Determinan Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Determinan Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur di Indonesia

Hadi Sutomo 1 , Syahril Djaddang 2 1.2 Universitas Pancasila, Jl. Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta Selatan, 12640

INFO ARTIKEL

ABSTRACT

JEL Classsification:

This study was conducted with the aim to analyze the effect of H26

G31 profitability, leverage, capital intensity, inventory intensity, and liquidity

to tax avoidance. Samples of research are 330 data of manufacturing Keywords:

companies listed on Indonesia Stock Exchange 2011-2015. The results effectice tax rate,

showed that profitability, capital intensity and inventory intensity are profitability, leverage,

the determinants of tax avoidance while leverage and liquidity have no capital intensity,

significant effect on tax avoidance. Nevertheless, the result of this research inventory intensity,

is still not optimal due to the limited of research object and the number of liquidity.

independent variables used and the ETR variable is still not accurate if used as a proxy to measure tax avoidance. Therefore for future research is

suggested to expand the sample and increase the number of independent variables and use CTTOR variable as a proxy to measure tax avoidance so that the expected results of research becomes more optimal.

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisis pengaruh profitabilitas, leverage, capital intensity, inventory intensity, dan likuiditas terhadap tax avoidance . Sampel penelitian sebanyak 330 data perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011-2015. Hasil penelitian menunjukan bahwa profitabilitas, capital intensity dan inventory intensity merupakan determinan tax avoidance sedangkan leverage dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. Namun demikian hasil penelitian ini masih belum optimal dikarenakan terbatasnya objek penelitian dan jumlah variable independen yang digunakan serta variable ETR dinilai masih belum tepat apabila digunakan sebagai proksi untuk mengukur tax avoidance. Oleh karena itu untuk penelitian yang akan datang disarankan untuk memperluas sampel dan menambah jumlah variable independen serta menggunakan variable CTTOR sebagai proksi untuk mengukur tax avoidance sehingga diharapkan hasil penelitian menjadi lebih optimal.

*Email Korespondensi: 1 hadi_sutomo@yahoo.com, 2 djaddangsyahril@gmail.com

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 32-46 ISSN 2339 - 1545

1. Pendahuluan

Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat penting, sebab pajak sangat diperlukan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional disegala

bidang secara berkelanjutan. Beban penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional setiap tahunnya terus mengalami peningkatan sehingga pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak selalu berupaya untuk meningkatkan target penerimaan pajak setiap tahunnya meskipun upaya tersebut masih sulit untuk direalisasikan. Hal ini dapat tercermin dari menurunnya prosentase realisasi penerimaan pajak negara terhadap anggaran penerimaan pajak negara dalam kurun waktu tahun 2011-2015 yaitu dari 99,44% pada tahun 2011 menjadi 96,48% pada tahun 2012, dari 96,48% pada tahun 2012 menjadi 93,81% pada tahun 2013, dari 93,81% pada tahun 2013 menjadi 92,04% pada tahun 2014 dan dari 92,04% pada tahun 2014 menjadi 83,29% pada tahun 2015. Sebuah surat kabar elektronik finansial.bisinis.com menginformasikan bahwa perusahaan sektor manufaktur telah menjadi penyebab menurunnya penerimaan pajak penghasilan (PPh) non migas pada tahun 2012 sebesar 1,75% dibandingkan dengan tahun 2011.

Kondisi tersebut diatas diduga sebagai akibat dari adanya tindakan penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan oleh pihak korporasi atau perusahaan, sebab selama ini terdapat perbedaan pandangan antar perusahaan dengan pemerintah, dimana perusahaan berpandangan bahwa pajak adalah bagian dari biaya pelaksanaan usaha (cost of doing bussines) yang dapat mengurangi laba sehingga perusahaan akan berupaya melakukan penghindaran pajak (tax avoidance) guna memaksimalkan laba dan meminimalkan pajak, sedangkan pemerintah berpandangan bahwa pajak adalah kewajiban yang harus dibayar oleh setiap wajib pajak demi memaksimalkan penerimaan negara. Peghindaran pajak (tax avoidance ) pajak berkenaan dengan pengaturan

sesuatu peristiwa sedemikian rupa untuk meminimalkan atau menghilangkan beban pajak dengan memperhatikan ada atau tidaknya akibat-akibat pajak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu, penghindaran pajak tidak merupakan pelanggaran atas undang-undang pajak atau secara etika dianggap salah dalam usaha wajib pajak untuk mengurangi, menghindari, meminimalkan, atau meringankan beban pajak dengan cara-cara yang dimungkinkan oleh undang-undang pajak (Santoso dan Rahayu, 2013:4).

Beberapa penelitian terdahulu telah menggunakan Effective Tax Rate (ETR) sebagai proksi untuk mengukur penghindaran pajak (tax avoidance) diantaranya yang dilakukan

oleh Ratmono dan Sagala (2015) dan Siregar & Widyawati (2016). ETR menunjukkan besarnya porsi beban pajak terhadap laba sebelum pajak, semakin tinggi nilai ETR maka akan mencerminkan tingkat penghindaran pajak yang rendah dan sebaliknya. Dari hasil penelitian terdahulu beberapa diantaranya menyatakan bahwa profitabilitas, leverage, capital intensity, inventory intensity dan likuiditas merupakan variable yang dapat mempengaruhi ETR, namun beberapa diantaranya lagi mengatakan bahwa variable tersebut tidak berpengaruh terhadap ETR, sehingga masih terjadi reseach gap.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pradipta dan Supriyadi (2015), dan Kurniasih dan Sari (2013) menyatakan bahwa profitabiliats berpengaruh negatif signifikan terhadap

penghindaran pajak (tax avoidance), namun hasil penelitian tersebut tidak sependapat dengan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar dan Widyawati (2016), dan Jessica dan Toly (2014) yang menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran

pajak (tax avoidance). Berkaitan dengan leverage, hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar & Widyawati (2016), Suyanto dan Supramono (2012) mengatakan bahwa leverage berpengaruh positif signifikan terhadap tindakan penghindaran pajak (tax avoidance),

Hadi Sutomo, Syahril Djaddang: Determinan Tax Avoidance...

namun hasil penelitian ini berbeda dengan yang menggunakan proksi ETR untuk mengukur dilakukan oleh Wijayanti et al . (2016), dan

penghindaran pajak perusahaan, Sampel Pradipta dan Supriadi (2015) yang mengatakan

perusahaan yang digunakan merupakan bahwa leverage tidak perpengaruh signifikan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

