WEIGHT TRAINING UNTUK MENINGKATKAN POWER OTOT LENGAN PITCHER SOFTBALL

PITCHER SOFTBALL

Skripsi Oleh: Anugrah Nur Warthadi

NIM K5608036

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama

: Anugrah Nur Wartahdi

NIM

: K5608036

Jurusan/Program Studi

: JPOK/PENKEPOR

Menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “WEIGHT TRAINING UNTUK

MENINGKATKAN POWER OTOT LENGAN PITCHER SOFTBALL” ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang dikutip penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalm daftar pustaka.

Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini jiplkaan saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya

Surakarta, juli 2012

Yang membuat pernyataan

Anugrah Nur W

WEIGHT TRAINING UNTUK MENINGKATKAN POWER OTOT LENGAN PITCHER SOFTBALL

Oleh : Anugrah Nur Warthadi NIM K5608036

Skripsi Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2012

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I

Dra. Ismaryati, M.Kes NIP. 19630505198903 2 001

Pembimbing II

Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes NIP. 196205181989021001

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hari : Jumat Tanggal : 27 Juli 2012

Tim Penguji Skripsi Ketua

: Drs. Agustiyanto,M.Pd.

_______________ Sekretaris

: Islahuzzaman Nuryadin, S.Pd, M.Or

._______________ Anggota I

: Dra. Ismaryati, M.Kes

_______________ Anggota II

: Drs. Bambang Wijanarko, M. Kes.

_______________ Disahkan oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan

a.n Pembantu Dekan I

Prof. Dr. Rer.nat. Sajidan, M.Si

NIP19660415 199103 1 002

Anugrah Nur Warthadi. WEIGHT TRAINING UNTUK MENINGKATKAN POWER OTOT LENGAN PITCHER SOFTBALL. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarata.Juli.2012.

Penelitian ini bertujuan meningkatkan power otot lengan pitcher softball. Metode yang digunakan dalam penelitian ini action reaserch, dengan rancangan eksperimen pre test-post test.

Subjek penelitian adalah pitcher klub softball buffaloes yang berjumlah 6 orang. Teknik pengumpulan data mengunakan tes dan pengukuran, serta observasi. Tes Vertical Arm Pull untuk mengukur power otot lengan, observasi untuk mengamati keaktivan latihan, kebenaran teknik gerak weight training.

Berdasarkan hasil penelitian dari hasil analisis data yang telah dilakukan ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh simpulan sebagai berikut:Dari hasil observasi mengenai keaktivan latihan, kebenaran teknik gerak weight training, dan ketepatan beban latihan pada pitcher club Softball Buffaloe’s UNS sebanyak 6 orang dapat disimpulkan bahwa subjek melakukan latihan dengan teknik yang benar.Ada perbedaan yang signifikan antara pretes dengan postest teknik pelatihan weight training pada pitcher club Softball Buffaloe’s UNS, analisis statistik t-test antara pretest dan postest diperoleh nilai sebesar 18.871 dan t tabel dengan taraf signifikan 5% dan n=10 sebesar 2.447. ( t hitung 2.240 > t tabel 2.228) dan nilai rata-rata postest lebih tinggi daripada nilai rata-rata pretest.

Anugrah Nur Warthadi. WEIGHT TRAINING TO INCREASE ARM MUSCLE POWER SOFTBALL PITCHER

A Thesis, Surakarta: Teacher Training and

Educational Faculty Sebelas Maret University Surakarata.July.2012.

This study aims to increase muscle power softball pitcher's arm. The method used in this study action reaserch, design experiments pre-post test. The subjects were softball pitcher Buffaloes club numbering 6 people.

Data collection techniques using test and measurement, and observation. Vertical Arm Pull test to measure muscle power arms, liveliness of observation to observe the exercise and the proper motion weight training techniques.

Based on research results from analysis of data was done acceptable hypothesis. Thus the conclusion can be obtained as follows: From the observation of active exercise, the proper motion weight training techniques, and accuracy on the training load Buffaloe's Softball pitcher club UNS as many as 6 people can be concluded that subjects with exercise the techniques correctly. There were significant difference between postest pretest with weight training techniques on the training pitch softball club Buffaloe's UNS, statistical analysis t-test between pretest and postest obtained a value of 18 871 and a TTable with a significant level of 5% and n = 10 for 2447. (tcount 2240> TTable 2228) and the average value postest higher than the average pretest value.

MOTTO

 Sabar, narimo lan ikhlas (penulis)

 “Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi dan saya menang!”

(Penulis)

 Men are born with two eyes, but only one tongue, in order that they should see twice

as much as they say. ( Charles Caleb Colton )

PERSEMBAHAN

Teriring syukurku pada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk :

1. Bapak dan Ibu Tercinta yang selalu mengiringi dan memberiku kekuatan dalam setiap langkahku. Matur sembah nuwun.

2. Mas Jati & Keluarga, Mbak Anik & Keluarga Tercinta yang selalu memberiku inspirasi dan semangat yang terbarukan.

3. Sholikhah Wahyu Nur Astuti Tersayang yang selalu bisa membuatku tenang, stand by me til end,.....

4. Keluarga besar ORHIBA Magetan yang telah mengajariku untuk lebih mengerti kesejatian hidup. Damai......,

5. Saudaraku-Saudaraku RANDUBUTI(Ajik,Sinyo,Gundul,Galek,Irul,Nunu,Aba,Vera) Yang telah menagjariku untuk survive. Karena gunung kita menjadi satu.

6. Teman-teman seperjuangan PENKEPOR 2008.

7. Buffaloes Softball Club & Staff, terimaksih ku karena telah memberiku tempat untuk tetap berusaha menjadi yang terbaik.

8. Almamater.

KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah, dipanjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karuniaNya, taufiq dan hidayahnNya, penulisan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, penulis merasa memperoleh kebahagiaan tersendiri. Meskipun demikian tidak berarti penulisan ini tanpa hambatan, namun setidaknya pula hambatan tersebut dapat diantisipasi dan diatasi. Hal tersebut tidak lain berkat dorongan, motivasi, dan saran dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Oleh sebab itu , penulis ingin mengucapkan terimaksaih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakata, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini.

2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si, Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyususn skripsi ini.

