis (Chi Square test).

  

Results: The results showed that there was a relationship between the weight of the newborn

2

  and the incidence of perineal rupture in normal maternal womb with the value of Test X 2 Count> X Table (7,274> 5,991). Conclusion: The conclusion of this study is that there is a relationship between the weight of newborns with the incidence of perineal rupture in normal maternal mothers.

  Keywords: Newborn Baby Weight, Perineum Rupture

  PENDAHULUAN

  Persalinan seringkali mengakibatkan robeknya perineum atau rupture perineum (Rohani,2011:02). Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat. Ruptur perineum terjadi pada hampir semua primipara (Wiknjosastro, 2008:38).

  Penyebab ruptur perineum salah satunya disebabkan oleh bayi besar (Vivian, 2011:01). Faktor penyebab ruptur perineum terdiri dari dua faktor yaitu faktor ibu dan faktor janin. Faktor ibu seperti: usia, paritas, partus presipitatus, ibu yang tidak mampu berhenti mengejan, partus yang di selesaikan terburu-buru, odema, kerapuhan perineum, varises vulva, arkus pubis yang sempit sehingga kepala terdorong kebelakang dan episiotomi yang sempit. Faktor janin seperti: bayi besar, kelainan presentasi, kelahiran bokong, distosi bahu (Wiknjosastro,2007:668).

  Mortalitas dan morbiditas pada wanita bersalin adalah masalah besar di Negara berkembang, termasuk di Indonesia. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita pada masa puncak produktivitasnya. Berat bayi lahir merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan kejadian perlukaan perineum selama kelahiran. Semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko terjadinya rupture perineum, pada normalnya berat badan bayi sekitar 2.500-3.800 gram (Sekartini, 2007:54).

  Menurut hasil penelitian dari Fitriana (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan antara berat badan bayi baru lahir pada persalinan fisiologis dengan kejadian ruptur perineum terbukti dari 24 ibu bersalin terbesar responden yaitu 21 responden (87,5%) yang terjadi rupture, dan responden yang tidak terjadi rupture yaitu 3 responden (12,5%). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Enggar (2010) kejadian ruptur perineum mayoritas terjadi pada berat badan bayi lahir 3000-3500 gram sebanyak 48 bayi (64,3%) dan mayoritas yang mengalami ruptur perineum yaitu ibu primipara sebanyak 52 orang (77,6%).

  Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Karangrayung I didapatkan hasil bahwa 2015 terdapat 527 ibu bersalin normal, sebanyak 437 atau 74% ibu mengalami ruptur perineum. Pada tahun 2016 terdapat ibu bersalin normal sebanyak 508 dengan persentase ibu yang mengalami ruptur perineum sebanyak 406 atau 80%. Pada data tersebut didapatkan peningkatan ibu bersalin normal dengan ruptur perineum pada tahun 2015 dan 2016 sebanyak 6%. Pada tahun 2017 bulan Januari-Februari di dapatkan data ibu bersalin normal sebanyak 65 ibu bersalin, dari 65 ibu bersalin normal terdapat 48 atau 80% ibu bersalin yang mengalami ruptur peineum.

  Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal.

  METODOLOGI

  Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi pada bulan Juli-Agustus 2017. Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian Survei

  Analitik dengan menggunakan pendekatan

  penelitian Retrospektif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin normal di puskesmas karangrayung I pada tahun 2016 sebanyak 508. Sampel penelitian ini adalah 223 ibu bersalin normal. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Random Sampling dengan pengambilan Sampel Acak Sistematis. Sumber Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dalam rekam medis di Pusksmas Karangrayung I. Teknik Analisa data yang digunakan dengan menggunakan analisia univariat dan bivariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1.

  Hasil a.

  Analisa Univariat Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2107 di Puskesmas Karangrayung I didapatkan hasil sebagai berikut:

  Uji bivariat pada penelitian ini

  1)

  menggunakan metode chi-square untuk

Tabel 1.1 Distribusi ibu bersalin

  normal berdasarkan berat badan mengadakan pendekatan dari beberapa

  faktor atau mengevaluasi frekuensi

  bayi baru lahir

  yang diselidiki atau frekuensi hasil

  Berat Badan Jumlah Prosentase

  observasi (fo) dengan frekuensi yang

  Bayi Lahir Kasus (%)

  diharapkan dari sampel apakah terdapat BBL Rendah <2500 42 kasus 18,8% hubungan antara berat badan bayi lahir

  BBL Normal 2500-4000 180 kasus 80,7% dengan kejadian ruptur perineum.

