TINJAUAN HUKUM BATALNYA SUATU PERKAWINAN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK

TINJAUAN HUKUM BATALNYA SUATU PERKAWINAN TERHADAP PERJANJIAN KREDIT BANK

Mohammad Zamroni Fakultas Hukum Universitas Hang Tuah Surabaya

[email protected]

Abstract: The main function of the bank is to collect funds from the public in the form of deposits, and channel them to the public in the form of credit facilities. However, because the funds used as credit facilities are public funds, then giving credit must be in accordance with the precautionary principle. One of the application of the precautionary principle is to make a credit contract. Credit contract are not only carried out by banks with companies, but also between banks and individual debitor. If an individual debitor is married and does not have a marriage agreement, the husband and wife are generally involved in a credit contract. This is done in addition to guaranteeing loan repayments, also related to guarantees that are generally in the form of property. Basically marriage ties still have the potential to be canceled. So that there will be legal consequences when the marriage is canceled. This study focuses on analyzing the legal consequences of the credit contract made by banks with an individual debitor whose marriages are canceled by the Court.

Keywords: contract, credit, bank, marriage.

Abstrak: Fungsi utama perbankan adalah menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk fasilitas kredit. Namun demikian, karena dana yang digunakan sebagai fasilitas kredit merupakan dana masyarakat, maka di dalam memberikan kredit harus sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Salah satu penerapan prinsip kehati-hatian adalah dengan membuat perjanjian kredit. Perjanjian kredit tidak hanya dilakukan oleh pihak bank dengan korporasi, tetapi juga antara pihak bank dengan nasabah perorangan. Apabila nasabah perorangan telah kawin dan tidak memiliki perjanjian kawin, maka pasangan suami istri lazim dilibatkan dalam perjanjian kredit. Hal ini dilakukan selain untuk memastikan pengembalian pinjaman, juga terkait dengan jaminan yang umumnya berupa barang tidak bergerak. Pada dasarnya ikatan suatu perkawinan, sebagaimana hubungan hukum pada umumnya, tetap memiliki potensi untuk dibatalkan. Sehingga akan muncul akibat hukum ketika perkawainan dibatalkan. Penelitian ini fokus untuk menganalisis akibat hukum batalnya suatu perkawinan terhadap perjanjian kredit yang telah dibuat oleh pihak bank dengan pasangan suami istri yang perkawinannya dibatalkan oleh Pengadilan.

Kata kunci: perjanjian, kredit, bank, perkawinan.

Mohammad Zamroni, Tinjauan Hukum Batalnya Suatu Perkawinan Terhadap Perjanjian Kredit Bank

Pendahuluan

kesempatan kerja, Industri perbankan merupakan

membuka

meningkatkan jumlah barang dan jasa, jantung

dan motor

penggerak

menghemat dan meningkatkan devisa

perekonomian suatu negara. Tanpa

negara.

adanya industri

Pada dasarnya pemberian kredit dibayangkan akan terjadinya akumulasi

perbankan,

sulit

merupakan usaha utama bank sebagai uang dari masyarakat untuk disalurkan

lembaga intermediasi. Namun demikian, dalam bentuk kredit pada berbagai

karena dana yang digunakan untuk industri. 1 Fungsi utama perbankan adalah

memberikan kredit merupakan dana menghimpun dana dari masyarakat dalam

masyarakat, maka di dalam memberikan bentuk simpanan, dan menyalurkannya

kredit harus sesuai dengan prinsip kehati- kepada masyarakat dalam bentuk kredit

hatian. Salah satu penerapan prinsip dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam

kehati-hatian adalah dengan membuat rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

perjanjian kredit. Perjanjian kredit adalah banyak. 2 suatu perhubungan hukum pinjam-

American Bankers Association meminjam antara pihak bank dengan menyebut empat fungsi utama bank, yaitu

dengan kesepakatan fungsi penyimpanan dana (deposit

pinjaman disertai

function) , fungsi pembayaran (payment pemberian bunga. Perjanjian kredit function) , fungsi pemberian kredit (loan

dibuat secara tertulis untuk memberikan function) , dan fungsi uang (money

kepastian hukum terhadap eksistensi function) 3 . Fungsi pemberian kredit

hubungan hukum antara bank selaku merupakan fungsi yang sangat penting

pemberi fasilitas kredit dan masyarakat dalam

selaku penerima fasilitas kredit. kesejahteraan

kerangka

meningkatkan

Di dalam praktik, perjanjian kredit diperlukan selain untuk mengembangkan

masyarakat.

Kredit

tidak hanya dilakukan oleh pihak bank usaha, juga untuk memenuhi kebutuhan

dengan korporasi, tetapi juga antara pihak primer dan sekunder masyarakat.

bank dengan nasabah perorangan. Menurut Thamrin Abdullah dan Francis

Apabila nasabah perorangan telah kawin Tantri, tujuan utama pemberian kredit

dan tidak memiliki perjanjian kawin, adalah mencari keuntungan, membantu

maka pasangan suami istri dilibatkan usaha

dalam perjanjian kredit. Hal ini dilakukan pemerintah, dalam arti penerimaan pajak,

selain untuk memastikan pengembalian pinjaman, juga terkait dengan jaminan yang umumnya berupa barang tidak

1 Hikmahanto Juwana, 2002, Bunga

bergerak. Sehingga perjanjian kredit

Rampai Hukum Ekonomi

dan

Hukum

dibuat oleh pihak bank selaku pemberi

Internasional , Jakarta: Lentera Hati, h. 3.

2 Lihat ketentuan Pasal 1 angka 2 dan

fasilitas kredit dengan pasangan suami

Pasal 3 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992

istri yang terikat dalam suatu ikatan

tentang Perbankan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang No. 7 Tahun

4 Thamrin Abdullah dan Francis Tantri, 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan).

2012, Bank dan Lembaga Keuangan, Jakarta: 3 American Bankers Association, 1971,

Rajagrafindo Persada, h. 166-167. Principle of Bank Operation , USA: American

5 Lihat ketentuan Pasal 1 angka 11 UU Institute of Banking, h. 9-20.

Perbankan.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 2 November 2017

perkawinan selaku penerima fasilitas

untuk melangsungkan kredit.

syarat-syarat

perkawinan.