BEI tahun 2011-2015. Sedangkan Siregar

Hasil penelitian yang dilakukan oleh & Widyawati (2016) menggunakan variable Jessica dan Toly (2014), dan Lanis dan

independen profitabilitas (ROA), size, leverage, Richardson (2011) menyatakan bahwa capital

capital intensity, inventory intensity serta intensity berpengaruh positif signifikan terhadap

menggunakan proksi ETR untuk mengukur penghindaran pajak (tax avoidance). Namun

penghindaran pajak, sampel perusahaan yang tidak sependapat dengan hasil penelitian yang

digunakan merupakan perusahaan manufaktur dilakukan oleh Siregar dan Widyawati (2016)

yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. dan Adisamartha dan Noviari (2015) yang

Berdasarkan uraian pada latar belakang, menyatakan bahwa capital intensity tidak maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk berpengaruh signifikan terhadap penghindaran

menginvestigasi dan mengetahui secara empiris pajak (tax avoidance). Kemudian hasil penelitian

bahwa profitabilitas, leverage, capital intensity, yang dilakukan oleh Ratmono dan Sagala

inventory intensity dan likuiditas berpengaruh (2015) dan Surbakti (2012) yang menyatakan

terhadap tax avoidance.

bahwa inventory intensity berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak (tax

2. Telaah Teori dan Pengembangan

avoidance), sedangkan hasil penelitian Siregar

Hipotesis

dan Widyawati (2016) dan Lanis dan Richardson

Teory Agensi (Agency Theory)

(2011) yang menyatakan bahwa inventory intensity tidak berpengaruh signifikan terhadap

Teori keagenan menyatakan bahwa penghindaran pajak (tax avoidance). Selanjutnya

hubungan keagenan sebagai kontrak antara hasil penelitian yang dilakukan oleh Siahaan

satu atau beberapa orang (principals) yang (2005) dan Bradley (1994) yang menyatakan

mempekerjakan orang lain (agent) untuk bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap

melakukan sejumlah jasa dan memberikan penghindaran pajak (tax avoidance), namun

wewenang dalam pengambilan keputusan. hasil penelitian berbeda dengan yang dilakukan

(Jensen dan Meckling, 1976 dalam Kurniasih dan oleh oleh Tiaras dan Wijaya (2015) dan Suyanto

Sari, 2013). Dalam teori keagenan, manajemen dan Supramono (2012) yang menyatakan bahwa

perusahaan menyajikan laporan keuangannya likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap

berdasarkan: (1) motivasi opportunistic, dimana penghindaran pajak (tax avoidance).

motivasi tersebut mendorong manajemen untuk Penelitian ini merupakan pengembangan

melakukan manajemen laba sehingga laba yang dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian

disajikan dalam laporan keuangan menjadi lebih Siregar dan Widyawati (2016) yang berjudul

tinggi demi mendapatkan insentif, (2) motivasi Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap

signaling, dimana manajemen akan menyajikan Penghindaran Pajak Pada Perusahaan laporan keuangan yang berkualitas agar Manufaktur Di BEI. Perbedaan penelitian

menimbulkan sinyal positif terhadap investor ini dengan penelitian Siregar & Widyawati

dan sebagai evaluasi kinerja manajemen. (2016) terletak pada sampel, variable dan tahun

Motivasi manajemen dalam menyajikan penelitian, yaitu penelitian ini menggunakan

laporan keuangan tersebut dapat menim- variabel profitabilitas, leverage, capital bulkan terjadinya asimetri informasi yang

intensity, inventory intensity dan likuiditas serta dapat menyebabkan masalah keangenan,

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 32-46 ISSN 2339 - 1545

sebab laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan yang menunjukan kemampuan manajemen (agens ) akan memberikan informasi

perusahaan dalam memanfaatkan asetnya secara yang tidak mencerminkan kondisi perusahaan

efisien dalam menghasilkan laba perusahaan. yang sebenarnya kepada para pengguna laporan

Dalam beberapa penelitian sebelumnya keuangan seperti pemilik, pemegang saham dan

profitabilitas diproksikan dengan Return stakeholder lainnya. Berdasarkan penjelasan

On Assets, dimana nilai ROA yang tinggi ini maka dapat diasumsikan bahwa tindakan

menunjukan kinerja perusahaan yang semakin penghindaran pajak perusahaan merupakan bagus (Pradipta dan Supriyadi: 2015). tindakan manajemen yang dimotivasi oleh opportunistic dan signaling untuk kepentingan

Leverage

intensif, evaluasi kinerja atau sinyal positif Leverage adalah merupakan rasio yang pada investor, meskipun tindakan tersebut dapat

digunakan untuk mengukur sejauh mana berisiko dikenai sanksi perpajakan dan sosial

aktiva perusahaan dibiayai dengan utang sedangkan para pemilik atau pemegang saham

(Kasmir, 2015 : 151). Leverage merupakan cenderung akan menolak adanya tindakan

rasio yang menunjukan besarnya utang yang penghindaran pajak perusahaan demi menjaga

dimiliki perusahaan untuk membiayai aktivitas reputasi dan nama baik perusahaan.

operasinya (Darmawan dan Sukartha, 2014). Leverage sebagai rasio yang timbul apabila

Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

dalam kegiatan operasionalnya perusahaan Penghindaran pajak (tax avoidance)

menggunakan dana pinjaman atau menggunakan merupakan suatu cara mengurangi pajak

dana yang memiliki beban bunga (Siswianti dan yang masih dalam batas ketentuan peraturan

Kiswanto, 2016).

perundang-undangan perpajakan dan dapat dibenarkan, terutama melalui perencanaan pajak

Capital Intensity

(Santoso dan Rahayu, 2013:4). Penghindaran Capital Intensity merupakan rasio pajak dapat dikategorikan sebagai tindakan

perbandingan total asset tetap bersih terhadap total yang legal sepanjang dilakukan melalui suatu

asset (Lanis dan Richardson, 2011). Intensitas perencanaan dan tidak melanggar peraturan

aset tetap adalah seberapa besar proporsi aset pajak yang belaku serta dilakukan dengan tujuan

tetap perusahaan dalam total aset yang dimilki untuk menunda atau mengalihkan pembebanan

perusahaan (Siregar dan Widyawati, 2016). pajak ke periode berikutnya sehingga beban

Capital intensity menggambarkan seberapa pajak pada periode berjalan tidak memberatkan

besar aset perusahaan yang diinvestasikan dalam bahkan sampai mengganggu cash flow

bentuk aktiva tetap (Mulyani et al., 2014). perusahaan.