3. Drs. Amir Fuady, M.Hum, Pembantu dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun penelitian guna menyusun skripsi ini.

4. Drs. Mulyono, MM., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

5. Drs. Agustiyanto, M. Pd.,Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu.

6. Dra. Ismaryati, M.Kes Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan serta motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

7. Drs. Bambang Wijanarko, M.Kes Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penilis menyelesaikan skripsi ini.

8. Rifa Galindra Ketua Klub Sofball Buffaloes yang telah memberikan ijin penelitian.

9. Segenap Bapak/Ibu dosen JPOK FKIP UNS yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga peneliti mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

10. Berbagai pihak yang telah membantu peneliti demi lancarnya penulisan skripsi ini yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi majunya ilmu pendidikan di sekitar kita.

Surakarta, 15 Juli 2012

Penulis

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ………………………….67

A. Kesimpulan…………………………………………………...67

B. Implikasi……………………………………………………...67

C. Saran………………………………………………………….68

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..69

Halaman

Gambar 1. Stance Phase .......................................................................... 9

Gambar 2. Ayunan Belakang ................................................................... 11

Gambar 3. push-off ................................................................................ 12

Gambar 4. Putaran lengan ...................................................................... 13

Gambar 5. Jari kaki sejajar ...................................................................... 14

Gambar 6. Gerakkan pinggang sebelum melepaskan bola ........................ 15

Gambar 7. Gerakan sendi bahu ................................................................ 16

Gambar 8. Stride .................................................................................... 17

Gambar 9. Sudut kaki depan 45 derajat .................................................. 18

Gambar 10. Panjang langkah ..................................................................... 19

Gambar 11. Lengan lemparan sejajar ......................................................... 21

Gambar 12. : Gerakan pinggul ..................................................................... 22

Gambar 13. Kedua beban pelempar bertumpu pada kaki belakang ............. 23

Gambar 30. Tricep press down ................................................................ 52

Gambar 31. Twisting trunk curl ................................................................ 53

Halaman

Tabel 1: Rincian Kegiatan Waktu Dan Jenis Kegiatan Penelitian ............... 58 Tabel 2: Pengumpulan Data ....................................................................... 59 Tabel 3: Indikator kinerja penelitian ........................................................... 60 Tabel 4 Diskripsi Data Tes Awal…. .......................................................... 63 Tabel 5 Diskripsi Data Tes akhir............................................................... 63 Tabel 6 Hasil Uji Realibilitas Tes… .......................................................... 64 Tabel 7 Tabel Range Kategori Realibilitas. ................................................ 64 Tabel 8 Uji Normalitas…….. ..................................................................... 65 Tabel 9 Rangkuman Hasil Uiji Perbedaan. ................................................. 66

Halaman

Lampiran 1. Data……………………………………………………...71 Lampiran 2. Analisis Data…………………………………………….74 Lampiran 3. Program Latihan Weight Training ……………………….81 Lampiran 4. Petunjuk Pelaksanaan Vertical Arm Pull Test …………..87 Lampiran 5 . Dokumentasi….. ………………………………………...88 Lampiran 6. Prosedur Latihan …………………………………………91

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Permainan softball merupakan cabang olahraga yang cukup popular di Indonesia, hal ini terlihat dengan semakin banyaknya perkumpulan-perkumpulan softball di kota-kota besar maupun di daerah-daerah. Selain itu juga minat para generasi muda terhadap cabang olahraga ini seperti di perguruan-perguruan tinggi maupun di sekolah semakin menunjukan perhatian yang tinggi. Hal ini sangat mempengaruhi untuk pembinaan dan prestasi dimasa yang akan datang. Setiap cabang olahraga mempunyai karakteristik yang berbeda, ciri dari permainan softball dapat dilihat dari sifat permainan, teknik-teknik gerak, peraturan permainan, dan perlengkapan yang digunakan.

Softball adalah permainan yang membutuhkan aspek power otot untuk melakukan unjuk kerja khususnya untuk para pitcher karena posisi ini memegang peranan penting didalam tim, seperti pendapat Kneer dan Cord (1976 :36) “The pitcher is crucial to success in softball. The initiation of activity begins with the pitcher and probably sev enty five percent of winning will defend upon pitching”. Dari kutipan tersebut jelas bahwa seorang pitcher mempunyai peranan yang sangat penting dalam mematahkan serangan lawan, untuk menjadi seorang pitcher yang terampil harus memiliki komponen kondisi fisik yang baik untuk mendukung performa seorang pitcher dalam bertanding pitcher harus memiliki komponen gerak sepeti agilitas, fleksibilitas yang tinggi, power dan keseimbangan. Hanya dengan kondisi fisik yang baik pitcher akan merasa siap dalam melakukan latihan yang diaplikasikan dalam setiap pertandingan dan harus mampu melempar secara tepat ke daerah strike zone selama 7 inning atau bahkan lebih.

Prestasi klub softball buffaloes belum maksimal, hal ini terlihat dari kejurnas parta jogja pada tahun 2011 buffaloes hanya mampu barsaing pada babak penyisihan grup. Ada beberapa hal yang menyebabkan belum tercapainya prestasi maksimal Prestasi klub softball buffaloes belum maksimal, hal ini terlihat dari kejurnas parta jogja pada tahun 2011 buffaloes hanya mampu barsaing pada babak penyisihan grup. Ada beberapa hal yang menyebabkan belum tercapainya prestasi maksimal

