SEGITIGA EMAS 2016 KARYA TULIS ILMIAH UH

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH
SEGITIGA EMAS
2016

POTENSI LAMUN (Enhalus acoroides) SEBAGAI BAHAN DASAR
HIDROGEL UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA

Disusun Oleh :
AFRIDA WIAN MAYKUSVITA
HERA INSANI CAHAYAPUTRI
HERONIMA NATALIA SUNUR
LIA TRINANDA

2014.04.3.0003
2014.04.3.0023
2015.04.3.0041
2015.04.3.0048

UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2016


POTENSI LAMUN (Enhalus acoroides) SEBAGAI BAHAN DASAR
HIDROGEL UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA

Disusun Oleh :
AFRIDA WIAN MAYKUSVITA
HERA INSANI CAHAYAPUTRI
HERONIMA NATALIA SUNUR
LIA TRINANDA

2014.04.3.0003
2014.04.3.0023
2015.04.3.0041
2015.04.3.0048

UNIVERSITAS HANG TUAH
SURABAYA
2016

i


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis mempu menyelesaikan Karya Tulis
Ilmiah dengan judul “Potensi Lamun (Enhalus acoroides) sebagai Bahan
Dasar Hidrogel untuk Penyembuhan Luka”. Penulis menyadari bahwa dalam
usaha menyusun karya tulis ilmiah ini banyak menemukan hambatan tapi
penulis berusaha untuk menyelesaikan dengan baik dan tepat pada waktu yang
sudah ditentukan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah
membantu dan membimbing dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini:
1.

Ibu Giftania Wardani S.Farm.,Apt.,M.Farm sebagai dosen pembimbing

2.

Teman - teman mahasiswa yang sudah memberikan kontribusi baik
langsung maupun tidak langsung


3.

Orang tua yang senantiasa memberi dukungan
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ Potensi

Lamun (Enhalus acoroides) sebagai

Bahan Dasar Hidrogel untuk

Mempercepat Penyembuhan Luka” ini masih jauh dari kesempurnaan, ini
dikarenakan penulis adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan masih
banyak keterbatasan baik dalam isi maupun sistematika penyusunanya. Oleh
sebab itu sangat diperlukan kritik dan saran untuk menyempurnakan karya
tulis ilmiah ini. Akhir kata penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah
dengan judul “ Potensi Lamun (Enhalus acroides) sebagai

Bahan Dasar

Hidrogel untuk Mempercepat Penyembuhan Luka” ini dapat bermanfaat bagi

penulis dan pembaca pada umumnya.
Surabaya, 20 Mei 2016

Penulis

iv

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN KARYA ................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA ............................................ iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
DAFTAR ISI ....................................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3 Tujuan ............................................................................................... 3
1.4 Manfaat ............................................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Lamun ...................................................... 4
2.2 Kandungan Senyawa Kimia Pada Lamun .......................................... 4
2.2.1 Serat Kasar ( Crude Fiber) ........................................................ 5
2.2.2 Selulosa ..................................................................................... 6
2.2.3 Tannin ...................................................................................... 6
2.2.4 Triterpenoid .............................................................................. 7
2.3 Jenis-jenis Lamun .............................................................................. 7
2.3 Penjelasan Tentang Hidrogel ........................................................... 10
2.5 Penjelasan Tentang Macam-macam Luka ....................................... 12
2.5.1 Luka nonpenetrating ............................................................... 12
2.5.2 Luka tembus ........................................................................... 12
2.5.3 Luka Miscellaneous ................................................................ 12
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Sumber dan Jenis Data .................................................................... 13
3.2 Analisis Data ................................................................................... 14
3.3 Penarikan Kesimpulan .................................................................... 14
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................. 15
4.1 Potensi Lamun sebagai Bahan Hidrogel ………………………... 15
4.2 Mekanisme Bahan Aktif Hidrogel ……………………………… 16
v


4.3 Cara Memperoleh Bahan Aktif pada Lamun ………………….. 17
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan dan saran .......................................................................... 19
5.2 Daftar Pustaka ................................................................................. 20
5.3 Daftar Riwayat Hidup Peserta ......................................................... 21

vi

POTENSI LAMUN (Enhalus acoroides) SEBAGAI BAHAN DASAR
HIDROGEL UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA

ABSTRAK
Padang lamun merupakan kekayaan sumberdaya laut dan salah satu ekosistem
yang banyak terdapat di wilayah pesisir Indonesia.Lamun diketahui memiliki
kandungan seperti lignin dalam serat kasar (crude fiber), selulosa, alkaloid,
saponin, flavonoid.Telah dilaporkan lamun mempunyai khasiat sebagai
antibakteri dan antioksidan. Bahanaktif yang terkandung pada lamun
mempunyai khasiat antibakteri dan antioksidan maka, tanaman lamun ini perlu
dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuat hidrogel ramah lingkungan yang

juga dapat digunakan untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Spesies
lamun yang digunakan adalah Enhalus acoroides. Pembuatan hidrogel
dilakukan dengan metode freezing dan thawing cycles untuk membentuk
ikatan silang dengan penambahan PVP 1% dan pengambilan bahan aktif dari
lamun Enhalus acoroides dengan cara isolasi selulosa dan isolasi metabolit
sekunder dengan maserasi dan difraksinasi dengan kromatografi. Hidrogel
dengan bahan baku lamun dapat menyerap eksudat/cairan luka dan partikelpartikel yang ada di dalamnya, misalnya bakteri dan dapat memacu
pertumbuhan fibroblast sehingga dapat digunakan untuk mempercepat
penyembuhan luka