Pada dasarnya ikatan suatu Beranjak pada eksplikasi di atas, perkawinan, sebagaimana hubungan

maka penelitian ini difokuskan untuk hukum pada umumnya, tetap memiliki

menganalisis akibat hukum batalnya potensi

suatu perkawinan terhadap perjanjian perkawinan dianggap sah apabila

kredit bank yang telah dibuat oleh pihak memenuhi unsur administratif dan unsur

bank (kreditur) dengan suami istri agamawi. Unsur administratif dan unsur

(debitur) yang perkawinannya dibatalkan agamawi dalam proses perkawinan itu

oleh Pengadilan.

selanjutnya diklasifikasikan menjadi syarat formil dan syarat materiil. Syarat

Metode Penelitian

formil adalah syarat yang berkaitan Penelitian ini bersifat yuridis dengan tata cara

normatif, yaitu mengkaji kaidah atau perkawinan, baik syarat yang mendahului

melangsungkan

norma yang berkaitan dengan aspek maupun syarat yang menyertai proses

hukum batalnya suatu perkawinan berlangsungnya perkawinan. Sedangkan

terhadap perjanjian kredit. Pendekatan syarat materiil adalah syarat yang

yang digunakan adalah pendekatan berkaitan dengan eksistensi diri pribadi

konseptual dan pendekatan perundang- calon

undangan. Sedangkan sumber bahan melangsungkan perkawinan.

hukum yang digunakan berupa bahan syarat-syarat tersebut bersifat akumulatif,

Kedua

hukum primer dan sekunder. Bahan sehingga keseluruhan syarat baik formil

primer adalah peraturan- maupun materiil harus terpenuhi.

hukum

perundangan yang terkait dengan Perkawinan yang telah memenuhi

perjanjian kredit dan perkawinan, syarat-syarat

sementara bahan hukum sekunder dianggap sah dan membawa akibat

formil

dan materiil

merupakan suatu karya ilmiah baik hukum bagi kedua mempelai, yaitu akibat

berupa literatur, jurnal majalah ilmiah, hukum terhadap hak dan kewajiban bagi

maupun melalui informasi ilmiah lainnya. suami istri, hak penguasaan harta bersama, maupun hak dan kewajiban

Pembahasan

terhadap anak yang dilahirkan di dalam

Konsep Hukum Perjanjian Kredit

perkawinan. Sebaliknya

apabila

Bank

perkawinan tidak memenuhi syarat-syarat

perjanjian menurut formail dan materiil, maka perkawinan

Istilah

Hartkamp adalah a juridical act, dapat dimintakan

established by the corresponding and Pengadilan. Hal ini diatur pada Pasal 22

pembatalan ke

mutually interdependent expressions of Undang-Undang No. 1 Tahun 1974

intent of two or more parties, directed at tentang Perkawinan (selanjutnya disebut

the creation of juridical effects for the UU Perkawinan) yang menegaskan

benefit of one of the parties and to the bahwa perkawinan dapat dibatalkan

account of the other party, or for the apabila para pihak tidak memenuhi

benefit and to the account of both

Mohammad Zamroni, Tinjauan Hukum Batalnya Suatu Perkawinan Terhadap Perjanjian Kredit Bank

Istilah perjanjian kredit bank mendefinisikan perjanjian sebagai suatu

parties. 6 Sementara

Subekti

sendiri tidak dikenal dalam UU peristiwa dimana seorang berjanji kepada

Perbankan. Konsep perjanjian kredit bank seorang lain atau dimana dua orang itu

umumnya disandarkan pada ketentuan saling berjanji untuk melaksanakan suatu

Pasal 1754 BW dan Pasal 1 angka 11 UU hal. 7 Sedangkan dalam perspektif syariah,

Perbankan. Pada Pasal 1754 BW perjanjian (akad) dimaknai sebagai

disebutkan bahwa “Perjanjian pinjam- perikatan yang ditetapkan melalui ijab

meminjam ialah perjanjian dengan mana qabul berdasarkan ketentuan syara’ yang

pihak yang satu memberikan kepada menimbulkan akibat hukum terhadap

pihak yang lain suatu jumlah tertentu obyeknya. 8 barang-barang yang menghabis karena

Di dalam hukum positif, rumusan pemakaian, dengan syarat bahwa pihak perjanjian dapat ditemukan pada Pasal

belakangan ini akan 1313 BW yang menyebutkan, “Suatu

yang

mengembalikan sejumlah yang sama dari perjanjian adalah suatu perbuatan dengan

macam dan keadaan y ang sama pula.” mana satu orang atau lebih mengikatkan

Sedangkan pada Pasal 1 angka 11 UU dirinya terhadap satu orang lain atau

Perbankan disebutkan bahwa “Kredit lebih.” Merujuk pada pengertian di atas,

adalah penyediaan uang atau tagihan maka perjanjian dapat dimaknai sebagai

yang dapat dipersamakan dengan itu, suatu perbuatan hukum dengan mana satu

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan orang atau lebih mengikatkan dirinya

pinjam-meminjam antara bank dengan atau saling mengikatkan dirinya terhadap

pihak lain yang mewajibkan pihak satu orang atau lebih untuk melakukan

peminjam untuk melunasi utangnya suatu hal.

setelah jangka waktu tertentu dengan Pada dasarnya perjanjian kredit

pemberian bunga.”

bank tidak berbeda dari perjanjian pada Menurut Subekti, dalam bentuk umumnya, terutama jika dikaitkan

apapun juga pemberian kredit itu dengan syarat sahnya suatu perjanjian.

diadakan, dalam semuanya itu pada Yang berbeda hanyalah pada obyek yang

hakikatnya yang terjadi adalah suatu diperjanjikan, yaitu pinjam-meminjam

pinjam-meminjam, uang yang disertai pemberian bunga.

perjanjian

sebagaimana diatur dalam BW Pasal Sebagaimana telah disinggung dalam bab 9 1754-1769. Tetapi pendapat

ini

II, perjanjian kredit bank adalah

Mariam Darus perjanjian pinjam-meminjam antara pihak

disanggah

oleh

karena menurutnya bank dengan pihak lain dengan

Badrulzaman,

berdasarkan pada kenyataan, perjanjian kesepakatan pengembalian pinjaman

kredit itu memiliki identitas sendiri yang disertai pemberian bunga.

berbeda dengan perjanjian pinjam- meminjam uang. 10 Sedangkan menurut

6 Arthur S. Hartkamp, Marianne M.M.

Sutan Remy Sjahdeini, perjanjian kredit

Tillema and Annemarie E.B. ter Heide, 2011, Contract Law in the Netherlands , Alphen aan den

bank adalah perjanjian antara bank

Rijn: Kluwer Law International, p. 33. 7 R. Subekti, 1992, Hukum Perjanjian,

9 Lihat Daeng Naja, 2005, Hukum Kredit Jakarta: Intermasa, h. 1.

dan Bank Garansi , bandung: Citra Aditya bakti, 8 Rahmad Syafei, 2004, Fiqh Muamalah,

h. 261.

bandung: Pustaka Setia, h. 44.