Untuk menyusun program latihan fisik yang tepat bagi pitcher diperlukan analisis kerja fisik saat kompetisi. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk mengetahui kebutuhan unsur fisik bagi seorang pitcher saat kompetisi, dalam melakukan pitching terbagi dalam beberapa tahap, yaitu: (1) sikap berdiri (stance), seorang pitcher harus berdiri dengan kedua kaki menginjak pitcher’s plate. Sikap badan menghadap ke pemukul, sebagai patokan bahu kiri mengarah ke base ketiga. (2) Langkah (stride) cara melangkah sebelum pitcher melemparkan bola yang dimulai dengan memindahkan berat badan ke kaki depan (kaki kanan bagi yang bukan kidal) kemudian melangkahkan kaki belakang (kaki kiri) ke depan, sehingga bahu kiri menghadap kearah catcther, kedua lengan ditarik kedepan dada sebagai awalan untuk melakukan wind up atau putaran lengan. Sedangkan ujung kaki kanan menekan pitcher’s plate, hal ini berfungsi sebagai poros atau penumpu. (3) Gerakan lengan (arm action) , gerakan lengan dimulai dengan memutarkan tangan yang memegang bola (lengan kanan) ke depan atas kepala, putaran lengan ini berpusat pada bahu yang dipengaruhi dua gaya yaitu gaya sentripetal yang mengarah ke pusat putaran dan gaya senrtifugal yang mengarah menjauhi pusat lemparan yang diakibatkan dari adanya gerak anguler atau gerak rotasi lengan yang disertai dengan melangkahkan kaki kiri kedepan kaki tumpu. Pada saat pitcher memutarkan lengan kanannya ke belakang untuk mengambil ancang-ancang dan mengayunkan kedepan untuk melemparkan bola, posisi tangan yang memegang harus dalam keadaan hyperextensi, kemudian dilecutkan kearah fleksi yang bersamaan dengan bola dilepas lurus kedepan (stike zone) , sedangkan jari-jari tangan yang memegang bola hanya bergerak kearah oposisi sambil melepaskan bola gerakan jari-jari tangan akan mengikuti pergelangan tangan kearah fleksi. Yang berkontraksi pada gerakan ini adalah otot-oto disekitar bahu yaitu Untuk menyusun program latihan fisik yang tepat bagi pitcher diperlukan analisis kerja fisik saat kompetisi. Hal inilah yang dijadikan dasar untuk mengetahui kebutuhan unsur fisik bagi seorang pitcher saat kompetisi, dalam melakukan pitching terbagi dalam beberapa tahap, yaitu: (1) sikap berdiri (stance), seorang pitcher harus berdiri dengan kedua kaki menginjak pitcher’s plate. Sikap badan menghadap ke pemukul, sebagai patokan bahu kiri mengarah ke base ketiga. (2) Langkah (stride) cara melangkah sebelum pitcher melemparkan bola yang dimulai dengan memindahkan berat badan ke kaki depan (kaki kanan bagi yang bukan kidal) kemudian melangkahkan kaki belakang (kaki kiri) ke depan, sehingga bahu kiri menghadap kearah catcther, kedua lengan ditarik kedepan dada sebagai awalan untuk melakukan wind up atau putaran lengan. Sedangkan ujung kaki kanan menekan pitcher’s plate, hal ini berfungsi sebagai poros atau penumpu. (3) Gerakan lengan (arm action) , gerakan lengan dimulai dengan memutarkan tangan yang memegang bola (lengan kanan) ke depan atas kepala, putaran lengan ini berpusat pada bahu yang dipengaruhi dua gaya yaitu gaya sentripetal yang mengarah ke pusat putaran dan gaya senrtifugal yang mengarah menjauhi pusat lemparan yang diakibatkan dari adanya gerak anguler atau gerak rotasi lengan yang disertai dengan melangkahkan kaki kiri kedepan kaki tumpu. Pada saat pitcher memutarkan lengan kanannya ke belakang untuk mengambil ancang-ancang dan mengayunkan kedepan untuk melemparkan bola, posisi tangan yang memegang harus dalam keadaan hyperextensi, kemudian dilecutkan kearah fleksi yang bersamaan dengan bola dilepas lurus kedepan (stike zone) , sedangkan jari-jari tangan yang memegang bola hanya bergerak kearah oposisi sambil melepaskan bola gerakan jari-jari tangan akan mengikuti pergelangan tangan kearah fleksi. Yang berkontraksi pada gerakan ini adalah otot-oto disekitar bahu yaitu

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti dan wawancara dengan pelatih, dperoleh kesimpulan bahwa latihan fisik yang selama ini dilakukan belum pernah memakai metode latihan weight training untuk meningkatkan power lengan pada pitcher.

B. Perumusan Masalah

Dari latarbelakang masalah yang diuraikan di atas, masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah weight training dapat meningkatkan power otot lengan pitcher softball ?

1. Definisi Operasional Variabel

a. Weight training yang akan dilatihkan adalah latihan dengan menggunakan beban luar untuk meningkatkan power otot: bicep brachii, pectoralis major, pectoralis major, brachioradialis, ticeps brachii, deltoideus, trapezius, lattisimus dorsi, suprasupinatus, infrasupinatus, teres minor, teres major. Macam latihan berbeban yaitu: Arm fly, Chest press, Push up, Low pulley bicep curl, Tricep press down, Twisting trunk curl.

b. Power otot lengan adalah kemampuan pengeluaran kekuatan otot maksimal dalam waktu secepatnya yang diukur dengan Vertical Arm-Pull Test

Sesuai dengan penelitian perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan power otot lengan pitcher softball melalui weight training.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat untuk meningkatkan power otot lengan pitcher dengan metode latihan weight training dan klub mempunyai alternatif latihan dalam meningkatkan power otot lengan pitcher.

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka

1. Permainan Softball

Induk Organisasi olahraga yang menaungi Baseball Softball adalah Persatuan Baseball Softball Amatir Seluruh Indonesia atau disingkat dengan PERBASASI. Awalnya softball dimainkan hanya untuk kegiatan rekreasi saja dan dilakukan di lapangan tertutup, namun ternyata softball dalam waktu singkat justru jadi permainan yang banyak digemari masyarakat. Softball dapat dimainkan oleh setiap orang dengan tidak memandang usia, baik pria maupun wanita.