Kata Kunci: Enhalus acoroides, hidrogel , penyembuhan luka

vii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Hidrogel adalah jaringan polimer tiga dimensi dengan ikatan silang
(crosslinked) pada polimer hidrofilik, yang mampu swelling atau menyimpan

air dan larutan fisiologis sampai dengan ribuan kali dari berat keringnya, serta
tidak mudah larut. Hidrogel banyak diaplikasikan di bidang pangan maupun
nonpangan, seperti sebagai disposable diapers, hygienic napkins, membran
pervaporasi, dan media tanaman pengganti tanah. Di dunia kedokteran,
hidrogel dimanfaatkan sebagai matrik media penyimpan-pengontrol pelepasan
bahan aktif seperti obat dan sel, serta di bidang “tissue engineering” hidrogel
digunakan sebagai matrik untuk memperbaiki dan meregenerasi berbagai
macam jaringan dan organ tubuh manusia (Hoffman, 2002).
Hidrogel dapat disintesis dari polimer sintetik atau polimer alam. Polimer
sintetik, seperti poly (hydroxyethyl methacrylate) (pHEMA), polyacrylamide,
dan polivinil alkohol, merupakan turunan minyak bumi yang jumlahnya
semakin terbatas dan hidrogel yang dihasilkannya cenderung sulit terurai di
alam. Saat ini, konsumsi dunia akan hidrogel dari polimer sintetik lebih dari
satu juta ton per tahun (Abd El-Mohdy et al., 2009). Tentu saja hal ini akan
menyebabkan masalah kerusakan lingkungan yang serius. Selain itu, cadangan
minyak bumi yang semakin menipis menyebabkan harga minyak bumi dan
polimer turunannya akan semakin melambung tinggi. Hidrogel banyak
dimanfaatkan di bidang kesehatan dan obat-obatan, harga hidrogel
diprediksikan semakin tidak terjangkau, dan tentu saja hal ini dapat
menimbulkan dampak negatif di sektor kesehatan masyarakat. Melihat faktafakta itu, maka upaya pengurangan penggunaan hidrogel berbasis polimer

sintetik harus segera dilakukan.
Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah kelautan yang sangat luas
dan kaya akan biota laut sehingga Indonesia disebut sebagai negara maritim.
Terdapat banyak spesies lamun yang tersebar di Indonesia. Lamun merupakan
kelompok tanaman dengan daun memanjang yang tumbuh didasar perairan
1

pantai. Hamparan lamun yang luas pada perairan pantai digunakan sebagai
tempat huni berbagai jenis biota laut, seperti bintang laut, teripang, ganggang
laut, dan berbagai jenis ikan (Rinta. K, 2008), tetapi hal ini membuat para
nelayan kesulitan dalam mencari ikan dilaut, hal itu mebuat para nelayan
banyak membuang lamun-lamun yang ada di hamparan pantai atau laut.
dengan adanya hal tersebut kami mencoba melakukan penelitian dengan
tinjauan pustaka mengenai potensi lamun sebagai bahan hidrogel untuk
mempercepat proses penyembuhan luka.
Lamun yang terdapat di perairan beriklim tropis, tumbuh subur di daerah
timur Indonesia mempunyai kandungan yang berpotensi untuk dimanfaatkan
sebagai bahan baku hidrogel ramah lingkungan . Kandungan yang terdapat
dalam lamun yang berpotensi sebagai bahan baku hidrogel adalah serat kasar
(crude fiber) yang berupa lignin yang memiliki fungsi sebagai perekat seperti

fenol formaldehida dan sebagai penahan air karena lignin kedap air (Brooker
R.J et al, 2008), selulosa memiliki daya absorpsi air yang tinggi (Riana et al,
2008) hal itu dibutuhkan sebagai salah satu syarat hidrogel untuk pembalut
luka yang berfungsi menyerap eksudat atau cairan plasma yang keluar dari
luka. Selain itu, terdapat kandungan metabolit sekunder yang memiliki
antibakterial yaitu tanin dan triterpenoid (Erlisa, N. S., 2010, Wiwik, S. R.,
2010). Indonesia adalah negara yang memiliki wilayah kelautan yang sangat
luas dan kaya akan biota laut sehingga Indonesia disebut sebagai negara
maritim. Terdapat banyak spesies lamun yang tersebar di Indonesia. Lamun
merupakan kelompok tanaman dengan daun memanjang yang tumbuh didasar
perairan pantai. Hamparan lamun yang luas pada perairan pantai digunakan
sebagai tempat huni berbagai jenis biota laut, seperti bintang laut, teripang,
ganggang laut, dan berbagai jenis ikan (Rinta. K, 2008), tetapi hal ini membuat
para nelayan kesulitan dalam mencari ikan dilaut, hal itu membuat para
nelayan banyak membuang lamun-lamun yang ada di hamparan pantai atau
laut, dengan adanya hal tersebut kami mencoba melakukan penelitian dengan
tinjauan pustaka mengenai potensi lamun sebagai bahan hidrogel untuk
mempercepat proses penyembuhan luka.
2


1.2 Rumusan Masalah
1.

Apa saja bahan aktif dari lamun yang dapat berpotensi sebagai bahan
baku hidrogel untuk mempercepat proses penyembuhan luka?

2.

Bagaimana mekanisma bahan aktif lamun bekerja sebagai bahan baku
hidrogel untuk mempercepat proses penyembuhan luka?

3.

Bagaimana cara memperoleh bahan aktif pada lamun yang digunakan
sebagai hidrogel?

1.3 Tujuan
1.

Mengetahui potensi pemanfaatan bahan aktif lamun sebagai bahan
hidrogel.