10 Ibid, h. 263.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 2 November 2017

sebagai kreditur dengan nasabah sebagai harga beli barang kepada pihak debitur mengenai penyediaan uang atau

ketiga selaku penjual yang telah tagihan yang dapat dipersamakan dengan

disepakati dengan debitur. Salah itu yang mewajibkan debitur untuk

satu syarat yang ada dalam akad melunasi hutangnya setelah jangka waktu

murabahah adalah marjin tertentu dengan sejumlah bunga, imbalan

keuntungan. Syarat ini harus atau pembagian hasil keuntungan. 11 diketahui secara terbuka dan jelas

oleh debitur, serta tercantum konvensional, bank syariah tidak

sebagai salah satu klausul dalam mengenal sistem bunga, sebab bunga

murabahah . Marjin dianggap mengandung unsur riba. Oleh

akad

keuntungan dari akad murabahah karena hukum Islam melarang riba, maka

adalah hak bank syariah selaku bank syariah juga tidak menerapkan

pihak yang memberikan kredit, bunga dalam sistem operasionalnya,

atau dalam konsep murabahah termasuk dalam penyaluran kredit.

sebagai pihak yang bertindak Meskipun tidak menerapkan sistem

sebagai penjual barang. Akad bunga, bank syariah tetap dapat

murabahah lazim diterapkan pada menyalurkan kredit serta mendapatkan

pembiayaan investasi, konsumtif, imbalan keuntungan. Hanya saja imbalan

dan produktif. keuntungan disesuaikan dengan prinsip-

b) Akad Salam, yaitu akad jual beli prinsip syariah. Setidaknya ada tiga

barang pesanan antara pembeli bentuk penyaluran kredit pada bank

dengan penjual. Spesifikasi dan syariah, yaitu :

harga barang disepakati di awal

1. Kredit dengan tujuan memiliki barang akad dan pembayaran dilakukan yang dilakukan dengan prinsip jual

di muka secara penuh. Ketentuan beli.

harga barang pesanan tidak dapat berkembang menjadi bentuk perjanjian

berubah selama jangka waktu (akad) sebagai berikut :

akad. Dalam hal bank bertindak

a) Akad Murabahah, yaitu akad jual sebagai pembeli, bank dapat beli antara bank dengan debitur.

meminta jaminan kepada nasabah Konsepnya, bank membeli barang

untuk menghindari risiko yang dan menjual kepada debitur

merugikan bank. Barang pesanan sebesar harga pokok ditambah

harus diketahui karakteristiknya dengan

keuntungan

yang

secara umum yang meliputi jenis,

spesikasi teknis, kualitas dan praktik seringkali bank tidak

disepakati. 12 Meskipun dalam

kuantitasnya. Barang pesanan terlibat dalam proses pembelian

harus sesuai dengan karakteristik barang dari pihak ketiga. Dengan

yang telah disepakati antara kata lain, bank hanya membayar

pembeli dan penjual. Jika barang pesanan yang dikirimkan salah

11 Sutan Remy Sjahdeini, Kapita Selecta

atau cacat, maka penjual harus

Hukum Perbankan, Jilid I, tanpa tahun, h. 14.

bertanggung

jawab atas

Lihat Irma Devita Purnamasari dan Suswinarto, 2011, Akad Syariah, Bandung: Mizan, h. 38

Mohammad Zamroni, Tinjauan Hukum Batalnya Suatu Perkawinan Terhadap Perjanjian Kredit Bank

kelalaiannya. 13 Berbeda dengan

dalam bidang akad murabahah yang barangnya

dipergunakan

manufaktur. Sama dengan akad sudah ada pada saat jual beli

salam , dalam konsep ini bank dilakukan, pada akad salam mengambil

keuntungan dari barang harus dipesan terlebih

selisih harga jual barang pesanan dahulu. Meskipun demikian,

dari produsen kepada debitur. harga barang disepakati dan

2. Kredit dengan tujuan mendapatkan dibayar di muka. Akad salam

jasa yang dilakukan dengan prinsip lazim diterapkan pada jual beli

sewa. Akad ini dalam hukum syariah produk pertanian. Dalam konsep

disebut dengan akad ijarah. Menurut ini bank mengambil keuntungan

Fatwa Dewan Syariah Nasional, akad dari selisih harga jual barang

ijarah adalah akad pemindahan hak pesanan dari produsen kepada

guna (manfaat) atas suatu barang atau debitur.

jasa dalam waktu tertentu melalui

c) Akad Istisna’ merupakan jenis pembayaran sewa atau upah, tanpa khusus dari akad salam. Akad

dengan pemindahan istisna’ adalah akad jual barang 15 kepemilikan barang. Pada dasarnya

diikuti

pesanan antara dua pihak dengan prinsip ijarah serupa dengan prinsip spesifikasi

jual beli, perbedaannya terletak pada tertentu. Barang yang dipesan

dan

pembayaran

obyek perjanjian, bila pada jual beli belum diproduksi atau tidak

objek perjanjian berupa barang, maka tersedia

pada ijarah obyek perjanjian berupa Pembayarannya dapat secara

kontan atau dengan cicilan

3. Kredit dengan tujuan usaha kerjasama tergantung kesepakatan kedua

yang dilakukan dengan prinsip bagi belah pihak. Jual beli istishna’

hasil. Prinsip ini telah berkembang dapat dilakukan dengan cara

dalam bentuk sebagai berikut : membuat kontrak baru dengan

Musyarakah , yaitu pihak lain. Kontrak baru tersebut

a) Akad

kerjasama antara dua pihak dalam merupakan

suatu bidang usaha tertentu yang paralel. 14 Ada dua cara yang dapat

konsep

istishna’

pemodalannya dibagi secara dilakukan ; pertama, debitur

proporsional. Menurut Sayid memesan kepada bank dan

Sabiq, musyarakah adalah akad menyerahkan pihak bank untuk

antara dua orang yang berserikat mencari produsen. Kedua, debitur

pada pokok harta (modal dan memesan 16 barang kepada keuntungannya). Sedangkan

produsen, dan

menurut Fatwa Dewan Syariah pembayaran pada pihak bank.

menyerahkan

Nasional dan Majelis Ulama Akad

istishna’

umumnya

15 Muthaher Osmand, 2012, Akuntansi

13 Siti Mujiatun, 2013, “Jual Beli dalam Perbankan Syari‟ah, Yogyakarta: Graha Ilmu, h. Perspektif slam : Salam dan Istisna”, Jurnal Riset

Akuntansi dan Bisnis , Vol. 13 No. 2 / September, 16 Lihat Hendi Suhendi, 2004, Fiqh h. 207

Muamalah , Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 14 Ibid, h. 212

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 2 November 2017

Indonesia, pembagian tidak hanya syariah, pihak bank selalu punya sebatas pada hasil keuntungan,

alasan untuk tidak menanggung tetapi kerugian juga harus dibagi

kerugian usaha. secara proporsional sesuai jumlah

Terkait dengan resiko kredit, UU saham.

