Keywords: sleep quality, obesity, elementary school children. ABSTRAK - SLEEP QUALITY ASSOCIATED WITH OBESITY TO ELEMENTARY SCHOOL CHILDREN IN YOGYAKARTA

  PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015

  

KUALITAS TIDUR HUBUNGANNYA DENGAN OBESITAS

PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI YOGYAKARTA

SLEEP QUALITY ASSOCIATED WITH OBESITY

TO ELEMENTARY SCHOOL CHILDREN IN YOGYAKARTA

Dewi Marfuah

  Prodi S1 Ilmu Gizi STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta Jl. Tulang Bawang Selatan No.26 RT 01 RW 32 Kadipiro Banjarsari Surakarta

  Email: dewi_marfuah@ymail.com

  

ABSTRACT

  The prevalence of obesity in Indonesia is expected to increase each year. Many factors contribute to obesity, one of which is quality of sleep. Poor sleep quality lead to increased energy intake and increased sedentary lifestyle that will have an impact on obesity on children. The purpose: to examine whether poor sleep quality are risk factors of obesity in elementary school children in Yogyakarta. A case control study was conducted in 2013. A random sample of 244 obese and 244 grade-matched non obese elementary school students were selected form a cross- sectional survey previously done in the city of Yogyakarta and Bantul regency. Information of sleep quality was collected using sleep self report questionnaires. Sedentary lifestyle was collected using recall of physical activity during the last week. Nutrient intakes were collected using a food frequency questionnaires. The results showed there was a significant relationship between sleep of , quality and obesity poor sleep quality was 2,28 times more likely to be obese than good sleep quality. After controlled intake energy, gender, and sedentary lifestyle, than children with low quality of sleep was 1.9 (OR = 1.88, 95% CI: 0.95 to 3.71) times more likely to be obese than children with good quality of sleep. However, the association was not statistically significant. The conclusions of this study, poor sleep quality was associatied with increased odds of being obese in elementary school children.

  Keywords: sleep quality, obesity, elementary school children.

  

ABSTRAK

  Prevalensi obesitas di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat setiap tahunnya. Banyak faktor yang menyebabkan obesitas, salah satunya adalah durasi. Kualitas tidur yang buruk menyebabkan peningkatan asupan energi dan peningkatan perilaku sedentari yang akan berdampak pada obesitas pada anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis besar risiko kualitas tidur yang buruk terhadap kejadian obesitas pada anak SD di Yogyakarta. Penelitian kasus kontrol pada anak SD obes dan tidak obes. Sejumlah 244 anak obes dan 244 anak tidak obes yang diperoleh dari hasil skrining status gizi pada tahap awal penelitian di SD Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Data perilaku sedentari dikumpulkan menggunakan recall aktivitas fisik selama seminggu terakhir. Data asupan energi dikumpulkan dengan food frequency questionnaires. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian obesitas, kualitas tidur yang buruk 2,28 kali lebih tinggi menyebabkan obesitas. Setelah dikontrol variabel asupan energi, jenis kelamin, dan perilaku sedentari, maka peluang terjadi obesitas sebesar 1.9 (OR = 1.88, 95% CI: 0.95 to 3.71) lebih tinggi pada anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk dibandingkan anak yang mempunyai kualitas tidur yang baik. Namun secara statistik tidak bermakna. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa kualitas tidur yang buruk merupakan faktor risiko kejadian obesitas pada anak SD.

  Kata kunci: kualitas tidur, obesitas, anak sekolah dasar.

  Obesitas merupakan masalah gizi yang sering dijumpai dan potensial untuk meng- akibatkan gangguan kesehatan akibat berbagai komplikasi. Hal ini penting untuk diperhatikan mengingat obesitas mempunyai risiko komor- biditas yang tinggi, yang pada akhirnya akan dapat pula meningkatkan mortalitas. Terdapat berbagai macam faktor risiko dan etiologi yang multifaktorial untuk terjadinya obesitas, dan dengan mengetahui etiologi serta faktor risiko tersebut dapat dilakukan upaya pencegahan maupun pengelolaan terpadu yang melibatkan semua aspek terkait, yang pada akhirnya diharapkan dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas (Faizah., 2004).