  BBL Besar >4000 1 kasus 0,5%

Tabel 4.3 Hasil Analisis Bavariat

  Total 223 kasus 100% Variabel Nilai Nilai Kontingensi 2 2 Sumber: Data Sekunder (Puskesmas

  X X Koefisien Karangrayung I,2016)

  Hitung Tabel Berdasarkan tabel distribusi diatas

  a. 7,274 5,991 0,178 Berat didapatkan data jumlah kasus paling badan tertinggi adalah pada berat badan bayi baru bayi lahir lahir normal sebanyak 180 kasus atau 80,7%, b. sedangkan pada berat badan bayi rendah c.

  Ruptur sebanyak 42 kasus atau 18,8%, dan pada perineum berat badan bayi lahir besar terdapat 1 kasus

  Berdasarkan tabel diatas terdapat atau 0,5%. variabel inependent (Berat Badan Bayi

  2)

Tabel 1.2 Distribusi ibu bersalin

  Lahir) dan variabel dependent (Ruptur

  normal yang mengalami ruptur 2 Perineum) dengan menggunakan Uji X (Chi perineum

  Square Test) dengan hasil penelitian H0

  Berat Badan Jumlah Prosentase 2 2

  ditolak karena nilai Uji X Hitung > X

   Bayi Lahir Kasus (%)

  Tabel (7,274 > 5,991) yang dapat Ruptur perineum 181 kasus 81,1% disimpulkan bahwa terdapat hubungan

  Tidak ruptur 42 kasus 18.9% antara hubungan antara berat badan bayi perineum baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal dengan nilai

  Total 223 kasus 100% Contingency 0,178 < 0,05 yang berarti kekuatan hubungan lemah.

  Sumber: Data Sekunder (Puskesmas Karangrayung I,2016)

  PEMBAHASAN

  Hasil uji statistik penelitian Berdasarkan tabel diatas didapatkan distribusi ibu bersalin normal dengan ruptur menunjukkan bahwa ada hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian perineum memiliki jumlah ibu bersalin ruptur perineum pada ibu bersalin normal normal dengan kasus yang tinggi sebanyak 2 2 181 kasus atau 81,1% dibandingkan jumlah dengan nilai X hitung > X tabel (7,274 >

  5,991). Menurut Sekartini (2007:54) berat ibu bersalin normal tidak ruptur perineum sebanyak 42 kasus atau 18,9%. bayi lahir merupakan salah satu faktor risiko yang meningkatkan kejadian perlukaan perineum selama kelahiran. Semakin besar b. Analisa Bivariat

  Analisis bivariat dilakukan bayi yang dilahirkan meningkatkan resiko setelah mengetahui karakteristik atau terjadinya rupture perineum, pada bayi besar distribusi dari setiap variabel yang di ≥3500gram, normalnya berat badan bayi dapatkan dari analisis univariat. sekitar 2.500-3.500 gram, dan berat bayi Analisis bivariat dilakukan terhadap dua kecil ≤2400 gram. Seperti yang di kemukakan oleh Hamilton(2012:302) variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi (Notoadmodjo,2010:183). persalinan normal bisa mengakibatkan terjadinya kasus ruptur perineum pada ibu primipara maupun multipara. Ruptur perineum adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan.

  • – 3000 gram. Pada janin yang mempunyai berat lebih dari 4000 gram memiliki kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Bagian paling keras dan besar dari janin adalah kepala,sehingga besarnya kepala janin mempengaruhi berat badan janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan Berat Badan(BB) janin. Kepala janin besar dan janin besar dapat menyebabkan ruptur Perineum.