2.

Mengetahui mekanisme bahan aktif lamun yang bekerja sebagai bahan
baku hidrogel untuk memprcepat proses penyembuhan luka.

3.

Mengetahui cara memperoleh bahan aktif yang digunakan sebagai
hidrogel.

1.4 Manfaat
1.

Mampu menentukan pengkajian lebih lanjut dari pengolahan
kandungan kimiawi tanaman lamun sebagai bahan hidrogel.

2.

Menginformasikan potensi lamun dalam bidang kesehatan

3.

Menunjukkan aktifitas antibakteri dari hidrogel yang berasal dari
lamun

3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum Tentang Lamun
Perairan pesisir merupakan lingkungan yang memperoleh sinar matahari
cukup yang dapat menembus sampai ke dasar perairan. Diperairan juga kaya
akan nutrien karena mendapat pasokan dari dua tempat yaitu darat dan lautan
sehingga merupakan ekosistem yang tinggi produktifitas organiknya. Karena
lingkungan yang sangat mendukung di perairan pesisir maka tumbuhan lamun
dapat hidup dan berkembang secara optimal. Lamun adalah tumbuhan
berbunga (angiospermae) yang tumbuh dan berkembang baik di lingkungan
perairan pesisir mulai dari daerah pasang surut sampai pada kedalaman 40 m
(Den Hartog, 1970; Mc. Roy dan Helfferich, 1977; Phillips dan Mc. Roy,
1980). Dari 20 jenis lamun yang dijumpai di perairan asia Tenggara, 12 jenis
terdapat di perairan Indonesia (Den Hartog, 1970; Fortes, 1989).
Komunitas lamun terdapat pada daerah mid-intertidal sampai kedalaman
50 -60 meter, namun biasanya sangat melimpah di daerah sub litoral. Jumlah
spesiesnya lebih banyak terdapat di daerah tropik daripada di daerah ugahari.
Hidup pada berbagai jenis substrat mulai dari lumpur encer sampai batubatuan, tetapi lamun yang paling luas dijumpai pada substrat yang lunak
(Nybakken, 1992). Adapun beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi
siklus pertumbuhan tanaman lamun adalah sebagai berikut suhu, arus,
kedalaman, kecerahan, salinitas, derajat keasaman (pH) dan substrat.
2.2 Kandungan Senyawa Kimia Pada Lamun
Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa pada lamun ditemukan
beberapa senyawa aktif yang memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai
bahan dasar hidrogel untuk pembalut luka, kandungan serat kasar (crude
fiber), protein (Rinta, K., 2008) dan selulosa (Sundjoto, et al, 2015) yang
berfungsi sebagai bahan dasar pembuatan hidrogel, serta terdapat metabolit
sekunder yang berfungsi sebagai antibakterial adalah tanin dan triterpenoid .
Berikut merupakan kandungan lamun yang befungsi sebagai hidrogel :

4

2.2.1 Serat Kasar ( Crude Fiber)
Serat adalah bagian dari tanaman yang tidak dapat diserap oleh tubuh.
Namun istilah serat mengalami perkembangan dengan pengertian yang lebih
tepat sehubungan dengan perannya didalam tubuh (Clara, M. K., 2006). Dalam
kepustakaan terakhir, The American Association of Cereal Chemis
menyatakan bahwa serat makanan sebagai bagian tanaman yang dapat
dimakan atau analog dengan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis oleh
enzim-enzim pencernaan usus manusia yang disebut sebagai non carbohydrate
(lignin) atau serat kasar (crude fiber). Serat kasar (crude fiber) tidak dapat
dihidrolisis oleh senyawa organic (Clara, M. K., 2006). Lignin yang
merupakan serat kasar (crude fiber) bersifat tahan hidrolisa yang disebabkan
oleh adanya ikatan alkil dan ikatan eter. Lignin disusun oleh unit-unit fenil
propane.
CH2OH

CH2OH

CH2OH

CH

CH

CH

CH

CH

CH

OH

OH

OH

1

2

3

OCH2 H2CO

OCH2

Unit-unit penyusun lignin :
(1)p-koumaril alkohol, (2) koniferil alkohol, (3) sinapil alcohol

Sesuai dengan strukturnya sebagai polifenol, lignin memiliki sifat perekat
seperti fenol formaldehida dan kedap air (Brooker R.J et al, 2008). Lignin
merupakan komponen kimia yang menentukan morfologi spesifik dari jaringan
tumbuhan tingkat tinggi. Tanaman primitif tanpa jaringan sel yang
berdiferensiasi seperti fungi dan alga tidak mengandung lignin, karena
kumpulan sel mereka tidak membutuhkan perlindungan (protective) dan
kekuatan (supportive) yang diberikan oleh lignin. Lignin hanya dihasilkan oleh
tanaman vaskular, yang mengembangkan jaringan yang mempunyai fungsi
khusus sebagai transportasi cairan dan kekuatan mekanik (Rahmawati, 1999).
Kemampuan lignin untuk meredam kekuatan mekanis memungkinkan usaha
pemanfaatan lignin sebagai bahan perekat (adhesive) dan bahan pengikat

5

(binder) atau ketahanan terhadap perlakuan biokimia (fisiologis) dan perlakuan
kimia melalui mekanisme enzimatik dan reaksi redoks memungkinkan lignin
untuk diolah menjadi zat antioksidan (Rudatin, 1989).
2.2.2 Selulosa
Hampir 50% karbohidrat yang berasal dari tumbuhan adalah selulosa,
karena selulosa merupakan bagian yang terpenting dari dinding sel tumbuhan.
Selulosa tidak dapat dicerna oleh tubuh manusia, oleh karena tidak ada enzim
untuk memecah selulosa. Selulosa memiliki fungsi sebagai sumber serat
(Halomoan, H., 2006). Selulosa memiliki daya absorpsi air yang tinggi (Riana
et al, 2008).