  Sampai dengan saat ini belum ada penelitian yang menjelaskan hubungan antara kualitas tidur dengan kegemukan pada anak di Yogyakarta. Oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk meneliti hubungan antara kualitas tidur dengan obesitas pada anak sekolah dasar di Yogyakarta.

METODE PENELITIAN

  Prevalensi obesitas di Indonesia diperkira- kan akan terus meningkat terutama di daerah perkotaan berkaitan dengan adanya perubahan pola hidup dan kebiasaan makan masyarakat Indonesia (Hadi, 2004). Tidur merupakan salah satu faktor risiko yang dilaporkan dapat meningkatkan kejadian obesitas. Bawazeer et

  al,. (2009) mengungkapkan bahwa kualitas tidur

  yang buruk berhubungan dengan obesitas pada anak dan remaja. Kualitas tidur yang buruk yaitu saat tidur terjadi banyak gangguan seperti bangun saat tidur. Penelitian di Arab dijelaskan bahwa berisiko mengakibatkan obesitas daripada anak yang mempunyai kualitas tidur baik (Patel & Hu., 2008).

  Prevalensi kegemukan (overweight dan obesitas) pada anak Indonesia juga mengalami kenaikan dari waktu kewaktu. Pada tahun 2007, prevalensi kegemukan pada anak Indonesia umur 6-14 tahun adalah 9,5% untuk laki-laki dan 6,4% untuk perempuan dan angka ini naik menjadi 10,7% untuk anak laki – laki dan 7,7% untuk anak perempuan pada tahun 2010. Riskesdas tahun 2007, Provinsi Daerah Istimewa Yogya- karta menunjukkan prevalensi berat badan lebih berdasarkan kategori IMT/U pada anak usia 6-14 tahun yaitu 7,6% pada anak laki-laki dan 4,8% pada anak perempuan. Sedangkan menurut data Riskesdas 2010, prevalensi berat badan lebih pada anak di Provinsi DIY adalah sebesar 7,8% (Depkes, 2008; Kemenkes 2010).

  Penelitian ini adalah penelitian obser-

  vasional dengan rancangan kasus kontrol.

  Prevalensi obesitas anak usia 6-11 tahun di Amerika Serikat meningkat dari 7% pada tahun 1980 menjadi 18% pada tahun 2010. Demikian pula, prevalensi obesitas remaja usia 12-19 tahun meningkat dari 5% pada tahun 1980 menjadi 18% pada tahun 2010. Pada tahun 2010, lebih dari sepertiga dari anak-anak dan remaja di Amerika Serikat yang mengalami kelebihan berat badan (CDC, 2013).

  ≥ persentil ke 95 kurva WHO 2007 dipilih secara acak dari 580 anak obes yang berasal dari survei tersebut. Setiap kasus terpilih dicarikan pasangan control- nya yaitu teman sekelas yang tidak mengalami obes dan duduk paling dekat di sebelah kanan kasus tanpa melihat umur dan jenis kelaminnya.

  Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kualitas tidur. Data kualitas tidur dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner

  sleep self report . Kuesioner yang digunakan me-

  nurut penelitian sebelumnya yang telah divalidasi oleh peneliti. Dari 26 pertanyaan, 23 pertanyaan setiap itemnya akan dinilai dengan skala likert 3 poin yaitu skor bernilai mulai dari 1 (Jarang: jika perilaku tidur terjadi 0-1 kali/minggu), 2 (kadang-kadang: jika perilaku tidur terjadi 2-4 kali/minggu), 3 (sering: jika perilaku tidur terjadi 5-7 kali/minggu). Pertanyaan untuk nomer 4, 5, 6, 8, 11, dan 26 mempunyai skor berlawanan. Semakin tinggi skornya maka kualitas tidurnya semakin buruk (Litsenburg et al, 2010; Owens et

  al , 2000).