  Pada penelitian Fitriana (2010) kejadian rupture perineum terbesar pada berat badan normal 2500-3500gram 90,5%, yang mengalami rupture perineum terkecil pada berat badan kecil<2400gram 0%. Seperti halnya menurut Wiknjosastro (2007:168) berat neonatus pada umumnya < 4000 gr dan jarang mebihi 5000 gram. Kriteria janin cukup bulan yang lama kandungannya 40 pekan mempunyai panjang 48-50 cm dan berat badan 2750

  • – 3000 gram. Pada janin yang mempunyai berat lebih dari 3000 gram memiliki kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan adalah karena besarnya kepala atau besarnya bahu. Bagian paling keras dan besar dari janin adalah kepala,sehingga besarnya kepala janin mempengaruhi berat badan janin. Oleh karena itu sebagian ukuran kepala digunakan Berat Badan(BB) janin. Kepala janin besar dan janin besar dapat menyebabkan laserasi perineum.

  Ruptur perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat, sudut arkus pubis lebih kecil dari pada biasa, kepala janin melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar dari pada sirkumferensia suboksipito bregmantika. Ruptur perineum terjadi pada kelahiran dengan berat lahir yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang di lahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum dikarenakan berat badan bayi baru lahir yang terlalu besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum (Sekartini,2007:67). Seperti yang dikemukakan oleh Wiknjosastro (2007:168) berat badan janin dapat mempengaruhi proses persalinan kala II. Berat neonatus pada umumnya < 4000 gr dan jarang mebihi 500 gram. Kriteria janin cukup bulan yang lama kandungannya 40 pekan mempunyai panjang 48-50 cm dan berat badan 2750

  Menurut Waspodo (2008:56) faktor-faktor yang mempengaruhi ruptur perineum tidak hanya berat badan bayi baru lahir melainkan posisi ibu bersalin, cara meneran dan pimpinan persalinan. Demikian pula Mochtar (2008:90) menyatakan bahwa derajat ruptur perineum semakin besar bila besar berat badan bayi baru lahir terlalu besar pula atau berat badan bayi baru lahir lebih 4000 gram. Berat badan lahir merupakan berat badan bayi yang di timbang 24 jam pertama setelah kelahiran (Sekartini, 2007:35).

SIMPULAN DAN SARAN

  Berdasarkan hasil penelitian Hubungan Antara Berat Badan Bayi Baru Lahir Pada Persalinan Normal Dengan Kejadian Ruptur Perineum di Puskesmas Karangrayung I didapatkan hasil perhitungan uji chi-square yaitu penelitian H0 ditolak karena nilai Uji X 2 Hitung > X 2 Tabel (7,274 > 5,991) yang dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan kejadian ruptur perineum pada ibu bersalin normal dengan nilai kontingensi 0,178 < 0,05 yang berarti kekuatan hubungan lemah.

  Ibu hamil diharapkan dapat melakukan pemantauan berat badan janin pada saat kehamilan dengan rutin melakukan pemeriksaan ANC. Tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih meningkatkan kewaspadaan dalam melakukan pertolongan persalinan sehingga tidak terjadi ruptur perineum, dan diharapkan mampu melakukan deteksi dini dan pemantauan tumbuh kembang janin serta memberikan KIE kepada ibu hamil berkaitan dengan berat badan bayi selama masa kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA

  Hamilton, M. 2012. Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. EGC. Jakarta Mochtar, R. 2008. Sinopsis Obstetri. EGC.

  Jakarta. Notoatmodjo, S. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan .Rineka Cipta.

  Jakarta. Rohani, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan . Edisi Pertama.

  Salemba Medika. Jakarta. Sekartini, A. 2007. Penatalaksanaan Bayi

  Baru Lahir Dan Penatalaksanaan Komplikasi. Rineka Cipta. Jakarta.

  Vivian, D dkk. 2008. Asuhan Neonatus Bayi Dan Anak Balita . Salemba Medika.

  Jakarta. Waspodo, D. 2008. Asuhan Persalinan Normal . EGC. Jakarta.

  Wiknjsastro. 2008. Ilmu Kebidanan .

  Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. Wiknjsastro. 2008. Ilmu Kandungan .

  Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Jakarta. Enggar, Y. 2010. Hubungan Berat Badan

  Lahir Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalian Normal Di RB Harapan Bunda Surakarta . Jurnal Kesehatan.