Softball adalah permainan yang termasuk dalam kelompok bola pukul, yang dimainkan oleh sembilan orang sebagai regu pemukul dan sembilan orang sebagai regu penjaga. Cara memainkannya adalah dengan pemukul (bat) dan si pemukul memukul bola yang dilemparkan oleh pitcher sesuai dengan peraturan yang berlaku. Lama permainan adalah tujuh inning yaitu masing-masing regu mendapat giliran tujuh kali menjadi regu pemukul dan tujuh kali menjadi regu penjaga. Regu pemukul menjadi penjaga setelah tiga kali mati kesembilan orang regu penjaga tersebut mempunyai tugas yang berbeda-beda sesuai dengan posisinya. Adapun tugas-tugas dari masing-masing penjaga tersebut adalah :

a. Posisi satu adalah pitcher, bertugas melambungkan bola.

b. Posisi dua adalah catcher, bertugas menangkap bola dari pitcher dan menjaga home base.

c. Posisi tiga adalah first base, bertugas menjaga base satu.

d. Posisi empat adalah second base, bertugas menjaga antara base satu dan base dua.

e. Posisi lima adalah third base, bertugas menjaga base tiga.

g. Posisi tujuh adalah left fielder, bertugas menjaga di lapangan luar (out fielder bagian kiri).

h. Posisi delapan adalah center fielder, bertugas menjaga lapangan luar bagian tengah.

i. Posisi sembilan adalah right fielder, bertugas menjaga lapangan luar bagian

kanan. Untuk menjadi pemain yang baik tentunya harus menguasai teknik dasar yang ada dalam permainan tersebut selain mempunyai fisik yang baik dan mental yang baik.

2. Teknik Dasar Permainan Softball

Di dalam situasi bermain sangat penting keterampilan-keterampilan khusus yang harus dikuasai untuk dapat bermain dengan baik. Keterampilan ini merupakan kecakapan yang dapat diperoleh dari penguasaan teknik dasar yang asa dalam permainan olahraga tersebut. Begitu juga dalam permainan softball teknik dasar yang ada perlu dipelajari dengan baik karena nantinya berkaitan erat dengan keterampilan yang dibutuhkan untuk mendukung taktik dan strategi pertahanan dan menyerang.

Untuk dapat menjadi pemain softball yang baik, teknik dasar harus dikuasai dengan baik dan benar menurut Arma Abdoelah (1981:464-465), sebagai berikut :

1. Melambungkan Bola Yaitu cara menyajikan bola ke suatu sasaran yang telah ditentukan, yang akan

dipukul oleh pemukul (batter) sebagai lawan atau penyerang.

2. Melempar bola (Throwing) Melempar harus dilakukan dengan cara yang tepat dan cepat yang ditujukan

kepada teman, untuk mematikan pelari yang menuju base atau menahan lajunya kepada teman, untuk mematikan pelari yang menuju base atau menahan lajunya

3. Menangkap bola (Catching) Menangkap adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pemain untuk dapat

menguasai bola dengan tangan memakai glove, baik itu menangkap bola dari hasil pukulan lawan maupun lemparan dari teman dengan tujuan untuk mematahkan serangan lawan atau mematikan pelari.

4. Memukul Bola (Batting) Memukul bola dilakukan untuk menyerang. Seorang pemukul yang

berpengalaman bisa mengayunkan alat pemukulnya ke segala arah hanya dengan merubah posisi kakinya atau dengan melakukan ayunan pada waktu yang tepat, Pelari (Runner).Setelah memukul, pemukul diharuskan untuk berlari menuju base dan sedapat mungkin untuk mencetak poin atau menyumbangkan angka bagi regunya.

5. Meluncur (Sliding) Meluncur merupakan suatu gerakan meluncurkan badan untuk mencapai base

yang dituju. Meluncur dilakukan untuk mengurangi kecepatan laju lari agar dapat tepat berhenti pada base dan untuk menghindari sentuhan atau ketikan bola dari lawan sehingga selamat mencapai base yang dituju.

6. Teknik Dasar Pitching Dalam melakukan pitching terbagi dalam beberapa tahap, yaitu: (1) sikap berdiri

(stance) , seorang pitcher harus berdiri dengan kedua kaki menginjak pitcher’s plate. Sikap badan menghadap ke pemukul, sebagai patokan bahu kiri mengarah ke base ketiga. (2) Langkah (stride) cara melangkah sebelum pitcher melemparkan bola yang dimulai dengan memindahkan berat badan ke kaki depan (kaki kanan bagi yang bukan kidal) kemudian melangkahkan kaki belakang (kaki kiri) ke depan, sehingga bahu kiri menghadap kearah catcther, kedua lengan ditarik kedepan dada sebagai awalan untuk melakukan wind up atau putaran lengan . Sedangkan ujung kaki kanan menekan pitcher’s plate, hal ini berfungsi sebagai poros atau penumpu. (3) Gerakan lengan (arm action),

Lemparan sofbol merupakan skil terpenting dalam permainan sofbol, karena seorang pelempar dapat menguasai teknik itu ketika tidak ada pemain lain yang dapat melakukannya. Sofbol biasanya merupakan permainan berskor rendah yang mana hanya satu atau dua angka yang dapat dicetak dalam satu permainan penuh, hal itu sering dikarenakan oleh skil pelempar yang tinggi. Para pelempar memerlukan beberapa tahun untuk menyempurnakan teknik serta kamampuan mengontrol mereka terhadap kecepatan dan arah lemparan mereka.

Pelempar sofbol menggunakan pergerakan underhand dimana persendian bahu tidak terlalu tegang karena lemparan overhand digunakan pada bisbol. Seorang pelempar sofbol dapat sering melempar pada beberapa permainan dalam sehari, dan mempunyai karir yang panjang dalam beberapa tahun dikarenakan tingkat ketegangan yang rendah pada persendian bahu. Seorang pelempar sofbol dapat melempar sebanyak enam kali dalam 7-babak permainan selama satu pekan turnamen; dan pelempar terbaik dalam tim universitas banyak melakukan lemparan, jika tidak bermain dalam semua permainan pada setiap musim.