  Tinggi badan anak sekolah diukur oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan mikrotoa yang mempunyai ketelitian 0,1 cm, sedangkan berat badan anak sekolah diukur oleh peneliti dibantu enumerator menggunakan tim- bangan injak digital yang mempunyai ketelitian 0,1 kg. Data perilaku sedentari dikumpulkan menggunakan Physical Activity Questionnaire for

  Children yang dikombinasikan dengan formulir recall aktivitas fisik selama seminggu terakhir.

  Penelitian ini dilaksanakan di SD Kota Yogya- karta dan Kabupaten Bantul. Kasus dipilih secara random dari daftar anak obes yang ditemukan melalui survei yang dilakukan sebelumnya di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul. Sebanyak 224 kasus anak dengan IMT

47 PENDAHULUAN

  PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 peneliti dibantu enumerator menggunakan Semi

  8,6 2,91 0,405

  13,9 71,3

  9,4

  19

  43 163

  19 7,8

  17,6 66,8

  7,8

  32

  77 337

  42 6,6

  15,8 69,1

  Ket: 2 = Chi Square OR = Odds ratio * = Bermakna/signifikan p = p-Value CI = Confidence Interval

  34 174

  Secara keseluruhan karakteristik kasus hampir sama dengan kontrol, kecuali anak laki- laki (±13%) lebih besar pada kasus dibandingkan pada kontrol (p<0.05) (Tabel 1).

  Tabel 2. Analisis Chi Square Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian Obesitas

  Variabel Obesitas 2 Ya p OR 95 % CI Tidak n % n % Kualitas tidur

  Tidak baik (> 46 skor) Baik (

  ≤ 46 skor) Jumlah

  35 209 244

  14,3 86,7

  100,0

  12 227 244

  7,0 93,0

  100,0 6,97 0,008* 2,23 1,17-4,38

  23 5,3

  13

  Quantitative Food Frequency Questionnaire

  42 34,0 48,8 17,2

  (SQFFQ) dengan rentang waktu satu bulan terakhir.

  Uji coba kuesioner dan recall aktivitas fisik dilakukan pada 30 siswa dari sekolah dasar di luar lokasi penelitian untuk menguji tingkat kesulitan pemahaman responden terhadap

  Data penelitian dikumpulkan oleh para peneliti dibantu oleh tenaga enumerator mahasiswa gizi dan sarjana gizi yang sebelumnya telah dilatih menggunakan instrumen penelitian.

  IMT dihitung secara komputer dengan menggunakan software WHO Anthro 2007. Uji statistik dilakukan uji Chi Square, Mc Nemar, dan regresi logistik.

  HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

  Tabel 1. Karakteristik Subyek Penelitian antara Kelompok Kasus dan Kontrol

  Karakteristik Status Obesitas Total 2 Ya p* Tidak n=244 % n=244 % n=488 % Kelompok usia

  6-8 tahun 9-10 tahun 11-12 tahun

  84 114

  46 34,4 46,7 18,9

  83 119

  167 233

  Kota besar Kota sedang Kota kecil Desa

  88 34,2 47,8 18,0

  0,29 0,863

  Jenis kelamin

  Laki-laki Perempuan

  154

  90 63,1 36,9

  122 122

  50,0 50,0

  276 212

  56,6 43,4

  8,54 0,003*

  Tempat tinggal

  Ket: 2 = Chi Square OR = Odds ratio * = Bermakna/signifikan p = p-Value CI = Confidence Interval

  

49

  Tidak tinggi (<110% AKG) Jumlah

  1,11 0,291 1,74 (0,54-6,22)

  Ket: 2 = Chi Square OR = Odds ratio * = Bermakna/signifikan p = p-Value CI = Confidence Interval

  Tabel 3 menunjukkan hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas di Kota Yogyakarta yang dapat dilihat dari 2 = 6,11 dengan nilai p =

  0,013 dan OR = 2,49 (95% CI; 1,13-5,82). Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa anak SD yang kualitas tidurnya tidak baik mempunyai risiko 2,49 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya lebih baik.