Prinsip musyarakah Perbankan menyebutkan bahwa “Dalam dimaksudkan

pemberian kredit atau pembiayaan khusus untuk modal kerja, dimana

sebagai

kredit

berdasarkan prinsip syariah, bank umum dana dari bank merupakan bagian

wajib mempunyai keyakinan berdasarkan dari modal usaha nasabah dan

analisis yang mendalam atas itikad dan keuntungan dibagi sesuai dengan

kemampuan serta kesanggupan debitur nisbah yang disepakati.

untuk

melunasi

utangnya atau

b) Akad Mudharabah, yaitu akad mengembalikan pembiayaan dimaksud yang melibatkan dua pihak,

sesuai dengan yang diperjanjikan”. dimana pihak pemilik modal

Sedangkan untuk meminimalisir kerugian mempercayakan modalnya kepada

akibat kredit macet, perjanjian kredit pihak pengelola untuk digunakan

bank lazimnya disertai dengan jaminan dalam aktivitas usaha. Pengelola

(secured loan) , yaitu kredit yang dalam hal ini tidak ikut

diberikan dengan jaminan tertentu, baik memberikan

berupa barang atau jaminan perorangan memberikan kontribusi pekerjaan

dan mengelola usaha sesuai Perjanjian kredit bank termasuk dengan ketentuan yang disepakati 17 dalam digolongkan perjanjian pokok.

dalam perjanjian, salah satunya Perjanjian pokok yaitu perjanjian antara adalah

kreditur dan debitur yang berdiri sendiri keuntungan yang dibagi antara

untuk

mencapai

tanpa bergantung kepada adanya pihak pemodal

lain. Perjanjian kredit pengelola secara proporsional.

dan pihak

perjanjian

merupakan sesuatu yang menentukan Secara teknis, keuntungan usaha

batal atau tidaknya perjanjian lain yang dibagi secara proporsional antara

misalnya perjanjian bank sebagai pemilik modal dan 18 jaminan. Berbeda dengan perjanjian

mengikutinya,

nasabah

pinjam-meminjam uang sebagaimana pengelola

kreditor

sebagai

diatur dalam ketentuan Pasal 1754-1769 mengalami

usaha.

Apabila

BW, konsep perjanjian kredit bank ditanggung oleh pemilik modal,

kerugian

akan

memiliki kekhasan tersendiri. Pada sepanjang kerugian tersebut tidak

perjanjian kredit bank terdapat beberapa diakibatkan kelalaian pengelola.

unsur yang melingkupi, yaitu : Apabila kerugian diakibatkan

a. Adanya hubungan kontraktual; kelalaian

b. Antara pihak bank dan debitur; pengelola harus bertanggung

pengelola,

maka

17 Lihat Riduan Syahrani, 2000, Seluk

jawab atas kerugian. Namun

Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata , Bandung:

demikian di dalam praktik kredit

Alumni, h. 216.

modal usaha baik dalam sistem 18 Johannes Ibrahim, 2004, Cross Default

& Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian

konvensional maupun sistem

Kredit Bermasalah , Bandung: Refika Aditama, h. 30.

Mohammad Zamroni, Tinjauan Hukum Batalnya Suatu Perkawinan Terhadap Perjanjian Kredit Bank

c. Mengenai penyediaan uang atau Perjanjian kredit bank lazimnya tagihan;

dibuat secara tertulis. Di dalam praktik

d. Adanya kewajiban untuk melunasi perbankan, terdapat dua bentuk perjanjian utang setelah jangka waktu tertentu;

kredit yang dibuat secara tertulis, yaitu :

a. Perjanjian kredit dalam bentuk di bunga, imbalan, atau pembagian

e. Adanya kewajiban untuk membayar

bawah tangan.

hasil keuntungan. Perjanjian dalam bentuk ini pada umumnya sudah disiapkan dan dibuat

Bentuk-bentuk Perjanjian Kredit

secara baku (standaardform) oleh pihak

Bank

bank, selanjutnya ditawarkan kepada Hukum perjanjian memang tidak

debitur untuk disepakati. Karena sudah mengharuskan suatu kesepakatan dibuat

dibuat dalam bentuk standar, maka secara tertulis, sehingga kesepakatan

klausul-klausul perjanjian juga sudah dapat pula dilakukan secara lisan.

baku dan sulit untuk diubah, terutama Asalkan perjanjian memenuhi syarat

oleh pihak calon debitur. Dalam situasi sahnya suatu perjanjian sebagaimana

seperti itu sebenarnya pihak calon debitur diatur dalam ketentuan Pasal 1320 BW,

tidak berada pada posisi berimbang maka perjanjian sah dan mengikat seperti

dalam negosiasi, karena calon debitur undang-undang bagi pihak-pihak yang

hanya diberikan dua opsi yang terkadang membuat perjanjian. Namun demikian

berbuah simalakama, yaitu take it or dari sisi pembuktian, perjanjian secara

leave it . Apabila menyepakati perjanjian lisan tidaklah mudah untuk dibuktikan.

resikonya bisa sangat membebani di Padahal ketika terjadi sengketa para

kemudian hari, sebaliknya bila tidak pihak harus dapat membuktikan adanya

menyepakati maka tidak akan mendapat perjanjian, terutama yang berkaitan

kucuran kredit yang dibutuhkan. dengan

Sedangkan dari sisi pembuktian, dipersengketakan. Berkaca dari hal

klausul-klausul

yang

perjanjian yang dibuat di bawah tangan tersebut Bank Indonesia dalam surat No.

tetap memiliki kekuatan pembuktian, 03/1093/UPK/KPD tanggal 29 Desember

masing-masing pihak 1970 yang ditujukan kepada segenap

sepanjang

mengakui isi perjanjian. Tetapi jika ada bank devisa mengharuskan setiap

penyangkalan dari salah satu pihak pemberian kredit dibuat surat perjanjian

mengenai isi perjanjian, maka pihak yang kredit. Surat Bank Indonesia tersebut

menggunakan sebagai bukti harus dapat merujuk pada instruksi Presidium

membuktikan dengan menggunakan Kabinet No 15/EK/IN/10/1966 tanggal

bukti-bukti yang lain, atau mengajukan

10 Oktober 1966 yang menegaskan saksi-saksi yang membenarkan adanya tentang larangan melakukan pemberian

perjanjian tersebut.

kredit tanpa adanya perjanjian kredit

b. Perjanjian kredit dalam bentuk akta yang jelas antara bank dengan debitur

notariil.

atau antara bank sentral dan bank-bank Perjanjian dalam bentuk ini dibuat lainnya. 19 di hadapan notaris, sehingga dari sisi

19 Instruksi Presidium Kabinet No sebagai dasar hukum perjanjian kredit bank dibuat 15/EK/IN/10/1966 itu kemudian digunakan

secara tertulis.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 2 November 2017

pembuktian termasuk merupakan alat Apabila debitur telah melakukan bukti yang sempurna (otentik). Namun

pembayaran dengan demikian bukan berarti perjanjian dalam

penawaran

perantaraan notaris atau juru sita bentuk akta notariil tidak dapat

Pengadilan Negeri tetapi ditolak oleh dibatalkan, karena batal atau dapat

pihak bank, atas penolakan bank tersebut dibatalkannya suatu perjanjian tidak

debitur dapat menitipkan pembayaran bergantung pada bentuk perjanjian,

kepada Pengadilan Negeri setempat melainkan didasarkan pada syarat sahnya

untuk disimpan. Dengan catatan, perjanjian sebagaimana diatur dalam

sesuai dengan ketentuan Pasal 1320 BW. Sedangkan

pembayaran telah

perjanjian kredit bank yang telah mengenai isi perjanjian, pada dasarnya

disepakati.