Selulosa
Berdasarkan penelitian pendahuluan mengenai screening microorganisme
laut endofit peghasil enzim selulase, diketahui bahwa isolasi dari lamun
Enhalus sp. memiliki indeks selulolitik tertinggi dibandingkan dengan endofit
lainnya yang diisolasi dari rumput laut, daun mangrove, dan spons. Untuk
itulah dilakukan penelitian ini yang difokuskan pada aktivitas enzim selulase
dari isolat lamun. Penelitan ini bertujuan mengoptimasi waktu inkubasi dan
konsentrasi sumber karbon yang tepat dalam memproduksi enzim selulase dan
mengkarakterisasi enzim selulase yang dihasilkan oleh lamun.
2.2.3 Tanin
OH
HO

O

OH
OH
OH

HO

O

OH
OH

Tanin
Tanin bertindak seperti asam ringan berdasaran banyak gugus –OH
fenolik.
6

Tanin mengandung 65-76% asam tannic. Asam tanat memiliki kemampuan
untuk membentuk kompleks khelat dengan ion logam. Asam tanat digunakan
sebagai antimikroba tetapi tidak aktif terhadap spektrum yang luas dari jamur
dan bakteri(Ismarani, 2012), tanin memiliki senyawa adstringent yang berguna
menginduksi pembentukan senyawa kompleks ikatan terhadap enzim atau
substrat mikroba, dan dapat mengerutkan dinding sel atau membrane sel
sehinga mengganggu permeabilitas sel itu sendiri (Erlisa, N. S., 2010)
2.2.4 Triterpenoid
Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka karbonnya berasal dari enam
satuan isoprena dan secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik,
yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibagi menjadi empat kelompok senyawa
yaitu triterpen sebenarnya, steroid, saponin dan glikosida jantung (Harborne,
1987).
H3C

CH3

CH3
CH3 CHCH3
3
HO
CH
CH3 3

Triterpenoid
Berdasarkan penelitian triterpenoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri
yang memiliki daya hambat yang cukup baik (Wiwik, S. R., 2010).
2.3 Jenis-Jenis Lamun
Berikut klasifikasi lamun menurut Fauziyah, (2004)
No

Klasifikasi Lamun

1.

Kingdom : Plantae
Divisi

: Anthophyta

Kelas

: Angiospermae

Gambar

Sub Kelas : Monocotyledoneae
Ordo

: Helobiae

Familia

:Potamogetonaceae

Genus

: Cymodocea

Spesies

: Cymodocea rotundata

Sumber : Seagrass
Indonesia, LIPI

Cymodocea serulata
7

Tempat

tumbuh

:

Terdapat

didaerah

intertidal, umumnya dijumpai didekat hutan
mangrove
Kandungan :
tannin,

senyawa golongan alkaloid,

flavonoid,

kuinon,

manoterpen,

steroid, dan senyawa polifenolat (El Hady et
al., 2007).
2.

Kingdom : Plantae
Divisi

: Anthophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub Kelas : Monocotyledoneae
Ordo

: Helobiae

Familia

:Potamogetonaceae

Genus

: Syringodium

Spesies

: Syringodium isoetifolium

Tempat tumbuh : Umum dijumpai di daerah

Sumber : Seagrass
Indonesia, LIPI.

subtidal dangkal dan berlumpur
3.

Kingdom : Plantae
Divisi

: Anthophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub Kelas : Monocotyledoneae
Ordo

: Helobiae

Familia

:Potamogetonaceae

Genus

: Halodule

Spesies

: Halodule pinifolia

Tempat tumbuh: Membentuk padang lamun

Sumber : Seagrass
Indonesia, LIPI.

jenis tunggal pada rataan terumbu karang
yang sudah rusak

8

4.

Kingdom : Plantae
Divisi

: Anthophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub Kelas : Monocotyledoneae
Ordo

: Helobiae

Familia

:Potamogetonaceae

Genus

: Thalassodendron

Spesies

: Thalassodendron ciliatum

Sumber : Seagrass
Indonesia, LIPI.

Tempat tumbuh : Sering mendominasi daerah
subtidal dan berasosiasi dengan terumbu
karang
5.

Kingdom : Plantae
Divisi

: Anthophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub Kelas : Monocotyledoneae
Ordo

: Helobiae

Familia

: Hydrocharitaceae

Genus

: Enhalus

Sumber : Seagrass

Spesies

: Enhalus acoroides

Indonesia, LIPI.

Tempat tumbuh : Tumbuh pada substrat
berlumpur

dan perairan keruh, dapat

membentuk

jenis

tunggal

atau

bahkan

mendominasi komunitas padng lamun
Kandungan : senyawa golongan triterpenoid,
steroid, tannin, dan flavonoid dan kandungan
selulosa tinggi

9

6.