  Tabel 4. Analisis Chi Square Hubungan Asupan Energi dengan Kejadian Obesitas

  Variabel Obesitas 2 P OR Ya 95 % CI Tidak n % n % Asupan energi

  Tinggi ( ≥ 110% AKG)

  128 116 244

  16 140

  52,5 47,5

  100,0

  99 145 244

  40,6 59,4

  100,0 6,92 0,008* 1,61 1,11-2,35

  Ket: 2 = Chi Square OR = Odds ratio * = Bermakna/signifikan p = p-Value CI = Confidence Interval

  Anak obes juga mempunyai asupan energi per-hari lebih tinggi dibandingkan anak yang tidak obes. Anak obes mempunyai peluang asupan energinya tinggi ( ≥ 110% AKG) 1,6

  100,00 100,00

  72 37,50 51,43

  kejadian obesitas pada anak sekolah dasar. Jika kualitas tidur dibedakan menjadi 2 kategori yaitu kualitas tidur baik dan kualitas tidur tidak baik, maka diketahui bahwa 14,34% anak obes mempunyai kualitas tidur tidak baik, sedangkan pada anak yang tidak obes 6,97% (7,3% lebih rendah) mempunyai kualitas tidur tidak baik. menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas yang dapat dilihat dari 2 = 6,97 dengan nilai p =

  39,56 52,36

  0,008 dan OR = 2,23 (95% CI; 1,17-4,38). Anak obes mempunyai peluang tidur dengan kualitas tidur yang buruk 2,23 (OR=2,23, 95% CI= 1,17- 4,38) kali lebih besar dibandingkan anak yang tidak obes (Tabel 2).

  Tabel 3. Analisis Chi Square Hubungan Kualitas Tidur dengan Obesitas yang Dibedakan Berdasarkan Wilayah Sekolah Dasar

  Status Obesitas Total 2 p OR (95% CI) Ya Tidak n % n % n % YOGYAKARTA Kualitas tidur

  Tidak baik (> 46 skor) Baik ( ≤ 46 skor)

  25 141

  69,44 47,64

  11 155

  36 296

  6

  100,00 100,00

  6,11 0,013* 2,49 (1,13-5,82)

  BANTUL Kualitas tidur

  Tidak baik (> 46 skor) Baik (

  ≤ 46 skor)

  10

  68 62,50 48,57

  (OR= 1.61, 95% CI= 1.11-2.35) kali lebih besar dibandingkan anak yang tidak obes (Tabel 4). PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015

  Variabel Obesitas 2 P OR 95 % CI Ya Tidak n % n %

  1,6* (1,1-2,3)

  Tinggi Tidak tinggi

  Jenis Kelamin

  Laki-laki Perempuan

  2,2* (1,2-4,1)

  1,9 (0,97-3,7)

  6,8* (4,5-10,1)

  2,2* (1,2-4,0)

  2,3* (1,2-4,2)

  Tinggi Rendah

  0,6* (0,4-0,8)

  1,9 (0,95-3,7)

  7,0* (4,6-10,6)

  1,5 (0,96-2,2)

  0,5* (0,3-0,8)

  R 2 (%) 0,01 0,15 0,02 0,02 0,17 N 488 488 488 488 488

   Deviance

  (-2 log Likelihood) 669,4 571,3 663,0 660,6 557,4

  Asupan energi

  Sedentary lifestyle

  Sedentary lifestyle

  100,00 97,86 0,000* 6,93 4,56-10,54

  Tinggi Rendah

  Jumlah 185

  59 244

  75,82 24,18

  100,00

  76 168 244

  31,15 68,85

  Ket: 2 = Chi Square OR = Odds ratio * = Bermakna/signifikan p = p-Value CI = Confidence Interval

  Tidak baik Baik

  Anak obes yang mempunyai sedentary

  lifestyle tinggi sebesar 75,82% lebih tinggi

  dibandingkan anak obes yang mempunyai

  sedentary lifestyle rendah sebesar 24,18%. Anak

  SD yang mempunyai sedentary lifestyle tinggi berisiko 6,93 kali lebih besar menyebabkan obesitas dibandingkan dengan anak yang mempunyai sedentary lifestyle rendah (Tabel 5).