3. Pembaruan utang (novasi). dalam bentuk di bawah tangan. Karena

tidak berbeda dengan perjanjian kredit

Pembaruan utang terjadi dengan format perjanjian telah disiapkan oleh

cara mengganti utang lama dengan utang pihak bank, sehingga notaris sifatnya

baru, yaitu dengan cara memperbarui hanya melegitimasi klausul-klausul yang

perjanjian kredit yang pernah dibuat telah dibuat oleh pihak bank dan telah

sebelumnya. Sehingga perjanjian kredit disepakati pula oleh pihak debitur.

yang dibuat sebelum pembaruan utang menjadi berakhir. Pembaruan utang juga

Berakhirnya Perjanjian Kredit Bank

dapat terjadi dengan mengganti pihak Berada dalam lingkup hukum

debitur lama dengan debitur baru, perjanjian tentu tidak lepas dari ketentuan

kreditur lama dengan kreditur baru, atau yang mangatur mengenai perjanjian,

obyek yang lama dengan obyek yang demikian

baru. Dalam hal terjadi penggantian berakhirnya perjanjian kredit bank.

subjeknya, maka pembaruan ini disebut Merujuk pada ketentuan Pasal 1381 BW,

novasi subjektif. Sedangkan jika utang ada beberapa cara berakhirnya perjanjian

lama diganti dengan utang baru, kredit bank, yaitu:

terjadilah penggantian objek perjanjian

1. Pembayaran kredit yang disebut novasi objektif. Pembayaran kredit yang dimaksud

4. Perjumpaan utang (kompensasi). dalam hal ini adalah pelunasan kredit

Perjumpaan utang terjadi apabila oleh pihak debitur kepada bank selaku

utang piutang debitur dan bank secara kreditur. Namun demikian pembayaran

timbal balik dilakukan perhitungan. tidak hanya meliputi

Berdasarkan perhitungan tersebut maka sejumlah uang, tetapi juga dalam bentuk

penyerahan

utang piutang lama menjadi berakhir. suatu benda tertentu sebagai pelunasan.

Syarat utang dapat diperjumpakan diatur Dengan kata lain, perjanjian kredit

dalam Pasal 1429 BW, yaitu; berupa berakhir karena pembayaran dan/atau

sejumlah uang atau benda yang dapat penyerahan benda sebagai pelunasan nilai

dihabiskan dari jenis dan kualitas yang kredit.

sama, utang itu harus sudah dapat ditagih,

2. Pembayaran

dan utang itu seketika dapat ditentukan penitipan (konsinyasi).

kredit

melalui

atau ditetapkan jumlahnya.

5. Pembebasan utang. 237

Mohammad Zamroni, Tinjauan Hukum Batalnya Suatu Perkawinan Terhadap Perjanjian Kredit Bank

mengembangkan pihak bank dengan tegas menyatakan

Pembebasan utang terjadi apabila

masing

dapat

kepribadiannya, membantu dan mencapai tidak menghendaki lagi prestasi dari

kesejahteraan spiritual dan material. 21 debitur dan melepaskan haknya atas

Menurut Paul Scholten, perkawinan pembayaran atau pemenuhan perjanjian

adalah suatu hubungan hukum antara kredit. Melalui pembebasan ini perjanjian

seorang pria dengan seorang wanita kredit bank menjadi berakhir.

untuk hidup bersama dengan kekal, yang

6. 22 Karena Pembatalan atau berlaku diakui oleh Negara. Sementara dalam syarat batal.

hukum Islam istilah perkawinan sama Apabila perjanjian kredit bank

dengan kata nikah atau zawaj. Kata nikah tidak memenuhi syarat-syarat subjektif,

mempunyai arti kiasan wathaa yang maka perjanjian kredit bank dapat

berarti setubuh, atau aqad yang berarti dibatalkan. Sedangkan jika tidak

perjanjian pernikahan. Hakikat nikah memenuhi syarat-syarat obyektif, maka

adalah perjanjian antara calon suami perjanjian kredit bank menjadi batal dan

isteri untuk membolehkan bergaul dianggap tidak pernah ada. Dalam hal

sebagai suami-isteri, guna membentuk perjanjian kredit batal, maka keadaan

suatu keluarga. Perkawinan merupakan dipulihkan dalam keadaan semula seperti

perbuatan ibadah dalam kategori ibadah sebelum dilakukan perjanjian kredit bank.

umum, sehingga dalam melaksanakan Berdasarkan uraian di atas, maka

perkawinan harus dilaksanakan sesuai dapat disimpulkan bahwa perjanjian

dengan aturan-aturan perkawinan dalam kredit bank adalah perjanjian tertulis 23 hukum Islam.

antara bank sebagai kreditur dengan Suatu perkawinan dianggap sah pihak lain sebagai debitur mengenai

apabila memenuhi unsur administratif penyediaan uang atau tagihan yang dapat 24 dan unsur agamawi. Hal ini berbeda

dengan perspektif BW yang memandang mewajibkan debitur untuk melunasi

dipersamakan dengan

itu

yang

perkawinan hanya dalam hubungan hutangnya setelah jangka waktu tertentu 25 keperdataan. Pada Pasal 2 UU

disertai bunga, imbalan, atau pembagian Perkawinan disebutkan bahwa : hasil keuntungan.

A. Rofik, 2000, Hukum Islam di

Keabsahan Perkawinan dan Batalnya

Indonesia , Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 268.

Perkawinan 22 Lihat R. Soetojo Prawirohamidjojo Perkawinan ialah ikatan lahir

dan Asis Safioedin, 1986, Hukum Orang dan Keluarga , Bandung: Alumni, h. 13.

batin antara seorang pria dengan seorang

23 Abd. Shomad, 2010, Hukum Islam :

wanita sebagai suami-istri dengan tujuan

Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum

Indonesia membentuk keluarga yang bahagia dan , Jakarta: Kencana, h. 275.

24 Lihat Moch. Isnaeni, 2016, Hukum

kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Perkawinan Indonesia , Surabaya: Revka Petra

Esa. 20 Melalui perkawinan, masing-

Media, h. 75, yang berpendapat bahwa unsur agamawi sedemikian dominan dalam perkawinan,

masing suami dan istri dapat saling

karena syarat keabsahan perkawinan ditentukan

membantu dan melengkapi agar masing-

oleh unsur agama.