Inventory Intensity

Profitabiltas

Inventory intensity atau intensitas Profitabilitas merupakan rasio untuk

persediaan merupakan perbandingan antara menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

total persediaan terhadap total aset (Lanis dan keuntungan atau laba. Rasio ini memberikan

Richardson, 2011). Menurut menyatakan bahwa ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu

inventory intensity atau bisa disebut juga dengan perusahaan, hal ini ditunjukan oleh laba yang

intensitas persediaan merupakan salah satu dihasilkan dari penjualan dan pendapatan komponen penyusun aktiva yang diukur dengan investasi (Kasmir, 2015 : 196). Profitabilitas

membandingkan antara total persediaan dengan merupakan salah satu pengukuran kinerja total asset yang dimiliki perusahaan (Siregar dan

Widyawati, 2016).

Hadi Sutomo, Syahril Djaddang: Determinan Tax Avoidance...

Likuiditas Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance

Likuditas mengacu pada kemampuan Rasio leverage yang tinggi menunjukan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka

besarnya jumlah pendanaan perusahaan pendeknya. Likuiditas merupakan kemampuan

yang bersumber dari utang, sehingga akan untuk mengubah aktiva menjadi kas atau

menimbulkan jumlah beban bunga yang kemampuan untuk memperoleh kas (Wild, et

tinggi. Beban bunga adalah komponen biaya al , 2004 : 185). Kemampuan perusahaan untuk

yang dapat mengurangi laba sehingga akan melaksanakan kewajiban jangka pendeknya

menurunkan beban pajak perusahaan. Dari dapat dilihat dari rasio likuiditas, apabila

sudut pandang bisnis bahwa ketika perusahaan perusahaan memiliki rasio likuiditas yang berhutang kepada pihak ketiga maka perusahaan tinggi maka perusahaan tersebut sedang berada

juga akan berusaha untuk meningkatkan laba dalam kondisi arus kas yang lancar, sehingga

agar dapat membayar pokok hutang dan beban kewajiban jangka pendek akan mampu dipenuhi

bunga. Namun pada umumnya perusahaan akan (Adisamartha dan Noviari, 2015).

lebih mengutamakan untuk membayar beban bunga daripada beban pajak, sehingga hal ini

menyebabkan perusahaan berupaya melakukan

Perumusan Hipotesis

Pengaruh Pofitabilitas terhadap Tax penghindaran pajak (tax avoidance).

Sesuai hasil penelitian terdahulu

Avoidance

diantaranya yang dilakukan oleh Siregar & Profitabilitas merupakan rasio keuangan

Widyawati (2016), dan Mayangsari (2015) yang menunjukan kemampuan sebuah perusa-

mengatakan bahwa leverage berpengaruh positif haan dalam memanfaatkan asetnya untuk signifikan terhadap tindakan penghindaran pajak

menghasilkan laba. Semakin tinggi laba maka (tax avoidance ). Berdasarkan hal tersebut diatas

akan semakin tinggi beban pajak yang harus maka penulis merumuskan hipotesis kedua

dibayarkan. Sesuai sudut pandang bisnis bahwa

sebagai berikut :

pajak adalah bagian dari biaya pelaksanaan usaha

H 2 : Leverage berpengaruh positif terhadap

( cost of doing bussines) yang akan mengurangi

tax avoidance

pendapatan oleh karena itu perusahaan akan berusaha memaksimalkan laba sebelum

Pengaruh Capital Intensity terhadap Tax

pajak dan meminimalkan biaya pajak dengan

Avoidance

merancang cara melalui perencanaan pajak yang Capital intensity merupakan salah efektif melalui skema penghindaran pajak (tax

satu pengukuran kinerja perusahaan yang avoidance).

menggambarkan seberapa besar proporsi Dari penjelasan tersebut terdapat hubungan

aset tetap terhadap total aset yang dimiliki antara profitabilitas dengan tax avoidance. perusahaan. Jumlah aset tetap yang tinggi akan Sesuai penelitian terdahulu yang dilakukan menimbulkan beban depresiasi yang tinggi. oleh Pradipta dan Supriyadi (2015) dan

Sesuai sudut pandang bisnis, aset tetap digunakan Kurniasih dan Sari (2013) menyatakan bahwa

untuk mendukung produktivitas perusahaan profitabilitas berpengaruh negatif signifikan

dalam menghasilkan laba yang tinggi, akan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

tetapi perusahaan juga akan memanfaatkan Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis

beban depresiasi untuk mengurangi laba guna merumuskan hipotesis pertama sebagai berikut :

menurunkan beban pajak. Sehingga terdapat

H 1 : Profitabilitas berpengaruh negatif ter-

hubungan antara capital intensity terhadap

hadap tax avoidance.

penghindaran pajak (tax avoidance).

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 32-46 ISSN 2339 - 1545

Sesuai hasil penelitian sebelumnya kewajiban membayar pajak, sebaliknya diantaranya yang dilakukan oleh Jessica dan Toly

perusahaan yang likuiditasnya rendah maka (2014), dan Lanis dan Richardson (2011) yang

akan lebih memilih untuk menjaga cash flows menyatakan bahwa capital intensity berpengaruh

daripada harus membayar beban pajak demi positif signifikan terhadap penghindaran pajak

mengamankan keuangan perusahaan. Sehingga (tax avoidance ). Berdasarkan hal tersebut diatas

terdapat hubungan antara likuiditas terhadap maka penulis merumuskan hipotesis ketiga

penghindaran pajak (tax avoidance). Sesuai sebagai berikut :

hasil penelitian yang dilakukan oleh Siahaan

H 3 : Capital intesity berpengaruh positif (2005) dan Bradley (1994) yang menyatakan

terhadap tax avoidance

bahwa likuiditas berpengaruh negatif ter- hadap penghindaran pajak (tax avoidance).