Kingdom : Plantae
Divisi

: Anthophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub Kelas : Monocotyledoneae
Ordo

: Helobiae

Familia

: Hydrocharitaceae

Genus

: Thalassia

Spesies

: Thalassia hemprichii

Sumber : Seagrass

Tempat tumbuh : Paling sering dijumpai,

Indonesia, LIPI.

biasa tumbuh dengan jenis lain dan dapat
tumbuh hingga kedalaman 25 meter, sering
dijumpai pada substrat berpasir.
7

Kingdom : Plantae
Divisi

: Anthophyta

Kelas

: Angiospermae

Sub Kelas : Monocotyledoneae
Ordo

: Helobiae

Familia

: Hydrocharitaceae

Genus

: Halophila

Spesies

: Halophila decipiens
Halophila ovalis

Sumber : Seagrass

Halophila minor
Tempat tumbuh : Membentuk padang lamun
jenis tunggal pada rataan terumbu karang
yang sudah rusak.
Indonesia, LIPI.
2.4 Penjelasan Tentang Hidrogel
Hidrogel merupakan jaringan polimer secara luas mengembang dengan
adanya air sehingga memiliki sifat hidrofilik. Hidrogel adalah jaringan dari
rantai polimer yang terkadang ditemukan sebagai gel koloid yang mana ada
fase air yang terdispersi. Hidrogel merupakan cross linked jaringan polimer

10

yang diproduksi oleh reaksi sederhana dari satu atau lebih monomer (Ahmed et
al, 2013).
Hidrogel memiliki tingkat fleksibilitas yang sangat mirip dengan jaringan
alam karena kadar air yang besar sehingga memiliki kemampuan menyerap air
yang melekat pada punggung polimer. Hidrogel harus memiliki sifat stabil dan
kuat.
Menurut Kaihara Sachiko et al, 2008, klasifikasi produk hidrogel menurut
komposisi polimer, metode persiapan dapat dicontohkan sebagai berikut:
1.

Hidrogel homopolimer disebut jaringan polimer berasal dari satu
sekumpulan monomer yang memiliki struktur silang skeletal yang
tergantung pada sifat monomer dan teknik polimerisasi

2.

Hidrogel kopolimer terdiri dari dua atau lebih monomer yang berbeda
yang bersifat hidrofilik, diatur dengan acak, atau konfigurasi sepanjang
rantai dari jaringan polimer.

3

Multipolimer Interpenetrating Polymeric Hydrogel (IPH), merupakan
kelas penting dari hidrogel terbuat dari dua independen silang sintetis
dan atau komponen polimer alami yang terkandung dalam bentuk
jaringan.
Hidrogel telah banyak dimanfaatkan terutama dalam bidang kefarmasian

dan teknologi hidrogel dapat diterapkan untuk produk-produk berikut ini,
system penghantar obat, zat aditif makanan, aplikasi biomedis, teknik jaringan
dan obat-obat regeneratif, diagnostik, pemisah biomolekul atau sel, biosensor
serta pembalut luka. Produk hidrogel dapat digunakan sebagai produk higinis
didasarkan pada asam akrilik dan garam akrilik.
2.5 Penjelasan Tentang Macam-macam Luka
Tergantung pada waktu penyembuhan luka, dapat diklasifikasikan
menjadi luka akut dan kronis. Luka akut adalah luka yang sembuh tanpa
komplikasi (uneventfully) dalam waktu beberapa hari, sedangkan luka kronis
adalah memerlukan waktu lebih lama dalam penyembuhan dan dikarenakan
beberapa komplikasi. Klasifikasi luka yang lain adalah luka bersih dan luka
terkontaminasi. Luka bersih tidak mengandung bahan asing atau kotoran
didalamnya, sedangkan luka yang terkontaminasi atau disebut juga luka
11

terinfeksi memiliki kotoran, fragmen dari agen penyebab luka, bakteri atau
benda asing lainnya (Encino, et al, 2015).
Menurut Wounds Care Centers of America (2015) Asal luka dapat berupa
internal atau eksternal. Luka internal yang dihasilkan dari fungsi sistem
kekebalan tubuh dan gangguan saraf dan atau penurunan supplai darah,
oksigen atau nutrisi ke daerah tersebut, seperti dalam kasus-kasus penyakit
kronis medis (diabetes, aterosklerosis, deep vein thrombosis). luka luar
biasanya disebabkan oleh benda tajam atau non-trauma, dan penyebab lain-lain
sebagai berikut:
2.5.1 Luka nonpenetrating
Luka nonpenetrating adalah luka hasil dari trauma karena benda tumpul
atau gesekan dengan permukaan lainnya, luka tidak menembus lapisan dalam
kulit, dan yang termasuk luka ini adalah lecet (goresan pada lapisan kulit luar),
laserasi (luka sobek), memar (bengkak memar akibat akumulasi darah dan selsel mati di bawah kulit), gegar otak (kerusakan pada organ yang mendasari dan
jaringan di kepala tanpa luka eksternal yang signifikan).
2.5.2 Luka tembus
Luka tembus merupakan hasil dari trauma yang menerobos ketebalan
kulit; mencapai ke jaringan yang mendasari organ, dan yang termasuk luka ini
adalah luka tusuk (trauma dari benda tajam, seperti pisau), luka bedah (luka
pada kulit pasca melakukan prosedur bedah), luka tembak (luka akibat senjata
api).
2.5.3 Luka Miscellaneous
Berikut adalah yang termasuk luka miscellaneous,
1 Luka termal, disebabkan suhu ekstrim, baik panas atau dingin, dapat
mengakibatkan cedera termal (seperti luka bakar, sunburns dan
frostbite).
2 Luka kimia adalah luka hasil dari kontak dengan atau inhalasi bahan
kimia yang menyebabkan kulit atau paru-paru kerusakan.
3 Gigitan dan Sengatan: gigitan bisa dari manusia, anjing, kelelawar,
tikus, ular, kalajengking, laba-laba dan kutu.