  Pengaruh kualitas tidur terhadap kejadian obesitas mungkin juga berkaitan dengan kualitas tidur adalah sedentary lifestyle , jenis kelamin, dan asupan energi maka dalam analisis lebih lanjut variabel sedentary lifestyle, jenis kelamin, dan asupan energi dimasukkan dalam model. Berdasarkan analisis multivariabel, maka model yang dipilih adalah model 5 sebagai model yang cukup baik untuk menjelaskan hubungan kualitas tidur dengan kejadian obesitas. Pada model 5 sudah mempertimbangkan semua variabel bermakna terhadap kejadian obesitas, hasil R 2 merupakan yang paling besar dan nilai deviance

  (-2 log Likelihood) yang paling kecil. Tabel 6. Analisis Regresi Logistik Hubungan Kualitas Tidur terhadap Kejadian Obesitas dengan Melibatkan Variabel Sedentary Lifestyle, Asupan Energi, dan Jenis Kelamin

  Variabel Kejadian Obesitas Model 1 Model 2 Model 3 Model 4 Model 5 OR 95 % CI OR 95 % CI OR 95 % CI OR 95 % CI OR 95 % CI Kualitas tidur

  Keterangan: * = signifikan < 0,05 N = jumlah sampel

  Hubungan antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas yang bermakna hanya pada anak yang bersekolah di Kota Yogyakarta. Anak SD di Kota Yogyakarta yang kualitas tidurnya buruk mempunyai risiko 2,49 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya lebih baik. Bawazeer et al

  Hubungan kualitas tidur terhadap kejadian obesitas dengan mengontrol variabel sedentary

  Dalam penelitian ini ditemukan bahwa anak laki

  terbalik dengan asupan buah dan sayur serta memiliki hubungan positif dengan asupan snack, konsumsi fast food, dan makanan yang digoreng dengan densitas energi tinggi sehingga berkontribusi terhadap terjadinya obesitas.

  sedentary lifestyle berupa menonton TV dan screen based yang tinggi memiliki hubungan

  Bawazeer et al. (2009) mengungkapkan bahwa kualitas tidur yang buruk berhubungan dengan obesitas pada anak dan remaja. Anak yang mempunyai kualitas tidur buruk lebih berisiko mengakibatkan obesitas daripada anak yang mempunyai kualitas tidur baik. Anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk, akan mengakibatkan perasaan kelelahan pada saat bangun tidur. Kelelahan ini dapat menyebabkan penurunan aktivitas fisik yaitu berkurangnya partisipasi dalam olahraga yang terorganisir dan terjadi peningkatan sedentary lifestyle seperti menonton televisi (Patel & Hu., 2008). Menonton televisi dapat meningkatkan asupan energi, terutama ngemil makanan tinggi energi pada saat menonton televisi (Sjarif.,2003). Hasil review Pearson & Biddle (2011) menunjukkan bahwa

  kelamin hanya berlaku pada populasi ini saja dan tidak dapat digeneralisasikan pada populasi yang lain.

  sedentary lifestyle , asupan energi, dan jenis

  memprediksi kejadian obesitas pada anak SD di 17%. Risiko kejadian obesitas pada anak dengan kualitas tidur yang tidak baik 1,88 kali lebih besar dibandingkan dengan anak dengan kualitas tidur yang baik, namun secara statistik tidak bermakna. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hubungan kualitas tidur terhadap kejadian obesitas pada anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul setelah dipengaruhi variabel

  lifestyle , asupan energi, dan jenis kelamin dapat

  banyak mempunyai masalah dalam tidur dibandingkan dengan anak yang tidak obes. Hasil analisis dengan uji Chi Square menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian obesitas. Anak SD yang mempunyai kualitas tidur tidak baik mempunyai risiko 2,23 kali lebih besar mengalami obesitas dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya baik. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Owens et al (2000) menunjukkan bahwa anak yang mempunyai kualitas tidur tidak baik yang dijelaskan dengan nilai skor semakin tinggi akan lebih berisiko menyebabkan obesitas.