25 Lihat rumusan Pasal 26 BW yang

menyebutkan bahwa undang-undang memandang

hanya dalam hubungan- Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

20 Lihat rumusan Pasal 1 Undang-

soal perkawinan

hubungan perdata.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 2 November 2017

1. Perkawinan adalah sah apabila izin dari Pengadilan bagi calon dilakukan menurut hukum masing- 26 suami.

masing agamanya dan kepercayaannya

d. Bagi calon mempelai wanita berlaku itu.

jangka waktu tunggu.

e. Kedua calon mempelai tidak peraturan perundang-undangan yang

2. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut

memiliki hubungan darah, hubungan berlaku.

keluarga semenda, dan hubungan Unsur administratif dan unsur

susuan.

agamawi dalam proses perkawinan itu

f. Tidak melanggar larangan agama selanjutnya diklasifikasikan menjadi

dan larangan peraturan perundang- syarat formil dan syarat materiil. Syarat

undangan yang berlaku. formil adalah syarat yang berkaitan

Perkawinan yang telah memenuhi dengan tata cara

syarat-syarat tersebut di atas dianggap perkawinan, baik syarat yang mendahului

melangsungkan

sah dan membawa akibat hukum bagi maupun syarat yang menyertai proses

kedua mempelai, yaitu akibat hukum berlangsungnya perkawinan. Sedangkan

terhadap hak dan kewajiban bagi suami syarat materiil adalah syarat yang

dan istri, hak penguasaan harta bersama, berkaitan dengan eksistensi diri pribadi

maupun hak dan kewajiban terhadap anak calon

yang dilahirkan di dalam perkawinan. melangsungkan perkawinan.

Sebaliknya apabila perkawinan tidak syarat-syarat tersebut bersifat akumulatif,

Kedua

memenuhi syarat-syarat tersebut di atas, sehingga keseluruhan syarat baik formil

maka perkawinan dapat dimintakan maupun materiil harus terpenuhi. Syarat

pembatalan ke Pengadilan. Ketentuan formil yang harus dipenuhi untuk dapat

pembatalan perkawinan diatur pada Pasal melangsungkan perkawinan antara lain :

22 UU Perkawinan yang menegaskan

bahwa perkawinan dapat dibatalkan pegawai pencatat perkawinan.

a. Adanya pemberitahuan

kepada

apabila para pihak tidak memenuhi

untuk melangsungkan mengumumkan

b. Pegawai pencatat

perkawinan

syarat-syarat

perkawinan. Menurut Isnaeni, sesuai pencatatan perkawinan.

dan

melakukan

hakekatnya pembatalan itu berlaku surut,

c. Dilakukan prosesi perkawinan (akad sehingga dianggap tidak pernah ada nikah) dan penanda-tanganan akta 27 perkawinan.

perkawinan.

Perkawinan tidak Sedangkan syarat materiil yang

UU

pengertian mengenai harus dipenuhi oleh calon mempelai

memberikan

pembatalan perkawinan, demikian halnya untuk melangsungkan perkawinan antara

dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun lain :

a. Adanya persetujuan kedua calon

26 Konsep poligami yang ada dalam UU

berbeda dengan konsep

b. monogami yang dianut oleh BW. Lihat ketentuan Kedua calon mempelai telah cukup

Pasal 27 BW yang menyebutkan bahwa pada

umur.

waktu yang sama, seorang lelaki hanya boleh

c. Kedua calon mempelai tidak terikat terikat perkawinan dengan satu orang perempuan

saja; dan seorang perempuan hanya dengan satu

dalam perkawinan lain, kecuali ada

orang lelaki saja.

27 Moch. Isnaeni, Ibid., h. 141

Mohammad Zamroni, Tinjauan Hukum Batalnya Suatu Perkawinan Terhadap Perjanjian Kredit Bank

1975 yang merupakan peraturan pembatalan perkawinan diajukan atas pelaksana dari UU Perkawinan. Kedua

dasar adanya salah satu pihak yang peraturan tersebut hanya memberikan

menemui cela pada pihak lain, atau ada ketentuan bahwa perkawinan dapat

yang merasa tertipu atas hal-hal yang dibatalkan oleh Pengadilan. Menurut

belum diketahui sebelum perkawinan Bakri A. Rahman dan Ahmad Sukardja, 32 berlangsung. Pada

prinsipnya suatu perkawinan yang sudah terjadi

pembatalan perkawinan harus diajukan dapat dibatalkan apabila pihak-pihak

ke Pengadilan, selanjutnya hakim yang tidak memenuhi syarat-syarat untuk

akan menjatuhkan putusan pembatalan melangsungkan

pembatalan suatu perkawinan tersebut

dari pengertian hanya

Beranjak

dapat

pembatalan perkawinan di atas, maka pengadilan. 28 Pendapat

diputuskan

oleh

dapat disimpulkan bahwa batalnya suatu dikemukakan oleh Riduan Syahrani. Ia

senada

perkawinan bilamana : berpendapat bahwa perkawinan dapat

a. Perkawinan telah dilangsungkan; dibatalkan apabila perkawinan itu

b. Perkawinan tidak memenuhi syarat- dilangsungkan oleh para pihak (suami

syarat perkawinan; dan istri) atau salah satu pihak (suami istri)

perkawinan diputus terbukti tidak memenuhi syarat-syarat

c. Pembatalan

Pengadilan.

untuk berlangsungnya perkawinan. 29

Dalam perspektif hukum Islam,

Alasan-alasan Pembatalan Perkawinan

konsep pembatalan

yang Berhak

sebenarnya tidak dikenal. Namun

Memohon Pembatalan Perkawinan

demikian dalam

22 UU Perkawinan perkawinan Islam seringkali disinggung

literatur hukum

Pasal

menyebutkan bahwa perkawinan dapat soal pembatalan perkawinan yang disebut

dibatalkan apabila para pihak tidak sebagai fasakh. 30 Secara etimologis kata

memenuhi syarat untuk melangsungkan fasakh berarti

perkawinan. Dengan kata lain, jika membatalkan.

merusakkan

atau

untuk melangsungkan tersebut

perkawinan baik syarat formil maupun dibatalkan

maka perkawinan

dapat

syarat mateiil sebagaimana ditentukan permintaan salah satu pihak oleh hakim

dalam peraturan perundang-undangan Pengadilan Agama. 31 Sedangkan tuntutan

tidak terpenuhi, maka perkawinan dapat dibatalkan. Kata “dapat” dalam rumusan Pasal 22 UU Perkawinan menunjukkan

28 Bakri A. Rahman dan Ahmad

bahwa suatu perkawinan tidak serta merta

Sukardja, 1981, Hukum menurut Islam, UUP dan Hukum Perdata/BW , Jakarta: Hidakarya Agung,

batal apabila setelah perkawinan

h. 36.

berlangsung

diketahui adanya

29 Riduan Syahrani dan Abdurrahman,

pelanggaran terhadap syarat-syarat yang

1986, Masalah-masalah hukum perkawinan di Indonesia , Jakarta: Media Sarana Press, h. 36.

30 Lihat Ahmad Azhar Basyir, 2010, Perkawinan (Undang-Undang No. 1 Tahun Hukum Perkawinan Islam , Yogyakarta: UII Press,

1974) , Yogyakarta: Liberty, h. 113. h. 85.