12

BAB III
METODE PENULISAN

3.1 Sumber dan Jenis Data
Data-data yang dipergunakan dalam penyusunan karya tulis ini berasal
dari berbagai literatur kepustakaan yang berkaitan dengan permasalahan yang
telah dibahas. Referensi yang telah digunakan adalah referensi primer berupa
jurnal-jurnal penelitian serta artikel ilmiah dan referensi tersier berupa
textbook dan ebook yang sesuai dengan hal-hal yang telah dibahas. Jenis data
yang diperoleh adalah bersifat data kualitatif.
3.2 Metode Analisis
Analisis yang telah dilakukan adalah analisis cara pembuatan hidrogel,
mekanisme kerja bahan aktif lamun Enhalus acoroides sebagai bahan hidrogel.
Cara pembuatan hidrogel dengan menggunakan metode freezing and thawing
cycles.( Amila Gadri et al, 2014)
1.

Memasukkan CaCl2 menjadi beberapa variasi konsentrasi didalam cawan
petri

2.

Menambahkan PVP 1%, propilenglikol 1% dan Iota-karagenan 2%
sebagai basis hidrogel.

3.

Menambahkan PEG 400 1% dan gliserin 1%

4.

Memasukkan cawan kedalam freezer pada suhu -20̊ C selama 18 jam.

5.

Melakukan thawing larutan yang beku pada suhu ruang selama 6 jam.

6.

Mengulangi prosedur 1-5 sebanyak 3-5 kali untuk mendapatkan siklus
yang paling baik dalam pembentukan hidrogel.
Mekanisme kerja bahan aktif lamun Enhalus acoroides adalah sebagai

berikut sebagai bakterisidal yang mudah mendegradasi bakteri yang terdapat
pada luka, antibakteri tersebut didapatkan dari metabolit sekunder yang
terdapat dalam lamun Enhalus acoroides tersebut yaitu triterpenoid (Wiwik, S.
R., 2010) dan tanin (Ismarani, 2012), selain itu tanin memiliki fungsi sebagai
adstringen yang berguna untuk mengkerutkan dinding dan membran sel paska
mengalami luka sehingga luka mudah tertutup (Erlisa, N. S., 2010).

13

3.3 Analisis Data
Data yang terkumpul diseleksi dan diurutkan sesuai dengan topik kajian.
Kemudian dilakukan penyusunan karya tulis berdasarkan data yang telah
dipersiapkan secara logis dan sistematis. Tenik analisis data bersifat deskriptif
dan argumentatif.
3.4 Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan didapatkan setelah merujuk kembali pada rumusan masalah,
tujuan

penulisan

serta

pembahasan.

Kesimpulan

yang

ditarik

mempresentasikan pokok bahasan karya tulis, serta didukung dengan saran
praktis sebagai rekomendasi selanjutnya.

14

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Potensi Lamun sebagai Bahan Hidrogel
Lamun merupakan kelompok tanaman dengan daun memanjang yang
tumbuh

didasar

perairan

pantai.

Masyarakat

luas

pada

umumnya

memanfaatkan lamun sebagai bahan pembuatan pupuk. Berbagai pustaka yang
telah kami pelajari menjelaskan bahwa kandungan umum lamun memiliki
kandungan serat kasar (crude fiber), protein (Rinta, K., 2008) dan selulosa
(Sundjoto, et al, 2015). Dari kandungan tersebut, kami memiliki inovasi untuk
membuat pemanfaatan lamun menjadi bahan dasar hidrogel untuk pembalut
luka.
Keunggulan lamun dapat dijadikan bahan hidrogel untuk pembalut luka
adalah hanya dengan sedikit penambahan bahan aktif lain, bersifat ramah
lingkungan, membutuhkan sedikit biaya dalam

produksinya karena lamun

telah banyak ditemukan diberbagai hamparan pantai bahkan banyak dibuang
oleh nelayan serta lamun juga merupakan tanaman yang mudah untuk dicari.
Spesies lamun yang akan kami gunakan sebagai bahan dasar hidrogel adalah
Enhalus acoroides, jenis lamun ini dipilih karena memiliki bentuk yang besar
dengan pertumbuhan yang cepat, dapat tumbuh diberbagai substrat, memiliki
kandungan selulosa tinggi, hal itu penting dalam pembuatan hidrogel karena
sesuai dengan persyaratan hidrogel yang harus memiliki daya serap yang baik
dan dapat menghilangkan kelebihan eksudat atau cairan plasma yang keluar
karena luka, maka Enhalus acoroides memenuhi syarat tersebut karena
memiliki selulosa tinggi yang merupakan serat yang memiliki daya absorpsi air
yang tinggi dan memiliki fungsi utama agen dispersi, thicktener serta agen
gelling (Riana et al, 2008).