Pengaruh Inventory Intensity terhadap Tax

Berdasarkan hal tersebut diatas maka penulis

merumuskan hipotesis sebagai berikut :

Avoidance

H : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap

Inventory intensity merupakan salah satu

5 tax avoidance

ukuran kinerja perusahaan yang menggambarkan seberapa besar proporsi persediaan barang

3. Metode

dagangan terhadap total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Semakin tinggi nilai persediaan

Populasi dan Sampel

mencerminkan semakin rendahnya nilai harga Populasi yang digunakan dalam penelitian pokok penjualan sehingga akan menyebabkan

ini adalah perusahaan manufaktur dari semua laba perusahaan dan beban pajak yang semakin

sektor yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tinggi. Sesuai sudut pandang bisnis bahwa

periode tahun 2011-2015. Alasan memilih ketika inventory intensity dapat mempengaruhi

perusahaan manufaktur dari semua sektor tersebut adalah agar penelitian ini relevan

peningkatan laba dan beban pajak maka perusahaan akan berusaha memaksimalkan laba dengan fenomena dari penelitian ini. Metode

pengambilan sampel adalah purposive sampling dan meminimalkan biaya dengan merancang cara melalui perencanaan pajak (tax planning) yaitu tidak semua populasi dijadikan sampel

namun hanya populasi dengan kriteria dan yang efektif melalui skema penghindaran pajak pertimbangan tertentu saja yang dijadikan (tax avoidance).

sampel.

Sesuai hasil penelitian terdahulu yang Sampel adalah perusahaan manufaktur dilakukan oleh Ratmono dan Sagala (2015)

dari semua sektor yang terdaftar di Bursa Efek dan Surbakti (2012) yang menyatakan bahwa

Indonesia (BEI) periode tahun 2011-2015 dengan inventory intensity berpengaruh negatif

kriteria laporan keuangan harus menggunakan signifikan terhadap penghindaran pajak (tax

mata uang Rupiah, harus laba selama dalam avoidance ). Berdasarkan hal tersebut diatas

periode sampel, melaporkan laporan keuangan maka penulis merumuskan hipotesis keempat

dalam periode sampel, dan menyediakan akun sebagai berikut :

terkait variabel yang dibutuhkan selama periode

H 4 : Inventory intesity berpengaruh negatif

sampel. Dalam penelitian ini jumlah sampel

terhadap tax avoidance

yang diambil sebanyak 330 emiten dari total populasi.

Pengaruh Likuiditas terhadap Tax Avoidance

Perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi

Variable dan Definisi Operasional Variabel

akan mencerminkan kondisi keuangan yang baik Variabel dan definisi operasional masing- sehingga perusahaan akan memilki kemampuan

masing dapat dijelaskan dalam tabel 1 sebagai untuk membayar seluruh kewajibannya termasuk

berikut :

Hadi Sutomo, Syahril Djaddang: Determinan Tax Avoidance...

Tabel 1. Definisi Operasional Variabel

Tax Avoidance Cara untuk menghidari pajak secara Beban Pajak (Y)

legal yang tidak melanggar peraturan Rasio ETR = ————————— perpajakan (Wijayanti, et al ., 2016)

Laba Sebelum Pajak Profitabilitas Kemampuan perusahaan untuk (X 1 )

menghasilkan laba yang mencer- Rasio Laba Sesudah Pajak ROA = —————————

minkan kinerja suatu perusahaan Total Aset (Pradipta dan Supriyadi , 2015)

Leverage Kemampuan perusahaan untuk (X 2 )

membayar seluruh kewajibannya, Rasio Total Hutang baik jangka pendek maupun jangka

LEV = ————————— panjang apabila perusahaa dibubar-

Total Aset kan Kasmir (2015:151)

Capital Rasio yang menggambarkan sebera- Intensity

pa besar aset perusahaan yang diin- Rasio Total Aset Tetap Bersih CAPIN = ————————— (X 3 )

vestasikan dalam bentuk aktiva tetap Total Aset (Mulyani et al., 2014).

Inventory Komponen penyusun aktiva yang Intensity

menggambarkan proporsi persediaan Rasio Total Persediaan (X 4 )

yang dimiliki terhadap total asset INVINT = ————————— perusahaan. (Siregar dan Widyawati

Total Aset ,2016) Likuiditas

Kemampuan perusahaan untuk (X 5 )

melaksanakan kewajiban jangka Rasio Total Aktia Lancar CR = ————————— pendeknya dapat dilihat dari rasio

Total Hutang Lancar likuiditas (Adisamartha dan Noviari,

Teknik Analisis

yang meminimalkan jumlah kesalahan (error)

Analisis Deskriptif

kuadrat. Pengujian ini dilakukan agar hasil Analisis deskriptif merupakan bentuk

analisis regresi memenuhi kriteria BLUE analisis data penelitian untuk menguji ( Best Liniear Unbiased Estimator). Pengujian generalisasi hasil penelitian dari suatu sampel

asumsi klasik yang sering digunakan yaitu (Siregar dan Widyawati, 2016). Analisis

uji normalitas, uji multikolienaritas, uji deskriptif digunakan untuk menilai karakteristik

heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi. Uji dari sebuah data diantaranya seperti minimum,

normalitas dilakukan dengan menggunakan uji maximum, mean dan standar deviasi.

Kolmogorov-Smirnov, residual berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Uji

Pengujian Uji Asumsi Klasik

multikolienaritas dilakukan dengan melihat nilai Pengujian asumsi klasik adalah persyaratan

Varience Inflation Factor (VIF). Prasyarat yang statistik yang harus dipenuhi pada analisis

harus dipenuhi dalam model regresi yaitu tidak linear berganda yang berbasis OLS (ordinary

adanya multikolinearitas. Jika nilai VIF < 5 atau least square), OLS merupakan metode regresi

VIF < 10 dan mempunyai angka tolerance > 0,1

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 32-46 ISSN 2339 - 1545

maka antar variabel independen dalam model yang diberikan variable independen terhadap tidak terjadi persoalan multikolinearitas. Jika

variabel dependen, sebaliknya jika R 2 = 1, maka nilai VIF > 5 dan mempunyai angka Tolerance

persentase sumbangan pengaruh yang diberikan < 0,1, maka antar variabel independen terjadi

variabel independen terhadap variabel dependen persoalan multikolinearitas.

adalah sempurna.