32 Kamal Muchtar, 1974, Asas-Asas 31 Lihat Soemiyati, 2004, Hukum

Hukum Islam Tentang Perkawinan , Jakarta: Perkawinan

Bulan Bintang, h. 194.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 2 November 2017

b. Perempuan yang dikawini diketahui perkawinan harus dimohonkan kepada

ditentukan, 33 tetapi

pembatalan

masih menjadi isteri orang lain. Pengadilan dalam daerah hukum di mana

c. Perempuan yang dikawini masih perkawinan dilangsungkan atau di tempat

dalam masa iddah. tinggal suami istri untuk diberikan

d. Perkawinan dilangsungkan dengan putusan.

melanggar batas umur perkawinan Mengingat

sebagaimana ditentukan dalam UU perkawinan membawa akibat hukum

yang cukup kompleks, terutama bagi

e. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali pihak-pihak yang berkaitan dengan suami

nikah, atau dilaksanakan oleh wali istri yang perkawinannya dibatalkan,

nikah yang tidak sah. maka alasan-alasan yang dapat diajukan

dilakukan dengan untuk membatalkan suatu perkawinan

f. Perkawinan

paksaan.

telah diatur secara terperinci. Di dalam

g. Perkawinan dilangsungkan di bawah UU Perkawinan, pembatalan perkawinan

ancaman yang melanggar hukum. dapat dimohonkan dengan alasan-alasan

h. Ketika perkawinan berlangsung terjadi sebagai berikut :

penipuan atau salah sangka mengenai

a. Perkawinan dilangsungkan di hadapan diri suami atau istri. pegawai pencatat perkawinan yang

Selain alasan-alasan di atas, tidak berwenang.

Kompilasi

Hukum Islam juga

b. Perkawinan dilaksanakan oleh wali menyebutkan bahwa perkawinan batal nikah yang tidak sah.

apabila :

a. Perkawinan dilakukan oleh seorang dihadiri oleh dua orang saksi.

c. Perkawinan dilangsungkan tanpa

suami, sedangkan ia tidak berhak

d. Perkawinan dilangsungkan di bawah melakukan akad nikah karena sudah ancaman yang melanggar hukum.

mempunyai empat orang istri,

e. Ketika perkawinan berlangsung terjadi sekalipun salah satu dari keempat salah sangka mengenai diri suami atau

istrinya itu dalam masa iddah talak istri.

raj’i.

b. Perkawinan dilakukan dengan bekas para pihak tidak memenuhi syarat-

f. Ketika melangsungkan perkawinan

istri yang telah dili’an olehnya. syarat

c. Perkawinan dilakukan dengan bekas perkawinan.

untuk

melangsungkan

istrinya yang pernah dijatuhi tiga kali Sementara dalam

talak olehnya, kecuali bila bekas Hukum Islam, pembatalan perkawinan

Kompilasi

istrinya tersebut pernah menikah dapat dimohonkan dengan alasan-alasan

dengan pria lain yang kemudian sebagai berikut :

bercerai lagi.

d. Perkawinan dilakukan oleh pihak- Pengadilan Agama.

a. Suami melakukan poligami tanpa izin

pihak yang memiliki hubungan darah semenda dan sesusuan sampai derajat

33 Lihat penjelasan Pasal 22 UU

tertentu yang menghalangi perkawinan

Perkawinan yang menyebutkan bahwa pengertian

sebagaimana diatur dalam UU

"dapat" dalam pasal ini bisa batal atau bisa tidak batal, bilamana menurut ketentuan agamanya

Perkawinan.

masing-masing tidak menentukan lain.

Mohammad Zamroni, Tinjauan Hukum Batalnya Suatu Perkawinan Terhadap Perjanjian Kredit Bank

g. Perkawainan dilakukan oleh pasangan kandung atau sebagai bibi atau

e. Perkawinan dilakukan dengan saudara

suami istri yang telah dibubarkan kemenakan dari istri atau istri-istrinya.

perkawinannya, kecuali pembubaran Di

perkawinan telah melampaui waktu pembatalan perkawinan atau fasakh dapat

satu tahun.

dilakukan bilamana

h. Perkawinan dilakukan oleh pasangan perkawinan tidak terpenuhi pada saat

syarat-syarat

suami istri yang dengan putusan akad nikah dilaksanakan. Misalnya,

telah dinyatakan ketika akad berlangsung ternyata kedua

Pengadilan

melakukan zina.

mempelai memiliki hubungan darah,

i. Perkawinan dilakukan oleh pasangan maka akadnya menjadi rusak atau batal.

suami istri yang telah bercerai. Atau pada saat akad nikah calon suami

j. Terjadi kekhilafan tentang diri orang istri masih kecil, kemudian setelah

yang dikawini. Kecuali bila telah dewasa berhak meneruskan ikatan

tinggal serumah terus-menerus selama perkawinan atau mengakhirinya. Apabila

tiga bulan.

memilih mengakhiri ikatan perkawinan, Beranjak dari alasan-alasan yang maka hal ini disebut khiyar baligh. 34 diuraikan di atas, maka dapat dikatakan

Sedangkan dalam perspektif BW, bahwa suatu perkawinan dapat dibatalkan pembatalan

apabila terdapat cacat hukum dalam dimohonkan

perkawinan

dapat

Namun demikian sebagai berikut :

batalnya suatu perkawinan tidak batal

a. Perkawinan dilakukan oleh orang yang dengan sendirinya, melainkan harus masih terikat pada perkawinan.

dimintakan kepada Pengadilan untuk

putusan pembatalan karena cacat mental ditaruh di bawah

b. Perkawinan dilakukan oleh orang yang

dijatuhkan

perkawinan. Adapun pihak-pihak yang pengampuan.

dapat

mengajukan pembatalan

c. Perkawinan dilakukan oleh orang yang perkawinan menurut ketentuan Pasal 23 belum cukup umur. Kecuali jika pada

UU Perkawinan adalah sebagai berikut : saat

permohonan

pembatalan

a. Suami atau isteri.

perkawinan diajukan orang tersebut

b. Para keluarga dalam garis keturunan telah

lurus ke atas dari suami atau isteri. disyaratkan, atau sang istri telah hamil.

c. Pejabat yang berwenang hanya selama

d. Perkawinan dilaksanakan tanpa izin perkawinan belum diputuskan. dari bapak, ibu, kakek, nenek, wali

d. Pejabat yang ditunjuk oleh undang- atau wali pengawas.

undang, diantaranya Jaksa.

e. Setiap orang yang mempunyai hadapan pegawai catatan sipil yang

e. Perkawinan tidak dilangsungkan di

kepentingan hukum secara langsung berwenang.

terhadap perkawinan tersebut, tetapi

f. Perkawinan dilangsungkan tanpa hanya setelah perkawinan itu putus. kehadiran sejumlah saksi yang

Sementara menurut ketentuan disyaratkan.