15

4.2 Mekanisme Bahan Aktif Hidrogel
Pemanfaatan lamun

Enhalus acoroides sebagai bahan dasar hidrogel

untuk pembalut luka harus memiliki antibakteri yang berguna sebagai
bakterisidal yang mudah mendegradasi bakteri yang terdapat pada luka,
antibakteri tersebut didapatkan dari metabolit sekunder yang terdapat dalam
lamun Enhalus acoroides tersebut yaitu triterpenoid (Wiwik, S. R., 2010) dan
tanin (Ismarani, 2012), selain itu tanin memiliki fungsi sebagai adstringen yang
berguna untuk mengkerutkan dinding dan membran sel paska mengalami luka
sehingga luka mudah tertutup (Erlisa, N. S., 2010).
Pembalut luka harus memiliki sifat ketahanan air yang baik serta memiliki
daya rekat yang baik, dalam pemanfaatan lamun Enhalus acoroides sebagai
bahan hidrogel untuk pembalut luka dapat digunakan kandungan lignin yang
merupakan serat kasar (crude fiber) dalam lamun tersebut karena lignin
memiliki karakteristik tidak dapat dihidrolisis oleh asam dan basa, karena
adanya ikatan alkil dan ikatan eter (Clara, M. K., 2006), lignin disusun oleh
unit-unit fenil propane. Sesuai dengan strukturnya sebagai polifenol sehingga
lignin memiliki sifat perekat dan ketahanan seperti golongan fenol
formaldehida (Hatakka, A., 2001).
Hidrogel sebenarnya memiliki manfaat yang banyak diantaranya sebagai
sistem penghantar obat, zat aditif makanan, aplikasi biomedis, teknik jaringan
dan obat-obat regenerative, diagnostik, pemisah biomolekul atau sel, biosensor
serta pembalut luka, namun dalam karya ilmiah ini kami terfokus manfaat
hidrogel yang sebagai pembalut luka. Hidrogel dapat digunakan sebagai
pembalut luka yang mengelupas dan nekrosis, luka granulasi, tetapi tidak
dianjurkan pada penggunaan pada luka dengan drainase berat karena daya
serapnya kurang baik untuk luka tersebut, dan tidak dianjurkan luka eschars
pada ekstrimitas bawah karena dapat luka tersebut untuk lebih terbuka (Jude
EB, et al, 2007)

16

4.3 Cara Memperoleh Bahan Aktif pada Lamun
Pengambilan selulosa dilakukan dengan isolasi selulosa. Isolasi selulosa
dari lamun Enhalus sp. memiliki indeks selulolitik tertinggi dibandingkan
dengan endofit lainnya yang diisolasi dari rumput laut, daun mangrove, dan
spons. Untuk itulah menurut Oktavia Yulia, dkk.2014, isolasi difokuskan pada
aktivitas enzim selulase dari isolate lamun. Optimasi sumber karbon dan
aktivitas selulase ditentukan dengan karakterisasi enzim kasar selulase dari
lamun untuk mengukur aktivitas enzim endoglukanase, β-glukosidase dan
selulase total. Da silva et al. (2005) menyatakan bahwa sistem pemecahan
selulosa menjadi glukosa terdiri dari tiga jenis enzim selulase yaitu endo-β1,4-glukanase, ekso-β-1,4-glukanase, dan β-glukosidase. Enzim β-glukosidase
menunjukkan aktivitas pemecahan yang menghasilkan glukosa sedangkan
selulase total diukur untuk melihat kerja sinergis beberapa enzim penyusun
selulase dalam menghasilkan glukosa (Deswal et al., 2011).
Pengambilan lignin dari lamun menurut Vincen A. Klap et al, 2000
dilakukan dengan isolasi lignin. Isolasi lignin dilakukan dengan cara diekstrak
dengan asam, lignin dihidrolisa dan lignin diubah dalam bentuk turunannya
(lignosulfonat, lignin kraft, lignin alkali dan lignin etanol) yang larut. Lignin
lignosulfonat dihasilkan dengan cara mereaksikan lamun dengan larutan yang
mengandung SO₂ dan ion hidrogen sulfit pada suhu tinggi. Lignin kraft dan
lignin alkali dihasilkan dengan cara direaksikan dengan NaOH atau campuran
NaOH dengan Na₂S pada suhu 120⁰. Lignin etanol dihasilkan dengan
mereaksikan tanaman dengan etanol pada suhu 80⁰.
Dalam isolasi metabolit sekunder yang kita butuhkan dari dalam lamun
kami menggunakan metode maserasi karena menurut Riniatsih,Ita.2013
merupakan metode yang paling tepat dan efektif dalam mengekstraksi senyawa
metabolit sekunder dari tanaman. Proses yang dilakukan dalam maserasi,
kemudian dari ekstrak tersebut dilakukan proses fraksinasi untuk memperoleh
fraksi-fraksi

dari tiap

jenis

senyawa dengan

menggunakan metode

kromatografi (Darwis D., 2011)

17

Cara pembuatan hidrogel secara singkat adalah sebagai berikut, hidrogel
merupakan jaringan tiga dimensi rantai polimer dengan ikatan silang yang
memiliki kemampuan mengembang dengan cara menyerap air atau cairan
biologis. Salah satu metode pembuatan hidrogel yaitu dengan metode freezing
dan thawing cycles, keuntungan metode ini adalah tidak membutuhkan banyak
bahan tambahan kimia sebagai bahan pembentuk ikatan silang. Dalam
penelitian, pembentukan ikatan silang tersebut untuk mendapatkan iotakaragenan dengan penambahan PVP 1% setelah itu dilakukan evaluasi
meliputi uji organoleptik, rasio swelling dan fraksi gel.( Amila Gadri et al,
2014).

18

BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan dan Saran
Lamun Enhalus acoroides dapat dijadikan bahan hidrogel untuk
pembalut luka adalah hanya dengan sedikit penambahan bahan aktif lain,
bersifat ramah lingkungan, membutuhkan sedikit biaya dalam produksinya.
Mekanisme bahan aktif lamun sebagai bahan dasar hidrogel adalah sebagai
anti bakterial dengan bekerja mendegradasi dinding sel bakteri pada luka.
Pengambilan bahan aktif dari lamun dengan isolasi dan fraksinasi dengan
kromatografi.
Pembudidayaan ekosistem lamun agar ditingkatkan karena

dengan

memperhatikan fungsi lamun yang sangat penting dalam habitat laut dan
pemanfaatannya dalam berbagai bidang. Hidrogel dari lamun dapat digunakan
sebagai pembalut luka yang mengelupas dan nekrosis, luka granulasi.