Uji heteroskedastisitas yang digunakan Uji F digunakan untuk menguji signifikansi dalam penelitian ini adalah uji Glejser, jika

pengaruh variable independen terhadap variable korelasi antara variabel independen dengan

dependen secara simultan dan untuk menguji residual di dapat signifikan > 5 % maka tidak

kelayakan model ( Good of Fit.) Uji F dilakukan terjadi masalah heteroskedastisitas pada pada tingkat signifikansi (α) = 0,05 . Bila F hitung < model regresi dan jika korelasi antara variabel

F tabel , variabel independen secara simultan independen dengan residual di dapat signifikan

tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. < 5 % maka terjadi masalah heteroskedastisitas

Bila F hitung > F tabel , variabel independen secara pada model regresi. Uji autokorelasi dilakukan

bersama-sama berpengaruh terhadap variabel melalui pengujian terhadap nilai uji Durbin-

dependen. Berdasarkan probabilitas, hipotesis Watson (uji DW) dengan ketentuan sebagai

akan diterima jika nilai probabilitasnya < 0,05 berikut : (1) Bila nilai DW terletak di antara

(α). Uji t digunakan untuk menguji signifikansi batas atas atau upper bound (du) dan (4-du)

pengaruh variable independen terhadap variable maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak

dependen secara parsial. Oleh karena itu, uji ada autokorelasi. (2) Bila nilai DW lebih rendah

t ini digunakan untuk menguji hipotesis H 1 , dari pada batas bawah atau lower bound (dl)

H 2 ,H 3 ,H 4 dan H 5. Uji t dilakukan pada tingkat maka koefisien autokorelasi > 0, berarti ada

signifikansi (α) sebesar 0,05. Hipotesis diterima autokorelasi positif. (3) Bila nilai DW lebih

jika tingkat signifikansi ≤ 0,05 pada tingkat besar dari (4-dl) maka koefisien autokorelasi

signifikasi (α) sebesar 0,05. Jika - t tabel ≤ -t hitung < 0, berarti ada autokorelasi negatif. (4) Bila

atau t hitung ≤t tabel maka H 0 diterima karena variabel nilai DW terletak antara du dan dl atau DW

independen secara parsial tidak berpengaruh. terletak antara (4-du) dan (4-dl) maka hasilnya

Jika terhadap variabel dependen t hitung >t tabel atau tidak dapat disimpulkan. Prasyarat yang harus

-t hitung < -t tabel . Maka H 0 diterima karena variabel terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi pada

independen secara parsial berpengaruh terhadap model regresi.

variable dependen.

Pengujian Hipotesis Analisis Regresi Berganda

Pengujian hipotesis dilakukan agar dapat Analisis ini bertujuan mengetahui arah menjawab setiap hipotesis yang dibuat. Proses

hubungan antara variabel independen dengan pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan

variabel dependen apakah menunjukkan melalui beberapa tahapan diantarnya mencari

arah hubungan postif atau negatif dan untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen model (uji F) dan melakukan uji parsial (uji t).

nilai koefisien determinan (R 2 ), melakukan uji

apabila nilai variable independen mengalami Koefisien determinasi merupakan koefisien yang

kenaikan atau penurunan, teknik analisis menentukan seberapa besar kemampuan variasi

regresi berganda dalam penelitian ini dilakukan variabel independen dalam menjelaskan variabel

dengan menggunakan SPSS. Dalam penelitian dependen. Koefisien determinasi dihitung

varibel dependennya adalah tax avodance dengan mengkuadratkan Koefisien Korelasi (R)

( ETR) dan untuk varibel independennya terdiri

dari profitabilitas (ROA), leverage (LEV), maka tidak ada persentase sumbangan pengaruh

menjadi Adjusted R Square (R 2 ). Jika R 2 = 0,

capital intensity (CAPINT), inventory intensity

Hadi Sutomo, Syahril Djaddang: Determinan Tax Avoidance...

(INVINT) dan Likuiditas (CR). Berdasarkan menunjukkan bahwa semua nilai Tolerance dari rumusan hipotesis yang dikemukakan diatas

masing-masing variabel bebas adalah lebih dari maka model persamaan regresinya didituliskan

0,1 sedangkan nilai VIF untuk semua variabel sebagai berikut:

independen tersebut adalah kurang dari 5. Syarat

ETR = a + β 1 ROA - β 2 LEV -

β 3 CAPINT +

yang harus dipenuhi dalam model regresi agar

β 4 INVINT + β 5 CR +e tidak terjadi multikolinearitas adalah nilai VIF<5 atau VIF<10 dan mempunyai angka tolerance

>0,1. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa antar variabel independen dalam model tidak

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan

Data statistik deskriptif menunjukkan terjadi multikolinearitas. bahwa nilai standar deviasi untuk tax avoidance,

Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan profitabilitas, leverage, capital intensity dan

bahwa untuk variable leverage, capital intensity inventory intensity lebih kecil dari nilai mean

dan likuiditas signifikansinya diatas 0.05 sedangkan untuk variabel likuiditas nilai standar

sedangkan untuk variabel profitabilitas dan deviasinya lebih besar dari nilai meannya. Nilai

inventory intensity signifikansinya dibawah standar deviasi yang lebih kecil dari nilai meannya

0,05. Dikarenakan terdapat variabel yang menunjukkan bahwa sebaran data homogen

nilai signifikansinya dibawah 0.05 maka sehingga sampel dapat mempresentasikan dapat disimpulkan bahwa pada model regresi populasi sebaliknya nilai standar deviasi yang

terdapat masalah heteroskedastisitas. Hasil uji lebih besar dari nilai meannya menunjukkan

autokolerasi menunjukkan bahwa bahwa nilai bahwa sebaran data yang cukup tinggi sehingga

Durbin-Watson sebesar 1,867. Sementara dari sampel tidak dapat mempresentasikan populasi.

tabel DW dengan nilai signifikansi 0,05 dan Hasil uji kolmogorov-Smirnov, diperoleh

jumlah data (n)=330, serta K= 6 (jumlah variabel) nilai signifikansi (Asymp.Sig. 2-tailed) sebesar

diperoleh nilai du sebesar 1,789 dan nilai dl 0,200. Syarat yang harus dipenuhi agar data

sebesar 1,850. Karena nilai DW sebesar 1,867 berdistribusi normal, nilai signifikansinya

terletak diantara nilai du sebesar 1,789 dan nilai diatas 0,05. Dengan demikian maka dapat

4-d (4-1,867=2,133) maka dapat disimpulkan disimpulkan bahwa data sampel memenuhi

tidak terjadi autokorelasi. Hasil pengujian standar normalitas. Hasil uji multikolinearitas hipotesis terangkum pada table berikut.