Kompilasi Hukum Islam, pihak-pihak yang dapat mengajukan pembatalan

34 Lihat Al-Hamdani, 2002, Risalah

perkawinan adalah sebagai berikut :

Nikah , Jakarta: Pustaka Amani, h. 272.

Perspektif Hukum, Vol. 17 No. 2 November 2017

a. Suami atau isteri.

pencatat

perkawinan yang tidak

maka hak untuk lurus ke atas dan ke bawah dari suami

b. Para keluarga dalam garis keturunan

berwenang,

membatalkan perkawinan yang dimiliki atau istri.

oleh suami istri tersebut dengan alasan

c. Pejabat yang berwenang mengawasi perkawinan dilangsungkan di depan pelaksanaan perkawinan menurut

pegawai pencatat perkawinan yang tidak undang-undang.

berwenang, wali nikah yang tidak sah,

d. Para pihak yang berkepentingan yang atau perkawinan yang dilangsungkan mengetahui adanya cacat dalam rukun

tanpa dihadiri dua orang saksi, menjadi dan syarat perkawinan menurut hukum

gugur. Namun demikian perkawinan Islam dan peraturan perundang-

dalam hal ini harus diperbaharui supaya undangan.

menjadi sah. Sedangkan dalam perspektif Suami atau isteri, para keluarga

perkawinan yang dalam garis keturunan lurus ke atas dan

BW,

terhadap

dengan melanggar ke bawah dari suami atau istri, dan jaksa

dilangsungkan

ketentuan Pasal 87 dan Pasal 91 BW, hak dapat meminta pembatalan perkawinan

mengajukan pembatalan kepada Pengadilan berdasarkan alasan 35 perkawinan dibatasi oleh waktu.

untuk

perkawinan dilangsungkan di depan pegawai pencatat perkawinan yang tidak

Akibat Hukum Batalnya Suatu

berwenang, wali nikah yang tidak sah,

Perkawinan

atau perkawinan yang dilangsungkan Batalnya suatu perkawinan hanya tanpa dihadiri dua orang saksi.

dapat terjadi bilamana telah dijatuhkan Sedangkan

putusan oleh Pengadilan. Dengan adanya berdasarkan

pembatalan

perkawinan

putusan Pengadilan yang membatalkan dilangsungkan di bawah ancaman yang

alasan

perkawinan

perkawinan, maka perkawinan yang telah melanggar hukum, dan alasan pada waktu

dilangsungkan dianggap tidak pernah berlangsungnya

terjadi atau tidak pernah ada. Ketika penipuan atau salah sangka mengenai diri

perkawinan

terjadi

suatu perkawinan dibatalkan, tentu tidak suami atau istri, hanya dapat dimintakan

hanya berdampak pada suami sitri yang pembatalan

perkawinannya dibatalkan, tetapi juga Pengadilan oleh suami atau istri. Tetapi

perkawinan

kepada

berdampak pada pihak-pihak yang apabila ancaman telah berhenti atau yang

dengan perkawinan bersalah sangka

berhubungan

telah menyadari

keadaannya, dan dalam jangka waktu 35 Lihat ketentuan Pasal 87 BW

menyebutkan bahwa terhadap perkawinan yang

enam bulan setelah itu masih tetap hidup

dilangsungkan tanpa persetujuan bekas suami

bersama sebagai suami istri, dan tidak

atau istri, dan terhadap adanya kekhilafan

pula menggunakan haknya untuk

mengenai diri diri orang yang dikawini, apabila suami istri telah tinggal serumah terus-menerus

meminta pembatalan perkawinan, maka

selama tiga bulan, maka hak untuk mengajukan

haknya menjadi gugur.

pembatalan

perkawinan menjadi gugur.

Demikian pula apabila suami istri Sedangkan ketentuan Pasal 91 BW menyebutkan

bahwa terhadap perkawinan yang dilangsungkan

telah hidup bersama sebagai suami istri

tanpa izin bapak, ibu, kakek, nenek, wali atau

dan dapat memperlihatkan

akta

wali pengawas, apabila secara diam-diam, atau perkawinan itu telah berlangsung enam bulan

perkawinan yang dibuat oleh pegawai

tanpa bantahan apa pun dan mereka terhitung sejak saat mereka mengetahui perkawinan itu.

Mohammad Zamroni, Tinjauan Hukum Batalnya Suatu Perkawinan Terhadap Perjanjian Kredit Bank

Demikian pula dinyatakan dalam dilahirkan, harta benda yang diperoleh di

tersebut, seperti anak-anak

yang

Hukum Islam, yang dalam perkawinan, dan pihak ketiga yang

Kompilasi

menyebutkan bahwa putusan batalnya pernah menjalin hubungan hukum

suatu perkawinan tidak berlaku surut dengan suami istri yang perkawinannya

terhadap :

dibatalkan.

a. Perkawinan yang batal karena salah Menurut Mukti Arto, keadaan

satu suami atau istri murtad. hukum baru dimulai sejak putusan

b. Anak-anak yang dilahirkan dari berkekuatan hukum tetap. 36 Hal ini

perkawinan tersebut. selaras dengan ketentuan Pasal 28 ayat

c. Pihak ketiga sepanjang mereka (1) UU Perkawinan yang menyebutkan

hak-hak dengan bahwa batalnya suatu perkawinan

memperoleh

beriktikad baik, sebelum putusan dimulai setelah putusan Pengadilan

pembatalan perkawinan berkekutan berkekuatan hukum tetap, dan berlaku

hukum tetap.

sejak saat berlangsungnya perkawinan.

anak-anak yang Hanya saja jika pada umumnya putusan

Terhadap

dilahirkan dari perkawinan yang berlaku ke depan (prospektif), terhadap

dibatalkan, status hukumnya tetap putusan pembatalan perkawinan berlaku

sebagai anak yang sah. Sehingga hak dan surut (retroaktif). Dengan kata lain,

kewajiban orang tua terhadap anak, batalnya suatu perkawinan berlaku surut

demikian pula sebaliknya tetap melekat sejak

sebagaimana anak yang dilahirkan di Meskipun demikian, batalnya suatu

perkawinan

dilangsungkan.

dalam perkawinan yang sah. Meskipun perkawinan

kedua orang tuanya telah terbukti menghilangkan hubungan hukum yang

beriktikad buruk yang mengakibatkan pernah terjadi dalam perkawinan yang

perkawinannya dibatalkan. dibatalkan. Hal ini ditegaskan dalam

Sedangkan terhadap pihak ketiga Pasal 28 ayat (2) UU Perkawinan yang

yang beritikad baik, batalnya suatu mengatur bahwa putusan batalnya suatu

perkawinan tidak membawa akibat perkawinan tidak berlaku surut terhadap :

hukum. Semua perbuatan keperdataan

a. Anak-anak yang dilahirkan dari yang dilakukan oleh suami isteri terhadap perkawinan yang dibatalkan.

pihak ketiga sebelum perkawinannya

b. Suami atau istri yang bertindak dengan dibatalkan tetap berlaku mengikat secara iktikad baik, kecuali terhadap harta