19

5.2 Daftar Pustaka
Ahmed, Enas M. 2015. Hydrogel: Preparation , Characterization and Application: A
review. Journal of Advanced Research. 6: 105-121
Brooker R. J., et al. 2008. Biology. McGraw Hill. New York
Calabria, L, M. 2008. The isolation and Characterization of Triterpene Saponine.
ProQuest
Den Hartog, C., 1970. The seagrassesof the world. North Holland Amsterdam : 275
pp.
El-Hady, H.H.A et al. 2007. Nutritie and Antimicrobial Profiles of Some Seagrass
from Bardawil Lake. Egyptian J. Aq. Research 33:103-110
Encino et al. 2015. Different Types of Wounds. Article. Retrieved
www.woundcarecenters.org/article/woud-basic/different-types-of-wouds.
Erlisa, N. S, Susanah R. Wiwik. 2010. Isolasi, Identifikasi, dan Uji Aktivitas
Antibakteri Senyawa Golongan Triterpenoid. Bukit Jimbaran: FMIPA
Universitas Udayana. 4 (1): 20-26
Fortes, M.D., 1989. Seagrasses : aresources unkown in the ASEANregion. ICLARM
Education Series 5 : 46 pp.
Gadri, Amila et al. 2014. Formulasi Pembalut Luka Hidrogel Berbasis I-Karagenan
dengan Metode Freezing and Thawing Cycle. Jurnal MIPA Farmasi. Bandung.
ISSN 2089-3582. EISSN 2303-2480
Hatakka, A. 2001. Biodegradation of Lignin. [ed] Biopolymers. 1: Lignin, Humic
Substance and Coal . Germany: Wiley VCH. 129-180
Hemminga, M. A. dan C. M. Duarte. 2000. Seagrass ecology. Cambridge University
Press. U.K
Hikino & Kiso . 1998. Plant Secondary Metabolism. Springer Science & Business
Media
Mc. Roy, C.P. and C. Helfferich, 1977.Seagrass ecosystem : A scientificprospective.
Marcel Dekker, Inc.New York : 314 pp.
Hutagalung, dr. Halomoan. 2006. Karbohidrat. Medan : Digitalized by FK USU
Library
Indo, J., Chem. 2008. The Effect Hydrogel Dressing Copolymer Polivinylpirrolidone
(PVP)-K- Carrageenan Prepared By Radiation and Healing Times On The
Radius Reductions Burn Injuried of Wistar White Rat. Jakarta. 2: 271-278.
Ismarani. 2012. Potensi Senyawa Tannin Dalam Menunjang Produksi Ramah
Lingkungan. Jurnal Agrobisnis dan Pengembangan Wilayah. 3: 2
Jayakumar, R., et al. 2011. Biomaterials based on chitin andchitosan in wound
dressingapplications. Doi: 10.1016/j.biotechadv.2011.01.005.
Khusarto, Clara M. 2006. Dietary Fiber and its Role for Health. Jurnal Gizi dan
Makanan. 1(2): 45-54
Kusumawati, Rinta. 2008. Jenis dan Kandungan Kimiawi Lamun dan Potensi
Pemanfaatannya di Indonesia. Jawa Tengah: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas DiponogoroMagdalena Karamac, A. K. 2007. Extraction
and Chromatographic Separation of Tannin Fractions From. 57: 471-474
Nybakken, J. W. 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologi. Cetakan ke-2. PT.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Phillips, R.C and C.P. Mc. Roy, 1980. Handbook of seagrass biology Anecosystem
perspective. Garland STPM Press, New York : 353 pp.
Phillips, C.R dan E.G. Menez. 1988. Seagrass in: Smithsonian Contribution to The
Marine Science No 34. Smithsonian Institution Press, Washington D.C.
Versita, Riana et al. 2008. Sintesis Pembalut Luka Hidrogel Selulosa Bakterial dan
karakterisasi Setelah Disterilkan dengan Sinar Gamma. Jakarta: FFUP. 1: 11-17

20

5.3 Daftar Riwayat Hidup Peserta
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap

: Afrida Wian Maykusvita

Tempat/ Tanggal Lahir

: Sidoarjo, 19 Mei 1996

Fakultas/ Prodi Universitas

: Kedokteran Prodi Farmasi Universitas
Hang Tuah Surabaya

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : 1. Pemanfaatan Buah Pepino untuk
Mencegah Hipertensi
2. Penelitian secara Kuantitatif Dampak
Penggunaan Tetrasiklin Jangka Panjang
Bagi Anak
Peghargaan Ilmiah

:DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap

: Hera Insani Cahayaputri

Tempat/ Tanggal Lahir

: Nganjuk, 22 Maret 1996

Fakultas/ Prodi Universitas

: Kedokteran Prodi Farmasi Universitas
Hang Tuah Surabaya

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : Peghargaan Ilmiah

:-

20

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap

: Lia Trinanda

Tempat/ Tanggal Lahir

: Sidoarjo, 18 Desember 1994

Fakultas/ Prodi Universitas

: Kedokteran Prodi Farmasi Universitas
Hang Tuah Surabaya

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : Pemanfaatan Lamun untuk Indonesia
Peghargaan Ilmiah

:-

DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama Lengkap

: Heronima Natalia Sunur

Tempat/ Tanggal Lahir

: Balauring, 9 Desember 1997

Fakultas/ Prodi Universitas

: Kedokteran Prodi Farmasi Universitas
Hang Tuah Surabaya

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat : Pemanfaatan Biji Kelor sebagai Alternatif
Penjernihan Air Kotor
Peghargaan Ilmiah

:-

22