Setiap olahraga mempunyai teknik-teknik yang harus di pelajari sebelumnya agar olahraga tersebut bermanfaat dan juga tidak membahayakan. Teknik pitching softball yang tepat dan benar adalah suatu sikap yang ditinjau dari segi mekanika gerak yang benar dan efisien. Berikut tahapan gerak pitching softball menurut M. Alexander & C. Taylor (coachesinfo.com: diakses 27 maret 2012) :

a. Posisi Awal

Pelempar harus memulai lemparan dengan posisi kedua kaki menyentuh karet lemparan, kedua tangan pada bola dan harus berhenti sejenak setidaknya satu detik sebelum melempar bola. Bahu harus direntangkan pada marka awal (home plate) dan bola dipegang di bagian tengah badan. Bola digenggam dekat ujung jari-jari dengan Pelempar harus memulai lemparan dengan posisi kedua kaki menyentuh karet lemparan, kedua tangan pada bola dan harus berhenti sejenak setidaknya satu detik sebelum melempar bola. Bahu harus direntangkan pada marka awal (home plate) dan bola dipegang di bagian tengah badan. Bola digenggam dekat ujung jari-jari dengan

Penting membedakan antara kaki belakang dan kaki depan dari seorang pelempar. Kaki belakang merupakan kaki pelempar yang tidak terdorong (push off) selama lemparan- kaki ini berada pada karet lemparan dan sering bergeser kedepan dari mound selama lemparan. Kaki itu sering disebut kaki berputar (pivot foot) atau kaki lemparan, dan merupakan kaki kanan untuk pelempar tangan kanan. Kaki depan merupakan kaki tempat bertumpuannya berat badan saat lemparan, atau juga disebut kaki langkahan (stride leg). Langkah yang panjang di ambil oleh kaki langkahan selama lemparan, dan semua berat badan bertumpu pada kaki ini ketika bola disampaikan. Ini merupakan kaki kiri untuk pelempar tangan kanan; atau bukan kaki lemparan.

Gambar 1: stance phase

Pada stance phase seorang pelempar seharusnya beranggapan bahwa sebuah wide stance dengan kedua kaki (tumit kaki depan dan jari-jari kaki belakang) menyentuh Pada stance phase seorang pelempar seharusnya beranggapan bahwa sebuah wide stance dengan kedua kaki (tumit kaki depan dan jari-jari kaki belakang) menyentuh

b. Ayunan belakang (backswing)

Ayunan belakang dimulai ketika lengan lemparan berpindah ke belakang, sebuah perpindahan yang dikenal sebagai perpanjangan bahu, yang terlebih dulu merenggangkan otot arterior bahu untuk gerakan penyampain yang bertenaga (Gambar 3). Pergerakan ini sering diikuti oleh flexion badan, yang sebelumnya merenggangkan otot extensor belakang untuk perpanjangan punggung selama penyampaian. Ketika lengan berpindah ke belakang, kaki lemparan (kaki pada sisi yang sama seperti lengan lemparan) (yang disebut juga kaki berputar) sedikit melangkah ke depan. Langkah ini tidak diperbolehkan terlalu panjang (oleh peraturan), karena kaki lemparan diduga terlalu dekat dengan karet ketika gerakan melempar terjadi. Kaki lemparan juga harus tetap menyentuh tanah ketika berpindah ke depan, tidak diperbolehkan meninggalkan tanah selama pergerakan ke depan. Ketika kaki lemparan berada didepan karet, lengan lemparan mulai berpindah kedepan (flexion bahu) ke arah depan badan. “Kaki putaran sedikit berbelok ke samping pelempar mengikuti putaran pinggang pada posisi terbuka ” (Werner 1994).

Gambar 2: Otot anterior bahu diregangkan selama tahap keahlian ayunan belakang

Kebanyakan pelempar windmill menampilkan pergerakan yang dilarang selama lemparan windmill, sebelumnya mengambil lompatan atau loncatan tinggi diatas kaki belakang untuk meletakan kaki depan selama lemparan. Meskipun langkah pendek kedepan atau menyeret kaki diperbolehkan, langkah atau lompatan tinggi di atas kaki belakang sebenarnya dilarang. “Penelitian terakhir pada olimpiade pelempar sofbol menguji apakah seorang pelempar sebenarnya terbang, menyeret kaki belakangnya, atau apakah ada peletakan dan perputaran kedua ” (Byrd, Werner et al. 2003). Dari 21 pelempar yang diuji, 10 diantaranya terbang ketika kaki belakang meninggalkan karet dan 4 diantaranya melakukan peletakan dan perputaran kedua. Tidaklah tindakan-tindakan terlarang tersebut menghasilkan keuntungan dalam kecepatan bola ketika dibandingkan dengan pelempar yang menggunakan teknik yang diperbolehkan. “Sehingga kecemasan atas kemungkinan yang terjadi tidak menjamin meningkatkan kecepatan bola yang disebabkan pergerakan yang dilarang tersebut ” (Byrd, Werner et al. 2003). Perlu dicatatat bahwa wasit jarang memperingatkan pelempar ketika menyeret kaki belakang, bahkan itu sering terjadi pada banyak pelempar.

kaki lainnya (bukan kaki lemparan) mulai melangkah ke depan. Pergerakan ke depan dari kaki depan sangatlah penting dalam meningkatkan push-off yang bertenaga dari kaki lemparan (gambar 4). Kaki bebas (free leg) dan lengan lemparan yang lebih bertenaga bergerak ke depan, tekanan yang kuat ke tanah dan ke belakang pada kaki push-off dan kecepatan yang besar pada pusat gravitasi dapat dipindahkan ke bola. Percepatan ke depan dari anggota badan tersebut meningkatkan kekuatan pada kaki belakang dan meningkatkan kekuatan reaksi yang mendorong pada atlet ke depan.

Gambar 3: Kaki bebas (free leg) berpindah ke depan ketika lengan lemparan

berpindah ke depan. Hal ini dapat membantu pelempar push-off pada marka lemparan dengan lebih kuat.

samping ke arah lengan lemparan. Untuk seorang pelempar tangan kanan, badan memutar ke kanan sehingga menghadap pada marka ketiga pada puncak ayunan belakang, dan bahu yang berlawanan menghadap ke pemukul. Putaran badan ke samping tersebut meningkatkan jangkauan dari pergerakan lengan lemparan ke belakang dan sebelumnya merenggangkan otot badan untuk putaran ke belakang yang kuat menghadap pemukul (gambar 4).

Gambar 4: Ketika pelempar push-off pada marka lemparan dan melangkah ke depan,

pelempar memutar badan dari marka awal yang memperbolehkan pelempar pelempar memutar badan dari marka awal yang memperbolehkan pelempar

c. Pergerakan yang menghasilkan kekuatan

Ketika langkah pendek di atas kaki berputar (pivot foot) dilakukan, seorang pelempar mungkin condong kedepan untuk merenggangkan otot extensor tulang belakang. Lengan lemparan kemudian bergerak ke atas menggunakan flexion bahu di depan badan, ketika kaki depan mulai bergerak ke bawah ke arah tanah. Badan dan pinggang diputar ke posisi menghadap samping ke arah lemparan ketika lengan melingkar ke atas dan ke depan badan. Kaki belakang juga diputar sehingga jari kaki menunjuk ke samping ke arah lemparan, yang memastikan satu putaran penuh ke samping dari pinggang dan badan (Gambar 6).