Tabel 2. Rangkuman Hasil Uji Hipotesis

Sig.t Profitabilitas (ROA)

0,043 Leverage (LEV)

0,787 Capital Intensity (CAPINT)

0,000 Inventory Intensity (INVINT)

0,002 Likuiditas (CR)

0,000 R Square

Adjusted R Square

Sig.F

Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 2. diatas maka dapat

sebesar 0,113 yang berarti bahwa hanya 11,30% diketahui diantaranya nilai Adjusted R Square

variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 32-46 ISSN 2339 - 1545

variable independennya sedangkan sisanya capital intensity berpengaruh negatif signifikan 88,70% diduga dipengaruhi atau dijelaskan

terhadap tax avoidance. Dengan demikian oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam

hipotesis ketiga (H 3 ) yang menyatakan bahwa model penelitian ini. Nilai F hitung diketahui

capital intensity berpengaruh positif terhadap sebesar 9,351 dengan signifikansi 0,000 pada

tax avoidance tidak terbukti. tingkat signifikansi 0,05 Nilai F hitung sebesar

Variabel inventory intensity memiliki 9,351 jika dibandingkan dengan F table pada

koefisien beta sebesar 0.046, nilai signifikansi tingkat signifikasi 0.05 dengan derajat bebas

sebesar 0,002 pada tingkat signifikansi 0,05 dan (df1) = k-1 atau 6-1 = 5 dan df2 = n-k atau 330-

nilai t hitung sebesar 3,139 lebih besar dari nilai

6 = 324, maka dapat diperoleh F table sebesar t tabel yaitu 1,967 (t hitung >t tabel atau 3,139 >1,967) 2,242. Dikarenakan F hitung > F tabel (9,351>2,242)

maka dapat dikatakan bahwa inventory intensity maka variabel independen secara simultan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap berpengaruh terhadap variabel dependen. Hasil

ETR yang berati bahwa inventory intensity pengujian tersebut menunjukan bahwa model

berpengaruh negatif signifikan terhadap tax regresi telah memenuhi uji Goodness of Fit.

avoidance. Dengan demikian hipotesis keempat Variabel profitabilitas memiliki koefisien beta

(H 4 ) yang menyatakan bahwa inventory intensity sebesar -0,039, nilai signifikansi 0,043 pada

berpengaruh negatif terhadap tax avoidance tingkat signifikansi 0,05 dan nilai t hitung -2,034

terbukti. Variabel likuiditas memiliki koefisien lebih besar dari nilai t tabel yaitu -1,967 (-t tabel ≤

beta sebesar 0,000, nilai signifikansi sebesar -t hitung atau -1,967 ≤ -2,034) maka dapat dikatakan

0,141 pada tingkat signifikansi 0,05 dan nilai profitabilitas berpengaruh negatif signifikan

t hitung sebesar -1,476 lebih kecil dari t tabel terhadap ETR yang berarti bahwa profitabiltas

pada angka t tabel yaitu -1,967 (-t hitung < -t tabel atau berpengaruh positif signifikan terhadap tax

-1,476< -1,967) maka dapat katakana bahwa avoidance. Dengan demikian, hipotesis pertama

likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap (H 1 ) yang menyatakan bahwa profitabilitas

ETR yang berarti bahwa likuiditas tidak berpengaruh negatif terhadap tax avoidance

berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance. tidak terbukti.

Dengan demikian hipotesis kelima (H 5 ) yang Variabel leverage memiliki koefiesien beta

menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh sebesar -0,003, signifikansi sebesar 0,787 pada

negatif terhadap tax avoidance tidak terbukti. tingkat signifikansi 0,05 dan nilai t hitung sebesar

Analisis regresi linier berganda digunakan -0,271 lebih kecil dari nilai t tabel yaitu -1,967

untuk mengetahui arah hubungan antara variabel (-t hitung < -t tabel atau -0,271< -1,967) maka dapat

independen dengan variabel dependen apakah dikatakan leverage tidak berpengaruh signifikan

postif atau negatif dan untuk memprediksi terhadap ETR yang berarti bahwa leverage tidak

nilai dari variabel dependen apabila nilai berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

variable independen mengalami kenaikan atau Dengan demikian hipotesis kedua (H2) yang

penurunan sehingga dapat mengukur besarnya menyatakan bahwa leverage berpengaruh positif

pengaruh variabel independen terhadap variabel terhadap tax avoidance tidak terbukti. Variabel

dependen. Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui capital intensity memiliki koefisien beta sebesar

nilai constant koefisien beta (β) atau koefisien 0,063, nilai signifikansi sebesar 0,000 pada

regresi sebesar 0.223 yang dapat diartikan bahwa tingkat signifikansi 0,05 dan nilai t hitung

apabila variable profitabilitas, leverage, capital sebesar 5,584 lebih besar dari nilai t tabel yaitu

intensity, inventory intensity likuiditas bernilai 0 1,967 (t hitung >t tabel atau 5,584 >1,967) maka dapat

(nol) maka nilai ETR akan tetap sebesar 0.223, dikatakan capital intensity berpengaruh positif

sehingga dari hasil pengujian statistik dapat signifikan terhadap ETR yang berarti bahwa

diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

Hadi Sutomo, Syahril Djaddang: Determinan Tax Avoidance...

ETR = 0,223 - 0,039ROA - 0,003LEV + 0,063CAPINT + 0,046INVINT + 0,000CR + e Lemahnya kemampuan variasi variable

bilitas secara parsial berpengaruh positif independen dalam menjelaskan atau mem-

signifikan terhadap tax avoidance pada pengaruhi variabel dependen dapat disebabkan

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI karena kurangnya variasi variable independen

periode 2011-2015. Pengaruh tersebut dapat yang digunakan dalam model penelitian ini,

disebabkan karena perusahaan yang labanya selain itu kemungkinan lain dapat disebabkan

tinggi dalam sampel penelitian ini akan karena model ETR dinilai kurang efektif

berupaya meminimalisasi beban pajaknya sebagai proksi tax avoidance hal ini mengacu

dengan perencanaan pajak yang efektif melalui pada Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak

skema penghindaran pajak tax avoidance. Hasil Nomor SE-96/PJ/2009 tanggal 05 Oktober

penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian 2009 tentang rasio total benchmarking, bahwa

Rinaldi dan Cheisviyanny (2015) dan Darmawan salah satu rasio yang digunakan untuk menilai

dan Sukartha (2014) menyatakan bahwa kewajaran terhadap rasio pembayaran pajak

profitabilitas berpengaruh positif signifikan perusahaan adalah CTTOR (Corporate Tax to

terhadap penghindaran pajak (tax avoidance). Turn Over Ratio) yang diukur dari perbandingan beban pajak terhadap total penjualan bersih.