  

51

sedentary lifestyle , asupan energi, dan jenis

  al (2000), menunjukkan bahwa anak obes lebih

  Anak obes mempunyai kualitas tidur kurang baik dibandingkan dengan anak tidak obes. Hal ini sejalan dengan penelitian Owens et

  komputer. Hal ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kejadian obesitas pada anak laki- laki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan.

  based seperti main game, playstation dan

  Penelitian yang dilakukan oleh Carvalho, M.J., (2001) menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan anak perempuan yang disebabkan karena anak laki-laki mempunyai aktivitas rumahan lebih sedikit. Waktu luang yang dimiliki anak laki-laki digunakan untuk melakukan aktivitas screen

  Hasil analisis variabel karakteristik, yang berbeda secara signifikan antara siswa obes dan tidak obes adalah variabel jenis kelamin. Anak laki-laki lebih banyak yang obesitas (63,11%) dibandingkan dengan anak perempuan (36,89%). Hal ini sejalan dengan penelitian pada anak – anak di Australia yang dilakukan Shi et al., (2010) bahwa pada kelompok obes lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 8,9% dibandingkan perempuan yaitu 6,6%.

  Pembahasan

  kelamin dapat memprediksi kejadian obesitas pada anak SD di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul sebesar 17%. Risiko kejadian obesitas pada anak dengan kualitas tidur yang tidak baik 1,88 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang kualitas tidunya baik, namun secara statistik tidak bermakna (Tabel 6).

  • – laki berisiko 1,75 kali mengalami obesitas dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini disebabkan karena anak laki
  • – laki mempunyai kualitas tidur yang buruk sebesar 55,77% lebih banyak dibandingkan dengan anak perempuan 44,23%. Anak yang mempunyai kualitas tidur yang buruk dapat menyebabkan obesitas.
PROFESI, Volume 12/September 2014 - Pebruari 2015 buruk bisa menyebabkan kelelahan terutama pada saat bangun tidur. Kelelahan akan mengakibatkan perilaku sedentari dan terjadi penurunan aktivitas fisik. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis statistik yaitu adanya hubungan bermakna antara kualitas tidur dengan perilaku sedentari pada anak SD di Kota Yogyakarta. Anak SD di Kota Yogyakarta yang kualitas tidurnya tidak baik mempunyai risiko 3,42 kali lebih besar menyebabkan perilaku sedentari yang tinggi dibandingkan dengan anak yang kualitas tidurnya lebih baik. Perilaku sedentari yang tinggi dapat menyebabkan obesitas.

  SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

  Jakarta. Litsenburg, R.R.L., Waumans, R.C., Berg,

  Shi, Z., Taylor, A.W., Gill, T.K., Tuckerman, J., Adams, R., & Martin, J. (2010). Short Sleep Duration and Obesity among Australian Children. BMC Public Health

  luation and Management, Dalam Naskah Lengkap National Obesity Symposium II 2003, Surabaya Editor: Adi S et al., Surabaya, hal 123-139.

  Sjarif D.R. (2003). Childhood Obesity: Eva-

  medicine , 41(2), pp. 178 –188.

  Pearson, N. & Biddle, S.J.H. (2011). Sedentary behavior and dietary intake in children, adolescents, and adults. A systematic review. American journal of preventive

  Patel, S.R., & Hu, F.R. (2008). Short Sleep Duration and Weight Gain: A Systematic Review. Obesity Journal. 16: 643-653.

  Arch Pediatr Med . 154:549-555.

  Owens, J.A., Maxim, R., Nabile, C., McGuinn, M., & Msall, M. (2000). Parental and Self-report of Sleep in Children with Attention- Deficit/Hyperactive Disorder..