Gambar 5: Jari kaki sejajar dengan marka lemparan dan tegaklurus ke arah lemparan.

“Lengan lemparan seharusnya tetap membentang pada sendi siku selama bagian pertama dilakukan, karena pada kecepatan akhir pengungkit yang panjang besar diasumsikan bahwa kecepatan sudut dapat dipertahankan ” (Werner 1993). Karena lengan dibentangkan lebih panjang secara penuh untuk berputar di sekitar poros bahu, hal ini memberikan banyak waktu untuk gerakan badan. Sebuah lengan pendek di ayun dengan kelenturan siku yang lebih cepat mungkin dihubungkan “Lengan lemparan seharusnya tetap membentang pada sendi siku selama bagian pertama dilakukan, karena pada kecepatan akhir pengungkit yang panjang besar diasumsikan bahwa kecepatan sudut dapat dipertahankan ” (Werner 1993). Karena lengan dibentangkan lebih panjang secara penuh untuk berputar di sekitar poros bahu, hal ini memberikan banyak waktu untuk gerakan badan. Sebuah lengan pendek di ayun dengan kelenturan siku yang lebih cepat mungkin dihubungkan

Gambar 6: Kedua pelempar terbaik menunjukkan lengan lemparan tetap dekat dengan telinga ketika lengan lemparan bergerak ke atas dan berputar serta keduanya menggerakkan pinggang sebelum melepaskan bola.

Ketika lengan diayun ke atas dan ke belakang selama penyampaian, lengan lemparan seharusnya tetap dekat dengan kepala dan telinga kanan, dan sebelumnya harus mengerakkan pinggang kanan untuk penyampaian (Gambar 7). “Isyarat ini akan membantu pelempar agar lengan tetap pada posisi lurus ” (Mogill:1984). “Menjaga lengan pada posisi ini akan menghasilkan pengukuran yang akurat bagi pelempar windmil ”l (Werner : 1993). Jika putaran lengan dilakukan maka lengan Ketika lengan diayun ke atas dan ke belakang selama penyampaian, lengan lemparan seharusnya tetap dekat dengan kepala dan telinga kanan, dan sebelumnya harus mengerakkan pinggang kanan untuk penyampaian (Gambar 7). “Isyarat ini akan membantu pelempar agar lengan tetap pada posisi lurus ” (Mogill:1984). “Menjaga lengan pada posisi ini akan menghasilkan pengukuran yang akurat bagi pelempar windmil ”l (Werner : 1993). Jika putaran lengan dilakukan maka lengan

Gambar 7: Bukan lengan lemparan berayun ke bawah yang paling kuat (melalui perpanjangan bahu) dan tertarik ke balakang untuk membantu memutar badan. Gerakan dari lengan bebas ini membantu bahu lemparan berputar kedepan.

Bukan lengan lemparan diperpanjang kedepan selama ayunan ke atas dari lengan lemparan (gambar 8). “Ketika lengan lemparan bergerak ke bawah dan badan mulai berputar, bukan lengan lemparan dapat berkontribusi dengan memutar ke bawah dan ke belakang secara menyilang membantu putaran badan yang kuat ” (Werner: 1994). Dari posisi di depan badan pada saat lemparan dimulai, bukan lengan lemparan dapat digunakan untuk menarik bukan sisi belakang lemparan karena sisi lemparan bergerak kedepan (gambar 8). Hal ini menghasilkan putaran yang kuat dari girdle bahu mengelilingi poros melalui punggung, dan gerakan ke depan dari bahu lemparan.

d. Stride

Gambar 8: Gambar 1 mengilustrasikan dimana pelempar berhenti dari marka lemparan. Pada bingkai 2 jari kaki kanan pelempar bergeser sejauh tanah yang diperbolehkan oleh peraturan, bagaimana juga kaki ini bukan kaki tumpuan. Bingkai

3 menunjukkan dimana pelempar “mendarat”. Idealnya, pelempar yang bagus akan 3 menunjukkan dimana pelempar “mendarat”. Idealnya, pelempar yang bagus akan

putaran kaki belakang, pelempar akan sering menunjukkan lompatan panjang ke atas kaki berputar (pivot foot) pada arah pemukul (gambar 9). Lompatan ini diperbolehkan selama kaki belakang tidak meninggalkan tanah. Lompatan ini sering dapat mencakup beberapa langkah, dan membantu meningkatkan kecepatan dari pusat gravitasi ke arah pemukul. Kaki ini tidak dapat meninggalkan tanah selama meluncur, tetapi kaki hanya dapat berputar ke depan sepanjang tanah. Pendaratan dari meluncur diatas kaki berputar juga membantu untuk membawa kaki belakang selama push-off terakhir ke arah pemukul, sehingga seharusnya ada beberapa flexion dari kaki belakang pada pendaratan cepat yang diikuti luncuran. “Kaki berputar (pivot foot) berbelok ke arah marka ketiga untuk mengikuti pinggang yang berputar ke posisi terbuka atau ke arah samping ” (Werner :1994). “Karena berat badan dipindah ke depan dari kaki belakang, pusat gravitasi dengan titik lurus dibawa ke arah target dengan sedikit lonjakan ke atas sampai kontak langkah kaki ” (Werner: 1994). “Kaki depan seharusnya diletakan segaris dengan marka awal, dan tidak terlalu jauh

dari kanan atau kiri sehingga momentum dari putaran kaki belakang semuanya langsung ke arah target. Tujuan dari langkah kaki seharusnya mendekati 45 derajat saat mendarat untuk mengikuti jangkaun penuh dari lompatan memutar ke belakang pada akhir ayunan belakang ” (Werner :1994).