Pengaruh Leverage terhadap Tax Avoidance

Meskipun demikian dalam penelitian ini tetap Leverage sebagai rasio yang timbul apabi- menggunakan proksi ETR karena mengacu pada la dalam kegiatan operasionalnya perusahaan penelitian sebelumnya. menggunakan dana pinjaman atau menggunakan dana yang memiliki beban bunga (Siswianti dan

Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax

Kiswanto, 2016). Semakin besar jumlah dana

Avoidance

pinjaman perusahaan maka akan semakin besar Profitabilitas merupakan rasio untuk

beban bunga yang harus dibayarkan oleh perusa- menilai kemampuan perusahaan dalam mencari

haan. Berdasarkan hasil pengujian terhadap hi - keuntungan. Rasio ini memberikan ukuran

potesis yang kedua menunjukan bahwa variable tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan,

leverage secara parsial tidak berpengaruh sig- hal ini ditunjukan oleh laba yang dihasilkan

nifikan terhadap tax avoidance pada perusahaan dari penjualan dan pendapatan investasi

manufatur yang terdaftar di BEI periode 2011- (Kasmir, 2015 : 196). Menurut Pradipta dan

2015. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil Supriyadi (2015) menyatakan bahwa besar

penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti et al. penghasilan yang diperoleh perusahaan maka

(2016) dan Pradipta dan Supriadi (2015) yang akan berpengaruh terhadap besarnya pajak

menyatakan bahwa leverage tidak perpengaruh penghasilan yang harus dibayarkan. Profitabilitas

signifikan terhadap tax avoidance. perusahaan dapat diukur dengan rasio Return

Perusahaan yang memiliki hutang cukup On Asset (ROA). Semakin tinggi ROA, semakin

tinggi akan melakukan berbagai berupaya tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin

untuk menjaga laba agar selalu menunjukkan baik pengelolaan aktiva perusahaan (Kurniasih

trend positif demi menjaga kepercayaan dan Sari, 2013). Hal ini berarti bahwa semakin

stakeholder. Namun disatu sisi laba yang tinggi profitabilitasnya maka semakin baik

trendnya selalu positif dapat menimbulkan efektivitas perusahaan dalam mengelola aktiva-

beban pajak yang terus meningkat, oleh karena nya untuk menghasilkan laba.

itu perusahaan akan memanfaatkan beban bunga

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam mengatur besarnya laba pada tingkatan pertama menunjukan bahwa variable profita-

tertentu secara merata pada setiap periodenya

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 32-46 ISSN 2339 - 1545

(income smoohting ) sehingga besarnya rasio ini kemungkinan dapat disebabkan karena leverage terhadap ETR cenderung sama atau

semakin besar jumlah aset tetap perusahaan sejajar. Kemugkinan perusahaan manufaktur

akan meningkatkan produktivitas perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian yang efektif dan efisien dalam menghasilkan ini melakukan income smoohting sehingga

keuntungan atau laba yang besar bagi perusahaan, tidak ditemukan adanya pengaruh leverage

sehingga besarnya beban depresiasi yang terhadap tax avoidance karena besarnya rasio

timbul dari penyusuan aset tetap tidak mampu leverage terhadap ETR cenderung sama atau

mempengaruhi atau menurunkan besarnya laba sejajar. Selain itu kemungkinan lainnya adalah

kena pajak secara signifikan, dengan demikian perusahaan-perusahaan manufaktur yang dijadi-

beban pajak akan tetap tinggi. kan sampel dalam penelitian ini lebih banyak memanfaatkan sumber pendanaan dari hutang

Pengaruh Inventory Intensity terhadap Tax

kepada pihak afiliasi atau pihak yang memiliki

Avoidance

hubungan istimewa sehingga beban bunga yang Inventory intensity merupakan subtitusi dari dibayarkan merupakan deviden yang tidak dapat capital intensity yang diukur dengan rasio total mengurangi laba kena pajak. persediaan dengan total asset, semakin tinggi nilai persediaan mencerminkan semakin rendahnya

Pengaruh Capital Intensity terhadap Tax

nilai harga pokok penjualan sebagai pengurang

Avoidance

dalam laba sebelum pajak yang membuat total Capital intensity menggambarkan seberapa

beban pajak menjadi lebih tinggi hal tersebut besar aset perusahaan yang diinvestasikan dalam

karena nilai intensitas persediaan diukur dari bentuk aktiva tetap (Mulyani et al., 2014).

total persediaan akhir, dimana untuk harga Aset tetap dapat digunakan oleh perusahaan

pokok penjualan sendiri dihitung dari persediaan untuk melakukan penghindaran pajak dengan

awal ditambah total pembelian persediaan cara memanfaatkan beban penyusutan yang

selama satu tahun dikurangi dengan persediaan ditimbulkan dari aset tetap untuk mengurangi

akhir (Ratmono dan Sagala, 2015). Menurut laba perusahaan sehingga dapat menurunkan

Siregar dan Widyawati (2016) menyatakan beban pajak menjadi lebih kecil. Berdasarkan

bahwa perusahaan yang memiliki intensitas hasil pengujian terhadap hipotesis yang ketiga

persediaan yang tinggi biasanya memiliki menunjukan bahwa variable capital intensity

rasio Effective Tax Rate (ETR) yang tinggi hal berpengaruh negatif signifikan terhadap

ini dikarenakan perusahaan yang berinvestasi penghindaran pajak (tax avoidance) pada dalam bentuk persediaan tidak dapat melakukan perusahaan manufaktur yang terdaftar di hal yang serupa ketika perusahaan memiliki BEI periode 2011-2015. Hasil penelitian ini

intensitas modal yang tinggi yakni dalam hal sejalan dengan hasil penelitin oleh Dharma

depresiasi yang dapat dijadikan pengurang dan Ardiana (2016), dan Ratmono dan Sagala

dalam penghasilan kena pajak. (2015) yang menyatakan bahwa capital intensity

Berdasarkan hasil pengujian terhadap berpengaruh negatif signifikan terhadap terhadap

hipotesis yang keempat menunjukan bahwa penghindaran pajak (tax avoidance).

variable inventory intensity berpengaruh negatif Pengaruh negatif variabel capital intensity

signifikan terhadap penghindaran pajak (tax terhadap tax avoidance menunjukkan bahwa

avoidance) pada perusahaan manufatur yang semakin tinggi aset tetap yang dimiliki oleh

terdaftar di BEI periode 2011-2015. Hasil perusahaan maka akan semakin rendah tingkat

penelitian ini didukung dengan hasil penelitian penghindaran pajaknya (tax avoidance), kondisi

yang dilakukan oleh Ratmono dan Sagala

Hadi Sutomo, Syahril Djaddang: Determinan Tax Avoidance...