  G.V.D., & Gemke, R.J.B.J. (2010). Sleep habits and sleep disturbances in Dutch children: a population-based study. Eur J Pediatr .

  Hadi, H. (2004). Handout Seminar Nasional Obesitas. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada Kemenkes. (2010). Riset kesehatan dasar 2010.

  Anak obes mempunyai kualitas tidur lebih buruk dibandingkan dengan anak tidak obes. Tidak ada hubungan bermakna antara kualitas tidur terhadap kejadian obesitas setelah dikontrol variabel sedentary lifestyle, asupan energi, dan jenis kelamin.

  Murid Sekolah Dasar Usia 6-7 Tahun Di Semarang. Tesis. Progam Pendidikan Dokter Spesialis 1 Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Semarang.

  Jakarta. Faizah, Z. (2004). Faktor Risiko Obesitas Pada

  Depkes. (2008). Riset kesehatan dasar 2007.

  (2013). Childhood Obesity Facts. Atlanta, Human Services.

  Time Use. Available from: Centers for Disease Control and Prevention.

  G., et al. (2009). Sleep duration and quality associated with obesity among arab children. Obesity, 17(12), pp. 2251-2253. Carvalho, M. J. (2001). Gender and Children‟s

  Bawazeer, N.M., Al-daghri, N.M., Valsamakis,

  Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka disarankan bagi orang tua sebaiknya mulai memperhatikan pola tidur anak sebagai salah satu upaya pencegahan obesitas sejak dini dan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian serupa hendaknya melakukan pengukuran variabel melalui jalur metabolik.

  Saran

Dokumen yang terkait

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang - ETIKA BIOMEDIS | Fitria | Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi Penelitian

0 0 9

Keywords: jaundice, neonatal, management PENDAHULUAN - IKTERUS NEONATORUM | Maulida | Profesi (Profesional Islam) : Media Publikasi Penelitian

0 0 5

HUBUNGAN ANTARA MASUKAN CAIRAN DENGAN INTERDIALYTIC WEIGHT GAINS (IDWG) PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASES DI UNIT HEMODIALISIS RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

0 0 7

Keywords : Contraception IUD , the incidence of vaginitis PENDAHULUAN - PENGARUH PEMAKAIAN KONTRASEPSI IUD DENGAN KEJADIAN VAGINITIS DI PUSKESMAS GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

0 0 5

Keywords: child nutritional status, mother's education level PENDAHULUAN - HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI DESA BANYUURIP KECAMATAN KLEGO KABUPATEN BOYOLALI

1 1 5

Keywords : knowledge, knowing PENDAHULUAN - GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWI SEMESTER 2 TENTANG SADARI (PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI) DI PRODI DIII KEPERAWATAN STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

0 0 5

Kata kunci : Step test, keseimbangan PENDAHULUAN - REABILITAS STEP TEST PADA KESEIMBANGAN DINAMIS LANSIA

0 0 5

Kata kunci : Syndroma, Pramenstruasi, gejala fisik, gejala psikologik PENDAHULUAN - GAMBARAN SINDROMA PRAMENSTRUASI DARI GEJALA EMOSIONAL DAN FISIK PADA SISWI SMP MUHAMMADIYAH 1 SURAKARTA

0 0 5

PENCEGAHAN DEKUBITUS DENGAN PENDIDIKAN KESEHATAN REPOSISI DAN MINYAK KELAPA PREVENTION AT PRESSURE SORES WITH REPOSITION HEALTH EDUCATION AND COCONUT OIL Betty Sunaryanti Akademi Keperawatan 17 Karanganyar betty_salma.zakyyahoo.com ABSTRACT - PREVENTION A

0 0 7

PERBEDAAN SELISIH TINGGI BADAN SEBELUM DAN SETELAH SUPLEMENTASI Zn PADA BALITA STUNTING THE DIFFERENCE IN HEIGHT DIFFERENCE BEFORE AND AFTER Zn SUPPLEMENTATION IN STUNTING TODDLERS Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati

0 0 5