Gambar 9: kaki depan 45 derajat dari marka Gambar 9: kaki depan 45 derajat dari marka

Gambar 10: panjang langkah adalah 83% dari ketinggian berdiri. Berat badan bertumpu pada kaki depan dengan sudut jari kaki 45 derajat ke

arah pemukul dan lutut diluruskan. “Rata-rata sudut lutut pada SFC (Stride Foot Contact) adalah 115 derajat ” (Werner, Murray et al: 1997). Lutut diluruskan selama perpindahan berat badan ke kaki dan kaki depan menjadi tumpuan dimana badan dapat berputar jika putaran pinggul dan badan digunakan selama penyampaian. “Kaki biasanya tetap diluruskan saat pelepasan bola, meskipun hiperekstensi lutut tidak ideal ” (Werner :1994). Beberapa flexion kaki depan selama penyampaian bola mungkin mengurangi kekuatan lutut depan selama perputaran pinggul dan badan membantu mengurangi kekuatan saat penyampaian. Kekuatan ini termasuk kekuatan arah pemukul dan lutut diluruskan. “Rata-rata sudut lutut pada SFC (Stride Foot Contact) adalah 115 derajat ” (Werner, Murray et al: 1997). Lutut diluruskan selama perpindahan berat badan ke kaki dan kaki depan menjadi tumpuan dimana badan dapat berputar jika putaran pinggul dan badan digunakan selama penyampaian. “Kaki biasanya tetap diluruskan saat pelepasan bola, meskipun hiperekstensi lutut tidak ideal ” (Werner :1994). Beberapa flexion kaki depan selama penyampaian bola mungkin mengurangi kekuatan lutut depan selama perputaran pinggul dan badan membantu mengurangi kekuatan saat penyampaian. Kekuatan ini termasuk kekuatan

mengakibatkan cidera pada lutut ” (Werner, Guido et al. 2005). Kondisi dan kekuatan jaringan dianjurkan untuk memperkuat otot besar dari kaki langkahan untuk menahan kekuatan kontraksi yang terlalu tinggi pada saat mendarat dan melepas.

Kaki depan ditempatkan (Stride Foot Contact- SFC) pada saat lengan mulai bergarak ke bawah ke arah tanah. Pada Stride Foot Contact yang singkat lengan berada pada titik terjauh di belakang pelempar. Pola ini membantu untuk memperluas otot anterior badan dari pelempar untuk menghasilkan putaran badan yang lebih kuat ke arah pemukul. Langkah kaki depan tidak harus terlalu panjang; karena jika langkah kaki pelempar terlalu panjang, tidak dapat memutar pinggul dan badan secara penuh pada posisi menghadap pemukul saat pelepasan. Singkatnya, lengan berada di titik tertinggi (ayunan belakang tertinggi - TOB) kaki depan harus menyentuh tanah, jadi lengan dan kaki bebas (free leg) bergerak ke bawah pada waktu yang sama.

“Waktu dari TOB ke SFC memerlukan 0,06 detik” (Werner 1994). Saat lengan mulai bergerak ke arah tanah, beban dipindahkan dari kaki belakang ke kaki depan, dan putaran badan dari samping ke arah depan dimulai ketika beban dipindahkan ke depan. Pemindahan beban ke depan adalah aspek penting dari lemparan windmill, dan sangatlah penting untuk memulai putaran badan dan memindahkan beban ke kaki depan dan ke arah lemparan untuk menambah kekuatan bola (Werner 1995).

e. Putaran Badan Pada Lemparan

Pada lemparan sofbol, badan tidak berputar secara terpisah, tetapi badan bagian atas (girdle bahu atau bahu) dan badan bagian bawah (girdle pinggul atau pinggul) berputar dengan kekuatan berbeda secara berurutan. Perputaran bebas dari dua bagian tersebut adalah penting untuk memaksimalkan kontribusi badan untuk Pada lemparan sofbol, badan tidak berputar secara terpisah, tetapi badan bagian atas (girdle bahu atau bahu) dan badan bagian bawah (girdle pinggul atau pinggul) berputar dengan kekuatan berbeda secara berurutan. Perputaran bebas dari dua bagian tersebut adalah penting untuk memaksimalkan kontribusi badan untuk

Gambar 11: Lengan lemparan sejajar dengan tanah dan pinggul mulai berputar- tapi tidak banyak, sebanyak yang dibutuhkan.

Ketika lengan lemparan mencapai posisi sejajar dengan tanah, beban harus dipindahkan semuanya ke kaki depan dan putaran badan seharusnya setengah putaran penuh (Gambar 12). Putaran badan harus membawa lengan pada posisi pelepasan, jadi pinggul selalu menghadap ke pemukul ketika lengan mendekati posisi vertikal saat pelepasan. Untuk putaran yang penuh dari badan pada posisi pelepasan, kaki belakang harus ringan dan meluncur ke depan ke arah kaki depan. Kaki belakang diangkat saat melempar. “Putaran badan secara cepat dikurangi sebelum melempar bola, jadi badan selalu seimbang saat melempar. Pengurangan yang cepat pada badan mungkin memberikan momentum sudut yang lebih besar pada lengan dengan menyalurkan beberapa momentum dari badan ke lengan ” (Alexander dan Haddow 1982).

Gambar 12: banyak pelempar sobol tidak dapat memutar total pinggul mereka dan meluruskan pinggul dengan marka. Pelempar putra yang berada disebelah kiri adalah satu dari tiga pelempar diatas yang harus meluruskan pinggul nya ke marka.

“Kesalahan umum pada lemparan adalah menahan beban di kaki belakang, tidak diperbolehkan pinggul dari sisi lemparan secara penuh berputar ke depan ” (Alexander 1998). Kaki belakang harus bebas di atas tanah, atau setidaknya meluncur kedepan dengan jari kaki untuk mendapatkan perpindahan beban yang optimal. “Jika pinggul tidak berputar ke depan, seperti yang terlihat pada kebanyakan pelempar windmill (Gambar 13), pelempar akan kehilangan kekuatan yang didapat dari kekuatan otot badan ” (Alexander 1998). “Pinggul membutuhkan putaran untuk posisi terdekat dengan marka awal selama tahap penyampaian, dan posisi ini dipermudah oleh putaran kaki belakang yang kuat ” (Werner 1994). Perputaran badan secara total

Pada posisi ini, kaki belakang harus ringan dengan hanya jari kaki atau kaki secara penuh berada di tanah (Gambar 14).