(2015) dan Surbakti (2012) yang menyatakan bahwa inventory intensity berpengaruh negatif signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance ). Pengaruh negatif variabel inventory intensity terhadap tax avoidance dapat disebabkan karena persediaan merupakan aset lancar yang akan habis dalam waktu yang relatif cepat atau kurang dari satu tahun, sehingga persediaan tidak didepresiasikan sebagaimana aset tetap. Selain itu persediaan merupakan sisa barang dagangan yang belum terjual pada akhir periode, sehingga hal ini akan mempengaruhi harga pokok penjualan. Tingginya nilai persediaan maka akan menurukan nilai harga pokok penjualan, semakin rendah nilai harga pokok penjualan maka pengaruhnya akan semakin kecil dalam mengurangi laba sehingga laba akan tetap tinggi dan beban pajak yang dibayarkan oleh perusahaan juga tinggi.

Pengaruh Likuiditas terhadap Tax Avoidance

Perusahaan yang likuiditasnya tinggi menggambarkan memilki arus kasnya sangat baik sehingga perusahaan tersebut tidak enggan untuk membayar seluruh kewajibannya termasuk membayar pajak sesuai dengan aturan yang berlaku. Sebaliknya perusahaan yang likuiditasnya rendah akan tidak taat terhadap pajak guna mempertahankan arus kas perusahaan daripada harus membayar pajak (Suyanto dan Supramono, 2012). Kemampuan perusahaan untuk melaksanakan kewajiban jangka pendeknya dapat dilihat dari rasio likuiditas (Adisamartha dan Noviari, 2015). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan analisa regresi berganda dan dengan hasil hipotesis kelima yang menunjukkan bahwa variable likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2015. Hasil penelitian didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Tiaras dan Wijaya (2015) dan Suyanto dan Supramono

(2012) yang menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap penghindaran pajak (tax avoidance).

Tidak adanya pengaruh variabel likuiditas terhadap tax avoidance dapat disebabkan karena current ratio atau likuiditas lebih mengambarkan tingginya aset lancar perusahaan dalam bentuk dana tunai, semakin besar jumlah dana tunai yang dimilki oleh perusahaan maka

dapat memunculkan persepsi negatif terhadap rendahnya efektifitas manajemen dalam mengelola keuangan karena sumber daya keuangan perusahaan tidak produktif. Namun jika rasio likuiditas perusahaan rendah juga akan menunjukan tingginya risiko perusahaan karena memiliki kemampuan yang rendah dalam menjamin pelunasan seluruh hutang jangka pendeknya. Sehingga hal ini dapat menurunkan tingkat kepercayaan pihak ketiga. Oleh karena itu ada kemugkinan perusahaan- perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini akan selalu berusaha untuk menjaga likuiditas perusahaan pada tingkatan tertentu sehingga tidak dapat ditemukan adanya pengaruh likuiditas terhadap tax avoidance.

5. Simpulan, Keterbatasan dan Implikasi

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh profitabilitas, leverage, capital intensity, inventory intensity, dan likuiditas terhadap tax avoidance pada perusahaan- perusahan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011-2015, maka hasil penelitian secara empiris dapat dapat disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap tax avoidance , variabel leverage dan likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance sedangkan variable capital intensity dan inventory intensity berpengaruh negatif signifikan terhadap tax avoidance.

Keterbatasan

dalam penelitian ini diantaranya adalah objek penelitian yang terbatas hanya pada perusahaan-perusahaan

Jurnal Riset Akuntansi dan Perpajakan JRAP Vo. 4, No. 1, Juni 2017, hal 32-46 ISSN 2339 - 1545

manufaktur yang terdaftar di BEI pada periode Penghindaran Pajak Pada Perusahaan 2011- 2015 sehinga menyebakan hasil yang

Perbankan yang Listing Di BEI Periode kurang optimal, kurangnya variable independen

Tahun 2011-2013. Journal of Accounting yang digunakan dalam model penelitian

sehingga variasi variable dependen kurang Darmawan, Sukartha. 2014. Pengaruh Penerapan mampu menjelaskan variable dependennya,

Corporate Governace, Leverage, Return dan terdapat masalah heteroskedastisitas pada

On Assets, Dan Ukuran Perusahaan Pada dua variabel independen yaitu profitabilitas

Penghindaran Pajak. E-Jurnal Akuntansi dan inventory intensity sehingga hasil

9.1: 143-161. penelitan ini menjadi lemah. Berdasarkan hasil

Universitas Udayana.

Dharma, Ardiana. 2016. Pengaruh Leverage, penelitian ini, maka peneliti dalam hal ini dapat

Intensitas Aset Tetap, Ukuran Perusahaan, menyampaikan beberapa saran diantaranya

Dan Koneksi Politik Terhadap Tax agar penelitian selanjutnya dapat memperluas

Avoidance. E-Jurnal Akuntansi Universitas objek penelitian atau periode penelitian bukan

15 : 584-613. hanya pada perusahaan-perusahaan manufaktur

Udayana

penerimaan pajak saja, menambah variable independennya dan

Financial

Bisnis,

pertambangan dan manufaktur pemicu menggunakan proksi lain selain ETR dalam

penurunan PPh, http://finansial.bisnis. mengukur tax avoidance seperti CTTOR

com/read/20121221/9/111083, diunduh, 30 ( Corporate Tax to Turn Over Ratio) hal ini

Januari 2017

mengacu pada ketentuan peraturan perpajakan Imam Santoso, Ning Rahayu. Corporate Tax yaitu Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor

Management . Jakarta, Observation & SE-96/PJ/2009 tentang rasio benchmarking,

Research of Taxation (ortax), 2013. sehingga hasil penelitian diharapkan dapat lebih

Jesscica, Toly. 2014. Pengaruh Pengungkapan mencerminkan kondisi yang sesungguhnya.

Corporate

Responsibility Terhadap Agresivitas Pajak. Tax & Accounting

Daftar Referensi

Review 4 (1).

Adisamartha, Noviari. 2015. Pengaruh Kasmir. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta, Likuiditas, Leverage, Intensitas Persediaan