Gambar 13: Kedua beban pelempar bertumpu pada kaki belakang. Jumlah putaran pinggul yang terlihat pada pelempar windmill yang ahli adalah

bermacam –macam dan menjadi kontroversi di kalangan pelatih lemparan. Prinsip biomekanikal menyarankan bahwa jangkauan penuh putaran badan dan pinggul yang dibutuhkan untuk melempar bola dalam mencapai kontribusi maksimum dari badan untuk kecepatan bola. Putaran pinggul dimana girdle panggul menghadap marka awal pada saat melepas bola adalah tehnik yang diinginkan. Putaran pinggul memberi kontribusi total dari badan bagian bawah ke lemparan. Bagaimanapun, kebanyakan pelempar windmill modern tidak memutar pinggul mereka kedepan untuk menghadap pemukul sebelum melepas bola- pinggul mereka menghadap ke samping saat bahu dan lengan lemparan pindah ke depan untuk melepas (Gambar 15). Perubahan perpindahan bahu menyebabkan lengan mengalami penyilangan bahu ke badan saat pelepasan, begitu juga flexion bahu. “Tehnik ini memaksa pelempar untuk melempar badannya ke samping dan kehilangan kontribusi tenaga dari putaran badan dan pinggul ” (Werner 1994). “Hal itu juga telah disarankan bahwa jangkauan putaran bermacam –macam dan menjadi kontroversi di kalangan pelatih lemparan. Prinsip biomekanikal menyarankan bahwa jangkauan penuh putaran badan dan pinggul yang dibutuhkan untuk melempar bola dalam mencapai kontribusi maksimum dari badan untuk kecepatan bola. Putaran pinggul dimana girdle panggul menghadap marka awal pada saat melepas bola adalah tehnik yang diinginkan. Putaran pinggul memberi kontribusi total dari badan bagian bawah ke lemparan. Bagaimanapun, kebanyakan pelempar windmill modern tidak memutar pinggul mereka kedepan untuk menghadap pemukul sebelum melepas bola- pinggul mereka menghadap ke samping saat bahu dan lengan lemparan pindah ke depan untuk melepas (Gambar 15). Perubahan perpindahan bahu menyebabkan lengan mengalami penyilangan bahu ke badan saat pelepasan, begitu juga flexion bahu. “Tehnik ini memaksa pelempar untuk melempar badannya ke samping dan kehilangan kontribusi tenaga dari putaran badan dan pinggul ” (Werner 1994). “Hal itu juga telah disarankan bahwa jangkauan putaran

pinggul) untuk menghadap pemukul. Telah disarankan bahwa kekurangan putaran pinggul saat melepas akan mengurangi kekuatan pada bahu lemparan saat melepas. Ini sepertinya dikarenakan berkurangnya perenggangan anterior bahu saat badan tidak berputar secara penuh ke depan sebelum gerakan lengan lengkap. Pengalihan secara horizontal memaksa penyilangan bahu yang dikurangi saat putaran badan berkurang. Pada posisi samping ini juga membolehkan pelempar untuk menyembunyikan bola secara lebih efektif sampai bola disampaikan, hal itu membuat lebih sulit pemukul untuk mengetahui bola.

Gambar 14: Kedua gambar tersebut adalah pemain tim nasional. Pelempar disebelah kiri memperlihatkan putaran pinggul yang lebih bagus daripada pelempar sebelah kanan. Ini bisa digolongkan ke tipe lemparan atau pilihan mereka sendiri. Dari sudut pandang biomekanikal, tehnik dari pemain sebelah kiri adalah lebih tepat.

Gambar 15: pelempar menggunakan pinggul nya menghadap ke samping untuk menyembunyikan bola.

f. Perpindahan lengan saat relaese

Sendi bahu yang mengalami kecepatan flexion bahu dan adduction selama penyampaian, terjadi pada kecepatan tinggi 2000 derajat/detik dengan rata-rata kekuatan lengan windmill dalam jangkauan 1800 – 2400 derajat/detik. “Kekuatan pergerakan pada sendi bahu ini dua kali lebih besar daripada kekuatan flexion siku yang telah disampaikan ” (Werner 1995). Flexion yang cepat akan mengakibatkan gangguan pada bahu (diskolasi) kekuatan itu mengakibatkan cidera bahu. “Kecepatan lengan lemparan windmill sebelum melepas bola harus dikurangi sebelum bola dilepaskan. Pelempar dengan kecepatan putaran bahu yang lebih cepat saat melepas akan mempunyai kecepatan lemparan bola yang lebih rendah ” (Werner, Murray et al. 1997). “Perlambatan putaran bahu sebelum melempar mungkin meningkatkan kecepatan pergerakan lengan untuk disalurkan ke bola" (Alexander dan Haddow 1982).

Perlambatan putaran bahu sebelum melepas memerlukan kontraksi yang luar biasa kuat dari extensor bahu sebelum melepas bola. Ketika bahu diperlambat, siku Perlambatan putaran bahu sebelum melepas memerlukan kontraksi yang luar biasa kuat dari extensor bahu sebelum melepas bola. Ketika bahu diperlambat, siku

kekuatan bahu lebih cenderung melengkungkan siku pada saat melepas dan dalam gerak lanjutan ” (Werner 1995). “Dengan melenturkan siku, sedikit tarikan dihasilkan oleh bahu. Beberapa tenaga dari bahu diambil dengan melengkungkan siku, dan putaran windmill dihentikan lebih cepat ” (Werner 1995). Ini mungkin dikarenakan rotasi bahu tengah yang lebih besar yang terjadi saat siku dilenturkan seperti dibandingkan dengan perpanjangan siku: pelempar yang menahan lengan tetap lurus dalam gerak lanjutan cenderung meneruskan pergerakan windmill yang panjang setelah bola dilempar.

Gambar 16: siku dilenturkan sebelum melepas bola (bingkai kiri atas) dan akan meningkatkan keefektifan putaran bahu tengah dan pronation lengan bawah.

mengalami flexion sebelum melepas bola (Gambar 17). “Rata-rata sudut siku untuk pelempar terampil adalah 140 – 165 derajat saat memukul”.(Werner 1994) (Gambar 18).